BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerja individu tersebut mempengaruhi tingkat produktivitas di organisasi, instansi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inovatif. Kompetisi yang terjadi menuntut organisasi untuk senantiasa mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi memaksa setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulankeunggulan

1 PENDAHULUAN Latar belakang

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

BAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan

Pada era globalisasi saat ini, teknologi kesehatan berkembang semakin pesat

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti modal, metode, dan mesin. visi dan misi yang telah ditargetkan (Dessler, 2010).

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA KARYAWAN PT. X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi pada organisasi daripada karyawan yang performanya buruk.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Penelitian mengenai engagement dalam pekerjaan yang berkembang

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB II LANDASAN TEORI. Employee engagement merupakan rasa keterikatan secara emosional

GAMBARAN WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN DI PT EG (MANUFACTURING INDUSTRY)

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kahn (dalam May dkk, 2004) work engagement dalam. pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia Sehat pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, kualitas sumber daya manusia memegang peran yang cukup penting,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

ADVERSITY QUOTIENT DAN PSYCHOLOGICAL CAPITAL DALAM MENENTUKAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kominfo Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada tanggal 28 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Era globalisasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa. Setiap perusahaan memerlukan karyawan yang tidak hanya cerdas tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan perlu dikembangkan untuk mendukung kelangsungan dan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan saat ini menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang efektif semakin menyadari bahwa faktor yang sangat

2015 HUBUNGAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISORY BEHAVIORS DAN TRUST IN SUPERVISOR DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

Salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam persaingan di pasar global. engaged menjadi sangat berharga dalam mendukung kinerja perusahaan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sampai saat ini belum ada definisi yang konsisten dan universal

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Work Engagement. Work engagement atau worker engagement merupakan sebuah konsep

PERAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI TERHADAP WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterikatan Karyawan (employee engagement) 1. Definisi Keterikatan Karyawan (employee engagement)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

BAB I PENDAHULUAN. peralatan, standar profesi dan peningkatan manajemen rumah sakit. Manajemen sumber

Hubungan antara Perceived Organizational Support dengan Work Engagement Pada Guru SMA Swasta di Surabaya

KEPRIBADIAN PROAKTIF DAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ini, memaksimalkan kinerja setiap karyawan lebih penting daripada. tindakan lainnya yang pernah dilakukan untuk manajer dan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. arus globalisasi, tak terkecuali Indonesia. Indonesia merupakan salah satu

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh spiritualitas

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, dengan keadaan yang selalu berkembang maka setiap perusahaan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas sumber daya manusia (Cheng,

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya.

BAB II LANDASAN TEORI. Marks and MacDermid (1996) menjelaskan work-life balance sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Widjaja, 2006). Pegawai memiliki peran yang besar dalam menentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan

BAB II TELAAH PUSTAKA. mengenai penelitian ini, berdasarkan variabel-variabel yang menjadi obyek

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang telah ditetapkannya sendiri. Chaplin (2006) Life Satisfaction adalah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Organisasi adalah suatu sistem kerja sama yang dijalankan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah mencapai keuntungan dan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik

BAB I PENDAHULUAN. uang, peralatan, dan bahan mentah. Kedua unsur tersebut dalam

sumber daya manusianya. Hal ini disebabkan karena dunia kerja memiliki tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. (Kurniawati, 2013). Begitu pula seperti yang tercantum dalam UU No.20/2003

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan sumber daya manusia menjadi hal yang sangat penting dalam organisasi disamping sumber daya lainnya. Ketika seorang individu bekerja, hasil kerja individu tersebut mempengaruhi tingkat produktivitas di organisasi, instansi ataupun perusahaan tempatnya bekerja. Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan seperti modal, metode, dan mesin tidak bisa memberikan hasil yang maksimum jika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki kinerja yang baik dan dedikasi yang tinggi terhadap perusahaan. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah karyawan yang bekerja diperusahaan tersebut. Saat ini seluruh perusahaan bersaing untuk dapat memiliki karyawan yang memiliki kompetensi dan kinerja yang baik. Peran karyawan sangat menentukan bagi keberhasilan suatu perusahaan mencapai targetnya (Dessler, 2010). Berbagai perusahaan sering menghadapi keadaan di mana rendahnya produktivitas kerja karyawan dilatarbelakangi oleh kurangnya keterlibatan karyawan atau rendahnya engagement karyawan terhadap pekerjaannya. Work engagement karyawan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan perusahaan. Perusahaan yang memiliki karyawan dengan work engagement yang tinggi akan lebih unggul dari perusahaan yang memiliki karyawan dengan work engagement yang rendah (Albrecht, 2010). 1

2 Menurut Schaufeli, Salanova, Gonzalez-Roma, dan Bakker (2002) work engagement merupakan suatu motivasi, pikiran yang positif, pemenuhan (fulfilling), dan cara pandang dalam bekerja. Keadaan ini dicirikan dengan adanya semangat (vigor), dedikasi (dedication), dan fokus mendalam (absorption). Menurut Park dan Gursoy (2012) work engagement merupakan pengalaman kerja yang positif dan mempengaruhi kehidupan organisasi yang menghasilkan berbagai manfaat bagi organisasi. Work engagement yang tinggi membuat seseorang termotivasi dalam bekerja serta memiliki semangat, antusias, dan dedikasi. Hal ini sesuai dengan kriteria pekerja yang dibutuhkan oleh PT. XYZ, yaitu salah satu perusahaan yang bergerak dibidang asuransi bagi kalangan korporasi. Berdasarkan hasil wawancara awal peneliti dengan Head of Human Resources PT. XYZ, untuk saat ini perusahaan membutuhkan karyawan yang engaged yaitu karyawan yang mau bekerja dengan semangat, positif, mau terlibat dan mau berinovasi, juga memiliki energi yang tinggi. PT. XYZ juga membutuhkan karyawan yang memiliki antusias besar terhadap kesuksesan perusahaan. Perusahaan membutuhkan karyawan yang mau bekerja dengan semangat pastinya, positif, mau terlibat dan mau berinovasi, sesuai dengan slogan kami, Inovation for well being. Selain itu kami juga membutuhkan karyawan muda-muda yang memiliki energi yang tinggi. Yang paling mendasar sih untuk merekrut orang itu ee kami lebih mencari karyawan yang punya antusiasme tinggi terhadap tujuan organisasi, dengan begitu kerja mereka akan lebih semangat dan lebih baik Akan tetapi, saat ini PT. XYZ masih kekurangan karyawan yang memiliki ciri-ciri seperti yang dijabarkan di atas. Maka dari itu, PT. XYZ sedang mencari karyawan-karyawan muda yang memiliki semangat yang tinggi dalam bekerja.

3 Saat ini belum banyak karyawan yang memiliki semangat dan antusiasme yang tinggi. Jadi ya sekarang kita banyak merekrut orang-orang muda, diutamakan dibawah 40 tahun jadi biasanya kami merekrut orang-orang muda yang lebih banyak memiliki semangat dan ee energi yang tinggilah. Engagement karyawan membutuhkan hubungan dua arah antara organisasi dan karyawan (Robinson, Perryman & Hayday, 2004). Work engagement akan terbentuk apabila terdapat hubungan timbal balik antara karyawan dan perusahaan. Karyawan yang memiliki engagement yang tinggi adalah karyawan yang memiliki semangat bekerja tinggi ketika bekerja maupun menyelesaikan pekerjaan dan tugas-tugas yang diberikan perusahaan. Work engagament dilihat dari seberapa dalam seseorang berusaha secara fisik, kognitif, dan emosional untuk menjalankan peran dalam pekerjaannya (Kahn, 1990). Karyawan yang engaged dengan pekerjaannya akan mendedikasikan dirinya kepada perusahaan tempatnya bekerja dan secara penuh berpartisipasi di dalam pekerjaannya. Karyawan yang engaged memiliki antusias yang besar untuk kesuksesan dirinya sendiri maupun untuk kesuksesan perusahaan. Dengan begitu, organisasi harus bekerja untuk memelihara dan meningkatkan engagement karyawan (Markos & Sridevi, 2010). Saks (2006) mengatakan bahwa salah satu faktor pemicu work engagement adalah perceived organizational support (POS). Perceived organizational support (POS) merupakan persepsi karyawan mengenai sejauh mana organisasi mereka menilai kontribusi, memberikan dukungan, dan peduli terhadap kesejahteraan mereka (Eisenberger & Stinglhamber, 2011). Eisenberger (2008) menyatakan bahwa karyawan profesional memiliki kecenderungan untuk mengimbangi

4 dukungan organisasi yang dirasakan (POS). Dukungan organisasional yang dirasakan memiliki dampak paling positif terhadap engagement dan kinerja pekerja profesional. Ketika karyawan menerima dukungan finansial atau nonfinansial dari perusahaan, mereka merasa wajib untuk membayar kembali dengan tingkat work engagement yang lebih tinggi. Akan tetapi, ketika perusahaan gagal memberikan dukungan, karyawan dapat melepaskan diri dan mengalami disengaged dengan perusahaan (Dabke & Patole, 2014). Berdasarkan hasil wawancara dengan Head of Finance PT. XYZ, untuk dapat meningkatkan tingkat engagament karyawan, PT. XYZ berusaha untuk memberikan dukungan organisasi yang maksimal bagi karyawan dengan membuat berbagai macam kegiatan menarik juga memberikan banyak benefit bagi karyawannya. yang sudah perusahaan berikan untuk seluruh karyawan yang pasti satu fasilitas ee di dalam mereka menjalankan pekerjaan sehari-hari, fasilitas itu sistem nya bagus, peralatan untuk menjalankan operasional lengkap dari sisi IT juga didukung penuh oleh perusahaan, itu yang berhubungan dengan pekerjaan langsung ya, ada lagi yang diluar namun berhubungan atau bisa dibilang meng-support karyawan ini untuk bekerja kita juga selalu ada acara outing. Kita sudah diberi kesempatan untuk outing keluar negeri, itu untuk semua karyawan.. selain itu juga medical check up karyawan kita juga setahun sekali bagi seluruh karyawan. Kemudian ada asuransi kecelakaan, jiwa, pensiun, melahirkan, asuransi kesehatan untuk karyawan dan keluarga, sehingga karyawan tidak perlu khawatir untuk kesehatan keluarganya. Selain itu ada bonus yang diberikan atas peformance dan ada juga fasilitas training dan seminar. Jadi yang sudah Sompo berikan untuk karyawan contohnya seperti itu.. Subjek wawancara juga mengatakan bahwa dukungan yang diberikan oleh perusahaan dirasa sudah cukup. Subjek mengatakan bahwa apa yang diberikan organisasi sudah seimbang dengan apa yang subjek berikan terhadap organisasi.

5 Kalo dilihat dari apa yang sudah saya kerjakan, apa yang organisasi kasih udah sangat cukup ya. Benefit-benefit yang perusahaan kasih juga sudah sangat cukup dan yang paling penting itu seperti yang sudah saya jelaskan tadi dukungan dari temen-temen dikantor dan atasan ya... itu juga penting termasuk bagimana kita dihargai diperusahaan ini. Jadi apa yang kita kerjakan itu membuat kita merasa dihargai. Selain perceived organizational support (POS), terdapat faktor lain yang mempengaruhi work engagement, yaitu self-efficacy. Konteks self-efficacy yang dibahas dalam penelitian ini tidak bersifat umum melainkan hubungan dengan situasi yang spesifik (konteks tertentu) yang dalam penelitian ini adalah selfefficacy yang berkaitan dengan tugas-tugas kerja di dalam organisasi. Self-efficacy mengacu pada keyakinan individu mengenai sejauh mana mereka memperkirakan kemampuan dirinya dalam mengerjakan tugas yang diperlukan. Keyakinan akan kemampuan yang dimiliki seseorang tersebut meliputi rasa percaya diri, kemampuan beradaptasi, kapasitas kognitif seseorang, kecerdasan dan kecepatan bertindak pada situasi yang penuh tekanan (Bandura, 1997). Menurut Caesens dan Stinghambler (2014) self-efficacy dapat memberi gambaran performansi peran ekstra yang dilakukan individu. Oleh karena itu, individu yang memiliki rasa mampu untuk melakukan kinerja yang baik maka mereka akan merasa memiliki keterikatan dengan pekerjaan mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan Head of Human Resources PT. XYZ, sebagai perusahaan join Indonesia dan Jepang, PT. XYZ memiliki tuntutan pekerjaan yang cukup tinggi. PT. XYZ saat ini sedang dalam masa perkembangan untuk menjadi perusahaan asuransi terbaik. Perkembangan tersebut membuat

6 karyawan mendapatkan banyak tekanan, maka PT. XYZ sendiri membutuhkan karyawan yang memiliki rasa percaya diri tinggi, mau menghadapi tantangan, dan tidak takut gagal. Kami juga membutuhkan orang-orang yang percaya diri, bisa menghadapi tantangan, yang tidak takut gagal, orang-orang yang saya bilang kita sedang berkembang itu jadi mungkin banyak tekanan, ya itu orang-orang yang mesti tough sih. Garg, Sethi dan Gupta (2017) mengatakan bahwa perbedaan tingkat selfefficacy dari karyawan berpengaruh terhadap tingkat work engagement karyawan dalam perusahaan. Semakin tinggi tingkat self-efficacy seseorang, semakin mereka menjadi mudah larut dalam tugas-tugasnya dan mereka akan cenderung memberikan usaha dan energi yang lebih dalam menyelesaikannya (Bandura, 1997). Teori ini mendukung penelitian-penelitian empiris sebelumnya yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara self-efficacy dengan work engagement. Berdasarkan penjabaran hasil penelitian terdahulu, perceived organizational support (POS) dan self-efficacy merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi work engagement. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat sejauh mana perceived organizational support (POS) dan self-efficacy dapat menjadi prediktor bagi work engagement karyawan pada PT. XYZ yang merupakan perusahaan join Indonesia dengan Jepang. Didukung dengan hasil dari wawancara awal peneliti dengan Head of Human Resources dan Head of Finance PT. XYZ yang mengatakan bahwa perusahaan sudah berusaha untuk memberikan dukungan yang maksimal bagi karyawan. Sumber juga mengatakan bahwa saat ini

7 perusahaan sedang berusaha untuk menjadi perusahaan asuransi terbaik. Hal tersebut membuat perusahaan memiliki tuntutan kerja yang tinggi dan membutuhkan karyawan dengan tingkat self-efficacy yang tinggi. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk meneliti peran perceived organizational support (POS) dan self-efficacy terhadap work engagement pada karyawan perusahaan besar. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris peran perceived organizational support (POS) dan self-efficacy dalam memprediksi work engagement. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan 2 (dua) manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan di dalam ilmu Psikologi, khususnya Psikologi bidang industri dan organisasi. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat sebagai bahan kajian bagi penelitian berikutnya, terutama yang berkaitan dengan work engagement karyawan.

8 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran atau masukan bagi organisasi dalam pertimbangan pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan dalam meningkatkan work engagement.