GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN HIDUP DASAR PERAWAT GAWAT DARURAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. RJP. Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatanpun dapat. melakukan tindakan RJP (Kaliammah, 2013 ).

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

Dinamika Kesehatan, Vol. 8 No. 1, Juli 2017 Khalilati, et. al., hubungan tingkat pengetahuan..

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan sudah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. serangan jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di negara

BASIC LIFE SUPPORT Emergency First Aid Course

Oleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebanyak 17,3 juta

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Adult Basic Life Support

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ataupun belum terdiagnosis penyakit jantung (AHA, 2014).

A. Latar Belakang Masalah

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas dan 50 juta lainnya mengalami luka-luka. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

BAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

BASIC LIFE SUPPORT A. INDIKASI 1. Henti napas

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan, penumpang kapal yang terbalik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

PKU Bagi Emergency Rescue Team (ERT) Untuk Mengatasi Kondisi Gawat Darurat Melalui Basic Life Support (BLS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TIM SEARCH AND RESCUE TENTANG BASIC LIFE SUPPORT. Naskah Publikasi

Medical Emergency Response Plan (MERP) / Tanggap Darurat Medis (TDM)

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, A Definisi dan Jenis Pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kegawatdaruratan semakin meningkat (Sudiharto, 2014). kasus kecelakaan lalu lintas (WHO, 2015). Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. lakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami

1. Melakukan kajian situasi

BAB I PENDAHULUAN.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live

KERANGKA ACUAN PENINGKATAN KERAMPILAN PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT Bagi KARYAWAN PUSKESMAS KEBONSARI

PROPOSAL

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penyebab Kematian Manusia di Negara dengan Pendapatan Menengah Kebawah (WHO, 2012)

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR )

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

REKOMENDASI RJP AHA 2015

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

BAB I PENDAHULUAN. bukan cedera yang membutuhkan pertolongan segera. Gawat darurat adalah suatu

Bantuan Hidup Dasar. (Basic Life Support)

ANIMASI INTERAKTIF BANTUAN HIDUP DASAR (BASIC LIFE SUPPORT)

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

ASKEP KEGAWATAN AKIBAT TENGGELAM. By Yoani Maria V.B.Aty

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan jumlah 7,4 miliar jiwa dari tahun Pada tahun 2012, 17,5 juta

PENGARUH PENYULUHAN DAN SIMULASI BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMAN 9 KOTA MANADO. *Mulyadi

BAB I PENDAHULUAN. akibat kecelakaan lalulintas.(mansjoer, 2002) orang (39,9%), tahun 2004 terdapat orang dengan jumlah

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

ABSTRAK. Gambaran Kemampuan Perawat dalam Pelaksanaan Resusitasi Jantung Paru di Ruang Icu Rumah Sakit Tingkat II Pelamonia Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

PERTOLONGAN GAWAT DARURAT

PROGRAM KERJA UNIT IGD TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

PENGARUH PELATIHAN RESUSITASI JANTUNG PARU TERHADAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN SISWA DI SMA NEGERI 2 SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

Pengetahuan Perawat Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Pasien Kegawatan Kecelakaan Lalu Lintas di RSUD DR Soehadi Prijonegoro Sragen

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. jiwa sehingga dibutuhkan bantuan penanganan (CRED, 2014 ; WHO, 2013 ;

Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup Dasar 2015 BANTUAN HIDUP DASAR. Bagian Diklat RSCM

ejournal keperawatan (e-kp) Volume: 1. Nomor: 1. Agustus 2013

B. LATAR BELAKANG / RASIONAL

Evangeline Hutabarat dan Wiwin Wintarsih. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor 1 dinegaranegara

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN RESIKO KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

Emergency First Aid Course

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

PENDAHULUAN. SCIENTIA JOURNAL Vol.2 No.1 Mei 2013 STIKes PRIMA JAMBI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG BAYI DI PUSKSMAS ANTANG KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. aktif dalam mewujudkan derajat kesehatanyang optimal, dalam hal bidang

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR BERDASARKAN AHA TAHUN 2015 DI UPTD PUSKESMAS KOTA BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala istilah antara lain Traumatic Brain Injury adalah suatu cedera akut

IGD RSUD CIBINONG MEMBERIKAN LAYANAN TRIASE SERDADU

Transkripsi:

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN BANTUAN HIDUP DASAR PERAWAT GAWAT DARURAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR Dede Kharisma Yanti Bala 1, Abdul Rakhmat 2, Junaidi 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Kejadian gawat darurat tidak dapat diprediksikan dan dapat terjadi diman-mana serta pada siapa saja. Keterlambatan serta kesalahan dalam penanggulangannya dapat menimbulkan efek yang sangat fatal dan tidak dapat diperbaiki pada tindakan selanjutnya. Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan salah satu upaya yang harus segera dilakukan oleh seseorang apabila menemukan korban yang membutuhkannya, oleh karena itu setiap individu apalagi tenaga kesehatan wajib menguasainya. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan pelaksanaan bantuan hidup dasar perawat gawat darurat di IGD RSUD Labuang Baji Makassar. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang melakukan tindakan keperawatan di ruang Istalasi Gawat Darurat, penarikan sampel dengan metode sampling jenuh berjumlah 23 responden. Data primer diperoleh melalui kuesioner,dan observasi sementara data sekunder diperoleh dari bagian rekam medik RSUD Labuang Baji Makassar, maupun studi kepustakaan. Pengolahan data dengan menggunakan SPSS dengan analisis univariat dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 23 responden memiliki tingkat pengetahuan tentang bantuan hidup dasar baik yaitu (100 %), Dan pelaksanaan tindakan BHD baik yaitu (100 %). Kata kunci: pengetahuan, pelaksanaan, bantuan hidup dasar. PENDAHULUAN Dewasa ini kejadian serangan jantung maupun kecalakan sangat meningkat khususnya dinegara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) serangan jantung (heart attack) merupakan urutan kedua yang menyebabkan kematian dan kecelakaan merupakan urutan yang ketiga penyebab kematian di Indonesia. Basic Life Support (BLS) atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat pasien atau korban mengalami keadaan yang mengancam jiwa. Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan melakukan upaya kongkrit untuk mengantisipasinya. Harus di pikirkan suatu bentuk mekanisme bantuan kepada korban dari awal tempat kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan fasilitas kesehatan sampai pasca kejadian cedera (Rahmanta, 2007). Menurut American Heart Association bahwa rantai kehidupan mempunyai hubungan erat dengan tindakan resusitasi jantung paru, karena bagi penderita yang terkena serangan jantung, dengan diberikan RJP segera maka akan mempunyai kesempatan yang amat besar untuk dapat hidup kembali. Henti jantung merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan medik yang sering di hadapi oleh tenaga medis. Dinegara-negara eropa, kasus henti jantung merupakan salah satu penyebab kematian dengan angka kejadian sekitar 700.000 kasus setiap tahunnya. Di Amerika penyakit jantung merupakan pembunuh nomor satu, setiap tahun hampir 330.000 warga amerika meninggal karena penyakit jantung, setengahnya meninggal secara mendadak karena serangan jantung (Cardiac arrets ). Data yang di peroleh dari bagian rekam medik RSUD Labuang Baji Makassar, dalam 10 bulan terakhir terhitung sejak Maret 2011 sampai Desember 2012 jumlah pasien mencapai 876 orang dan yang meninggal dunia sebanyak 30 orang, ini membuktikan masih tingginya angka kematian dan begitu 457

pentingnya tindakan bantuan hidup dasar harus di miliki oleh semua perawat. Sehubungan dengan fenomena diatas membuat penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian, sehingga pada tahap awal ini untuk mendapatkan data yang akurat dengan pertimbangan jarak serta waktu yang singkat maka penulis akan mengadakan suatu penelitian dengan judul Gambaran Pengetahuan dan Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar Perawat Gawat Darurat di RSUD Labuang Baji Makassar. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel penelitian Bantuan Hidup Dasar (Basic life support) adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat pederita mengalami keadaan yang mengancam nyawa ( goiten, 2008). Bantuan Hidup Dasar merupakan usaha yang pertama kali di lakukan untuk mempertahankan kondisi jiwa seseorang pada saat mengalami kegawatdaruratan. (Musliha, 2010). Basic Life Support merupakan usaha untuk mempertahankan kehidupan saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa dan atau alat gerak. Pada kondisi napas dan denyut jantung berhenti maka sirkulasi darah dan transportasi oksigen berhenti, sehingga dalam waktu singkat organorgan tubuh terutama organ fital akan mengalami kekurangan oksigen yang berakibat fatal bagi korban dan mengalami kerusakan. Resusitasi Jantung Paruh (RJP) atau Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas atau henti jantung (kematian klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis. Kematian klinis ditandai dengan hilangnya arteri carotis dan arteri femoralis, terhentinya denyut jantung dan pembulu darah atau pernafasan dan terjadinya penurunan atau hilangnya kesadaran. Kematian biologis dimana kerusakan otak tidak dapat diperbaiki lagi, dapat terjadi dalam 4 menit setelah kematian klinis. Oleh karena itu berhasil atau tidaknya tindakan RJP tergantung cepatnya dilakukan tindakan dan tepetnya teknik yang dilakukan. Tujuan Bantuan Hidup Dasar adalah mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi, memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP). Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah deskritif dengan metode survey yaitu peneliti melihat gambaran yang jelas tentang Pengetahuan dan pelaksanaan Bantuan hidup sadar perawat Gawat Darurat dengan cara mengajukkan pertanyaan kepada responden dengan menggunakan kuesioner serta ceklis observasi. Penelitian ini dilaksanakan di ruang IGD RSUD. Labuang Baji Makassar yang di laksanakan pada bulan 14 juni s/d 14 juli 2013. Populasi Penelitian adalah semua perawat yang melakukan tindakan keperawatan di Ruang IGD RSUD Labuang Baji Makassar yang berjumlah 23 orang yang terbagi dalam 4 TIM. penelitian ini penulis mengambil sampling jenuh teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi di gunakan sebagai sampel. Hal ini sering di lakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Pengumpulan data Pengumpulan data dengan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari tempat penelitian, yaitu bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar, data primer dari quisioner. Pengolahan data dilakukan dengan: 1. Editing Dilakukan pemeriksaan ulang mengenai hasil pengisian kuisioner. 2. Codding a. Pembuatan daftar variabel b. Pembuatan daftar koding c. Pemindahan isi kuisioner ke daftar koding 3. Tabulasi Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan dengan mengelompokkan data kedalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki dan sesuai dengan tujuan penelitian Analisis data Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel dengan variabel yang hendak diukur.analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding, tabulasi dan uji statistik.analisis univariat dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi.menggunakan bantuan program SPSS for windows 16,0. HASIL PENELITIAN 1. Analisis univariat Tabel 1 : Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden yang bertugas di IGD RSUD Labuang Baji Makassar 458

Umur n % 25 30 5 21.7 31 40 16 69.6 >40 2 8.7 Pada Tabel 1 dari 23 responden, 5 responden (21,7%) berumur 25-30 Tahun, 16 responden (69,6%) berumur 31-40 Tahun, 2 responden (8,7%) berumur >40 Tahun Tabel 2 : Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan terakhir responden yang bertugas di IGD RSUD Labuang Baji Makassar Pendidikan Terakhir n % DIII 15 65.2 S1 8 34.8 Pada Tabel 2 diketahui bahwa dari 23 responden, 15 responden (65,2%) berpendidikan terakhir DIII dan 8 responden (34,8%) berpendidikan terakhir S1. Tabel 3 : Distribusi frekuensi berdasakan masa kerja responden yang bertugas di IGD RSUD Labuang Baji Makassar Masa Kerja n % 6 bulan - 5 tahun 4 17.4 6 tahun 10 tahun >10 tahun 5 14 21.7 60.9 Pada Tabel 3 diketahui bahwa dari 23 responden, 4 responden (17,4%) dengan masa kerja 6 bulan- 5 tahun, 5 responden (21,7%) dengan masa kerja 6 tahun- 10 tahun, dan 14 responden (60,9%) dengan masa kerja > 10 tahun. Tabel 4 : Distribusi frekuensi berdasarkan pelatihan BHD responden yang bertugas di IGD RSUD Labuang Baji Makassar. Pelatihan n % Pernah 23 100.0 Tidak Pernah 0 Pada tabel 4 diatas terlihat bahwa dari 23 responden semua responden yang bertugas di ruang IGD pernah mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar, yaitu sebanyak 23 orang (100 %). 2. Data Bivariat Tabel 5 : Distribusi berdasakan tingkat pengetahuan bantuan hidup dasar responden yang bertugas di IGD RSUD Labuang Baji Makassar Pengetahuan n % Baik 23 100.0 Kurang 0 Pada tabel 5 diatas terlihat bahwa dari 23 responden semua responden yang bertugas di ruang IGD memiliki pengetahuan yang baik tentang bantuan hidup dasar, yaitu sebanyak 23 orang (100 %), Tabel 6: Distribusi berdasakan pelaksanaan bantuan hidup dasar responden yang bertugas di IGD RSUD Labuang Baji Makassar Pelaksanaan n % Baik 23 100.0 Kurang 0 Pada tabel 6 diatas terlihat bahwa dari 23 responden semua responden yang bertugas di ruang IGD baik dalam melakukan prosedur bantuan hidup dasar, yaitu sebanyak 23 orang (100 %), PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Dari 23 responden semua responden yang bertugas di ruang IGD memiliki pengetahuan yang baik tentang bantuan hidup dasar, yaitu sebanyak 23 orang (100 %), Dari 15 pertanyaan yang diberikan kepada responden, semua responden berjumlah 23 orang baik dalam menjawab pertanyaan yang diberikan, hai ini karena responden memiliki pengetahuan baik serta pernah mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar. Dalam hal ini perawat termaksud dalam tingkat pengetahuan Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat manjelaskan, (efendi & makhfudli 2009). 459

Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh Rahman 2008 di ruang NICU RSUD Gunung Jati Ciribon di dapatkan pengetahuan perawat tentang Bantuan Hidup Dasar yaitu 70,4%. Ini menunjukan bahwa pengetahuan perawat dan keterampilan pelaksanaan bantuan hidup dasar untuk selalu di tingkatkan baik formal maupun non-formal. Sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan pada situasi kritis dapat di lakukan dengan lebih efektif. Pengetahuan ini merupakan domain yang sangat penting untuk dikuasai, karena dengan mengetahui sesuatu kita dapat melaksanakan dan menjadikan pedoman untuk tindakan selanjutnya (Sastroasmoro, 2008). Pengetahuan tentang bantuan hidup dasar merupakan hal utama yang harus dikuasai oleh seorang perawat sebelum melakukan tindakan tersebut. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan perawat tentang Bantuan Hidup Dasar salah satunya adalah pernah atau tidaknya mengikuti pelatihan. Pendidkan atau penyuluhan adalah upaya agar invidu, kelompok dan masyarakat, berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan himbawan ajakan, memberiri informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya. Pendidikan non formal tentang Bantuan Hidup Dasar di maksudkan untuk memberikan pengetahuan pada perawat sehingga terjadi perubahan perilaku, pengetahuan atau kognitif merupakan domain penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 2003). Perubahan perilaku diperoleh dari pengetahuan yang benar akan mempengaruhi lebih lama dibandingkan perubahan perilaku tanpa didasari pengetahuan. Sebelum terjadi perilaku seseorang akan mempunyai persepsi terhadap apa yang akan dijalani. Munculnya persepsi berhubungan dengan tingkat pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari informasi, dan bila informasi yang di terima kurang jelas maka tidak optimal akan mempengaruh persepsi. (Notoatmojo, 2003). Menurut saya pengetahuan perawat tentang bantuan hidup dasar merupakan hal utama yang harus dikuasai oleh seorang perawat sebelum melakukan tindakan tersebut. Pengetahuan perawat dan keterampilan tindakan bantuan hidup dasar untuk selalu di tingkatkan baik formal maupun non forma sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan pada situasi kritis dapat dilakukan dengan lebih efektif. 2. Pelaksanaan Dari 23 responden semua responden yang bertugas di ruang IGD baik dalam melakukan prosedur bantuan hidup dasar, yaitu sebanyak 23 orang (100 %). Dari hasil uraian diatas yang menggambarkan pelaksanaan responden tentang bantuan hidup dasar didapatkan penyebab utuma pelaksanaan bantuan hidup dasar tersebut baik karena responden pernah mengikuti pelatihan bantuan hidup dasar. Pelatihan bantuan hidup dasar merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan atau keterampilan perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan terutama korban yang memerlukan bantuan hidup dasar, karena pelayanan korban bantuan hidup dasar harus dilakukan dengan cepat, tanggap, terampil, teliti, serta konsentrasi penuh, mengingat setiap kesalahan yang kita lakukan akan mengakibatkan efek yang sangat fatal serta kesalahan tersebut tidak dapat diperbaiki pada pertolongan selanjutnya (Cristian, 2009), keterlambatan dalam semenit saja sangat mempengaruhi prognosis penderita, sebab kegagalan system otak dan jantung selama 4-6 menit dapat menyebabkan kematian klinis sementara kematian biologis dapat terjadi setelahnya (Sterz, 2008). Menurut Dr.Arum Wiratri Kecelakaan atau bencana dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, seperti halnya kecelakaan lalu lintas, kecelakaan rumah tangga, kecelakaan kerja, dan sebagainya. Perawat sebagai ini terdepan dalam pelayanan bantuan hidup dasar harus mampu menangani masalah yang diakibatkan kecelakaan dengan cepat dan tepat, dengan pendekatan asuhan keperawatan yang mencakup aspek biopsiko-sosio-kultural dan spiritual. Oleh karena itu perawat dituntut untuk memiliki kompetensi dalam menangani korban yang membutuhkan bantuan hidup dasar. Salah satu upaya dalam peningkatan kompetensi tersebut dilakukan melalui pelatihan bantuan hidup dasar, pelatihan ini merupakan pelatihan dasar bagi perawat dalam menangani korban yang memerlukan bantuan hidup dasar akibat trauma dan gangguan 460

kardiovaskuler. Penanganan masalah tersebut ditujukan untuk memberikan bantuan hidup dasar sehingga dapat menyelamatkan nyawa dan meminimalisir kerusakan organ serta kecacatan penderita. Dengan adanya peningkatan kebutuhan kompetensi yang dimiliki oleh perawat dalam menangani korban yang memerlukan bantuan hidup dasar dapat di tangani dengan cepat. (http://rsudps.bantulkab.go.id/ berita /baca/2011/12/14/142516/pelatihan-bhduntuk-perawat). Sterz (2008) pernah melakukan penelitian di Austria terhadap anak-anak sekolah dasar yang telah mengikuti pelatihan BHD hasilnya sebagian besar responden (86%) telah dianggap mampu dan mendapatkan sertifikasi melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP), selain itu juga mereka telah mahir mengoperasiakan alat Automatic External Deffibrillation (AED). Keadaan gawat darurat dapat terjadi karena ulah manusia atau alam. Gawat darurat sehari - hari merupakan masalah dimana sebelumnya infeksi merupakan penyebab kematian utama, serangan jantung koroner, penyakit degeneratif dan kecelakaan lalu lintas ( KLL ) sudah merupakan penyebeb kematian Sistem yang baik diperlukan sumber daya manusia yang terampil dan terlatih dalam menangani penderita yang membutuhkan bantuan hidup dasar. Petugas yang terlibat wajib memiliki kemampuan tertentu, yakni ketrampilan untuk memberikan bantuan hidup dasar (Basic Life support) serta mengenal keadaan gawat darurat akibat trauma maupun non trauma. Maka perlu sekali diadakan Pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) untuk meningkatkan kemampuan dalam penatalaksanaan prosedur pelaksanaan tindakan bantuan hidup dasar (http://rsudps.bantulkab.go.id/berita/ baca/2011/12/14/ 142516/pelatihan-bhduntuk-perawat). Menurut saya Bantuan Hidup Dasar merupakan beberapa cara sederhana yang dapat mempertahankan hidup seseorang untuk sementara. Intinya adalah bagaimana menguasai dan membebaskan jalan napas, bagaimana membantu mengalirkan darah ke tempat yang penting dalam tubuh, sehingga pasokan oksigen ke otak terjaga untuk mencegah terjadinya kematian sel otak. Peran RJP sangatlah besar, seperti orang-orang yang mengalami henti jantung tiba-tiba. Henti jantung menjadi penyebab utama kematian. Walaupun usaha untuk melakukan Resusitasi tidak selalu berhasil, lebih banyak nyawa yang hilang akibat tidak dilakukannya Resusitusi. Bantuan hidup dasar boleh dilakukan oleh orang awam dan juga orang yang terlatih dalam bidang kesehatan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui dengan memahami serta mampu melaksanakan bantuan hidup dasar ini. KESIMPULAN Berdasarkan analisis deskriptif dan pembahasan mengenai gambaran pengetahuan dan pelaksanaan bantuan hidup dasar perawat gawat darurat dapat dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut : 1. Dari 23 responden sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang bantuan hidup dasar baik yaitu sebanyak 19 orang (82,6%), sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 4 orang (17,4 %). 2. Dari 23 responden sebagian besar responden yang melaksanakan teknik pelaksanaan bantuan hidup dasar baik yaitu sebanyak 19 orang (82,6%), sedangkan pelaksana bantuan hidup dasar kurang sebanyak 4 orang (17,4 %). SARAN Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi profesi keperawatan dapat dijadikan bahan acuhan untuk memberikan informasi yang tepat bagi profesi keperawatan yang lain tentang bantuan hidup dasar. 2. Pengetahuan perawat dan keterampilan tindakan bantuan hidup dasar untuk selalu di tingkatkan baik formal maupun non formal sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan pada situasi kritis dapat dilakukan dengan lebih efektif. 3. Bagi penelitian selanjutnya untuk lebih mengembangkan penelitian ini. 461

DAFTAR PUSTAKA Adam Muhammad. 2010. Resusitasi Jantung dan Paru, (Online),(http://id.scribd.com /doc/95942220/resusitasi- Jantung-dan-Paru-Bahasa-Indonesia-Versi-AHA-2010. Di akses tanggal 08 Maret 2013. CPR. 2010, Arsip Katagori: Gawat Darurat/Emergency, (Online), 2010.html). di akses tanggal 08 Maret 2013. (http://eidcp. blogspot.com /2011/03/aha- Http://www.scribd.com/doc/69232833/Analisis-Jurnal-RJP. http://satriadwipriangga. blogspot.com/2011/11/resusitasi-jantung-paru.html http://rsudps.bantulkab.go.id/ berita /baca/2011/12/14/142516/pelatihan-bhd-untuk-perawat Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medikal: yogyakiarta. Purwadianto, A dan Sampurna, B. 2002. Kedaruratan Medik. Edisi Revisi. Binarupa Aksara: Jakarta. Prasada, K.G.S. 1996. Pertolongan Pertama dan RJP. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta: bandung. Wahtusutrisna. 2011. CPR ABC TO CAB New AHA Guidelines for Resuscitation, (Online), (http://drwahyusutrisna.wordpress.com/2011/02/13/cpr-abc-to-%e2%80%98cab%e2%80%99-newaha-guidlines-for-resuscitation). Diakses tanggal 10 Maret 2013. 462