4 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (HG) DAN SIANIDA (CN) PADA BEBERAPA JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI TELUK KAO, HALMAHERA UTARA

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (HG) DAN SIANIDA (CN) PADA BEBERAPA JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI TELUK KAO KABUPATEN HALMAHERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN TIMBAL (Pb) PADA IKAN NIKE (Awaous melanocephalus) DI MUARA SUNGAI BONE KOTA GORONTALO

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. laut, walaupun jumlahnya sangat terbatas. Dalam kondisi normal, beberapa macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. buang tanpa adanya pengolahan limbah yang efesien dan terbuang mengikuti arus

Kandungan Merkuri dan Sianida pada Ikan yang Tertangkap dari Teluk Kao, Halmahera Utara

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan industri pertambangan yang berasaskan manfaat serta kebutuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh menurunkan kualitas lingkungan atau menurunkan nilai

DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA

TINGKAT BIOAKUMULASI LOGAM BERAT PB (TIMBAL) PADA JARINGAN LUNAK Polymesoda erosa (MOLUSKA, BIVALVE)

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari pulau yang berukuran besar hingga pulau-pulau kecil yang sangat banyak

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Menurut Palar (1994) pencemaran adalah suatu kondisi yang telah

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dengan meningkatnya pendapatan masyaraka Di sisi lain,

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

KAJIAN LOGAM BERAT Pb, Cu, Hg DAN Cd YANG TERKANDUNG PADA BEBERAPA JENIS IKAN DI WILAYAH PESISIR KOTA BANDAR LAMPUNG

ISSN : PENYEBARAN MERKURI dan SIANIDA AKIBAT USAHA PERTAMBANGAN EMAS DI DAERAH Teluk Kao, Silvanus Maxwel Simange ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO. Yunita Miu Nim :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA IKAN KAKAP MERAH

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. sumber protein hewani. Kandungan protein kerang yaitu 8 gr/100 gr. Selain itu,

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang membentang sepanjang pantai utara antara Cirebon-Subang, Sepanjang

I. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peralihan antara daratan dan lautan yang keberadaannya dipengaruhi oleh

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

ANALISIS KADAR MERKURI (Hg) Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KUPANG SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. buangan/limbah yang selanjutnya akan menyebabkan pencemaran air, tanah, dan. h:1). Aktivitas dari manusia dengan adanya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 51' 30 BT perairan tersebut penting di Sumatera Utara. Selain terletak di bibir Selat

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan industri (Singh, 2001). Hal ini juga menyebabkan limbah

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

KANDUNGAN LOGAM BERAT AIR LAUT, SEDIMEN DAN DAGING KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PERAIRAN MENTOK DAN TANJUNG JABUNG TIMUR

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman kehidupan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sumber pencemar yang sangat berbahaya, Peristiwa keracunan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UJI KADAR MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN SUNGAI TULABOLO KECAMATAN SUWAWA TIMUR TAHUN 2013 SUMMARY. Fitrianti Palinto NIM

Felmawati Mundeng, Dian Saraswati, Ramly Abudi 1. Kata Kunci: Mercury (Hg), Hulu dan Hilir Air Sungai

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengertian Pencemaran Laut dan Penyebab Terjadinya Pencemaran Laut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada

I. PENDAHULUAN. akibatnya air mengalami penurunan akan kualitasnya. maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda.

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

Transkripsi:

29 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tangkapan Ikan hasil tangkapan diperoleh dari dua lokasi pengamatan, yaitu sekitar Tanjung Taolas (stasiun 1) dan Tanjung Akesone (stasiun 2). Tanjung Taolas merupakan muara sungai Taolas sedangkan Tanjung Akesone merupakan muara Sungai Tabobo. Jarak antara kedua lokasi pengamatan sekitar 1,4 km dan keduanya merupakan bagian Teluk Kao. Jenis ikan yang tertangkap dari Tanjung Taolas sebanyak 11 spesies dengan jumlah 36 ekor, sedangkan pada Tanjung Akesone hanya ditemukan 9 spesies ikan dengan jumlah 31 ekor. Tangkapan didominasi oleh udang putih (18 %), kakap merah (18 %), belanak (15 %), biji nangka (12 %) dan sotong (8 %). Tangkapan dari Tanjung Taolas yang paling dominan adalah kakap merah, udang putih, dan biji nangka, sedangkan dari Tanjung Akesone lebih didominasi oleh ikan belanak, udang putih, dan biji nangka (Tabel 5). Tabel 5 Jenis ikan yang tertangkap pada stasiun pengamatan di Teluk Kao No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jenis ikan Kakap Merah (Lutjanus sp.) Kerapu (Epinepterus sp.) Biji Nangka (Upeneus sp.) Belanak (Mugil sp.) Udang putih (Panaeus merguensis) Kepiting (Scylla sp.) Pari (Trigon sephen) Kerang (Anadara sp.) Julung (Tylosorus sp.) Alu-alu (Sphyraena sp.) Kembung (Restrelliger sp ) Kuwe (Caranx sp.) Sebelah (Psettodes sp.) Sotong (Loligo sp.) Hasil tangkapan Tanjung Tanjung Taolas Akesone Ekor % Ekor % 12 33 - - 1 3 - - 4 11 4 13 - - 10 32 6 17 6 19 - - 1 3 1 3 - - 2 6 - - 3 8 1 3 2 6 1 3 2 6 2 7 - - 3 10 1 3 - - 2 6 3 10 Total % Ekor 12 1 8 10 12 1 1 2 4 3 4 3 1 5 Total 36 100 31 100 67 100 Sumber : Hasil Penelitian (2010) 18 1,5 12 15 18 1,5 1,5 3 6 4 6 4 1.5 8

30 Berdasarkan analisis komposisi hasil tangkapan (Tabel 5), terlihat bahwa udang putih dan ikan biji nangka dominan tertangkap di kedua daerah penangkapan walaupun jarak kedua daerah penangkapan cukup jauh (1,4 km). Hal ini menunjukkan bahwa udang putih dan ikan biji nangka kemungkinan besar memiliki daya adaptasi yang lebih baik dibandingkan dengan jenis ikan lain seperti kakap merah yang hanya dominan di Tanjung Taolas dan belanak yang hanya dominan di Tanjung Akesone. Pengamatan terhadap profil parameterparameter oseanografi pernah dikaji oleh Tarigan dan Edward (2003) yang menyatakan kondisi hidrologi perairan Teluk Kao relatif masih cocok untuk berbagi kepentingan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Kep 02/MNLH/I/1988. Namun demikian, dalam kaitannya dengan tingkah laku ikan di kedua daerah penangkapan tersebut, perlu dikaji lebih lanjut terkait dengan keberadaan aktivitas penambangan emas. Simbolon (2007) menyatakan bahwa keberadaan ikan di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanan, serta kondisi parameterparameterfaktor oseanografi perairan. Selanjutnya disebutkan bahwa ikan yang tidak memiliki daya adaptasi tinggi akan cenderung merespon perubahan parameter-parameter oceanografi dengan cara bermigrasi ke daerah lain, sehingga akan berpengaruh terhadap penyebaran dan kelimpahan ikan di suatu perairan. Hutan bakau (mangrove) ditemukan di kedua daerah penangkapan (Tanjung Taolas dan Akesone) dan kondisinya masih relatif baik. Kondisi ini diduga berpengaruh terhadap siklus hidup dan penyebaran udang putih, sehingga udang putih tertangkap cukup dominan, baik di Tanjung Taolas maupun di Tanjung Akesone. Jenis ikan yang habitatnya di daerah karang seperti ikan kakap merah dan kerapu hanya tertangkap di daerah penangkapan Tanjung Taolas, bahkan ikan kakap merah sangat dominan tertangkap di daerah tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh karena wilayah tersebut ditumbuhi oleh hutan bakau (mangrove) dan terumbu karang. Berbeda dengan daerah penangkapan Tanjung Akesone, dimana terumbu karang tidak ada sama sekali sehingga tidak sesuai dengan habitat yang dikehendaki oleh ikan kakap merah dan kerapu. Jenis (spesies) dan jumlah tangkapan di Tanjung Taolas lebih banyak dibandingkan dengan Tanjung Akesone (Tabel 5), walaupun menggunakan alat

31 tangkap yang sama. Komposisi jenis dan jumlah ikan ini terkait erat dengan kondisi ekologis Tanjung Taolas yang ditumbuhi oleh hutan bakau dan terumbu karang. Dengan kondisi terumbu karang dan hutan bakau yang masih baik, maka kemungkinan besar perairan menjadi lebih subur, sehingga akan membentuk daerah penangkapan yang potensial. Dugaan tersebut sesuai dengan pendapat Suproyono (2007) yang menyatakan bahwa terumbu karang merupakan ekosistem laut yang sangat tinggi produktivitasnya dan merupakan habitat yang cocok untuk berbagai jenis/spesies ikan. Kondisi ekologis perairan Teluk Kao sangat didukung oleh kondisi fisik hutan bakau dan terumbu karang yang masih bagus, khususnya sekitar Tanjung Taolas (Lampiran 2). Hal ini akan menjadi salah satu penentu tingkat keberhasilan recruitment dan kelimpahan sumberdaya ikan. Berdasarkan penuturan nelayan setempat, perairan Teluk Kao merupakan daerah penangkapan yang cukup baik hingga tahun 1998 dengan hasil tangkapan yang bernilai ekonomis penting seperti ikan teri, teripang, udang, kakap merah, cumi-cumi dan sebagainya. Namun demikian, dewasa ini nelayan semakin sulit memperoleh hasil tangkapan yang banyak, bahkan beberapa jenis ikan tertentu jarang tertangkap. Akibatnya sebagian nelayan Teluk Kao beralih profesi ke usaha lain karena mereka beranggapan bahwa usaha penangkapan kurang menjanjikan. Pernyataan nelayan ini ternyata sesuai dengan pengamatan di lapangan bahwa alat tangkap bagan yang telah rusak tidak diperbaiki lagi, dan dibiarkan hancur oleh nelayan sehingga bekas-bekasnya cukup banyak ditemukan di sepanjang tanjung Taolas dan Akesone. 4.2 Kandungan Logam Berat dan Sianida di Perairan Teluk Kao Perairan Teluk Kao diduga sangat rentan terhadap pencemaran logam berat yang berasal dari kegiatan penambangan emas yang terdapat di sekitar perairan tersebut (Desa Tabobo). Jika hal ini terbukti, maka kelimpahan ikan akan berkurang dan akhirnya dapat mengancam mata pencaharian nelayan yang beroperasi di perairan Teluk Kao. Bahkan perairan yang kandungan logam beratnya telah melampaui batas ambang (threshold) yang diperbolehkan dapat menyebabkan kematian massal bagi ikan seperti halnya pada berbagai kasus di

32 perairann Indonesia. Penambangan emas di sekitar perairan Teluk Kao dilakukan sejak tahun 1998 dalam skala besar oleh perusahaan multinasional, yaitu PT. NHM dan PETI. PT. NHM melakukan ekstrasi emas dengan logam berat sianida (CN), sedangkan PETI menggunakan merkuri (Hg). Dengan minimnya pengolahan limbah yang dilakukan oleh kedua perusahaan tersebut, maka berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) telah mulai mempertanyakan kualitas perairan Teluk Kao. Kekhawatiran ini sangat beralasan karena sungaisungai yang mengalir melewati kedua lokasi penambangan semuanya bermuara ke Teluk Kao. Dengan demikian, limbah berupa Hg dan CN yang digunakan untuk mengekstrak emas pada akhirnya akan bermuara ke perairan Teluk Kao. Kajian tentang kandungan logam berat merkuri (Hg) pernah dilakukan oleh Edward (2006) sedangkan untuk kandungan sianida (CN) di perairan Teluk Kao belum pernah dilakukan, baik sebelum maupun sesudah PT. NHM dan PETI beroperasi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kandungan Hg dan CN di perairan Teluk Kao, termasuk kandungan yang terdapat dalam tubuh ikan yang tertangkap dari perairan tersebut. Berdasarkan uji laboratorium terhadap air laut, kadar Hg pada 2 stasiun pengamatan (Tanjung Taolas dan Akesone) adalah sama, yaitu 0.0002 ppm, dan kadar CN 0,001 ppm baik di Tanjung Taolas maupun Akesone (Lampiran 3). Konsentrasi merkuri (Hg) dan sianida (CN) di Teluk Kao masih dapat dikategorikan pada level rendah, jika dibandingkan dengan baku mutu air golongan C sesuai Kep-20/MENKLH/I/1990 (Lampiran 4), tentang pedoman penetapan baku mutu lingkungan untuk air golongan C yaitu 0,002 ppm untuk Hg dan 0,02 ppm untuk CN. Kandungan merkuri (Hg) dari hasil penelitian ini lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Eduward (2006) sebesar 0,001 ppm. Hal ini dimungkinkan karena waktu pengambilan sampel air dilakukan pada musim hujan. Dharmono (1995) menyatakan bahwa pada musim hujan, kandungan logam dalam air akan lebih kecil karena proses pelarutan, sedangkan pada musim kemarau kandungan logam akan lebih tinggi karena logam menjadi terkosentrasi.

33 Berdasarkan hasil penelitian ini maupun penelitian terdahulu ternyata kandungan merkuri (Hg) dalam air laut masih di bawah nilai ambang batas. Namun menurut asumsi peneliti, apabila penambangan emas dan perak di daerah ini berjalan terus tanpa pengolahan (penanganan) limbah yang baik, maka bukan tidak mungkin kandungan Hg dan CN pada perairan Teluk Kao akan terus meningkat dan terakumulasi hingga melebihi nilai ambang batas. Keberadaan logam berat yang masih dalam kategori rendah dalam suatu perairan tidak selalu mengindikasikan bahwa kandungan logam berat dalam tubuh ikan juga masih rendah. Bahkan menurut Suproyono (2007), kadar logam berat dalam tubuh ikan dan tumbuhan yang terdapat di perairan dapat mencapai 100.000 kali lebih tinggi ibandingkan dengan kadar logam berat di dalam perairan itu sendiri. Dari hasil penelitiaan Diniah (1995) juga membuktikan hal ini, kadar Hg dalam perairan Teluk Jakarta sebesar 0,00216 ppm, namun dalam daging ikan kadar Hg mencapai 0,80448 ppm. Hal ini disebabkan bahan kimia di perairan akan diabsorbsi organisme melalui proses biokosentrasi, bioakumulasi dan biomanifikasi sehingga kosentrasi bahan kimia akan meningkat dalam tubuh organisme dibandingkan dengan perairan itu sendiri (Connell & Miller 1984 ; Rand & Petrocelli 1985). 4.3 Kandungan Logam Berat dan Sianida dalam Tubuh Ikan 4.3.1 Kandungan merkuri (Hg) dalam tubuh ikan Analisis kandungan logam dan bahan kimia pada biota sangat penting dalam memonitor pencemaran dalam perairan. Uji laboratorium dilakukan terhadap empat jenis ikan yang dominan tertangkap di dua stasiun pengamtan, yaitu terhadap ikan kakap merah, belanak, udang putih dan ikan biji nangka. (Lampiran 5). Hasilnya menunjukkan bahwa logam berat merkuri (Hg) ditemukan pada bagian daging ikan, baik untuk ikan yang tertangkap dari Tanjung Taolas maupun dari Tanjung Akesone. Kadar merkuri pada daging ikan yang tertangkap dari Tanjung Taolas paling tinggi pada ikan kakap merah (0,12 ppm) dan kemudian menyusul pada ikan biji nangka (0,03 ppm) dan paling rendah pada udang putih (0,002 ppm). Pola yang sama juga terlihat pada ikan biji nangka dan udang putih yang tertangkap dari Tanjung Akesone, yang mana kadar merkurinya

34 relatif rendah dibandingkan dengan ikan belanak. Kadar merkuri pada ikan belanak, biji nangka dan udang putih yang tertangkap dari Tanjung Akesone (sekitar muara sungai Tabobo) masing-masing 0,13 ppm, 0,04 ppm dan 0,002 ppm. Kadar merkuri yang terdapat pada ikan di dua lokasi pengamatan lebih lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Kadar merkuri (Hg) pada daging ikan yang tertangkap dari Tanjung Taolas dan Tanjung Akesone Kakap merah yang dianalisis kandungan merkurinya tertangkap dari Tanjung Taolas dan belanak tertangkap di Tanjung Akesone. Kedua jenis ikan ini ternyata mengandung kadar merkuri yang lebih tinggi pada dagingnya dibandingkan dengan ikan biji nangka dan udang putih yang tertangkap di kedua lokasi penangkapan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang menarik, dan diduga terkait erat dengan tingkat mobilitas ikan. Ikan belanak dan kakap merah yang hanya tertangkap pada daerah penangkapan tertentu diduga memiliki mobilitas yang rendah (penyebaran migrasinya lebih sempit) berbeda dengan ikan biji nangka dan udang putih yang daerah penyebarannya lebih luas. Dugaan ini memang perlu dibuktikan melalui studi yang lebih komprehensif dan sistematis. Namun demikian, jika dugaan tersebut benar, maka ikan yang mobilitasnya kurang seperti kakap merah dan belanak akan memiliki peluang yang lebih besar untuk terkontaminasi oleh merkuri dibandingkan dengan ikan yang memiliki

35 mobilitas tinggi. Lodenius tubuh ikan umumnya bervariasi tergantung dari pola pergerakan dari ikan-ikan tersebut. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kandungan logam berat dalam tubuh ikan adalah tingkah laku makan ikan. Ikan yang spesiesnya berbeda umumnya memiliki pola tingkah laku makan dan penyebaran habitat yang berbeda pula. Penyebaran habitat dan pola tingkah laku makan ini akan berpengaruh terhadap interaksi ikan yang bersangkutan terhadap kandungan logam berat yang tersuspensi di perairan atau dasar perairan. Lodenius dan Malm (1998) telah melakukan pengkajian terhadap dampak penambangan emas terhadap ikan-ikan yang berada di sungai dan bendungan sekitar lokasi penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar logam berat tertinggi ditemukan pada ikan karnivora dan kemudian menyusul pada ikan pemakan plankton dan omnivor dan kadar terendah ditemukan pada ikan herbivor. Kandungan logam berat yang meresap pada tubuh ikan juga dipengaruhi oleh kepekaan sesuai dengan tingkat trofik ikan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Sakamoto (2004), yang mengatakan bahwa merkuri akan berpindah dari satu tingkat trofik ke tingkat lainnya dan menunjukkan peningkatan kepekatan dalam mahluk hidup sesuai dengan tingkat trofik mereka yang disebut biomagnifikasi. Selanjutnya disebutkan bahwa ikan yang lebih besar dengan tingkat trofik yang lebih tinggi umumnya memiliki kadar merkuri yang lebih banyak dibandingkan dengan ikan kecil. Proses perpindahan secara biologis suatu bahan kimia dari suatu tingkatan trofik yang rendah ke tingkatan yang lebih tinggi di dalam suatu struktur rantai makanan disebut sebagai proses biotransfer. Proses ini akan menyebabkan organisme-organisme yang tingkat trofiknya lebih rendah mempunyai peranan ekologis yang sangat penting pada suatu perairan dalam hubungannya sebagai sumber makanan bagi organisme lainnya (predator). Dengan demikian, organisme, termasuk ikan yang telah terkontaminasi dengan logam berat di perairan Teluk Kao, walaupun pada saat ini konsentrasinya di perairan masih berada di bawah ambang batas, akan mempengaruhi status lingkungan perairan apabila hal ini dibiarkan lebih lama.

36 Logam berat, termasuk merkuri masuk ke dalam tubuh ikan melalui air, sedimen dan makanan yang dikonsumsi. Logam berat yang masuk ke perairan umumnya akan mengendap di dasar perairan karena merkuri memiliki densitas yang lebih besar dari air laut. Oleh karena itu, masuknya merkuri ke dalam tubuh ikan disebabkan karena ikan berinteraksi dengan sedimen. Merkuri yang terdapat di dalam sedimen dan juga dalam kumpulan detritus kemungkinan akan termakan oleh ikan yang habitatnya berada di dasar perairan. Apabila ikan tersebut termasuk kelompok ikan pemakan sedimen dan detritus, maka peluang merkuri untuk masuk ke dalam tubuh ikan akan semakin besar dan akhirnya akan terakumulasi dalam jumlah besar seperti halnya ikan belanak dan kakap merah yang tertangkap dari perairan Teluk Kao. Connel dan Miller (1995) menyatakan bahwa sedimen dan detritus biasanya mengandung kepekaan yang tinggi terhadap logam berat di dalam lingkungan yang tercemar, sehingga hewan pemakan sedimen dan detritus cenderung untuk mengakumulasi logam dalam kepekatan yang lebih tinggi. Logam berat yang larut di perairan kemungkinan besar akan menyebar ke beberapa bagian tubuh ikan seperti bagian hati dan daging. Untuk memastikan dugaan tersebut, maka dilakukan pengamatan laboratorium terhadap bagian hati dan daging ikan yang tertangkap dari perairan Teluk Kao. Analisis terhadap kandungan logam berat merkuri pada bagian hati dan daging ikan kakap merah yang tertangkap dari Tanjung Taolas disajikan pada Tabel 6 dan Lampiran 6. Kadar merkuri yang terdapat pada bagian-bagian hati kakap merah berkisar 0,13 0,38 ppm dengan rata-rata 0,23 ppm, sedangkan pada bagian daging berkisar 0,06 0,19 ppm dengan rata-rata 0,12 ppm. Hal ini berarti bahwa kadar merkuri yang terkandung pada bagian hati ikan kakap merah lebih tinggi dibandingkan dengan bagian daging. Kadar merkuri tertinggi pada bagian hati terdapat pada A4 (41%), sedangkan paling rendah terdapat pada bagian A3 (14%). Pada sisi lain, kadar merkuri paling tinggi pada bagian daging ikan kakap merah terdapat pada A3 (41%), sedangkan paling rendah terdapat pada bagian A1 dan A4 masing-masing 13%. Analisis terhadap kandungan logam berat merkuri pada bagian hati dan daging ikan belanak yang tertangkap dari Tanjung Akesone disajikan pada

37 Tabel 7. Kadar merkuri yang terdapat pada bagian-bagian hati ikan belanak berkisar 0,16 0,36 ppm dengan rata-rata 0,25 ppm, sedangkan pada bagian daging berkisar 0,05 0,25 ppm dengan rata-rata 0,13 ppm. Hal ini berarti bahwa kadar merkuri yang terkandung pada bagian hati ikan belanak lebih tinggi dibandingkan dengan bagian daging, sama halnya dengan ikan kakap merah. Kadar merkuri tertinggi pada bagian hati terdapat pada B2 (36%), sedangkan paling rendah terdapat pada bagian B3 (16%). Pada bagian daging ikan belanak, kadar merkuri tertinggi terdapat pada B4 (47%), sedangkan paling rendah terdapat pada bagian B1 (9%). Tabel 6 Komposisi merkuri (Hg) pada bagian hati dan daging kakap merah yang tertangkap dari Tanjung Taolas Sampel Hati Daging Kosentrasi (ppm) % Kosentrasi (ppm) % A1 A2 A3 A4 0,20 0,22 0,13 0,38 22 24 14 41 0,06 0,15 0,19 0,06 13 33 41 13 Jumlah 0,93 100 0,46 100 Rata-rata 0,23 0,12 Ket. A1-A4 ; penomoran sampel daging ikan kakap merah Sumber : Hasil olahan data Tabel 7 Komposisi merkuri (Hg) pada hati dan daging ikan belanak yang tertangkap dari Tanjung Akesone Sampel Hati Daging Kosentrasi (ppm) % Kosentrasi (ppm) % B1 B2 B3 B4 0,27 0,36 0,16 0,20 27 36 16 20 0,05 0,09 0,14 0,25 9 17 26 47 Jumlah 0,99 100 0,53 100 Rata-rata 0,25 0,13 Ket. B1-B4 : penomoran sampel daging ikan belanak Sumber : Hasil olahan data Kadar merkuri pada bagian hati dan daging ikan biji nangka yang tertangkap dari Tanjung Taolas dan Tanjung Akesone dapat dilihat pada Tabel 8. Kandungan merkuri pada bagian hati ikan biji nangka lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditemukan pada bagian daging.

38 Tabel 8 Komposisi merkuri (Hg) pada hati dan daging ikan biji nangka yang tertangkap dari Tanjung Taolas (C1) dan Akesone (C2) Sampel Hati Daging Kosentrasi (ppm) % Kosentrasi (ppm) % C1 C2 0,51 0,45 53 47 0,04 0,03 57 43 Rata-rata 0,48 100 0,04 100 Ket. CI-C2 : Penomoran sampel daging ikan biji nangka Sumber : Hasil olahan data Kadar merkuri yang ditemukan pada bagian hati ikan kakap merah, belanak, dan biji nangka pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan bagian daging ikan. Rata-rata kadar merkuri pada bagian hati ikan biji nangka lebih tinggi dibandingkan dengan ikan kakap merah dan belanak (Gambar 8). Akan tetapi, kadar Hg pada bagian daging ikan biji nangka lebih rendah dibandingkan dengan ikan kakap merah dan belanak. Ikan yang tertangkap dari perairan Tanjung Taolas dan Akesone telah mengandung merkuri. Kandungan merkuri pada ikan yang tertangkap di Tanjung Akesone lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditemukan di Tanjung Taolas. Hal ini kemungkinan besar diakibatkan karena Tanjung Akesone merupakan muara Sungai Tabobo yang pada bagian hulunya sering dilakukan ekstrasi emas oleh PETI dengan menggunakan merkuri. Konsentrasin merkuri pada kedua lokasi pengamatan ini masih di bawah batas yang diperbolehkan. WHO menetapkan nilai batas ambang merkuri dalam kondisi masih aman dalam tubuh ikan sebesar 0,5 ppm. Namun demikian, berdasarkan pengamatan terhadap bagian daging ikan, ternyata kadar merkuri masih aman dikonsumsi. Namun demikian, kadar merkuri yang terdapat pada bagian hati ikan biji nangka yang tertangkap dari Tanjung Akesone telah melampaui batas aman yang berlaku, yaitu 0,51 ppm (Gambar 8). Meskipun jumlah merkuri yang diserap oleh tubuh ikan masih tergolong kategori kecil, namun logam ini ternyata sangat berbahaya. Hal ini disebabkan senyawa-senyawa merkuri dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh ikan. Pada penelitian ini logam merkuri pada bagian hati ikan lebih tinggi dibandingkan pada daging. Hasil ini juga sama seperti beberapa penelitian mengenai bioakumulasi merkuri dalam jaringan yang

41 bagian hati ikan kakap merah berkisar 6,6-18,0 ppm dengan rata-rata 12,3 ppm. Hal ini berarti bahwa kadar sianida tetap lebih tinggi pada bagian hati dibandingkan dengan pada bagian daging ikan. Tabel 9 Komposisi sianida (CN) pada bagian hati dan daging ikan kakap merah yang tertangkap dari Tanjung Taolas Sampel Hati Daging Kosentrasi (ppm) % Kosentrasi (ppm) % K1 K2 18,0 6,6 73 27 5,0 6,6 43 57 Jumlah 24,6 100 11,6 100 Rata-rata 12,3 5,8 Sumber : Hasil olahan data Komposisi kadar logam berat sianida (CN) pada bagian hati dan daging ikan belanak yang tertangkap dari Tanjung Akesone disajikan pada Tabel 10. Kadar sianida pada bagian daging ikan belanak cukup bervariasi dari 4,2-7,2 ppm, sedangkan pada bagian hati relatif homogen, yaitu 6,0 ppm. Kadar sianida yang ditemukan pada bagian hati ikan kakap merah (Tabel 9) dan belanak (Tabel 10) pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan bagian daging ikan. Rata-rata kadar sianida pada bagian hati ikan kakap merah yang tertangkap di Tanjung Taolas lebih tinggi dibandingkan dengan ikan belanak yang tertangkap di Tanjung Akesone. Akan tetapi, rata-rata kadar sianida pada bagian daging kedua jenis ikan tersebut hampir sama, yaitu 5,8 ppm untuk ikan kakap merah dan 5,7 ppm untuk ikan belanak (Tabel 9 dan Tabel 10). Tabel 10 Komposisi sianida (CN) pada bagian hati dan daging ikan belanak yang tertangkap dari Tanjung Akesone Smpel Hati Daging Kosentrasi (ppm) % Kosentrasi (ppm) % B1 B2 6,0 6,0 50 50 4.2 7.2 37 63 Jumlah 12,0 100 11.4 100 Rata-rata 6.0 5.7 Sumber : Hasil olahan data

43 fisik dan kimiawi dan selanjutnya disebarkan ke seluruh tubuh ikan dan sebagian disimpan sebagai cadagan energi dalam hati ikan dan sebagai organ detoksifikasi. Pada percobaan terhadap gas HCN pada tikus didapatkan kadar sianida tertinggi adalah pada paru diikuti oleh hati kemudian otak. Sebaliknya, bila sianida (CN) masuk melalui system pencernaan makanan maka kadar yang tertinggi adalah di hati (ATSDR, 2006). 4.4 Tingkat Kelayakan Ikan Konsumsi Kadar merkuri (Hg) yang ditemukan pada bagian daging ikan kakap merah berkisar 0,06 0,19 ppm, belanak 0.05 0.25 ppm, dan biji nangka 0,03-0,04 ppm (Lampiran 8a ). Adapun rata-rata kandungan merkuri pada bagian daging ikan yang tertangkap dari perairan Tanjung Taolas dan Akesone dapat dilihat pada Tabel 6, Tabel 7 dan Tabel 8. Pada Tabel 6 juga disajikan rata-rata kandungan merkuri yang terdapat pada bagian hati ikan yang tertangkap dari perairan Tanjung Taolas dan Akesone. Mengacu pada standar WHO diacu dalam Darmono (2008) tentang jumlah merkuri yang boleh masuk ke tubuh manusia berdasarkan PTWI (Provisional Toreable Intake), maka jumlah merkuri yang diperbolehkan masuk ke dalam tubuh manusia selama satu minggu adalah 0,3 ppm total merkuri atau 0,2 ppm metal merkuri per minggu per 70 kg berat badan atau 0,04 ppm/hari. Nilai ambang (threshold) yang aman untuk kandungan merkuri pada tubuh ikan konsumsi yaitu sebesar 0.5 ppm. Dengan demikian, daging ikan kakap merah, belanak, biji nangka, dan udang yang tertangkap dari kedua lokasi penangkapan masih layak dikonsumsi (Tabel 11). Pada bagian hati ikan kakap merah, belanak dan biji nangka ditemukan merkuri dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan pada bagian daging. Rata-rata kadar merkuri pada bagian hati ikan yang tertangkap dari perairan Tanjung Taolas dan Akesone selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan komposisi kadar merkuri yang terdapat pada bagian hati ikan, yang dibandingkan dengan ketentuan batas ambang yang dikeluarkan WHO, maka bagian hati ikan biji nangka tidak layak lagi dikonsumsi, sedangkan bagian hati ikan kakap merah dan belanak masih layak dikonsumsi (Tabel 11). Kandungan merkuri yang ditemukan pada bagian hati ikan biji nangka telah melebihi

44 ketentuan nilai maksimum sebagaimana disyaratkan oleh WHO. Kadar merkuri yang ditemukan pada bagian hati rata-rata sebesar 0,51 ppm, padahal batas maksimum yang diperbolehkan hanya 0,5 ppm. Hal ini mengindikasikan bahwa bagian hati ikan biji nangka sebenarnya tidak layak lagi untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, bila warga masyarakat mengkonsumsi ikan yang tertangkap dari Teluk Kao, sebaiknya agar tidak mengkonsumsi bagian hati ikan. Dengan kata lain, ikan harus dibersihkan dan hatinya dibuang, cukup mengkonsumsi dagingnya saja. Tabel 11 Kadar merkuri (Hg) pada bagian daging dan hati ikan, kaitannya dengan tingkat kelayakan konsumsi No Jenis Ikan Rata-rata kadar Hg (ppm) pada ikan 1 2 3 4 Kakap Merah Belanak Biji Nangka Udang Putih Sumber : Hasil olahan data Treshold Hg (ppm) Tingkat kelayakan konsumsi ikan Daging Hati Daging Hati 0,12 0,23 Layak Layak 0,13 0,25 0,5 Layak Layak 0,03 0,51 Layak Tidak 0,02 - Layak layak - Sebagian besar penduduk yang bermukim di desa-desa sekitar wilayah pertambangan emas di Desa Tabobo sangat bergantung pada ikan sebagai sumber protein. Hal ini menunjukan bahwa mereka memakan ikan yang diperoleh dari perairan Teluk Kao. WHO telah menetapkan jumlah merkuri yang boleh masuk ke tubuh manusia berdasarkan PTWI (Provisional Toreable Weekly Intake). Jumlah merkuri yang diperbolehkan masuk ke dalam tubuh manusia selama satu minggu adalah 0,3 ppm total merkuri atau 0,2 ppm metil merkuri per minggu per 70 kg berat badan. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka seseorang yang berat tubuhnya sekitar 70 kg hanya diperbolehkan memakan ikan yang telah mengandung merkuri sebesar 1 ppm dengan jumlah 300 gram per minggu. Kadar sianida (CN) yang ditemukan pada bagian daging ikan kakap merah berkisar 5,0 6,6 ppm, belanak 4,2 7,2 ppm, dan udang putih 6,2-9,7 ppm (Lampiran 8b). Adapun rata-rata kandungan sianida pada bagian daging ikan yang tertangkap dari perairan Tanjung Taolas dan Akesone dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Pada Tabel 9 juga disajikan rata-rata kandungan sianida yang terdapat pada bagian hati ikan yang tertangkap dari perairan Tanjung Taolas

45 dan Akesone. Mengacu pada standar ATSDR (2006) tentang jumlah sianida yang boleh masuk ke tubuh manusia berdasarkan PTWI (Provisional Toreable Intake), maka jumlah sianida yang diperbolehkan masuk ke dalam tubuh manusia selama satu hari adalah 0,02 ppm untuk sianida dan 0,05 ppm untuk potassium sianida. Nilai ambang (threshold) yang aman untuk kandungan sianida pada tubuh ikan konsumsi yaitu berkisar 1,52 ppm 4,5 ppm (WHO, 2004). Dengan demikian, daging ikan kakap merah, belanak, biji nangka, dan udang yang tertangkap dari kedua lokasi penangkapan tidak layak dikonsumsi (Tabel 12). Tabel 12 Kadar sianida (CN) pada bagian daging dan hati ikan, kaitannya dengan tingkat kelayakan konsumsi No Jenis Ikan Rata-rata kadar CN (ppm) pada ikan 1 2 3 Kakap Merah Belanak Udang Putih Sumber : Hasil olahan data Treshold CN (ppm) Tingkat kelayakan konsumsi ikan Daging Hati Daging Hati 5,8 12,3 Tdk layak 5,7 6,0 4,5 Tdk layak 7,3 - Tdk layak Tdk layak Tdk layak - Pada bagian hati ikan kakap merah, belanak dan biji nangka ditemukan sianida dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan pada bagian daging. Rata-rata kadar sianida pada bagian hati ikan yang tertangkap dari perairan Tanjung Taolas dan Akesone selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12. Beberapa jenis sianida yang terdapat di dalam perairan akan menjadi senyawa yang sangat berbahaya jika terakumulasi pada tumbuhan dan zooplankton. Dengan demikian, kemungkinan besar juga akan diserap oleh ikan herbivore, ikan-ikan karnivor dan pada akhirnya manusia sesuai dengan proses rantai makanan. Dampaknya selain pada biota air juga dapat berpengaruh pada manusia yang mengkonsumsi biota yang mati seperti ikan, kerang dan udang, karena senyawa racun dalam tubuh ikan akan terakumulasi dalam tubuh manusia. Hal ini juga diperkuat dengan dua hasil kajian terdahulu yang yang menyatakan bahwa dengan kosentrasi CN 0,05 mg/dl atau 0,05ppm dalam darah akan menimbulkan efek keracunan bagi tubuh dan jika kosentrasi diatas 0,3mg/Dl akan menyebabkan kematian (ATSDR, 2004).

46 Sianida sejak lama terkenal sebagai racun karena dapat mengganggu fungsi otak, jantung, dan menghambat jaringan pernapasan, sehingga terjadi asphyxia, yaitu orang menjadi seperti tercekik dan cepat diikuti oleh kematian. Keracunan kronis menimbulkan malaise dan iritasi. Oleh karena itu, pencemaran perairan akibat limbah sianida seringkali menjadi perhatian khusus bagi banyak pihak. Walaupun efek toksik logam berat dan zat kimia sulit sekali dideteksi pada manusia karena reaksi ini tidak terjadi segera setelah logam berat atau zat kimia masuk ke tubuh. Berbagai kelainan seperti tumor, kelainan janin, kerusakan hati atau ginjal, timbul lama (mungkin bertahun-tahun) setelah pencemaran kronis. Pada waktu itupun hubungan kausal tidak dapat ditentukan kasus demi kasus, karena kelainan tersebut juga dapat terjadi secara spontan dan mirip penyakit. Hal ini hanya dapat dihubungkan secara asosiatif dalam studi epidemiologik. Dalam ketidakpastian seperti ini maka cara yang terbaik menghindari keracunan ialah dengan menghindari sumber-sumber air, makanan dan udara dari logam berat dan zat-zat kimia yang sangat berbahaya bagi manusia.