EFIKASI PEMBERIAN EDUKASI TERKAIT 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CALON PENGANTIN WANITA AISYAH MUTHI AH

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

4 METODE PENELITIAN. Kecamatan Taman Sari. Desa C (intervensi) Masing-masing 1 Posyandu: - 4 kader - 31 ibu balita - 31 balita

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian One Group Pretest Posttest yaitu sampel pada penelitian ini

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

METODE PENELITIAN. Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal perkembangan otak dan pertumbuhan fisik yang baik. Untuk memperoleh

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa periode awal kehidupan atau biasa disebut

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

3 KERANGKA PEMIKIRAN

2. METODE Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Responden

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan,

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Disain eksperimental penelitian Motivasi Pesan Faktor. positif dan dengan cara penyajian tanpa penjelasan.

BAB IV METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Konsumsi Pangan. Preferensi Pangan. Karakteristik Makanan:

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Bagan Kerangka Pemikiran "##

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN MEMBACA LABEL PANGAN PADA MAHASISWA GIZI INSTITUT PERTANIAN BOGOR PUTRI SWASTANTI PANE

Gambar 2. Kerangka berpikir mengenai perilaku penggunaan pembalut pada mahasiswi

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka pengambilan contoh penelitian. Purposive. Proporsional random sampling. Mahasiswa TPB-IPB 2011/2012 (N=3494)

RANI SURAYA NIM

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah pra experimental dengan rancangan pretestposttest

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE PENELITIAN 1 N

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

PERUBAHAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK PASCA PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi

.BAB III METODE PENELITIAN. intervensi, kemuadian diobservasi lagi setelah intervensi.

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

TESIS. Oleh MARIA POSMA HAYATI /IKM

TESIS. Oleh HIKMAH NURMARALITA /IKM

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

METODE. n = Z 2 P (1- P)

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT POSYANDU TERHADAP SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI DUSUN NGANGKRIK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI. Hari Anak-Anak Balita 8 April SITUASI BALITA PENDEK

121 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

Kerangka pemikiran oprasional analisis self-esteem, self-efficacy, motivasi belajar dan prestasi akademik siswa disajikan pada gambar 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. waktu satu tahun per kelahiran hidup.

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian preeksperimental dan pendekatan one group pre test

Transkripsi:

EFIKASI PEMBERIAN EDUKASI TERKAIT 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CALON PENGANTIN WANITA AISYAH MUTHI AH DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efikasi Pemberian Edukasi terkait 1000 Hari Pertama Kehidupan terhadap Pengetahuan dan Sikap Calon Pengantin Wanita adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2017 Aisyah Muthi ah NIM I1413009

ABSTRAK AISYAH MUTHI AH. Efikasi Pemberian Edukasi terkait 1000 Hari Pertama Kehidupan terhadap Pengetahuan dan Sikap Calon Pengantin Wanita. Dibimbing oleh IKEU EKAYANTI. Seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) merupakan periode emas seorang anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Gangguan yang terjadi pada periode ini, akan berdampak pada kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak yang bersifat permanen dan berjangka panjang serta lebih sulit untuk diperbaiki setelah anak berusia 2 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efikasi pemberian edukasi terkait 1000 HPK terhadap pengetahuan dan sikap calon pengantin wanita. Desain penelitian ini adalah pra-experimental one-group pretest-posttest design dengan responden calon pengantin wanita di tiga KUA sebanyak 66 wanita. Penelitian dilakukan bulan Maret sampai dengan Mei 2017. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan (p<0.05) antara umur, pendidikan, pendapatan, dan pendidikan ayah terhadap pengetahuan dan sikap terkait 1000 HPK. Terdapat pula hubungan signifikan antara pendidikan ibu dengan pengetahuan terkait 1000 HPK. Namun tidak terdapat hubungan signifikan antara pendidikan ibu dengan sikap terkait 1000 HPK. Sedangkan besar keluarga dan jumlah sumber informasi tidak memiliki hubungan signifikan (P>0.05) dengan pengetahuan dan sikap terkait 1000 HPK. Pemberian edukasi memberikan efek positif terhadap pengetahuan dan sikap calon pengantin wanita. Terdapat peningkatan yang signifikan pada pengetahuan dan sikap setelah diberi edukasi. Kata Kunci: 1000 HPK; calon pengantin wanita; edukasi ABSTRACT AISYAH MUTHI AH. The Efficacy of Education Related to The First 1000 Days of Life to Brides Knowledge and Attitude. Supervised by IKEU EKAYANTI. First 1000 days of life (1000 HPK) is a golden period for a child to grow and develope optimally. Disturbances that occur during this period will have an impact on the survival and growth of children that are permanent, long-term and more difficult to repair after 2 years old. The objective in this research is to analyze the efficacy of education related to the first 1000 days of life education to brides knowledge and attitude. The study design was pra-experimental one-group pretest-posttest design with the respondents of brides-to-be in 3 KUA as many as 66 woman. This research was conducted form March to May 2017. Result of this research showed that there is sigificant correlation (p<0.05) between age, education, income, and father s education with first 1000 days of life knowledge and attitude. There is also significant correlation between mother s education with first 1000 days of life knowledge. But there is no significant correlation between mother s education with first 1000 days of life attitude. And there is no significant correlation (p>0.05) between number of families and amount of

information source with first 1000 days of life knowledge and attitude. Education that given has positive effect to knowledge and attitude brides to be. There is significally enhancement in knowledge and attitude after education. Keywords: brides-to-be; education; first 1000 days of life

EFIKASI PEMBERIAN EDUKASI TERKAIT 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CALON PENGANTIN WANITA AISYAH MUTHI AH Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi Dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

Judul Skripsi Nama NIM : Efikasi Pemberian Edukasi terkait 1000 Hari Pertama Kehidupan terhadap Pengetahuan dan Sikap Calon Pengatin Wanita : Aisyah Muthi ah : I14130094 Disetujui oleh Dr Ir Ikeu Ekayanti, MKes Pembimbing Diketahui oleh Dr Rimbawan Ketua Departemen Tanggal lulus :

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Judul skripsi ini adalah Efikasi Pemberian Edukasi terkait 1000 Hari Pertama Kehidupan terhadap Pengetahuan dan Sikap Calon Pengantin Wanita. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang membantu penulis, khususnya kepada: 1. Dr Rimbawan selaku Ketua Departemen Gizi Masyarakat IPB. 2. Dr Ir Ikeu Ekayanti MKes selaku dosen pembimbing skripsi dan pembimbing akademik yang telah banyak memberi ilmu, arahan, bimbingan, dan motivasi dalam penyelesaian penelitian skripsi. 3. Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani MSc selaku dosen pemandu seminar dan penguji skripsi atas masukan dan saran yang membangun untuk skripsi ini. 4. Kantor Urusan Agama Tamansari, Ciomas, dan Dramaga yang telah memberikan kesempatan, izin, serta memfasilitasi penulis dalam melaksanakan penelitian. 5. Ayah (Drs H Anwar Yasin) dan Ibu (Srihana Suganda), yang banyak memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan semangat tanpa henti. 6. Teh Urwah, A Jihad, Faiz, Ahim, dan Dede serta keponakan yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan keceriaan kepada penulis. 7. Raden Isfi Fathy Asfia yang berjuang bersama dalam penelitian ini. Terima kasih atas semangat, kerja sama, diskusi, dan bantuannya selama ini. It really helps me. 8. Teman-teman Departemen Gizi Masyarakat angkatan 50, Auregio, atas dukungan, kerja sama dan kebersamaan yang telah diberikan. Thanks for every memories that we shared together! 9. Pihak-pihak lain yang turut serta dalam penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Bogor, Juli 2017 Aisyah Muthi ah

DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Tujuan Umum 2 Tujuan Khusus 2 Hipotesis 3 Manfaat Penelitian 3 KERANGKA PEMIKIRAN 3 METODE PENELITIAN 5 Desain, Tempat, dan Waktu 5 Bentuk Intervensi 5 Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6 Pengolahan dan Analisis Data 7 Definisi Operasional 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Gambaran Umum KUA 10 Karakteristik Individu 11 Usia 12 Pendidikan 13 Pekerjaan 13 Pendapatan 14 Status Gizi 14 Karakteristik Keluarga 15 Besar keluarga 15 Pendidikan orang tua 16 Pekerjaan orang tua 16 Sumber informasi 17 Pengetahuan tentang 1000 HPK 18 Masa prenatal 20 Masa neonatal 21

Masa postnatal 22 Sikap tentang 1000 HPK 23 Masa prenatal 25 Masa neonatal 25 Masa postnatal 26 Efikasi Pemberian Edukasi terhadap Pengetahuan dan Sikap 1000 HPK 26 SIMPULAN DAN SARAN 28 Simpulan 28 Saran 29 DAFTAR PUSTAKA 30 LAMPIRAN 35 RIWAYAT HIDUP 43 DAFTAR TABEL 1 Variabel, jenis, alat, dan cara pengambilan data 6 2 Pengkategorian variabel penelitian 8 3 Karakteristik individu 11 4 Karakteristik keluarga 15 5 Sumber informasi 17 6 Jumlah sumber informasi 17 7 Sebaran topik pengetahuan 1000 HPK 19 8 Sebaran topik sikap 1000 HPK 24 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran perubahan pengetahuan dan sikap calon pengantin wanita terhadap 1000 HPK 4 2 Diagram alir pengambilan data 7 3 Grafik kategori pengetahuan responden 18 4 Grafik kategori sikap 23 DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil uji validasi 1 pengetahuan 35

2 Nilai cronbach s alpha validasi 1 pengetahuan 35 3 Hasil uji validasi 2 pengetahuan 36 4 Nilai cronbach s alpha validasi 2 pengetahuan 36 5 Hasil uji validasi 1 sikap 37 6 Hasil uji validasi 2 sikap 37 7 Nilai cronbach s alpha validasi 1 sikap 38 8 Nilai cronbach s alpha vallidasi 2 sikap 38 9 Hasil uji Spearman karakteristik responden 38 10 Hasil uji Spearman karakteristik keluarga 38 11 Hasil uji Spearman jumlah sumber informasi 39 12 Hasil uji one way ANOVA topik pengetahuan 39 13 Hasil uji one way ANOVA topik sikap 39 14 Tabel descriptive statistics dan ranks pengetahuan 1000 HPK 40 15 Hasil uji Wilcoxon Pengetahuan 1000 HPK 40 16 Tabel descriptive statistics dan ranks sikap 1000 HPK 40 17 Hasil uji Wilcoxon Sikap 1000 HPK 41 18 Media Leaflet 1000 HPK 42

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) adalah masa awal kehidupan yang dimulai saat di dalam kandungan sampai 2 tahun pertama setelah kelahiran. Periode ini mencakup 270 hari masa kehamilan, 180 hari masa pemberian ASI eksklusif, dan 550 hari masa pemberian ASI dan makanan pendamping ASI (WVI 2012). Adanya gangguan pada masa ini dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan otak yang nantinya akan mempengaruhi kognitif dan prestasi belajar. Selain itu, dapat pula mempengaruhi pertumbuhan massa tubuh dan komposisi badan yang akan mempengaruhi kekebalan dan kapasitas kerja di masa mendatang. Dampak kekurangan gizi pada masa 1000 HPK juga dapat mempengaruhi metabolisme glukosa, lipids, protein, hormon, reseptor, dan gen yang akan berdampak pada penyakit degeneratif seperti diabetes, obesitas, jantung, kanker, dan sebagainya. Kondisi status gizi kurang pada awal kehamilan dan resiko KEK pada masa kehamilan yang diikuti dengan penambahan berat badan kurang dapat meningkatkan resiko keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, dan berat bayi lahir rendah (James et al. 2000). Masa kehamilan merupakan periode penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang. Pertumbuhan, perkembangan, serta kesehatan anak sangat ditentukan oleh kondisi janin saat di dalam kandungan. Berat badan lahir normal merupakan cerminan dan titik awal yang penting karena dapat menentukan kemampuan bayi dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidup yang baru, sehingga tumbuh kembang bayi akan berlangsung secara normal (Syari et al. 2015). Masa kritis pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari hiperplasia (perbanyakan sel) yaitu 3 sampai 4 minggu pertama setelah pembuahan ketika kandungan DNA organ dan jaringan spesifik meningkat tajam. Defisit atau kelebihan zat gizi yang diberikan pada embrio dan janin selama periode ini dapat menyebabkan cacat seumur hidup pada struktur maupun fungsi organ dan jaringan. Misalnya neural tube yang berkembang ke otak dan sumsum tulang belakang selama minggu ke 3 dan 4 setelah pembuahan. Jika persediaan folat tidak memadai selama periode kritis ini, cacat permanen pada pembentukan susunan otak atau tulang belakang dapat terjadi, terlepas dari kesediaan asam folat pada waktu lain. Jaringan lain yang tidak mengalami multiplikasi cepat pada masa ini, seperti pankreas, tidak terpengaruh oleh kekurangan folat pada masa tersebut (Brown et al. 2011). Beberapa organ dan jaringan memiliki tingkat hiperplasia yang terjadi pada tahun pertama atau kedua setelah kelahiran dan selama masa pertumbuhan remaja. Sel dari sistem saraf pusat terus memperbanyak diri sekitar 2 tahun setelah kehamilan, walaupun tidak secepat masa awal kehamilan. Sel skeletal dan otot meningkat jumlahnya selama masa pertumbuhan remaja (Brown et al. 2011). Sehingga masa setelah lahir sampai 2 tahun juga menjadi periode kritis terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada masa ini anak tidak hanya membutuhkan zat gizi, tetapi juga stimulus untuk tumbuh dan berkembang. Remaja, khususnya remaja putri, sebagai calon ibu memiliki peran besar dalam

2 meningkatkan kesehatan anak nantinya (Hacket et al. 2012 dalam Pramudyta 2013). Remaja masih memerlukan zat gizi untuk tumbuh dan berkembang, sehingga remaja yang hamil dapat membahayakan calon ibu maupun janin di dalam kandungannya. Masalah gizi yang sering dialami oleh remaja adalah anemia. Hasil Riset Kesehataan Dasar 2013 menunjukkan bahwa proporsi anemia penduduk umur 15 sampai 24 tahun sebesar 18.4% (Riskesdas 2013). Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Presiden nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang fokus pada 1000 hari pertama kehidupan. Gerakan ini mengedepankan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada 1000 HPK (Kemenkes 2016). Pelaksanaan gerakan ini terdiri dari intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi spesifik merupakan kegiatan atau tindakan yang sudah direncanakan khusus untuk kelompok 1000 HPK seperti imunisasi, suplemen tabel folat, dan sebagainya. Sedangkan intervensi gizi sensitif merupakan kegiatan yang dilakukan di luar sektor kesehatan namun secara khusus dan terpadu memiliki dampak sensitif terhadap 1000 HPK seperti pendidikan gizi dan kesehatan, fortifikasi pangan, dan sebagainya (Rosha et al. 2016). Ambarwati et al. (2013) menyatakan bahwa peningkatan pengetahuan dapat disebabkan karena adanya perlakuan pendidikan gizi. Pemberian edukasi terkait 1000 HPK kepada para calon pengantin berperan penting untuk menghasilkan keturunan dengan kualitas hidup yang lebih baik. Namun, sasaran dari pemberian edukasi ini biasanya adalah remaja perempuan atau murid SMA. Sehingga peneliti tertarik untuk melihat efikasi dari pemberian edukasi terkait 1000 HPK kepada para calon pengantin wanita. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui kemampuan pemberian edukasi terkait 1000 HPK untuk memberikan efek terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap pada calon pengantin wanita. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi hubungan karakteristik individu dan keluarga yang meliputi umur, pendidikan, pendapatan, dan status gizi serta besar keluarga dan pendidikan orang tua dengan pengetahuan dan sikap terkait 1000 HPK. 2. Mengidentifikasi hubungan jumlah sumber informasi seperti internet, teman atau orang tua, tenaga kesehatan, media cetak, maupun media elektronik dengan pengetahuan dan sikap terkait 1000 HPK. 3. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan sikap 1000 HPK pada calon pengantin wanita. 4. Menganalisis efek pemberian edukasi terhadap pengetahuan dan sikap gizi responden terkait 1000 HPK setelah pemberian edukasi.

3 Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara karakteristik individu, keluarga, dan sumber informasi terhadap pengetahuan gizi terkait 1000 HPK serta adanya peningkatan pengetahuan dan sikap pada calon pengantin terkait 1000 HPK setelah diberikan edukasi. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh pemberian edukasi terkait 1000 HPK pada calon pengantin wanita di Kantor Urusan Agama (KUA). Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi pemerintah maupun tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi terkait program 1000 hari pertama kehidupan. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan calon pengantin wanita sehingga menghasilkan praktik 1000 HPK yang baik dan dapat menurunkan prevalensi masalah gizi pada balita. KERANGKA PEMIKIRAN Ibu dan anak merupakan sasaran utama gerakan 1000 HPK. Seribu hari pertama kehidupan mencakup masa prenatal, neonatal, dan postnatal. Kekurangan gizi dalam masa ini dapat menjadi masalah serius dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ibu memiliki peran penting dalam gerakan 1000 hari pertama kehidupan. Pengetahuan tentang gizi dan gerakan 1000 HPK ibu dapat mencegah masalah pertumbuhan dan perkembangan tersebut terjadi. Faktor yang diduga mempengaruhi pengetahuan tentang 1000 HPK adalah karakteristik individu, karakteristik keluarga, dan paparan media. Karakteristik individu diantaranya usia, pendidikan, pekerjaan. Karakteristik keluarga diantaranya besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga. Paparan media diantaranya mencakup media-media yang dapat memberikan informasi terkait 1000 HPK (Armeida 2016). Semakin tinggi pendidikan ibu, semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki oleh ibu tersebut. Umur ibu juga turut menunjukkan kesiapan untuk menikah. Pendapatan dan pekerjaan yang mapan mampu menunjang sarana untuk mengerapkan pengetahuan yang dimiliki ibu dalam menunjang gerakan 1000 HPK. Karakteristik keluarga juga juga mendukung pengetahuan dan kemampuan ibu untuk menerapan pengetahuan gizinya. Semakin banyak informasi yang dimiliki seorang ibu juga akan memengaruhi pengetahuan gizi ibu terkait gerakan 1000 HPK. Selain karakteristik individu, keluarga, dan sumber informasi, terdapat pula faktor lain yang dapat memengaruhi pengetahuan dan sikap seseorang. Faktor lain tersebut mencakup pengalaman, keyakinan, keinginan, motivasi yang dimiliki. Kemudian juga terdapat faktor lain mencakup sosial, budaya, contoh dari tokoh masyarakat, tersedianya sarana dan fasilitas, serta lingkungan fisik. Pemberian edukasi dapat mengubah ataupun menambah informasi yang dimiliki sehingga mampu mengubah pengetahuan dan sikap. Pemberian edukasi mencakup

4 tenaga pendidik, media edukasi, serta peserta didik. Pemberian edukasi bertujuan untuk memberikan informasi ataupun pengetahuan kepada peserta didik melalui media. Media dapat mempermudah penyapaian informasi sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik. Perubahan ataupun peningkatan pengetahuan gizi, khususnya tentang gerakan 1000 HPK, dapat memengaruhi sikap ibu. Sikap positif dapat memberikan perubahan dalam mengambil tindakan ataupun keputusan. Selanjutnya tindakan tersebut dapat memengaruhi status gizi bayi yang akan dilahirkannya. Tindakan positif diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan balita tersebut. Pengalaman Keyakinan Keinginan Motivasi Karakteristik Individu: Umur Pendidikan Pendapatan Status Gizi Karakteristik Keluarga Besar Keluarga Pendidikan orang tua Sosial Budaya Tokoh Masyarakat Pemberian Edukasi Media Leaflet Pengetahuan Gizi Sikap Praktik Akses informasi: Internet Teman atau orang tua Tenaga Kesehatan Media cetak Media elektronik Fasilitas Sarana Lingkungan fisik Status Gizi Balita Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti Gambar 1 Kerangka pemikiran perubahan pengetahuan dan sikap calon pengantin wanita terhadap 1000 HPK

5 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra experimental study tipe one-group pretest-posttest design, yaitu melihat perubahan responden setelah diberikan intervensi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2017 setiap Senin, Rabu, dan Kamis. Tempat penelitian ini adalah tiga KUA Kabupaten Bogor, yaitu KUA Kecamatan Tamansari, KUA Kecamatan Dramaga, dan KUA Kecamatan Ciomas. Pemberian edukasi ini dilakukan bersamaan dengan kursus calon pengantin (suscatin) di setiap KUA. Bentuk Intervensi Intervensi yang dilakukan merupakan edukasi dengan metode penyuluhan atau konseling. Metode edukasi disesuaikan dengan kondisi lapangan yaitu jumlah calon pengantin yang menghadiri suscatin di KUA. Apabila jumlah dari calon pengantin yang hadir lebih dari 5 orang metode yang dilakukan yaitu penyuluhan, sedangkan jika calon pengantin yang hadir kurang dari sama dengan 5 orang metode yang dilakukan berupa konseling. Pemberian edukasi di KUA Kecamatan Tamansari hanya dilakukan dengan metode konseling karena jumlah calon pengantin wanita yang datang untuk suscatin hanya sedikit. Media edukasi berupa leaflet diberikan baik kepada responden dengan metode penyuluhan ataupun konseling. Durasi pemberian penyuluhan berkisar antara 20 sampai 25 menit, sedangkan durasi pemberian konseling sekitar 30 menit. Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Contoh penelitian diambil dari calon pengantin wanita yang terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA) Kabupaten Bogor yang bersangkutan. Pengambilan contoh dilakukan dengan cara convenience sampling, yaitu pengambilan contoh secara accidental dimana responden diambil berdasarkan ketersediaan dan kemauan mereka untuk berpartisipasi (Gravetter dan Forzano 2012). Calon pengantin wanita yang menjadi responden penelitian adalah yang memenuhi kriteria inklusi selama bulan Maret sampai April 2017. Kriteria inklusi penelitian adalah: 1. Merupakan calon pengantin yang mendaftarkan diri untuk pernikahan pertama. 2. Sudah terdaftar di KUA. 3. Bersedia untuk diwawancara. Perkiraan jumlah responden minimal yang diperlukan untuk penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow (1997) sebagai berikut: n = Zα2 p(1 p) d 2

6 n = jumlah contoh Zα 2 = level yang signifikan pada 95% p = prevalensi BBLR nasional d = presisi yang diinginkan Tingkat kepercayaan yang digunakan (α) adalah 0.05 dan presisi yang diinginkan (d) sebesar 10 persen. Penelitian ini menggunakan proporsi anemia penduduk umur 15-24 tahun sebesar 18.4% menurut Riskesdas (2013). Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah responden yang harus diteliti sebanyak 64 orang. Namun, jumlah akhir responden yang diteliti sebanyak 66 orang. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung dari reponden dan diperoleh dari pengisian kuesioner maupun pre-test dan post-test. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik individu, karakteristik keluarga, sumber informasi, pengetahuan gizi terkait 1000 HPK, dan sikap gizi terkait 1000 HPK. Data sekunder yang digunakan meliputi gambaran umum Kantor Urusan Agama (KUA) di Kabupaten Bogor. Variabel, jenis data, alat dan cara pengambilan data disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Variabel, jenis, alat, dan cara pengambilan data No. Variabel Jenis data 1 Karakteristik individu -Usia -Pendidikan -Pendapatan -Pekerjaan -Status Gizi 2 Karakteristik keluarga -Besar Keluarga -Pekerjaan orangtua -Pendidikan orangtua 3 Sumber informasi -Internet -Teman/orangtua -Tenaga Kesehatan -Media cetak -Media elektronik Data primer Data primer Data primer Alat dan cara pengambilan data Pengisian kuesioner dan pengukuran antropometri Pengisian kuesioner Pengisian kuesioner 4 Pengetahuan Gizi Data primer Pre-test dan post-test 5 Sikap gizi Data primer Pre-test dan post-test 6 Gambaran Umum KUA Data sekunder Laporan KUA Pre-test dan post-test pengetahuan gizi mencakup sebanyak 20 pertanyaan tentang 1000 HPK dengan topik masa prenatal, masa neonatal (bayi 0 sampai 6

7 bulan), dan masa postnatal (bayi usia 7 sampai 24 bulan). Pre-test dan post-test berupa pertanyaan tertutup dimana setiap soal diberikan tiga pilihan jawaban dan hanya terdapat satu jawaban yang tepat. Pre-test dan post-test ini berisi pertanyaan yang mencakup masa prenatal hingga postnatal sesuai Kemenkes (2014) dan WVI (2012) disertai dengan modifikasi dari kuesioner Utami (2013), Warni (2015), dan Armeida (2016). Setiap pilihan jawaban benar diberikan satu poin dan jika salah tidak diberikan poin. Sedangkan pre-test dan post-test sikap gizi terkait 1000 HPK berupa 12 pernyataan tentang sikap yang diberikan pilihan Setuju ataupun Tidak Setuju. Setiap jawaban yang sesuai norma akan diberikan poin dan yang tidak sesuai tidak diberikan poin. Uji validasi dilakukan sebanyak dua kali untuk pertanyaan pengetahuan dan sikap. Responden untuk menguji validitas kuesioner sebanyak 20 orang sehingga nilai r tabel yang dibutuhkan adalah >0.444. Hasil uji validasi pertama memiliki nilai cronbach s alpha sebesar 0.788 dan terdapat 6 pertanyaan pengetahuan yang belum valid, sedangkan untuk sikap memiliki nilai cronbach s alpha sebesar 0.835 dan terdapat 1 pertanyaan yang belum valid. Kemudian dilakukan perubahan kata-kata dan juga susunan urutan pertanyaan sebelum kembali divalidasi. Hasil uji validasi menunjukkan seluruh pertanyaan pengetahuan dan sikap sudah valid dengan nilai cronbach s alpha sebesar 0.877 untuk pengetahuan dan 0.861 untuk sikap (Lampiran 1 sampai 4). Pengambilan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden. Responden dijelaskan tentang penelitian dan diberikan lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) sebelum diberikan kuesioner. Alur pengambilan data dilakukan secara bertahap seperti diagram berikut: Responden mengisi lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (1 menit) Responden mengisi kuesioner karakteristik dan pre-test (10 menit) Responden diberikan edukasi (20 sampai 30 menit) Responden mengisi kuesioner post-test (5 menit) Gambar 2 Diagram alir pengambilan data Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning dan selanjutnya dianalisis. Proses editing adalah pemeriksaan seluruh kuesioner, pre-test, dan post-test setelah data terkumpul. Proses coding yaitu pemberian angka atau kode

8 sehingga data mudah untuk diolah. Entry merupakan proses memasukkan data yang telah didapat ke dalam komputer untuk diolah menjadu satu data dasar. Selanjutnya cleaning adalah melakukan pengecekan kembali terhadap isian data yang telah dilakukan. Pengolahan data menggunakan Microsoft Excell 2013 dan Statistical Program for Social Sciences (SPSS) 16.0 for windows. Variabel-variabel penelitian dikelompokkan menjadi umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status gizi, besar keluarga, sumber informasi, pendidikan gizi, dan sikap gizi terkait 1000 HPK. Setiap variabel tersebut dikelompokkan untuk mempermudah analisis data. Berikut tabel kategori variabel penelitian. Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian No. Variabel Kategori Pengukuran 1 Umur 1. < 19 tahun 2. 19 24 tahun 3. > 24 tahun 2 Pendidikan (UU No. 20 Tahun 2004) 1. Pendidikan dasar (SD-SMP) 2. Pendidikkan menengah (SMA) 3. Pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi) 3 Pekerjaan 1. Tidak bekerja 2. PNS 3. Pegawai Swasta 4. Wirausaha 5. Buruh 6. Lainnya 4 Pendapatan (GK Kab. Bogor 2015) 5 Status Gizi (WHO Asia Pasifik) 6 Besar Keluarga (BKKBN 1999) 1. < Rp. 290 874 2. > Rp. 290 874 1. Underweight (IMT < 18.5 kg/m 2 ) 2. Normal (IMT 18.5-22.9 kg/m 2 ) 3. Overweight (23-24.9 kg/m 2 ) 4. Obesitas (IMT >25 kg/m 2 ) 1. Kecil ( 4 orang) 2. Sedang (5-6 orang) 3. Besar ( 7 orang) 7 Sumber Informasi 1. Internet (media sosial, browser, dan lain lain) 2. Teman atau orangtua 3. Tenaga kesehatan (dokter, bidan, kader posyandu, dan lain lain) 4. Media cetak (koran, buku, majalah, dan lain lain) 5. Media elektronik (televisi, radio, dan lain lain) 8 Pengetahuan Gizi (Khomsan et al. 2009) 9 Sikap Gizi (Khomsan et al. 2009) 1. Kurang (<60%) 2. Sedang (60-80%) 3. Baik ( 80%) 1. Kurang (<60%) 2. Sedang (60-80%) 3. Baik ( 80%)

9 Analisis data dilakukan menggunakan uji hubungan dan uji komparatif. Uji hubungan meliputi karakteristik individu, keluarga, dan sumber informasi terhadap pengetahuan dan sikap responden. Uji komparatif meliputi perbedaan pengetahuan dan sikap responden sebelum dan sesudah diberikan konseling. Uji yang dilakukan yaitu uji Spearman dan uji Wilcoxon. Uji tambahan berupa Kruskal Wallis, dan one way ANOVA. Definisi Operasional 1000 hari pertama kehidupan adalah masa awal kehidupan yang mencakup 270 hari masa kehamilan, 180 hari masa pemberian ASI eksklusif, dan 550 hari masa pemberian ASI dan makanan pendamping ASI. Akses informasi adalah cara responden dalam mengakses informasi mengenai gizi melalui internet, teman atau orang tua, tenaga kesehatan, media cetak, dan media elektronik. Besar Keluarga merupakan jumlah saudara yang dimiliki responden mencakup kakak dan adik dari keluarga inti dan tinggal dalam satu rumah. Calon pengantin wanita adalah wanita yang mendaftarkan diri untuk menikah pertama kali di Kantor Urusan Agama. Edukasi adalah pemberian pendidikan terkait 1000 hari pertama kehidupan dalam bentuk penyuluhan atau konseling kepada calon pengantin wanita. Efikasi adalah kemampuan untuk memberikan efek, dalam penelitian ini yaitu kemampuan pemberian konseling terkait 1000 HPK untuk memberikan efek kepada pengetahuan dan sikap calon pengantin wanita. Internet adalah sumber informasi yang didapatan dari media sosial ataupun aplikasi yang hanya dapat diakses jika menggunakan layanan internet. Karakteristik individu merupakan keadaan responden yang meliputi umur, pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan. Karakteristik keluarga merupakan keadaan keluarga responden yang meliputi besar keluarga, pekerjaan orang tua, dan pendidikan orang tua. Konseling adalah kegiatan memberikan edukasi gizi terkait 1000 hari pertama kehidupan secara perorangan. Media adalah benda yang digunakan dalam memberikan edukasi gizi terkait 1000 hari pertama kehidupan pada calon pengantin wanita. Media cetak adalah sumber informasi yang didapatkan dari media berbentuk hardcopy seperti koran, majalah, buku-buku, dan sebagainya. Media Elektronik adalah sumber informasi yang didapatkan dari media-media yang digunakan dengan sumber listrik seperti radio dan televisi. Pekerjaan adalah mata pencaharian utama responden yang dilakukan sehari-hari. Pekerjaan orang tua merupakan mata pencaharian utama yang dilakukan oleh orang tua responden sehari-hari. Pendapatan merupakan upah atau gaji yang didapatkan responden dari pekerjaan yang dilakukannya atau uang jajan yang diterima responden dalam jangka waktu satu bulan. Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir calon pengantin wanita mencakup Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sarjana.

10 Pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan terakhir orang tua mencakup Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sarjana. Pengetahuan gizi adalah tingkat pemahaman responden terhadap 1000 HPK yang dilihat melalui hasil pre-test maupun post-test. Penyuluhan adalah pemberian edukasi dengan metode ceramah di depan lebih dari 5 orang responden. Responden adalah calon pengantin wanita yang memenuhi kriteria inklusi dan mengikuti kegiatan penelitian hingga selesai. Tenaga kesehatan adalah sumber informasi yang didapatkan dari orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan mencakup dokter, bidan, kader posyandu, dan sebagainya. Sikap gizi adalah kemampuan responden untuk memutuskan sikap yang diambil tentang 1000 HPK melalui hasil pre-test maupun post-test. Umur adalah usia calon pengantin wanita sejak dilahirkan sampai pada saat mengisi kuesioner. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum KUA Kantor Urusan Agama (KUA) adalah unit pelayanan publik sekaligus sebagai unit teknis di Bidang Urusan Agama Islam di tingkat kecamatan, dengan kata lain KUA secara struktural adalah unit kerja kementrian Agama yang berada di sekitar masyarakat. Kantor Urusan Agama Tamansari awalnya merupakan bagian dari kabupaten Bogor, Kecamatan Ciomas. Namun adanya pemekaran wilayah membuat Kecamatan Ciomas dibagi menjadi dua, yaitu Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Tamansari. Wilayah KUA Kecamatan Tamansari terdiri dari Desa Sukamantri, Desa Sirnagalih, Desa Pasir Eurih, Desa Tamansari, Desa Sukaluyu, Desa Sukaresmi, Desa Sukajaya, dan Desa Sukajadi. Pelaksana tugas pelayanan publik KUA Kecamatan Tamansari mencakup 1 orang kepala, 1 orang penghulu, 5 orang pelaksana, 8 personil, 1 orang penyuluh, dan 1 orang pramu kantor dengan pembagian tugas yang berbeda-beda. Jumlah penduduk Kecamatan Tamansari sebanyak ± 87 355 jiwa dengan proporsi agama terbanyak Islam, kemudian Katolik, Protestan, Budha, dan terakhir Hindu. KUA Kecamatan Tamansari melaksanakan kursus calon pengantin setiap hari Senin pukul 09.00 sampai 10.00 WIB. KUA Kecamatan Ciomas berdiri pada tahun 1940 di Pancasan, kemudian pada tahun 1995 hingga sekarang berada di tanah Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor dilingkungan Kantor Kecamatan Ciomas dengan luas bangunan 89.20 m 2. Sesuai peraturan Menteri Agama (PMA No. 11 Tahun 2007, KUA Kecamatan Ciomas adalah instansi Kementrian Agama yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor dibidang Urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan. Berdasarkan data kependudukan sampai tanggal 31 Desember 2013 jumlah penduduk di wilayah

11 KUA Kecamatan Ciomas berjumlah 140 970 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 72 844 dan jumlah perempuan sebanyak 68 126 jiwa. Data peristiwa nikah dan rujuk KUA Kecamatan Ciomas tahun 2016 adalah sebanyak 1 146 data nikah dan 0 data rujuk. KUA Kecamatan Ciomas melaksanakan kursus calon pengantin setiap hari Kamis pukul 09.00 sampai 10.00 WIB. KUA Kecamatan Dramaga berdiri sejak 1994 dengan induk organisasi KUA Kecamatan Ciomas. Kemudian tahun 2010 KUA Kecamatan Dramaga secara definitif meliputi Desa Sukawening, Desa Petir, Desa Purwasari, Desa Neglasari, Desa Ciherang, Desa Sinarsari, Desa Sukadamai, Desa Dramaga, Desa Cikarawang, dan Desa Babakan. Berdasarkan data kependudukan sampai dengan tanggal 31 Desember 2013, jumlah penduduk di wilayah KUA Kecamatan Dramaga berjumlah 94 178 jiwa, terdiri dari 48 321 jiwa laki-laki dan 45 587 jiwa perempuan dengan persentase agama terbanyak Islam, kemudian Katolik, diikuti Protestan, Hindu, dan terakhir Budha. KUA Kecamatan Dramaga juga rutin mengadakan kursus calon pengantin setiap minggunya. Suscatin KUA Kecamatan Dramaga dilaksanakan pada hari Rabu pukul 09.00 sampai 10.00 WIB. Karakteristik Individu Responden yang diteliti merupakan calon pengantin wanita yang telah terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tamansari, Kecamatan Ciomas, dan Kecamatan Dramaga. Responden yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria menikah untuk pertama kali, sudah terdaftar di KUA, dan bersedia untuk menjadi responden. Karakteristik responden yang diamati meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan status gizi. Berikut disajikan karakteristik responden penelitian. Tabel 3 Karakteristik individu Karakteristik individu Jumlah % Umur (tahun) < 19 10 15.2 19-24 44 66.7 >24 12 18.2 Jumlah 66 100.0 Pendidikan SD-SMP 26 39.4 SMA/SMK 28 42.4 Perguruan Tinggi 12 18.2 Jumlah 66 100.0 Pekerjaan Tidak bekerja 21 31.8 Pegawai Swasta 20 30.3 Wirausaha 8 12.1 Petani/Nelayan/Buruh 10 15.2 Lainnya 7 10.6 Jumlah 66 100.0

12 Tabel 3 Karakteristik individu (lanjutan) Karakteristik individu Jumlah % Pendapatan < Rp. 290 874 8 12.1 > Rp. 290 874 58 87.9 Jumlah 66 100.0 Status Gizi Underweight 16 24.2 Normal 35 53.0 Overweight 5 7.6 Obesitas 10 15.2 Jumlah 66 100.0 Usia Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Bab 2 Pasal 7 Ayat 1, usia minimal perkawinan untuk pria yaitu 19 tahun sedangkan wanita 16 tahun. Pasal sebelumnya, yaitu pasal 6 ayat 2 menyatakan bahwa untuk melangsungkan perkawinan seseorang yang belum mencapai 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Responden paling muda berusia 17 tahun dan sudah memenuhi syarat dari undang-undang tersebut. Usia responden tidak tersebar merata dan berada pada rentang 17-37 tahun dengan median pada usia 22 tahun. Berdasarkan rentang usia responden, kategori usia dibagi menjadi tiga kuartil, yaitu kurang dari 19 tahun, 19 sampai 24 tahun, dan lebih dari 24 tahun. Responden terbanyak berada pada usia 19 sampai 24 tahun dengan persentase sebesar 66.7%, kemudian sebanyak 18.2% berusia lebih dari 24 tahun, dan sebanyak 15.2% berusia kurang dari 19 tahun. Menurut Sari dan Sunarti (2013), usia merupakan salah satu faktor kesiapan menikah. Usia dewasa muda diasumsikan lebih memikirkan dan mencari informasi mengenai kesiapan menikah, yang mencakup kesiapan menjadi istri dan menjadi seorang ibu. Berdasarkan hasil uji Spearman, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05; r=0.52) antara usia dan pengetahuan dengan nilai keeratan kuat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya usia, semakin meningkat pula pengetahuan yang dimiliki. Selain terhadap pengetahuan, hubungan antara umur dan sikap juga diuji. Hasil uji hubungan antara umur dan sikap menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0.05; r=0.336) antara umur dan sikap walaupun nilai keeratan lemah. Semakin meningkatnya umur sejalan dengan semakin meningkatnya sikap terkait 1000 HPK. Hal ini diduga karena semakin bertambahnya umur, semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir seseorang, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Arini (dalam Rahmawati 2013) yang mengatakan bahwa semakin meningkat umur, maka persentase berpengetahuan semakin baik karena disebabkan oleh akses informasi, wawasan, dan mobilitas yang meningkat. Suharyat (2010) menyatakan bahwa pengetahuan tentang sesuatu adalah awal yang mempengaruhi sikap yang mungkin mengarah kepada suatu perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa signifikannya hubungan antara usia dengan sikap terkait 1000 HPK erat kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki oleh responden.

13 Pendidikan Menurut UU No. 20 tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab VI, jenjang pendidikan formal dibagi menjadi pendidikan dasar mencakup Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama atau sederajat, pendidikan menengah mencakup Sekolah Menengah Atas atau sederajat, dan Perguruan Tinggi. Jenjang pendidikan responden tersebar pada SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Tidak ada responden yang tidak bersekolah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui persentase pendidikan responden terbesar menempuh pendidikan hingga SMA/SMK yaitu sebesar 42.4%. Sedangkan sebanyak 39.4% menempuh pendidikan dasar (SD-SMP), dan 18.2% menempuh perguruan tinggi. Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan (p<0.05; r=0.584) dengan nilai keeratan kuat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan responden semakin tinggi pula pengetahuannya. Hasil uji hubungan antara pendidikan dan sikap juga menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0.05; r=0.393) walaupun nilai keeratan lemah. Mubarak et al. (2007) menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Rahmawati (2013) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin mudah seseorang untuk menerima informasi sehingga memperbanyak pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin mencari tahu dan mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan sikap terkait 1000 HPK diduga berkaitan erat dengan pengetahuan yang dimiliki oleh responden. Semakin meningkatnya pengetahuan, sikap yang dimiliki oleh responden juga akan menjadi lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Trisnawati et al. (2016) dimana sebagian responden yang memiliki pengetahuan yang baik juga memiliki sikap yang mendukung terhadap pentingnya gizi 1000 HPK. Pekerjaan Pekerjaan dikategorikan menjadi enam jenis pekerjaan, yaitu tidak bekerja, PNS, pegawai swasta, wirausaha, petani/nelayan/buruh, dan lainnya. Sebanyak 31.8% responden tidak bekerja, 30.3% pegawai swasta, 15.2% petani/nelayan/buruh, 12.1% wirausaha, dan 10.6% lainnya. Pekerjaan dapat memengaruhi pengetahuan seseorang lewat informasi yang berada di lingkungan pekerjaan tersebut. Cummings (2004) mengatakan bahwa kelompok kerja yang efektif terlibat dalam berbagi pengetahuan eksternal mencakup pertukaran informasi dan umpan balik dengan pelanggan, pakar organisasi, dan pihak lain diluar kelompok. Responden yang memiliki pengetahuan yang baik merupakan wirausaha, tidak bekerja (mahasiswa), dan lainnya (bidan). Sehingga, diduga pekerjaan tersebut memungkinkan berhubungan dengan profesi tertentu maupun langsung mendapatkan akses informasi yang dapat memengaruhi pengetahuan responden mengenai 1000 HPK.

14 Pendapatan Pendapatan dibagi berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor tahun 2015, yaitu Rp. 290 864. Data pendapatan responden didapatkan dari kuesioner yang diberikan kepada responden. Jika responden tidak bekerja, pendapatan berupa uang saku yang diberikan setiap bulan. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 87.9% responden memiliki pendapatan lebih dari GK setiap bulannya. Pendapatan bukan merupakan faktor yang langsung memengaruhi pengetahuan. Namun, pendapatan berhubungan dengan pekerjaan dan menentukan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh responden. Berdasarkan uji Spearman yang dilakukan, diketahui bahwa pendapatan memiliki hubungan yang signifikan (p<0.05; r=0.428) dengan pengetahuan terkait 1000 HPK. Nilai keeratan hubungan antara pendapatan dan pengetahuan termasuk kuat. Selain itu, hubungan antara pendapatan dan sikap juga menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0.05; r=0.422) dengan nilai keeratan kuat. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan yang dimiliki oleh seseorang, semakin tinggi pula pengetahuan dan sikap terkait 1000 HPK. Hal tersebut diduga karena pendapatan responden yang tinggi berhubungan dengan posisi jabatan didalam kerja yang lebih stabil, dan didalam pekerjaan tersebut terdapat pertukaran informasi dengan profesi tertentu maupun rekan kerja terkait 1000 HPK. Hal ini sejalan dengan Mubarak et al. (2007) yang menyatakan bahwa lingungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, pendapatan juga berhubungan erat dengan pendidikan yang dimiliki. Seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi cenderung memperoleh pendapatan yang lebih tinggi pula (Setiawan 2010). Berdasarkan hasil uji hubungan tambahan antara pendapatan dan pendidikan juga menunjukkan terdapat hubungan signifikan dengan nilai keeratan dalam kategori kuat. Status Gizi Status gizi merupakan keadaan terpenuhinya kebutuhan terhadap zat gizi, yaitu keseimbangan antara asupan dan penyerapan terhadap zat gizi yang dibutuhkan untuk berbagai proses biologis termasuk pertumbuhan dan perkembangan (Rahayu dan Dieny 2012). WHO Asia pasifik membagi status gizi menjadi 4 kelompok berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT). Kategori pertama yaitu underweight dimana IMT kurang dari 18.5 kg/m 2, kemudian normal dimana IMT berada di selang 18.5 sampai 22.9 kg/m 2, overweight dimana IMT berada di selang 23 sampai 24.9 kg/m 2, dan obesitas dimana IMT lebih dari 25 kg/m 2. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 53.0% responden memiliki status gizi normal, 24.2% memiliki status gizi kurang, 15.2% memiliki status gizi obesitas, dan 7.6% memiliki status gizi overweight. Hasil uji Spearman menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan pengetahuan (p>0.05; r=0.058 ) dan sikap (p>0.05; r=0.036) terkait 1000 HPK. Hal ini sejalan dengan penelitian Armeida (2016) yang menyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan terkait 1000 HPK dengan status gizi.

15 Karakteristik Keluarga Karakteristik keluarga yang diamati mencakup besar keluarga, pendidikan ayah, pekerjaan ayah, pendidikan ibu, dan pekerjaan ibu. Berikut tabel karakteristik keluarga responden. Tabel 4 Karakteristik keluarga Karakteristik keluarga Jumlah % Besar Keluarga Kecil (<4 orang) 6 9.1 Sedang (4-6 orang) 45 68.2 Besar (>6 orang) 15 22.7 Jumlah 66 100.0 Pendidikan ayah Tidak Sekolah 3 4.5 SD-SMP 49 74.2 SMA/SMK 9 13.6 Perguruan Tinggi 5 7.6 Jumlah 66 100.0 Pekerjaan ayah Tidak bekerja 2 3.0 PNS 5 7.6 Pegawai Swasta 12 18.2 Wirausaha 11 16.7 Petani/Nelayan/Buruh 29 43.9 Lainnya 7 10.6 Jumlah 66 100.0 Pendidikan ibu Tidak Sekolah 1 1.5 SD-SMP 53 80.3 SMA/SMK 10 15.2 Perguruan Tinggi 2 3.0 Jumlah 66 100.0 Pekerjaan ibu Tidak bekerja 54 81.8 PNS 2 3.0 Pegawai Swasta 1 1.5 Wirausaha 1 1.5 Petani/Nelayan/Buruh 1 1.5 Lainnya 7 10.6 Jumlah 66 100.0 Besar keluarga Besar keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumber daya yang sama (Sukandar 2007). BKKBN membagi besar keluarga menjadi keluarga kecil dengan jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan 4 orang, keluarga sedang dengan jumlah anggota keluarga 5 sampai 6 orang, dan keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga lebih dari sama dengan 7 orang (Elmanora

16 et al. 2012). Lebih dari setengah jumlah responden (68.2%) tinggal dengan keluarga sedang dengan jumlah anggota keluarga 5 smapai 6 orang, kemudian sebanyak 22.7% responden tinggal dengan keluarga besar, dan 9.1% responden tinggal dengan keluarga kecil. Berdasarkan hasil uji hubungan Spearman, diketahui bahwa besar keluarga tidak berhubungan dengan pengetahuan (p>0.05; r=-0.005). Selain itu, hubungan antara besar keluarga dan sikap juga tidak memiliki hubungan yang signifikan (p>0.05; r=0.075). Hal ini sejalan dengan penelitian Gunawan (2014) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara besar keluarga dengan pengetahuan terkait 1000 HPK. Pendidikan orang tua Latar belakang pendidikan orang tua terkadang dapat mempengaruhi pengetahuan gizi seorang anak. Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka (Eliana dan Solikhah 2012). Pendidikan formal terbanyak yang ditempuh oleh orang tua responden merupakan pendidikan dasar (SD-SMP). Sebanyak 74.2% ayah dan 80.3% ibu responden menempuh pendidikan dasar tersebut. Kemudian sebanyak 13.6% ayah dan 15.2% ibu responden menempuh pendidikan menengah (SMA/SMK), sebanyak 7.6% ayah dan 3.0% ibu responden menempuh pendidikan di perguruan tinggi, dan sebanyak 4.5% ayah dan 1.5% ibu responden tidak bersekolah. Menurut Pahlevi (2012), tingkat pendidikan formal menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan menekuni pengetahuan yang diperoleh. Pengetahuan gizi anak juga didapat dari sumber-sumber yang ada di lingkungan sosialnya, terutama ibu. Kualitas pelayanan ibu dalam menyediakan dan menyajikan makanan dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya dan dapat menentukan status gizi anak. Anak secara langsung maupun tidak langsung dapat menyerap pengetahuan yang dimiliki oleh lingkungan sosialnya, khususnya ibu. Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05; r=0.443) antara pendidikan ayah dengan pengetahuan. Selain itu juga terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05; r=0.305) antara pendidikan ibu dengan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan penelitian Stavrinides (2011) yang menyatakan bahwa pengetahuan orang tua akan memengaruhi pengetahuan anak karena selain di sekolah, anak menghabiskan waktunya di rumah dan berinteraksi dengan orang tua. Selain itu, hubungan antara pendidikan orang tua dan sikap terkait 1000 HPK juga diuji. Pendidikan ayah memiliki hubungan yang signifikan (p<0.05; r=0.361) dengan sikap terkait 1000 HPK, sedangkan pendidikan ibu tidak berhubungan signifikan (p>0.05; r=0.199). Pekerjaan orang tua Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebanyak 43.9% ayah dan 1.5% ibu responden memiliki pekerjaan sebagai buruh, sebanyak 18.2% ayah dan 1.5% ibu bekerja sebagai pegawai swasta, sebanyak 16.7% ayah dan 1.5% ibu bekerja sebagai wirausaha, sebanyak 10.6% ayah dan ibu termasuk kategori lainnya, 7.6% ayah dan 3% ibu bekerja sebagai PNS, dan 3.0% ayah dan 81.8% ibu tidak bekerja. Pekerjaan orang tua menentukan pendapatan yang diterima oleh keluarga tersebut. Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi seluruh anggota keluarga, sehingga akan berpengaruh ke kondisi kesehatan dan gizi keluarga (Rahayu dan Dieny 2012).

17 Sumber informasi Sumber informasi calon pengantin wanita dibedakan menjadi lima sumber, yaitu internet, teman atau orang tua, tenaga kesehatan, media cetak, dan media elektronik. Data sumber informasi didapat dari kuesioner yang diisi oleh responden. Responden boleh memilih lebih dari satu, kemudian setiap pilihan responden diberikan nilai 1. Berikut tabel sebaran sumber informasi yang diperoleh dari responden. Tabel 5 Sumber informasi Sumber informasi Jumlah % Internet (media sosial, browser, dan lain-lain) 22 28.9 Teman atau orang tua 16 21.1 Tenaga kesehatan (dokter, bidan, kader posyandu, dan lainlain) 33 43.4 Media cetak (koran, buku, majalah, dan lain-lain) 3 3.9 Media elektronik (televisi, radio, dan lain-lain) 2 2.6 Jumlah 76 100.0 Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa persentase sumber informasi terbanyak tentang 1000 HPK berasal dari tenaga kesehatan, kemudian internet, teman atau orang tua, media cetak, dan media elektronik. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan merupakan sumber informasi yang penting untuk memberikan informasi terkait 1000 HPK. Selain tenaga kesehatan, internet, dan teman atau orang tua juga berperan penting sebagai sumber informasi terkait 1000 HPK. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0.05) antar setiap sumber informasi yang dipilih oleh responden. Hal ini menunjukkan bahwa jenis sumber informasi tidak mempengaruhi pengetahuan terkait 1000 HPK. Selain berdasarkan jenis, jumlah sumber informasi yang dimiliki responden juga dilihat. Berikut sebaran jumlah sumber informasi yang dimiliki responden. Tabel 6 Jumlah sumber informasi Jumlah sumber informasi Jumlah % Satu sumber informasi 55 84.6 Dua sumber informasi 9 13.8 Tiga sumber informasi 1 1.5 Jumlah 65 100.0 Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 84.6% responden memilih satu jenis sumber informasi terkait 1000 HPK. Sebanyak 13.8% memilih dua jenis sumber informasi, dan sebanyak 1.5% memilih tiga jenis sumber informasi. Berdasarkan hasil uji Spearman, dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan signifikan antara jumlah sumber informasi dan pengetahuan terkait 1000 HPK (p>0.05; r=0.134). Selain itu, dilakukan pula uji hubungan antara jumlah sumber informasi dan sikap terkait 1000 HPK. Hasil uji ini juga menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan (p>0.05; r=0.167) antara jumlah sumber informasi dengan sikap 1000 HPK responden. Hasil penelitian ini sejalan dengan Gunawan (2014) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan

18 yang signifikan antara jumlah sumber informasi dengan pengetahuan dan sikap terkait 1000 HPK. Pengetahuan tentang 1000 HPK Pengetahuan tentang 1000 HPK responden didapatkan dari kuesioner yang diberikan kepada responden. Sebanyak 20 pertanyaan tentang 1000 HPK diberikan dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan 3 pilihan jawaban dengan satu jawaban yang tepat. Setiap pertanyaan yang dijawab benar diberi nilai 1, dan jika salah diberi nilai 0 dengan nilai maksimal sebesar 20. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan mencakup pengetahuan tentang masa prenatal, neonatal, dan postnatal. Topik masa prenatal memiliki 8 pertanyaan mengenai anemia dan kehamilan. Kemudian topik masa neonatal (0 sampai 6 bulan) memiliki 7 pertanyaan mengenai IMD, ASI eksklusif, berat badan bayi normal, dan imunisasi. Topik masa postnatal (7 sampai 24 bulan) memiliki 5 pertanyaan mengenai pemberian vitamin A, dan MO-ASI. Selain berdasarkan topik, pengetahuan juga dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kurang (<60%), sedang (60%-79%), dan baik ( 80%). Berikut grafik kategori pengetahuan responden. 63,6 48,5 24,2 12,2 13,6 37,9 Kurang Sedang Baik Pre-test Post-test Gambar 3 Grafik kategori pengetahuan responden Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan edukasi terkait 1000 HPK, sebagian besar (63.6%) responden memiliki pengetahuan kurang, yaitu sebanyak 42 responden. Kemudian hanya sebanyak 16 orang (24.2%) responden memiliki pengetahuan sedang, dan sebanyak 8 responden (12.2%) responden memiliki pengetahuan baik. Sebanyak 12.2% responden ini memiliki pendidikan tingkat menengah dan tingkat tinggi, juga bekerja sebagai wirausaha dan lainnya (bidan). Pendidikan yang tinggi berhubungan dengan kemudahan untuk mendapat informasi, sedangkan pekerjaan berhubungan dengan pertukaran informasi yang terdapat di lingkungan kerjanya. Setelah diberikan edukasi, dapat terlihat bahwa kategori kurang menurun drastis sedangkan kategori sedang dan baik bertambah. Sebanyak 9 responden (13.6%) masih memiliki pengetahuan kurang, tetapi sebanyak 25 responden (37.9%) memiliki pengetahuan

19 sedang dan sebanyak 32 responden (48.5%) memiliki pengetahuan baik. Peningkatan pengetahuan juga dapat dilihat berdasarkan sebaran topik terkait 1000 HPK. Sebaran jumlah responden menjawab benar berdasarkan topik dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7 Sebaran topik pengetahuan 1000 HPK Topik No Pertanyaan Pre-test Post-test N % N % 1 Penyebab anemia 39 59.1 61 92.4 2 Cara mencegah anemia 41 62.1 59 89.4 3 Usia hamil berisiko tinggi 33 50.0 39 59.1 4 Status gizi ibu yang beresiko Masa prenatal Masa neonatal (0-6 bulan) Masa postnatal (7-24 bulan) 21 31.8 20 30.3 melahirkan bayi prematur dan BBLR 5 Minimal periksa kehamilan 20 30.3 65 98.5 6 Pertambahan BB normal saat hamil 24 36.4 52 78.8 7 Kandungan zat gizi pada TTD 39 59.1 51 77.3 8 Jumlah minimal konsumsi TTD 10 15.2 61 92.4 Rata-rata 43.0 77.3 9 Kepanjangan IMD 49 74.2 62 93.9 10 Pemberian IMD 41 62.1 58 87.9 11 Kolostrum 39 59.1 54 81.8 12 Pemberian ASI Eksklusif 41 62.1 50 75.8 13 Pemberian ASI 44 66.7 53 80.3 14 Minimal berat badan bayi normal 37 56.1 57 86.4 15 Imunisasi dasar lengkap 32 48.5 46 69.7 Rata-rata 61.3 82.3 16 Pemberian vitamin A 37 56.1 56 84.8 17 Pemberian vitamin A merah 13 19.7 21 31.8 18 Pemberian vitamin A biru 26 39.4 24 36.4 19 Kepanjangan MP-ASI 54 81.8 60 90.9 20 Jenis makanan pertama untuk bayi 25 37.9 42 63.6 Rata-rata 47.0 61.5 Berdasarkan rata-rata keseluruhan, terdapat peningkatan dari 50.4% responden yang menjawab benar di pre-test menjadi 75.1% responden menjawab benar di post-test. Berdasarkan sebaran topik, peningkatan paling besar terdapat pada topik masa prenatal. Terdapat peningkatan sebesar 34.3% pada post-test masa prenatal. Sebanyak 43.0% responden yang menjawab benar di pre-test menjadi 77.3% responden yang menjawab benar di post-test. Peningkatan persentase menjawab benar pada masa neonatal dan postnatal berturut-turut sebesar 21.0% dan 14.5%. Peningkatan paling sedikit terdapat pada masa postnatal, yaitu ketika bayi berusia 7 sampai 24 bulan. Berdasarkan sebaran pertanyaan, topik yang paling tidak diketahui responden pada masa prenatal adalah jumlah minimal konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Pertanyaan pada topik masa neonatal yang paling tidak diketahui adalah imunisasi dasar lengkap, dan pertanyaan pada topik masa postnatal yang paling tidak diketahui adalah pemberian vitamin A merah. Uji one way ANOVA dilakukan untuk setiap topik

20 pengetahuan. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antar topik di pre-test, begitu pula antara topik di post-test. Masa prenatal Masa prenatal merupakan periode awal yang sangat penting. Pertumbuhan, perkembangan, serta kesehatan anak sangat ditentukan oleh kondisi janin saat di dalam kandungan. Topik-topik yang perlu diketahui untuk masa ini adalah anemia dan kehamilan. Anemia, yang biasa disebut kurang darah merupakan keadaan dimana darah merah kurang dari normal. Anemia pada ibu hamil adalah keadaan dimana seorang ibu mengalami defisiensi zat besi didalam darahnya (Nurhidayati 2013). Ibu hamil yang menderita anemia beresiko mengalami gangguan tumbuh kembang janin dan persalinan (Purbadewi dan Ulvie 2013). Ibu hamil rentan mengalami anemia defisiensi besi karena pada masa kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya volume plasma darah bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Cunningham et al. dalam Yanti et al. 2015). Di Indonesia, pemberian tablet besi kepada ibu hamil sudah dilakukan sejak tahun 1975 dengan melibatkan lintas sektor dan lintas program seperti pelayanan antenatal care oleh bidan terhadap ibu hamil. Pelayanan ini secara rutin telah dilaksanakan oleh puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit umum (RSU), dan klinik-klinik swasta dengan cara memberikan tablet tambah darah yang berisi 60 mg ferro dan 0.25 mg asam folat kepada ibu hamil minimal 90 tablet saat hamil (Subarda et al. 2011). Topik mengenai kehamilan juga perlu diketahui, meliputi usia dan status gizi yang beresiko melahirkan bayi BBLR, pertambahan berat badan saat hamil, dan minimal periksa kehamilan. Suririnah (2009) mengemukakan bahwa pada usia kurang dari 20 tahun alat reproduksi untuk hamil belum matang sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin, sedangkan pada umur lebih dari 35 tahun dapat menyebabkan persalinan prematur karena umur ibu yang termasuk beresiko. Hasil analisis Purbadewi dan Ulvie (2013) menunjukkan bahwa persentase ibu hamil yang termasuk umur reproduksi tidak sehat ( kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun) lebih banyak menderita anemia dibanding ibu hamil yang termasuk umur reproduksi sehat. Kemampuan usus halus pada ibu hamil yang termasuk umur reproduksi tidak sehat kurang dapat mengabsorpsi zat besi yang terkandung dalam makanan sehingga kurang mampu mensupply darah secara cukup ke plasenta, sehingga mengakibatkan terjadinya anemia saat kehamilan. Selain usia, status gizi ibu hamil juga menentukan resiko melahirkan bayi prematur dan BBLR. Hasil penelitian Hanifah (2009) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi ibu hamil dengan berat badan bayi lahir. Semakin baik ukuran lingkar lengan atas (LILA) ibu hamil, semakin baik pula berat badan bayi lahir, begitupun sebaliknya. Pengukuran LILA merupakan penilaian untuk status gizi ibu hamil. Jika ukuran LILA kurang dari 23.5 cm artinya wanita atau ibu hamil tersebut memiliki resiko KEK dan dapat melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Rendahnya status gizi (underweight) ibu selama kehamilan dapat mengakibatkan dampak buruk tidak hanya pada bayi, tetapi juga pada ibu hamil (Indrawati 2015).

21 Pemeriksaan kehamilan yang dikenal dengan Antenatal Care (ANC) merupakan salah satu program safe motherhood diwujudkan sebagai 4 pilar Motherhood dan Gerakan Sayang Ibu. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal 4 kali pemeriksaan selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga. Dengan pemeriksaan ANC, diharapkan ibu dapat merawat dirinya selama hamil dan mempersiapkan persalinannya (Erlina et al. 2013). Penambahan berat badan yang terjadi selama kehamilan disebabkan oleh peningkatan ukuran berbagai jaringan reproduksi, adanya pertumbuhan janin, dan terbentuknya cadangan lemak ibu. Resiko melahirkan BBLR meningkat pada kenaikan berat badan yang kurang selama kehamilan (Puspitasari et al. 2011). Menurut Lubis (dalam Puspitasari et al. 2011), seorang ibu yang tercukupi kebutuhan gizinya akan mengalai kenaikan sebesar 11-13 kg. Kondisi yang demikian diharapkan akan melahirkan bayi yang sehat dan ibu bisa menjalani kehamilan dan persalinan yang aman. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test pada topik masa prenatal, terdapat peningkatan pada seluruh pertanyaan, kecuali pada pertanyaan mengenai status gizi ibu yang beresiko melahirkan bayi prematur dan BBLR. Terdapat penurunan sebesar 1.5% pada pertanyaan mengenai status gizi ibu yang beresiko melahirkan bayi prematur dan BBLR. Sebanyak 7 pertanyaan lainnya mengalami peningkatan. Peningkatan paling besar sebesar 77.3% terdapat pada pertanyaan mengenai jumlah konsumsi minimal TTD, kemudian sebesar 68.2% pada pertanyaan mengenai jumlah minimal periksa kehamilan, dan sebesar 42.4% pada pertanyaan mengenai pertambahan BB normal saat hamil. Masa neonatal (0-6 bulan) Masa neonatal merupakan masa ketika bayi baru lahir sampai dengan 6 bulan pertama setelah lahir. Beberapa topik perlu diketahui mengenai masa ini, meliputi Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif, berat badan lahir normal, dan imunisasi dasar lengkap. Menurut Depkes (2014), berat badan bayi lahir yang termasuk normal adalah 2.5 kg atau diatasnya. Jika berat badan bayi saat lahir kurang dari 2.5 kg, bayi tersebut termasuk dalam kategori BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah memerlukan perawatan yang intensif dibandingkan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Bayi memiliki kemampuan untuk menyusu sendiri asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the best crawl atau merangkak mencari payudara (Roesli 2008). ASI yang keluar hari pertama sampai hari ketiga merupakan Kolostrum. Kolostrum ini mengandung zat gizi berkualitas tinggi berupa protein dan antibodi yang siap melindungi bayi ketika kondisi bayi masih sangat lemah, juga berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kolostrum juga mengandung immunoglobulin A (IgA) yang dapat membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman yang dapat masuk kedalam tubuh bayi (Fitriyanti et al. 2015) WHO merekomendasikan untuk memberikan ASI saja selama 6 bulan untuk keuntungan yang optimal bagi ibu dan bayi, yang biasa disebut dengan ASI Eksklusif. ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa diselingi makanan

22 ataupun minuman lain selama 6 bulan sejak bayi lahir. Namun, pelaksanaan ASI esklusif ini dapat terpenuhi jika masalah-masalah potensial seperti status gizi ibu hamil dan laktasi, status mikronutrien bayi dan pelayanan kesehatan dasar rutin bagi bayi sudah berhasil diatasi (Fikawati dan Syafiq 2010). ASI bermanfaat untuk menjaga ketahanan tubuh bayi karena mengandung zat anti infeksi. Selain itu, ASI mengandung zat gizi lengkap seperti karbohidrat berupa laktosa, lemak dalam bentuk asam lemak tak jenuh ganda, protein utama berupa lactabumin yang mudah dicerna, serta vitamin dan mineral (Fitriyanti et al. 2015). Pemberian ASI saja dilakukan selama 6 bulan, tetapi hingga usia bayi berusia 2 tahun ASI tetap diberikan dengan Makanan Pendamping ASI (Tim Penyusun 2016). Selain pemberian ASI, bayi juga memerlukan imunisasi. Imunisasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk menimbulkan ataupun meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap paparan penyakit (Rahmawati dan Umbul 2014). Depkes (2010) menyatakan bahwa terdapat program imunisasi dasar dengan nama Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) mencakup 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, dan 1 dosis Campak. Namun pada pelaksanaannya tidak seluruh bayi atau balita melengkapi lima imunisasi dasar tersebut. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelengkapan imunisasi yaitu sikap petugas lokasi imunisasi, kehadiran petugas, usia ibu, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan keluarga per bulan, kepercayaan terhadap dampak buruk imunisasi, status pekerjaan ibu, tradisi keluarga, tingkat pengetahuan ibu, dan dukungan keluarga (Rahmawati dan Umbul 2014). Berdasarkan hasil pre-test dan post-test pada topik masa neonatal, terdapat peningkatan pada seluruh pertanyaan. Peningkatan paling besar sebesar 30.3% terdapat pada pertanyaan mengenai berat badan lahir normal, kemudian sebesar 25.8% pada pertanyaan mengenai pemberian inisiasi menyusu dini, dan sebesar 22.7% pada pertanyaan mengenai kolostrum. Peningkatan paling sedikit sebesar 13.6% terdapat pada pertanyaan mengenai pemberian ASI dan pemberian ASI eksklusif. Masa postnatal (7-24 bulan) Masa postnatal merupakan masa setelah kelahiran, yaitu sejak bayi berusia 7 bulan sampai dengan 2 tahun. Pertanyaan yang terdapat pada topik ini adalah pemberian vitamin A dan MP-ASI. Vitamin A merupakan vitamin larut lemak dan merupakan zat gizi yang diperlukan manusia agar proses fisiologis dalam tubuh berlangsung secara normal. Vitamin A penting untuk pertumbuhan sel, meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan imunologi, pertumbuhan badan, dan mencegah petumbuhan sel-sel kanker (Almatsier 2009). Depkes RI (2005) menyatakan bahwa pemberian vitamin A untuk balita (6-59 bulan) secara gratis diberikan di Posyandu dan Puskesmas pada bulan Februari adn Agustus. Dosis pemberian untuk bayi berusia 6 sampai 11 bulan sebesar 100.000 IU dengan warna kapsul biru, sedangkan untuk anak 12 sampai 59 bulan sebesar 200.000 IU dengan warna kapsul merah (Agustyani 2012). Masa 7 sampai 24 bulan ini merupakan masa bayi memperoleh makanan selain ASI, yang biasa disebut Makanan-Pendamping ASI karena ASI tetap diberikan. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan setalah bayi berusia 6 bulan. Makanan yang diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan berupa bubur, susu, buah, dan sebagainya yang berbentuk lunak (Prabantini 2010). Pemberian MP-

23 ASI bertahap sesuai dengan kemampuan bayi. Makanan lumat diberikan pada usia 6 sampai 8 bulan, kemudian diberikan makanan semi-padat pada usia 8 sampai 12 bulan, dan makanan padat pada usia 12 sampai 24 bulan (Tim Penyusun 2016). Berdasarkan hasil pre-test dan post-test pada topik masa postnatal, terdapat peningkatan pada seluruh pertanyaan, kecuali pertanyaan mengenai pemberian vitamin A biru. Terdapat penurunan sebesar 3.0% pada pertanyaan mengenai vitamin A biru. Peningkatan paling besar sebesar 28.8% terdapat pada pertanyaan mengenai bulan pemberian vitamin A, kemudian sebesar 25.8% pada pertanyaan mengenai jenis MP-ASI pertama diberikan untuk bayi. Sikap tentang 1000 HPK Sikap merupakan gagasan atau tindakan yang diambil berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu (Kustriyani 2009). Sikap yang dilakukan responden dalam penelitian ini bukanlah sesuatu yang sudah dilakukan, tetapi merupakan gambaran atau refleksi yang akan dilakukan responden tersebut Sikap tentang 1000 HPK responden didapatkan dari kuesioner yang diberikan. Kuesioner berbentuk pernyataan norma dengan pilihan setuju dan tidak setuju. Kategori sikap dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kurang (<60%), sedang (60%- 79%), dan baik ( 80%). Berikut grafik kategori sikap responden. 71,2 86,4 19,7 9,1 7,6 6,1 Kurang Sedang Baik Pretest Posttest Gambar 4 Grafik kategori sikap Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan edukasi terkait 1000 HPK, sebagian besar (71.2%) responden sudah memiliki sikap baik, yaitu sebanyak 47 responden. Kemudian hanya sebanyak 13 orang (19.7%) responden memiliki sikap sedang, dan sebanyak 6 responden (9.1%) responden memiliki sikap kurang. Setelah diberikan edukasi, dapat terlihat bahwa kategori baik meningkat sedangkan kategori sedang dan kurang menurun. Sebanyak 5 responden (7.6%) masih memiliki sikap kurang dan sebanyak 4 responden (6.1%) memiliki sikap sedang, tetapi sebanyak 57 responden (86.4%) memiliki sikap baik. Sebagian besar responden memiliki sikap yang baik pada pre-test walaupun memiliki pengetahuan kurang. Menurut Notoatmodjo (2007), penentuan sikap

24 tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan, tetapi juga keyakinan yang dimiliki oleh seseorang, termasuk dalam menyikapi pendidikan yang diberikan. Sehingga, diduga responden memiliki kepercayaan yang mengarahkan kepada sikap yang baik walaupun tdiak memiliki pengetahuan tentang hal itu. Diduga pula karena terdapat kecenderungan individu untuk memilih pernyataan yang sesuai norma karena penyataan sikap yang cenderung menggiring. Peningkatan sikap juga dapat dilihat berdasarkan sebaran topik terkait 1000 HPK. Berikut sebaran responden yang menjawab sesuai norma pada sikap terkait 1000 HPK dapat dilihat pada tabe 8. Tabel 8 Sebaran topik sikap 1000 HPK Pre-test Post-test Topik No Pernyataan N % N % 1 Pemeriksaan rutin kandungan 58 67.9 61 92.4 2 Mengonsumsi makanan tinggi zat besi Masa prenatal Masa neonatal (0-6 bulan) Masa postnatal (7-24 bulan) agar terhindar anemia 62 93.9 65 98.5 3 Kualitas makanan yang dikonsumsi tidak perlu diperhatikan 61 92.4 63 95.5 4 Status gizi calon ibu mempengaruhi kesehatan calon ibu dan janin 64 97.0 65 98.5 Rata-rata 92.8 96.2 5 Bayi usia 0-6 bulan boleh diberi madu agar kenyang 32 48.5 52 78.8 6 Imunisasi perlu dilakukan kepada bayi 59 89.4 61 92.4 7 Tidak memberikan susu formula saat bayi berusia kurang dari 6 bulan 52 78.8 54 81.8 8 ASI dapat dipompa dan diberikan kepada bayi ketika Ibu pergi 58 87.9 58 87.9 Rata-rata 76.1 85.2 9 Bayi usia 7-24 bulan tidak perlu diberikan imunisasi 52 78.8 52 78.8 10 Pemberian MP-ASI bayi usia 7-24 bulan tidak perlu jika bayi gemuk 49 74.2 48 72.7 11 Bayi usia 7-24 bulan masih harus ditimbang setiap bulan 65 98.5 63 95.5 12 ASI tetap diberikan hingga bayi berusia 24 bulan 55 83.3 62 93.9 Rata-rata 83.7 85.2 Berdasarkan rata-rata keseluruhan, terdapat peningkatan dari 84.2% responden yang menjawab sesuai norma di pre-test menjadi 88.9% responden menjawab sesuai norma di post-test. Berdasarkan sebaran topik, peningkatan paling besar terdapat pada topik masa neonatal. Terdapat peningkatan sebesar 9.1% pada post-test masa neonatal. Sebanyak 76.1% responden yang menjawab sesuai norma di pre-test menjadi 85.2% responden yang menjawab sesuai norma di post-test. Peningkatan persentase menjawab benar pada masa prenatal dan postnatal berturut-turut sebesar 3.4% dan 1.5%. Berdasarkan sebaran topik, ratarata paling rendah pada pre-test adalah topik masa neonatal. Penyataan yang

25 paling banyak dijawab tidak sesuai dengan norma pada topik prenatal adalah mengenai ibu hamil tidak perlu memeriksakan kandungannya secara rutin. Sebanyak 12.1% responden menjawab tidak sesuai dengan norma. Kemudian pada topik neonatal, sebanyak 51.5% responden menyatakan tidak sesuai norma mengenai pemberian madu pada bayi usia 0 sampai 6 bulan. Selanjutnya pada topik postnata, sebanyak 25.8% responden menjawab tidak sesuai norma pada pernyataan mengenai pemberian MP-ASI pada bayi usia 7 sampai 24 bulan yang gemuk. Uji one way ANOVA dilakukan pada setiap topik sikap. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05) antara rata-rata setiap topik di pre-test maupun post-test. Masa prenatal Menurut Erlina et al. (2013) pemeriksaan ibu hamil minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga. Ibu hamil juga sebaiknya mengonsumsi makanan tinggi zat besi untuk mencegah anemia. Ibu hamil yang menderita anemia beresiko terhadap gangguan tumbuh kembang janin dan persalinan sehingga ibu sebaiknya mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi selama kehamilan ataupun meminum tablet tambah darah (Purbadewi dan Ulvie 2013). Ibu hamil tidak hanya perlu memperhatikan kuantitas makanan, tetapi juga kualitas makanan yang dikonsumsinya. Depkes (2014) menyatakan bahwa selama hamil dan menyusui seorang ibu harus menambah jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan bayi. Oleh sebab itu, tak hanya jumlah yang harus diperhatikan tetapi juga jenis makanan tersebut. Selain itu, status gizi ibu juga dapat mempenagruhi kesehatan calon ibu dan janin. Ibu dengan status gizi kurang atau LILA <23.5 cm beresiko mengalami KEK dan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (Puspitasari et al. 2011). Berdasarkan hasil pre-test dan post-test pada topik masa prenatal, terdapat peningkatan pada seluruh pernyataan. Peningkatan paling besar sebesar 4.5% terdapat pada pernyataan 1 dan 2 mengenai pemeriksaan kandungan dan konsumsi makanan tinggi zat besi. Kemudian peningkatan paling sedikit sebesar 1.5% pada pernyataan nomor 4 mengenai status calon ibu harus diperhatikan baik sebelum maupun saat kehamilan. Masa neonatal Bayi usia 0 sampai 6 bulan belum boleh diberikan madu, ataupun makanan lain selain ASI. ASI mengandung zat gizi lengkap seperti karbohidrat berupa laktosa, lemak dalam bentuk asam lemak tak jenuh ganda, protein utama berupa lactabumin yang mudah dicerna, serta vitamin dan mineral (Fitriyanti et al. 2015). Pemberian makanan lain akan menyebabkan bayi mudah sakit karena sistem pencernaan bayi belum bekerja dengan baik (Giri et al. 2013). Bayi usia 0 sampai 6 bulan juga perlu diimunisasi. Imunisasi perlu dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi yang masih lemah. Pemberian imunisasi ini dilakukan pada usia 0-24 bulan (Rahmawati dan Umbul 2014). Berdasarkan hasil pre-test dan post-test pada topik masa neonatal, terdapat peningkatan pada seluruh pernyataan kecuali pernyataan mengenai ASI dapat dipompa ketika ibu pergi. Tidak terdapat peningkatan mauapun penurunan pada topik tersebut. Peningkatan paling besar sebesar 30.3% terdapat pada pernyataan 5

26 mengenai pemberian madu pada bayi usia 0-6 bulan. Kemudian peningkatan sebesar 3.0% pada pernyataan nomor 6 dan 7 mengenai imunisasi dan pemberian susu formula pada bayi kurang dari 6 bulan. Masa postnatal Pemberian ASI tetap diberikan hingga usia bayi berusia 2 tahun. Bayi usia 6 bulan, memiliki kebutuhan gizi lebih tinggi dibandingkan usia kurang dari 6 bulan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi usia 6 bulan pemberian MP-ASI penting untuk dilakukan (Tim Penyusun 2016). Bayi usia 7 sampai 24 bulan juga masih memerlukan imunisasi dasar untuk meningkatkan kekebalan tubuh (Rahmawati dan Umbul 2014). Status gizi bayi usia 0-59 bulan perlu dipantau melalui berat badan dan tinggi badannya, karena pada masa ini bayi rentan terhadap penyakit kronik (WVI 2012). Berdasarkan hasil pre-test dan post-test pada topik masa postnatal, terdapat peningkatan sebesar 10.6% pada pernyataan mengenai ASI tetap diberikan hingga bayi berusia 2 tahun. Tidak terdapat peningkatan maupun penurunan pada pernyataan mengenai bayi usia 7-24 bulan tidak pelru diberikan imunisasi. Kemudian terdapat penurunan sebesar 1.5% pada pernyataan mengenai pemberian MP-ASI pada bayi usia 7 sampai 24 bulan yang gemuk, dan terdapat pula penurunan sebesar 3.0% pada pernyataan mengenai penimbangan bayi usia 7 sampai 24 bulan. Efikasi Pemberian Edukasi terhadap Pengetahuan dan Sikap terkait 1000 HPK Pemberian edukasi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap responden terkait 1000 HPK. Pengetahuan dan sikap responden yang dinilai melalui jawaban kuesioner kemudian diuji menggunakan SPSS 16.0. Uji yang dilakukan yaitu uji Wilcoxon dimana data yang digunakan merupakan data berpasangan dari satu responden. Berdasarkan hasil uji komparatif Wilcoxon, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata post-test lebih tinggi daripada pre-test dengan nilai minimum dan maksimum yang juga lebih tinggi. Nilai rata-rata naik dari 50.37 menjadi 75.07, sedangkan nilai minimum pre-test sebesar 10 naik menjadi 30 di post-test, dan nilai maksimum di pre-test sebesar 90 menjadi 100 di post-test. Hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan nilai p value (asymp. Sig. 2 tailed) sebesar 0.000. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara pre-test dan post-test pengetahuan terkait 1000 HPK. Menurut hasil uji, terdapat 1 responden yang nilai post-test nya lebih rendah dibandingkan pre-test dan 1 responden yang memiliki nilai post-test sama dengan pre-test. Sebanyak 64 responden lainnya memiliki nilai post-test yang meningkat dari nilai pre-test. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua responden mengalami peningkatan pengetahuan setelah diberikan edukasi. Octamelia (2012) menyatakan bahwa keberhasilan dari penyuluhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat, dan ketersediaan waktu di masyarakat. Masyarakat menganggap adat istiadat adalah sesuatu yang tidak boleh diabaikan, masyarakat juga lebih

memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi. Selain pengetahuan, pre-test dan post-test dari sikap terkait 1000 HPK juga diuji komparatif menggunakan uji Wilcoxon. Secara deskriptif, perbedaaan nilai rata-rata pre-test dan post-test responden hanya sebesar 0.05 dengan nilai minimum yang meningkat sedangkan nilai maksimum tetap. Nilai minimun pretest sebesar 4 meningkat menjadi 6 pada post-test, sedangkan nilai maksimum tetap berada pada nilai 12. Besarnya perbedaan ini dilihat dengan uji Wilcoxon bermakna secara statistik. Hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan nilai p value (asymp. Sig. 2 tailed) sebesar 0.004. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara pre-test dan post-test sikap karena nilai p<0.05. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon, dapat diketahui bahwa sebanyak 11 responden mengalami penurunan nilai pada hasil post-test mereka dan sebanyak 26 responden memiliki nilai post-test yang sama dengan pre-test. Hanya sebanyak 29 responden yang mengalami peningkatan nilai post-test. Hal ini disebabkan karena banyaknya responden yang sudah memiliki sikap sesuai norma dan termasuk kategori baik pada hasil pre-test. Heinich (dalam Handayani dan Ristrini 2010) menyatakan bahwa media dan teknologi berpengaruh banyak dalam pendidikan, terutama karena menawarkan banyak kemungkinan untuk terjadinya peningkatan kegiatan belajar mengajar. Keberadaan media adalah memfasilitasi komunikasi antara sumber informasi dan penerima informasi. Handayani dan Ristrini (2010) mengatakan terdapat empat faktor yang mempengaruhi pembelajaran dengan media, yaitu materi ajar, karakteristik pembelajar, aktivitas belajar, dan evaluasi. Karakteristik materi ajar berupa 1000 HPK mencakup masa sebelum kehamilan, awal kehamilan, sampai bayi lahir dan bayi diberikan makanan pendamping ASI hingga usia 2 tahun. Materi ini memiliki tingkat kesulitan yang beragam karena terdapat beberapa informasi yang sebelumnya tidak diketahui sama sekali oleh masyarakat luas. Sehingga untuk beberapa soal yang tidak diketahui responden menebak atau memilih pilihan yang dianggap paling benar bukan berdasarkan pengetahuan. Faktor kedua yang mempengaruhi pembelajaran dengan media adalah karakteristik pembelajar. Pembelajar, yang dalam penelitian ini calon pengantin wanita, memiliki karateristik yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil uji Spearman, usia, pendidikan, dan pendapatan responden mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki oleh responden. Namun, rasa ingin tahu yang dimiliki responden juga berpengaruh. Semakin tinggi rasa ingin tahu yang dimiliki, responden akan memperhatikan penyuluhan maupun konseling dengan seksama dan lebih mudah menerima materi yang diberikan. Selanjutnya faktor ketiga berupa aktivitas belajar. Pada penyuluhan, materi diberikan dengan metode ceramah dan responden diberikan media berupa leaflet yang diberikan satu untuk setiap responden. Sedangkan pada metode konseling, responden diberikan materi sambil menunjukkan bagian materi pada leaflet. Media leaflet diberikan agar selain mendengar, responden juga memperhatikan dan melihat gambar yang terdapat pada media sehingga lebih mudah untuk memahami materi. Aktivitas belajar yang dilakukan juga dipengaruhi oleh gaya belajar dari responden tersebut. Beberapa responden fokus mendengarkan saat pemberian materi, beberapa lainnya fokus membaca media saja. Kemudian faktor terakhir yang mempengaruhi pembelajaran 27

28 yaitu evaluasi yang dilakukan. Dalam penelitian ini evaluasi yang diberikan berupa pertanyaan post-test dari materi yang sudah diberikan. Post-test ini mencakup pengetahuan dan juga sikap terkait 1000 HPK. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa intervensi berupa penyuluhan maupun konseling yang dilakukan mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap terkait 1000 HPK. Hal ini sesuai dengan hasil uji Wilcoxon maupun peningkatan nilai responden pada post-test pengetahuan dan sikap. Kozma (dalam Handayani dan Istrini 2010) menyatakan bahwa media dapat membantu pemahaman seorang pembelajar. Ketika dalam media disertakan gambar, materi akan lebih mudah dipahami dengan lengkap dan tepat. Penyuluhan kesehatan berkaitan dengan perubahan-perubahan yang dapat mengubah perilaku dan membantu pencapaian tujuan yang diinginkan, sehingga setelah penyuluhan terjadi perbedaan yang bermakna pada pengetahuan dan sikap responden. Teori Benyamin Blum menyatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Teori tersebut juga menjelaskan bahwa perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu maupun masyarakat (Makhfudli dalam Kusumawardhani 2012). Oleh sebab itu, dalam rangka mewujudkan generasi masa depan yang lebih baik, intervensi terkait 1000 HPK terhadap faktor perilaku sangat penting. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Intervensi terhadap faktor perilaku ini dapat berupa pemberian edukasi yang mampu merubah sikap dan perilaku. Pengetahuan terkait 1000 HPK sangat penting untuk terjadinya perubahan perilaku. Dengan meningkatnya pengetahuan dan sikap terkait 1000 HPK, diharapkan dapat mendorong praktik gizi yang lebih baik pada calon pengantin wanita, sehingga calon pengantin wanita dapat mempersiapkan kehamilannya sejak dini dan menghasilkan keturunan yang lebih baik serta kualitas hidup yang lebih baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagian besar responden berumur 19 sampai 24 tahun (66.7%) dengan pendidikan menengah (42.4%), tidak bekerja (31.8%), pendapatan diatas GK Kabupaten Bogor (87.9%), dan memiliki status gizi normal (53.0%). Sebagian responden juga memiliki besar keluarga sedang (68.2%). Ayah responden sebagian besar menjadi buruh (43.9%) dan ibu responden sebagian besar tidak bekerja (81.8%). Orang tua responden sebagian besar memiliki pendidikan dasar (ayah 74.2% dan ibu 80.3%). Terdapat hubungan signifikan antara umur, pendidikan, pendapatan, dan pendidikan ayah responden terhadap pengetahuan dan sikap gizi terkait 1000 HPK. Terdapat pula hubungan antara pendidikan ibu dengan pengetahuan terkait 1000 HPK. Namun tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan sikap terkait 1000 HPK. Tidak terdapat pula hubungan antara besar keluarga terhadap pengetahuan dan sikap terkait 1000 HPK.

29 Persentase sumber informasi terbanyak terkait 1000 HPK berasal dari tenaga kesehatan (43.4%), internet (28.9%), dan teman atau orang tua (21.1). Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan, internet, dan teman atau orang tua memiliki peran penting untuk memberikan informasi. Sebagian besar responden hanya memilih satu sumber informasi. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah sumber informasi dengan pengetahuan dan sikap terkait 1000 HPK. Kategori pengetahuan responden sebelum diberikan edukasi sebagian besar termasuk dalam kategori kurang (<60%) dengan sikap termasuk kategori baik ( 80%). Setelah diberikan edukasi, terdapat peningkatan pengetahuan rata-rata sebesar 34.3% pada topik masa prenatal, sebesar 21.0% pada topik masa neonatal, dan sebesar 14.5% pada topik masa postnatal. Pertanyaan yang paling tidak diketahui responden adalah mengenai jumlah minimal konsumsi TTD. Peningkatan sikap rata-rata pada topik masa prenatal sebesar 3.4%, pada topik masa neonatal sebesar 9.1%, dan pada topik masa postnatal sebesar 1.5%. Hasil uji wilcoxon menunjukkan peningkatan ini bermakna secara statistik Saran Peningkatan pada pengetahuan dan sikap terkait 1000 HPK menunjukkan bahwa penyuluhan maupun konseling yang diberikan mampu memberikan efek. Peningkatan pengetahuan dan sikap ini diharapkan dapat mempengaruhi praktik terkait gizi 1000 HPK, serta menghasilkan perilaku gizi yang lebih baik sehingga calon pengantin wanita diharapkan dapat mempersiapkan kehamilan sejak dini. Pemberian penyuluhan ataupun konseling terkait 1000 HPK terhadap calon pengantin wanita sebaiknya diberikan secara berkelanjutan. Pemberian penyuluhan ini dapat diberikan oleh kader ataupun bidan dengan bekerjasama dengan KUA. Persyaratan wajib imunisasi Tetanus Toksoid pada KUA sebaiknya dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan, dimana saat imunisasi calon pengantin dapat diberikan materi terkait 1000 HPK bukan hanya mengenai fungsi dari imunisasi tersebut. Menurut peneliti, topik yang paling penting diketahui oleh calon wanita adalah mengenai masa prenatal, karena berdasarkan rata-rata pre-test topik tersebut paling kecil nilainya. Masa prenatal juga tahapan pertama yang akan dilalui oleh calon pengantin sehingga masa inilah yang benar-benar harus disiapkan. Calon pengantin wanita juga sebaiknya diberikan media atau buku terkait 1000 HPK agar materi dapat dibaca kembali. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah menganalisis juga efikasi pemberian edukasi terhadap calon pengantin pria sehingga dapat dibandingkan peningkatan pengetahuan dan sikap antara calon pengantin wanita dan pria. Selain itu juga penelitian ini hanya melihat dampak jangka pendek dari pengetahuan dan sikap terkait 1000 HPK sehingga pengamatan jangka panjang terhadap efikasi dari pemberian edukasi juga disarankan untuk penelitian selanjutnya. Media edukasi yang diberikan untuk penelitian selanjutnya juga dapat berupa audio visual sehingga lebih menarik, namun sebaiknya responden tetap diberikan materi yang dapat dibawa pulang untuk dibaca kembali.

30 DAFTAR PUSTAKA Agustyani TF. 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A pada Balita di Polindes Singosari Mojosongo Boyolali [tugas akhir]. Surakarta (ID): STIKes Kusuma Husada Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama Ambarwati R, Muis SF, Susantini P. 2013. Pengaruh Konseling Laktasi Intensif terhadap Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sampai 3 Bulan. Jurnal Gizi Indonesia 2(1): 15-23 Armeida IR. 2016. Pengetahuan tentang Program Spesifik 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) pada Ibu Hamil di Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Brown JE, Isaacs JS, Krinke UB, Lechtenberg E, Murtaugh MA, Sharbaugh C, Splett PL, Stang J, Wooldridge NH. 2011. Nutrition Through the Life Cycle, Fourth Edition. Wadsworth (US): Wadsworth Cengage Learning Cummings JN. 2004. Work Groups, Structural Diversity, and Knowledge Sharing in a Global Organization. Management Science 50(3):352-364 [Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI.. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI. 2016. Kondisi Pencapaian Program Kesehatan Anak Indonesia. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI. Eliana D, Solikhah. 2012. Pengaruh Buku Saku Gizi terhadap Tingkat Pengetahuan Gizi pada Anak Kelas 5 Muhammadiyah Dadapan Desa Wonokerto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta. Kes Mas 6(2) ISSN: 1978-0575 Elmanora, Muflikhati I, Alfiasari. 2013. Kesejahteraan Keluarga Petani Kayu Manis. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen 5(1): 58-66 ISSN: 1907-6037 Erlina R, Larasati TA, Kurniawan B. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil terhadap Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas Rawat Inap Panjang Bandar Lampung. Medical Journal of Lampung University 2(4): 29-34 ISSN 2337-3776 Fikawati S, Syafiq A. 2010. Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi Menyusu Dini di Indonesia. Makara, Kesehatan 14(1): 17-24 Fitriyanti, Serudji J, Sunesni. 2015. Pengaruh Mobilisasi Ibu Post Partum terhadap Pengeluaran Kolostrum. Jurnal Kesehatan Andalas 4(1): 30-36 Giri MKW, Suryani N, Murdani PK. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian ASI serta Pemberian ASI Eksklusif dengan Status

31 Gizi Balita Usia 6-24 Bulan (Kelurahan Kampung Kajanan Kecamatan Buleleng). Jurnal Magister Kedokteran Keluarga 1(1) : 24-3 Gravetter FJ, Forzano LAB. 2012. Research Methods for the Behavioral Science 4th edition. Wadsworth (US): Graphic World Inc. Gunawan L. 2014. Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa IPB tentang 1000 HPK terkait Masa Postnatal [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Handayani L, Ristrini. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kesehatan Menggunakan Multimedia terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Siswa SLTP terkait Faktor Risiko Penyakit jantung Koroner. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan 13(4): 334-343 Hanifah L. 2009. Hubungan antara Status Gizi Ibu Hamil dengan Berat Badan Bayi Lahir Rendah (Studi Kasus di RB Pokasi) [skripsi]. Sukarta (ID): Universitas Sebelas Maret Indrawati S. 2015. Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR di Wilayah Puskesmas Minggir Kabupaten Sleman [skripsi]. Yogyakatrra (ID): STIKes Aisyiyah Yogyakarta James P, Norum KR, Smitasiri S, Swaminathan MS, Tagwireyi J, Uauy R, Haq M. 2000. Ending Malnutrition by 2020: an Agenda for Change in the Millenium. Final Reort to the ACC/SCN by the Commission on the Nutrition Challenges of the 21 st Century. Geneva: United Nations ACC/SCN [Kemenkes] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Penuhi Kebutuhan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan [internet]. [diunduh pada 2016 Okt 30]. Tersedia pada http://www.depkes.go.id/article/print/2014/penuhikebutuhan-gizi-pada-1000-hari-pertama-kehidupan.html. 2014. 1000 Hari: Mengubah Hidup, Mengubah Masa Depan [internet]. [diunduh pada 2016 Okt 30}. Tersedia pada http://gizi.depkes.go.id/1000-hari-mengubah-hidupmengubah-masa-depan Khomsan A, Anwar F, Mudjajanto ES. 2009. Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi Ibu Peserta Posyandu. Jurnal Gizi dan Pangan 4(1): 33-41 Kustriyani M. 2009. Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Siswi Sebelum dan Sesudah Pemberian Pendidikan Kesehatan tentang KEputihan di SMU Negeri 4 Semarang [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro Kusumawardani E. 2012. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Ibu dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue pada Anak [karya tulis ilmiah]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro Mubarak WI, Chayatin N, Rozikin K, Supardi. 2010. Promosi Kesehatan. Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta (ID): Rineksa Cipta

32 Nurhidayati RD. 2013. Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas tawangsari Kabupaten Sukoharjo [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Octamelia M. 2012. Pengaruh Penyuluhan terhadap Pengetahuan Dysmenorrhea di SMP Al-Muttaqin Jember [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret Pahlevi AE. 2012. Determinan Status Gizi pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat 7(2): 122-126 Pemerintah Republik Indonesia. 1974. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Bab 2 Pasal 7 Ayat 1. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.. 2004. UU No. 20 tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI. Jakarta (ID): Sekretariat Negara. Prabantini D. 2010. A to Z Makanan Pendamping ASI. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI Pramudyta N. 2013. Pengetahuan Remaja Putri tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan di Wilayah Perkotaan dan Pedesaan Kabupaten Sumenep [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Purbadewi L, Ulvie Y. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang 2(1): 31-39 ISSN 2302-7908 Puspitasari C, Anasari T, Fajarsari D. 2011. Hubungan antara Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan dengan Berat Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Rawalo Kabupaten Banyumas Tahun 2009-2010. Jurnal Ilmiah Kebidanan 2(1): 54-67 Rahayu SD, Dieny FF. 2012. Citra Tubuh, Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Gizi, Perilaku Makan dan Asupan Zat Besi pada Siswi SMA. Media Medika Indonesia 46(3): 184-194 Rahmawati A, Bahar B, Salam A. 2013. Hubungan antara Karakteristik Ibu, Peran Petugas Kesehatan dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone [skripsi]. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin. Rahmawati AI, Umbul WC. 2014. Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi Dasar di Kelurahan Krembangan Utara. Jurnal Berkala Epidemiologi 2(1): 59-70 Rahmawati W, Wirawan NN, Wilujeng CS, Fadhilah E, Nugroho FA, Habibie IY, Fahmi I, Ventyaningsih DI. 2016. Gambaran Masalah Gizi pada 1000 HPK di Kota dan kabupaten Malang, Indonesia. Indonesian Journal of Human Nutrition 3(1): 20-31 [Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

33 Roesli U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Depok (ID): Pustaka Bunda (Grup Puspa Swara). Rosha BC, Sari K, Yunita I, Amaliah N, Utami NH. 2016. Peran Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif dalam Perbaikan Masalah Gizi Balita di Kota Bogor. Buletin Penelitian Kesehatan 44(2): 127-138 Sari F dan Sunarti E. 2013. Kesiapan Menikah pada Dewasa Muda dan Pengaruhnya terhadap Usia Menikah. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen 6(3): 143-153 ISSN : 1907 6037. Setiawan SA. 2010. Pengaruh Umur, Pendidikan, Pendapatan, Pengalaman Kerja, dan Jenis Kelamin terhadap Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik di Kota Magelang [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro Subarda, Hakimi M, Helmyati S. 2011. Pelayanan antenatal care dalam pengelolaan anemia berhubungan dengan kepatuhan ibu hamil minum tablet besi. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 8(1): 7-13 Stavrinides P. 2011. The Relationship between Parental Knowledge and Adolescent Deliquency: A Longitudinal Study. International Journal about Parents in Education 5(1) : 46-55 Suharyat Y. 2010. Hubungan antara Sikap, Minat, dan Perilaku Manusia. Region 1(2): 1-19 Sukandar D. 2007. Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi Petani Daerah Lahan Kering di Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suririnah. 2009. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama Syari M, Serudji J, Mariati U. 2015. Peran Asupan Gizi Makronutrien Ibu Hamil terhadap Berat Badan Lahir Bayi di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 4(3): 729 736 Tim Penyusun. 2016. Food for Kids Indonesia Edisi Januari Volume 4 1000 HPK: Warisan untuk Anak Cucu. Bogor (ID): PT Media Pangan Indonesia Trisnawati Y, Purwanit S, Retnowati M. 2016. Studi Deskriptif Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan di Puskesmas Kokaraja Kabupaten Banyumas. Jurnal Kebidanan 08(02): 127-224 Utami RN. 2013. Pengetahuan Calon Pegantin tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan di kantor Urusan Agama Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Warni G. 2015. Pengetahuan dan Persepsi terkait Pemberian ASI pada Pasangan Pranikah di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Bogor Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [WVI] Wahana Visi Indonesia. 2012. 1000 Hari Pertama Kehidupan Penentu Ribuan Hari Selanjutnya [booklet]. Jakarta (ID): Wahana Visi Indonesia

34 Yanti DAM, Sulistianingsih A, Keisnawati. 2015. Faktor-Faktor Terjadinya Anemia pada Ibu Primigra Vida di Wilayah Kerja Puskesmas Pringsewu Lampung. Jurnal Keperawatan 6(2): 79-87 P-ISSN 2086-307

35 LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil uji validasi 1 pengetahuan Lampiran 2 Nilai cronbach s alpha validasi 1 pengetahuan

36 Lampiran 3 Hasil uji validasi 2 pengetahuan Lampiran 4 Nilai cronbach s alpha validasi 2 pengetahuan

37 Lampiran 5 Hasil uji validasi 1 sikap Lampiran 6 Hasil uji validasi 2 sikap

38 Lampiran 7 Nilai cronbach s alpha validasi 1 sikap Lampiran 8 Nilai cronbach s alpha vallidasi 2 sikap Lampiran 9 Hasil uji Spearman karakteristik responden Lampiran 10 Hasil uji Spearman karakteristik keluarga

39 Lampiran 11 Hasil uji Spearman jumlah sumber informasi Correlations JUMLAH_SU MBERINFO PENG1000H PK SIKAP1000H PK Spearman's rho JUMLAH_SUMBERIN FO Correlation Coefficient 1.000.153.238 Sig. (2-tailed)..221.055 N 66 66 66 PENG1000HPK Correlation Coefficient.153 1.000.562 ** Sig. (2-tailed).221..000 N 66 66 66 SIKAP1000HPK Correlation Coefficient.238.562 ** 1.000 Sig. (2-tailed).055.000. N 66 66 66 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Lampiran 12 Hasil uji one way ANOVA topik pengetahuan Lampiran 13 Hasil uji one way ANOVA topik sikap

40 Lampiran 14 Tabel descriptive statistics dan ranks pengetahuan 1000 HPK Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Pre_peng 66 50.3788 19.75447 10.00 90.00 Post_peng 66 75.0758 15.52894 30.00 100.00 Ranks N Mean Rank Sum of Ranks Post_peng - Pre_peng Negative Ranks 1 a 7.50 7.50 Positive Ranks 64 b 33.40 2137.50 Ties 1 c Total 66 a. Post_peng < Pre_peng b. Post_peng > Pre_peng c. Post_peng = Pre_peng Lampiran 15 Hasil uji Wilcoxon Pengetahuan 1000 HPK Test Statistics b Post_peng - Pre_peng Z -6.976 a Asymp. Sig. (2-tailed).000 a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test Lampiran 16 Tabel descriptive statistics dan ranks sikap 1000 HPK Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Pre_sikap 66 10.1061 1.92257 4.00 12.00 Post_sikap 66 10.6667 1.46059 6.00 12.00

41 Ranks N Mean Rank Sum of Ranks Post_sikap - Pre_sikap Negative Ranks 11 a 18.50 203.50 Positive Ranks 29 b 21.26 616.50 Ties 26 c Total 66 a. Post_sikap < Pre_sikap b. Post_sikap > Pre_sikap c. Post_sikap = Pre_sikap Lampiran 17 Hasil uji Wilcoxon Sikap 1000 HPK Test Statistics b Post_sikap - Pre_sikap Z -2.886 a Asymp. Sig. (2-tailed).004 a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test

42 Lampiran 18 Media Leaflet 1000 HPK