Evangeline Hutabarat dan Wiwin Wintarsih. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor 1 dinegaranegara
|
|
- Yuliana Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GAMBARAN STRES PSIKOLOGIS SEBAGAI PENCETUS SERANGAN ULANG NYERI DADA PADA KLIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUANG PERAWATAN VIII RS. DUSTIRA CIMAHI Evangeline Hutabarat dan Wiwin Wintarsih ABSTRAK Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor 1 dinegara-negara maju dan merupakan penyebab kematian bermakna atas peningkatan angka kesakitan dan kematian di negara berkembang. Berdasarkan temuan terbaru tentang interaksi pikiran tubuh diperkirakan bahwa sebanyak 80 % dari semua masalah yang berkaitan dengan kesehatan diperburuk dengan stres. Di Rumah Sakit Dustira Cimahi angka kejadian perawatan berulang pada penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) dalam 3 bulan terakhir September sampai dengan Nopember 2006 sebanyak 136 orang dan sebesar 44,11 % pencetusnya diakibatkan oleh stres psikologis. Untuk mengetahui Gambaran tentang Stres Psikologis yang berhubungan dengan masalah keluarga dan pekerjaan sebagai Pencetus Nyeri Dada pada Klien Penyakit Jantung Koroner. Metode penelitian adalah metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada seluruh pasien dengan penyakit jantung koroner yang mengalami serangan ulang nyeri dada akibat stres psikologis yang dirawat di Ruang VIII Rumah Sakit Dustira. Populasi sebanyak 240 pasien dengan pengambilan sampel menggunakan teknik sampling aksidental sebanyak 10% yaitu sebanyak 24 pasien. Data diperoleh dengan angket dan data di analisis secara univariat. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data diperoleh dari hasil penelitian menunjukan bahwa sumber stres psikologis sebagai pencetus serangan ulang nyeri dada yang paling dominan dengan persentase (95,8%) ditimbulkan dari beban kerja yang dinilai terlalu berat dan masalah ekonomi keluarga dengan persentase (91,7%) Studi stres psikologis yang berhubungan dengan keluarga dan pekerjaan sebagai pencetus serangan ulang nyeri dada pada klien PJK menunjukan adanya fariasi sumber stres psikologis yang ditimbulkan oleh lingkungan keluarga dan pekerjaan Kata Kunci : Deskriptif, stres psikologis, pasien penyakit jantung koroner, A. PENDAHULUAN Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor 1 dinegaranegara maju dan merupakan penyebab kematian bermakna atas peningkatan angka kesakitan dan kematian di negara berkembang (Cermin Dunia Kedokteran, 1999). Sedangkan di Indonesia hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes Tahun 2000 menyatakan prevalensi Penyakit Jantung Koroner (PJK) meningkat dan merupakan penyebab kematian tertinggi. Supargo (1999) dalam makalahnya yang berjudul Aspek Psikososial pada Rehabilitasi Penderita Penyakit Kardiovaskuler menyatakan bahwa orang dengan stres kronis akan mengalami 1,5 kali lebih besar untuk menjadi penyakit jantung koroner dibandingkan dengan yang tidak mengalami stres. Council (2004) menyatakan berdasarkan temuan terbaru tentang interaksi pikiran tubuh diperkirakan bahwa sebanyak 80 % dari semua masalah yang berkaitan Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. ni
2 dengan kesehatan diperburuk dengan stres. Kristanto (1999) dalam penelitiannya dari 42 orang klien yang mengalami penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung ditemukan bahwa kontribusi stres psikologis sebagai pencetus nyeri dada sebesar 35,7 %. Dari data yang diperoleh peneliti di Rumah Sakit Dustira Cimahi angka kejadian perawatan berulang pada penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) dalam 3 bulan terakhir September sampai dengan Nopember 2006 sebanyak 136 orang dan sebesar 44,11 % pencetusnya diakibatkan oleh stres psikologis (Rekam Medis RS. Dustira, 2006). Klien penyakit jantung koroner sebagai mahluk sosial saat berinteraksi dengan orang lain baik dalam masyarakat, keluarga dan pekerjaan beresiko mengalami stres psikologis. Keluarga dan pekerjaan tempat dimana seseorang paling banyak menghabiskan waktu seharihari memberikan pengaruh yang besar terhadap trejadinya stress psikologis. Terjadinya stres psikologis sangat berkaitan dengan kemampuan atau koping seseorang dalam mengatasi masalah. Pelayanan yang bersifat preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif yang ditujukan pada klien PJK yang mengalami stres psikologis berperan penting dalam usaha untuk menurunkan dan mencegah serangan ulang nyeri dada melalui pencegahan stres psikologis. Maka bagi perawat penting untuk mengetahui sumber-sumber stres psikologis sebagai faktor pencetus serangan ulang nyeri dada pada klien PJK sehingga diharapkan intervensi keperawatan yang diberikan lebih tepat dan memberikan hasil yang bermanfaat. B. METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu penelitian yang menggambarkan suatu keadaan atau suatu fenomena (Arikunto, 1998). Variabel dalam penelitian ini adalah stress psikologis yang timbul dari lingkungan keluarga dan pekerjaan sebagai pencetus serangan ulang nyeri dada pada klien penyakit jantung koroner (PJK) di Rumah sakit Dustira. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah pasien dengan penyakit jantung koroner yang mengalami serangan ulang nyeri dada akibat stres psikologis yang dirawat di Ruang VIII Rumah Sakit Dustira pada bulan Oktober Desember 2007 yaitu sebanyak 240 responden. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling aksidental. Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini di hitung berdasarkan rumus Notoatmojo (1998) yaitu sebesar 24 responden. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini tekhnik adalah dengan menggunakan quesioner. Adapun data dianalisa secara univariat. Dengan waktu penelitian dilaksanakan dari Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. ni
3 tanggal 3 Maret 5 April 2007 di Ruang Perawatan VIII Rumah Sakit Dustira Cimahi dengan sampel sebanyak 24 orang. C. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Pasien PJK dengan Nyeri Dada di R VIII RS Dustira No. Kategori Frekuensi tahun 10 41,7 2 > 50 tahun 14 58,3 Jumlah , ,5 Jumlah 24 Jenis , , ,5 Jumlah 24 Kategori an kali 3 12,5 2 > 3 kali 21 87,5 Jumlah 24 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok Stres Psikologis ng Berhubungan Dengan Masalah Keluarga Sebagai Pencetus Nyeri Dada Pada Klien PJK Di R VIII RS Dustira No. Sumber Stres Jawaban Frekuensi Persentasi 1 Ketidak-cocokan dengan kehidupan sosial anggota keluarga lainnya 2 Ketidak-cocokan dengan karakter anggota keluarga lainnya 3 memiliki tujuan yang sama dalam keluarga 4 Ketidak-cocokan dalam memandang fungsi keluarga 5 Masalah ekonomi dalam keluarga 6 Perasaan tidak diperhatikan 15 62,5 9 37, ,5 9 37, ,7 2 8, , ,7 Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. ni
4 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa sumber-sumber stres psikologis yang berhubungan dengan keluarga, dari tingkat tertinggi hingga terendah berdasarkan persentase jawaban ya adalah: 1) masalah ekonomi dalam keluarga (91,7%); 2) ketidakcocokan dengan karakter anggota keluarga (%); 3) ketidak-cocokan dengan kehidupan sosial anggota keluarga (62,5%) dan tidak memiliki tujuan yang sama dalam keluarga (62,5%); 4) merasa kurang diperhatikan (58,3%); dan 5) ketidak-cocokan dalam memandang fungsi keluarga. 64,3 55,6 35,7 44,4 Indikator 1 Indikator 1 72,7 27,3 Indikator 1 Indikator 1 Gambar 1. Perbandingan stres psikologis yang berkaitan dengan ketidakcocokan dengan kehidupan sosial anggota keluarga lainnya berdasarkan perbedaan karakteristik klien PJK di R VIII RS Dustira 57,1 42,9 Indikator 2 Indikator 2 Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. ni
5 63,6 76,2 36,4 Indikator 2 23,8 Indikator 2 Gambar 2. Perbandingan stres psikologis yang berkaitan dengan ketidakcocokan dengan karakter anggota keluarga lainnya berdasarkan perbedaan karakteristik klien PJK di R VIII RS Dustira 57,1 42,9 Indikator 3 Indikator 3 45,5 61,9 54,5 38,1 Indikator 3 Indikator 3 Gambar 3. Perbandingan stres psikologis yang berkaitan dengan tidak dimilikinya tujuan yang sama dalam keluarga berdasarkan perbedaan karakteristik klien PJK di R VIII RS Dustira Indikator 4 Indikator 4 Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. ni
6 45,5 52,4 54,5 47,6 Indikator 4 Indikator 4 Gambar 4.Perbandingan stres psikologis yang berkaitan dengan ketidakcocokan dalam memandang fungsi keluarga berdasarkan perbedaan karakteristik klien PJK di R VIII RS Dustira 85,7 88,9 93,3 Indikator 5 Indikator 5 14,3 11,1 6,7 81,8 95,2 Indikator 5 Indikator 5 18,2 4,8 Gambar 5. Perbandingan stres psikologis yang berkaitan dengan masalah ekonomi keluarga berdasarkan perbedaan karakteristik klien PJK di R VIII RS Dustira 64,3 53,3 35,7 46,7 Indikator 6 Indikator 6 Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. ni
7 54,5 61,9 45,5 38,1 Indikator 6 Indikator 6 Gambar 6. Perbandingan stres psikologis yang berkaitan dengan perasaan tidak diperhatikan berdasarkan perbedaan karakteristik klien PJK di R VIII RS Dustira Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan stres psikologis yang berhubungan dengan pekerjaan sebagai pencetus serangan ulang nyeri dada pada klien PJK di R VIII RS Dustira No. Sumber Stres Jawaban Frekuensi Persentasi 1 yang tidak dikehendaki 2 dinilai membosankan 3 Beban kerja yang dinilai terlalu berat 4 Perasaan tertekan dalam pekerjaan 5 Perasaan dituntut untuk selalu memenuhi target 6 mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai harapan 7 puas atas fasilitas kerja 8 puas atas insentif kerja 17 70,8% 7 29,2% 12 % 12 % 23 95,8% 1 4,2% 19 79,2% 5 20,8% 13 54,2% 11 45,8% 19 79,2% 5 20,8% 9 37,5% 15 62,5% 15 62,5% 9 37,5% Adapun sumber stres psikologis yang berhubungan dengan pekerjaan dari tingkat tertinggi hingga terendah adalah: 1) beban kerja yang dinilai terlalu berat (95,8%); 2) perasaan tertekan dalam pekerjaan (79,2%) dan tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai harapan (79,2%); 3) pekerjaan yang tidak dikehendaki (70,8%); 4) tidak puas atas insentif kerja (62,5%); 5) perasaan dituntut untuk selalu memenuhi target (54,2%); 6) pekerjaan dinilai membosankan (%); dan 7) tidak puas atas fasilitas kerja (37,5%). Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. ni
8 78,6 73,3 21,4 Indikator 7 26,7 Indikator 7 72,7 71,4 27,3 Indikator 7 28,6 Indikator 7 Gambar 7. Perbandingan stres psikologis yang berkaitan dengan pekerjaan yang tidak dikehendaki berdasarkan perbedaan karakteristik klien PJK di R VIII RS Dustira 45,5 52,4 54,5 47,6 Indikator 8 Indikator 8 45,5 52,4 54,5 47,6 Indikator 8 Indikator 8 Gambar 8. Perbandingan stres psikologis yang berkaitan dengan pekerjaan dinilai membosankan berdasarkan perbedaan karakteristik klien PJK di R VIII RS Dustira Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. ni
9 92,9 88,9 Indikator 9 Indikator 9 7,1 11,1 90,9 Indikator 9 Indikator 9 9,1 Gambar 9. Perbandingan stres psikologis yang berkaitan dengan beban kerja yang dinilai terlalu berat berdasarkan perbedaan karakteristik klien PJK di R VIII RS Dustira 71,4 77,8 28,6 Indikator 10 22,2 Indikator 10 81,8 81,0 18,2 Indikator 10 19,0 Indikator 10 Gambar 10. Perbandingan stres psikologis yang berkaitan dengan perasaan tertekan dalam pekerjaan berdasarkan perbedaan karakteristik klien PJK di R VIII RS Dustira Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. ni
10 57,1 46,7 42,9 53,3 Indikator 11 Indikator 11 72,7 57,1 42,9 27,3 Indikator 11 Indikator 11 Gambar 11.Perbandingan stres psikologis yang berkaitan dengan perasaan dituntut untuk selalu memenuhi target berdasarkan perbedaan karakteristik klien PJK di R VIII RS Dustira 78,6 21,4 Indikator 12 Indikator 12 90,9 81,0 9,1 Indikator 12 19,0 Indikator 12 Gambar 12. Perbandingan stres psikologis yang berkaitan dengan tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai harapan berdasarkan perbedaan karakteristik klien PJK di R VIII RS Dustira Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. ni
11 44,4 55,6 Indikator 13 Indikator 13 36,4 63,6 Indikator 13 Indikator 13 Gambar 13. Perbandingan stres psikologis yang berkaitan dengan ketidakpuasan dengan fasilitas kerja berdasarkan perbedaan karakteristik klien PJK di R VIII RS Dustira 64,3 77,8 53,3 35,7 46,7 Indikator 14 22,2 Indikator 14 81,8 57,1 42,9 Indikator 14 Indikator 14 18,2 Gambar 14. Perbandingan stres psikologis yang berkaitan dengan ketidakpuasan atas insentif kerja berdasarkan perbedaan karakteristik klien PJK di R VIII RS Dustira Dari seluruh sumber stres, beban kerja yang dinilai terlalu berat merupakan sumber stres yang dominan, sedangkan tidak puas atas fasilitas kerja adalah sumber stres yang paling Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. ni
12 rendah. Hasil penelitian menunjukkan bervariasinya sumber stres psikologis sebagai pencetus serangan ulang nyeri dada menunjukkan bahwa lingkungan keluarga dan pekerjaan berpotensi memicu terjadinya stres psikologis yang berefek pada terjadinya serangan ulang nyeri dada. Hasil ini sesuai dengan pendapat Council (2004) yang menyatakan bahwa stres dapat muncul sebagai akibat persepsi yang tidak tepat atas situasi atau kondisi di dalam lingkungan. Lingkungan secara luas diartikan sebagai lingkungan dimana individu atau manusia tinggal dan beraktivitas yang dapat meliputi lingkungan rumah tangga dan lingkungan kantor atau pekerjaan. Kasus serangan ulang nyeri dada berdasarkan riwayat serangan ulang sebelumnya menunjukkan bahwa hampir seluruh klien yang diteliti telah mengalami serangan ulang nyeri dada lebih dari 3 kali. Persentasenya tujuh kali lipat dibandingkan klien dengan frekuensi serangan ulang nyeri dada kurang dari 3 kali. Hal ini sesuai dengan pendapat Imam Soeharto ( 2001) yang mengatakan bahwa salah satu faktor pencetus angina pektoris atau nyeri dada berulang pada klien penyakit PJK disebabkan oleh stres atau emosi yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya spasme pembuluh darah koroner. D. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pemelitian di atas maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut : 1. Adanya sumber stres psikologis yang bervariasi yang dari lingkungan keluarga dan pekerjaan yang menyebabkan serangan ulang nyeri dada pada klien penyakit jantung koroner. 2. Adanya keterkaitan antara umur, jenis kelamin, pekerjaan dan frekuensi serangan ulang nyeri dada pada klien penyakit jantung koroner dengan stres psikologis baik dari lingkungan pekerjaan maupun dari lingkungan keluarga. Dari hasil penelitian dan hasil pembahasan diatas maka saran dari penelitian adalah sebagai berikut 1. Bagi Rumah Sakit disarankan untuk mengembangkan program layanan manajemen dan terapi stress khususnya bagi klien penyakit jantung koroner. 2. Bagi Perawat disarankan untuk membantu klien dalam mempelajari serta melatih koping yang efektif dalam mencegah terjadinya serangan ulang nyeri dada dikemudian hari. 3. Diperlukan penelitian lanjutan baik berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku klien PJK dalam melakukan dalam melakukan koping stres psikologis serta memperluas cakupan factor-faktor yang berhubungan dengan stres psikologis. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. ni
13 DAFTAR PUSTAKA Keliat, B.A Penatalaksanaan Stres. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Soeharto, I Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Rilantono, L.I. dkk Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI). Potter dan Perry Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sumartono dan Aryastami, N.K Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Pada Usia 55 Tahun Menurut Survai Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran No Price, S.A Patofisiologi. Alih Bahasa: dr Nrahm U. Pendit dkk. Edisi 6 Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Arikunto, S Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek edisi revisi IV. Yogjakarta: Penerbit Rineka Cipta. Council, S Manajemen Stres. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suprajitno Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. ni
Jurnal Kesehatan Kartika 7
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSU CIBABAT CIMAHI TAHUN 2010 Oleh : Hikmat Rudyana Stikes A. Yani Cimahi ABSTRAK Obesitas merupakan keadaan yang melebihi dari berat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan gangguan pada pembuluh darah koroner berupa penyempitan atau penyumbatan yang dapat mengganggu proses transportasi
Lebih terperincipernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara maju maupun berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia, yaitu melalui perubahan perilaku kearah perilaku hidup bersih
Lebih terperinciGAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015
GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN POST OP FRAKTUR EKSTREMITAS DI RUANG RAWAT INAP TAHUN 2015 Daniel¹ Warjiman² Siti Munawaroh³ Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan aniel.green8@gmail.com, warjiman99@gmail.com,
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014
PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014 1* Gumarang Malau, 2 Johannes 1 Akademi Keperawatan Prima Jambi 2 STIKes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kardiovaskuler merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot dan bekerja menyerupai otot polos, yaitu bekerja di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Visi Indonesia Sehat 2010 menjelaskan bahwa gambaran masyarakat di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG Siti Romadoni, Aryadi, Desy Rukiyati PSIK STIKes Muhammadiyah Palembang Rumah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Makanan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang berupaya mencapai pemulihan penderita. Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan kegiatan terpadu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas
Lebih terperinciHUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BABAT KABUPATEN LAMONGAN
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BABAT KABUPATEN LAMONGAN Sri Hananto Ponco* Feriyadin Satrio Wibowo** Program Studi S Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan masalah global, dimana angka morbiditas dan mortalititasnya tinggi. Prevalensi di Amerika diperkirakan 82.6 juta orang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen miokardium yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dengan adanya sistem kesehatan ini tujuan pembangunan dapat tercapai efektif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk mencapai pemulihan penderita dalam waktu singkat. Upayaupaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang berupaya untuk mencapai pemulihan penderita dalam waktu singkat. Upayaupaya yang dilakukan meliputi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Penyakit jantung koroner (CHD = coronary heart desease) atau penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan ancaman kesehatan. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmhg. Pada populasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat penyelenggaraan upaya kesehatan serta suatu organisasi dengan sistem terbuka dan selalu berinteraksi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan tipe penyakit jantung yang paling banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung koroner
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI Ibrahim N. Bolla ABSTRAK Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan
Lebih terperinciPENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA
PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Pandeirot *, Fitria**, Setyawan** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth
Lebih terperinciDAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA
DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA Fiora Ladesvita*, Nabella Khoerunnisa** *Dosen Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Jakarta **Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor
Lebih terperinciHUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015 Fransisca Imelda Ice¹ Imelda Ingir Ladjar² Mahpolah³ SekolahTinggi
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Kartika 1
Analisis Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit di Wilayah Kota Cimahi Agus Riyanto dan Roni Iryadi STIKES A. Yani Cimahi ABSTRAK Kota Cimahi merupakan kota di daerah Jawa Barat yang
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG 7 Anik Eka Purwanti *, Tri Nur Hidayati**,Agustin Syamsianah*** ABSTRAK Latar belakang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sedang mengalami beban ganda dalam menghadapi masalah penyakit, yang mana penyakit menular dan penyakit tidak menular keduanya menjadi masalah kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan suatu rasa atau sensasi yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciSTRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Nurhafizah* Erniyati** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen Departemen Keperawatan Maternitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2012 penyakit kardiovaskuler lebih banyak menyebabkan kematian daripada penyakit lainnya. Infark miokard
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia. Banyak data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung menempati posisi pertama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Cemas merupakan merupakan bagian dari kehidupan yang dialami setiap hari. Kejadian yang satu dengan yang lain dapat saling mempengaruhi. Demikian juga keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. beban penyakit global dan lazim ditemukan pada masyarakat negara maju maupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang masih menjadi beban kesehatan di masyarakat global. Hipertensi diperkirakan menyumbang 4,5% dari beban penyakit global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit stroke, infark miokard akut dan penyakit jantung koroner (PJK) di Indonesia sampai sekarang masih menempati posisi pertama sebagai penyakit penyebab kematian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan berbagai penyakit degeneratif sangatlah pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang mengiringi proses penuaan. Penyakit degeneratif
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan hingga usia tujuh belas tahun, dimana masing-masing anak tumbuh dan belajar sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Kartika 27
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA BIDAN DALAM PELAYANAN ANTENATAL DENGAN KEPATUHAN PENDOKUMENTASIAN KARTU IBU HAMIL DI PUSKESMAS UPTD KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2008 Oleh : Yulia Sari dan Rusnadiah STIKES A. Yani Cimahi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diabetes mellitus (DM) yang dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan karena adanya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui
Lebih terperinciGAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN LUKA GANGREN DIABETIK DI POLIKLINIK KAKI DIABETIK TAHUN 2014
GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN LUKA GANGREN DIABETIK DI POLIKLINIK KAKI DIABETIK TAHUN 2014 Sri Ayu Lestari 1, Warjiman 2, Antia Barewe 3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin sriayulestari182@yahoo.co.id,
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli
Lebih terperinciNora Haryani, Gambaran Pengetahua
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA PENDERITA ARTRITIS REUMATOID TERHADAP PERAWATAN NYERI SENDI DI DESA PAYA KULBI KECAMATAN KARANG BARU KABUPATEN ACEH TAMIANG Nora Hayani 1 1 Dosen Prodi D-III
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengetahuan diet dan perilaku membaca informasi nilai gizi makanan kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama di mana setiap rumah sakit bertanggung jawab terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya
Lebih terperinciPENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI Muhammad Mudzakkir, M.Kep. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri muhammadmudzakkir@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi layanan kesehatan telah lama dibicarakan, baik di Negara maju maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan yang semakin responsiv
Lebih terperinciKINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN
KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN Desri Natalia Siahaan*, Mula Tarigan** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU ** Dosen Departemen Keperawatan Dasar
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA
HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk informasi, manusia modern semakin menemukan sebuah ketidak berjarakan yang membuat belahan
Lebih terperinciHUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS
HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS Rizka Himawan,Diyah Krisnawati, ABSTRAK Latar Belakang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada peningkatan usia harapan hidup (life expectancy) seseorang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu penyakit cerebrovascular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak (Wardhani
Lebih terperinciPENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana
Lebih terperincikesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia sehat, dalam Indonesia sehat diharapkan setiap warga negara Indonesia tinggal dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia sehat, dalam Indonesia sehat diharapkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan gangguan pada pembuluh darah koroner berupa penyempitan atau penyumbatan yang dapat mengganggu proses transportasi bahan-bahan
Lebih terperinciHUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak
HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO 1 Megarista Aisyana, 2 Iin Rahayu Abstrak Hubungan yang harmonis antara perawat rumah sakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan terdapat beberapa staf diantaranya dokter, perawat,
Lebih terperinciBAB I. berbagai proses Penyakit Tidak menular (PTM) atau penyakit degeneratif. PTM
BAB I 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit kronik akibat pola hidup adalah sekelompok penyakit yang mempunyai faktor-faktor yang sama sebagai akibat dari kebiasaan merokok, kurang aktifitas, stress, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi tahun. Dalam hal ini secara demografi struktur umur
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dari menurunnya angka kesakitan, angka kematian bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan sebuah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh, hal ini menjadikan fungsi jantung sangat vital bagi kehidupan, sehingga jika terjadi sedikit saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Paradigma baru pelayanan kesehatan mengharuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia,
48 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia, dimana WHO melaporkan bahwa setengah persen dari penduduk dunia terserang penyakit ini, sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan keperawatan merupakan indikator kualitas pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan kesehatan di masyarakat adalah perawat. Kualitas pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus menjalani rawat inap adalah sesuatu yang membuat mereka cemas. Faktor kecemasan ini dipicu karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat (Sumijatun, 2009). Salah satu bagian integral dari pelayanan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah salah satu sarana yang memberikan pelayanan kesehatan yang memiliki peran dalam peningkatan derajat kesehatan kepada masyarakat (Sumijatun, 2009).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan semakin pedulinya masyarakat terhadap kesehatannya, semakin tinggi pula tuntutan masyarakat atas mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak Rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menjadi unit terkecil dalam lingkup masyarakat yang memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap suatu kondisi. Dalam ruang lingkup keluarga terdapat
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG 4 ABSTRAK Gangguan jiwa tidak dianggap
Lebih terperinciPENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014
PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Tresna Komalasari ABSTRAK Teknik relaksasi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang sangat serius, baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Data dari WHO tahun 2004 menyatakan
Lebih terperinciDUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA Elisa Putri D. Siahaan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa peneliti melaporkan kasus gangguan jiwa terbesar adalah skizofrenia. Menurut capai
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN Ika Agustina*Nur Asnah Sitohang** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Ruhyanudin, 2007). Gagal jantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif
Lebih terperinciAYU CANDRA RAHMAWATI J
HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN RASIO ANTARA TOTAL KOLESTEROL DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT DENGAN TINDAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ATAS PRIVASI KLIEN TAHUN 2015
HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT DENGAN TINDAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ATAS PRIVASI KLIEN TAHUN 2015 Fras Hinang Hawirami¹ Chrisnawati² Sr.Imelda Ingir Ladjar³ SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN PARALISIS DI RS. ORTHOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA KLIEN DENGAN PARALISIS DI RS. ORTHOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan global pada decade terakhir dengan
Lebih terperinciTINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR
892 TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR * Yourisna Pasambo * Dosen Tetap Akademi Keperawatan Sandi Karsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan merupakan suatu perbuatan dimana seseorang atau kelompok menawarkan pada kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan produksinya berkaitan
Lebih terperinciHUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE
Jurnal Kesehatan Masyarakat HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE RITA YUSNITA Mahasiswi D-III Kebidanan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit yang paling sering diderita oleh banyak orang khususnya masyarakat Medan. Hipertensi merupakan akibat dari pola hidup yang salah dan beban
Lebih terperinciANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO. Arief Fardiansyah 1 *)
ANALISIS HUBUNGAN BEBAN KERJA DAN LAMA MASA KERJA DENGAN STRES PADA PERAWAT DI PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO Arief Fardiansyah 1 *) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja
Lebih terperinci