4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Pesisir Teluk Jakarta terletak di Pantai Utara Jakarta dibatasi oleh garis bujur 106⁰33 00 BT hingga 107⁰03 00 BT dan garis lintang 5⁰48 30 LS hingga 6⁰10 30 LS yang membentang dari Tanjung Kait di bagian barat hingga Tanjung Karawang di bagian timur dengan panjang pantai sekitar 89 Km. Pada teluk ini bermuara 13 sungai yang membelah kota Jakarta namun dengan kondisi muara sungai yang sudah buruk (Winardi 2011). Adapun luas dari teluk Jakarta ialah sekitar 514 km 2 yang merupakan wilayah perairan dangkal dengan kedalaman rata-rata mencapai 15 meter. Teluk Jakarta juga memiliki gugusan kepulauan yang bernama Kepulauan Seribu dimana terdiri atas 108 pulau, salah satunya ialah Pulau Damar. Teluk Jakarta merupakan lingkungan perairan pesisir yang terletak di bagian utara kota Jakarta dan salah satu lokasi kegiatan perikanan yang terdiri dari perikanan pelagis, demersal, dan karang. Ikan yang ditangkap dari perairan Teluk Jakarta kemudian didaratkan di beberapa tempat pendaratan ikan (TPI) yang terdapat di DKI Jakarta, salah satunya yaitu TPI Kali Baru. Teluk Jakarta merupakan ekosistem perairan yang menyediakan berbagai produk dan jasa lingkungan bagi kehidupan manusia, potensi wisata bahari, pendidikan, budaya, perdagangan, dan pelayaran. Di sekitar Teluk Jakarta hanya tersisa dua lokasi mangrove, yaitu Muara Angke dan Muara Gembong. Muara Angke merupakan lokasi mangrove yang dengan kondisi mangrove cukup baik sebab merupakan daerah yang dilindungi. Tetapi berbeda yang terjadi pada Muara Gembong dengan jarak 30 mil dari TPI Kali Baru, kondisi mangrove sudah berkurang. Daerah yang menjadi penangkapan ikan selanget A. selangkat ialah disekitar Pulau Damar (Pulau Edam), Kepulauan seribu, Jakarta Utara. Jarak antara Pulau Damar dengan Pantai Jakarta Utara ialah 1,7 km ( Pantai pulau ini hampir seluruhnya merupakan pantai bermangrove yaitu dari ujung barat pulau ke arah utara dan melingkar sampai

2 18 ujung sebelah timur pulau. Namun kondisi terumbu karang di Pulau Damar ini mengindikasikan mengalami kerusakan sebab adanya sedimen akibat penumpukan rampart yang terangkut ke pantai menjadi tanggul-tanggul pantai (di sebelah barat dermaga). Mangrove di sekitar Pulau Damar yang memberikan ketersediaan makanan untuk ikan selanget dan kondisi lingkungan yang tak terlalu buruk bila dibandingkan dengan kondisi lingkungan di Teluk Jakarta Hubungan Panjang - Berat Ikan Selanget (A. selangkat) Jantan dan Betina Panjang total ikan dengan berat ikan terdapat korelasi yang erat, hal ini ditunjukkan oleh nilai r (koefisien korelasi). Nilai R 2 menunjukkan seberapa hubungan yang nyata antara panjang dengan berat. Nilai b menunjukkan kecenderungan pertambahan panjang dan berat. Hal ini disebabkan oleh faktorfaktor disekitar organisme seperti kondisi lingkungan perairan dan ketersediaan makanan. berat (g) W = 0,087L 3,0280 R² = r = 0,9633 n = panjang (mm) berat (g) W = 0,077L 3,0097 R² = r = 0,9685 n = panjang (mm) Gambar 4. Hubungan panjang dengan berat ikan selanget (A. selangkat Bleeker 1852) Jantan dan betina Koefisien korelasi (r) ikan jantan dan ikan betina masing-masing sebesar 0,9633 dan 0,9685 yang bermakna hubungan antara log panjang dengan log berat baik ikan jantan maupun ikan betina memiliki korelasi yang sangat erat. Koefisien determinasi (R 2 ) untuk ikan jantan sebesar 0,928 yang bermakna variabel panjang

3 19 tubuh ikan jantan dapat menjelaskan berat tubuh sebesar 92,8% dan untuk ikan betina memiliki R 2 sebesar 0,938 yang bermakna variabel panjang tubuh dapat menjelaskan berat tubuh sebesar 93,8%, sehingga setiap penambahan panjang tubuh akan menyebabkan berat tubuh bertambah pula. Ikan jantan memiliki nilai b = 3,0280 dan ikan betina b = 3,0097 (Gambar 4). Uji t yang dilakukan terhadap ikan jantan dan ikan betina, keduanya menghasilkan pola pertumbuhan isometrik yang menunjukkan nilai b = 3 (lampiran 1). Pertumbuhan isometrik menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang seimbang dengan pertumbuhan berat. Menurut Anwar (2005) ikan selanget A. chacunda di pantai Mayangan, Subang tipe pertumbuhan ikan jantan bersifat isometrik sedangkan ikan betina bersifat allometrik negatif Hubungan Panjang - Tinggi Ikan Selanget (A. selangkat) Jantan dan Betina Dalam pengelolaan penangkapan ikan haruslah dikontrol alat tangkap yang digunakan, baik berupa jaring maupun alat pancing. Pengelolaan ikan- ikan yang ditangkap oleh jaring haruslah diatur ukuran mata jaring tersebut. Hal ini bertujuan untuk memberi kesempatan ikan melakukan pemijahan terlebih dahulu sebelum tertangkap, supaya tetap ada keberlangsungan spesies tersebut. Data hubungan panjang total dengan tinggi tubuh ini diperlukan dalam pengelolaan penerapan ukuran mata jaring yang digunakan dalam proses penangkapan. Dalam pengelolaan mesh size diperlukan data tinggi tubuh ikan. Hubungan tinggi tubuh dengan panjang ikan dapat dilihat pada Gambar 5 berdasarkan Lampiran 2. Jumlah contoh ikan yang diambil untuk menganalisis hubungan panjang dengan tinggi tubuh ikan berjumlah 11 ekor. Koefisien korelasi yang didapat dari hubungan panjang dengan tinggi tubuh ikan ialah 0,958 hal ini menunjukkan bahwa hubungan panjang dengan tinggi tubuh memiliki hubungan yang sangat erat. Koefisien determinasi (R 2 ) yang didapat sebesar 0,919 yang bermakna variabel panjang ikan dapat menjelaskan tinggi tubuh ikan sebesar 91,9%. Persamaan yang dihasilkan dapat menduga tinggi ikan pada saat panjang ikan matang gonad pertama kali.

4 20 tinggi tubuh (mm) y = 0.429x R² = r = 0,958 n = panjang (mm) Gambar 5. Hubungan panjang dengan tinggi ikan selanget (A. selangkat Bleeker 1852) 4.4. Faktor Kondisi Effendie (2005) mengungkapkan bahwa faktor kondisi menunjukkan baik buruknya dari ikan yang dilihat dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup dan bereproduksi yang dinyatakan dalam angka berdasarkan pada data panjang dan berat. Faktor kondisi ikan selanget A. selangkat dihitung menggunakan rumus faktor kondisi yang isometrik baik pada jantan maupun betina. Pada Gambar 6 faktor kondisi baik jantan maupun betina mengalami fluktuasi terhadap ukuran ikan. Nilai faktor kondisi rata-rata ikan selanget jantan berkisar 1,4136-1,5564 dengan nilai tertinggi terdapat pada selang ukuran panjang , sedangkan untuk betina berkisar 1,3434-1,5384 dengan nilai tertinggi terdapat pada selang Hal ini didukung oleh pernyataan Patulu (1963) in Effendie (1997) bahwa faktor kondisi dapat berflukuasi terhadap ukuran ikan. faktor kondisi rata rata selang kelas (mm) faktor kondisi rata rata selang kelas (mm) Gambar 6. Faktor kondisi ikan selanget (A. selangkat Bleeker 1852) Jantan dan betina berdasarkan selang ukuran panjang

5 21 faktor kondisi faktor kondisi Bulan Bulan Gambar 7. Faktor kondisi ikan selanget (A. selangkat Bleeker 1852) Jantan dan betina berdasarkan bulan pengamatan Pada Gambar 7 tampak bahwa faktor kondisi ikan selanget A. selangkat (Bleeker 1852) berfluktuasi tiap waktunya. Nilai faktor kondisi ikan jantan berkisar 1,4794-1,5539 dengan rata-rata 1,5151 sedangkan ikan betina diperoleh faktor kondisi 1,4378-1,5490 dengan rata-rata 1,4955 (Lampiran 3). Faktor kondisi ikan jantan lebih besar dibandingkan ikan betina, hal ini menunjukkan bahwa ikan jantan lebih gemuk dibandingkan ikan betina. Nilai faktor kondisi baik pada ikan jantan maupun ikan betina tertinggi terjadi pada bulan November. Fluktuasi nilai faktor kondisi pada ikan jantan dan betina tiap waktu dapat disebabkan oleh ketersediaan makanan di dalam perairan. Pada dasarnya faktor kondisi ikan jantan dan betina tertinggi terdapat pada musim barat daya dimana musim ini terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April yang mengindikasikan bulan basah (penghujan) sehingga makanan akan terbawa dari darat (hulu sungai) yang berupa detrivora dari mangrove. Hal ini didukung oleh pernyataan Effendie (1997) bahwa hal-hal yang mempengaruhi faktor kondisi selain kematangan gonad adalah jenis kelamin, ukuran, dan kondisi lingkungan Nisbah Kelamin Nisbah kelamin merupakan perbandingan jenis kelamin antara ikan jantan dengan betina. Nisbah kelamin dilakukan dari 400 ekor ikan selanget yang terdiri

6 22 dari 121 jantan dan 279 betina. Persentase jenis kelamin ikan jantan dengan betina dapat dilihat pada Gambar 8 berdasarkan Lampiran 4. Gambar 8. Persentase jenis kelamin ikan selanget (A. selangkat Bleeker 1852) TKG IV ; semua TKG Jumlah TKG IV pada ikan jantan sebanyak 12 ekor sedangakan pada ikan betina sebanyak 45 ekor. Pada Gambar 9 terlihat bahwa terdapat fluktuasi jumlah antara ikan jantan dengan ikan betina yang TKG IV pada tiap bulannya. Semua bulan pengambilan ikan contoh, jenis kelamin yang paling banyak ditemukan ialah ikan betina, kecuali pada bulan November. nisbah kelamin nisbah kelamin total nisbah kelamin TKG IV bulan penelitian Gambar 9. Nisbah kelamin ikan selanget (A. selangkat Bleeker 1852) Nisbah kelamin ikan selanget secara keseluruhan adalah 1 : 2,30 atau (30,3% berbanding 69,7%) sedangkan nisbah kelamin berdasarkan TKG IV mendapatkan nilai 1 : 3,75 (Lampiran 5). Berdasarkan uji chi-square yang

7 23 dilakukan terhadap nisbah kelamin antara ikan jantan dengan betina mendapatkan hasil tidak ideal baik untuk semua TKG maupun TKG IV saja dengan ikan selanget betina lebih banyak daripada jantan. Ketidakseimbangnya nisbah kelamin ini kemungkinan adanya perbedaan tingkah laku antara ikan jantan dan ikan betina. Hasil nisbah kelamin ini belum bisa dikatakan ideal atau tidak ideal sebab diperlukan beberapa penelitian terkait nisbah kelamin ini pada waktu dan tempat yang berbeda untuk dapat memastikan atau mendukung perbandingan tersebut. Tidak idealnya nisbah kelamin ikan selanget bukan merupakan suatu masalah sebab menurut Effendie (1997) dalam mempertahankan kelangsungan hidup suatu populasi, perbandingan ikan jantan dan betina diharapkan dalam keadaan ideal (1:1) atau setidaknya ikan betina lebih banyak. Ikan betina lebih banyak diduga satu ikan selanget jantan membuahi lebih dari satu betina. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Anwar (2005), nisbah kelamin ikan selanget A. chacunda di perairan Pantai Mayangan, Subang tidaklah ideal (1:1) Ukuran Pertama Kali Matang Gonad Perhitungan ukuran pertama kali matang gonad dilakukan dengan melihat TKG IV yang pertama kali dari semua selang kelas ukuran panjang baik pada ikan jantan maupun ikan betina. Ukuran pertama kali matang gonad ikan selanget A. selangkat jantan terdapat pada ukuran panjang mm sedangkan ikan betina terdapat pada ukuran panjang mm (Gambar 10) TKG (%) TKG 4 TKG 3 TKG 2 TKG 1 TKG (%) TKG 4 TKG 3 TKG 2 selang kelas panjang (mm) selang kelas panjang (mm) Gambar 10. Tingkat kematangan gonad ikan selanget (A. selangkat Bleeker 1852) Jantan dan betina berdasarkan selang ukuran panjang

8 24 Perbedaan ukuran pertama kali matang gonad pada ikan jantan dengan betina walaupun dalam spesies yang sama, hal ini dikarenakan dua hal yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang mempengaruhinya ialah umur, ukuran dan sifat-sifat fisiologis ikan tersebut seperti kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya sedangkan yang menjadi faktor luar adalah kelimpahan makanan di habitat. Hasil ini didukung oleh pernyataan Nielsen et al. (1983) yang mengatakan bahwa perbedaan kemampuan matang gonad pertama kali disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan gonad antara ikan jantan dan betina. Hasil penelitian yang didapatkan oleh Anwar (2005) pun mendukung hasil ini. Menurut Anwar (2005) di perairan Pantai Mayangan, Subang, ukuran matang gonad pertama kali ikan selanget A. chacunda betina lebih kecil yaitu pada ukuran panjang mm dibandingkan jantan pada ukuran panjang mm. Hasil ini dimungkinkan adanya perbedaan laju pertumbuhan antara ikan jantan dan betina Waktu pemijahan Tingkat kematangan gonad ikan selanget A. selangkat ditentukan setelah melakukan pembedahan dengan berpacu pada klasifikasi tingkat kematangan gonad yang dimodifikasi oleh Cassie (Effendie 1997) (Tabel 1). Berikut ialah gambar tingkat kematangan gonad berdasarkan bulan penelitian. frekuensi 100% 80% 60% 40% 20% 0% TKG 4 TKG 3 TKG 2 frekuensi 100% 80% 60% 40% 20% TKG 1 0% TKG 4 TKG 3 TKG 2 TKG 1 bulan bulan Gambar 11. Tingkat kematangan gonad ikan selanget (A. selangkat Bleeker 1852) Jantan dan betina berdasarkan bulan penelitian

9 25 Total 400 ekor ikan selanget yang terdiri dari 121 ikan jantan dan 279 ikan betina diperoleh tingkat kematangan gonad (TKG) yang bervariasi tiap bulan (Lampiran 6). Pada ikan jantan dan betina ditemukan semua TKG (I,II,III dan IV) pada tiap bulannya (Gambar 11). Persentase ikan baik jantan dan betina TKG IV ditemukan sepanjang bulan penelitian namun TKG IV terbanyak pada bulan Agustus. Hal ini mengindikasikan bahwa bulan Agustus merupakan puncak pemijahan ikan selanget. Nilai IKG tertinggi pada bulan Agustus dan bulan berikutnya (bulan September) mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa bulan Agustus merupakan puncak pemijahan. Gambar 12 dapat diketahui bahwa ikan selanget A. selangkat memijah sepanjang bulan Agustus sampai dengan November dengan puncak pemijahan pada bulan Agustus. Hal ini dapat dilihat pada nilai persentase TKG IV yang tinggi pada bulan Agustus, nilai IKG yang tertinggi pada bulan Agustus dan penurunan sedikit nilai IHS akibat banyaknya ikan TKG IV. Indeks hepatosomatik akan meningkat dengan meningkatnya berat dan panjang tubuh sewaktu perkembangan kematangan gonad, namun puncak nilai IHS terjadi pada saat ikan mengalami TKG III dan pada saat TKG IV, IHS akan mengalami penurunan. Di lingkungan buruk biasanya ikan memiliki cadangan energi kecil. Nilai IKG pada jantan dan betina dominan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad. Hal ini didukung oleh pernyataan Effendie (1997) yang menyatakan bahwa pada masa gonad semakin berkembang seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad. IKG akan terus meningkat dan mencapai nilai tertinggi pada saat mencapai TKG IV kemudian menurun setelah ikan melakukan pemijahan. Hal ini dikarenakan ikan telah mengeluarkan semua telurnya sewaktu terjadi pemijahan dan pada saat itu pula IKG hampir sama dengan TKG I dan TKG II. Hasil ini pula didukung oleh pernyataan Effendie (1997) yang menyatakan bahwa berat gonad akan mencapai maksimum saat ikan memijah. Kemudian menurun kembali secara cepat selama berlangsungnya pemijahan hingga pemijahan selesai.

10 26 IKG (%) IKG (%) bulan Bulan IH (%) IH (%) bulan Bulan faktor kondisi faktor kondisi Bulan Bulan Gambar 12. Hubungan nilai TKG IV, IKG, IHS, dan faktor kondisi ikan selanget (A. selangkat Bleeker 1852) Jantan dan betina

11 Potensi reproduksi Fekunditas ikan berhubungan erat dengan lingkungannya karena lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan panjang dan berat ikan. Perubahan fekunditas berhubungan dengan ketersediaan makanan. Jumlah telur yang dikeluarkan pada saat akan memijah merupakan fekunditas mutlak atau fekunditas individu (Effendie 1997). Fekunditas sering dihubungkan dengan berat karena berat lebih mendekati kondisi ikan daripada panjangnya, walaupun berat dapat berubah setiap saat apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan dan kondisi fosiologis pada ikan. Jumlah ikan betina TKG IV didapatkan berjumlah 45 ekor untuk menganalisis fekunditas. Fekunditas yang didapatkan berkisar butir. Fekunditas minimum ( butir) ditemukan pada ikan berukuran panjang 142 mm, berat tubuh 42 gram dam berat gonad 3,2033 gram. Fekunditas maksimum ( butir) ditemukan pada ikan yang berukuran panjang 150 mm, berat tubuh 48 gram dan berat gonad 4,8986 gram (Lampiran 6). Hubungan antara fekunditas dengan panjang total diperoleh nilai determinasi (R 2 ) 0,2227. Nilai ini menunjukkan bahwa hanya 22,27% dari keragaman nilai fekunditas ikan selanget A. selangkat dapat dijelaskan oleh panjang tubuh total. Diperoleh pula nilai koefisien korelasi (r) yang relatif kecil yaitu sebesar 0,4764, hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara panjang total dengan fekunditas kurang erat (Gambar 13). Rendahnya korelasi ini dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah ikan contoh yang TKG IV dalam menganalisis potensi reproduksi. Selain itu juga diduga dapat disebabkan oleh batas kisaran yang ekstrim pada ukuran yang sama merupakan hal yang biasa terjadi (Effendie 1997). Hubungan fekunditas dengan berat tubuh diperoleh nilai r yang relative kecil yaitu sebesar 0,4929, hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara berat tubuh dengan fekunditas kurang erat. Koefisien determinasi (R 2 ) yang didapat sebesar 24,3% yang berarti hanya 24,3% berat tubuh dapat menjelaskan keragaman fekunditas pada tiap ukuran ikan (Effendi 1997).

12 28 fekunditas F = 5240 L R² = panjang (mm) fekunditas F = 5409 W R² = berat (g) Gambar 13. Hubungan panjang dan berat dengan fekunditas ikan selanget (A. selangkat Bleeker 1852) Hasil yang didapat dari penelitian Anwar 2005 mengenai aspek reproduksi ikan selanget A. chacunda di perairan Pantai Mayangan, Pamanukan, Subang Jawa Barat tidak ada hubungan yang erat baik panjang total terhadap fekunditas maupun berat tubuh terhadap fekunditas, namun potensi reproduksi berkisar butir sedangkan Teluk Jakarta hanya berkisar butir. Perbedaan jumlah potensi reproduksi dikarenakan kondisi lingkungan perairan antara Jakarta Utara dengan Pantai Mayangan Pola pemijahan Pola pemijahan dapat diketahui dari sebaran diameter telur termasuk ke dalam pemijahan total atau bertahap. Sebaran frekuensi telur yang diamati pada gonad betina TKG IV yang berjumlah 45 ekor. Sebaran diameter telur bervariasi dari 0,250-0,886 mm (Lampiran 7). Terdapat modus penyebaran satu puncak yang mengindikasikan bahwa pola pemijahan ikan selanget adalah total spawner yaitu ikan selanget melepaskan telurnya dalam waktu singkat sekaligus. Ikan ikan yang tergolong dalam total spawner biasanya memiliki ukuran diameter telur yang kecil, fekunditas yang besar dan musim pemijahan yang tetap (Lowe-McConnell 1987). Pola pemijahan ikan selanget A. chacunda di perairan Pantai Mayangan, Pamanukan, Subang Jawa Barat ialah total spawner dengan ukuran diameter telur µm.

13 29 frekuensi selang panjang (mm) Gambar 14. Sebaran diameter telur (TKG IV) ikan selanget (A. selangkat Bleeker 1852) Alternatif Pengelolaan Ikan selanget A. selangkat merupakan ikan demersal di perairan Teluk Jakarta. Ikan selanget ini memiliki nilai ekologis yaitu sebagai pemakan dasar dan detritus. Selain itu, ikan selanget juga memiliki nilai ekonomis penting sebab dapat dijadikan bahan konsumsi baik dalam bentuk segar maupun olahan (ikan asin, pindang). Kelimpahan ikan selanget haruslah dijaga sebab apabila populasi ikan selanget terlalu banyak maka yang menjadi mangsa ikan selanget akan mengalami penurunan demikian juga kalau populasi ikan selanget terlalu sedikit maka mangsa ikan selanget pun akan meningkat. Atau bahkan apabila populasi ikan selanget sudah menipis, lambat laun akan menyebabkan kepunahan. Oleh karena itu diperlukannya pengelolaan yang tepat untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya ikan di alam, yaitu pembesaran ukuran mata jaring > 2 inci dan melakukan pembatasan penangkapan terutama pada waktu puncak pemijahan. Pengelolaan ini dilakukan haruslah berdasarkan hasil kajian. Hasil kajian ini dapat dijadikan dasar pengelolaan. Berdasarkan hasil kajian, nisbah kelamin di perairan Teluk Jakarta cukup baik sebab jumlah ikan betina lebih banyak daripada ikan jantan walaupun tidak ideal (1:1). Walaupun ikan selanget hanya dijadikan hasil tangkapan sampingan, namun ukuran mata jaring dogol haruslah diperhatikan yang mengacu pada ukuran pertama kali matang gonad betina sebab ukuran pertama kali matang

14 30 gonad betina lebih pendek dibandingkan jantan. Ukuran mata jaring haruslah diperbesar (> 2 inci) sebab yang digunakan saat ini berukuran 1 inci (25,4 mm) sedangkan tinggi ukuran ikan pertama kali matang gonad ialah 51,644 mm pada ukuran panjang 139 mm supaya ikan selanget bisa melakukan pemijahan terlebih dahulu sebelum ditangkap agar ada recruitment alami yang berasal ikan selanget itu sendiri. Waktu penangkapan sebaiknya dilakukan setelah ikan mengalami puncak pemijahan yaitu setelah bulan Agustus sebab jumlah TKG IV pada bulan Agustus terbanyak pada bulan Agustus. Walaupun kondisi mangrove di Teluk Jakarta hanya ada dua titik namun haruslah dijaga kondisi supaya masih tetap tersedia makanan untuk ikan selanget.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan sebuah teluk di perairan Laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Terletak

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 9 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Ikan contoh diambil dari TPI Kali Baru mulai dari bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan November 2010 yang merupakan hasil tangkapan nelayan di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Menurut klasifikasi Bleeker, sistematika ikan selanget (Gambar 1) adalah sebagai berikut (www.aseanbiodiversity.org) :

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Organ reproduksi Jenis kelamin ikan ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap gonad ikan dan selanjutnya ditentukan tingkat kematangan gonad pada tiap-tiap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma) 11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Ikan contoh diambil dari TPI Kalibaru mulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan November 2010 yang merupakan hasil tangkapan nelayan Teluk Jakarta

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PPI Muara Angke, Jakarta Utara dari bulan Januaribulan Maret 2010. Analisis aspek reproduksi dilakukan di Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti Sebuah lagu berjudul Nenek moyangku seorang pelaut membuat saya teringat akan kekayaan laut Indonesia. Tapi beberapa waktu lalu, beberapa nelayan Kepulauan

Lebih terperinci

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI &[MfP $00 4 oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI RAJUNGAN (Portiinirspelngicus) DI PERAIRAN MAYANGAN, KABWATEN SUBANG, JAWA BARAT Oleh: DEDY TRI HERMANTO C02499072 SKRIPSI Sebagai Salah

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004) 12 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-September 2011 dengan waktu pengambilan contoh setiap satu bulan sekali. Lokasi pengambilan ikan contoh

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 26 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi umum PPP Labuan PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai) Labuan, Banten merupakan pelabuhan perikanan pantai terbesar di Kabupaten Pandeglang yang didirikan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 16 3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Pola reproduksi ikan swanggi (Priacanthus tayenus) pada penelitian ini adalah tinjauan mengenai sebagian aspek reproduksi yaitu pendugaan ukuran pertama

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 15 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TPI Cilincing, Jakarta Utara. Pengambilan data primer berupa pengukuran panjang dan bobot ikan contoh yang ditangkap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sebaran Frekuensi Ikan Tetet (Johnius belangerii) Ikan contoh ditangkap setiap hari selama 6 bulan pada musim barat (Oktober-Maret) dengan jumlah total 681 ikan dan semua sampel

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 2 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perairan Teluk Jakarta Perairan Teluk Jakarta merupakan salah satu teluk yang terdapat di utara pulau Jawa. Secara geografis, teluk ini mempunyai panjang pantai

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organ Pencernaan Ikan Kuniran Ikan kuniran merupakan salah satu jenis ikan demersal. Ikan kuniran juga merupakan ikan karnivora. Ikan kuniran memiliki sungut pada bagian

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh 14 Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2009. Lokasi pengambilan ikan contoh adalah tempat pendaratan ikan (TPI) Palabuhanratu. Analisis contoh dilakukan di Laboratorium Ekobiologi,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi perairan Teluk Jakarta Teluk Jakarta, terletak di sebelah utara kota Jakarta, dengan luas teluk 285 km 2, dengan garis pantai sepanjang 33 km, dan rata-rata

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari Oktober 2011 hingga Januari 2012 di Waduk Ir. H. Djuanda, Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat (Gambar 3). Pengambilan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2006, Agustus 2006 Januari 2007 dan Juli 2007 di Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi dengan sumber air berasal dari

Lebih terperinci

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM Oleh : Rido Eka Putra 0910016111008 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi umum perairan selat sunda Selat Sunda merupakan selat yang membujur dari arah Timur Laut menuju Barat Daya di ujung Barat Pulau Jawa atau Ujung Selatan

Lebih terperinci

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan 12 digital dengan sensifitas 0,0001 gram digunakan untuk menimbang bobot total dan berat gonad ikan, kantong plastik digunakan untuk membungkus ikan yang telah ditangkap dan dimasukan kedalam cool box,

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Klasifikasi ikan tembang (Sardinella maderensis Lowe, 1838 in www.fishbase.com) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu : 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari mata air, air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran air

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 32 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Ikan Kurisi di Perairan Teluk Banten Penduduk di sekitar Teluk Banten kebanyakan memiliki profesi sebagai nelayan. Alat tangkap yang banyak digunakan oleh para nelayan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 30 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi perairan Teluk Jakarta Teluk Jakarta terletak di utara kota Jakarta dengan luas teluk 285 km 2, dengan garis pantai sepanjang 33 km, dan rata-rata kedalaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai Tulang Bawang. Pengambilan sampel dilakukan satu kali dalam satu bulan, dan dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi Cumi-Cumi Sirip Besar 4.1.1. Distribusi spasial Distribusi spasial cumi-cumi sirip besar di perairan Karang Congkak, Karang Lebar, dan Semak Daun yang tertangkap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Metode dan Desain Penelitian

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Metode dan Desain Penelitian 13 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Danau Matano, Sulawesi Selatan. Sampling dilakukan setiap bulan selama satu tahun yaitu mulai bulan September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013 hingga Januari 2014 agar dapat mengetahui pola pemijahan. Pengambilan sampel dilakukan

Lebih terperinci

ASPEK REPRODUKSI IKAN KAPASAN (Gerres kapas Blkr, 1851, Fam. Gerreidae) DI PERAIRAN PANTAI MAYANGAN, JAWA BARAT

ASPEK REPRODUKSI IKAN KAPASAN (Gerres kapas Blkr, 1851, Fam. Gerreidae) DI PERAIRAN PANTAI MAYANGAN, JAWA BARAT Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(1):75-84, 29 ASPEK REPRODUKSI IKAN KAPASAN (Gerres kapas Blkr, 1851, Fam. Gerreidae) DI PERAIRAN PANTAI MAYANGAN, JAWA BARAT [Reproductive aspect of silver biddy (Gerres kapas

Lebih terperinci

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel ikan tuna mata besar dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Oktober 2008 di perairan Samudera Hindia sebelah selatan Jawa

Lebih terperinci

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di : JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman 73-80 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares ASPEK REPRODUKSI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus)

2. TINJAUAN PUSTAKA Rajungan (Portunus pelagicus) 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rajungan (Portunus pelagicus) Menurut www.zipcodezoo.com klasifikasi dari rajungan adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Malacostrata Ordo : Decapoda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak dan Kondisi Penelitian Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur dan merupakan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama enam bulan dari bulan Mei - Oktober 2011. Pengambilan ikan contoh dilakukan di perairan mangrove pantai Mayangan, Kabupaten

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek II. TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek Puntius Orphoides C.V adalah ikan yang termasuk anggota Familia Cyprinidae, disebut juga dengan ikan mata merah. Ikan brek mempunyai garis rusuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai merupakan suatu perairan yang airnya berasal dari air tanah dan air hujan, yang mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Aliran tersebut dapat

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah dan Sebaran Panjang Ikan Kuro Jumlah ikan kuro yang tertangkap selama penelitian berjumlah 147 ekor. Kisaran panjang dan bobot ikan yang tertangkap adalah 142-254 mm

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Palabuhan Ratu Perairan Palabuhan Ratu merupakan teluk semi tertutup yang berada di pantai selatan Jawa Barat, termasuk kedalam wilayah

Lebih terperinci

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Relasi panjang berat dan aspek reproduksi ikan beureum panon (Puntius orphoides) hasil domestikasi di Balai Pelestarian Perikanan Umum dan Pengembangan Ikan Hias (BPPPU)

Lebih terperinci

Aspek biologi reproduksi ikan layur, Trichiurus lepturus Linnaeus 1758 di Palabuhanratu

Aspek biologi reproduksi ikan layur, Trichiurus lepturus Linnaeus 1758 di Palabuhanratu Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Aspek biologi reproduksi ikan layur, Trichiurus lepturus Linnaeus 1758 di Palabuhanratu Nur ainun Muchlis, Prihatiningsih Balai Penelitian Perikanan Laut, Unit Pelaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di sebelah utara Provinsi DKI Jakarta, memiliki luas daratan mencapai 897,71 Ha dan luas perairan mencapai

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakasanakan mulai awal bulan Maret sampai bulan Mei, dengan interval pengambilan data setiap dua minggu. Penelitian berupa pengumpulan

Lebih terperinci

Febyansyah Nur Abdullah, Anhar Solichin*), Suradi Wijaya Saputra

Febyansyah Nur Abdullah, Anhar Solichin*), Suradi Wijaya Saputra ASPEK BIOLOGI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN KUNIRAN (Upeneus moluccensis) YANG DIDARATKAN DI TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) TAWANG KABUPATEN KENDAL PROVINSI JAWA TENGAH Aspects of Fish Biology and Utilization

Lebih terperinci

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi 4 2.2. Morfologi Ikan Tambakan (H. temminckii) Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN IKAN LEMURU (Sardirtella lortgiceps C.V) DI PERAIRAN TELUK SIBOLGA, SUMATERA-UTARA

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN IKAN LEMURU (Sardirtella lortgiceps C.V) DI PERAIRAN TELUK SIBOLGA, SUMATERA-UTARA ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN IKAN LEMURU (Sardirtella lortgiceps C.V) DI PERAIRAN TELUK SIBOLGA, SUMATERA-UTARA Oleh: RIAMA VERAWATY TAMPUBOLON C02495025 PROGRAM STUD1 MANAJEMEN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KAJIAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TEMBANG (Sardinella maderensis Lowe, 1838) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA YANG DIDARATKAN DI PPI MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA

KAJIAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TEMBANG (Sardinella maderensis Lowe, 1838) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA YANG DIDARATKAN DI PPI MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA KAJIAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TEMBANG (Sardinella maderensis Lowe, 1838) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA YANG DIDARATKAN DI PPI MUARA ANGKE, JAKARTA UTARA ADISTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Fisika dan Kimiawi Perairan Berdasarkan hasil penelitian di perairan Kepulauan Seribu yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Semak Daun, diperoleh nilai-nilai parameter

Lebih terperinci

POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN KUNIRAN Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) DI PERAIRAN LAMPUNG ABSTRAK

POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN KUNIRAN Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) DI PERAIRAN LAMPUNG ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume V No 1 Oktober 2016 ISSN: 2302-3600 POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN KUNIRAN Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) DI PERAIRAN LAMPUNG Puji Lestari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di perairan Way Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga September 2013.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di perairan berlumpur Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat, Jambi. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan intensitas penangkapan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4 Peta lokasi penelitian. 14 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di PPI Labuan, Provinsi Banten. Ikan contoh yang diperoleh dari PPI Labuan merupakan hasil tangkapan nelayan disekitar perairan Selat

Lebih terperinci

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH 1,2) Urip Rahmani 1, Imam Hanafi 2, Suwarso 3 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan dangkal Karang Congkak, Kepulauan Seribu, Jakarta. Pengambilan contoh ikan dilakukan terbatas pada daerah

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 010 di daerah pantai berlumpur Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Udang contoh yang

Lebih terperinci

Reproduksi ikan rejung (Sillago sihama Forsskal) di perairan Mayangan, Subang, Jawa Barat

Reproduksi ikan rejung (Sillago sihama Forsskal) di perairan Mayangan, Subang, Jawa Barat Jurnal Iktiologi Indonesia, 11(1):55-65 Reproduksi ikan rejung (Sillago sihama Forsskal) di perairan Mayangan, Subang, Jawa Barat [Reproduction of silver sillago (Sillago sihama Forsskal) in Mayangan Waters,

Lebih terperinci

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik :

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik : PENANGKAPAN DAN DISTRIBUSI HIU (APPENDIX II CITES) OLEH NELAYAN RAWAI DI PERAIRAN SELATAN TIMOR CATCH AND DISTRIBUTION OF SHARKS (APPENDIX II CITES) BY LONGLINE FISHERMEN IN SOUTH WATER OF TIMOR Oleh :

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 17 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Suaka Margasatwa Muara Angke, Penjaringan Jakarta Utara, pada bulan Februari 2012 sampai April 2012. Stasiun pengambilan contoh ikan merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Gambar 1) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu pengambilan contoh ikan dan analisis kebiasaan makanan. Pengambilan contoh dilakukan selama enam bulan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu

Lebih terperinci

Beberapa contoh air, plankton, makrozoobentos, substrat, tanaman air dan ikan yang perlu dianalisis dibawa ke laboratorium untuk dianalisis Dari

Beberapa contoh air, plankton, makrozoobentos, substrat, tanaman air dan ikan yang perlu dianalisis dibawa ke laboratorium untuk dianalisis Dari RINGKASAN SUWARNI. 94233. HUBUNGAN KELOMPOK UKURAN PANJANG IKAN BELOSOH (Glossogobircs giuris) DENGAN KARASTERISTIK HABITAT DI DANAU TEMPE, KABUPATEN WAJO, SULAWESI SELATAN. Di bawah bimbingan Dr. Ir.

Lebih terperinci

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Wilayah Sebaran Penangkapan Nelayan Labuan termasuk nelayan kecil yang masih melakukan penangkapan ikan khususnya ikan kuniran dengan cara tradisional dan sangat tergantung pada

Lebih terperinci

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12' Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1. 1.Kondisi umum Perairan Utara Jawa Perairan Utara Jawa dulu merupakan salah satu wilayah perikanan yang produktif dan memilki populasi penduduk yang padat. Panjang

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi umum perairan Teluk Banten Perairan Karangantu berada di sekitar Teluk Banten yang secara geografis terletak pada 5 0 49 45 LS sampai dengan 6 0 02

Lebih terperinci

Berk. Penel. Hayati: 15 (45 52), 2009

Berk. Penel. Hayati: 15 (45 52), 2009 BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATRA SELATAN Yunizar Ernawati 1, Eko Prianto 2, dan A. Ma suf 1 1 Dosen Departemen MSP, FPIK-IPB; 2 Balai Riset Perikanan

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 9 dan MSY adalah: Keterangan : a : Perpotongan (intersept) b : Kemiringan (slope) e : Exponen Ct : Jumlah tangkapan Ft : Upaya tangkap (26) Model yang akan digunakan adalah model yang memiliki nilai korelasi

Lebih terperinci

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang 4.1.1 Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang Produksi ikan terbang (IT) di daerah ini dihasilkan dari beberapa kabupaten yang

Lebih terperinci

KOMPOSISI, ASPEK BIOLOGI DAN KEPADATAN STOK IKAN PARI DI LAUT ARAFURA

KOMPOSISI, ASPEK BIOLOGI DAN KEPADATAN STOK IKAN PARI DI LAUT ARAFURA KOMPOSISI, ASPEK BIOLOGI DAN KEPADATAN STOK IKAN PARI DI LAUT ARAFURA Oleh Andina Ramadhani Putri Pane Enjah Rahmat Siswoyo Balai Riset Perikanan Laut Cibinong - Bogor Simposium Hiu Pari ke 2 Jakarta,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat kuat terjadi dan terbentuk riak-riakan pasir besar (sand ripples) yang

TINJAUAN PUSTAKA. sangat kuat terjadi dan terbentuk riak-riakan pasir besar (sand ripples) yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Perairan Selat Malaka memiliki kedalaman sekitar 30 meter dengan lebarnya 35 kilometer, kemudian kedalaman meningkat secara gradual hingga 100 meter sebelum continental

Lebih terperinci

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004).

Gambar 5 Peta daerah penangkapan ikan kurisi (Sumber: Dikutip dari Dinas Hidro Oseanografi 2004). 24 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011. Lokasi penelitian berada di Selat Sunda, sedangkan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (3) Desember 2009: 160 165 ISSN: 0853-4489

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (3) Desember 2009: 160 165 ISSN: 0853-4489 HUBUNGAN PANJANG-BOBOT DAN FAKTOR KONDISI IKAN BUTANA Acanthurus mata (Cuvier, 1829) YANG TERTANGKAP DI SEKITAR PERAIRAN PANTAI DESA MATTIRO DECENG, KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN, PROVINSI SULAWESI SELATAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam pesisir merupakan suatu himpunan integral dari komponen hayati (biotik) dan komponen nir-hayati (abiotik) yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup dan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN: BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN BERONANG (Siganus vermiculatus) DI PERAIRAN ARAKAN KECAMATAN TATAPAAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN 1 Suleiman Tuegeh 2, Ferdinand F Tilaar 3, Gaspar D Manu 3 ABSTRACT One of the

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Perikanan Layur di PPN Palabuhanratu Secara geografis, Teluk Palabuhanratu ini terletak di kawasan Samudera Hindia pada posisi 106 10-106 30 BT dan 6 50-7 30 LS dengan

Lebih terperinci

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Teluk Jakarta Secara geografis Teluk Jakarta (Gambar 9) terletak pada 5 o 55 30-6 o 07 00 Lintang Selatan dan 106 o 42 30-106 o 59 30 Bujur Timur. Batasan di sebelah

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan 5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian menunjukan bahwa sumberdaya ikan di perairan Tanjung Kerawang cukup beragam baik jenis maupun ukuran ikan yang

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Palau Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Octinopterygii Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Osteochilus Spesies : Osteochilus vittatus

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LEMEDUK (Barbodes schwanenfeldii) DI SUNGAI BELUMAI KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LEMEDUK (Barbodes schwanenfeldii) DI SUNGAI BELUMAI KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LEMEDUK (Barbodes schwanenfeldii) DI SUNGAI BELUMAI KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA The Aspects of Reproductive Biology of Lemeduk Fish (Barbodes schwanenfeldii)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas (Smith 1978; Salm & Kenchington

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR ISI vi KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR ix I. PENDAHULUAN 1 II. SISTIMATIKA DAN DISTRIBUSI 8 A. Sistimatika 8 B. Distribusi 13 III. BIOLOGI REPRODUKSI 20 A. Nisbah

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Indeks Gonad Somatik (IGS) Hasil pengamatan nilai IGS secara keseluruhan berkisar antara,89-3,5% (Gambar 1). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bioflok

Lebih terperinci

KAJIAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN KEMBUNG PEREMPUAN (Rastrelliger brachysoma Bleeker, 1851) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA, JAKARTA UTARA

KAJIAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN KEMBUNG PEREMPUAN (Rastrelliger brachysoma Bleeker, 1851) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA, JAKARTA UTARA KAJIAN BIOLOGI REPRODUKSI IKAN KEMBUNG PEREMPUAN (Rastrelliger brachysoma Bleeker, 1851) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA, JAKARTA UTARA DARA ANJANI LARASATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus moluccensis Bleeker, 1855) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA, JAKARTA UTARA

POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus moluccensis Bleeker, 1855) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA, JAKARTA UTARA POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus moluccensis Bleeker, 1855) DI PERAIRAN TELUK JAKARTA, JAKARTA UTARA NANI TRIANA SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perikanan pantai di Indonesia merupakan salah satu bagian dari sistem perikanan secara umum yang berkontribusi cukup besar dalam produksi perikanan selain dari perikanan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Ikan tembang (S. fimbriata)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Ikan tembang (S. fimbriata) 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Tembang (Sardinella fimbriata) Klasifikasi ikan tembang menurut Saanin (1984) berdasarkan tingkat sistematikanya adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. No.45 tahun 2009 tentang perikanandisebutkan dalam Pasal 1,perikanan

I. PENDAHULUAN. No.45 tahun 2009 tentang perikanandisebutkan dalam Pasal 1,perikanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi yang sangat besar di bidang perikanan dengan luas perairan lebih kurang 14 juta Ha terdiri dari rawa, sungai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Klasifikasi ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) menurut Kottelat dan Whitten (1993) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Kelas

Lebih terperinci

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal Nadia Adlina 1, *, Herry Boesono 2, Aristi Dian Purnama Fitri 2 1

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepiting bakau (Scylla spp.) tergolong dalam famili Portunidae dari suku Brachyura. Kepiting bakau hidup di hampir seluruh perairan pantai terutama pada pantai yang ditumbuhi

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI IKAN LAYUR (Trichiurus lepturus) BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN DI PPP MORODEMAK

ASPEK BIOLOGI IKAN LAYUR (Trichiurus lepturus) BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN DI PPP MORODEMAK ASPEK BIOLOGI IKAN LAYUR (Trichiurus lepturus) BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN DI PPP MORODEMAK Biological Aspects of Ribbon Fish (Trichiurus lepturus) Based on PPP Morodemak Catching Ririn Vianita, Suradi

Lebih terperinci

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM POLA DISTRIBSI SH DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELK AMBON DALAM PENDAHLAN Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 10 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian adalah di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Ikan yang didaratkan di PPP Labuan ini umumnya berasal

Lebih terperinci

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN PETEK (Leiognathus splendens Cuv.) DI PERAIRAN TELUK LABUAN, JAWA BARAT SKRIPSI

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN PETEK (Leiognathus splendens Cuv.) DI PERAIRAN TELUK LABUAN, JAWA BARAT SKRIPSI BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN PETEK (Leiognathus splendens Cuv.) DI PERAIRAN TELUK LABUAN, JAWA BARAT OLEH : SAADAH C02495018 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas

Lebih terperinci