KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

ITERASI TIGA LANGKAH PADA PEMETAAN ASIMTOTIK NON- EKSPANSIF

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

Keterbatasan Lokal Suatu Operator Superposisi Pada Ruang Barisan Real. Lina Nurhayati, Universitas Sanggabuana

Ekuivalensi Norm-n dalam Ruang R d

Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga

REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA

VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

HUBUNGAN LIMIT FUNGSI DAN LIMIT BARISAN PADA TOPOLOGI REAL

KAJIAN KONSEP RUANG NORMA-2 DENGAN DOMAIN PEMETAAN BERUPA RUANG BERDIMENSI HINGGA

Konvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3 No. 2, KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE. Yogyakarta

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional

ANALISIS KEKONVERGENAN PADA BARISAN FUNGSI

KEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga SIFAT JARAK PADA RUANG METRIK SKRIPSI SITI MAISYAROH

SUATU KAJIAN TITIK TETAP PEMETAAN k-pseudononspreading SEJATI DI RUANG HILBERT

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT. ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1

Volume 9 Nomor 2 Desember 2015

ANALISIS REAL 2 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI-

Integral Baire-1 Stieltjes, Henstock-Stieltjes dan Riemann-Stieltjes. The Stieltjes Integrals of Baire-1, Henstock and Riemann

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach

II. TINJAUAN PUSATAKA

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri

OPERATOR SELF ADJOINT PADA RUANG HILBERT

BEBERAPA TEOREMA TITIK TETAP UNTUK PEMETAAN NONSELF. Kata kunci : pemetaan nonexpansive, pemetaan condensing, pemetaan kompak.

TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

KESTABILAN PERSAMAAN FUNGSIONAL JENSEN.

Aljabar Linear Elementer

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

KONVERGENSI DAN KELENGKAPAN PADA RUANG QUASI METRIK

MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

Sifat-sifat Ruang Banach

ABSTRAK 1 PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN 2. METODE PENELITIAN 3. HASIL DAN PEMBAHASAN. Abstrak

FUNGSI COMPUTABLE. Abstrak

Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass

EKSISTENSI SUPREMUM DAN INFIMUM DENGAN TEOREMA CANTOR DEDEKIND. Nursiya Bito. Staf Dosen Jurusan Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo

Teorema Titik Tetap Pada Ruang Ultrametrik Diskrit

II. LANDASAN TEORI ( ) =

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISA KETUNGGALAN TITIK TETAP PADA PEMETAAN KONTRAKTIF DI RUANG METRIK LENGKAP DENGAN MEMANFAATKAN JARAK-W

PENGANTAR ANALISIS REAL

MA3231 Analisis Real

SYARAT SYARAT FUNGSI DI RUANG METRIK AGAR RUANG METRIKNYA MEMILIKI ATSUJI COMPLETION

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG ULTRAMETRIK DISKRIT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TEOREMA TITIK TETAP DI RUANG BARISAN p-summable DALAM NORM-n

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

Muhafzan FUNGSI KONTINU. Muhafzan, Ph.D

PEMETAAN KONTRAKTIF LEMAH MULTIVALUED DI RUANG METRIK PARSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BIMODUL-C* HILBERT. Oleh: Raden Muhammad Hadi. Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia

KAJIAN OPERATOR ACCRETIVE DAN SIFAT KETERBATASAN PADA RUANG HILBERT

Kekontraktifan Pemetaan pada Ruang Metrik Kerucut

BAB III FUNGSI UJI DAN DISTRIBUSI

SIFAT-SIFAT FUNGSI KONVEKS YANG TIDAK DAPAT DIGENERALISASI MENJADI SIFAT-SIFAT FUNGSI KUASIKONVEKS

0. Diperoleh bahwa: Selanjutnya dibuktikan tertutup terhadap perkalian skalar:

REDUNDANSI FRAME DAN PENGARUHNYA PADA DEKOMPOSISI FUNGSI DI RUANG HILBERT

KEKUATAN KONVERGENSI DALAM PROBABILITAS DAN KONVERGENSI ALMOST SURELY

SIFAT-SIFAT PEMETAAN BILINEAR

TOPOLOGI RUANG LINEAR

EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB

PEMETAAN KONTRAKSI CIRIC-MATKOWSKI PADA RUANG METRIK TERURUT. Mariatul Kiftiah

16. BARISAN FUNGSI Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

Eksistensi Dan Ketunggalan Titik Tetap Untuk Pemetaan Kontraktif Pada Ruang Metrik-G Komplit

TEORI DILASI DALAM RUANG HILBERT DAN RUANG BANACH

ISSN: X 35 SEMI HASIL KALI DALAM ATAS DAN BAWAH

SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR. Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo. Abstrak

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1-2 ISSN SIFAT-SIFAT RUANG HASIL KALI DALAM-n KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real

Transkripsi:

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT Moch. Ramadhan Mubarak 1), Encum Sumiaty 2), Cece Kustiawan 3) 1), 2), 3) Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI *Surel: ramadhan.101110176@gmail.com ABSTRAK. Penelitian ini mengkaji mengenai kekonvergenan lemah pada ruang Hilbert atas lapangan real. Kekonvergenan lemah termotivasi oleh kekonvergenan kuat sehingga terdapat beberapa sifat dari kekonvergenan kuat yang berlaku pada kekonvergenan lemah seperti ketunggalan limit, kelinearan limit, dan keterbatasan suatu barisan. Keterkaitan antara konvergen kuat dan lemah mengakibatkan terdapat pendefinisian dan sifatsifat dari barisan Cauchy lemah dan himpunan kompak secara barisan dan secara lemah. Di akhir pembahasan dibicarakan mengenai keberlakuan Teorema Bolzano-Weierstrass pada ruang Hilbert. Kata kunci: Ruang Hilbert, konvergen kuat, konvergen lemah, himpunan kompak secara barisan dan secara lemah, teorema Bolzano-Weiertrass. ABSTRACT. This study discusses the weak of convergence in Hilbert space over the real field. The weak of convergence is motivated by a strong convergence as a result that there are some properties of the strong convergence which is applicable in the weak of convergence such as uniqueness of limit, linearity of limit, and boundedness of a sequence. The relationship between strong and weak convergent implies that there are the definition and properties of weak Cauchy sequence and weakly compact set. In the end of the discussion discussed about the generalize of Bolzano- Weierstrass theorem in Hilbert space. Keywords: Hilbert Space, strong convergence, weak convergence, weakly compact set, Bolzano-Weierstrass Theorem. 1. PENDAHULUAN Ruang Hilbert yang dilengkapi dengan merupakan ruang vektor bernorma. Pada ruang Hilbert dapat didefinisikan dua topologi, topologi norma atau topologi kuat dan topologi lemah. Topologi lemah lebih lemah dari topologi kuat [1]. Kekonvergenan pada topologi kuat atau konvergen secara kuat memiliki beberapa sifat, diantaranya sifat ketunggalan limit, keterbatasan barisannya, 1 E u r e k a M a t i k a, V o l. 5, N o. 2, 2 0 1 7

kelinearan dan sebagainya [2]. Dari uraian tersebut, dibahas sifat-sifat kekonvergenan pada topologi lemah. Teorema Bolzano-Weierstrass menyatakan bahwa setiap barisan real terbatas memiliki subbarisan yang konvergen secara kuat. Teorema tersebut berlaku untuk setiap ruang berdimensi hingga yang dilengkapi dengan hasil kali dalam. Contohnya R. Namun, teorema tersebut tidak berlaku untuk sebarang ruang berdimensi takhingga. Diberikan suatu ruang Hilbert. Misalkan { } adalah barisan ortonormal di dan adalah sebarang subbarisan dari { }. Perhatikan bahwa = 1 dan =, = + = 1 + 1 = 2. Akibatnya bukan barisan Cauchy. Perhatikan bahwa adalah barisan di dan lengkap. Dengan demikian Teorema Bolzano-Weierstrass tidak berlaku pada ruang Hilbert. Lalu, bagaimana keberlakuan Teorema Bolzano- Weierstrass pada ruang Hilbert jika pendefinisian kekonvergenannya pada topologi lemah?. 2. KEKONVERGENAN LEMAH Diberikan sebuah ruang Hilbert maka perhatikan bahwa untuk setiap dan untuk barisan ortonormal { } berlaku ketaksamaan Bessel, [2]. Akibatnya lim, = 0 =, untuk setiap. Berdasarkan hal tersebut, berikut ini adalah definisi dari kekonvergenan lemah pada ruang Hilbert. Definisi 2.1 Sebuah barisan { } di ruang Hilbert dikatakan konvergen secara lemah ke jika lim, =, untuk setiap. Ditulis dengan notasi. Contoh 2.2 Misalkan { } barisan ortonormal di ruang Hilbert. Berdasarkan ketaksamaan Bessel, untuk setiap berlaku,. Dengan demikian, untuk setiap,,. Akibatnya, untuk setiap, lim, = 0,. Berdasarkan definisi Definisi 2.3 Sebuah elemen dikatakan limit lemah dari sebuah himpunan jika, adalah titik limit dari, untuk setiap. Definisi 2.4 Sebuah himpunan dikatakan tertutup lemah jika memuat semua limit lemahnya. 2 E u r e k a M a t i k a, V o l. 5, N o. 2, 2 0 1 7

Selanjutnya akan disajikan beberapa teorema mengenai sifat kekonvergenan lemah. Teorema-teorema tersebut menggunakan kelinearan dari ruang hasil kali dalam [2] dan kelinearan dari limit. Teorema 2.5 Jika suatu barisan di ruang Hilbert konvergen secara lemah, maka limit lemahnya tunggal. Diberikan sebuah ruang Hilbert. Misalkan { } adalah barisan di ruang Hilbert yang konvergen secara lemah. Andaikan limit lemah dari { misalkan dan. Selanjutnya berdasarkan Definisi 2.1, Sehingga diperoleh Dari persamaan diatas diperoleh, = lim, =,., =,., = 0 =,. Akibatnya, =. Jadi limit lemah dari { } tunggal. } tidak tunggal, Teorema 2.6 Misalkan { } dan { } adalah barisan di ruang Hilbert. Jika dan maka + + untuk setiap skalar,. Teorema 2.7 Misalkan { } adalah barisan yang konvergen secara lemah ke di ruang Hilbert, maka setiap subbarisan dari { } konvergen secara lemah ke. Teorema 2.8 Misalkan { } adalah barisan yang konvergen secara lemah yang konvergen ke di ruang Hilbert, maka barisan { } terbatas. 3. KETERKAITAN KONVERGEN KUAT DAN LEMAH Sebagaimana telah di singgung di muka, topologi lemah lebih lemah dari topologi kuat, artinya semua himpunan buka yang didefinisikan pada topologi lemah juga termuat pada topologi kuat, namun tidak sebaliknya. Oleh karena itu timbul dugaan adanya keterkaitan antara konvergen kuat dan konvergen lemah. Teorema 3.1 Jika { } konvergen ke, maka { } konvergen secara lemah ke. 3 E u r e k a M a t i k a, V o l. 5, N o. 2, 2 0 1 7

Perhatikan bahwa, artinya 0 Dengan demikian,,, =, 0 untuk Maka diperoleh bahwa,,. Berdasarkan definisi kekonvergenan lemah, maka. Jika Teorema 3.1 menyatakan konvergen kuat selalu mengakibatkan konvergen lemah, namun tidak sebaliknya. Perhatikan contoh berikut. Contoh 3.2 Diberikan { } adalah barisan ortonormal di ruang Hilbert. Contoh 2.2 menunjukan bahwa. Karena { } adalah barisan ortonormal di dan = 1 akibatnya { } tidak konvergen secara kuat ke. Selanjutnya, diberikan beberapa teorema yang menunjukan keterkaitan konvergenan lemah dan kuat. Teorema 3.3 Misalkan { } adalah barisan di ruang Hilbert yang konvergen secara lemah ke dan konvergen secara kuat ke, maka { } konvergen secara kuat ke. Perhatikan bahwa =, =,, + Selanjutnya, karena, maka lim, =,. Dan karena. Sehingga diperoleh lim = lim ( + ) = + = 0 Akibatnya,. Teorema 3.4 Misalkan { } suatu barisan di ruang Hilbert yang konvergen secara lemah ke. Jika berdimensi hingga, maka barisan { } konvergen secara kuat ke. Lemma 3.5 Misalkan { } adalah barisan di ruang Hilbert. Misalkan pula adalah subbarisan dari { }. Jika setiap subbarisan dari konvergen secara kuat ke, maka { } konvergen secara kuat ke. 4 E u r e k a M a t i k a, V o l. 5, N o. 2, 2 0 1 7

Teorema 3.6 Jika { } adalah barisan di ruang Hilbert yang termuat di dalam himpunan kompak, dan { } konvergen secara lemah ke, maka { } konvergen secara kuat ke. Bukti: Diberikan suatu ruang Hilbert dan adalah himpunan kompak. Misalkan { } adalah barisan di ruang Hilbert dan { } dan misalkan pula sebarang subbarisan dari { }. Karena adalah subbarisan dari { } maka. Karena, maka setiap memiliki subbarisan yang konvergen secara kuat. Misalkan = { } yang konvergen secara kuat ke. Berdasarkan Teorema 3.1, maka { } konvergen secara lemah ke. Selanjutnya, diketahui bahwa { } konvergen secara lemah ke. Berdasarkan Teorema 2.7 diperoleh bahwa = { } konvergen secara lemah ke. Karena sebelumnya diketahui bahwa, berdasarkan Teorema 2.5 maka =. Akibatnya. Selanjutnya berdasarkan Lemma 3.5 diperoleh bahwa. 4. KRITERIA CAUCHY LEMAH Sebuah barisan di ruang vektor bernorma dikatakan Cauchy jika untuk setiap > 0 terdapat = ( ) sedemikian sehingga <,untuk setiap, > [3]. Karena ruang Hilbert merupakan ruang vektor bernorma, maka definisi barisan Cauchy tersebut juga berlaku di ruang Hilbert. Dengan memperhatikan definisi tersebut, akan diberikan sebuah definisi mengenai barisan Cauhcy yang lemah. Definisi 4.3.1 Suatu barisan { } di ruang Hilbert dikatakan barisan Cauchy yang lemah jika {, } merupakan barisan Cauchy untuk setiap. Dalam topologi kuat suatu barisan Cauchy bilangan real terbatas. Lalu bagaimana untuk barisan Cauhcy pada topologi lemah?. Teorema 4.3.2 Setiap barisan Cauchy yang lemah di ruang Hilbert terbatas Misalkan { } adalah sebarang barisan Cauchy yang lemah di ruang Hilbert. Berdasarkan definisi diperoleh {, } barisan Cauchy untuk setiap. Karena {, } di dan lengkap maka {, } konvergen secara kuat. 5 E u r e k a M a t i k a, V o l. 5, N o. 2, 2 0 1 7

Akibatnya {, } terbatas. Dengan demikian { } terbatas. Karena { } diambil sebarang, maka teorema tersebut terbukti. Dalam topologi kuat suatu barisan Cauchy konvergen secara kuat. Teorema berikut juga menunjukan bahwa barisan Cauchy yang lemah juga konvergen secara lemah. Teorema 4.3.3 Setiap barisan Cauchy yang lemah di ruang Hilbert konvergen secara lemah. Misalkan { } adalah sebarang barisan Cauchy yang lemah di ruang Hilbert. Berdasarkan definisi diperoleh {, } barisan Cauchy untuk setiap. Karena {, } di dan lengkap {, } konvergen secara kuat. Katakanlah konvergen secara kuat ke, atau ditulis lim, =, untuk setiap. Berdasarkan Definisi 2.1 maka { } konvergen secara lemah ke. Karena { } diambil sebarang maka teorema tersebut terbukti. 5. KEKOMPAKAN SECARA BARISAN DAN KEKOMPAKAN SECARA LEMAH Misalkan himpunan kompak secara barisan maka setiap barisan { } di memiliki subbarisan yang konvergen secara kuat ke suatu titik di. Di lain pihak, Teorema 3.1 menunjukan bahwa kekonvergenan kuat mengakibatkan kekonvergenan lemah. Akibatnya konvergen secara lemah ke titik yang sama di. Dengan demikian, kekompakan juga mengakibatkan kekompakan secara barisan dan secara lemah. Definisi 5.1 Misalkan adalah subhimpunan dari suatu ruang Hilbert. Subhimpunan dikatakan kompak secara barisan dan secara lemah jika setiap barisan di memiliki subbarisan yang konvergen secara lemah ke suatu titik di. Himpunan kompak secara barisan mengakibatkan keterbatasan [2]. Kekompakan secara barisan dan secara lemah juga mengakibatkan keterbatasan. Teorema berikut menunjukan hal tersebut. Teorema 5.2 Setiap subhimpunan dari suatu ruang Hilbert yang kompak secara barisan dan secara lemah adalah terbatas. Diberikan suatu ruang Hilbert. Misalkan adalah himpunan yang kompak secara barisan dan secara lemah di. Akan ditunjukan bahwa terbatas. 6 E u r e k a M a t i k a, V o l. 5, N o. 2, 2 0 1 7

Andaikan tidak terbatas, sehingga terdapat barisan { } di sedemikian sehingga untuk setiap N. Akibatnya { } tidak memiliki subbarisan yang konvergen karena subbarisan yang konvergen haruslah terbatas. Hal ini kontradiksi dengan himpunan kompak secara barisan dan secara lemah, maka haruslah terbatas. Pada sebarang ruang Hilbert Teorema Bolzano-Weierstrass tidak berlaku jika pendefinisian kekonvergenannya secara kuat. Hal tersebut ditunjukan oleh contoh berikut. Contoh 5.3 Diberikan suatu ruang Hilbert. Misalkan { } adalah barisan ortonormal di dan adalah sebarang subbarisan dari { }. Akan ditunjukan Teorema Bolzano-Weierstrass tidak berlaku jika pendefinisian kekonvergenannya secara kuat. Perhatikan untuk setiap. =, =,, + = 1 0 0 + 1 = 2 Sehingga diperoleh bahwa = 2. Akibatnya bukan barisan Cauchy. Perhatikan bahwa adalah barisan di dan lengkap. Dengan demikian Teorema Bolzano-Weierstrass tidak berlaku pada ruang Hilbert. Teorema 2.7 menjamin setiap barisan di ruang Hilbert selalu memiliki subbarisan yang konvergen secara lemah. Dengan demikian Teorema Bolzano- Weierstrass berlaku pada ruang Hilbert jika pendefinisian kekonvergenannya secara lemah. Berikut Teorema yang menunjukan hal itu. Teorema 4.3.1 Setiap barisan terbatas di ruang Hilbert memuat subbarisan yang konvergen secara lemah. Diberikan suatu ruang Hilbert. Misalkan { } adalah barisan terbatas di, katakanlah. Perhatikan bahwa barisan terbatas {, }. Berdasarkan Teorema Bolzano Weiertrass, terdapat subbarisan, dari {, } yang konvergen secara kuat. Selanjutnya, perhatikan barisan,. Berdasarkan Teorema Bolzano Weiertrass, terdapat subbarisan, dari, yang konvergen secara kuat. Dengan argumen yang serupa sampai dengan, maka 7 E u r e k a M a t i k a, V o l. 5, N o. 2, 2 0 1 7

untuk setiap >,, konvergen secara kuat dan, adalah subbarisan dari, yang konvergen secara kuat. Selanjutnya definisikan ( ) = lim, sedemikian sehingga limitnya ada untuk setiap. Selanjutnya akan ditunjukan bahwa ( ) fungsional linear. Ambil sebarang, sehingga ( + ) = lim +, = ( ) + ( ). Karena, diambil sebarang dan untuk setiap skalar,, maka ( ) fungsional linear. Selanjutnya akan ditunjukan ( ) terbatas. Ambil sebarang maka terdapat barisan { } sedemikian sehingga 0 dan. Sehingga ( ) = lim, 0 Karena diambil sebarang, maka ( ) terbatas. Selanjutnya karena ( ) fungsioanl linear yang terbatas, berdasarkan Teorema Representasi Riesz [4] maka ( ) =, h untuk setiap h. Sehingga diperoleh ( ) = lim, =, h untuk setiap sehingga berdasarkan Definisi 2.1 maka konvergen secara lemah ke h. 6. REFERENSI [1] H. Moscovich, Norm, Strong, and Weak Operator Topologies on B (H), 18 Mei 2009. [Online]. Available: u.math.biu.ac.il/~megereli/updated.pd. [Diakses 3 Oktober 2016]. [2] E. Kreyzig, Introduction to Functional Analysis and Its Applications, New York: John Wiley and Sons, 1978. [3] A. L. Cauchy, Cours d'analyse, 1821. [4] A. V. Balakrishnan, Applications of Mathematics: Applied Functional Analysis, New York: Springer-Verlag, 1981. [5] A. W. Roberts dan D. E. Varberg, Convex Functions, New York: Academic Press, Inc., 1973. [6] R. Mukti, Skripsi Kekonvergenan Lemah Pada Ruang Vektor Bernorma, tidak diterbitkan, Bandung, 2010. [7] D. H. Griffel, Applied Functional Analysis, New York: Dover Publications, Inc., 1981. 8 E u r e k a M a t i k a, V o l. 5, N o. 2, 2 0 1 7

[8] M. A. M. Fereirra, The Weak Convergence in Hilbert Spaces Concept Contruction, International Sciences and Computing, 2014. [9] R. G. Bartle., dan D. R. Sherbert, Introduction To Real Analysis, Urbana, Illinois, 2010. [10] H. Anton, Aljabar Libear Elementer (Edisi Lima), Jakarta: Erlangga, 1987. 9 E u r e k a M a t i k a, V o l. 5, N o. 2, 2 0 1 7