BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah masa kanak-kanak pertengahan yaitu usia 6 sampai 12 tahun, dimana anak-anak diarahkan menjauh dari kelompok keluarga dan berpusat di dunia konsep diri dan intelektual (Wong, 2009). Pada masa pertengahan ini diletakkan landasan untuk peran individu dewasa dalam pekerjaan, rekreasi, dan interaksi sosial. Pada negara maju, periode usia sekolah ini dimulai saat anak memasuki sekolah dasar pada usia 6 tahun. Pubertas yang terjadi pada usia 12 tahun menandakan akhir dari masa pertengahan. Pada masa ini anak menjadi lebih baik dalam berbagai hal ; sebagai contoh, mereka dapat berlari lebih cepat dan lebih jauh karena kemampuan dan ketahanan yang semakin baik (Potter dan Perry, 2009). Anak usia 6 tahun mulai memasuki pendidikan sekolah dasar, dengan demikian anak mulai masuk ke dalam dunia baru dan anak berkenalan pula dengan lingkungan baru dalam kehidupannya. Hal ini tentu saja banyak mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pengalaman-pengalaman baru, rasa takut terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak ini sering menyimpang dari kebiasaan waktu makan pagi yang sudah diberikan. Makan pagi biasanya tidak banyak mengandung unsur-unsur gizi, kecuali kalori yang memang diperlukan anak-anak untuk menahan rasa lapar mereka di sekolah (Moehji, 2003). Untuk menyiapkan makan pagi anak, tentunya anak memerlukan bantuan orang tua terutama ibu. 1
2 Peran orang tua terutama ibu memiliki pengaruh besar dalam membentuk kebiasaan anak. Padahal anak-anak usia sekolah ini sudah mulai memahami akan kebutuhan makan mereka, tetapi kembali lagi kepada orang tua terutama ibu untuk memberi contoh dan motivasi pada anak untuk melakukan makan pagi. Anak usia sekolah dasar memerlukan motivasi ibu dalam menyiapkan semua kebutuhannya, dan di pagi hari yang dibutuhkan anak adalah motivasi ibu menyiapkan makan pagi. Motivasi ibu adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seorang ibu yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha ibu untuk mencapai tujuan. Motivasi ibu dalam pagi akan menjadi aktivitas baru atau kebiasaan anak sebelum berangkat ke sekolah. Ibu harus memiliki kemampuan dalam menentukan jenis dan keanekaragaman makanan untuk makan pagi anak. Jenis makanan untuk makan pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur dalam jumlah yang seimbang. Jenis makan pagi yang beranekaragam pangan dapat diberikan berupa nasi, sayur/buah, lauk pauk dan susu, dapat memenuhi kebutuhan akan vitamin dan mineral (Khomsan, 2005). Makan pagi bagi anak usia sekolah dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan memahami pelajaran sehingga meningkatkan prestasi belajar (Depkes, 2005). Studi awal yang dilakukan oleh Suntari dan Lilis (2012) mengenai gambaran kegiatan makan pagi pada 75 orang siswa kelas IV dan V di SD Negeri 3 Canggu, didapatkan bahwa sebanyak 72 orang siswa (96%) melakukan kegiatan makan pagi dan sebanyak 3 orang siswa (4%) tidak melakukan kegiatan makan pagi. Setelah melakukan pengamatan langsung selama jam pelajaran pertama yaitu pukul 07.30-09.30, sebanyak 22 siswa (29,3%) mengalami gangguan konsentrasi. Gangguan konsentrasi tersebut meliputi : siswa sering menguap, melamun, melihat ke luar jendela,
3 menggerak-gerakkan kaki dan tangan saat pelajaran, tidak memperhatikan saat proses pembelajaran dan mengobrol. Hasil studi pendahuluan peneliti yang dilakukan kepada siswa-siswi kelas V di SDN Sambiroto 01 yang berjumlah 10 orang dengan prestasi belajar adalah 6 siswa melakukan prestasi belajar yang memuaskan yaitu mendapatkan peringkat 10 besar dan 4 siswa yang tidak melakukan makan pagi mendapatkan peringkat 20 besar ke bawah. Alasan siswa yang tidak melakukan makan pagi dikarenakan ketidakmampuan ibu dalam meluangkan waktu untuk menyiapkan makan pagi sehingga anak memilih jajan di sekolah. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Motivasi Ibu Memberikan Makan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah di SDN Sambiroto 01 Tembalang Semarang. B. Rumusan Masalah Anak usia sekolah sudah mulai memahami akan kebutuhan makan mereka, dengan demikian anak memerlukan motivasi ibu dalam menyiapkan semua kebutuhannya. Sebelum berangkat sekolah di pagi hari yang dibutuhkan anak adalah motivasi ibu dalam menyiapkan makan pagi. Motivasi ibu dalam pagi akan menjadi aktivitas baru atau kebiasaan anak sebelum berangkat ke sekolah. Makan pagi bagi anak usia sekolah dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan memahami pelajaran sehingga meningkatkan prestasi belajar anak. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara motivasi ibu pagi dengan prestasi belajar anak usia sekolah di SDN Sambiroto 01 Tembalang Semarang.
4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara motivasi ibu pagi dengan prestasi belajar anak usia sekolah di SDN Sambiroto 01 Tembalang Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan motivasi ibu pagi pada anak usia sekolah di SDN Sambiroto 01 Tembalang Semarang. b. Mendiskripsikan prestasi belajar pada anak usia sekolah di SDN Sambiroto 01 Tembalang Semarang. c. Menganalisis hubungan antara motivasi ibu pagi dengan prestasi belajar pada anak usia sekolah di SDN Sambiroto 01 Tembalang Semarang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan akan pentingnya makan pagi. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi informasi kepada pihak sekolah, dan orang tua terutama ibu dalam memberikan motivasi makan pagi karena berkaitan dengan prestasi belajar pada anak. E. Bidang Ilmu Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan yang difokuskan dalam bidang ilmu keperawatan anak.
5 F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. Nama Peneliti dan Tahun 1. Suntari, N.L.P.Y Dan Widianah, L (2012) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Hubungan Kalori Sarapan Dengan Kemampuan Konsentrasi Anak Usia Sekolah di SDN 03 Canggu Rancangan penelitian menggunakan deskriptif korelasi, tekhnik sampling menggunakan purposive sampling, analisa data menggunakan Uji Korelasi Pearson Moment dengan α=5% Terdapat hubungan antara kalori sarapan dengan kemampuan konsentrasi, dengan nilai p=0,000 dan nilai koefisien korelasi sebesar -0,541 Penelitian ini mengenai motivasi ibu pagi dengan prestasi belajar berbeda dengan penelitian sebelumnya mengenai kalori sarapan dengan kemampuan konsentrasi. 2. Lestari, D.Y (2009) Hubungan antara kemampuan konsentrasi belajar anak usia sekolah dasar Rancangan penelitian menggunakan study observational-analitik, pengambilan sampel menggunakan total sampling, dan analisis data menggunakan uji Chi-square dengan α=5% Terdapat korelasi yang signifikan antara kebiasaan makan pagi dengan kemampuan konsentrasi belajar (p=0,011) Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada motivasi ibu memberikan prestasi belajar dan kemampuan konsentrasi belajar. 3. Soedibyo, S dan Gunawan, H (2009) Kebiasaan sarapan di Kalangan Anak Usia Sekolah Dasar di Poliklinik Umum Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Penelitian deskriptif potong lintang, pengambilan sampel secara konsekutif, dan analisis data dengan menggunakan SPSS 17.0 Terdapat (91,4%) orangtua menganggap sarapan penting. Kebiasaan sarapan anak setiap hari (77,6%), kebiasaan tidak sarapan (22,4%). Alasan kebiasaan sarapan untuk membantu kecerdasan anak (77,2%) dan alasan tidak sarapan (52,4%) karena faktor selera makan anak. Variabel bebas penelitian ini adalah motivasi ibu pagi sedangkan penelitian sebelumnya adalah kebiasaan sarapan.
6 No. Nama Peneliti dan Tahun 4. Arijanto, dkk (2008) Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Dengan Prestasi Belajar Yang Dicapai Dalam Bidang IPA, IPS, Olah Raga, Total Nilai Dan Daya Ingat Pada Siswa Kelas VI SDN Pranti Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo Jenis penelitian cross sectional study dengan menggunakan analisa data Uji Fisher Exact Probability. Adanya hubungan antara kebiasaan sarapan dengan prestasi belajar siswa di bidang IPA. IPS, olahraga, total nilai dan daya ingat. Perbedaan penelitian ini dengan peneltian sebelumnya adalah terletak pada motivasi ibu memberikan prestasi belajar dan kebiasaan sarapan dengan prestasi belajar yang dicapai dalam bidang IPA, IPS, Olahraga, Total nilai dan daya ingat. 5. Hermina, dkk (2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan pagi pada remaja putri di sekolah menengah pertama (SMP) Jenis penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional. Menggunakan uji Chi Square (x²) dan uji regresi logistik sederhana Adanya hubungan antara kebiasaan makan pagi pada remaja putri dengan pengetahuan gizinya, ketersediaan makan pagi dan pendidikan ibu. Penelitian ini mengenai motivasi ibu pagi pada anak usia sekolah berbeda dengan penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan pagi pada remaja putri di sekolah menengah pertama. 6. Faridi, A (2002) Hubungan sarapan pagi dengan kadar glukosa darah dan konsentrasi belajar pada siswa sekolah dasar Desain penelitian menggunakan cross sectional study, analisis data menggunakan uji Chisquare dan Independent t-test Ada hubungan bermakna antara kebiasaan sarapan dengan kadar glukosa darah dan tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar glukosa darah dengan tingkat konsentrasi belajar Penelitian ini mengenai motivasi ibu pagi dengan prestasi belajar berbeda dengan penelitian sebelumnya mengenai sarapan pagi dengan kadar glukosa darah dan konsentrasi belajar.