4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
|
|
- Widyawati Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 44 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Selat Malaka Perairan Selat Malaka merupakan bagian dari Paparan Sunda yang relatif dangkal dan merupakan satu bagian dengan dataran utama Asia serta beberapa laut dan teluk seperti Laut Cina Selatan, Teluk Thailand, dan Laut Jawa (Atmaja, et al., 2001). Selat Malaka terletak di Indonesia bagian barat dan secara yuridiksi politik selat ini berbatasan dengan dua perairan negara lain, yaitu perairan Malaysia dan Singapura. Perairan Selat Malaka memisahkan Pulau Sumatera di barat daya dan Semenanjung Malaysia di bagian timur, menghubungkan Laut Andaman yang satu perairan dengan Samudera Hindia dan di utara berhubungan dengan Laut Cina Selatan. Selat ini memiliki panjang sekitar 800 km, membujur ke arah tenggara barat laut membentuk corong terbuka dengan lebar bervariasi dari 60 km sampai 480 km (P2O LIPI, 2001). Sebagian besar dasar perairan Selat Malaka wilayah teritorial Indonesia memperlihatkan kedalaman relatif dangkal, terdalam mencapai kurang dari 150 meter. Perubahan kedalaman perairan yang paling mencolok ditemukan di bagian barat laut, yang berbatasan langsung dengan Laut Andaman. Kedalaman wilayah perairan ini mencapai lebih dari 200 meter, sebaliknya bagian tenggara Selat Malaka relatif dangkal, yaitu kurang dari 60 meter (P2O LIPI, 2001). Sekitar selat-selat antar pulau dan muara-muara sungai yang banyak dijumpai dekat pantai timur Sumatera mempunyai kedalaman bervariasi antara 5 meter hingga 25 meter, bagian terdalam biasanya digunakan sebagai alur pelayaran seperti dijumpai di Selat Rupat, Selat Bengkalis dan sebagian Selat Panjang. Selat Malaka termasuk Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) dari sebelas WPP RI yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 01/MEN/2009. Selat Malaka diketahui sebagai salah satu wilayah perairan dengan lalu lintas kapal-kapal komersial yang padat karena fungsinya sebagai jalur perdagangan internasional. Sumberdaya perikanan di perairan ini memegang peranan penting bagi perekonomian penduduk di sekitarnya, sehingga perairan ini dikenal juga sebagai daerah padat nelayan.
2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Selat Malaka Eksploitasi sumberdaya perikanan di Selat Malaka berkembang pesat dalam tiga dekade terakhir ini. Periode akhir tahun 1980 wilayah ini telah mencapai puncak produksi dengan memberikan kontribusi produk perikanan kedua terbesar setelah Laut Jawa. Namun demikian, perkembangan armada perikanan dan teknologi penangkapan serta pencemaran lingkungan telah berdampak pada produksi yang terus menurun sejak periode akhir tahun 1990an. Sumberdaya perikanan di Selat Malaka memegang peranan penting bagi perekonomian penduduk di sekitarnya sehingga perairan ini juga dikenal sebagai wilayah padat nelayan. Aktivitas eksploitasi sumberdaya perikanan telah dilakukan secara intensif baik oleh nelayan skala kecil maupun industri. Kegiatan penangkapan ikan tersebut secara terus menerus berdampak pada penurunan besaran stok, perubahan struktur populasi dan pola migrasi sumberdaya ikan. Peran strategis dari Selat Malaka sebagai jalur perdagangan internasional, memposisikan wilayah ini rentan terhadap pencemaran lingkungan seperti tumpahan minyak, sampah buangan dan lain-lain semakin memperbesar dampak negatif terhadap sumberdaya tersebut. Berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah menyangkut perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Indonesia telah diberlakukan, bahkan sejak tahun 1914 (DKP RI, 2009). Pengaturan penangkapan ikan juga telah diberlakukan oleh pemerintah melalui berbagai SK Menteri Pertanian sejak tahun 1975, undang-undang perikanan nomor 31 tahun 2004 dan terbaru adalah undang-undang perikanan nomor 45 tahun 2009 yang secara menyeluruh memuat aturan dan sistem pengelolaan sumberdaya perikanan. Perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya ikan juga telah mendapatkan perhatian yang serius dari masyarakat global melalui ratifikasi UNCLOS (United Nation Convention on the Law of the Sea) pada tahun 1982, agenda 21 UNCED (Global United Nations Conference on Environment and Development) dan secara tegas diatur dalam Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) walaupun masih bersifat sukarela (volunteer). Namun demikian, banyaknya peraturan-peraturan dan undang-undang nampaknya belum mampu mengatasi permasalahan perikanan tangkap di wilayah ini karena masih kurang memadainya sistem pengawasan.
3 46 Wilayah pesisir yang merupakan basis kegiatan perikanan utama di Selat Malaka terdiri dari Bagan Siapi-api, Indragiri Hilir dan Bengkalis (Provinsi Riau) yang terletak di bagian tenggara Selat Malaka, Belawan dan Tanjung Balai Asahan (Provinsi Sumatera Utara) terletak di bagian tengah Selat Malaka. Bagan Siapi-api adalah salah satu daerah di kawasan Rokan Hilir yang pernah memiliki jejak sejarah yang membanggakan Indonesia yakni sebagai pusat industri galangan kapal kayu terbesar dan penghasil ikan dengan produksi terbesar ke dua di dunia setelah Norwegia pada masa sebelum tahun Kota Bagan Siapi-api hingga saat ini telah berkembang pesat, menjadi ibukota Kabupaten Rokan Hilir. Kabupaten ini merupakan penghasil ikan terbesar, khususnya di wilayah Kecamatan Bangko, Sinaboi dan Kubu. Penduduk yang berprofesi sebagai nelayan berjumlah kepala keluarga. Produksi perikanan yang dihasilkan sebessar 95% dari perikanan tangkap di laut, sedangkan sisanya dari perikanan air tawar (BRPL, 2004). Bengkalis terletak di bagian selatan Kabupaten Rokan Hilir. Penduduk nelayan di kabupaten ini berjumlah kepala keluarga. Armada penangkapan yang ada masih dalam skala kecil, dimana sebagian besar nelayannya menggunakan alat tangkap jaring insang hanyut. Kabupaten ini merupakan penyumbang terbesar ketiga produksi perikanan di Provinsi Riau setelah Rokan Hilir dan Indragiri Hilir. Belawan merupakan kota pelabuhan utama di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten ini termasuk salah satu kawasan di pantai timur Sumatera yang penting, dimana di daerah ini terdapat salah satu Pelabuhan Perikanan (PP) terbesar di Indonesia, yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan, yang merupakan salah satu basis pendaratan ikan terbesar bagi armada penangkap ikan skala industri, terutama pukat ikan yang beroperasi di Perairan Selat Malaka. Pusat perikanan lainnya di Provinsi ini adalah Tanjung Balai Asahan, sebagian besar penduduknya merupakan nelayan. Pengusaha perikanan di kabupaten ini didominasi oleh masyarakat Tiong Hwa yang sudah melakukan kegiatan industri perikanan sejak puluhan tahun yang lalu.
4 Nelayan Perairan Selat Malaka yang termasuk wilayah teritorial Indonesia, merupakan sumber kehidupan masyarakat di sekitarnya khususnya nelayan. Masyarakat nelayan di wilayah ini menjadikan aktifitas penangkapan ikan sebagai mata pencaharian mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penduduk yang berprofesi sebagai nelayan di wilayah ini merupakan penduduk asli daerah setempat yang sudah bertahun-tahun melakukan aktivitas kegiatan usaha di bidang perikanan, khususnya perikanan tangkap. Bagan Siapi-api merupakan pusat kegitan perikanan terbesar di wilayah Perairan Kepulauan Riau dengan jumlah penduduk nelayan sebanyak kepala keluarga dan menghasilkan produksi perikanan laut sebesar 95% dari total kegiatan produksi perikanan di daerah ini (BRPL, 2004). Bengkalis memiliki jumlah penduduk nelayan sebanyak kepala keluarga. Sebagian besar nelayan di daerah ini masih tergolong nelayan skala kecil dan alat tangkap yang digunakan didominasi oleh alat tangkap jaring insang hanyut. Tanjung Balai Asahan yang berada di bagian tengah Selat Malaka, sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Aktivitas kegiatan usaha perikanan di Tanjung Balai Asahan didominasi oleh masyarakat Tiong Hwa yang sudah menjadi penduduk asli di daerah ini sejak ratusan tahun yang lalu (BRPL, 2004). Belawan salah satu kawasan di pantai timur Sumatera yang penting, dimana di daerah ini terdapat salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia, yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan, yang merupakan salah satu basis pendaratan ikan terbesar bagi armada penangkap ikan skala industri, terutama pukat ikan yang beroperasi di Perairan Selat Malaka. Masyarakat yang melakukan kegiatan usaha perikanan di daerah ini tidak hanya berasal dari daerah setempat, tetapi juga dari daerah lain seperti nelayan dari Nanggro Aceh Darusalam. Jumlah nelayan yang ada di Belawan sampai dengan tahun 2010 sebanyak kepala keluarga dengan kenaikan rata-rata setiap tahun 5,22% sejak tahun 2005 (PPS Belawan, 2011). Pertumbuhan penduduk nelayan yang cukup tinggi di daerah ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan. Produksi perikanan yang didaratakan di daerah ini sangat menjanjikan bagi masyarakat setempat dalam melakukan kegiatan usaha perikanan.
5 Alat dan kapal penangkapan ikan Jenis alat tangkap ikan yang digunakan oleh masyarakat pesisir di Selat Malaka seperti Kabupaten Rokan Hilir dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu alat tangkap yang bersifat statis dan alat tangkap yang bersifat dinamis. Jenis alat tangkap dinamis meliputi jaring insang (gillnet), jaring udang (trammel net), pukat cincin, jaring sondong, jaring tuamang dan cantrang (mini trawl), sedangkan alat tangkap statis meliputi bubu tiang, bubu labuh, pancing rawai dan belat. Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Selat Malaka, alat tangkap paling banyak digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan demersal yang dianggap sebagai alat standar atau alat baku sesuai dengan data statistik yang ada adalah alat tangkap dogol. Tahun 2003, komposisi armada yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan terdiri dari Pukat ikan (fish net) 36%, pukat cincin 50%, gillnet 10% dan sisanya armada lampara dasar dan pancing. Ditinjau dari ukuran kapal (GT), kapal penangkapan ikan yang dominan di PPS Belawan adalah kapal pancing yang berukuran kurang dari 10 GT, diikuti oleh kapal yang berukuran antara GT, ukuran GT dan GT (PPS Belawan, 2003) Daerah penangkapan ikan Berdasarkan Surat Dirjen Perikanan Nomor IK.120/DJ.1266/90K tentang perizinan penangkapan ikan di Selat Malaka telah ditetapkan daerah penangkapan ikan oleh kapal-kapal penangkap ikan adalah di perairan ZEEI Selat Malaka yang dibatasi oleh garis 4 LU-95 BT dan di luar 12 mil dari pantai. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa daerah penangkapan ikan oleh kapal penangkap ikan di perairan tersebut kurang dari 12 mil, terutama pada kedalaman perairan antara meter. Hal ini sesuai dengam keberadaan ikan-ikan demersal yang terkonsentrasi pada kedalaman tersebut. Bulan Desember 1996 menunjukkan penyebaran ikan demersal seperti kuniran, bawal hitam, layur, tigawaja, kurisi dapat mencapai perairan di luar 12 mil dari pantai pada kedalaman antara meter seperti di sekitar Perairan Pulau Berhala, Pulau Pandan dan Perairan Aceh Timur (BRPL, 2004). Perairan Pulau Berhala merupakan daerah penangkapan ikan dengan alat tangkap seperti pukat apung, purse seine, dan lampara dasar. Daerah penangkapan
6 Produksi (ton) 49 pukat apung (longbag set net) yang berbasis di Tanjung Balai adalah Perairan Pulau Berhala, Pulau Salamon, Panipahan, Pulau Jemur, Tanjung Api dan Tanjung Bagan. Daerah ini mempunyai kedalaman antara meter (BRPL, 2003). Bulan Juli 2004 daerah penangkapan dengan menggunakan pukat apung, banyak dilakukan di sekitar Perairan Panipahan dan Tanjung Api, sedangkan jaring tuamang (sejenis jaring insang) banyak di operasikan di sekitar Perairan Tanjung Balai asahan (BRPL, 2004) Musim penangkapan ikan Musim penangkapan ikan demersal di Selat Malaka berlangsung antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus. Fluktuasi hasil tangkapan bulanan ( ) pukat ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) ditampilkan pada Gambar 13. Hasil tangkapan paling rendah terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Desember J F M A M J J A S O N D. Sumber: PPS Belawan, 2003 Bulan Gambar 13 Grafik hasil tangkapan rata-rata yang didaratkan di PPS Belawan pada tahun Populasi sumberdaya ikan pelagis kecil dan sumberdaya ikan demersal di perairan ini diduga berasal dari satu unit stok yang merupakan shared stock antara Indonesia, Malaysia dan Thailand (Sivasubrahmaniam, 1985 in BRPL, 2004). Perubahan dominasi dan komposisi jenis hasil tangkapan ikan pelagis pada
7 50 perikanan pukat cincin, awalnya didominasi oleh ikan kembung (R. brachysoma) dan banyar (R. kanagurta) digantikan oleh ikan layang (Decapterus russelli) dan banyar (Hariati, 2005 in BRPL, 2006). Pada kurun waktu yang sama telah terjadi perubahan ukuran kapal yang semula didominasi oleh kapal-kapal ukuaran kecil (<30GT) dan sedang (30-50GT) menjadi ukuran sedang dan besar (>50GT) (BRPL, 2004). Periode berikutnya terdapat indikasi adanya peningkatan peran perikanan skala kecil dalam peningkatan produk komoditas ikan ekspor, terutama pada perikanan demersal. Namun demikian, faktor-faktor yang mendasari dan arah perubahan pola dan strategi penangkapan yang terjadi serta struktur kelimpahan ikan di WPP RI 571 ini belum diketahui secara pasti Produksi perikanan Upaya penangkapan ikan demersal selama periode di Selat Malaka cenderung naik terutama setelah tahun 2001 (BPPL, 2004). Kenaikan upaya tersebut diikuti kenaikan produksi dari tahun ke tahun. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal di Perairan Selat Malaka dapat ditinjau dari indikator stok, misalnya perkembangan CPUE sebagai indeks kepadatan stok, perubahan komposisi jenis dan struktur ukuran ikan yang tertangkap. Perkembangan produksi (catch), upaya (effort) dan hasil tangkapan persatuan upaya (catch perunit of effort, CPUE) di Selat Malaka pada tahun ditampilkan pada Tabel 2. Perubahan hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE) dapat menggambarkan adanya perubahan kelimpahan dari sumberdaya tersebut. Hasil tangkapan dipengaruhi oleh kemampuan menangkap suatu jenis alat tangkap (catchability/fishing power). Suatu jenis alat tangkap yang sama tetapi mempunyai ukuran yang berbeda, berpeluang memberikan hasil tangkapan yang berbeda pula. Produksi perikanan di selat Malaka beberapa tahun terakhir ini mengalami penurunan akibat dari kegiatan eksploitasi yang secara terus menerus dilakukan oleh masyarakat di sekitarnya. Penurunan produksi tersebut juga di pengaruhi oleh faktor lingkungan di perairan ini yang mengalami pencemaran akibat kegitan lalu lintas kapal-kapal niaga yang melakukan pelayaran melewati perairan ini (BRPL, 2004).
8 51 Tabel 2 Produksi, upaya dan hasil tangkapan per satuan upaya ikan demersal di Selat Malaka tahun Tahun Produksi Upaya CPUE (ton) (unit) (ton/unit) , , , , , , , , , , , ,11 Sumber: BRPL, 2004 Hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Belawan sebagian besar berasal dari nelayan yang melakukan penangkapan ikan di Perairan Selat Malaka dan Laut Andaman. Hasil tangkapan tersebut merupakan produksi perikanan di daerah ini dalam menunjung kegiatan usaha perikanan masyarakat setempat. Jenis produksi yang dihasilkan dari kegiatan usaha perikanan di PPS Belawan antara lain produksi olahan, lokal dan ekspor. Hasil olahan terdiri dari ikan asin dan kering dan produksi perikanan untuk tujuan lokal dalam bentuk segar serta produksi perikanan untuk tujuan ekspor terdiri dari ikan segar dan beku (PPS Belawan, 2011). Jumlah dan nilai produksi perikanan di PPS Belawan tahun ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah dan nilai produksi perikanan PPS di Belawan Tahun Jumlah Produksi Nilai Produksi Total (ton) (juta) Olahan Lokal Ekspor Total Sumber: PPS Belawan, 2011
9 52 Berdasarkan data hasil laporan kegiatan operasional PPS Belawan tahun menunjukan, bahwa produksi perikanan di daerah ini dari tahun mengalami penurunan sangat signifikan, dari ton/tahun menjadi ton/tahun. Tahun terjadi peningkatan produksi menjadi ton/tahun. Peningkatan jumlah produksi tersebut juga diikuti oleh peningkatan nilai produksi yang tinggi. Jumlah produksi perikanan pada tahun 2005 sebesar ton/tahun dengan nilai produksi sebesar juta rupiah lebih rendah dibandingkan dengan nilai produksi tahun 2010 sebesar juta rupiah yang memiliki jumlah produksi hanya ton/tahun. Pola perubahan jumlah dan nilai produksi di PPS Belawan tahun ditampilkan pada Gambar 14. Sumber: PPS Belawan, 2011 Gambar 14 Grafik produksi perikanan PPS Belawan
PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI
V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit
Lebih terperinci4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas
26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Malaysia, ZEE Indonesia India, di sebalah barat berbatasan dengan Kab. Pidie-
PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Pengelolaan Perikanan 571 meliputi wilayah perairan Selat Malaka dan Laut Andaman. Secara administrasi WPP 571 di sebelah utara berbatasan dengan batas terluar ZEE Indonesia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan
PENDAHULUAN Latar Belakang Kotamadya Medan merupakan salah satu daerah penghasil ikan di Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan penghasil ikan yang produktif di daerah ini ialah Kecamatan Medan Belawan. Kecamatan
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun
4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk 1) Geografis dan topografis Kabupaten Banyuwangi terletak diantara koordinat 7 o 43` 8 o 46`
Lebih terperinciStatus Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka 1
Status Perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI 571) Laut Andaman dan Selat Malaka 1 Oleh: Yudi Wahyudin 2 Abstrak Wilayah Pengelolaan Perikanan Repubik Indonesia (WPP RI)
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah
Lebih terperinci4. GAMBARAN UMUM WILAYAH
4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah. Era Otonomi Daerah ditafsirkan sebagai penambahan. pelayanan prima kepada masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan tuntutan reformasi telah terjadi perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan Pemerintah di Daerah, perubahan tersebut di antaranya dengan lahirnya
Lebih terperinciVII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan
VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali didasarkan atas kelompok ikan Pelagis Kecil, Pelagis Besar, Demersal
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`
Lebih terperinciSejarah Peraturan Perikanan. Indonesia
Sejarah Peraturan Perikanan Indonesia Peranan Hukum Laut dalam Kedaulatan RI Laut Indonesia pada awalnya diatur berdasarkan Ordonansi 1939 tentang Wilayah Laut dan Lingkungan Maritim yg menetapkan laut
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Lokasi PPS Belawan Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan terletak pada koordinat geografis 03º 47 00 LU dan 98 42 BT, posisi yang cukup strategis bila ditinjau dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki ± 18.110 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km, serta
Lebih terperinci5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP
30 5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP 5.1 Kapal-kapal Yang Memanfaatkan PPS Cilacap Kapal-kapal penangkapan ikan yang melakukan pendaratan seperti membongkar muatan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan sejak abad ke- 17 telah menjadi kota Bandar, karena memiliki posisi sangat strategis secara geopolitik dan geostrategis.
Lebih terperinciV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru
V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kajian tentang konsep kapasitas penangkapan ikan berikut metoda pengukurannya sudah menjadi isu penting pada upaya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. The Code of
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di Pemerintah Aceh yang memiliki potensi sumberdaya ikan. Jumlah sumberdaya ikan diperkirakan sebesar 11.131 ton terdiri
Lebih terperinciPENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA
Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum aktivitas perikanan tangkap di Indonesia dilakukan secara open access. Kondisi ini memungkinkan nelayan dapat bebas melakukan aktivitas penangkapan tanpa batas
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,
Lebih terperinci4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN
4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN 4.1 Kondisi Alat Tangkap dan Armada Penangkapan Ikan merupakan komoditas penting bagi sebagian besar penduduk Asia, termasuk Indonesia karena alasan budaya
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki luas wilayah 20.656.894 Km 2 terdiri dari luas lautan 14,877.771 Km 2 dan daratan 5,779.123 Km 2. Dengan luas
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara
58 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Manado terletak antara 0 15 5 34 Lintang Utara dan antara 123 07 127 10 Bujur Timur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara maritim dengan luas wilayah laut
Lebih terperinci6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung
6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung Supaya tujuh usaha perikanan tangkap yang dinyatakan
Lebih terperinciKONDISI PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) INDONESIA. Rinda Noviyanti 1 Universitas Terbuka, Jakarta. rinda@ut.ac.
KONDISI PERIKANAN TANGKAP DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN (WPP) INDONESIA Rinda Noviyanti 1 Universitas Terbuka, Jakarta rinda@ut.ac.id ABSTRAK Aktivitas usaha perikanan tangkap umumnya tumbuh dikawasan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan industri bioteknologi kelautan merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu penting perikanan saat ini adalah keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya dan lingkungannya. Upaya pemanfaatan spesies target diarahkan untuk tetap menjaga
Lebih terperinci4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang
4 HASIL PENELITIAN 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang 4.1.1 Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang Produksi ikan terbang (IT) di daerah ini dihasilkan dari beberapa kabupaten yang
Lebih terperinciLAPORAN PENDAMPINGAN RZWP3K PROVINSI RIAU 2018
LAPORAN PENDAMPINGAN RZWP3K PROVINSI RIAU 2018 Rapat Penyelerasan, Penyerasian dan Penyeimbangan antara RZWP3K Provinsi Riau dengan RTRW Provinsi Riau dan Penyepakatan Peta Rencana Alokasi Ruang RZWP3K
Lebih terperinciPenangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)
Penangkapan Tuna dan... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.) PENANGKAPAN TUNA DAN CAKALANG DENGAN MENGGUNAKAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR (HAND LINE) YANG BERBASIS DI PANGKALAN PENDARATAN
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)
Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 3, No. 2, November 2012 Hal: 135-140 PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA) Tuna Lingline Fisheries Productivity in Benoa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan wilayah yang sangat besar. Luas perairan laut indonesia diperkirakan sebesar 5,4 juta km 2 dengan garis pantai
Lebih terperinciJumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100
34 2001, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 91.881 jiwa. Luas wilayahnya adalah 26,25 km 2 dengan kepadatan penduduknya adalah 3.500,23 jiwa per km 2. PPS Belawan memiliki fasilitas pokok dermaga,
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
26 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Lamongan merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur. Secara astronomis Kabupaten Lamongan terletak pada posisi 6 51 54 sampai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) dan berdasarkan habitatnya di laut secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi perikanan Indonesia diestimasi sekitar 6,4 juta ton per tahun, dengan tingkat pemanfaatan pada tahun 2005 telah mencapai 4,408 juta ton, dan tahun 2006 tercatat
Lebih terperinci4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan
23 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi dan Topografi Kecamatan Brondong merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur. Brondong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan,
Lebih terperinciPROVINSI SUMATERA UTARA
2 PROVINSI SUMATERA UTARA VISI Menjadi Provinsi yang Berdaya Saing Menuju Sumatera Utara Sejahtera MISI 1. Membangun sumberdaya manusia yang memiliki integritas dalam berbangsa dan bernegara, religius
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten
Lebih terperinci4 TINJAUAN UMUM PERIKANAN TANGKAP DI MALUKU
4 TINJAUAN UMUM PERIKANAN TANGKAP DI MALUKU 4.1 Provinsi Maluku Dengan diberlakukannya Undang-Undang RI Nomor 46 tahun 1999 tentang pemekaran wilayah Provinsi Maluku menjadi Provinsi Maluku Utara dan Provinsi
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Partisipatif Daerah Penangkapan Ikan kurisi dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan jaring rampus. Kapal dengan alat tangkap cantrang memiliki
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi Secara geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak antara 127 O 17 BT - 129 O 08 BT dan antara 1 O 57 LU - 3 O 00 LS. Kabupaten
Lebih terperinciseine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak
5 PEMBAHASAN Hasil penghitungan pemanfaatan kapasitas penangkapan dengan menggunakan single output (total tangkapan) berdasarkan bulan ( Agustus 2007 Juli 2008) menunjukkan bahwa hanya ada 1 2 unit kapal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima
Lebih terperinci5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memilki zona maritim yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 yang terdiri atas perairan kepulauan 2,3 juta km 2, laut teritorial
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data PBB pada tahun 2008, Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, serta
Lebih terperinciASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA
ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA Enjah Rahmat Teknisi pada Balai Penelitian Perikanan Laut, Muara Baru
Lebih terperinciANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN Adrian A. Boleu & Darius Arkwright
ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN 2007 2008 Adrian A. Boleu & Darius Arkwright Abstract Small pelagic fishing effort made bythe fishermen in North Halmahera
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25
Lebih terperinciKEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis
III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perikanan tangkap kini dihadang dengan isu praktik penangkapan ikan yang ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur atau yang disebut IUU (Illegal, Unreported, and
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Pandeglang 4.1.1 Keadaan geografis dan topografi Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6 21-7 10 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna
PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan ikan yang meningkat memiliki makna positif bagi pengembangan perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki potensi perairan yang
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis
29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)
Lebih terperinci1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas
Lebih terperinciAGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP
AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP Cilacap merupakan salah satu wilayah yang berpotensi maju dalam bidang pengolahan budi daya perairan. Memelihara dan menangkap hewan atau tumbuhan perairan
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
61 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis 4.1.1 Kota Ambon Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979, luas Kota Ambon adalah 377 Km 2 atau 2/5 dari luas wilayah Pulau Ambon.
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau
Lebih terperinciAnalisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah
Maspari Journal 03 (2011) 24-29 http://masparijournal.blogspot.com Analisis Potensi Lestari Sumberdaya Perikanan Tuna Longline di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah Onolawe Prima Sibagariang, Fauziyah dan
Lebih terperinci6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan
6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan sebagai salah satu sektor unggulan dalam pembangunan nasional mempunyai peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di masa mendatang, serta mempunyai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di beberapa negara, telah mendorong meningkatnya permintaan komoditas perikanan dari waktu ke waktu. Meningkatnya
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi SPL secara Spasial dan Temporal Pola distribusi SPL sangat erat kaitannya dengan pola angin yang bertiup pada suatu daerah. Wilayah Indonesia sendiri dipengaruhi
Lebih terperinci7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi
7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut
Lebih terperinciSTUDI BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN GABION KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA
STUDI BIOEKONOMI IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BELAWAN GABION KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA BIOECONOMY STUDY OF MACKEREL (Rastrelliger spp) IN BELAWAN GABION OCEAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Selat Sunda secara geografis menghubungkan Laut Jawa serta Selat Karimata di bagian utara dengan Samudera Hindia di bagian selatan. Topografi perairan ini secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Baik di dunia maupun di Indonesia, perikanan tangkap mendominasi hasil produksi perikanan walaupun telah terjadi over fishing diberbagai tempat. Kegiatan penangkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi Perikanan Indonesia dapat diestimasi sekitar 6,4 juta ton per tahun, dengan tingkat pemanfaatan pada tahun 2003 telah mencapai 4.383.103 ton, dan tahun 2004 tercatat
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi SPL Dari pengamatan pola sebaran suhu permukaan laut di sepanjang perairan Selat Sunda yang di analisis dari data penginderaan jauh satelit modis terlihat ada pembagian
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA
103 V. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata tujuh meter di atas permukaan laut. Terletak pada posisi 6 12 LS dan 106 48 BT. Luas wilayah
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di antara 6 o 57-7 o 25 Lintang Selatan dan 106 o 49-107 o 00 Bujur Timur dan mempunyai
Lebih terperinciProduksi (Ton) Trip Produksi (Ton) Pukat Cincin ,
Lampiran 1. Produksi per alat tangkap per tahun Tabel 11. Produksi ikan tembang per upaya penangkapan tahun 2008-2012 Jenis Alat 2008 2009 2010 2011 2012 Tangkap Upaya Penangkapan Produksi (Ton) Upaya
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA
4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tobelo 4.1.1 Kondisi kewilayahan Kecamatan Tobelo 1) Letak geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak pada posisi koordinat 0 o 40
Lebih terperinci2 Mengingat b. bahwa untuk itu perlu menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Kelautan dan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1466, 2014 KEMEN KP. Penangkapan Ikan. Jalur Penempatan Alat. Alat bantu. Perubahan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/PERMEN-KP/2014
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PANTURA JAWA TENGAH
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PANTURA JAWA TENGAH Potency and Development Opportunity of Bussines Capture Fisheries in North Coastal of Central Java Imam Triarso 1 1 Staf
Lebih terperinci5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL
5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL 5.1 Pendahuluan Pemanfaatan yang lestari adalah pemanfaatan sumberdaya perikanan pada kondisi yang berimbang, yaitu tingkat pemanfaatannya
Lebih terperinciBerkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN
Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas (Smith 1978; Salm & Kenchington
Lebih terperincimungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara geografis propinsi Bali terletak pada posisi 8º 03 40-8º 50 48 LS dan 144º 50 48 BT. Luas propinsi Bali meliputi areal daratan sekitar 5.632,66 km² termasuk keseluruhan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber daya perikanan dapat dipandang sebagai suatu komponen dari ekosistem perikanan dan memiliki peranan ganda sebagai faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan
Lebih terperinciELASTISITAS PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP KOTA TEGAL PRODUCTION ELASTICITY OF TEGAL MARINE CATCHING FISHERIES
ELASTISITAS PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP KOTA TEGAL PRODUCTION ELASTICITY OF TEGAL MARINE CATCHING FISHERIES Suharso 1), Azis Nur Bambang 2), Asriyanto 2) ABSTRAK Dari tahun 1999 2003 pelaksanaan program
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Pengumpulan Data
3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Menurut Riduwan (2004) penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari
Lebih terperinci