BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III METODOLOGI. Langkah awal yang dilakukan dalam memulai penelitian ini adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Runtuhnya Lehman Brother yang merupakan salah satu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham (Maximization shareholder wealth) dalam bentuk peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 LOGO PT. BANK CIMB NIAGA TBK. Sumber :

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI INDONESIA BERDASARKAN METODE RGEC PERIODE TAHUN

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menurut Marrie Muhamad Mantan Menteri Keuangan mengatakan bahwa ada dua pihak yang kontra-privatisasi, dan pihak yang pro-privatisasi. Pihak yang kont

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Bank CIMB Niaga berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama

Analisis Tingkat Kesehatan Bank Pada PT. Bank Central Asia, Tbk dan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk

Analisis Kinerja PT. Bank Tabungan Negara (PERSERO), Tbk Dengan Menggunakan Metode CAMEL dan Metode RGEC

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PT BANK INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya bank yang beroperasi di Indonesia menyebabkan perlunya dilakukan UKDW

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

Nama : Deni Aulia NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE., MM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

Lampiran 1. Bagan Alur Pikir Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN KESEHATAN BANK UMUM SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI METODE RGEC DI INDONESIA

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (Pakto 88), menjadi 240 bank pada tahun Sedangkan Bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Analisis. tingkat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Praktek tata kelola perusahaan atau good corporate governance yang

LAPORAN KEUANGAN BANK

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam bisnis utama dan bisnis penunjang. Bisnis utama suatu bank adalah

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. asing. Penelitian ini juga ingin menguji pengaruh capital adecuacy ratio (CAR),

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB III METODE PENELITIAN dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat

Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan Terhadap Modal Bank. 2. Kualitas Aset (Asset) Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan Terhadap Aktiva Produktif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut :

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Rencana Bisnis Bank Umum.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam berbagai alternatif investasi.

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut dunia usaha untuk terus selalu mengikuti perubahan-perubahan yang

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaannya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. sistematik yang bisa menggoyah stabilitas sistem keuangan. Kegagalan suatu bank

Lampiran 1. Profil Risiko Bank Mutiara tahun Penilaian Profil Risiko Bank Mutiara tahun 2011 Peringkat Risiko Peringkat Kualitas Profil Risiko

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Definisi operasional dalam acuan penelitian ini adalah :

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SETELAH MERGER (Studi Kasus: Bank UOB Indonesia)

2015 ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SETELAH MERGER BERD ASARKAN FORMULA CAMEL

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

METODOLOGI PENELITIAN Sejarah singkat dan Profile Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai dana yang kelebihan dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Masih terbayang dibenak kita aksi protes yang dilakukan salah satu nasabah

Maria Sibuea EB11 Pembimbing : Agustin Rusianasari, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Bank Negara Indonesia (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam segala sektor saat sekarang ini semakin ketat, tidak terkecuali dalam

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 PT Bank Lippo Tbk. LippoBank didirikan pada bulan Maret 1948. Menyusul merger dengan PT Bank Umum Asia, LippoBank mencatatkan sahamnya di bursa efek pada November 1989. Pemerintah Republik Indonesia menjadi pemegang saham mayoritas di LippoBank melalui program rekapitalisasi yang dilaksanakan pada 28 Mei 1999. Pada tanggal 30 September 2005, setelah memperoleh persetujuan Bank Indonesia, Khazanah Nasional Berhad mengakuisisi kepemilikan saham mayoritas di LippoBank. Sejak saat itu, LippoBank bergerak cepat untuk mendesain strategi pertumbuhan baru, yang dirancang untuk membawa LippoBank setara dengan bank kelas dunia. Sebagai salah satu pelopor layanan E-Banking di Indonesia, per Oktober 2008 LippoBank merupakan salah satu bank terkemuka di Indonesia dengan memiliki hampir 5.000 karyawan, yang menghadirkan produk dan layanan perbankan berkualitas melalui 408 kantor cabang dan 741 ATM untuk melayani nasabah di lebih dari 100 kota di seluruh Indonesia. 42

43 4.1.2 PT Bank Niaga Tbk. Bank Niaga didirikan pada 26 September 1955, dan per Oktober 2008 merupakan bank keenam terbesar di Indonesia berdasarkan aset, serta bank kedua terbesar dalam segmen Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dengan pangsa pasar sekitar 9-10%. Bumiputra-Commerce Holdings Berhad (BCHB) memegang kepemilikan mayoritas sejak 25 November 2002, yang kemudian dialihkan kepada CIMB Group, anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh BCHB, pada 16 Agustus 2007. Bank Niaga dikenal sebagai salah satu bank yang paling inovatif, yang memperkenalkan layanan ATM pada tahun 1987, dan menerapkan sistem perbankan on-line pada tahun 1991. Dengan lebih dari 6.000 karyawan, Bank Niaga menawarkan rangkaian lengkap produk dan jasa perbankan, baik konvensional maupun Syariah melalui 256 kantor cabang di 48 kota di Indonesia. Selama bertahun-tahun, Bank Niaga memiliki reputasi yang sangat baik dalam bidang pelayanan nasabah dan tata kelola perusahaan, serta telah melahirkan banyak bankir handal di Indonesia. Melalui jaringan kantor cabang dan ATM yang luas serta keberagaman jalur distribusi perbankan elektronik, Bank Niaga menghadirkan layanan perbankan yang dikemas sesuai selera nasabahnya. Berbagai penghargaan pernah diterima, diantaranya peringkat pertama untuk Performance Management and Training and Development pada ajang HR Excellence Award 2007, dinobatkan sebagai Bank Terbaik oleh Majalah Investor, serta predikat The Most Consistent

44 Bank in Service Excellence oleh Marketing Research Indonesia pada tahun 2006. Selama lima tahun berturut-turut sejak 2003-2007, Bank Niaga meraih penghargaan Laporan Tahunan Terbaik untuk kategori Perusahaan Swasta Keuangan Tercatat dalam Annual Report Award. 4.1.3 PT Bank CIMB Niaga Tbk. Bank CIMB Niaga berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun nilai-nilai inti dan profesionalisme di bidang perbankan. Sebagai hasilnya, Bank Niaga dikenal luas sebagai penyedia produk dan layanan berkualitas yang terpercaya. Di tahun 1987, Bank Niaga membedakan dirinya dari para pesaingnya di pasar domestik dengan menjadi yang pertama menawarkan nasabahnya layanan perbankan melalui mesin ATM di Indonesia. Pencapaian ini dikenal luas sebagai masuknya Indonesia ke dunia perbankan moderen. Kepemimpinan Bank dalam penerapan teknologi terkini semakin dikenal di tahun 1991 dengan menjadi yang pertama memberikan nasabahnya layanan perbankan online. Bank Niaga menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini Bursa Efek Indonesia/BEI) pada tahun 1989. Keputusan untuk menjadi perusahaan terbuka merupakan tonggak bersejarah bagi Bank dengan meningkatkan akses pendanaan yang lebih luas. Langkah ini menjadi katalis bagi pengembangan jaringan Bank diseluruh pelosok negeri.

45 Pemerintah Republik Indonesia selama beberapa waktu pernah menjadi pemegang saham mayoritas Bank CIMB Niaga saat terjadinya krisis keuangan di akhir tahun 1990-an. Pada bulan November 2002, Commerce Asset-Holding Berhad (CAHB), kini dikenal luas sebagai CIMB Group Holdings Berhad (CIMB Group Holdings), mengakuisisi saham mayoritas Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Di bulan Agustus 2007 seluruh kepemilikan saham berpindah tangan ke CIMB Group sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform universal banking. Dalam transaksi terpisah, Khazanah yang merupakan pemilik saham mayoritas CIMB Group Holdings mengakuisisi kepemilikan mayoritas LippoBank pada tanggal 30 September 2005. Seluruh kepemilikan saham ini berpindah tangan menjadi milik CIMB Group pada tanggal 28 Oktober 2008 sebagai bagian dari reorganisasi internal untuk mengkonsolidasi kegiatan seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform universal banking. Sebagai pemilik saham pengendali dari Bank Niaga (melalui CIMB Group) dan LippoBank, sejak tahun 2007 Khazanah memandang penggabungan (merger) sebagai suatu upaya yang harus ditempuh agar dapat mematuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penggabungan ini merupakan merger pertama di Indonesia terkait dengan kebijakan SPP. Pada bulan Mei 2008, nama Bank Niaga berubah menjadi Bank CIMB Niaga.

46 Kesepakatan Rencana Penggabungan Bank CIMB Niaga dan LippoBank telah ditanda-tangani pada bulan Juni 2008, yang dilanjutkan dengan Permohonan Persetujuan Rencana Penggabungan dari Bank Indonesia dan penerbitan Pemberitahuan Surat Persetujuan Penggabungan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di bulan Oktober 2008. LippoBank secara resmi bergabung ke dalam Bank CIMB Niaga pada tanggal 1 November 2008 (Legal Day 1 atau LD1) yang diikuti dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas. Bergabungnya LippoBank ke dalam Bank CIMB Niaga merupakan sebuah lompatan besar di sektor perbankan Asia Tenggara. Bank CIMB Niaga kini menawarkan nasabahnya layanan perbankan yang komprehensif di Indonesia dengan menggabungkan kekuatan di bidang perbankan ritel, UKM dan korporat dan juga layanan transaksi pembayaran. Penggabungan ini menjadikan Bank CIMB Niaga menjadi bank terbesar ke-5 dalam hal aktiva, pendanaan, kredit dan luasnya jaringan cabang. Dengan komitmennya pada integritas, ketekunan untuk menempatkan perhatian utama kepada nasabah dan semangat untuk terus unggul, Bank CIMB Niaga akan terus memanfaatkan seluruh daya yang dimilikinya untuk menciptakan sinergi dari penggabungan ini. Keseluruhannya merupakan nilai-nilai inti Bank CIMB Niaga dan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi bagi masa depan yang sangat menjanjikan.

47 4.2 Analisis CAMEL 4.2.1 Komponen Permodalan (Capital) Tabel 4.1 CAR Bank CIMB Niaga 2006 2007 2008 2009 Modal 10,711,054 10,282,336 12,395,314 11,605,575 Total ATMR 58,644,207 57,381,471 79,857,949 86,250,154 CAR 18.26% 17.92% 15.52% 13.46% Sumber : laporan keuangan Bank Lippo, Bank Niaga dan Bank CIMB Niaga yang telah diolah kembali oleh penulis. Rasio CAR diperoleh dari nilai modal dibagi dengan nilai aktiva tertimbang menurut risiko, dimana perhitungan modal dan aset tertimbang menurut risiko (ATMR) ini berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku. Ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku diatur oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, dimana dalam ketentuan ini disebutkan bahwa Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR). Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa rasio CAR Bank CIMB Niaga mengalami penurunan di tiap tahunnya baik sebelum melakukan merger maupun sesudah melakukan merger, namun nilai tersebut masih berada jauh di atas batas minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8%. Penurunan rasio CAR pada tahun 2008 dan 2009 disebabkan oleh penurunan modal dan juga peningkatan aktiva tertimbang menurut risiko

48 sebesar 8% menjadi Rp 79,86 triliun di tahun 2008 dan menjadi Rp 86,25 triliun di tahun 2009. Tabel 4.2 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Permodalan (Capital) Peringkat Keterangan 1 dan 2 Rasio KPMM lebih tinggi signifikan dibandingkan dengan Rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan. 3 Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal dibandingkan dengan Rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan (8% KPMM 9%). 4 Rasio KPMM dibawah ketentuan yang berlaku. 5 Rasio KPMM dibawah ketentuan yang berlaku dan Bank cenderung menjadi tidak solvable. Sumber : Bank Indonesia Rasio CAR Bank CIMB Niaga pada tahun 2006 berada pada posisi 18.26%, yang berarti rasio CAR pada tahun 2006 berada di antara peringkat 1 dan peringkat 2. Begitu pula dengan rasio CAR pada tahun 2007, meskipun mengalami penurunan sebesar 0.34% sehingga berada pada nilai 17.92%, tetapi tidak berdampak pada peringkat rasio CAR Bank CIMB Niaga. Di tahun 2008, CAR Bank CIMB Niaga kembali mengalami penurunan, sebesar 2.4% menjadi 15.52%. Sementara peringkat CAR Bank CIMB Niaga masih berada pada kisaran peringkat 1 dan 2. Pada tahun 2009, rasio CAR kembali mengalami penurunan menjadi 13.46%, titik terendah selama 4 tahun terakhir. Akan tetapi, nilai ini masih jauh berada di atas ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Peringkat rasio CAR Bank CIMB Niaga pada tahun 2009 berada pada kisaran peringkat 1 dan 2.

49 4.2.2 Komponen Kualitas Aset (Asset Quality) Tabel 4.3 Rasio Tingkat Kecukupan Pembentukan PPAP Bank CIMB Niaga 2006 2007 2008 2009 PPAP yang telah dibentuk 1,361,238 1,740,978 1,417,850 3,434,734 PPAP yang wajib dibentuk 1,074,026 1,449,925 1,070,882 3,079,732 Tingkat Kecukupan Pembentukan PPAP 126.74% 120.07% 132.40% 111.53% Sumber : laporan keuangan Bank Lippo, Bank Niaga dan Bank CIMB Niaga yang telah diolah kembali oleh penulis. Rasio tingkat kecukupan pembentukan PPAP diperoleh dari hasil pembagian PPAP yang telah dibentuk dengan PPAP yang wajib dibentuk. Perhitungan PPAP berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang PPAP yang berlaku. Rasio tingkat kecukupan PPAP Bank CIMB Niaga pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 6.67% dikarenakan kenaikan PPAP yang telah dibentuk dan PPAP yang wajib dibentuk yang cukup signifikan. Pada tahun 2008, rasio tingkat kecukupan PPAP Bank CIMB Niaga mengalami peningkatan sebesar 12.33% yang disebabkan oleh penurunan PPAP yang telah dibentuk dan penurunan PPAP yang wajib dibentuk. Pada tahun 2009 rasio tingkat kecukupan pembentukan PPAP kembali mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 20.87% yang disebabkan oleh peningkatan yang cukup signifikan dari PPAP yang telah dibentuk dan PPAP yang wajib dibentuk.

50 Tabel 4.4 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Kualitas Aset (Asset Quality) Tingkat Kecukupan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Peringkat Keterangan 1 dan 2 PPAP yang dibentuk lebih tinggi dari PPAP yang wajib dibentuk. PPAP yang dibentuk relaof sama atau rasio berkisar antara 100% sampai 3 dengan 105%. 4 PPAP yang dibentuk lebih kecil dari PPAP yang wajib dibentuk. PPAP yang dibentuk secara signifikan lebih kecil dibandingkan dengan PPAP 5 yang wajib dibentuk. Sumber : Bank Indonesia Rasio tingkat kecukupan PPAP Bank CIMB Niaga pada tahun 2006 berada pada kisaran peringkat 1 dan 2 dengan nilai 126.74%. Pada tahun 2007 rasio tingkat kecukupan PPAP Bank CIMB Niaga turun sebesar 6.67% menjadi 120.07%, tetapi masih berada pada kisaran peringkat yang sama, yaitu peringkat 1 dan 2. Tahun 2008 rasio tingkat kecukupan PPAP Bank CIMB Meningkat sebesar 12.3%, sementara peringkat rasio ini tetap berada pada kisaran peringkat 1 dan 2. Di tahun 2009, rasio ini mengalami penurunan sebesar 20.87%, akan tetapi tidak berdampak pada penurunan peringkat rasio tingkat kecukupan PPAP Bank CIMB Niaga yang masih tetap berada pada kisaran peringkat 1 dan 2.

51 4.2.3 Komponen Manajemen (Management) Komponen manajemen diwakili oleh indikator manajemen umum mengenai penerapan Good Corporate Governance (GCG). Praktek GCG telah dilakukan oleh Bank CIMB Niaga baik sebelum maupun sesudah merger. Bank CIMB Niaga selalu berupaya untuk menciptakan budaya Bank yang menjunjung tinggi integritas, kualitas layanan dan prudential banking. Budaya itu diterapkan melalui proses internalisasi ke dalam sistem dan prosedur serta pembentukan perilaku yang sesuai. Dengan pendekatan tersebut, budaya Bank CIMB Niaga selalu tertulis dalam kebijakan dan prosedur juga menjadi suatu disiplin (soft skills) yang dipraktikkan oleh Dewan Komisaris, Direksi dan karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari. Penerapan GCG merupakan proses jangka panjang yang memberikan hasil berupa sustainable value. Aktualisasi GCG sebagai budaya dilakukan melalui proses intern yang melibatkan Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat Senior, karyawan pimpinan dan seluruh karyawan. Interaksi tersebut membentuk budaya kinerja yang positif dan memberikan keunggulan bersaing Bank CIMB Niaga. Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan dan memberikan saran terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi. Dalam memenuhi tugas dan tanggung jawab itu, Dewan Komisaris wajib bertindak secara independen.

52 Ketentuan Bank Indonesia mengenai Good Corporate Governance (GCG) menyatakan bahwa jumlah anggota Dewan Komisaris paling kurang 3 orang dan paling banyak sama dengan jumlah anggota Direksi. Paling kurang satu orang anggota Dewan Komisaris harus berdomisili di Indonesia dan paling kurang 50% dari jumlah anggota Dewan Komisaris yang merupakan Komisaris Independen. Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia tentang Tenaga Kerja Asing, maksimal 50% dari anggota Dewan Komisaris boleh dari warga negara asing. Bank telah memenuhi ketentuan tersebut dengan pertimbangan 3 orang anggota Dewan Komisaris berdomisili di Indonesia dan 3 orang merupakan Komisaris Independen. Selain itu 50% dari anggota Dewan Komisaris adalah warga negara Indonesia. Guna membantu pelaksanaan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, Dewan Komisaris membentuk beberapa Komite sesuai kebutuhan dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Komite-komite di tingkat Dewan Komisaris terdiri dari komite audit, komite pemantau risiko, dan komite nominasi dan remunerasi. Dalam Annual Report Bank CIMB Niaga, dapat kita lihat bahwa Bank CIMB Niaga telah menerappkan prinsip GCG sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Laporan mengenai GCG diungkapkan secara transparan dan diinformasikan kepada publik secara konsisten dalam annual report mereka. Bank CIMB Niaga secara berkesinambungan telah melaksanakan edukasi kepada nasabah mengenai kegiatan operasional maupun produk dan jasa Bank

53 yang dapat dilihat secara detail dalam Annual Report. Edukasi ini bertujuan untuk menghindari timbulnya informasi yang menyesatkan dan merugikan nasabah. Tabel 4.5 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Manajemen(Management) untuk Manajemen Umum Peringkat Keterangan 1 dan 2 Penerapan manajemen umum dilaksanakan dengan baik dan konsisten. 3 Penerapan manajemen umum dilaksanakan dengan cukup baik dan cukup konsisten namun terdapat kelemahan minor. 4 Penerapan manajemen umum dilaksanakan dengan kurang baik dan kurang konsisten. 5 Penerapan manajemen umum dilaksanakan dengan tidak baik dan tidak konsisten. Sumber : Bank Indonesia Dilihat dari tabel 4.5 di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja manajemen umum Bank CIMB Niaga baik sebelum maupun sesudah melakukan merger berada pada kisaran peringkat 1 dan 2, ditinjau dari matriks kriteria penetapan peringkat komponen manajemen. Bank CIMB Niaga telah menerapkan prinsip manajemen umum secara baik dan konsisten dari tahun ke tahun. Hal ini tercermin dalam annual report mereka yang mengungkapkan secara jelas mengenai kinerja manajemen umum perusahaan.

54 4.2.4 Komponen Rentabilitas (Earnings) 4.2.4.1 Return on Asset (ROA) Tabel 4.6 Rasio ROA Bank CIMB Niaga 2006 2007 2008 2009 Laba sebelum pajak 1,511,484 2,084,023 1,084,203 2,165,587 Rata-rata total aset 79,902,128 93,847,745 103,197,574 107,104,274 ROA 1.89% 2.22% 1.05% 2.02% Sumber : laporan keuangan Bank Lippo, Bank Niaga dan Bank CIMB Niaga yang telah diolah kembali oleh penulis. Rasio ROA diperoleh dari hasil pembagian antara laba sebelum pajak disetahunkan dengan rata-rata total aset. Pada tahun 2008, nilai laba setelah pajak Bank CIMB Niaga mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 47.98%, hal ini dikarenakan keadaaan perekonomian dunia yang mengalami krisis serta adanya biayabiaya yang dikeluarkan untuk proses merger. Pada tahun 2009 seiring dengan keadaan perekonomian dunia yang semakin membaik pasca terjadinya krisis di tahun 2008, laba sebelum pajak Bank CIMB Niaga mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 99.74%.

55 Tabel 4.7 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas (Earnings) Return on Asset (ROA) Peringkat Keterangan 1 dan 2 Perolehan laba tinggi. 3 Perolehan laba cukup tinggi atau rasio ROA berkisar antara 0.5% sampai dengan 1.25%. 4 Perolehan laba Bank rendah/cenderung mengalami kerugian (ROA mengarah negatif). 5 Bank mengalami kerugian yang besar (ROA negatif). Sumber : Bank Indonesia Rasio ROA Bank CIMB Niaga pada tahun 2006 dan 2007, tahun dimana mereka belum melakukan merger, berada pada kisaran peringkat 1 dan 2, berdasarkan matriks kriteria penetapan peringkat komponen rentabilitas karena rasio ROA berada di atas 1,25%. Pada tahun 2008, tahun dimana mereka melakukan merger, rasio ROA mengalami penurunan sebesar 1.17%. Hal ini mengakibatkan peringkat ROA Bank CIMB Niaga turun menjadi berada pada peringkat ke 3. Sedangkan rasio ROA Bank CIMB Niaga pada tahun 2009, mengalami kenaikan sebesar 0.97%, yang berdampak pada kenaikan peringkat ROA Bank CIMB Niaga kembali berada pada kisaran peringkat 1 dan 2.

56 4.2.4.2 Return on Equity (ROE) Tabel 4.8 Rasio ROE Bank CIMB Niaga Sumber : laporan keuangan Bank Lippo, Bank Niaga dan Bank CIMB Niaga yang telah diolah kembali oleh penulis. Rasio ROE diperoleh dari nilai laba setelah pajak dibagi dengan rata-rata modal inti. Perhitungan modal inti berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia tentang KPMM yang berlaku. 2006 2007 2008 2009 Laba setelah pajak 1,154,661 1,510,527 683,072 1,575,328 Rata-rata ekuitas 8,138,861 9,081,875 9,302,467 11,210,407 ROE 14.19% 16.63% 7.34% 14.05% Nilai ROE Bank CIMB Niaga setelah melakukan merger mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 9.29%. Hal ini disebabkan oleh penurunan laba setelah pajak yang diakibatkan oleh adanya beban penggabungan usaha sebesar Rp 315,903 Milyar. Sedangkan pada tahun 2009 rasio ROE Bank CIMB meningkat sebesar 6.71% menjadi 14.05%, hal ini disebabkan oleh peningkatan laba setelah pajak yang cukup signifikan yaitu sebesar 130.62%.

57 Tabel 4.9 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas (Earnings) Return on Equity (ROE) Peringkat Keterangan 1 dan 2 Perolehan laba tinggi. 3 Perolehan laba cukup tinggi atau rasio ROE berkisar antara 5% sampai dengan 12.5%. 4 Perolehan laba Bank rendah/cenderung mengalami kerugian (ROE mengarah negatif). 5 Bank mengalami kerugian yang besar (ROE negatif). Sumber : Bank Indonesia Pada tahun 2006 dan 2007 rasio ROE Bank CIMB Niaga berada pada kisaran peringkat 1 sampai dengan peringkat 2, jika ditinjau dari matriks kriteria penetapan peringkat komponen rentabilitas. Pada tahun 2008 rasio ROE Bank CIMB Niaga turun menjadi berada di peringkat ketiga dengan nilai 7.34% yang berada dalam rentang nilai 5% hingga 12.5%. Rasio ROE Bank CIMB Niaga pada tahun 2009 kembali meningkat menjadi 14.05%, hal ini mengakibatkan meningkatnya peringkat ROE Bank CIMB Niaga dari peringkat 3 menjadi kembali berada pada kisaran peringkat 1 dan 2. Rasio ROE Bank CIMB Niaga sesaat sesudah melakukan merger yaitu pada tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup signifikan, akan tetapi pada tahun 2009 rasio tersebut kembali meningkat dan mengembalikan posisinya pada kisaran peringkat 1 dan 2.

58 4.2.4.3 Net Interest Margin (NIM) Tabel 4.10 Rasio NIM Bank CIMB Niaga 2006 2007 2008 2009 Pendapatan bunga bersih 3,859,198 4,309,498 4,798,397 6,150,050 Aktiva produktif 68,176,183 82,116,377 92,215,402 95,457,817 NIM 5.66% 5.25% 5.20% 6.44% Sumber : laporan keuangan Bank Lippo, Bank Niaga dan Bank CIMB Niaga yang telah diolah kembali oleh penulis. Rasio NIM diperoleh dari nilai pendapatan bunga bersih dibagi dengan nilai aktiva produktif. Nilai pendapatan bunga bersih diperoleh dengan cara mengurangkan pendapatan bunga dengan beban bunga. Sedangkan nilai aktiva produktif terdiri dari beberapa komponen, antara lain: giro pada Bank lain, penempatan pada Bank lain dan Bank Indonesia, efek-efek, efek yang dibeli dengan janji dijual kembali, tagihan derivatif, kredit yang diberikan, tagihan akseptasi, Obligasi Pemerintah Republik Indonesia, dan penyertaan saham. Pada tahun 2006-2008, rasio NIM Bank CIMB Niaga mengalami penurunan di tiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan aktiva produktif yang cukup signifikan tetapi tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan bunga bersih yang cukup signifikan. Pada tahun 2009 rasio NIM Bank CIMB Niaga meningkat menjadi 6.44% yang disebabkan oleh peningkatan pendapatan bunga bersih dan aktiva produktif yang cukup signifikan.

59 Tabel 4.11 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas (Earnings) Net Interest Margin (NIM) Peringkat Keterangan 1 dan 2 Marjin bunga bersih tinggi. 3 Marjin bunga bersih cukup tinggi atau rasio NIM berkisar antara 1.5% sampai dengan 2%. 4 Marjin bunga bersih rendah mengarah ke negatif. 5 Marjin bunga bersih sangat rendah/negatif. Sumber : Bank Indonesia Pada tahun 2006, rasio NIM Bank CIMB Niaga berada pada posisi 5.66%, nilai ini menempatkan rasio NIM Bank CIMB Niaga pada kisaran peringkat 1 dan 2. Tahun 2007, rasio NIM Bank CIMB Niaga turun sebesar 0.41%, akan tetapi penurunan ini tidak berdampak pada penurunan peringkat rasio NIM Bank CIMB Niaga yang tetap berada pada kisaran peringkat 1 dan 2. Pada tahun 2008, rasio NIM Bank CIMB Niaga kembali mengalami penurunan sebesar 0.05%. Rasio NIM Bank CIMB Niaga pada tahun 2008 tetap berada pada kisaran peringkat 1 dan 2. Pada tahun 2009 rasio NIM Bank CIMB Niaga meningkat sebesar 1.24% menjadi 6.44%, sementara peringkat rasio NIM Bank CIMB Niaga tetap berada pada kisaran peringkat 1 dan 2.

60 4.2.4.4 Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) Tabel 4.12 Rasio BOPO Bank CIMB Niaga 2006 2007 2008 2009 Biaya operasional 7,607,706 7,713,418 9,957,469 10,617,201 Pendapatan operasional 9,388,108 9,887,300 11,281,912 12,827,163 BOPO 81.04% 78.01% 88.26% 82.77% Sumber : laporan keuangan Bank Lippo, Bank Niaga dan Bank CIMB Niaga yang telah diolah kembali oleh penulis. Rasio BOPO diperoleh dari hasil pembagian antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Total biaya operasional diperoleh dari hasil penjumlahan antara beban bunga dengan beban operasional lainnya. Sedangkan total pendapatan operasional diperoleh dari hasil penjumlahan antara pendapatan bunga dengan pendapatan operasional lainnya. Rasio BOPO pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 3.03% yang disebabkan oleh peningkatan beban operasional sebesar Rp 105,712 juta dan peningkatan pendapatan operasional sebesar Rp 499,192 juta. Rasio BOPO pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 10.25% yang disebabkan oleh peningkatan beban operasional sebesar Rp 2,244,051 juta dan peningkatan pendapatan operasional sebesar Rp 1,394,612 juta. Rasio BOPO pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 5.49% yang disebabkan oleh peningkatan beban operasional sebesar Rp 659,732 juta dan peningkatan pendapatan operasional sebesar Rp 1,545,251 juta.

61 Tabel 4.13 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas (Earnings) Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) Peringkat Keterangan 1 dan 2 Tingkat efisiensi baik. Tingkat efisiensi cukup baik atau BOPO berkisar antara 94% 3 sampai dengan 96%. 4 Tingkat efisiensi buruk. 5 Tingkat efisiensi sangat buruk. Sumber : Bank Indonesia Kinerja BOPO Bank Niaga tidak mengalami perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah melakukan merger. Rasio BOPO pada tahun 2006 berada pada kisaran peringkat 1 dan 2 dengan nilai 81.04%, yang berarti bahwa tingkat efisiensi dari rasio BOPO Bank CIMB Niaga baik. Pada tahun 2007 rasio BOPO Bank CIMB Niaga naik sebesar 3.03% menjadi 78.01%, akan tetapi peningkatan nilai ini tidak berdampak pada peningkatan peringkat BOPO yang tetap berada pada kisaran peringkat 1 dan 2. Pada tahun 2008 rasio BOPO menurun sebesar 10.25% menjadi 88.26%, sementara peringkat BOPO Bank CIMB Niaga tetap berada pada kisaran peringkat 1 dan 2. Pada tahun 2009, rasio BOPO Bank CIMB Niaga meningkat sebesar 5.49% menjadi 82.77%, dan tetap berada pada kisaran peringkat 1 dan 2.

62 4.2.5 Komponen Likuiditas (Liquidity) Tabel 4.14 Rasio LDR Bank CIMB Niaga 2006 2007 2008 2009 Total kredit 45,025,602 59,980,350 74,405,569 82,833,022 Total dana pihak ketiga 65,836,665 75,504,905 84,051,318 86,248,689 LDR 68.39% 79.44% 88.52% 96.04% Sumber : laporan keuangan Bank Lippo, Bank Niaga dan Bank CIMB Niaga yang telah diolah kembali oleh penulis. Rasio ini memperhitungkan nilai kredit dibagi dengan dana pihak ketiga, dimana nilai kredit yang dimaksud adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada Bank lain) dan nilai dana pihak ketiga mencakup giro tabungan dan deposito (tidak termasuk antar Bank). Total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga oleh Bank CIMB Niaga mengalami peningkatan sebesar 33.21% pada tahun 2007, diikuti dengan kenaikan sebesar 24.05% pada tahun 2008, dan sebesar 11.33% pada tahun 2009. Total dana pihak ketiga mengalami peningkatan sebesar 14.69% pada tahun 2007, dan mengalami peningkatan sebesar 11.32% pada tahun 2008 dan sebesar 2.61% pada tahun 2009.

63 Tabel 4.15 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Likuiditas (Liquidity) Loan to Deposit Ratio (LDR) Peringkat Keterangan 1 50%<Rasio 75% 2 75%<Rasio 85% 3 85%<Rasio 100% atau Rasio 50% 4 100%<Rasio 120% 5 Rasio>120% Sumber : Bank Indonesia Kinerja likuiditas Bank CIMB Niaga sesudah merger mengalami penurunan dibandingkan dengan sebelum merger. Pada tahun 2006 peringkat komponen likuiditas Bank CIMB Niaga berada pada peringkat 1 jika ditinjau dari matriks kriteria penetapan peringkat komponen likuiditas, karena nilai LDR berada pada range 50%<rasio 75%, yaitu 68.39%. Pada tahun 2007 peringkat komponen likuiditas Bank CIMB Niaga berada pada peringkat 2 jika ditinjau dari matriks kriteria penetapan peringkat komponen likuiditas, karena nilai LDR berada pada range 75%<rasio 85%, yaitu 79.44%. Pada tahun 2007 peringkat komponen likuiditas Bank CIMB Niaga berada pada peringkat 3 jika ditinjau dari matriks kriteria penetapan peringkat komponen likuiditas, karena nilai LDR berada pada range 85%<rasio 100%, yaitu 88.52%. Sedangkan pada tahun 2009, kinerja likuiditas Bank CIMB Niaga kembali mengalami penurunan menjadi 96.04%, namun tetap berada pada peringkat yang sama, yaitu pada peringkat 3.

64 4.3 Pembahasan CAMEL 4.3.1 Komponen Permodalan (Capital) Komponen permodalan yang diwakili oleh rasio CAR menunjukkan bahwa terjadi penurunan rasio di tiap tahunnya, baik sebelum melakukan merger maupun sesudah melakukan merger. Hal ini disebabkan oleh penurunan modal dan juga peningkatan aktiva tertimbang menurut risiko yang diatur oleh Bank Indonesia. Rasio CAR menunjukkan bahwa komponen permodalan Bank CIMB Niaga mengalami penurunan setelah melakukan merger. 4.3.2 Komponen Kualitas Aset (Asset Quality) Komponen kualitas asset diwakili oleh rasio tingkat kecukupan pembentukan PPAP. Rasio ini mengalami penurunan pada tahun 2007, peningkatan pada tahun 2008, dan kembali menurun pada tahun 2009. Dapat disimpulkan bahwa kinerja kualitas aset Bank CIMB Niaga mengalami peningkatan setelah melakukan merger. 4.3.3 Komponen Manajemen (Management) Komponen manajemen yang diwakili oleh indikator manajemen umum mengenai penerapan GCG pada perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan telah menerapkan prinsip manajemen umum secara konsisten dan baik. Hal ini telah ditunjukkan perusahaan mulai dari sebelum melakukan merger hingga

65 sesudah melakukan merger. Penerapan prinsip manajemen ini disesuaikan menurut peraturan yang berlaku dan terus ditingkatkan dari tahun ke tahun. 4.3.4 Komponen Rentabilitas (Earnings) Komponen rentabilitas diwakili oleh rasio ROA, ROE, NIM dan BOPO. Rasio ROA mengalami penurunan pada tahun terjadinya merger dibandingkan dengan tahun sebelum melakukan merger akan tetapi, rasio ROA kembali meningkat pada tahun 2009. Dapat disimpulkan bahwa rasio ROA mengalami peningkatan setelah melakukan merger. Rasio ROE juga mengalami penurunan pada tahun 2008 yang merupakan tahun terjadinya proses merger, namun rasio ini kembali meningkat pada tahun 2009. Dapat disimpulkan bahwa rasio ROE mengalami peningkatan setelah melakukan merger. Rasio NIM mengalami penurunan pada tahun 2007 dan 2008, satu tahun sebelum melakukan merger dan tahun dimana terjadi proses merger. Akan tetapi kembali meningkat pada tahun 2009, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja rasio NIM mengalami peningkatan setelah melakukan merger. Rasio BOPO pada tahun 2007 mengalami peningkatan dan menurun pada tahun 2008, sementara pada tahun 2009 kembali meningkat. Rasio BOPO mengalami peningkatan setelah melakukan merger.

66 Jika ditinjau dari komponen rentabilitas secara menyeluruh, maka dapat dilihat bahwa kinerja rentabilitas Bank CIMB Niaga mengalami peningkatan setelah melakukan merger. 4.3.5 Komponen Likuiditas (Liquidity) Komponen likuiditas yang diwakili oleh rasio LDR mengalami penurunan di tiap tahunnya, baik sebelum melakukan merger maupun sesudah melakukan merger. Namun penurunan ini masih berada pada tingkat yang aman. Dapat disimpulkan bahwa kinerja likuiditas Bank CIMB Niaga setelah melakukan merger mengalami penurunan.