BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH"

Transkripsi

1 Keputusan BPK RI Nomor : /K/I-XIII./ / Tanggal: September Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia BULETIN TEKNIS NOMOR 0 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH WTP WDP TW TMP 0 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

2 LAMPIRAN : KEPUTUSAN BPK NOMOR : /K/I-XIII./ / TANGGAL : September BULETIN TEKNIS NOMOR 0 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

3

4

5

6 BULETIN TEKNIS NOMOR 0 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOMITE STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN

7 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I PENDAHULUAN... Latar Belakang... Tujuan... Lingkup... BAB II OPINI PEMERIKSA... Definisi... Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintah... Pengaruh Kecukupan Pengungkapan... Pengaruh Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan... Pengaruh atas Efektivitas Pengendalian Intern... Jenis Opini... BAB III UNSUR POKOK LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN... Umum... Penandatangan Laporan... Tanggal Laporan... BAB IV BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI WAJAR TANPA PENGECUALIAN (WTP)... Umum... Bentuk dan Isi Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)... Bentuk dan Isi Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian Ditambah Paragraf Penjelasan (WTP-PP)... i

8 BAB V BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI WAJAR DENGAN PENGECUALIAN (WDP)... Umum... Pembatasan Lingkup Pemeriksaan... Penyimpangan dari Standar Akuntansi Pemerintahan... BAB VI BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI TIDAK WAJAR (TW)... Umum... Format Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan dengan Opini Tidak Wajar (TW)... BAB VII BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI PERNYATAAN MENOLAK MEMBERIKAN OPINI ATAU TIDAK MENYATAKAN PENDAPAT (TMP)... Umum... Format Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan dengan Opini Tidak Menyatakan Pendapat (TMP)... BAB VIII LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN YANG BERBEDA ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMPARATIF YANG DISAJIKAN... Umum... Format Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian atas Laporan Keuangan Tahun Lalu dan Opini Wajar Dengan Pengecualian atas Laporan Keuangan Tahun Sekarang... Format Laporan Hasil Pemeriksaan Jika Opini atas Laporan Keuangan Tahun Lalu Diubah pada Pemeriksaan Tahun Sekarang... BAB IX PENUTUP... Pemberlakuan Buletin Teknis... Perubahan Buletin Teknis... Pemantauan Buletin Teknis... ii

9 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 0 Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) untuk pemeriksaan keuangan memberlakukan (empat) standar pelaporan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia, kecuali BPK menentukan lain. Dalam pemeriksaan laporan keuangan pemerintah, BPK membutuhkan pengaturan lain terhadap bentuk dan isi laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah. 0 Buletin Teknis (Bultek) ini merupakan peraturan pelaksanaan Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP) Tambahan dari PSP 0 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan. Tujuan 0 Tujuan Bultek ini adalah untuk memenuhi persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam menyusun laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah. Lingkup 0 Bultek ini mengatur bentuk dan isi laporan hasil pemeriksan atas Laporan Keuangan Pemerintah, mencakup Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL), Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), dan laporan keuangan lainnya yang menjadi bagian dari laporan keuangan pemerintah. 0 Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan memuat opini pemeriksa yang harus didasarkan pada pemeriksaan yang dilaksanakan berdasarkan SPKN. 0 Selain laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan, pemeriksa juga dapat menerbitkan laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan laporan hasil pemeriksaan atas sistem pengendalian intern. 0 Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan, laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, dan laporan hasil pemeriksaan atas sistem pengendalian intern, disajikan dalam bagian Istilah opini sama dengan istilah pendapat pada SPAP.

10 yang terpisah dan memuat suatu paragraf yang saling merujuk antar laporan, kecuali dinyatakan lain. 0 Bultek ini tidak mengatur bentuk dan isi laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan laporan hasil pemeriksaan atas sistem pengendalian intern. Sebagai contoh, jika BPK tidak menemukan masalah dalam sistem pengendalian intern entitas dan atau tidak ada pelanggaran atas peraturan peundang-undangan, maka Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas sistem pengendalian intern dan LHP atas kepatuhan perundang-undangan tidak perlu diterbitkan. Oleh karena itu, pada LHP atas laporan keuangan tidak perlu ada paragraf rujukan.

11 BAB II OPINI PEMERIKSA Definisi 0 Opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Opini didasarkan pada kriteria (a) kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), (b) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (c) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (d) efektivitas sistem pengendalian intern. Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 0 SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. 0 Kesesuaian dengan SAP menjadi dasar opini pemeriksa yang dinyatakan dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan. Apabila laporan keuangan mengungkapkan ketidaksesuaian terhadap SAP, pemeriksa mempertimbangkan dampak materialitas penyimpangan tersebut terhadap kewajaran laporan keuangan dimaksud. Pengaruh Kecukupan Pengungkapan 0 Kecukupan pengungkapan mengandung arti bahwa laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi memadai yang dapat mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan penafsirannya. Laporan keuangan harus mengungkapkan informasi secara cukup yang diharuskan oleh SAP. 0 Pengungkapan informasi yang memadai atas hal-hal yang material mencakup bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan tersebut meliputi istilah yang digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsur dalam laporan keuangan, dan dasar-dasar yang digunakan untuk menghasilkan jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan. 0 Kecukupan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh standar akuntansi menjadi dasar bagi pemeriksa untuk menyatakan opini. Apabila pengungkapan informasi dalam laporan keuangan tidak mencukupi sebagaimana diatur dalam SAP, pemeriksa mempertimbangkan dampak materialitas informasi yang tidak diungkapkan secara cukup tersebut.

12 Pengaruh Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan 0 Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 0 menetapkan Standar Pelaporan Tambahan Kedua yang berbunyi sebagai berikut: Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan. 0 Standar Pelaporan Tambahan Kedua diungkapkan dalam paragraf lingkup pemeriksaan. Ketentuan mengenai pengungkapan ini dalam unsur pokok laporan hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Bab III paragraf 0 huruf i. 0 Ketidakpatuhan dan/atau penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berdampak material terhadap kewajaran laporan keuangan dapat mempengaruhi opini pemeriksa. Ketidakpatuhan dan/atau penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang mempengaruhi opini pemeriksa diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dan laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengaruh atas Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Pemeriksa harus mempertimbangkan efektivitas sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap kewajaran laporan keuangan dalam menyatakan opini. Pemeriksa harus mengungkapkan kelemahan sistem pengendalian intern yang mempengaruhi opini dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dan laporan hasil pemeriksaan atas sistem pengendalian intern. Jenis Opini Terdapat (empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni sebagai berikut: a. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP; b. Wajar Dengan Pengecualian (WDP) memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan;

13 c. Tidak Wajar (TW) memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP; dan d. Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Menyatakan Pendapat (TMP) menyatakan bahwa pemeriksa tidak menyatakan opini atas laporan keuangan.

14 BAB III UNSUR POKOK LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Umum 0 Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus menyebutkan dasar hukum pemeriksaan serta laporan keuangan entitas yang diperiksa dalam paragraf pengantar, menggambarkan sifat pemeriksaan dalam paragraf lingkup pemeriksaan, dan menyatakan opini pemeriksa dalam paragraf opini. 0 Unsur pokok laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan meliputi: a. suatu judul Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan ; b. suatu pernyataan tentang dasar hukum pemeriksaan; c. suatu pernyataan bahwa pemeriksa telah melakukan pemeriksaan; d. suatu pernyataan tentang unsur laporan keuangan yang diperiksa; e. suatu pernyataan bahwa laporan keuangan adalah tanggung jawab entitas dan tanggung jawab pemeriksa terbatas pada opini pemeriksa atas laporan keuangan; f. suatu pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan berdasarkan SPKN; g. suatu pernyataan bahwa SPKN mengharuskan pemeriksa merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai tentang kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan; h. suatu pernyataan bahwa suatu pemeriksaan laporan keuangan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan; i. suatu pernyataan bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan penilaian atas keandalan sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap penyajian laporan keuangan; j. suatu pernyataan bahwa pemeriksa yakin bahwa pemeriksaan yang dilakukan memberikan dasar memadai untuk menyatakan opini; k. suatu pernyataan yang memuat opini pemeriksa atas laporan keuangan; l. suatu pernyataan bahwa laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan laporan hasil pemeriksaan atas Dasar hukum meliputi peraturan perundang-undangan yang mengatur pemeriksaan laporan keuangan pemerintah oleh BPK. Contoh Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

15 sistem pengendalian intern dimuat dalam laporan terpisah, namun merupakan satu kesatuan dengan laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan, apabila terdapat ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan kelemahan sistem pengendalian intern yang dianggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan; m. tempat dan tanggal laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan; dan n. identitas penanda tangan dan tanda tangan (identitas kantor, jabatan/peran, dan nama). 0 Unsur pokok laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah tidak mencantumkan pihak yang dituju (addressee) karena ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemeriksaan BPK telah mencantumkan pihak yang dituju sesuai dengan kewenangannya. Penanda Tangan Laporan 0 Penanda tangan laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan adalah Ketua, atau Wakil Ketua, atau Anggota BPK. Kewenangan penanda tangan laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dapat didelegasikan oleh Ketua, atau Wakil Ketua, atau Anggota BPK kepada Penanggung Jawab Pemeriksaan yang memiliki kompetensi untuk menandatangani laporan tersebut. Tanggal Laporan 0 Tanggal laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan adalah tanggal pertemuan akhir pemeriksaan keuangan (exit meeting). Jika pemeriksa memperoleh informasi tambahan setelah tanggal pertemuan akhir namun sebelum tanggal penerbitan laporan hasil pemeriksaan, maka pemeriksa harus mempertimbangkan pengaruh informasi tersebut terhadap laporan hasil pemeriksaan. Kompetensi yang dimaksud adalah penanggung jawab pemeriksaan keuangan harus memiliki sertifikasi keahlian yang diakui secara profesional. Selanjutnya persyaratan kompetensi ini diatur oleh pedoman atau panduan yang berada dibawah bultek ini. Tanggal Exit meeting ditetapkan sebagai tanggal berakhirnya pekerjaan lapangan. Jika setelah pekerjaan lapangan sampai dengan penerbitan Laporan Hasil Pemeriksaan ada kejadian-kejadian yang menurut pemeriksa layak dipertimbangkan atau dapat mempengaruhi persepsi pembaca laporan audit maka bisa diberikan tanggal ganda (dual date), misalnya untuk catatan no. xx berlaku tanggal XX bulan YY tahun ZZ.

16 BAB IV BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI WAJAR TANPA PENGECUALIAN (WTP) Umum 0 Bentuk dan isi laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) memuat pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi keuangan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan SAP. Bentuk dan Isi Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 0 Format laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan komparatif untuk opini WTP disajikan sebagai berikut : BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa Neraca [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut serta Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan opini atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], penilaian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, penilaian atas keandalan sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap laporan keuangan, serta penilaian terhadap penyajian atas laporan

17 keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan opini. Menurut opini BPK, laporan keuangan yang disebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] tanggal Desember Xdan X0, dan Realisasi Anggaran, serta Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Laporan hasil pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini. [TEMPAT], [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN] BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Ketua/ Wakil Ketua/ Anggota/ Penanggung Jawab Pemeriksaan, [TANDA TANGAN] [NAMA] [REGISTER NEGARA [NOMOR REGISTER]] Bentuk dan Isi Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian Ditambah Paragraf Penjelasan (WTP-PP) 0 Opini Wajar Tanpa Pengecualian dapat ditambah dengan bahasa penjelasan karena keadaan tertentu. Keadaan tersebut meliputi: a. opini pemeriksa sebagian didasarkan atas laporan pemeriksa lain (paragraf 0-0); b. penyimpangan dari SAP (paragraf 0-0); c. ketidakkonsistenan penerapan SAP (paragraf 0- ); d. penekanan atas suatu hal (paragraf dan ); dan e. pengungkapan informasi rahasia yang disebabkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan (paragraf -). Jika penanda tangan adalah seorang akuntan maka harus mencantumkan pula nomor register akuntannya

18 Opini Pemeriksa Sebagian Didasarkan atas Laporan Pemeriksa Lain 0 Apabila pemeriksa memutuskan untuk mengacu ke laporan pemeriksa lain sebagai sebagian dari dasar pernyataan opininya, pemeriksa harus menjelaskan keputusan pengacuan dimaksud dalam paragraf pengantar laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan, termasuk opini pemeriksa lain tersebut. Pengungkapan pemeriksa dalam paragraf pengantar tersebut merupakan petunjuk pemisahan tanggung jawab pemeriksa dan pemeriksa lain. Misalnya: entitas mempunyai Badan Layanan Umum (BLU) yang laporan keuangannya diperiksa oleh Kantor Akuntan Publik. Keadaan tersebut harus diungkap di dalam paragraf pengantar dan paragraf opini. Jika laporan keuangan entitas merupakan konsolidasi lebih dari (dua) laporan keuangan BLU yang diperiksa pemeriksa lain, maka nama dan opini masingmasing BLU tidak perlu diungkap dalam paragraf pengantar. Paragraf pengantar merujuk pada catatan atas laporan keuangan entitas yang menginformasikan BLU dan hasil pemeriksaannya. 0 Contoh paragraf pengantar, paragraf lingkup, dan paragraf opini laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan yang memuat opini pemeriksa lain adalah sebagai berikut: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa Neraca [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut serta Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan opini atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan. BPK tidak memeriksa Laporan Keuangan Badan Layanan Umum [NAMA ENTITAS YANG DIPERIKSA OLEH PEMERIKSA LAIN] Tahun X dan X0, yang merupakan bagian dari laporan keuangan [NAMA ENTITAS]. Laporan keuangan Badan Layanan Umum [NAMA ENTITAS YANG DIPERIKSA OLEH PEMERIKSA LAIN] mengungkapkan total aset sebesar Rp... dan Rp... berturut-turut pada Pemeriksa lain adalah pemeriksa yang mengeluarkan laporan hasil pemeriksaan keuangan yang menjadi bagian atas laporan keuangan pemerintah yang sedang diperiksa misalnya laporan keuangan badan layanan umum

19 0 tanggal Desember X dan X0, total pendapatan sebesar Rp... dan Rp..., total belanja sebesar Rp... dan Rp...untuk tahun yang berakhir untuk tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan tersebut diperiksa oleh [NAMA PEMERIKSA LAIN] dengan opini [JENIS OPINI] yang laporannya telah diserahkan kepada BPK. Terhadap laporan keuangan [NAMA ENTITAS YANG DIPERIKSA OLEH PEMERIKSA LAIN], opini BPK hanya didasarkan atas laporan hasil pemeriksa lain tersebut. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan, yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], penilaian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, penilaian atas keandalan sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap laporan keuangan, serta penilaian terhadap penyajian atas laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan opini. Menurut opini BPK, berdasarkan pemeriksaan dan laporan pemeriksa independen lain yang disebut di atas, laporan keuangan konsolidasian di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] dan Badan Layanan Umum tanggal Desember X, dan X0, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Laporan hasil pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan, disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini. [TEMPAT], [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN] BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Ketua/ Wakil Ketua/ Anggota/ Penanggung Jawab Pemeriksaan, [TANDA TANGAN] [NAMA] [REGISTER NEGARA [NOMOR REGISTER]] Jika penanda tangan adalah seorang akuntan maka harus mencantumkan pula nomor register akuntannya

20 Penyimpangan dari Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 0 Pemeriksa tidak diperkenankan menerbitkan laporan hasil pemeriksaan dengan opini WTP atas laporan keuangan pemerintah, apabila laporan keuangan memuat penyimpangan dari SAP yang berdampak secara material. 0 Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan penyimpangan dari SAP dalam suatu paragraf terpisah. 0 Dalam keadaan luar biasa, pemeriksa dapat memberikan opini WTP, jika pemeriksa dapat menunjukkan bahwa laporan tidak akan menyesatkan apabila memuat penyimpangan tersebut. Pemeriksa mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya, serta alasan ketidakpatuhan terhadap SAP akan menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan, dalam suatu paragraf penjelasan. Paragraf penjelasan diungkapkan setelah paragraf opini menunjukkan sifat penyimpangan dan mengacu ke catatan atas laporan keuangan yang membahas secara rinci penyimpangan tersebut. Misalnya: hibah diberikan kepada entitas berupa barang tanpa diketahui nilai wajarnya sehingga entitas menentukan nilai sendiri atas barang tersebut yang bertentangan dengan Standar Akutansi Pemerintahan. Keadaan luar biasa tersebut diungkap dalam paragraf penjelas. Ketidakkonsistenan Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) 0 Pemeriksa tidak diperkenankan menerbitkan laporan hasil pemeriksaan dengan opini WTP atas laporan keuangan entitas, apabila laporan keuangan memuat ketidakkonsistenan penerapan SAP. Apabila terjadi perubahan penerapan SAP yang berdampak material pada daya banding laporan keuangan entitas yang diperiksa, pemeriksa harus menilai perubahan dalam standar akuntansi dengan kriteria (a) standar akuntansi yang baru diterapkan adalah SAP, (b) metode akuntansi untuk memperlakukan dampak perubahan tersebut sesuai dengan SAP, dan (c) alasan yang mendasari perubahan akuntansi adalah beralasan. Apabila ketiga kriteria ini terpenuhi, pemeriksa dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian dengan menyatakan perubahan tersebut dalam paragraf penjelasan dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan. Paragraf penjelasan diungkapkan setelah paragraf opini menunjukkan sifat perubahan dan mengacu ke catatan atas laporan keuangan yang membahas secara rinci perubahan tersebut. Jika perubahan akuntansi tidak memenuhi kriteria sebagaimana tersebut, laporan pemeriksa harus menunjukkan hal ini, dan opini pemeriksa harus berisi pengecualian seperti yang diuraikan pada Bab V paragraf 0. Jika dampak

21 perubahan tersebut cukup material, pemeriksa menyatakan opini tidak wajar atas laporan keuangan, seperti yang diuraikan dalam Bab VI paragraf 0. Persetujuan pemeriksa terhadap suatu perubahan bersifat tersirat kecuali jika pemeriksa tidak ingin menyatakan opini WTP mengenai penyajian laporan keuangan sesuai dengan SAP. Misalnya: Pada tahun Xterdapat perubahan batas nilai pengeluaran yang dikapitalisasi. Hal ini berdampak pada perubahan nilai penyajian aset tetap dan biaya pemeliharaan apabila dibandingkan dengan kebijakan akuntansi pada periode sebelumnya. Pemeriksa harus mengungkapkan dampak dan alasan perubahan metode tersebut dalam paragraf penjelasan. Contoh Paragraf penjelasan yang sesuai dengan perubahan tersebut di atas adalah sebagai berikut: Seperti telah dijelaskan pada Catatan X [SEBUTKAN NOMOR PADA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG MERINCI PERUBAHAN AKUNTANSI] atas laporan keuangan, entitas mengubah batas pengeluaran yang dapat dikapitalisasi menjadi aset [SEBUTKAN PERUBAHAN AKUNTANSI] dalam tahun X.. Jika tahun terjadinya perubahan penerapan standar akuntansi disajikan dan dilaporkan dalam laporan keuangan entitas, maka tambahan paragraf penjelasan disajikan dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan tahun yang diperiksa. Namun, jika perubahan akuntansi dipertanggungjawabkan dengan cara penyajian kembali laporan keuangan yang terpengaruh, paragraf tambahan harus disajikan hanya dalam tahun terjadinya perubahan karena dalam tahun-tahun berikutnya, semua periode yang disajikan akan dapat dibandingkan. Jika perubahan akuntansi tidak memenuhi kriteria sebagaimana disebut pada Bab V paragraf 0, laporan pemeriksa harus menunjukkan hal ini, dan opini pemeriksa harus berisi pengecualian. Jika dampak perubahan tersebut cukup material, pemeriksa menyatakan opini tidak wajar atas laporan keuangan, seperti yang diuraikan dalam Bab VI paragraf 0. Penekanan atas Suatu Hal Pemeriksa dapat memberi penekanan atas suatu hal yang berkaitan dengan laporan keuangan yang diperiksa. Penekanan atas suatu hal mengungkapkan informasi atau penjelasan kepada pengguna laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksa mengungkapkan penekanan atas suatu hal dalam suatu paragraf terpisah dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan setelah paragraf opini.

22 Paragraf penekanan perlu ditambahkan atas pertimbangan pemeriksa. Contoh-contoh hal yang menurut pertimbangan pemeriksa perlu mendapatkan penekanan adalah: a. Bahwa entitas yang diperiksa merupakan komponen dari suatu organisasi yang lebih besar; Misalnya: Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga (LKKL) merupakan bagian dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). b. Bahwa entitas mempunyai transaksi signifikan dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa; Misalnya: Laporan Keuangan Provinsi A yang memiliki saham kepemilikan pada perusahaan tambang yang beroperasi di wilayahnya. c. Peristiwa kemudian yang penting dan luar biasa; Misalnya: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah akan kehilangan salah satu aset tanah yang cukup material dalam sengketa karena kalah di pengadilan. d. Masalah-masalah akuntansi, selain yang berkaitan dengan perubahan dalam standar akuntansi, yang berdampak atas daya banding laporan keuangan dengan laporan keuangan periode sebelumnya. Misalnya: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga (LKKL), dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang harus mengikuti ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor Tahun tentang pemberlakuan akrual untuk pencatatannya. Pengungkapan Informasi Rahasia Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundangundangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan perundangundangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut. Jika informasi rahasia tersebut berdampak terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, maka pemeriksa mengungkap dampak tersebut di dalam laporan hasil pemeriksaan tanpa harus mengungkap informasi rahasianya. Contoh: bila suatu belanja barang/modal yang mengandung informasi rahasia berdampak kepada kewajaran penyajian laporan keuangan maka pemeriksa hanya mengungkapkan dampak realisasi belanjanya saja tanpa mengungkap informasi yang ada di belanja tersebut. Jika pemeriksa menemukan informasi rahasia yang menjadi bagian temuan pemeriksaan dalam laporan hasil pemeriksaan sistem pengendalian intern maupun kepatuhan, maka pemeriksa dapat tidak mengungkapkan informasi rahasia tersebut disertai dengan alasan yang berkaitan dengan undang-undang atau pertimbangan pemeriksaannya.

23 BAB V BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI WAJAR DENGAN PENGECUALIAN (WDP) Umum 0 Pemeriksa harus memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) karena kondisi tertentu. Opini ini dinyatakan apabila: a. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau ketidakcukupan catatan akuntansi, atau adanya pembatasan terhadap lingkup pemeriksaan yang mengakibatkan pemeriksa berkesimpulan tidak dapat menyatakan opini wajar tanpa pengecualian dan berkesimpulan tidak menyatakan menolak memberikan opini. Pemeriksa menilai sifat dan besarnya dampak yang mungkin timbul sebagai akibat hal yang dikecualikan tersebut dan pentingnya bagi laporan keuangan. b. Pemeriksa yakin, atas dasar pemeriksaannya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari SAP, yang berdampak material, dan pemeriksa berkesimpulan untuk tidak menyatakan opini tidak wajar. Dampak material dari penyimpangan terhadap SAP tidak mempengaruhi kewajaran LK secara keseluruhan namun hanya pada (satu) atau beberapa pos/akun. 0 Jika pemeriksa menyatakan opini wajar dengan pengecualian, maka pemeriksa menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam (satu) atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragraf opini. Pemeriksa harus juga mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke paragraf penjelasan di dalam paragraf opini. Opini wajar dengan pengecualian harus berisi kata kecuali atau pengecualian dalam suatu frasa seperti kecuali untuk atau dengan pengecualian untuk. Pembatasan Lingkup Pemeriksaan 0 Pembatasan lingkup pemeriksaan tidak memungkinkan pemeriksa memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material. Pembatasan lingkup pemeriksaan meliputi pembatasan oleh entitas yang diperiksa atau oleh keadaan yang mengakibatkan pemeriksa tidak dapat melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar pemeriksaan. 0 Pembatasan lingkup pemeriksaan yang berdampak material terhadap laporan keuangan memberikan pertimbangan pemeriksa untuk mengungkapkan opini wajar dengan pengecualian atau pernyataan menolak memberikan opini. Pertimbangan opini tersebut didasarkan materialitas dampak pembatasan lingkup. Apabila pembatasan lingkup hanya berdampak pada pos-pos/akun tertentu laporan

24 keuangan maka pemeriksa mempertimbangkan pemberian opini wajar dengan pengecualian. 0 Pembatasan terhadap lingkup pemeriksaan, baik yang dikenakan oleh entitas maupun oleh keadaan, seperti kegagalan memperoleh bukti kompeten yang cukup, atau ketidakcukupan catatan akuntansi, mungkin mengharuskan pemeriksa memberikan pengecualian di dalam opininya atau pernyataan menolak memberikan opini. Dalam hal ini, alasan pengecualian atau pernyataan menolak memberikan opini harus dijelaskan dalam laporan hasil pemeriksaan. 0 Keputusan pemeriksa dalam memberikan opini wajar dengan pengecualian atau pernyataan menolak memberikan opini karena pembatasan lingkup pemeriksaan tergantung atas penilaian pemeriksa terhadap pentingnya prosedur yang tidak dapat dilaksanakan tersebut. Penilaian ini akan dipengaruhi oleh sifat dan besarnya dampak yang mungkin timbul sebagai akibat hal yang dikecualikan tersebut dan pentingnya bagi laporan keuangan. Jika dampak yang mungkin timbul menyangkut banyak pos/akun laporan keuangan, maka pentingnya hal yang dikecualikan tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan jika hanya menyangkut pos laporan keuangan yang lebih sedikit. 0 Contoh pembatasan yang umum terhadap lingkup pemeriksaan meliputi: a. pembatasan pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan di daerah konflik; b. piutang pajak tidak didukung dengan bukti surat ketetapan pajak; c. pembatasan untuk memeriksa dokumentasi atau bukti pertanggungjawaban penggunaan dana tertentu; dan d. pembatasan dalam akuntansi investasi jangka panjang jika pemeriksa tidak memperoleh laporan keuangan dari pihak investee. 0 Suatu kondisi dianggap tidak terdapat pembatasan terhadap lingkup pemeriksaan, jika pemeriksa dapat menerapkan prosedur alternatif. Dalam hal dapat melaksanakan prosedur alternatif, maka pemeriksa tidak perlu mengungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan mengenai penghilangan prosedur yang tidak dapat dilaksanakan atau penggunaan prosedur alternatif sebagai pengganti prosedur yang tidak dapat dilaksanakan tersebut. 0 Pembatasan terhadap penerapan prosedur pemeriksaan atau prosedur pemeriksaan lain terhadap unsur penting dalam laporan keuangan, akan menentukan apakah pemeriksa memiliki bukti kompeten yang cukup untuk menyatakan opini WTP, opini WDP, atau opini TMP. Apabila entitas mengenakan

25 pembatasan yang secara signifikan membatasi lingkup pemeriksaan, biasanya pemeriksa harus mempertimbangkan untuk tidak menyatakan pendapat. Apabila opini WDP disebabkan oleh pembatasan lingkup pemeriksaan atau kurangnya bukti pemeriksaan, kondisi ini harus dijelaskan dalam paragraf penjelasan yang dicantumkan sebelum paragraf opini dalam laporan hasil pemeriksaan. Apabila pemeriksa membuat pengecualian dalam opini karena pembatasan terhadap lingkup pemeriksaan, kata-kata yang dicantumkan dalam paragraf opini harus menunjukkan bahwa pengecualian tersebut berkaitan dengan dampak yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan dan bukan terhadap pembatasan lingkup pemeriksaan itu sendiri. Format laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dengan opini WDP karena pembatasan lingkup pemeriksaan yang berhubungan dengan persediaan yang berada di daerah konflik (misalnya dampak pembatasan tersebut tidak menyebabkan auditor menyatakan menolak memberikan opini) disajikan sebagai berikut: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa Neraca [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut serta Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan opini atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan. Kecuali terhadap hal yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan, yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], penilaian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan, penilaian atas keandalan sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap

26 laporan keuangan, serta penilaian terhadap penyajian atas laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan opini. BPK tidak dapat melaksanakan pengujian fisik atas persediaan dan pengujian lain yang mendukung persediaan entitas yang berada di daerah konflik masing-masing sebesar Rp.dan Rp pada tanggal Desember X dan X0, yang dicantumkan dalam laporan keuangan, seperti yang dijelaskan pada Catatan X dalam catatan atas laporan keuangan. BPK juga tidak dapat memperoleh keyakinan atas nilai persediaan dengan prosedur pemeriksaan. Menurut opini BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan jika dilaksanakan pemeriksaan persediaan di daerah konflik, laporan keuangan yang disebut dalam paragraf pertama di atas menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, serta realisasi anggaran, dan arus kas untuk tahun yang berakhir tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Laporan hasil pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini. [TEMPAT], [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN] BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Ketua/ Wakil Ketua/ Anggota/ Penanggung Jawab Pemeriksaan, [TANDA TANGAN] [NAMA] [REGISTER NEGARA [NOMOR REGISTER]] Penyimpangan dari Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Penyimpangan dari SAP yang berdampak material terhadap laporan keuangan memberikan pertimbangan pemeriksa untuk mengungkapkan opini WDP atau opini TW. Pemeriksa mempertimbangkan dampak materialitas penyimpangan dari SAP baik kualitatif maupun kuantitatif. Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam mempertimbangkan materialitas antara lain: a. signifikansi atau tidak suatu unsur bagi suatu entitas, seperti akun aset tetap sangat signifikan untuk entitas pemerintahan; Jika penanda tangan adalah seorang akuntan maka harus mencantumkan pula nomor register akuntannya

27 b. dampak salah saji terhadap laporan keuangan secara keseluruhan, seperti temuan atau salah saji yang melebihi batas materialitas keseluruhan laporan keuangan; dan c. luas dampak salah saji akun/pos, yaitu apakah suatu salah saji berdampak terhadap jumlah dan penyajian satu atau berbagai pos laporan keuangan. Pemeriksa mempertimbangkan pemberian opini WDP jika dampak materialitas penyimpangan hanya pada pos-pos/akun tertentu laporan keuangan. Apabila pemeriksa menyatakan opini WDP, pemeriksa harus menjelaskan semua alasan yang menyebabkan kesimpulan bahwa terdapat penyimpangan dari SAP, dalam paragraf (atau beberapa paragraf) penjelasan yang terpisah, sebelum paragraf opini dalam laporan hasil pemeriksaan. Paragraf opini harus berisi bahasa pengecualian yang sesuai dan yang merujuk ke paragraf penjelasan tersebut. Paragraf (atau beberapa paragraf) penjelasan harus pula menjelaskan dampak utama hal yang dikecualikan terhadap neraca, laporan realisasi anggaran dan laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan, jika hal ini praktis untuk dilaksanakan. Jika dampak tersebut tidak dapat secara beralasan ditentukan, laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan hal itu. Jika pengungkapan tersebut dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan, paragraf penjelasan dapat diperpendek dengan menunjuk ke catatan tersebut. Format laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dengan opini WDP berupa penyimpangan terhadap SAP atas penyajian aset tetap disajikan sebagai berikut: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggaltanggal tersebut serta Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan adalah tanggung jawab

28 [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan opini atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan, yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], penilaian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, penilaian atas keandalan sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap laporan keuangan, serta penilaian terhadap penyajian atas laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan opini. Sebagaimana diungkapkan catatan XX atas laporan keuangan, aset tetap per Desember X dan X0 disajikan masing-masing sebesar Rp dan Rp.. [NAMA ENTITAS] belum menilai kembali aset tetap yang diperoleh sebelum tanggal neraca awal. Menurut opini BPK, kecuali untuk dampak belum menilai kembali aset tetap seperti yang diuraikan dalam paragraf di atas, laporan keuangan yang disebut di paragraf pertama menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, dan laporan realisasi anggaran, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Laporan hasil pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini. [TEMPAT], [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN] BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Ketua/ Wakil Ketua/ Anggota/ Penanggung Jawab Pemeriksaan, [TANDA TANGAN] [NAMA] [REGISTER NEGARA [NOMOR REGISTER]] Pengungkapan yang tidak cukup dalam laporan keuangan dapat dianggap penyimpangan dari standar akuntansi. Informasi pokok untuk penyajian laporan keuangan secara wajar sesuai dengan SAP harus disajikan dalam laporan Jika penanda tangan adalah seorang akuntan maka harus mencantumkan pula nomor register akuntannya

29 keuangan (termasuk catatan atas laporan keuangan yang bersangkutan). Jika laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, tidak menjelaskan informasi yang diharuskan oleh SAP, pemeriksa harus menyatakan opini WDP atau opini TW, karena adanya penyimpangan dari SAP. Dalam kondisi tersebut, pemeriksa harus menyediakan informasi tersebut dalam laporan hasil pemeriksaan, bila secara praktis dapat dilaksanakan, kecuali jika tidak disajikannya informasi tersebut dalam laporan hasil pemeriksaan diakui sesuai dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

30 BAB VI BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI TIDAK WAJAR (TW) Umum 0 Opini Tidak Wajar (TW) dinyatakan apabila menurut pertimbangan pemeriksa laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan SAP. 0 Apabila pemeriksa menyatakan opini TW, pemeriksa harus menjelaskan pada paragraf terpisah sebelum paragraf opini dalam laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan. Penjelasan tersebut meliputi: (a) semua alasan yang mendukung opini tidak wajar, dan (b) dampak utama hal yang menyebabkan pemberian opini tidak wajar terhadap laporan keuangan. Paragraf opini harus berisi rujukan langsung ke paragraf terpisah yang menjelaskan dasar untuk Opini Tidak Wajar tersebut. Misalnya: tidak dikonsolidasikannya laporan BLU yang berdampak sangat material terhadap laporan keuangan pemerintah; tidak disetorkannya pendapatan daerah ke kas daerah yang nilainya sangat material; hibah atau bantuan sosial yang tidak dilaporkan atau dipertanggungjawabkan yang nilainya sangat material. Format Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Dengan Opini Tidak Wajar (TW) 0 Format laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan dengan opini TW disajikan sebagai berikut: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor Tahun 0 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, BPK telah memeriksa [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-

31 tanggal tersebut serta Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan opini atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi pengujian bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas penerapan prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan, yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], penilaian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, penilaian atas keandalan sistem pengendalian intern yang berdampak material terhadap laporan keuangan, serta penilaian terhadap penyajian atas laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan opini. [PARAGRAF-PARAGRAF YANG MENGUNGKAPKAN SEMUA ALASAN YANG MENDUKUNG OPINI TIDAK WAJAR] Karena penyimpangan dari Standar Akuntansi Pemerintahan seperti diuraikan di atas, pada tanggal Desember X dan X0, saldo [DAMPAK UTAMA HAL YANG MENYEBABKAN OPINI TIDAK WAJAR TERHADAP NERACA, REALISASI ANGGARAN, DAN ARUS KAS]. Menurut opini BPK, karena pengaruh hal-hal yang diuraikan dalam paragraf di atas, laporan keuangan yang disebut pada paragraf pertama di atas tidak menyajikan secara wajar, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] tanggal Desember X dan X0, serta realisasi anggaran, dan arus kas untuk tahun yang berakhir tanggal-tanggal tersebut. Untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan tersebut, BPK juga melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Laporan hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dan Laporan hasil pemeriksaan atas Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini. [TEMPAT], [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN] BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Ketua/ Wakil Ketua/ Anggota/ Penanggung Jawab Pemeriksaan, [TANDA TANGAN] [NAMA] [REGISTER NEGARA [NOMOR REGISTER]] Jika penanda tangan adalah seorang akuntan maka harus mencantumkan pula nomor register akuntannya

32 BAB VII BENTUK DAN ISI LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN OPINI PERNYATAAN MENOLAK MEMBERIKAN OPINI ATAU TIDAK MENYATAKAN PENDAPAT (TMP) Umum 0 Pemeriksa memberikan pernyataan menolak memberikan opini atau Tidak Menyatakan Pendapat (TMP) apabila pemeriksaan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan. Keadaan tersebut dapat disebabkan pembatasan lingkup pemeriksaan yang berdampak material terhadap laporan keuangan secara keseluruhan. 0 Suatu pernyataan menolak memberikan opini, menyatakan bahwa pemeriksa tidak menyatakan opini atas laporan keuangan. Pemeriksa dapat tidak menyatakan suatu opini, bilamana pemeriksa tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu opini tentang kewajaran laporan keuangan, sesuai dengan SAP. Jika pemeriksa menyatakan tidak memberikan opini, laporan auditor harus memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataannya tersebut. 0 Pernyataan menolak memberikan opini, diungkapkan jika pemeriksa tidak melaksanakan pemeriksaan yang lingkupnya memadai untuk memungkinkan memberikan opini atas laporan keuangan. Pernyataan menolak memberikan opini (TMP) tidak boleh diberikan jika atas dasar pemeriksaannya pemeriksa yakin terdapat penyimpangan material dari SAP. Jika terdapat penyimpangan material dari SAP maka opini yang diberikan adalah WDP atau TW seperti pada Bab V paragraf -. Jika pernyataan menolak memberikan opini disebabkan pembatasan lingkup audit, pemeriksa harus menunjukkan dalam paragraf terpisah semua alasan substantif yang mendukung pernyataan tersebut. Pemeriksa menyatakan bahwa lingkup pemeriksaannya tidak memadai untuk menyatakan opini atas laporan keuangan. 0 Pemeriksa tidak mengungkapkan prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan dan tidak menjelaskan karakteristik pemeriksaannya dalam suatu paragraf (yaitu, paragraf lingkup audit dalam laporan hasil pemeriksaan). Jika pemeriksa menjelaskan bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, pengungkapan ini dapat mengaburkan pernyataan menolak memberikan opini.

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN (PSP) NOMOR : 0.0 TANGGAL : NOPEMBER 00 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KOMITE STANDAR PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah mengenai tata kelola keuangan negara. Pemerintah dituntut untuk menciptakan tata kelola

Lebih terperinci

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN Sumber: PSA No. 29 Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Seksi ini berlaku untuk laporan auditor yang diterbitkan berkaitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan laporan keuangan, yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan 88 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1 Kesimpulan Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan Lampung dari laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan partisipan yang memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan sektor publik di Indonesia sekarang ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan. Salah satu yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya paket peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara. Lahirnya regulasi ini sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri dari ribuan pulau dengan budaya, sosial dan kondisi perekonomian yang berbeda antar masing-masing daerah

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH OLEH TAUFIEQURACHMAN RUKI ANGGOTA II BADAN PEMERIKSA KEUANGAN Hotel Bidakara, 1 Maret 2011 PAKET UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR TTG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

LAPORAN AUDI TOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDI TAN

LAPORAN AUDI TOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDI TAN SA Seksi 508 LAPORAN AUDI TOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDI TAN Sumber: PSA No. 29 Lihat SA Seksi 9508 untuk interpretasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Seksi ini berlaku untuk laporan auditor yang diterbitkan

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Laporan Hasil Audit Pengkomunikasian Laporan Hasil Audit Tindak Lanjut Audit. tedi last 11/16

Prinsip-prinsip Laporan Hasil Audit Pengkomunikasian Laporan Hasil Audit Tindak Lanjut Audit. tedi last 11/16 Prinsip-prinsip Laporan Hasil Audit Pengkomunikasian Laporan Hasil Audit Tindak Lanjut Audit tedi last 11/16 PRINSIP PRINSIP LAPORAN HASIL AUDIT Manajemen Audit BPK-RI (2008) Laporan audit tertulis berfungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Review Menurut Mulyadi ( 2002 : 6 ) Review adalah permintaan keterangan dan prosedur analitik terhadap informasi keuangan suatu entitas. Mulyadi menjelaskan bahwa review

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Keuangan Negara Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang selanjutnya telah digantikan oleh Undang- Undang Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Reviu Laporan Keuangan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aset tetap pada hakikatnya diartikan sebagai aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan atau satu periode akuntansi untuk digunakan

Lebih terperinci

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP sultra.antaranews.com Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara kembali meraih opini (i) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (ii)

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit Wajar Dengan Pengecualian pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat oleh BPK RI berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah yang ada, wajib bertanggung jawab untuk melaporkan segala kegiatan yang dilselenggarakan. Bentuk

Lebih terperinci

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI Laporan Keuangan Audited Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2012 Jalan Purnawarman Nomor 99, Kebayoran Baru Jakarta DAFTAR ISI Kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan keuangannya sesuai dengan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi sektor publik di Indonesia dalam praktiknya kini diwarnai dengan munculnya fenomena menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

Lebih terperinci

Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga Tahun 2010

Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga Tahun 2010 Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga Tahun 2010 1. BPK melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) Tahun 2010 yang hasilnya digunakan sebagai

Lebih terperinci

SISTEMATIKA DAN CONTOH FORMAT PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TINGKAT KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

SISTEMATIKA DAN CONTOH FORMAT PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TINGKAT KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA SISTEMATIKA DAN CONTOH FORMAT PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TINGKAT KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA Dalam penyusunan laporan keuangan serta untuk mempermudah Kementerian Negara/Lembaga dalam penyajian laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan negara mensyaratkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik (good governance), Pemerintah Daerah terus melakukan upaya untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Mahmudi, 2011). Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Mahmudi, 2011). Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan daerah pada dasarnya merupakan asersi atau pernyataan dari pihak manajemen pemerintah daerah yang menginformasikan kepada pihak lain, yaitu pemangku

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (065) LAPORAN KEUANGAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2015 (Audited) Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor 44 Jakarta Selatan 12190 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak diberlakukannya otonomi daerah pemerintah diberikan kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan semua urusan pemerintah. Perubahan pada sistem pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Otonomi Daerah Otonomi daerah di Indonesia dilaksanakan segera setelah gerakan reformasi 1998. Undang-Undang (UU) otonomi daerah mulai diberlakukan pada

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (065) LAPORAN KEUANGAN (AUDITED) UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor 44 Jakarta Selatan 12190 RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

SA Seksi 552 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN DAN DATA KEUANGAN PILIHAN. Sumber: PSA No. 53 PENDAHULUAN

SA Seksi 552 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN DAN DATA KEUANGAN PILIHAN. Sumber: PSA No. 53 PENDAHULUAN SA Seksi 552 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN DAN DATA KEUANGAN PILIHAN Sumber: PSA No. 53 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam pelaporan atas dokumen yang dibuat oleh

Lebih terperinci

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL SA Seksi 323 PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL Sumber: PSA No. 56 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi sebagai berikut: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED) BAGIAN ANGGARAN 065 LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED) Jl. Jenderal Gatot Subroto No.44 Jakarta Selatan 12190 KATA PENGANTAR Sebagaimana

Lebih terperinci

Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit.

Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit. SA Seksi 722 INFORMASI KEUANGAN INTERIM Sumber : PSA No. 73 PENDAHULUAN 01. Seksi ini memberikan pedoman mengenai sifat, saat, dan lingkup prosedur yang harus diterapkan oleh akuntan publik dalam melakukan

Lebih terperinci

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI Laporan Keuangan Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I di dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat. Terselenggaranya tata kelola pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki hak,wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara mandiriurusan pemerintahannya sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, setiap pengelola keuangan daerah harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang selama ini menganut sistem sentralistik berubah menjadi sistem desentralistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi keuangan negara pada tahap pertama telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan Peraturan Walikota Bandung Nomor 1404 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja badan pengelolaan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 510. Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal

Standar Audit SA 510. Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal SA 0 Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal SA paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR PERIKATAN AUDIT 0 PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode

Lebih terperinci

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualiied Opinion)

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualiied Opinion) Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima jenis pendapat akuntan yaitu: 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualiied Opinion) Dikatakan pendapat wajar tanpa pengecualian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses penyusunan laporan keuangan merupakan proses terpenting dari suatu organisasi untuk mengetahui bagaimana kinerja atau eksistensi suatu organisasi dalam

Lebih terperinci

BPK Memberikan Opini WDP untuk LKPD TA 2014 Pemprov NTT

BPK Memberikan Opini WDP untuk LKPD TA 2014 Pemprov NTT BPK Memberikan Opini WDP untuk LKPD TA 2014 Pemprov NTT www.timorexpress.com Kupang, beritalima Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menghargai berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi NTT dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam pelaksanaan tugas audit atas laporan keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan keuangan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH.  1 TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH http://www.ksap.org/ 1 I. PENDAHULUAN Berdasarkan undang-undang pemerintah daerah wajib menyusun Laporan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Tipe Opini Auditor. 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Tipe Opini Auditor. 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian BAB II PEMBAHASAN 2.1 Tipe Opini Auditor Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali dalam proses audit atapun proses atestasi lainnya karena opini tersebut merupakan informasi utama

Lebih terperinci

Standar Audit SA 800. Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus

Standar Audit SA 800. Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus SA 00 Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 00 PERTIMBANGAN KHUSUS AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG

Lebih terperinci

Pengelolaan Keuangan Satker BLU Kemenristekdikti dan Pengaruhnya Terhadap Opini Laporan Keuangan Kemenristekdikti

Pengelolaan Keuangan Satker BLU Kemenristekdikti dan Pengaruhnya Terhadap Opini Laporan Keuangan Kemenristekdikti Pengelolaan Keuangan Satker BLU Kemenristekdikti dan Pengaruhnya Terhadap Opini Laporan Keuangan Kemenristekdikti Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi, CFrA, CA. ANGGOTA III BPK RI JAKARTA, 2 MARET 2017 Perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teoritis Berbicara tentang opini audit, tidak terlepas dari akuntansi dan laporan keuangan sebagai objek yang diaudit. Oleh karenanya, sebelum berbicara lebih jauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan

Lebih terperinci

REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA

REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017 KONSEPSI REVIU REVIU SPI REVIU SAP PENINGKATAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT

KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance) merupakan isu aktual dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Praktik kepemerintahan

Lebih terperinci

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No. SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH Sumber: PSA No. 62 PENDAHULUAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini berisi standar untuk pengujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah 2.1.1 Akuntabilitas Akuntabilitas mengandung arti pertanggungjawaban, baik oleh orangorang maupun badan-badan yang dipilih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah

Lebih terperinci

KONSISTENSI PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA

KONSISTENSI PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA SA Seksi 420 KONSISTENSI PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA Sumber: PSA No. 09 PENDAHULUAN 01 Standar pelaporan kedua (disebut di sini sebagai standar konsistensi) berbunyi: Laporan

Lebih terperinci

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat terutama dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi daerah

Lebih terperinci

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Lembaga negara yang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara secara bebas dan mandiri Berkedudukan di ibukota negara Memiliki perwakilan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA Diana Tambunan Manajemen Administrasi ASM BSI Jakarta JL. Jatiwaringin Raya No.18, Jakarta Timur diana.dtb@bsi.ac.id ABSTRACT: This study aimed

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit Standar Prof SA Seksi 3 1 2 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan daerah, perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk mengelola otonomi daerah dan sistem pengelolaan keuangan daerah agar lebih baik. Otonomi daerah

Lebih terperinci

SA Seksi 551 PELAPORAN ATAS INFORMASI YANG MENYERTAI LAPORAN KEUANGAN POKOK DALAM DOKUMEN YANG DISERAHKAN OLEH AUDITOR. Sumber: PSA No.

SA Seksi 551 PELAPORAN ATAS INFORMASI YANG MENYERTAI LAPORAN KEUANGAN POKOK DALAM DOKUMEN YANG DISERAHKAN OLEH AUDITOR. Sumber: PSA No. SA Seksi 551 PELAPORAN ATAS INFORMASI YANG MENYERTAI LAPORAN KEUANGAN POKOK DALAM DOKUMEN YANG DISERAHKAN OLEH AUDITOR Sumber: PSA No. 36 Lihat SA Seksi 9553 untuk Interpretasi Seksi ini PENDAHULUAN 01

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI INSPEKTORAT JENDERAL LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI INTEGRITAS, PROFESIONAL, SEJAHTERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan pemerintah daerah adalah gambaran mengenai kondisi dan kinerja keuangan entitas tersebut. Satu diantaranya pengguna laporan keuangan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada sistem keuangan yang diterapkan Indonesia pada masa orde baru yaitu: (1) kelemahan dalam design

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kewajiban penyelenggaraan Pemerintahan Daerah telah diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah termasuk dalam hal pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah mengarahkan Pemerintah Indonesia menuju gerbang kemandirian dalam mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik atau sering disebut dengan Good

Lebih terperinci

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis. SA Seksi 710 PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM AUDIT BISNIS KECIL Sumber : PSA No. 58 PENDAHULUAN 01. Pernyataan Standar Auditing yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diterapkan dalam audit informasi

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KEUANGAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL (SPI) DI PERGURUAN TINGGI

PEMERIKSAAN KEUANGAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL (SPI) DI PERGURUAN TINGGI PEMERIKSAAN KEUANGAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL (SPI) DI PERGURUAN TINGGI Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inpektur Jenderal Kemenristekdikti Disampaikan Dalam Kegiatan Workshop dan Pendampingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah

Lebih terperinci

Kata Sambutan Kepala Badan

Kata Sambutan Kepala Badan Kata Sambutan Kepala Badan Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Ringkasan dan Telaahan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan BPK

Lebih terperinci

NTT Raih WTP, Ini Untuk Pertama Kalinya

NTT Raih WTP, Ini Untuk Pertama Kalinya NTT Raih WTP, Ini Untuk Pertama Kalinya www.beritalima.com Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur akhirnya meraih predikat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk pertama kalinya bagi Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia sudah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di Indonesia selama beberapa dekade

Lebih terperinci

PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI

PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI Laporan praktisi tentang prosedur yang disepakati yang berkaitan dengan asersi manajemen tentang kepatuhan entitas terhadap persyaratan tertentu atau tentang efektivitas

Lebih terperinci

Topik 3 : Laporan Akuntan

Topik 3 : Laporan Akuntan Topik 3 : Laporan Akuntan Tujuan : Setelah mempelajari topik ini mahasiswa mampu : 1. Menyebutkan jenis-jenis pendapat akuntan 2. Menyebutkan jenis-jenis laporan akuntan 3. Menjelaskan pertimbangan auditor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance and clean government), maka penyelenggara pemerintahan wajib melaksanakan tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun 2003 2004 pemerintah melakukan perombakan peraturan keuangan Negara, Pemerintah bersama dengan DPR mengeluarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas atas pelaksanaan otonomi daerah dalam hal pengelolaan keuangan daerah, instansi pemerintah diwajibkan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK RI diamanatkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK RI diamanatkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah (LKPD) merupakan suatu upaya nyata mewujudkan transparansi dan akuntabilitas di lingkungan pemerintah. Berdasarkan

Lebih terperinci

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN OPINI BPK ATAS LKPD DAERAH ACEH

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN OPINI BPK ATAS LKPD DAERAH ACEH MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN OPINI BPK ATAS LKPD DAERAH ACEH Dosen Pengampu : H. Sutrisno, SE, M.Si. Disusun Oleh : 1. Qomariyah (12030086) 2. Arum widiharti (12030090) SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YPPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Daerah di Indonesia saat ini masih berupaya meningkatkan reformasi pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan sektor publik merupakan posisi keuangan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan sektor publik merupakan posisi keuangan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan sektor publik merupakan posisi keuangan penting yang berasal dari transksi-transaksi yang dilakukan oleh organisasi sektor publik. Laporan

Lebih terperinci

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia Abstrak Sesuai dengan amanat PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP bahwa Pemerintah wajib menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam pelaporan keuangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep- 63/BL/2007 Tanggal : 13 April 2007

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep- 63/BL/2007 Tanggal : 13 April 2007 PERATURAN NOMOR VIII.G.14: PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH 1. Umum a. Seluruh definisi yang tercantum dalam Peraturan Nomor IX.C.12 tentang Pedoman Mengenai Bentuk Dan Isi Pernyataan Pendaftaran

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN

TUGAS MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN TUGAS MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisa laporan keuangan Nama : Febri Jaya Rizki Nim :1210307038 VI/MKS/A Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA HARUS BERKELANJUTAN

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA HARUS BERKELANJUTAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA HARUS BERKELANJUTAN www.economy.okezone.com Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, peningkatan transparansi dan akuntanbilitas pengelolaan negara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan keuangan daerah sendiri sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 sehingga

Lebih terperinci