4 KONDISI UMUM PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN KUPANG

dokumen-dokumen yang mirip
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

4 TINJAUAN UMUM PERIKANAN TANGKAP DI MALUKU

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Katalog BPS:

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

Sejarah Peraturan Perikanan. Indonesia

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2002 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS EKONOMI PERIKANAN YANG TIDAK DILAPORKAN DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA I. PENDAHULUAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ)

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JANUARI 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JUNI 2013

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

PROVINSI SUMATERA UTARA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Keadaan Umum Kabupaten Tojo Una-una

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR : 25 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jumlah Penduduk(orang)

Potensi Terumbu Karang Luwu Timur

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Perahu Tanpa Motor Boat. Kapal Motor Motorship Jumlah District

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

7 TINGKAT PEMANFAATAN KAPASITAS FASILITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

rovinsi alam ngka 2011

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet

Transkripsi:

4 KONDISI UMUM PERIKANAN TANGKAP DI KABUPATEN KUPANG 74 Kabupaten Kupang merupakan salah satu dari 15 Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak antara 121 o 30 Bujur Timur dan 124 o 11 Bujur Timur, dan antara 9 o 19 Lintang Selatan dan 10 o 57 Lintang Selatan. Kabupaten Kupang sebelah utara dan barat berbatasan dengan laut Sawu, sementara sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia serta sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Negara Timor Leste. Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang wilayahnya mencakup cukup banyak pulau, di mana diantaranya masih terdapat 8 pulau yang belum memiliki nama. Dari ke dua puluh tujuh pulau tersebut yang telah dihuni hingga saat ini hanya sebanyak lima pulau yaitu Pulau Timor, Pulau Sabu, Pulau Raijua, Pulau Semau dan Pulau Kera. Suhu udara di Kabupaten Kupang yang tercatat tahun 2003 yaitu siang hari ratarata berkisar antara 30,0 o C sampai dengan 33,7 o C. Kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar antara 61 persen sampai dengan 84 persen. Kondisi curah hujan di Kabupaten Kupang yang tercatat tahun 2002 berkisar antara 3 mm sampai 383 mm, sedangkan iklimnya termasuk iklim kering yang dipengaruhi oleh angin Muson dengan musim hujan pendek, yang jatuhnya sekitar bulan Desember sampai April. Panjang garis pantai Kabupaten Kupang kurang lebih 456 km dan memiliki luas perairan laut sekitar 7.178,28 km 2. Potensi lestari sumberdaya ikan di Perairan Kabupaten Kupang sebesar 60.000 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai sekitar 14.932,65 ton (24,89 %) pada tahun 2003 (DKP Kabupaten Kupang, 2004). 4.1 Kondisi Sumberdaya Perikanan Tangkap Sumberdaya perikanan tangkap di Kabupaten Kupang terdiri dari sumberdaya jenis ikan dan sumberdaya jenis non ikan. Ada 19 jenis sumberdaya perikanan ekonomis penting yang diproduksi oleh nelayan. Data statistik tahun 2003 tercatat bahwa ikan Tongkol dan Cakalang merupakan jenis ikan yang mendominasi hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Kupang yaitu sebesar 5.000,2 ton dan 1.143,2 ton (Tabel 4) (BPS Kabupaten Kupang, 2003).

Tabel 3 Produksi perikanan laut menurut jenis ikan di Kabupaten Kupang Tahun 2003 No Jenis Ikan Jumlah (ton) 1 Bawal 17,10 2 Belanak 277,94 3 Cakalang 1.143,20 4 Ekor Kuning 483,73 5 Hiu/Pari 203,97 6 Ikan Terbang 205,84 7 Kakap 435,60 8 Kembung 477,02 9 Alu-alu 539,17 10 Kerapu 512,50 11 Layang 467,47 12 Julung-Julung 546,29 13 Parang-Parang 215,68 14 Peperek 359,47 15 Sardin 680,43 16 Selar 713,73 17 Tembang 819,90 18 Tenggiri 966,35 19 Tongkol 5.000,20 Jumlah 14.073,83 75 Jenis non ikan yang dominan adalah rumput laut dan udang putih yaitu sebesar 3.010,6 ton dan 40,00 ton (Tabel 5) (BPS Kabupaten Kupang, 2003). Tabel 4 Produksi perikanan laut menurut jenis non ikan di Kabupaten Kupang Tahun 2003 No Jenis Non Ikan Jumlah (ton) 1 Cumi-cumi 90,00 2 Kepiting 8,80 3 Kerang 12,60 4 Rumput Laut 3.010,60 5 Teripang 9,50 6 Udang halus 7,50 7 Udang lobster 2,50 8 Udang putih 40,00 Jumlah 3.181,50

76 4.2 Armada Perikanan Tangkap Armada perikanan tangkap di Kabupaten Kupang terdiri dari jukung, Perahu Tanpa Motor (PTM), Perahu Motor Tempel (PMT) serta Kapal Motor (KM). Data statistik tahun 2003 tercatat bahwa jukung merupakan jenis perahu/kapal perikanan tangkap yang terbanyak di Kabupaten Kupang yaitu 1.891 buah dan yang terkecil adalah jenis Kapal Motor (KM) yaitu 260 buah (Gambar 5) (BPS Kabupaten Kupang, 2003). PMT 13% KM 8% PTM 21% Jukung 58% Jukung PTM PMT KM Gambar 5 Armada perikanan tangkap di Kabupaten Kupang Tahun 2003 Jenis alat tangkap di Kabupaten Kupang terdiri dari 8 jenis alat yang terdiri dari : Lampara 47 unit, Gillnet 2.661 unit, jala lompo 22 unit, bagan 99 unit, sero 220 unit, trammel net 710 unit, pancing 3.905 unit dan jala buang 143 unit (Gambar 6). 50% 2% 1% Lampara Gill net Jala lompo 34% Bagan Sero Trammel net Pancing 1% Jala buang 9% 3% 0% Gambar 6 Jumlah alat tangkap di Kabupaten Kupang Tahun 2003

77 4.3 Pengelolaan Armada Perikanan Tangkap Mekanisme aktivitas armada yang terdapat di Kabupaten kupang pada prinsipnya masih mengacu pada Peraturan Internasional dan Nasional baik dari pusat sampai ke daerah. Aturan perundang undangan yang diratifikasi oleh daerah Kabupaten kupang hanyalah tentang perizinan dan pungutan dengan mengeluarkan PERDA (Peratutan Daerah) sedangkan aturan yang lainnya tetap berpedoman pada aturan standar baik Nasional maupun Internasional. Kondisi armada yang beroperasi memiliki status yang berbeda-beda ada yang status sewa beli, milik pribadi, swasta, sewa saja, mendapat bantuan dana bergilir dan adapula yang join modal. Dengan adanya variasi kepemilikan akan mempersulit pula dalam pengurusan perizinan. Hingga Tahun 2003 nelayan di Kabupaten Kupang berjumlah 4.322 orang dengan status yang berbeda-beda yaitu nelayan penuh, sambilan penuh serta sambilan tambahan. Status sebagai nelayan penuh merupakan jumlah terbanyak yaitu 1.550 orang, diikuti nelayan sambilan penuh sebanyak 1.503 orang, serta nelayan sambilan tambahan sebanyak 1.269 orang (Gambar 7) 29% 36% 35% Penuh Sambilan Penuh Sambilan Tambahan Gambar 7 Jumlah nelayan di Kabupaten Kupang Tahun 2003 Kondisi dan letak admistratif daerah Kabupaten Kupang yang berhimpitan dengan Kota Kupang dengan ketidak jelasan batasan kewenangan juga menyulitkan dan membingungkan para pengusaha dalam kepengurusan izin usaha penangkapan. Perbedaan tempat domisili pengusaha dan lokasi penangkapan juga menentukan penerbitan izin. Peraturan perundang undangan, Peraturan Pemerintah, Surat Keputusan

78 dan Perda yang diacu Kabupaten Kupang saat ini antara lain dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6: Tabel 5 Undang-Undang internasional dan nasional No Peraturan Pemerintah/SK Men. Aspek 1 Maritime Kringen Ordonantie 1939 Laut Teritorial : 3 mil, sisanya Laut Bebas. (UU lingkungan maritim) Luas laut Indonesia 0,3 juta km 2 2 Deklarasi Juanda 1957 Perairan Kepulauan dengan laut teritorial : 12 mil (Konsep wawasan nusantara) Luas laut Indonesia 3,1 juta km 2 3 Undang-undang No. 17 Tahun 1985 tentang ratifikasi konvensi Perserikatan Bangsabangsa tentang hukum laut 4 Undang-undang No. 6 Tahun 1996 tentang perairan Indonesia 5 Undang-undang No. 23 Tahun 1997 pengelolaan lingkungan hidup 6 Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 2004, Perikanan pengganti UU No 9/1985 7 Code of Conduct Responsible Fisheries Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan (CCRF) yang bertanggung jawab 8 International Maritime Organisation (IMO) Peraturan Keselamatan pelayaran dan pencegahan pencemaran di laut Tabel 6 Peraturan pemerintah, surat keputusan menteri dan perda No Peraturan Pemerintah/SK Men. Aspek 1 Peraturan Sb 1927 No 144 penangkapan Ikan di dalam Daerah Laut Indonesia (Ordonanti Penangkapan Ikan Pantai) 2 Peraturan Sb 1938 No 201, 1940 No 40 Peraturan Pendaftaran Kapal-kapal Nelayan dan No 50 Laut Berbendera Asing 3 Peraturan Pemerintah Pengganti Perairan Indonesia Undang-undang No. 4 Tahun 1960 4 Keputusan Presiden Republik Indonesia Pungutan Pengusaha Perikanan dan Pungutan No. 8 Tahun 1975 Hasil Perikanan bagi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri di Bidang Perikanan. 5 Surat Keputusan Menteri Pertanian No Tarif Pungutan Pengusahaan Perikanan dan 424/Kpts/Um/7/1977 Pungutan Hasil Perikanan bagi Penanaman Modal Dalam Negeri di Bidang Perikanan

79 Lanjutan tabel 6 6 Surat Keputusan Menteri Pertanian No. Tatacara Pelaksanaan Penagihan, Pengembangan 425/Kpts/Um/7/1977 dan pembukuan Pungutan Pengusahaan Perikanan dan Pungutan Hasil Perikanan bagi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri di Bidang Perikanan. 7 Surat Keputusan Menteri Perdagangan, Pelabuhan Laut dan Bandar Udara yang Menteri Keuangan dan Perhubungan No Terbuka untuk Perdagangan Luar Negeri 885/Kpb/VII/1985, KM 139/Mk.205/ Phb-85, 677/Kmk.05/1985 jo No 297/Kpb /X/86, KM 146/Hk-101/ Phb-86, 836/ kmk.01/1986 8 Surat Keputusan Menteri Pertanian No Kewajiban Mengekspor atau Menjual Hasil 900/Kpts/ Ik.250/12/ 1988 Tangkapan Kapal Perikanan Asing di Pasar dalam Negeri 9 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Usaha perikanan No 15 Tahun 1990 10 Surat Keputusan Menteri Pertanian No Perizinan usaha perikanan 815/kpts/ IK.120/11/90 11 Peraturan Pemerintah RI No 46 Tahun Perubahan atas PP No 15 Tahun 1990 tentang 1993 usaha perikanan 12 Surat Keputusan Direktorat Jenderal Petunjuk teknis operasional bagi pengawas Perikanan No. Ik.420/S3. 3396/1994 kapal ikan 13 KepMen Pertanian No 805/kpts/IK.120/ Ketentuan penggunaan kapal pengangkut ikan 12/95 14 Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang Kepelabuhan 15 Surat Keputusan Bersama Direktorat Petunjuk pelaksanaan penyelenggaraan Jenderal Perikanan dan Direktorat pelabuhan perikanan sebagai prasarana Jenderal Perhubungan Laut No. Ik. Perikanan 010/D5. 10558/1996 dan No PP. 72/3/19-96 16 Surat Keputusan Bersama Direktorat Pemberian surat izin berlayar kapal perikanan Jenderal Perikanan dan Direktorat dan kapal pengangkut ikan. Jenderal Perhubungan Laut No. Ik. 120/Dj. 7172/1996 dan No PY. 68/1/12-96 17 Surat Keputusan Menteri Pertanian No. Pengadaan Kapal Perikanan dan Penghapusan 508/Kpts/ PL.810/7/ 1996 Sistem Sewa Kapal Perikanan Berbendera Asing. 18 Surat Keputusan Bersama Menteri Penyederhanaan Perizinan Kapal Perikanan. Pertananian dan Menteri Perhubungan No. 492/Kpts/Ik.120/7/ 1996 dan No Sk.1/ AL.003/Phb-96

80 Lanjutan tabel 6 19 Surat Keputusan Menteri Pertanian No Pembentukan tim pembina dan pengendali 646/kpts/Ik.150/7/1996 pengadaan kapal perikanan 20 Surat Keputusan Direk-torat Jenderal Pembentukan Sekretariat dan Pengangkatan Perikanan No TU.110/Dj.11051/ 1996 Pembantu Teknis Tim Pembina dan Pengendali Kapal Perikanan 21 Surat Keputusan Direk-torat Jenderal Tatacara pengadaan kapal perikanan dan kapal Perikanan No IK.340/Dj.11052/ 1996 pengangkut ikan dari dalam dan atau luar negeri 22 Surat Keputusan Menteri Pertanian No Pengadaan Kapal Perikanan dan Penghapusan 941/kpts/ PL.810/10/1997 tentang Sistem Sewa Kapal Perikanan Berbendera Perubahan Keputusan Menteri Pertanian Asing. No. 508/Kpts/PL.810/7/1996 23 Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1999 Pengendalian Pemcemaran dan/atau Perusakan Laut 24 Surat Keputusan Menteri Pertanian No Perizinan Usaha Perikanan 428/kpts/ Ik.120/4/1999 tentang Perubahan kedua Keputusan Menteri Pertanian No. 815/Kpts/Ik.120/11/ 1990 25 Surat Keputusan Menteri Pertanian No Jalur-Jalur Penangkapan Ikan 392/kpts/ Ik.120/4/1999 26 Keputusan Presiden Republik Indonesia Pemanfaatan Kapal Perikanan yang dinyatakan No. 14 Tahun 2000 dirampas untuk Negara 27 Keputusan Menteri Eksplorasi Laut dan Perizinan Usaha Perikanan. Perikanan No : 45 Tahun 2000 28 Keputusan Menteri Eksplorasi Laut dan Tim Perizinan Usaha Perikanan Perikanan No : 46 Tahun 2000 29 Peraturan Pemerintah RI No : 141 Tahun tentang Usaha Perikanan 2000 tentang Perubahan kedua Atas PP No : 15 Tahun 1990 30 Peraturan Pemerintah RI No : 7 Tahun Kepelautan 2000 31 Peraturan Pemerintah RI No : 51 Tahun Perkapalan 2000 32 Peraturan Pemerintah RI Nomor : 142 Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Tahun 2000 dan Perikanan Pajak Yang Berlaku di Departemen Kelutan 33 Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2002 Tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak Yang berlaku di departemen Kelautan dan Perikanan 34 Keputusan Menteri Kelautan dan Produktivitas Kapal Pe-nangkap Ikan Perkanan RI Nomor : KEP/23/MEN /2001

81 Lanjutan tabel 6 35 Keputusan Menteri Kelautan dan Pendaftaran Ulang Perizinan Usaha Penangkapan Perikanan RI Nomor KEP/46/MEN/ 2001 Ikan. 36 Perda Propinsi NTT No. 11 thn 2003 Retribusi izin usaha perikanan Jalur penangkapan yang telah ditetapkan dengan Keputusan Mentan No. 392/Kpts/IK/120/4/99 Tentang Jalur-jalur Penangkapan Ikan yang membagi 4 jalur dengan tanda pengenal masing-masing jalur (warna), yakni : Jalur Ia (3 mil laut) = putih ; Jalur Ib (3 6 mil laut) = merah; Jalur II (6 12 mil laut)= = orange dan Jalur III ( 12 hingga 200 mil laut) = kuning, namun kenyataannya armada penangkapan yang beroperasi di perairan Kabupaten Kupang belum menggunakan warna standar. Jalur Ia dan b dapat digunakan oleh kapal-kapal yang berukuran dibawah 10 GT dan kewenangan pemberian izin adalah diserahkan penuh pada wilayan Kabupaten setempat, sedangkan jalur II dapat digunakan oleh kapal-kapal yang berukuran 10 30 GT dan kewengan pemberian izinnya diserahkan penuh pada wilayah propinsi selanjutnya jalur III adalah kewenangan pusat. Hal ini diatur agar dalam pengawasan terhadap pengoperasian kapal-kapal ikan dapat optimal, dan pengunaan serta pengelolaan akan sumberdaya ikan pun dapat optimal. Kenyatannya ukuran armada yang beroperasi di perairan Kabupaten Kupang tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan, operasi penangkapan disesuaikan dengan kebiasaan nelayan dalam menentukan daerah fishing ground. Kapal-kapal ikan yang beroperasi akan menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan oleh pemerintah setempat baik itu TPI, PPI dan pelabuhan. Bagi kapal-kapal ikan yang melakukan penangkapan pada jalur II dan III akan mendaratkan hasilnya pada pelabuhan yang tersedia atau yang terdekat dan dapat melakukan service kapalnya pada pelabuhan tersebut sedangkan bagi kapal-kapal kecil yang akan melakukan operasi penangkapan dapat mendaratkan hasilnya pada TPI atau PPI yang tersedia. Pungutan akan dilakukan oleh pemerintah setempat sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada setiap daerah sesuai PERDA. Saat ini TPI/PPI yang ada belum optimal digunakan, nelayan cenderung mendaratkan hasil tangkapannya pada tempat-tempat yang mudah untuk melakukan tansaksi jual beli dan dianggap tidak sulit dalam proses transaksi.

82 Ketersediaan sarana dan prasarana juga turut menunjang suatu keberhasilan dari suatu operasi penangkapan dalam hal ini industri perikanan tangkap. Kondisi sarana dan prasaran yang ada, belum memenuhi syarat/standar suatu bentuk dari industri perikanan tangkap. Kondisi yang ada pada daerah kabupaten kupang masih sangat minim sekali. Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan operasi penangkapan ikan yang ada juga memiliki banyak kendala. Daya dukung dan daya tampung sumberdaya tidak seimbang. Daya dukung lingkungan sangat cukup potensial sedangkan daya tampungnya masih sangat minim. Sumberdaya ikan yang sangat berlimpah di dukung oleh kondisi Perairan Indonesia Timur yang masih sangat potensial dengan berbagai jenis ikan dan non ikan belum mampu tereksploitasi dengan optimal. Pelaksanaan kegiatan ini juga tidak didukung oleh ketersedian sumberdaya manusia yang cukup. Produksi melimpah namun tidak dapat tertampung dengan baik. Daya tampung sumberdaya rendah. Sarana prasara Pelabuhan seperti pabrik es, bengkel, cool storge, air bersih, lokasi tambat labuh, dan kapasitas listrik; PPI dan TPI yang masih sangat minim. Pengelolaan yang yang belum optimal mengakibatkan jalur-jalur pemanfaatan oleh kapal-kapal ikan tidak teratur dengan baik sehingga ukuran kapal yang seharusnya beroperasi sesuai ketentuan yang ada tidak berjalan dengan baik. Kapal ukuran >10 GT dapat beroperasi pada jalur I, dan hal ini akan menimbulkan konflik pada nelayan kecil. Penentuan fishing ground yang belum optimal berdampak pada hasil tangkapan yang sangat rendah. Kondisi Pengelolaan armada yang terdapat di Kabupaten Kupang secara umum belum optimal, baik dari pengaturan jalur penangkapan, ukuran kapal, Izin Penangkapan sampai pada pendaratan hasil maupun penarikan pajak daerah (retribusi).