1 PENDAHULUAN. Udang adalah merupakan komoditas unggulan perikanan Indonesia karena

dokumen-dokumen yang mirip
STATUS PENANGKAPAN UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man) DI PERAIRAN CILACAP DAN SEKITARNYA SERTA USULAN PENGELOLAANNYA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Cilacap dan sekitarnya adalah merupakan bagian perairan di Selatan

PENDAHULUAN. meningkatnya permintaan udang baik di pasar domestik maupun di pasar

PENDAHULUAN. Sumberdaya tersebut diolah dan digunakan sepuasnya. Tidak satupun pihak yang

METODE PENELITIAN STOCK. Analisis Bio-ekonomi Model Gordon Schaefer

STATUS PERIKANAN LOBSTER (Panulirus spp.) DI PERAIRAN KABUPATEN CILACAP

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI

5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

SKRIPSI. STUDl TENTANG STOK UDANG JERBUNG. I MADE KORNl ADNYANA. PROGRAM STUDl ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKAPIAM

5 POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN DEMERSAL

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk. meningkatkan taraf hidup manusia. Aktivitas pembangunan tidak terlepas

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

STATUS PENANGKAPAN UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man) DI PERAIRAN CILACAP DAN SEKITARNYA SERTA USULAN PENGELOLAANNYA

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

POTENSI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH. Abstrak

3. METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN SUMBERDAYA UDANG DI ESTUARIA SUNGAI SEMBILANG

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan 3.3 Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

Produksi (Ton) Trip Produksi (Ton) Pukat Cincin ,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan nilai produksi ikan lemuru Indonesia, tahun Tahun

PROVINSI SUMATERA UTARA

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

PRODUKTIVITAS ARMADA PENANGKAPAN DAN POTENSI PRODUKSI PERIKANAN UDANG DI LAUT ARAFURA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Asahan secara geografis terletak pada ,2 LU dan ,4

PENDUGAAN STOK IKAN TONGKOL DI SELAT MAKASSAR SULAWESI SELATAN

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR PUSTAKA. Anderson, L.G., The Economic of fisheries Management. The Johns Hopkins University Press, Baltimore and London : 213 p.

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAHAN BAKU: URAT NADI INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MIKRO KECIL DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN. Oleh: Syahriani Lewa

OPTIMASI PENANGKAPAN UDANG JERBUNG (Penaeus Merguiensis de Man) di LEPAS PANTAI CILACAP OLEH : CATUR PRAMONO ADI

ANALISIS STOK UDANG PENAEID DI PERAIRAN PANTAI SELATAN KEBUMEN JAWA TENGAH

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Selat Makassar

KAJIAN MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang adalah merupakan komoditas unggulan perikanan Indonesia karena tingginya nilai atau harga udang dan terus meningkatnya permintaan udang baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Permintaan pasar akan produksi perikanan Indonesia, terutama pasar luar negeri (ekspor) menurut Saragih (2001) diperkirakan semakin meningkat di masa yang akan datang karena menguatnya keyakinan masyarakat internasional terhadap keunggulan nutrisi ikan, termasuk udang. Jenis udang unggulan tersebut pada umumnya adalah jenis udang penaeid, dan salah satu jenis udang penaeid adalah udang jerbung atau udang putih (Penaeus merguiensis de Man). Udang penaeid sebagai komoditas perikanan unggulan menurut Garcia dan Le Reste (1981) karena udang penaeid tersebut adalah salah satu sumber daya alam dunia yang sangat menguntungkan karena nilai atau harganya tinggi dan permintaan pasar yang kuat. Permintaan udang di pasar internasional dari tahun ke tahun yang terus meningkat dan hal ini juga terlihat dengan meningkatnya ekspor udang Indonesia dari tahun ke tahun. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (2001a) mengemukakan bahwa ekspor udang Indonesia pada periode tahun 1990-1999 mengalami rata - rata peningkatan sebesar 3,72 % setiap tahun. Ekspor udang Indonesia pada tahun 1990 sebesar 94.037 ton meningkat menjadi 109.650 ton pada tahun 1999. Situasi meningkatnya ekspor udang tersebut di atas juga diikuti dengan meningkatnya produksi udang di Indonesia dan menurut Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya (2001b) dan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2001) menyatakan bahwa rata - rata peningkatan produksi udang adalah sebesar 4,31 % setiap tahun. Produksi udang pada tahun 1990 sebesar 252.940 ton dan meningkat menjadi 383.055 ton pada tahun 1999, dimana produksi udang tersebut sebagian besar atau 63,20 % masih berasal dari kegiatan penangkapan di laut. Udang hasil tangkapan di laut perairan Indonesia terdiri dari beberapa jenis udang, termasuk udang penaeid. Menurut Dall et al. ( 1990) jenis udang penaeid yang ada di perairan Indonesia termasuk jenis udang penaeid Sub-region Indo-Malaysian pada region Indo-West Pacific yang jumlahnya sebanyak 85 species. Jenis udang yang terdapat di Indonesia menurut Naamin et al. (1992) sebanyak 83 jenis udang dan salah satu di antaranya adalah udang jerbung atau udang putih (Penaeus merguiensis de Man) yang banyak tertangkap di perairan Indonesia. Daerah penyebaran udang, termasuk udang jerbung di perairan Indonesia menurut Naamin (1979) adalah di perairan sepanjang pantai barat Sumatera, Selat Malaka, pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa, pantai selatan Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Teluk Bintuni, Kepulauan Aru dan Laut Arafura. Penyebaran udang di perairan selatan Jawa menurut Naamin dan Sudrajat (1973) adalah di perairan sepanjang pantai dari Pengandaran (Ciamis Jawa Barat), Teluk Penyu Cilacap dan Karang Bolong Gombong (Jawa Tengah) sampai Selatan Yogyakarta dan Pacitan (Jawa Timur). Produksi udang jerbung hasil tangkapan dari laut perairan Indonesia tersebut pada periode waktu tahun 1990 1999 menurut Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2001) rata - rata meningkat 4,88 % setiap tahun. Produksi udang dari laut tersebut pada tahun

1990 sebesar 41.330 ton dan meningkat menjadi 64.179 ton pada tahun 1999. Peningkatan produksi udang jerbung dari laut tersebut diatas juga terjadi pada penangkapan udang jerbung di Perairan Cilacap dan sekitarnya meningkat dari 264 ton pada tahun 1990 menjadi 535 pada tahun 1999, tetapi rata rata peningkatan tersebut sebesar 0,16 % setiap tahun. Produksi udang meningkat pada tahun 1992 sebesar 522 ton dan 1994 sebesar 532 ton dan kemudian pada tahun tahun selanjutnya menurun dan meningkat lagi pada tahun 1998 dan tahun 1999 menjadi 515 ton dan 535 ton. Kegiatan pemanfaatan (penangkapan) sumber daya udang penaeid, termasuk udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya sudah dilakukan sejak lama. Alat tangkap trawl mulai digunakan di daerah ini pada tahun 1971 sebanyak 13 buah kapal dan meningkat menjadi 122 buah kapal pada tahun 1972 serta kemudian berkembang dengan pesat menjadi 184 kapal pada tahun 1978 (Subagyo, 1981). Peningkatan jumlah trawl tersebut menurut Naamin (1979), Subagyo (1981) dan Proyek Pengembangan dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Laut (1995) diikuti dengan peningkatan produksi udang penaeid di Cilacap yaitu dari 2.085 ton pada tahun 1973 meningkat menjadi 5.242 ton pada tahun 1979. Perkembangan pemanfaatan sumber daya udang, terutama sumber daya udang penaeid di perairan Cilacap dan sekitarnya tersebut berdasarkan hasil penelitian Van Zalinge and Naamin (1975), Nurhaya (1978), Naamin (1979) dan Subagyo (1981) mengemukakan bahwa pemanfaatannya sudah intensif dan jumlah kapal penangkapan udang (trawl) yang beroperasi di perairan tersebut pada tahun 1973 sudah melebihi daya tampung perairan atau sudah padat tangkap sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Beberapa hasil penelitian udang penaeid di perairan Cilacap dan sekitarnya sebelum Tahun 1980. P E N E L I T I INDIKATOR Van Zalinge Nurhaya Naamin Subagyo and Naamin (1978) (1979) (1979) (1975) M S Y 4.500-5.500 5.600 4.000 5.700 5.637 Ton / tahun Upaya optimal 760 850 KB 940 KB 1.162-1.256 KB 1.269 KB (buah kapal) 63-71 KT 78 KT 96 104 KT Produksi 2.910,5-3.798,0 2.484,7-5.050,6 2.910,5-5.204,7 2.910,5-5.050,6 ( ton ) Jumlah upaya 1.395 KB * 1.419 KB ** 1.395 KB * 1.419 KB *** yang ada (1973) (1973) (1973) (1973) Status padat padat padat Padat Pemanfaatan tangkap tangkap tangkap Tangkap Periode Data 1972 1975 1973-1976 1972 1978 1972 1979 Daerah perairan bagian perairan bagian perairan bagian perairan bagian Penangkapan barat dan timur barat dan timur barat dan timur barat dan timur Keterangan : KB : Kapal Bulan KT : Kapal Tahun MSY : Maximum Sustainable Yield (potensi lesatari) * : data kapal ikan Cilacap dan Pangandaran Ciamis ** : data kapal ikan Cilacap *** : data kapal ikan Cilacap, Pangandaran Ciamis dan Gombong Kebumen. Hasil evaluasi sumber daya udang di perairan Cilacap dan sekitarnya sebagaimana diuraikan diatas pada periode waktu sebelum tahun 1980 yang alat tangkap trawl masih diperbolehkan beroperasi menyatakan bahwa evaluasi sumber daya udang di perairan Cilacap dan sekitarnya mulai tahun 1973 sudah padat tangkap. Untuk hasil evaluasi sumber daya udang pada periode tahun 1990 waktu alat tangkap trawl tidak diperbolehkan beroperasi di perairan Indonesia, termasuk perairan Cilacap dan

sekityarnya dengan hasil evaluasi pemanfaatan sumber daya udang di perairan Cilacap dan sekitarnya menurut Naamin dan Sumiono (1989) menyatakan bahwa produksi udang hasil tangkapan dari perairan Cilacap dan sekitarnya pada tahun 1983 mencapai 1937 ton masih dibawah pengusahaan maksimum lestari (MSY). Demikian pula hasil evaluasi Proyek Pengembangan Dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Laut (1995) menyatakan pemanfaatan sumber daya udang dalam taraf berkembang dan masih kemungkinan untuk dikembangkan lagi. Sejak tahun 1980 penggunaan alat tangkap trawl mulai dilarang dioperasikan di perairan Indonesia, termasuk perairan Cilacap dan sekitarnya. Untuk menggantikan alat tangkap trawl tersebut Direktorat Jenderal Perikanan melalui Balai Pengambangan Penangkapan Ikan di Semarang sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan mengupayakan dan melakukan uji coba beberapa jenis alat tangkap sebagai pengganti alat tangkap trawl tersebut. Berdasarkan hasil uji coba tersebut, Balai Pengembangan Penangkapan Ikan (1993) mengusulkan dan memberikan beberapa jenis alat tangkap sebagai alternatif pengganti alat tangkap trawl, antara lain alat tangkap trammel net sebagai paket teknologi untuk menangkap udang di laut. Pergantian alat tangkap trawl dengan alat tangkap trammel net ini mengakibatkan terjadinya penurunan produksi udang hasil tangkapan di laut, termasuk produksi udang hasil tangkapan di Perairan Cilacap dan sekitarnya. Produksi udang hasil tangkapan di perairan Cilacap dan sekitarnya pada tahun 1984 mengalami penurunan menjadi 876 ton dan produksi udang hasil tangkapan dari laut yang tertinggi terjadi pada tahun 1987 yaitu sebesar 1.919 ton yang masih dibawah produksi udang hasil tangkapan dari laut pada waktu masih menggunakan alat tangkap trawl. Hal ini menurut Naamin dan Martosubroto

(1984) dan Proyek Pengembangan dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Laut (1995) disebabkan karena alat tangkap trammel net sebagai alat tangkap pengganti trawl tidak seefektif alat tangkap trawl.

1.2 Permasalahan. 1.2.1 Permasalahan pemanfaatan. (1) Hasil per upaya penangkapan (CPUE) Pada periode waktu sesudah tahun 1980 dengan dilarangnya pengoperasian alat tangkap trawl di laut, maka mulai berkembang penggunaan alat tangkap trammel net untuk menangkap udang di perairan cilacap dan sekitarnya sebagai pengganti alat tangkap trawl yang dilarang, dimana pada awal pengoperasian alat tangkap trammel net ini jumlahnya sedikit dan meningkat pada tahun tahun berikutnya. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perikanan melalaui Proyek Pengembangan Dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Laut (1995) menyatakan bahwa kenaikkan jumlah alat tangkap trammel net masih diikuti dengan kemaikkan CPUE trammel net tersebut sampai pada tahun 1986. Jumlah trammel net pada tahun 1984 sebesar 18.118 boat days dengan CPUE sebesar 48,4 kg dan meningkat menjadi 20.721 boat days dengan CPUE sebesar 53,4 kg pada tahun 1986. Untuk periode waktu tahun selanjutnya pada tahun 1987 1988 jumlah trammel net mengalami kenaikan tetapi CPUE trammel net mengalami penurunan. Jumlah trammel net pada tahun 1987 dan tahun 1988 meningkat menjadi 55.030 boat days dan 40.428 boat days dengan CPUE mengalami penurunan menjadi 34,9 kg pada tahun 1987 dan 42,0 kg pada tahun 1989. Situasi perkembangan penggunaan trammel net untuk menangkap udang di perairan Cilacap dan sekitarnya pada periode waktu sesudah tahun 1986 berdasarkan data Statistik Perikanan pada periode waktu tahun 1986 1998 (Direktorat Jenderal Perikanan 1988, 1989, 1990, 1991, 1992, 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 1998, 1999 dan 2000) serta Statistik Perikanan Tangkap tahun 1999 (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2001)

mengemukakan bahwa kenaikkan jumlah trammel net yang digunakan untuk menangkap udang di perairan Cilacap dan sekitarnya tidak diikuti dengan kenaikkan CPUE trammel net dan bahkan CPUE trammel net mengalami penurunan dan perkembangannya dapat di lihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi udang dan jumlah kapal trammel net serta CPUE di perairan Cilacap dan sekitarnya. Tahun Produksi Udang ( ton ) Kapal C P U E ( kg ) U. Jerbung U. Dogol U. Lain Total ( unit ) U. Jerbung Total 1986 498 933 962 2.393 1.121 444,2 2.134,7 1987 280 1.036 2.565 3.881 2.440 114,8 1.590,6 1988 741 833 3.658 5.232 5.185 142,9 1.009,1 1989 338 531 477 1.346 1.308 258,4 1,0291 1990 264 491 1.827 2.582 895 295,0 2.884,9 1991 415 571 2.100 3.086 2.523 164,5 1.223,1 1992 522 597 2.176 3.295 736 709,2 4.476,9 1993 253 433 1.684 2.370 8.470 29,9 279,8 1994 532 1.455 3.378 5.365 1.299 409,5 4.130,1 1995 495 436 1.563 2.494 1.242 398,6 2.008,1 1996 430 366 2.240 3.036 1.453 295,9 2.089,5 1997 352 464 2.869 3.685 632 556,9 5.830,7 1998 515 458 1.928 2.901 838 614,6 3.461,8 1999 535 669 2.602 3.806 1.462 365,9 2.603,3 Sumber : Statistik Perikanan Tahun 1986 sampai Tahun 1998. Statistik Perikanan Tangkap Tahun 1999. (2) Penjualan udang hasil tangkapan yang tidak tercatat. Penjualan udang hasil tangkapan di perairan Cilacap dan sekitarnya ini adalah penjualan udang hasil tangkapan kapal trammel net dari Cilacap yang dijual di tengah laut dan udang hasil tangkapan kapal trammel net yang didaratkan dan penjualan di Gombong Kebumen dan Pangandaran Ciamis. Penjualan udang hasil tangkapan kapal trammel net

tersebut mulai pada periode tahun 1990-an dan pada tahun tahun selanjutnya makin berkembang. Udang yang di jual di tengah laut atau didaratkan dan dijual didaerah lain tidak lewat TPI sehingga tidak tercatat oleh petugas lapangan Dinas Perikanan dan Kelautan setempat. Hal ini sangat merugikan dalam mengevaluasi pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya udang di perairan Cilacap dan sekitarnya karena data tersebut tidak diikutkan dalam evaluasi yang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi hasil evaluasi tersebut. Disamping itu penjualan dengan sistim tersebut juga sangat merugikan pendapatan daerah karena nilai penjualan tersebut tidak dikenakan retribusi sebesar 5 % dari total nilai penjualan udang tersebut. 1.2.2 Permasalahan pengelolaan. (1) Belum ada pengaturan paerah penangkapan. Daerah penyebaran dan daerah penangkapan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya meliputi daerah perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat, perairan Cilacap dan sekitarnya bagian timur dan perairan Segara Anakan. Hal ini dikarenakan perairan bagian barat dan perairan bagian timur serta perairan Segara Anakan dipisahkan dengan P. Nusakambangan dan perairan sebelah Selatan P. Nusakambangan merupakan perairan dalam dengan dasar perairan pasir yang tidak sesuai untuk hidup udang jerbung. Pada umumnya daerah penelitian udang penaeid di perairan Cilacap dan sekitarnya tersebut sebagaimana pada Tabel 1 diatas adalah perairan Cilacap dan sekitarnya tanpa dibedakan antara perairan Cilacap dan sekitarnya bagian barat dengan perairan Cilacap dan sekitarnya bagian timur. Perbedaan daerah penyebaran dan daerah

penangkapan dalam evaluasi pemanfaatan sumber daya udang tersebut diatas dikarenakan belum adanya persamaan persepsi para peneliti untuk perairan tersebut sehingga hasil evaluasinya berbeda diantara peneliti-peneliti tersebut. Untuk itu perlu diseragamkan perbedaan persepsi daerah penyebaran dan daerah penangkapan udang jerbung di perairan tersebut untuk mendapatkan hasil evaluasi yang sesuai dengan situasi di lapangan.

(2) Pengembangan upaya penangkapan yang terkendali. Untuk pengembangan pemanfaatan udang, termasuk udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya perlu dilakukan secara hati - hati agar tidak melampui daya dukung perairan (MSY) dan upaya penangkapan yang optimum sehingga kelestarian sumber daya udang dapat terpelihara dan pada akhirnya akan terjadi kesinambungan usaha untuk waktu yang akan datang. Untuk itu diperlukan upaya pengelolaan sumber daya udang yang disesuaikan dengan situasi perkembangan pemanfaatannya dan kondisi lingkungan perairan. Diharapkan pengelolaan tersebut dapat diaplikasikan di lapangan dan dapat dimengerti semua pihak yang berkepentingan terhadap pemanfaatan sumber daya udang tersebut, terutama para nelayan yang menangkap udang di perairan Cilacap dan sekitarnya. Sehubungan nelayan yang memanfaatkan atau kegiatan penangkapan udang jerbung tersebut berasal dari Pengandaran (Ciamis Jawa Barat), Cilacap dan Gombong (Jawa Tengah), maka penambahan jumlah kapal untuk menangkap udang jerbung tersebut juga akan didistribusikan secara proporsional pada masing - masing daerah Pangandaran Ciamis, Cilacap dan Gombong Kebumen. Pengembangan uapaya penangkapan untuk masing masing daerah secara proporsional tersebut juga untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan antar nelayan dan antar daerah. Untuk daerah Yogyakarta yang secara geografis memungkinkan mengembangkan kegiatan penangkapan udang di perairan Cilacap dan sekitanya, terutama untuk kegiatan penangkapan udang di perairan Cilacap dan sekitarnya bagian Timur harus lebih dahulu mengadakan pra survei untuk mengetahui apakah kegiatan penangkapan udang dengan pangkalan di Yogyakarta tersebut menguntungkan dari segi teknis dan ekonomis.

(3) Periode waktu evaluasi pemanfaatan tidak sesuai dengan daur hidup udang jerbung. Untuk kegiatan evaluasi sumber daya perikanan sebaiknya dilakukan sesuai dengan periode waktu daur hidup sumber daya perikanan tersebut, termasuk sumber daya udang. Untuk daur hidup udang di daerah tropis menurut Dall et al. (1990) diperkirakan hanya 1-2 tahun dan untuk jenis penaeid, termasuk udang jerbung sering kali kurang dari 1,5 tahun. Sedangkan umur udang penaeid menurut Staples et al. (1981) diperkirakan relatif pendek yaitu berkisar antara 12 18 bulan dan menurut Garcia and Le Reste (1981) mengemukakan umur maksimum udang penaeid adalah 2 tahun. Sehubungan dengan umur udang tersebut diatas, maka periode waktu kegiatan evaluasi pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya udang, termasuk data potensi sumber daya udang relatif sama dengan waktu daur hidupnya yaitu sekitar 2 tahun. Data evaluasi pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya udang yang ada sekarang berdasarkan data potensi sumber daya udang yang sudah berusia sekitar 10 tahun, sehingga sangat mendesak untuk dilakukan evaluasi lagi yang disesuaikan dengan perubahan - perubahan lingkungannya, terutama perubahan situasi pemanfaatannya. (4) Tidak adanya keseragaman pengelolaan sumber daya udang diantara Ciamis, Cilacap dan Kebumen. Permasalahan permasalahan yang diuraikan tersebut diatas dan juga yang mengakibakan pemanfaatan udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya mencapai tingkat padat tangkap dikarenakan belum adanya keserasian antar daerah (Cilacap, Pangandaran Ciamis dan Gombong Kebumen) dalam memanfaatkan sumber daya udang serta perbedaan metode analisis dan daerah penelitian yang dilakukan para peneliti

sebelumnya, sehingga menimbulkan banyak perbedaan dan pendapat dalam memanfaatkan sumber daya udang di perairan tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dan juga dalam rangka mengupayakan pemanfaatan yang optimum dan berkelanjutan serta menjaga kelestarian sumber daya udang di perairan tersebut perlu diupayakan pola pengelolaan sumber daya udang yang baku sebagai pedoman daerah Cilacap, Pangandaran Ciamis dan Gombong Kebumen dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya udang di perairan tersebut. Sehubungan dengan adanya persamaan persepsi dan keseragaman antar daerah serta para peneliti dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya udang di perairan tersebut akan menghasilkan evaluasi yang sesuai dengan situasi pemanfaatan sumber daya udang di lapangan. 1.3 Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menyusun pola pengelolaan sumber daya udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya yang berkelanjutan. (2) Menyusun pola pemanfaatan sumber daya udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya yang optimum. 1.4 Manfaat Penelitian. Hasil penelitian ini dapat sebagai bahan pertimbangan rencana pengembangan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya. 1.5 Hipotesis.

SEGARA ANAKAN NUSA KAMBANGAN Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengalokasian upaya penangkapan yang optimal akan menjamin berkelanjutan produktivitas sumber daya udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian. Ruang lingkup penelitian ini adalah situasi kegiatan pemanfaatan atau penangkapan sumber daya udang jerbung serta pengelolaan sumber daya udang jerbung tersebut di perairan Cilacap dan sekitarnya sebagaimana pada Gambar 1 serta faktor faktor yang mempengaruhi pemanfaatan dan pengelolaan di perairan tersebut. Dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai peraturan perundangan yang mengatur kegiatan pemanfaatan dan penangkapan udang jerbung di laut, khususnya di perairan Cilacap dan sekitarnya. Sundoro 3151 m 30' Dudan Tunggulbatu 500 m 600 m i u i t a n d C m r e u u e i b C n a D o n K. e r a y u S K. Jampang 809 m o I j K. Kembang 729 m 43 l a n g u i j C Parigi 11 Kelapa genep. Ka r a n g b a t u 9 18 34 T g 34 36 14 Tlk. PERIGI Penanjung Tlk. MAURITS 18 46 30 51 50 55 44 55 55 51 54 45 46 66 CILACAP CILACAP Tlk. PENYU 11 36 30 68 14 37 14 s r Karangbolong. Ma d a i T g 29 41 o l L u k u K. a n a s r o y C o k K. t o w o n K. B o o g Gepak 859 m r o g o P K. - 8 88 90 80 43 46 37 46 39 a k O p K. 30' 109 30' 110 48 37 Keterangan :............ _..... _..._ Gambar 1. Perairan Cilacap dan sekitarnya. isodepth 5 m isodepth 10 m isodepth 20 m isodepth 50 m isodepth 200 m Skala 1 : 100.000 (7 44'15"S) 0 1 2 3 4 5

1.7 Kerangka Penelitian. Didalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya diupayakan agar pemanfaatan sumber daya udang jerbung dapat berkelanjutan sehingga pemanfaatannya disesuaikan dengan potensi sumber daya udang jerbung serta upaya optimum yang diperbolehkan beroperasi di perairan tersebut. Untuk itu dalam penelitian ini akan dievaluasi dan dianalisis faktor-faktor sebagai berikut : (1) Melakukan assessment besarnya MSY sumber daya udang jerbung di perairan tersebut. (2) Menentukan upaya penangkapan optimal untuk mencapai MSY sumber daya udamg jerbung di perairan tersebut. (3) Menentukan status pemanfaatan sumber daya udang jerbung di perairan tersebut yang dilengkapi dengan strategi pengelolaannya. Sumber daya udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya ini dimanfaatkan oleh para nelayan dari beberapa daerah, seperti dari Pengandaran (Ciamis Jawa Barat), Cilacap dan Gombong (Jawa Tengah), sehingga dalam pengembangan pemanfaatan sumber daya udang jerbung yang optimum di perairan Cilacap dan sekitarnya yang berkelanjutan harus memperhatikan beberapa faktor, antara lain : (1) Situasi pemanfaatan sumber daya udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya untuk masing masing daerah. (2) Pemanfaatan sumber daya udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya yang optimum untuk masing-masing daerah. (3) Fasilitas sarana dan prasarana perikanan yang mendukung perkembangan kegiatan penangkapan udang jerbung pada masing - masing perairan Cilacap dan sekitarnya.

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas dapat digambarkan alur kerangka penelitian sebagai berikut sebagai berikut : Situasi Pemanfaatan Sumber Daya Udang Masalah Pengelolaan Pemanfaatan Daerah penyebaran dan penangkapan menurun Pengembangan upaya penangkapan tidak Periode waktu evaluasi Masalah CPUE trammel net Produksi hasil tangkapan tercatat Evaluasi Pengelolaan Potensi lestari (MSY) untuk untuk masing masing perairan perairan Upaya optimum untuk untuk masing masing perairan perairan Evaluasi Pemanfaatan Status pemanfaatan masing masing Pemanfaatan optimum masing masing Pola Pengelolaan Pola Pemanfaatan

Pemanfaatan sumber daya udang jerbung yang berkelanjutan Gambar 2 Diagram alir kerangka penelitian