III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

dokumen-dokumen yang mirip
METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari Oktober. penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

Tabel 4. Hubungan antara berbagai tingkat kejenuhan ammonium sulfat (0-100%) dengan aktivitas unit enzim selulase. No Fraksi Aktivitas Unit (U/mL)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Tabel 3. Hubungan antara berbagai tingkat kejenuhan ammonium sulfat (0-80%) dengan aktivitas spesifik enzim selulase. Aktivitas Unit (U/mL)

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

3. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

III. METEDOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Nopember 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

3 Metode Penelitian Alat

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

BABm METODA PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

ISOLASI, PEMURNIAN DAN KARAKTERISASI ENZIM SELULASE DARI Bacillus subtilis ITBCCB148. Yandri*, Putri Amalia, Tati Suhartati, dan Sutopo Hadi

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Bovine Serum Albumine (BSA) Absorbansi BSA pada berbagai konsentrasi untuk menentukan kurva standar protein yaitu:

ISOLASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ENZIM α AMILASE DARI Aspergillus niger DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CAMPURAN ONGGOK DAN DEDAK

1 atm selama 15 menit

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

III BAHAN DAN METODE

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017.

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi Percobaan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan bulan Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian. Persiapan Penyediaan dan Pembuatan Inokulum Bacillus licheniiformis dan Saccharomyces.

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. sampai Maret Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi FST Universitas Airlangga pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli

LAMPIRAN. Ekstraksi dengan 25 ml etil asetat digojog 10 menit dalam corong pemisah. Etil asetat dipisahkan

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan

ADLN_PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.

Transkripsi:

24 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. B. Alat dan Bahan Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain alat-alat gelas, jarum ose, pembakar spiritus, autoclave model S-90N, laminar air flow CURMA model 9005-FL, neraca analitik, waterbath shaker incubator STUART SSL2, sentrifuga, lemari pendingin, mikropipet Eppendorff, waterbath, penangas, magnetic stirrer, termometer, batang pengaduk, kantong selofan, waterbath incubator HAAKE dan spektrofotometer UV-Vis Carry Win UV 32. Sedangkan bahan-bahan yang akan digunakan adalah NA (Nutrien Agar), CMC (Carboxy Methyl Cellulose), pepton, (NH 4 ) 2 SO 4, akuades, alkohol, MgSO 4, CaCl 2, CoCl 2, KH 2 PO 4, urea, FeSO 4.7H 2 O, glukosa, ZnSO 4.7H 2 O, Na 2 CO 3, NaOH, reagen follin ciocelteau, Na(K) tartarat, CuSO 4.5H 2 O, NaH 2 PO 4,

25 Na 2 HPO 4, DNS (dinitrosalisilic acid), fenol, Na 2 SO 3, Na-sitrat, asam sitrat, Bovine Serum Albumin (BSA) dan CC-PEG (Sianurat Klorida Polietilenglikol). Bakteri penghasil enzim selulase pada penelitian ini adalah Bacillus subtilis ITBCCB148 yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi dan Teknologi Bioproses Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung. C. Prosedur Penelitian 1. Pembuatan media inokulum, inokulasi Bacillus subtilis ITBCCB148 dan produksi enzim selulase a. Pembuatan media inokulum dan media fermentasi Media yang digunakan terdiri atas (g.l -1 ) (NH 4 ) 2 SO 4 1,4; KH 2 PO 4 2,0; urea 0,3; CaCl 2 0,3; MgSO 4 0,3; FeSO 4.7H 2 O 0,005; ZnSO 4.7H 2 O 0,0014; CoCl 2 0,002 dan pepton 0,75. Sumber karbon utama yang digunakan dalam media inokulum adalah glukosa 7,5 g.l -1 dan digunakan buffer fosfat 0,1 M ph 5,5 sebagai pelarut. Sedangkan pada media fermentasi digunakan CMC 7,5 g.l -1 sebagai sumber karbon utama dan buffer fosfat 0,1M ph 6 sebagai pelarut. Selanjutnya media disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C, tekanan 1 atm, selama 15 menit (Sternberg, 1976). b. Inokulasi Bacillus subtilis ITBCCB148 Sebanyak 5 ose Bacillus subtilis ITBCCB148 dari media agar miring dipindahkan ke dalam 100 ml media inokulum secara aseptis lalu

26 dikocok pada waterbath shaker incubator dengan kecepatan 130 rpm dan suhu 35 o C selama 48 jam. c. Produksi enzim selulase Produksi enzim selulase dilakukan dengan cara membuat media fermentasi sebanyak 1 L kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C, tekanan 1 atm, selama 15 menit (Sternberg, 1976). Selanjutnya dipindahkan sebanyak 20 ml media inokulum (setara dengan 2% dari jumlah media fermentasi) ke dalam media fermentasi secara aseptis lalu dikocok pada waterbath shaker incubator dengan kecepatan 130 rpm dan suhu 32 o C selama 72 jam. 2. Isolasi enzim selulase Isolasi enzim adalah metode pemisahan enzim dari komponen selnya. Pada penelitian ini isolasi enzim dilakukan dengan cara sentrifugasi. Media fermentasi yang telah diinkubasi, selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan putaran 5000 rpm pada suhu 4 o C selama 25 menit. Filtrat yang diperoleh merupakan ekstrak kasar enzim selulase. Ekstrak kasar enzim selulase kemudian diuji aktivitasnya dengan metode Mandels dan diukur kadar proteinnya dengan metode Lowry.

27 3. Uji aktivitas dan kadar protein enzim selulase a. Pembuatan pereaksi untuk pengukuran aktivitas enzim selulase metode Mandels( Mandels et al,1976) Ke dalam labu ukur 100 ml, dimasukkan 1% DNS (dinitrosalisilic acid), 1% NaOH, 1 ml Na(K) tartarat 40%, 0,2% fenol dan 0,05% Na 2 SO 3, kemudian dilarutkan dalam 100 ml akuades hingga tanda batas. b. Pengujian aktivitas enzim selulase metode Mandels Metode ini berdasarkan glukosa yang terbentuk (Mandels et al.,1976). Sebanyak 0,25 ml enzim, 0,25 ml larutan CMC 0,5% dalam bufer fosfat ph 5,0; dicampur lalu diinkubasi selama 60 menit pada suhu 50 o C. Kemudian ditambahkan 1 ml pereaksi DNS (dinitrosalisilic acid) dididihkan selama 10 menit pada penangas air dan didinginkan. Setelah dingin, campuran ditambahkan 1,5 ml akuades dan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 510 nm. Kadar glukosa yang terbentuk ditentukan dengan menggunakan kurva standar glukosa. c. Pembuatan pereaksi untuk penentuan kadar protein enzim selulase metode Lowry Pereaksi A : 2 gram Na 2 CO 3 dilarutkan dalam 100 ml NaOH 0,1 N. Pereaksi B : 5 ml larutan CuSO 4.5H 2 O 1% ditambahkan ke dalam 5 ml larutan Na(K) tartarat 1%.

28 Pereaksi C : 2 ml pereksi B ditambahkan 100 ml pereaksi A Pereaksi D : reagen folin ciocelteau diencerkan dengan akuades 1:1. Larutan standar : larutan BSA (Bovine Serum Albumin) dengan kadar 0, 20, 40, 60, 80, 100, 120 dan 140 ppm. d. Penentuan kadar protein enzim selulase metode Lowry Kadar protein enzim ditentukan dengan metode Lowry (Lowry et al., 1951). Penentuan kadar protein ini bertujuan untuk mengatur aktivitas spesifik dari protein enzim selulase. Sebanyak 0,1 ml enzim selulase ditambah dengan 0,9 ml akuades, direaksikan dengan 5 ml pereaksi C dan diaduk rata kemudian dibiarkan selama 10 menit pada suhu ruang. Setelah itu, ditambahkan dengan cepat 0,5 ml pereaksi D dan diaduk dengan sempurna selama 30 menit pada suhu kamar. Untuk kontrol, digunakan 1 ml akuades, selanjutnya diperlakukan sama seperti sampel. Serapannya diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ 750 nm. Untuk menentukan kadar protein enzim digunakan kurva standar BSA (Bovine Serum Albumin). 4. Pemurnian enzim selulase Pada penelitian akan dilakukan pemurnian enzim dengan fraksinasi menggunakan ammonium sulfat dan dialisis. Proses pengerjaannya sebagai berikut:

29 a. Pengendapan dengan amonium sulfat [(NH 4 ) 2 SO 4 ] Ekstrak kasar enzim yang diperoleh diendapkan dengan garam amonium sulfat pada berbagai derajat kejenuhan yaitu (0-30)%; (30-60)%; dan(60-90)%. Skema proses pengendapan protein enzim dengan penambahan amonium sulfat ditunjukkan pada Gambar 9. Sejumlah ekstrak kasar enzim yang diperoleh ditambahkan garam amonium sulfat yang telah dihaluskan secara perlahan sambil diaduk dengan magnetik stirer pada suhu 4 o C. Endapan protein enzim yang didapatkan pada tiap fraksi kejenuhan amonium sulfat dipisahkan dari filtratnya dengan sentrifugasi dingin pada kecepatan 5000 rpm selama 20 menit. Kemudian endapan yang diperoleh dilarutkan dengan bufer fosfat 0,1 M ph 6,0 dan diuji aktivitasnya dengan metode Mandels, serta diukur kadar proteinnya dengan metode Lowry. Selanjutnya, filtrat yang didapat dari fraksi 0-30% digunakan untuk diendapkan kembali dengan fraksi kejenuhan 30-60% dengan prosedur yang sama (Yandri et al., 2010).

30 Ekstrak Kasar Enzim + (NH 4 ) 2 SO 4 (0-30%) Endapan(F1) Filtrat + (NH 4 ) 2 SO 4 (30-60%) Endapan(F2) Filtrat + (NH 4 ) 2 SO 4 (60-90%) Endapan(F3) Filtrat Gambar 9. Skema pengendapan protein enzim dengan amonium sulfat. b. Dialisis Endapan enzim yang telah dilarutkan dari tiap fraksi amonium sulfat dengan aktivitas spesifik yang tinggi dimasukkan ke dalam kantong selofan dan didialisis dengan bufer fosfat 0,01 M ph 6 selama 24 jam pada suhu dingin (Pohl, 1990). Selama dialisis, dilakukan pergantian bufer setiap 6 jam agar konsentrasi ion-ion di dalam kantong dialisis dapat dikurangi. Proses ini dilakukan secara kontinyu sampai ion-ion di dalam kantong dialisis dapat diabaikan. Untuk mengetahui bahwa sudah tidak ada lagi ion-ion garam dalam kantong, maka diuji dengan menambahkan larutan Ba(OH) 2 atau BaCl 2, bila masih ada ion sulfat dalam kantong, maka akan terbentuk endapan putih BaSO 4. Semakin banyak endapan yang terbentuk, maka semakin banyak ion sulfat yang ada dalam kantong. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas dengan metode Fuwa, serta diukur kadar proteinnya dengan metode Lowry.

31 5. Modifikasi kimia enzim selulase hasil pemurnian dengan polietilenglikol teraktivasi Modifikasi enzim selulase dengan polietilenglikol teraktivasi dilakukan sesuai dengan prosedur yang dilaporkan oleh Hernaiz et al. (1999) dalam menstabilkan enzim lipase dari Candida rugosa. Modifikasi kimia enzim selulase dilakukan dengan tiga variasi perbandingan antara kadar protein enzim hasil pemurnian dengan CC-PEG, yaitu 1:10; 1:20; dan 1:40. Reaksi dilakukan pada suhu 4 o C dan distirrer secara perlahan selama 2 jam dalam bufer fosfat ph 8. 6. Karakterisasi enzim selulase hasil pemurnian dan hasil modifikasi Karakterisasi enzim selulase hasil pemurnian dan hasil modifikasi yang dilakukan meliputi : a. Penentuan ph optimum Untuk mengetahui ph optimum enzim sebelum dan sesudah modifikasi kimia, digunakan bufer fosfat 0,05 M dengan variasi ph sebagai berikut: 4,0; 4,5; 5,0; 5,5; 6,0; 6,5; 7,0; 7,5; dan 8,0. Suhunya dipertahankan pada 50 o C. Kemudian diukur aktivitasnya menggunakan metode Mandels. b. Penentuan suhu optimum Suhu yang rendah menyebabkan reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu tinggi reaksi kimia akan berlangsung cepat. Namun pada suhu tinggi, enzim dapat mengalami denaturasi. Oleh

32 karena itu, variasi suhu yang digunakan adalah 45; 50; 55; 60; 65; dan70, ph tetap dijaga pada ph optimum. Selanjutnya aktivitas enzim diukur dengan metode Mandels. c. Penentuan data kinetika enzim (nilai K M dan V maks ) Konstanta Michaelis-Menten (K M ) dan laju reaksi maksimal (V maks ) enzim sebelum dan sesudah modifikasi kimia ditentukan dari kurva Lineweaver-Burk. Kurva Lineweaver-Burk dibuat dengan menguji aktivitas enzim selulase dengan variasi konsentrasi substrat 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1% dalam bufer fosfat ph 5 dan suhu 50 o C selama 60 menit. Selanjutnya aktivitas enzim diukur dengan metode Mandels. d. Uji stabilitas termal dan ph enzim (Yang et al., 1996) Penentuan stabilitas termal dan ph enzim dilakukan dengan mengukur aktivitas sisa enzim setelah diinkubasi selama periode waktu 100 menit pada suhu dan ph optimum. Caranya adalah dengan mengukur aktivitas enzim setelah proses pemanasan setelah interval waktu 10 menit. Aktivitas awal enzim (tanpa proses pemanasan) diberi nilai 100%. (Virdianingsih, 2002)

33 e. Perubahan waktu paruh (t 1/2 ), konstanta laju inaktivasi (k i ) dan perubahan energi akibat denaturasi ( G i Perubahan nilai k i (konstanta laju inaktivasi) enzim selulase hasil pemurnian dan setelah modifikasi kimia dilakukan dengan menggunakan persamaan kinetika inaktivasi orde 1 (Kazan et al., 1997) dengan persamaan : ln (E i/ E 0 )= -k i t Sedangkan untuk perubahan energi akibat denaturasi ( G i enzim selulase hasil pemurnian dan setelah modifikasi kimia dilakukan dengan menggunakan persamaan (Kazan et al., 1997): G i = - RT ln (k i h/k B T) Keterangan: R = konstanta gas (8,3 J K -1 mol -1 ) T = suhu absolut (K) k i = konstanta laju inaktivasi termal h = konstanta Planck (6,63 x 10-34 J det) k B = konstanta Boltzmann (1,381 x 10-23 J K -1 ) Secara keseluruhan, penelitian ini terangkum dalam diagram alir penelitian yang ditunjukkan dalam Gambar 9.

34 Produksi enzim Ekstrak kasar Fraksinasi dengan ammonium sulfat Dialisis Uji aktivitas enzim selulase metode Mandels dan penentuan kadar protein metode Lowry Enzim hasil pemurnian Enzim hasil pemurnian pemurnian Modifikasi kimia Enzim modifikasi Penentuan ph dan suhu optimum Penentuan Km dan Vmaks Penentuan stabilitas termal dan ph optimum Uji aktivitas enzim selulase metode Mandels Gambar 10. Diagram alir penelitian.