BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara pada bulan Januari-April 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories.

Kentang (Solanum tuberosum L.)

Lampiran 1. Gambar Air Mineral dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang. Gambar 4. Air Mineral dalam Kemasan. Gambar 5. Air Minum Isi Ulang

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

Lampiran 1. Data Penentuan Operating Time Senyawa Kompleks Fosfor Molibdat pada λ = 708 nm

Gambar 2. Daun Tempuyung

Ditimbang 25 gram Ditambahkan HNO 3 65% b/v sebanyak 25 ml Didiamkan selama 24 jam. Didinginkan

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Lampiran 1. Gambar Sampel Kubis Hijau (Brassica oleracea L.)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Cacing Tanah Megascolex sp. Gambar 2. Cacing Tanah Fridericia sp. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Larutan Natrium Tetraboraks 500 ppm. Untuk pembuatan larutan natrium tetraboraks 500 ppm (LIB I)

Lampiran 1. Gambar Sampel Sayur Sawi

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Cibet

Lampiran 1. Gambar Lokasi Pengambilan Sampel

Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan Natrium Hidroksida 1 N. No. Berat K-Biftalat (mg) Volume NaOH (ml) , ,14 3.

Lampiran 1. Data Bilangan Gelombang Spektrum IR Pseudoefedrin HCl BPFI

PEMERIKSAAN KANDUNGAN MINERAL PADA DAUN EKOR NAGA (Rhaphidophora pinnata (L.f.) Schott) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

Spektrum serapan derivat kedua deksklorfeniramin 20 mcg/ml

Lampiran 1. Sampel Pulna Forte Tablet

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Pengukuran. Konsentrasi untuk pengukuran panjang gelombang digunakan 12 µg/ml

a = r = Y = 0,3538 X =2 Y = a X + b Lampiran 1. Perhitungan Persamaan Regresi Besi No. X Y XY X 2 Y 2 0,0 0,00 0,0000 0,0000 0,000 0,0992 0,5670 0,315

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

Lampiran 1. Perhitungan Bobot Jenis Sampel. 1. Kalibrasi Piknometer. Piknometer Kosong = 15,302 g. Piknometer berisi Aquadest Panas.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

Lampiran 1. Krim Klorfeson dan Chloramfecort-H

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah Balai Penelitian

Lampiran 1. Gambar Sampel. Gambar 1. Produk bubur bayi yang dijadikan sampel. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

Lampiran 1. Daftar Spesifikasi Sediaan tablet Celestamin, Ocuson, dan Polacel : DKL A1. Expire Date : September 2015

Lampiran 1. Gambar Krim yang Mengandung Hidrokortison Asetat dan Kloramfenikol

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu. - Alat-alat gelas pyrex. - Pipet volume pyrex. - Hot Plate Fisons

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

Lampiran 1. Kurva Absorbansi Maksimum Kalsium

massa = 2,296 gram Volume = gram BE Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Pereaksi ml Natrium Fosfat 28 mm massa 1 M = massa 0,028 =

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

Lampiran 1. Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 1. Kotak Kemasan Sampel Neo Antidorin Kapsul. Gambar 2. Sampel Neo Antidorin Kapsul

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

No Nama RT Area k Asym N (USP)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel diambil di tempat sampah yang berbeda, yaitu Megascolex sp. yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

Lampiran 1. Data Pengukuran Waktu Kerja Larutan Kuning Metanil

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

Jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal = 17 cm = 0,9235 = 0,9058 = 0,8529. Harga Rf untuk sampel VIII + baku pembanding = = 0,8588

3 Metodologi Penelitian

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

SNI Standar Nasional Indonesia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

PENENTUAN KANDUNGAN TEMBAGA PADA BAKSO DAN BURGER DAGING SAPI YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

PENETAPAN KADAR KALSIUM, KALIUM, DAN MAGNESIUM PADA AIR TEBU MERAH DAN AIR TEBU HIJAU SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM SKRIPSI

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

Air dan air limbah Bagian 69: Cara uji kalium (K) s e c a r a S p e k t r o f o t o m e t r i Ser a p a n A t o m ( S S A ) n y a l a

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KANDUNGAN MINERAL KALIUM, NATRIUM, MAGNESIUM PADA SELADA

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

PENGARUH ph DAN PENAMBAHAN ASAM TERHADAP PENENTUAN KADAR UNSUR KROM DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB 3 PERCOBAAN. Pada bab ini dibahas mengenai percobaan yang dilakukan meliputi bahan dan alat serta prosedur yang dilakukan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Medan pada bulan Juli 2013 - Oktober 2013. 3.2 Bahan-bahan 3.2.1 Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah strawberry (Fragaria ananassa Duchesne.) yang diambil di daerah Brastagi, Provinsi Sumatera Utara. 3.2.2 Pereaksi Bahan yang digunakan adalah pro analisis keluaran E. Merck yaitu asam nitrat pekat 65% b/v, asam pikrat 99% b/v, Titan yellow 0,1% b/v, natrium hidroksida 99% b/v, aqua bidestilata (Ikapharmindo Putramas), larutan baku kalium 1000 mcg/ml, larutan baku kalsium 1000 mcg/ml, larutan baku magnesium 1000 mcg/ml dan larutan baku natrium 1000 mcg/ml (Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU). 3.3Alat-alat Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-2000 lengkap dengan lampu katoda kalium, kalsium, magnesium dan natrium, tanur, alat-alat gelas (Pyrex, 16

oberol), hotplate, kertas saring Whatman no. 42, neraca analitik, pisau stainless stell, krus porselen dan spatula. 3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Asam Pikrat 1% b/v Sebanyak 1 gram asam pikrat dilarutkan dalam aquabides hingga 100 ml. 3.4.2 Titan yellow 0,1% b/v Larutan kuning titan 0,1% b/v dibuat dengan cara melarutkan 0,1 g titan yellow dalam 100 ml aquabides. 3.4.3 Larutan Natrium Hidroksida 2 N Sebanyak 80,02 gram natrium hidroksida dilarutkan dengan aquabides hingga 1000 ml (Ditjen POM, 1979). 3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Pengambilan sampel Sampel yang digunakan adalah buah strawberry yang diambil di daerah Brastagi, Provinsi Sumatera Utara. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposif, yaitu sampel ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi (Sudjana, 2005). 3.5.2 Penyiapan Sampel Ditimbang strawberry ± 500 gram, lalu strawberry dibersihkan dari bagian yang kotor, kemudian strawberry dicuci bersih lalu di blender sampai halus. 17

3.5.3 Proses Destruksi 3.5.3.1 Proses Destruksi Kering Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 10 gram dimasukkan kedalam krus porselen, lalu diabukan di tanur dengan temperatur awal 100 o C dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500 o C dengan interval 25 o C setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 24 jam dan dibiarkan dingin lalu dipindahkan ke desikator. Abu dibasahi dengan 10 tetes aquabides dan ditambahkan 5 ml HNO 3 (1 : 1) secara hati-hati. Kemudian kelebihan HNO 3 diuapkan pada hot plate dengan suhu 100-120 o C sampai kering. Krus porselen dimasukkan kembali kedalam tanur dan diabukan selama 1 jam dengan suhu 500 o C, kemudian didinginkan (Helrich, 1990). 3.5.4 Pembuatan Larutan Sampel Hasil destruksi dilarutkan dalam 5 ml HNO 3 (1:1) hingga diperoleh larutan bening. Kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan krus porselen dibilas dengan aquabides sebanyak 3 kali. Hasil pembilasan dimasukkan kedalam labu tentukur. Setelah itu dicukupkan volumenya dengan aquabides hingga garis tanda. Lalu disaring dengan kertas saring Whatman No.42 dengan membuang 5 ml larutan pertama hasil penyaringan selanjutnya ditampung kedalam botol. Larutan ini digunakan untuk uji kualitatif dan kuantitatif kalium, kalsium, magnesium dan natrium. 18

3.5.5 Analisis Kualitatif 3.5.5.1 Uji nyala Ni/Cr Pada Kalium, Kalsium dan Natrium Bersihkan kawat Ni/Cr dengan HCl pekat lalu dipijar pada api bunsen sampai tidak memberikan warna khusus pada nyala bunsen. Kedalam tabung masukkan larutan sampel dan tambahkan NaOH, endapannya kemudian di saring, cek ph (ph 13) lalu celupkan kawat pada hasil saringan tersebut lalu dipijar pada api bunsen, amati warna yang terjadi pada nyala bunsen. Jika terdapat kalsium, akan terbentuk warna merah bata pada nyala bunsen. Kedalam tabung tambahkan larutan sampel, celupkan kawat lalu dipijar pada api bunsen, amati warna yang terjadi, jika terdapat kalium akan terbentuk warna merah ungu pada nyala bunsen. Kedalam tabung tambahkan larutan sampel, celupkan kawat lalu dipijar pada api bunsen, amati warna yang terjadi, jika terdapat natrium akan terbentuk warna kuning pada nyala bunsen (Vogel, 1979). 3.5.5.2 Uji Kristal Pada Kalsium, Kalium dan Natrium Larutan sampel diteteskan 1-2 tetes pada object glass kemudian ditetesi dengan larutan asam sulfat akan terbentuk endapan putih, lalu diamati dibawah mikroskop. Jika terdapat kalsium akan terlihat kristal berbentuk jarum kasar. Pada kalium dan natrium ditetesi dengan larutan asam pikrat. Jika terdapat kalium akan terlihat kristal berbentuk jarum. Jika terdapat natrium akan terbentuk jarum-jarum halus (Vogel, 1979). 19

3.5.5.3 Magnesium 3.5.5.3.1 Reaksi Kualitatif dengan Larutan Kuning Titan 0,1% b/v Kedalam tabung reaksi dimasukkan 2 ml larutan sampel, ditambah 5-6 tetes NaOH 2 N dan 3 tetes pereaksi Titan yellow. Dihasilkan endapan atau larutan warna merah terang (Vogel, 1979). 3.5.6 Analisis Kuantitatif 3.5.6.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum kalium 766,5 nm, kalsium 477,2 nm, magnesium 285,2 nm dan natrium 589,0 nm untuk mengetahui apakah panjang gelombang yang terdapat pada alat sesuai dengan yang tercantum diliteratur dengan menggunakan lampu katoda masingmasing mineral. 3.5.6.1.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalium Larutan baku kalium (1000 µg/ml) dipipet sebanyak 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides (konsentrasi 100µg/ml), kemudian dipipet 5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides (konsentrasi 10 µg/ml). Larutan untuk kurva kalibrasi kalium dibuat dengan memipet (1,25; 2,5; 5,0;7,5; dan 10) ml larutan baku 10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan 20

aquabides (larutan ini mengandung (0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0)µg/ml dan diukur pada panjang gelombang 766,5 nm dengan nyala udara-asetilen. 3.5.6.1.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium Larutan baku kalsium (1000 µg/ml) dipipet sebanyak 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides (konsentrasi 100µg/ml), kemudian dipipet 5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides (konsentrasi 10 µg/ml). Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet (1,25; 2,5; 5,0; 7,5; dan 10) ml larutanbaku 10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides (larutan ini mengandung (0,5; 1,0; 2,0; 3,0 dan 4,0) µg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 422,7 nm dengan nyala udara-asetilen. 3.5.6.1.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium Larutan baku magnesium (1000 µg/ml) dipipet sebanyak 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides (konsentrasi 100µg/ml), kemudian dipipet 5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides (konsentrasi 10 µg/ml), kemudian dipipet 5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides (konsentrasi 1µg/ml). Larutan untuk kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet (1,25; 2,5; 5,0; 7,5; dan 10) ml larutan baku 1 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke 21

dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides (larutan ini mengandung (0,05; 0,1; 0,2; 0,3; dan 0,4) µg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 285,2 nm dengan nyala udara-asetilen. 3.5.6.1.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium Larutan baku natrium (1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides (konsentrasi 10 µg/ml). Larutan untuk kurva kalibrasi natrium dibuat dengan memipet (0,75; 1; 1,5; 2 dan 2,5) ml larutan baku 10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan aquabides (larutan ini mengandung (0,15; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5) µg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 589,0 nm dengan nyala udara-asetilen. 3.5.6.2 Penetapan Kadar Mineral dalam Sampel 3.5.6.2.1. Penetapan Kadar Kalium Larutan sampel strawberry diambil sebanyak 0,25 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml dan diencerkan dengan aquabides hingga garis tanda (Faktor Pengenceran = 25/0,25 = 100 kali) Diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. 22

3.5.6.2.2 Penetapan Kadar Kalsium Larutan sampel strawberry diambil sebanyak 5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml dan diencerkan dengan aquabides hingga garis tanda (Faktor Pengenceran = 25/5 = 5 kali). Diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. 3.5.6.2.3 Penetapan Kadar Magnesium Larutan sampel strawberry diambil sebanyak 0,5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml dan diencerkan dengan aquabides hingga garis tanda (Faktor Pengenceran = (25/0,5 = 50 kali). Diukur absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 285,2 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku magnesium. Konsentrasi magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. 3.5.6.2.4 Penetapan Kadar Natrium Larutan sampel strawberry diambil sebanyak 0,5 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml dan diencerkan dengan aquabides hingga garis tanda (Faktor Pengenceran = (25/0,5 = 50 kali). Diukur absorbansi dengan menggunakan spektrofotomete rserapan atom pada panjang gelombang 589,0 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva 23

kalibrasi larutan baku natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi. Menurut Harmita (2004), kadar kalium, kalsium, magnesium dan natrium dihitung dengan mensubstitusikan absorbansi ke dalam persamaan regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi seperti di bawah ini: Y = ax + b Dimana : Y = Absorbansi sampel X = Konsentrasi sampel a = Slope b = Intersep Menurut Harmita (2004), kadar kalium, kalsium, natrium, dan magnesium dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Kadar Atom (mcg/g) Konsentras i (mcg/ml) xvolume (ml) xfaktor pengencera n Berat Sampel (g) 3.5.7 Analisis Data SecaraStatistik 3.5.7.1 Penolakan Hasil Pengamatan Kadar mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis secara statistik. Menurut Sudjana (2005), standar deviasi dapat dihitung dengan rumus: SD = Xi - X n -1 2 24

Keterangan : Xi = Kadar sampel X = Kadar rata-rata sampel n = jumlah pengulangan Kadar kalium, kalsium, magnesium dan natrium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing keenam larutan sampel, diuji secara statistik dengan uji Q. Q = Nilai yang dicurigai Nilai yang terdekat Nilai tertinggi Nilai terendah Hasil pengujian atau nilai Q yang diperoleh ditinjau terhadap daftar harga Q padatabel 1 apabila Q>Q kritis maka data tersebut ditolak (Gandjar dan Rohman, 2007) Tabel 1. Nilai Q kritis pada Taraf Kepercayaan 95% Banyak data Nilai Q kritis 4 0,831 5 0,717 6 0,621 7 0,570 8 0,524 25

Menurut Sudjana (2005), Untuk menentukan kadar kalium, kalsium, magnesium dan natrium didalam sampel dengan interval kepercayaan 95%; α = 0.05; dk = n - 1, dapat digunakan rumus: µ = X ± (t(α/2, dk) x SD/ n Keterangan : µ = interval kepercayaan X = kadar rata-rata sampel dk = derajat kebebasan (dk = n-1) t = harga t tabel sesuai dengan dk = n-1 α = tingkat kepercayaan SD = standar deviasi n = jumlah pengulangan 3.5.8 Validasi Metode Analisis 3.5.8.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery) Uji perolehan kembali (recovery) dilakukan dengan metode penambahan larutan standar (standard addition method). Dalam metode ini, kadar mineral dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar mineral dalam sampel setelah penambahan larutan baku dengan konsentrasi tertentu (Ermer, 2005). Sampel strawberry yang telah dihaluskan ditimbang secara seksama sebanyak 10 gram, lalu ditambahkan 17 ml larutan baku kalium (konsentrasi 1000 mcg/ml), 10 ml larutan baku kalsium (konsentrasi 100 mcg/ml), 8 ml larutan 26

baku magnesium (konsentrasi 100 mcg/ml) dan 6 ml larutan baku natrium (konsentrasi 100 mcg/ml), kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Prosedur pengukuran uji perolehan kembali dilakukan sama dengan prosedur penetapan kadar dalam sampel. Menurut Harmita (2004), persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini: % Perolehan Kembali = C F A * A C C x 100% Keterangan: C A = Kadar logamdalamsampelsebelumpenambahanbaku C F = Kadar logamdalamsampelsetelahpenambahanbaku C * A = Kadar larutan baku yang ditambahkan 3.5.8.2 Simpangan Baku Relatif Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel homogen. Adapun uji ketelitian yaitu koefisien variasi atau Relative Standard Deviation (%RSD) (Harmita, 2004). Menurut Harmita (2004), harga persentase koefisien variasi (%RSD) ditentukan dengan rumus sebagai berikut: SD RSD = x 100 % x 27

Keterangan: X = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi RSD = Relative Standard Deviation 3.5.8.3 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004). Menurut Harmita (2004), batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Simpangan Baku ( SB) = n 2 Y Yi 2 Batas deteksi (LOD) = 3 x SB slope Batas kuantitasi (LOQ) = 10 x SB slope 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Kalium, Kalsium, Magnesium dan Natrium pada Sampel Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui ada atau tidaknya kalium, kalsium, magnesium dan natrium dalam sampel yang akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom. Hasil analisis kualitatif kalium, kalsium, magnesium dan natrium dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Analisis Kualitatif Kalium, Kalsium, Magnesium dan Natrium Pada Sampel No Mineral yang dianalisis Pereaksi Hasil Reaksi Keterangan Asam pikrat 1% b/v Kristal jarum + 1. Kalium 2. Kalsium Reaksi Nyala menggunakan kawat Nikel-Krom Asam sulfat 1 N Reaksi Nyala Menggunakan kawat Nikel-Krom Warna nyala lembayung Kristal jarum besar Warna nyala merah bata + + + 3. Natrium 4. Magnesium Asam pikrat 1% b/v Reaksi Nyala Menggunakan kawat Nikel-Krom Kuning titan 0,1% b/v dan NaOH 2 N Keterangan : + Mengandung mineral Kristal jarum halus Warna nyala Kuning keemasan Warna endapan merah terang + + + 29

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa strawberry mengandung mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium. Sampel dikatakan positif mengandung mineral kalium karena menghasilkan kristal jarum kalium pikrat pada saat penambahan asam pikrat 1% b/v serta memberikan warna nyala lembayung pada uji nyala dengan kawat nikel-krom. Sampel dikatakan positif mengandung mineral kalsium karena menghasilkan kristal jarum besar kalsium sulfat pada saat penambahan asam sulfat 1 N serta memberikan warna nyala merah bata pada uji nyala dengan kawat nikel-krom. Sampel dikatakan positif mengandung mineral natrium karena menghasilkan kristal jarum halus natrium pikrat pada saat penambahan asam pikrat 1% b/v serta dikatakan positif mengandung mineral natrium karena memberikan warna nyala kuning keemasan pada uji nyala dengan kawat nikel-krom. Dikatakan positif mengandung mineral magnesium karena menghasilkan endapan merah terang dengan penambahan larutan Titan yellow 0,1% b/v dan natrium hidroksida 2 N (Vogel, 1979). Hasil absorbansi dengan spektrofotometer serapan atom menunjukkan adanya absorbansi pada panjang gelombang kalium yaitu 766,50 nm, kalsium 422,7 nm, magnesium 285,20 nm dan natrium 589,00 nm. Hal ini juga membuktikan secara kualitatif bahwa sampel mengandung kalium, kalsium, magnesium dan natrium. 30

4.2 Penetapan Kadar Kalium, Kalsium, Magnesium dan Natrium pada Sampel 4.2.1 Kurva Kalibrasi Kalium, Kalsium, Magnesium dan Natrium Kurva kalibrasi kalium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku kalium pada panjang gelombang 766,50 nm sehingga diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,0347X+0,0012 dengan koefisien korelasi (r) = 0,9995 (Data dan perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 47). Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh kurva kalibrasi larutan baku kalium yang dapat dilihat pada Gambar 4.1. 0,15 Absorbansi 0,1 0,05 0 0,05 y = 0,0347X +0,0012 r= 0,9995 0 1 2 3 4 5 Konsentrasi (µg/ml) Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalium Kurva kalibrasi kalsium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku kalsium pada panjang gelombang 422,7 nm sehingga diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,0306X+0,0027 dengan koefisien korelasi (r) = 0,9985 (Data dan perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 48). Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh kurva kalibrasi larutan baku kalsium yang dapat dilihat pada Gambar 4.2. 31

Absorbansi 0,15 0,1 0,05 0 y =,0,0306X+ 0,0027 r= 0,9985 0 2 4 Konsentrasi (µg/ml) 6 Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium Kurva kalibrasi magnesium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku magnesium pada panjang gelombang 285,20 nm sehingga diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,4726X 0,0010 dengan koefisien korelasi (r) = 0,9996 (Data dan perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 49). Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh kurva kalibrasi larutan baku magnesium yang dapat dilihat pada Gambar 4.3. Absorbansi 0,2 0,15 0,1 0,05 0 0,05 y = 0,4726X 0,0010 r= 0,9996 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Konsentrasi (µg/ml) Gambar 3.3 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Magnesium Kurva kalibrasi natrium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku natrium pada panjang gelombang 589,00 nm sehingga diperoleh persamaan garis regresi Y = 0,3655X - 0,0029 dengan koefisien korelasi (r) = 32

0,9992. (Data dan perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman50). Berdasarkan hasil pengukuran tersebut diperoleh kurva kalibrasi larutan baku natrium yang dapat dilihat pada Gambar 4.4. Absorbansi 0,2 0,15 0,1 0,05 0 0,05 y = 0,3655X 0,0029 r= 0,9992 0 0,2 0,4 0,6 Konsentrasi (µg/ml) Gambar 4.4 Kurva Kalibrasi Larutan Baku Natrium Berdasarkan kurva kalibrasi dari keempat mineral diatas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) untuk kalium sebesar 0,9995; untuk kalsium sebesar 0,9985; untuk magnesium sebesar 0,9996 dan untuk natrium sebesar 0,9992. Nilai r 0,97 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X (konsentrasi) dan Y (absorbansi) (Ermer, 2005). 4.2.2 Pengukuran Kadar Kalium, Kalsium, Natrium, dan Magnesium dalam Sampel Pada pengukuran sampel yang dilakukan secara spektrofotometri serapan atom, terlebih dahulu dikondisikan alat dengan baik dan benar. Setelah itu, dilakukan pengenceran terhadap sampel. Pengenceran yang dilakukan yaitu sebesar 100 kali (25/0,25) untuk kalium; 5 kali (25/5) untuk kalsium; 50 kali 33

(25/0,5) untuk magnesium dan 50 kali (25/0,5) untuk natrium. Selain itu, karena sampel memiliki kadar mineral yang cukup tinggi sehingga agar diperoleh nilai absorbansi yang berada dalam rentang kalibrasi maka sampel harus diencerkan. Konsentrasi kalium, kalsium, magnesium dan natrium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi larutan baku kalium, kalsium, magnesium dan natrium. (Data dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 51 dan Lampiran 11, halaman 52-53. Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman 54-57). Hasil analisis kuantitatif kalium, kalsium, natrium, dan magnesium pada sampel dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar Kalium, Kalsium, Magnesium dan Natrium Pada Sampel Sampel Strawberry Kadar Kalium (mg/100 g) 176,1413 ± 2,5627 Kadar Kalsium (mg/100 g) 10,5901± 0,1910 Kadar Magnesium (mg/100 g) 7,5775 ± 0,1914 Kadar Natrium (mg/100 g) 5,9462± 0,3526 Setelah dilakukan uji Q dengan taraf kepercayaan 95% terhadap kadar sampel menunjukkan bahwa kadar masing-masing mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium yang terdapat dalam sampel yaitu kadar kalium sebesar 176,1413 ± 2,5627 mg/100 g, kadar kalsium sebesar 10,5901 ± 0,1910mg/100 g, kadar magnesium sebesar 7,5775 ± 0,1914mg/100 g dan kadar natriumnya sebesar 5,9462 ± 0,3526 mg/100 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kalium, kalsium, magnesium dan natrium lebih besar dari yang tertera pada literatur yaitu 166 mg/100 g untuk kalium, 14 mg/100 g untuk kalsium, 10 mg/100 g untuk magnesium dan 1 mg/100 g 34

untuk natrium (Hancock, 1990). Hal ini disebabkan berbagai faktor diantaranya dipengaruhi oleh keadaan tanah, letak geografis, tempat tumbuh dan keadaan musim (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). 4.3 Validasi Metode Analisis 4.3.1 Uji Perolehan Kembali (Recovery) Hasil uji perolehan kembali (recovery) kadar kalium, kalsium, magnesium dan natrium setelah penambahan masing-masing larutan baku dapat dilihat pada Lampiran 15, halaman 66-67. Contoh perhitungannya pada Lampiran 16, halaman 68-71. Persen perolehan kembali (recovery) kadar mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Persen Uji Perolehan Kembali (recovery) Kalium, Kalsium, Magnesium dan Natrium dalam Sampel No. Mineral Persen perolehan kembali (%) 1 Kalium 87,55 2 Kalsium 86,92 3 Magnesium 86,50 4 Natrium 85,72 Syarat rentang persen recovery (%) 80-120 Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji perolehan kembali (recovery) kalium adalah 87,55%, untuk kalsium adalah 86,92%, untuk magnesium adalah 86,50% dan untuk natrium adalah 85,72%. Persen perolehan kembali (recovery) tersebut menunjukkan kecermatan kerja yang memuaskan pada saat pemeriksaan kadar kalium, kalsium, magnesium dan natrium dalam sampel. Hasil yang diperoleh dari uji perolehan kembali 35

memberikan ketepatan pada pemeriksaan kadar mineral dalam sampel. Menurut Ermer (2005), suatu metode dikatakan teliti jika nilai perolehan kembalinya antara 80-120%. 4.3.2 Simpangan Baku Relatif Dari perhitungan yang dilakukan terhadap data hasil pengukuran kadar mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium pada buah strawberry (Fragaria ananassa Duchesne.) diperoleh nilai Simpangan Baku (SD) sebesar 6,6802 untuk mineral kalium; 0,2961 untuk mineral kalsium; 0,2965 untuk mineral magnesium; 0,3661 untuk mineral natrium dan nilai Simpangan Baku Relatif (RSD) sebesar 2,05% untuk mineral kalium; 1,53% untuk mineral kalsium; 2,04% untuk mineral magnesium; 3,30% untuk mineral natrium. Menurut Harmita (2004), nilai Simpangan Baku Relatif (RSD) untuk analit dengan kadar part per million (ppm) adalah 16%. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode yang dilakukan memiliki presisi yang baik. Data perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD) kadar mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 58-61. 4.3.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Berdasarkan data kurva kalibrasi kalium, kalsium, magnesium dan natrium diperoleh batas deteksi dan batas kuantitas untuk keempat mineral tersebut. Dari hasil perhitungan diperoleh batas deteksi untuk mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium masing-masing sebesar 0,0054 mcg/ml; 0,2834 mcg/ml; 0,0138 mcg/ml dan 0,0247 mcg/ml Sedangkan batas kuantitasi untuk 36

mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium masing-masing sebesar 0,0182 mcg/ml; 0,9447 mcg/ml; 0,0461 mcg/ml dan 0,0823 mcg/ml. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa semua hasil yang diperoleh pada pengukuran sampel berada diatas batas deteksi dan batas kuantitasi. Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium dapat dilihat pada Lampiran 14, halaman 62-65. 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan kalium, kalsium, magnesium dan natrium pada strawberry yang diuji dengan reaksi kualitatif menunjukkan hasil yang positif bahwa kandungan mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium pada strawberry dapat diuji dengan reaksi kualitatif. Hasil analisis mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium pada strawberry secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom menunjukkan bahwa masing-masing kadar mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium pada strawberry adalah (176,1413 ± 2,5627) mg/100 g, (10,5901 ± 0,1910) mg/100 g, (7,5775 ± 0,1914) mg/100 g dan (5,9462 ± 0,3526) mg/100 g. 5.2 Saran Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti mineral lain yang terkandung dalam buah strawberry (Fragaria ananassa Duchesne). 38