PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH   

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI...

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM

PENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

KOMPILASI DATA PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN 2014/2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

ANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI ACEH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Mei 2014

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Tabel 1.1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

ANALISIS kinerja Pendidikan provinsi bengkulu

ANALISIS kinerja Pendidikan Provinsi nusa tenggara barat

INFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013

KETERCAPAIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BERDASARKAN MISI PENDIDIKAN 5K: KASUS KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA TAHUN 2010/2011

KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI BENGKULU

MISI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016

MISI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II)

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I)

TABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009/2010

Ikhtisar Data Pendidikan Nasional

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU III)

Profil Pendidikan 2014

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/ /2012 BUKU 1

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012

Kecamatan : Bogor Tengah Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2017 Triwulan : 1

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :

Penanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi. Waktu dan tempat pembuatan informasi. Banda Aceh, 2012

PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/ /2021

JUMLAH PAUD NON FORMAL DAN TK/PAUD FORMAL KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Drs. T. Angkasa : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN TAHUN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

PENETAPAN KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

PAPARAN SAKIP SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017

Kecamatan : Bogor Timur Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2021 Triwulan : 1

Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2007/2008

SASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A,

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran

2) Pendidikan Menengah. rasio guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

INDIKATOR KINERJA UTAMA

STATISTIK DAN INDIKATOR PENDIDIKAN BERWAWASAN GENDER TAHUN 2011/2012

KATA PENGANTAR. Salam kami, Tim penyusun. Hal. i

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

PROFIL PENDIDIKAN KOTA MATARAM

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Bab 6 INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. A. Tujuan dan Sasaran Strategis

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro

VISI MISI,TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN INDIKATOR SASARAN

RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2017

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR


PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN AGAMA

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Geografi. Astronomi. Batas Wilayah. Cuaca

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN JAMINAN PENDIDIKAN DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 32

KINERJA PENDIDIKAN BERDASARKAN INDEKS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNTUK SEMUA DAN TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM TAHUN 2011/2012

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Transkripsi:

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH   

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 4 BAB I. PENDAHULUAN... 6 Tabel 1.1. Standar untuk Menentukan Nilai Masing-masing Indikator... 7 Tabel 1.2. Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9... 9 BAB II. KEADAAN NONPENDIDIKAN... 1 Peta 2.1.... 1 A. Administrasi Pemerintahan dan Demografi... 1 Tabel 2.1. Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah... 11 Grafik 2.1. Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah... 12 Grafik 2.2. Proporsi Penduduk Usia Sekolah... 12 B. Tingkat Pendidikan Penduduk... 13 Grafik 2.3. Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk... 13 C. Ekonomi... 14 Grafik 2.4. Keadaan Ekonomi... 15 Tabel 2.2. Belanja Langsung Berdasarkan DPA SKPD Dinas Pendidikan... 15 Grafik 2.5. Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan... 16 D. Sosial Budaya dan Agama... 16 Grafik 2.6. Jumlah Penduduk menurut Agama... 17 BAB III. KEADAAN PENDIDIKAN... 18 A. Data Pendidikan... 18 Tabel 3.1. Data Prasarana Dikdasmen... 18 Grafik 3.1. Prasarana Sekolah Dikdasmen... 19 Tabel 3.2. Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen... 19 Grafik 3.2. Sumber Daya Manusia Dikdasmen... 2 Tabel 3.3. Kekurangan dan kelebihan Prasarana Dikdasmen... 21 Grafik 3.3. Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen... 22 Tabel 3.4. Guru menurut Kelayakan Mengajar... 23 Grafik 3.4. Guru menurut Kelayakan Mengajar... 23 Tabel 3.5. Ruang Kelas menurut Kondisi... 24 Grafik 3.5. Ruang Kelas menurut Kondisi... 25 Tabel 3.6. Perpustakaan menurut Kondisi... 25 Grafik 3.6. Perpustakaan menurut Kondisi... 26 Tabel 3.7. Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi... 26 Grafik 3.7. Ruang UKS Menurut Kondisi... 27 Tabel 3.8. Tempat Olahraga Menurut Kepemilikan... 27 Dicetak tgl: 4-5-18, 4:24:3 Halaman 2 / 63

Grafik 3.8. Tempat Olahraga Menurut Kepemilikan... 28 Tabel 3.9. Laboratorium Menurut Kondisi... 28 Grafik 3.9. Laboratorium Menurut Kondisi... 29 B. Indikator Pendidikan... 29 1. Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan: Misi 2... 29 Tabel 3.1. Indikator Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan... 3 Grafik 3.1. Indikator Akses yang Meluas (Rasio Pendidikan)... 31 Grafik 3.11. Indikator Akses yang Meluas (Persentase Prasarana)... 32 Grafik 3.12. Indikator Akses yang Meluas (APK dan AMK/AM)... 34 Grafik 3.13. Indikator Akses yang Berkeadilan (PG dan IPG APK)... 35 2. Mewujudkan Indikator Pembelajaran yang Bermutu: Misi 3... 35 Tabel 3.11. Indikator Pembelajaran yang Bermutu: Misi 3... 36 Grafik 3.14. Indikator Pembelajaran Bermutu dari Segi Siswa... 37 Grafik 3.15. Indikator Pembelajaran Bermutu dari Segi Guru... 38 Grafik 3.16. Indikator Pembelajaran Bermutu dari Segi Prasarana... 4 Tabel 3.12. Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi Pendidikan... 4 Tabel 3.13. Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan... 42 Tabel 3.14. Pencapaian Kinerja Dikdasmen... 45 Grafik 3.17. Nilai Indikator Jenjang SD Berdasarkan Misi 2 Akses... 46 Grafik 3.18. Nilai Indikator Jenjang SMP Berdasarkan Misi 2 Akses... 46 Grafik 3.19. Nilai Indikator Jenjang SM Berdasarkan Misi 2 Akses... 47 Grafik 3.2. Nilai Indikator Dikdasmen Berdasarkan Misi 2 Akses... 47 Grafik 3.21. Nilai Indikator Jenjang SD Berdasarkan Misi 3 Mutu... 48 Grafik 3.22. Nilai Indikator Jenjang SMP Berdasarkan Misi 3 Mutu... 49 Grafik 3.23. Nilai Indikator Jenjang SM Berdasarkan Misi 3 Mutu... 49 Grafik 3.24. Nilai Indikator Dikdasmen Berdasarkan Misi 3 Mutu... 5 Grafik 3.25. Kinerja SD Berdasarkan Misi 2 Akses dan Misi 3 Mutu... 51 Grafik 3.26. Kinerja SMP Berdasarkan Misi 2 Akses dan Misi 3 Mutu... 51 Grafik 3.27. Kinerja SM Berdasarkan Misi 2 Akses dan Misi 3 Mutu... 52 Grafik 3.28. Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 2 Akses dan Misi 3 Mutu... 52 Grafik 3.29. Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi dan Jenjang Pendidikan... 53 BAB IV. PENUTUP... 54 DAFTAR PUSTAKA... 55 LAMPIRAN... 56 Dicetak tgl: 4-5-18, 4:24:3 Halaman 3 / 63

KATA PENGANTAR Buku Profil Pendidikan Dasar dan Menengah ini merupakan salah satu cara melaksanakan analisis terhadap data pendidikan dasar dan menengah. Profil Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengintegrasikan data pendidikan dengan data nonpendidikan yang terkait dengan pendidikan. Profil Pendidikan Dasar dan Menengah ini menyajikan 4 Bab, yang terdiri dari Bab I Pendahuluan, Bab II Keadaan Nonpendidikan, Bab III Keadaan Pendidikan yang meliputi data pendidikan, indikator pendidikan, dan analisis indikator pendidikan, dan Bab IV Penutup yang berisi Simpulan dan Saran. Profil Pendidikan Dasar dan Menengah bersumber pada data pendidikan jenjang SD yang terdiri dari SD, MI, SDLB, dan Paket A; jenjang SMP yang terdiri dari SMP, MTs, SMPLB, dan Paket B; jenjang SM yang terdiri dari SMA, SMK, MA, SMALB, dan Paket C. Profil Pendidikan Dasar dan Menengah disusun dengan mendasarkan pada Visi Kementerian Pendidikan 219 dan ditetapkan dalam 5 Misi khususnya pada Misi 2 dan Misi 3. Misi 2, yaitu mewujudkan akses yang meluas, merata, dan berkeadilan. Akses meluas yang terdiri dari 6 indikator, akses merata yang terdiri dari 4 indikator dan akses berkeadilan yang terdiri dari 3 indikator sehingga terdapat 13 indikator. Misi 3, yaitu mewujudkan pembelajaran yang bermutu. Mutu dirinci menjadi mutu siswa yang terdiri dari 6 indikator, mutu guru yang terdiri dari 3 indikator, dan mutu prasarana yang terdiri dari 5 indikator sehingga terdapat 14 indikator. Dengan demikian, untuk mengetahui kinerja pendidikan dasar dan menengah digunakan komposit 2 kelompok indikator berdasarkan Misi 2 dan Misi 3 dengan 27 indikator. Buku Profil Pendidikan Dasar dan Menengah ini menghasilkan kinerja pendidikan berdasarkan Misi 2 akses dan Misi 3 mutu menurut jenjang pendidikan. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa kinerja misi 2 dengan nilai 21.49 termasuk kategori Kurang dirinci menjadi meluas sebesar 14.47 termasuk kategori Kurang menjadi merata sebesar 16.67 termasuk kategori Kurang dan menjadi berkeadilan sebesar 33.33 termasuk kategori Kurang Kinerja misi 3 dengan nilai 21 termasuk kategori Kurang dirinci menjadi mutu siswa sebesar 56.33 termasuk kategori Kurang, mutu guru sebesar termasuk kategori Kurang dan mutu prasarana sebesar 6.67 termasuk kategori Kurang Selanjutnya, bila dilihat menurut jenjang pendidikan maka jenjang SD dengan nilai 23.15 termasuk kategori Kurang, jenjang SMP dengan nilai 14.82 termasuk kategori Kurang, dan jenjang SM dengan nilai 28.51 termasuk kategori Kurang sehingga dikdasmen dengan nilai 21.25, termasuk kategori Kurang Dengan demikian, kinerja sebesar 21.25 termasuk kategori Kurang Dengan melihat simpulan tersebut maka diberikan saran agar pada Misi 2 perlu ditingkatkan pada Akses Berkeadilan karena nilainya kurang dari 7, dengan indikator SD Sebesar 33.33 SMP Sebesar 33.33 dan SM Sebesar 33.33 melalui cara peningkatan Akses yang Merata, Meluas dan Berkeadilan, pada Misi 3 perlu ditingkatkan pada Mutu Prasarana karena nilainya kurang dari 7 Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:5 Halaman 4 / 63

dengan indikator SD sebesar, SMP sebesar dan SM sebesar 2 melalui cara peningkatan Mutu Siswa, Guru dan Prasarana Berdasarkan analisis indikator maka kinerja pendidikan dasar dan menengah ini dapat dijadikan bahan informasi pendidikan yang berguna dan secara tidak langsung dapat sebagai bahan dalam penyusunan rencana dan program pembangunan pendidikan pada tahun mendatang dan penyusunan kebijakan mengenai pendidikan. Akhirnya, kami ucapkan banyak terima kepada tim penyusun buku ini sehingga buku Profil Pendidikan Dasar dan Menengah dapat terlaksana. Mudah-mudahan buku ini dapat digunakan secara maksimal dalam mengetahui permasalahan pendidikan yang ada dan untuk kemajuan pendidikan di masa mendatang. Penyusun Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:5 Halaman 5 / 63

BAB I PENDAHULUAN Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada pengolahan instrumen Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah atau isian Profil Dikdasmen, yang menyajikan data pada -1/. Profil Dikdasmen terdiri atas dua variabel, yaitu data dan indikator, dua jenis data, yaitu nonpendidikan dan pendidikan, dan dua jenis indikator, yaitu nonpendidikan dan pendidikan. Profil Dikdasmen mengacu pada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) 219, yaitu terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan berlandaskan gotong royong. Berdasarkan visi Kemendikbud tersebut maka ditetapkan lima misi pendidikan dan kebudayaan yang terdapat dalam Rencana Strategi (renstra) Kemendikbud dalam rangka Pembangunan Pendidikan 215-219 yang terdiri dari lima misi pendidikan dan kebudayaan. Misi Pendidikan terdiri atas M1 adalah mewujudkan pelaku pendidikan dan kebudayaan yang kuat, M2 adalah mewujudkan akses yang meluas, merata, dan berkeadilan, M3 adalah mewujudkan pembelajaran yang bermutu, M4 adalah mewujudkan pelestarian kebudayaan dan pengembangan bahasa, dan M5 adalah mewujudkan penguatan tata kelola serta peningkatan efektivitas birokrasi dan pelibatan publik. Data nonpendidikan membahas tentang empat hal, yaitu 1) administrasi pemerintahan dan demografi, 2) tingkat pendidikan penduduk termasuk tingkat kepandaian membaca/menulis, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, dan penduduk miskin, 3) ekonomi termasuk APBD, PAD dan belanja langsung SKPD Dinas Pendidikan, dan 4) sosial budaya dan agama. Data pendidikan dirinci menjadi tiga, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis berdasarkan pada indikator pendidikan. Data pendidikan membahas tentang data dikdasmen. Dikdasmen terdiri dari tiga jenjang, yaitu sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah (SM) serta dilengkapi rangkuman dikdasmen. Variabel pendidikan yang dibahas dirinci menjadi prasarana sebanyak 7 variabel dan sumber daya manusia sebanyak 6 variabel. Prasarana pendidikan dimaksud adalah sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang usaha kesehatan sekolah (UKS), tempat olahraga, dan laboratorium. Sumber daya manusia pendidikan adalah siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Indikator nonpendidikan terdiri dari kepadatan penduduk dan penduduk usia sekolah, proporsi penduduk usia sekolah, proporsi tingkat pendidikan penduduk, keadaan ekonomi, persentase biaya pendidikan, dan persentase penduduk menurut agama. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan Misi Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu M2 adalah mewujudkan akses yang meluas, merata, dan berkeadilan dan M3 adalah mewujudkan pembelajaran yang bermutu. Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:5 Halaman 6 / 63

Indikator pendidikan untuk misi 2 terdiri dari tiga jenis, yaitu akses merata, akses meluas, dan akses berkeadilan. Akses merata terdiri dari 6 indikator, yaitu 1) rasio siswa per kelas (R-S/K), 2) rasio kelas per ruang kelas (R-K/RK), 3) persentase perpustakaan (%Perpus), 4) persentase ruang UKS (%RUKS), 5) persentase tempat olahraga (%TOR), dan 6) persentase laboratorium (%Lab). Akses meluas terdiri dari 4 indikator, yaitu 1) angka partisipasi murni (APM), 2) angka partisipasi kasar (APK), 3) tingkat pelayanan sekolah (TPS), dan 4) satuan biaya (SB). Akses berkeadilan terdiri dari 3 indikator, yaitu 1) perbedaan gender APK (PG APK), 2) indeks paritas gender APK (IPG APK), dan satuan biaya (SB). Dengan demikian, misi 2 menggunakan 13 indikator. Indikator pendidikan untuk misi 3 terdiri dari tiga jenis, yaitu mutu siswa, mutu guru, dan mutu prasarana dengan 5 indikator. Mutu siswa terdiri dari 7 indikator, yaitu 1) persentase siswa baru SD asal TK (%SB TK) (khusus SD), 2) angka masukan murni (AMM) (SD) atau angka melanjutkan (AM) (SMP dan SM), 3) angka mengulang (AU), 4) angka bertahan tingkat 5 (SD) atau angka bertahan (SMP dan SM), 5) angka lulusan (AL), 6) angka putus sekolah (APS), dan 7) rata-rata lama belajar (RLB). Mutu guru terdiri dari 3 indikator, yaitu (1) persentase guru layak (%GL), 2) persentase sertifikasi guru (%GS), dan 3) rasio siswa per guru (R-S/G). Mutu prasarana terdiri dari 5 indikator, yaitu 1) persentase akreditas A dan B (%SA-AB), 2) persentase ruang kelas baik (%RKb), 3) persentase perpustakaan baik (%Perpusb), 4) persentase ruang UKS baik (%RUKSb), dan 5) persentase laboratorium baik (%Lab) (khusus SMP dan SM). Dengan demikian, misi 3 menggunakan 15 indikator. Tabel 1.1 Standar untuk Menentukan Nilai Masing-masing Indikator Misi No. Jenis Indikator Satuan SD SMP SM Dikdasmen Penjelasan Akses yang Merata 1 Rasio Siswa per Kelas (R-S/K) Siswa 32 36 36 - Permendikb ud 23/213 24/27 (SMA) & 4/28 (SMK) 2 Rasio Kelas per Ruang Kelas (R- Kelas 1 1 1 1 Ideal K/RK) 3 Persentase Perpustakaan Persentase 1 1 1 1 Ideal (%Perpus) 4 Persentase Ruang UKS Persentase 1 1 1 1 Ideal (%RUKS) Mewujudkan 5 Persentase Tempat Olahraga Persentase 1 1 1 1 Ideal (%TOR) Akses yang 6 Persentase Laboratorium Persentase - 1 1 1 Ideal (%Lab) Meluas, Akses yang Meluas Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:5 Halaman 7 / 63

Merata, dan 7 Angka Partisipasi Murni (APM) Persentase 1 1 1 1 Ideal Berkeadilan 8 Angka Partisipasi Kasar (APK) Persentase 1 1 1 1 Ideal 9 Tingkat Pelayanan Sekolah (TPS) Siswa 53 76 68 61 Angka nasional 1 Satuan Biaya (SB) Rupiah 1 125 15-8% dr BOS Akses yang Berkeadilan 11 Perbedaan Gender APK (PG Persentase Ideal APK) 12 Indeks Paritas Gender APK Indeks 1 1 1 1 Ideal (IPG APK) 13 % Siswa Swasta (% S-Swt) Persentase 1 25 5 - Ideal Mutu dari segi Siswa 1 Persentase Siswa Baru TK Persentase 1 - - - Ideal (%SB TK) 2 Angka Masukan Murni (AMM Persentase 5 1 1 1 Ideal SD)/Angka Melanjutkan (AM SMP dan SM) 3 Angka Mengulang (AU) persentase Ideal 4 Angka Bertahan Tk 5 (AB5 Persentase 95 1 1 - Ideal SD)/Angka Bertahan (AB SMP dan SM) 5 Angka Lulusan (AL) persentase 1 1 1 1 Ideal Mewujudkan 6 Angka Putus Sekolah (APS) Persentase Ideal Pembelajaran 7 Rata2 Lama Belajar (RLB) 6 3 3 - Ideal yang Mutu dari segi Guru Bermutu 8 Persentase Guru Layak (% GL) Persentase 1 1 1 1 Ideal 9 Persentase Guru Sertifikasi Persentase 1 1 1 1 Ideal (%GS) 1 Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Siswa 16 15 12 - Angka nasional 215/216 Mutu dari segi Prasarana persentase 11 Persentase Sekolah Akreditasi A Persentase 1 1 1 1 Ideal & B (%SA-AB) 12 Persentase Ruang Kelas baik Persentase 1 1 1 1 Ideal (%RKb) 13 Persentase Perpustakaan baik Persentase 1 1 1 1 Ideal (%Perpusb) 14 Persentase Ruang UKS baik Persentase 1 1 1 1 Ideal (%RUKSb) 15 Persentase Laboratorium baik (%Labb) Persentase 1 1 1 1 Ideal Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:51 Halaman 8 / 63

Berdasarkan pada misi 2 dan misi 3 maka terdapat 27 jenis indikator pendidikan yang digunakan untuk menghasilkan kinerja dikdasmen berdasarkan komposit indikator tiap jenis dan tiap misi pendidikan. Misi 2 akses menggunakan komposit tiga jenis akses dan 13 indikator. Misi 3 mutu menggunakan komposit tiga jenis mutu dan 14 indikator, khusus SD karena adanya %SB PAUD, sedangkan SMP dan SM hanya 13 indikator. Masing-masing indikator misi 2 menurut jenis dan misi 3 menurut jenis memiliki nilai antara 1-1. Angka 1 yang terburuk dan 1 yang terbaik. Rata-rata dari masing-masing jenis dan misi merupakan nilai akses dan nilai mutu, sedangkan rata-rata nilai misi 2 dan 3 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Oleh karena indikator pendidikan berdasarkan misi 2 dan 3 memiliki satuan yang berbeda maka perlu dilakukan konversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1.1 sehingga kesemua indikator tersebut bisa disatukan. Selain itu, untuk mengetahui pencapaian kinerja dikdasmen disajikan jenis kinerja dengan mengambil kategori yang digunakan pada wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun (wajar dikdas 9 tahun), yaitu paripurna bila nilainya 95,-1,, utama bila nilainya 9,-94,99, madya bila nilainya 85,-89,99, pratama bila nilainya 8,-84,99, dan kurang bila nilainya kurang dari 8,. Jenis kinerja dimaksud disajikan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Jenis Kinerja Berdasarkan Kategori Wajar Dikdas 9 No. Jenis Kinerja Nilai 1 Paripurna 95.99-1. 2 Utama 9.-94.99 3 Madya 85.-89.99 4 Pratama 8.-84.99 5 Kurang Kurang dari 8. Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:51 Halaman 9 / 63

BAB II KEADAAN NONPENDIDIKAN Untuk memahami tentang keadaan nonpendidikan maka yang pertama perlu diketahui adalah besarnya daerah. Besarnya daerah disajikan pada Peta 2.1 Peta 2.1 A. Administrasi Pemerintahan dan Demografi Berdasarkan administrasi pemerintahan maka di terdapat sejumlah kecamatan dan desa/kelurahan, dengan luas wilayah km2. Penduduk usia sekolah Dikdasmen adalah usia 6 tahun sampai usia 18 tahun. Usia 6-7 tahun adalah usia penduduk masuk jenjang SD, usia 7-12 tahun adalah penduduk usia jenjang SD, usia 13-15 tahun adalah penduduk usia jenjang SMP, dan usia 16-18 tahun adalah penduduk usia jenjang SM. Berdasarkan Tabel 2.1 dan Grafik 2.1 maka jumlah penduduk sebesar 961,695 orang dengan kepadatan penduduk sebesar. orang per km2, sedangkan jumlah penduduk usia masuk SD usia 6-7 tahun sebesar anak dengan rincian laki-laki sebesar anak lebih besar/kecil daripada perempuan sebesar anak sehingga kepadatan penduduk usia masuk SD sebesar. orang per km2. Jumlah penduduk usia 7-12 tahun sebesar 49,749 anak dengan rincian laki-laki sebesar 49,749 anak lebih besar/kecil daripada perempuan sebesar anak sehingga kepadatan usia 7-12 tahun sebesar. orang per km2. Jumlah penduduk usia 13-15 tahun sebesar 47,869 orang dengan rincian laki-laki sebesar 24,71 orang lebih besar/kecil daripada perempuan sebesar 23,159 orang, sehingga kepadatan usia 13-15 tahun sebesar. orang per km2. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun sebesar Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:51 Halaman 1 / 63

38,441 orang dengan rincian laki-laki sebesar 38,441 orang lebih besar/kecil daripada perempuan sebesar orang, sehingga kepadatan usia 16-18 tahun sebesar. orang per km2. Tabel 2.1 Penduduk, Usia Sekolah, Luas Wilayah, Kepadatan Penduduk dan Usia Sekolah No. Variabel Jumlah % Kepadatan 1 Penduduk 961,695 1. 2 Penduduk 6-7 tahun. a. Laki-laki b. Perempuan 1 3 Penduduk 7-12 tahun 49,749 5.17. a. Laki-laki 49,749 1 b. Perempuan 4 Penduduk 13-15 tahun 47,869 4.98. a. Laki-laki 24,71 51.62 b. Perempuan 23,159 48.38 5 Penduduk 16-18 tahun 38,441 4. a. Laki-laki 38,441 1 b. Perempuan 6 Luas Wilayah (Km2) Sumber: Profil Pendidikan Kab/Kota Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:51 Halaman 11 / 63

Grafik 2.1 Kepadatan Penduduk dan Penduduk Usia Sekolah Zero length axis (min >= max) Grafik 2.2 Proporsi Penduduk Usia Sekolah Pusia lainnya P7-12 th P7-12 th (5.17%) P13-15 th (4.98%) P13-15 th P16-18 th P16-18 th (4%) Pusia lainnya (85.85%) Berdasarkan Tabel 2.1 dan Grafik 2.2 diketahui proporsi penduduk usia sekolah terhadap penduduk usia seluruhnya Proporsi penduduk usia masuk SD atau usia 6-7 tahun sebesar %, usia 7-12 tahun sebesar 5.17%, usia 13-15 tahun sebesar 4.98%, dan 16-18 tahun sebesar 4% sedangkan Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:51 Halaman 12 / 63

penduduk usia lainnya sebesar 85.85%. Dengan demikian, usia sekolah di dikdasmen hanya dari usia 7-12 tahun sampai 16-18 tahun sebesar 14.15% atau 136,59 orang. B. Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan penduduk dirinci menjadi 9 kelompok, yaitu 1) tidak pernah sekolah, 2) tidak/belum tamat SD, 3) tamat SD, 4) tamat SMP, 5) tamat SMA, 6) tamat SMK, 7) tamat Diploma, 8) tamat Sarjana, dan 9) tidak terjawab. Berdasarkan Grafik 2.3 diketahui proporsi tingkat pendidikan penduduk tidak pernah sekolah sebesar 272,7 atau %, tidak/belum tamat SD sebesar atau %, tamat SD sebesar atau %, tamat SMP sebesar atau %, tamat SMA sebesar atau %, tamat SMK sebesar atau %, tamat diploma sebesar atau %, tamat sarjana sebesar atau %, dan tidak terjawab sebesar atau %. Dengan demikian, tingkat pendidikan penduduk terbesar adalah dan terkecil adalah Jadi, mayoritas tingkat pendidikan penduduk adalah Tamat Sarjana dan minoritas tingkat pendidikan penduduk adalah Tamat Sarjana Bila dilihat tingkat kepandaian membaca dan menulis maka penduduk yang dapat membaca dan menulis sebesar orang atau %, sedangkan yang buta huruf sebesar orang atau %. Grafik 2.3 Proporsi Tingkat Pendidikan Penduduk Empty pie chart Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:51 Halaman 13 / 63

Penduduk yang dapat membaca/menulis dirinci menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran terbuka adalah mereka yang pernah maupun tidak pernah bekerja. Bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga, dan lain-lain. Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja sebesar orang. Angkatan kerja sebesar orang atau % yang bekerja sebanyak orang atau % dan pengangguran terbuka sebanyak orang atau %. Bukan angkatan kerja sebesar orang atau % dan terbesar adalah Lain-lain sebesar orang atau % dan terkecil adalah Bersekolah sebesar 69,35 orang atau %, Mengurus Rumah tangga sebesar atau %, dan Lain-lain sebesar orang atau %. Penduduk miskin di sebesar atau % tingkat kemiskinan lebih besar berada di Desa daripada di Kota masing-masing sebesar 17,31 di Kota atau 11.13% dan 196,797 di Desa atau 2.46%. C. Ekonomi Ekonomi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah 1) anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dan 2) pendapatan asli daerah (PAD), sedangkan biaya langsung pendidikan berasal dari dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pendidikan mengenai program-program pendidikan. Grafik 2.4 menunjukkan kondisi ekonomi di dengan APBD sebesar Rp dan PAD sebesar Rp26,633,637,93 Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:51 Halaman 14 / 63

Grafik 2.4 Keadaan Ekonomi 27, 243, 216, 189, 162, 135, 18, 81, 54, 27, APBD (juta) 26,634 PAD (juta) APBD (juta) PAD (juta) Tabel 2.2 Belanja Langsung Berdasarkan DPA SKPD Dinas Pendidikan No. Jenjang Pendidikan Jumlah % 1 PAUD 1,21,326, 5.11% 2 PNF 1,462,554, 6.18% 3 SD % 4 SMP % 5 SM % 6 Lainnya 21,8,647,4 88.71% Jumlah 23,681,527,4 1% Sumber: Profil Pendidikan Kab/Kota Belanja langsung untuk program pendidikan yang berasal dari DPA SKPD Dinas Pendidikan terdiri dari PAUD, PNF, SD, SMP, SM, dan lainnya disajikan pada Tabel 2.2 dan Grafik 2.5. Belanja langsung untuk semua jenjang di sebesar Rp23,681,527,4. Dari anggaran tersebut, anggaran terbesar adalah pada jenjang SM sebesar Rp atau % dan terkecil adalah pada Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:51 Halaman 15 / 63

jenjang PAUD sebesar Rp1,21,326, atau 5.11%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk bidang pendidikan oleh pemerintah prioritas diberikan pada jenjang pendidikan SM dalam rangka peningkatan mutu pendidikan jenjang SM sedangkan belanja lainnya sebesar Rp21,8,647,4 atau 88.71% ternyata yang cukup besar/paling besar/kecil. Grafik 2.5 Biaya Pendidikan menurut Jenjang Pendidikan PAUD PNF Lainnya Lainnya (88.71%) PAUD (5.11%) PNF (6.18%) D. Sosial Budaya dan Agama Kondisi sosial budaya dapat dilihat dari keagamaan dan kesehatan. Berdasarkan keagamaan maka terdapat enam jenis agama yang diakui, yaitu 1) Islam, 2) Protestan, 3) Katholik, 4) Hindu, 5) Budha, dan 6) Khonghucu. Grafik 2.6 menunjukkan jumlah penduduk di yang beragama Islam sebesar orang atau %, beragama Protestan sebesar orang atau %, beragama Katolik sebesar orang atau %, beragama Hindu, sebesar orang atau %, beragama Budha sebesar orang atau %, dan beragama Khonghucu sebesar orang atau %. Dengan demikian, mayoritas penduduk beragama Khonghucu atau % karena yang terbesar dan agama Khonghucu atau % yang terkecil. Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:52 Halaman 16 / 63

Grafik 2.6 Jumlah Penduduk menurut Agama Empty pie chart Berdasarkan kesehatan maka di terdapat sejumlah rumah sakit, puskesmas, dan puskesmas pembantu. Bila ada ketentuan bahwa setiap Kab/Kota harus memiliki rumah sakit maka rasio rumah sakit terhadap Kab/Kota sebesar, artinya kurang ideal karena kurang dari 1. Selanjutnya, bila setiap kecamatan harus memiliki puskesmas maka rasio puskesmas terhadap kecamatan sebesar, artinya kurang ideal karena kurang dari 1. Selanjutnya, bila setiap desa/kelurahan harus memiliki puskesmas pembantu maka rasio puskesmas pembantu terhadap desa/kelurahan sebesar, artinya kurang ideal karena kurang dari 1. Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:52 Halaman 17 / 63

BAB III KEADAAN PENDIDIKAN Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahasan tentang keadaan pendidikan dirinci menjadi tiga jenis, yaitu 1) data pendidikan, 2) indikator pendidikan, dan 3) analisis indikator pendidikan. Ketiga jenis bahasan tersebut diberlakukan untuk tiga jenjang pendidikan, yaitu 1) Jenjang SD yang terdiri dari SD, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SDLB, dan Paket A, 2) Jenjang SMP yang terdiri dari SMP, Madrasah Tsanawiyah (MTs), SMPLB, dan Paket B, dan 3) Jenjang SM yang terdiri dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMALB, dan Paket C. Kemudian ketiga jenjang tersebut dijumlahkan menjadi rangkuman dikdasmen. A. Data Pendidikan Data pendidikan yang dibahas terdiri dari tiga jenjang dan 13 satuan pendidikan, yaitu 1) SD, 2) MI, 3) SDLB, 4) Paket A, 5) SMP, 6) MTs, 7) SMPLB, 8) Paket B, 9) SMA, 1) MA, 11) SMK, 12) SMALB, dan 13) Paket C. Dalam bahasan berikutnya hanya dirinci menurut jenjang pendidikan, yaitu jenjang SD, jenjang SMP, dan jenjang SM serta rangkuman dikdasmen. Data dikdasmen yang disajikan diuraikan menjadi 13 variabel data pada tahun 213/214. Sebanyak 7 variabel pertama adalah prasarana yang terdiri dari sekolah, rombongan belajar (kelas), ruang kelas, perpustakaan, ruang UKS, tempat olahraga, dan laboratorium, sedangkan 6 variabel berikutnya adalah sumber daya manusia seperti siswa baru, siswa, lulusan, guru, mengulang, dan putus sekolah. Tabel 3.1 Data Prasarana Dikdasmen No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Sekolah 2,828 2,828 2 Rombongan Belajar 6 82,973 82,979 3 Ruang Kelas 4 Perpustakaan 5 Ruang UKS 6 Tempat Olahraga 7 Laboratorium Sumber: Profil Pendidikan Kab/Kota Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:52 Halaman 18 / 63

Berdasarkan Tabel 3.1 di terdapat jumlah sekolah dikdasmen sebesar 2,828 buah dengan sekolah terbesar adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar 2,828 sekolah atau 1% dan terkecil adalah jenjang SMP sebesar sekolah atau %. Seperti satuan pendidikan di lainnya, ternyata makin tinggi jenjang pendidikan makin sedikit jumlah satuan pendidikan yang ada jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang lebih rendah. Grafik 3.1 Prasarana Sekolah Dikdasmen 9, 82,973 82,979 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, Sekolah Rombel Ruang Kelas Perpustakaan Ruang UKS Tempat OR Laboratorium 1, 2,828 2,828 6 SD SMP SM Dikdasmen Tabel 3.2 Data Sumber Daya Manusia Dikdasmen No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Siswa Baru 1,76,184 1,76,184 2 Siswa 3 Lulusan 12,617 2,155,78 2,168,397 4 Guru 5 Mengulang 6 Putus Sekolah Sumber: Profil Pendidikan Kab/Kota Pada Tabel 3.1 dan 3.2 diketahui bahwa untuk menampung siswa jenjang SD sebesar, Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:52 Halaman 19 / 63

tersedia sekolah dan ruang kelas serta rombongan belajar sejumlah 6 Hal yang sama untuk menampung siswa jenjang SMP sebesar orang, tersedia sekolah dan ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar Untuk menampung siswa jenjang SM sebesar orang, tersedia sebesar 2,828 sekolah dan ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 82,973 Dengan demikian, untuk dikdasmen telah menampung sebanyak orang di 2,828 sekolah dan ruang kelas dengan jumlah rombongan belajar sebesar 82,979 Dari Tabel 3.1 juga diketahui ruang kelas jenjang Sekolah Menengah lebih kecil jika dibandingkan dengan rombongan belajar yang ada, sedangkan jenjang Sekolah Menengah dengan kondisi sebaliknya. Bila satu rombongan belajar harus menggunakan satu ruang kelas maka masih terdapat kekurangan ruang kelas. Kondisi di Provinsi Jawa Tengah seperti disajikan pada Tabel 3.3, untuk jenjang SD kekurangan 6 ruang kelas, jenjang SMP kekurangan ruang kelas, dan jenjang SM kekurangan 82,973 ruang kelas, sehingga untuk dikdasmen kekurangan 82,979 ruang. Terjadinya kekurangan ruang kelas di jenjang SMP tersebut hendaknya dipenuhi dalam rangka meningkatkan akses yang merata, sehingga Misi 2 dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemendikbud 219. Sebaliknya, jenjang pendidikan Sekolah Menengah yang kelebihan ruang kelas tidak dibiarkan kosong dan hendaknya dapat dimanfaatkan oleh semua anak yang belum bersekolah agar bersekolah, sehingga Misi 2 akses yang meluas dapat tercapai sesuai dengan Rencana Strategi Kemendikbud 219. 2,2, 2,, 1,8, Grafik 3.2 Sumber Daya Manusia Dikdasmen 1,76,184 2,155 1,76,184 2,168 1,6, 1,4, 1,2, 1,, 8, 6, Siswa Baru Siswa Lulusan Guru 4, 2, 12,617 SD SMP SM Dikdasmen Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:53 Halaman 2 / 63

Tabel 3.3 Kekurangan dan kelebihan Prasarana Dikdasmen No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Ruang Kelas 6 82,973 82,979 2 Perpustakaan 2,828 2,828 3 Ruang UKS 2,828 2,828 4 Tempat Olahraga 2,828 2,828 5 Laboratorium 2,828 2,828 Sumber: Profil Pendidikan Kab/Kota Hal yang sama untuk perpustakaan, ruang UKS, ruang komputer, tempat olahraga, dan laboratorium. Bila setiap sekolah harus memiliki perpustakaan, ruang UKS, tempat olahraga, dan laboratorium (khusus SM sebanyak 5 jenis laboratorium) maka di semua jenjang pendidikan masih terdapat kekurangan/kelebihan perpustakaan, ruang UKS, tempat olahraga, dan laboratorium. Berdasarkan pada Tabel 3.3. maka untuk jenjang SD masih kekurangan perpustakaan, jenjang SMP kekurangan perpustakaan, dan jenjang SM kekurangan 2,828 perpustakaan, sehingga dikdasmen masih kekurangan 2,828 perpustakaan. Demikian juga dengan ruang UKS, jenjang SD kekurangan ruang UKS, jenjang SMP kekurangan ruang UKS, dan jenjang SM kekurangan 2,828 ruang UKS, sehingga dikdasmen kekurangan 2,828 ruang UKS. Hal yang sama dengan tempat olahraga, jenjang SD masih kekurangan ruang, jenjang SMP masih kekurangan ruang, dan jenjang SM kekurangan 2,828 ruang, sehingga dikdasmen kekurangan 2,828 ruang. Untuk laboratorium, jenjang SD masih kekurangan laboratorium, jenjang SMP masih kekurangan laboratorium dan jenjang SM kekurangan 2,828 laboratorium sehingga dikdasmen kekurangan 2,828 laboratorium. Bila dibandingkan antara mengulang dan putus sekolah yang terdapat pada Tabel 3.2 dan Grafik 3.3 ternyata di mengulang terbesar pada jenjang Sekolah Menengah sebesar orang sedangkan mengulang terkecil pada jenjang Sekolah Menengah sebesar orang sehingga jumlah mengulang di dikdasmen menjadi sebesar orang. Putus sekolah yang terbesar terdapat pada jenjang Sekolah Menengah sebesar orang sedangkan putus sekolah terkecil pada jenjang Sekolah Menengah sebesar orang sehingga jumlah putus sekolah dikdasmen menjadi sebesar orang. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka mengulang yang besar pada jenjang Sekolah Menengah harus segera ditanggulangi melalui program remedial. Hal yang sama untuk putus sekolah yang besar pada jenjang Sekolah Menengah hendaknya ditanggulangi melalui program retrieval sehingga anak yang putus sekolah bisa kembali ke sekolah atau dapat masuk di program Paket A/B/C dalam rangka peningkatan mutu di tingkat SD/SMP/SM. Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:53 Halaman 21 / 63

Grafik 3.3 Mengulang dan Putus Sekolah Dikdasmen Zero length axis (min >= max) Kelayakan mengajar guru menggunakan Undang-Undang Nomor 14, 25 tentang Guru dan Dosen (UU 14/25). Guru layak mengajar di tingkat SD, SMP dan SM adalah yang berijazah Sarjana atau Diploma IV dan yang lebih tinggi. Jumlah guru menurut kelayakan mengajar dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan Grafik 3.4. Jumlah guru di layak mengajar yang terbaik terdapat di jenjang SD sebesar 7,94 orang, sedangkan guru layak terkecil terdapat di jenjang SMP sebesar orang. Kecilnya guru layak di jenjang SMP karena adanya peningkatan kualifikasi bahwa guru SMP yang layak sebelumnya adalah mereka yang memiliki ijazah Diploma II. Sebaliknya, guru yang tidak layak mengajar terbesar di jenjang SD sebesar 291 orang dan yang terendah di jenjang SMP sebesar orang. Dengan demikian, untuk dikdasmen terdapat guru layak mengajar sebesar 9,464 orang dan tidak layak sebesar 428 orang. Kondisi ini cukup memprihatinkan, untuk itu diperlukan upaya lebih lanjut dalam rangka penyetaraan guru agar sesuai dengan jenjang pendidikan yang dipersyaratkan pada UU No. 14/25. Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:53 Halaman 22 / 63

Tabel 3.4 Guru menurut Kelayakan Mengajar No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Layak 7,94 2,37 9,464 2 Tidak Layak 291 137 428 Jumlah 7,385 2,57 9,892 4 % Layak 96.6% % 94.54% 95.67% 5 % Tidak Layak 3.94% % 5.46% 4.33% Sumber: Profil Pendidikan Kab/Kota Grafik 3.4 Guru menurut Kelayakan Mengajar 1, 9,464 9, 8, 7, 6, 7,94 7,385 5, 4, 3, 2, 2,37 2,57 2,57 Layak Tdk Layak Jumlah 1, 291 SD SMP SM Dikdasmen 137 428 Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:53 Halaman 23 / 63

Tabel 3.5 Ruang Kelas menurut Kondisi No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Baik 1,288 951 2,239 2 Rusak Ringan 2,95 27 2,977 3 Rusak Sedang 353 22 375 4 Rusak Berat 266 5 271 5 Rusak Total 15 21 171 Jumlah 5,7 1,26 6,33 1 % Baik 25.72% % 92.69% 37.11% 2 % Rusak Ringan 58.92% % 2.63% 49.35% 3 % Rusak Sedang 7.5% % 2.14% 6.22% 4 % Rusak Berat 5.31% %.49% 4.49% 5 % Rusak Total 3% % 2.5% 2.83% Sumber: Profil Pendidikan Kab/Kota Ruang kelas sebagai prasarana penting sekolah terbagi dalam lima kondisi, yaitu baik, rusak ringan, rusak sedang, rusak berat, dan rusak total. Jumlah ruang kelas menurut kondisi terdapat pada Tabel 3.5 dan Grafik 3.5. Berdasarkan ruang kelas di, ternyata sebagian/semua jenjang pendidikan memiliki ruang kelas yang rusak berat. Jumlah ruang kelas baik terbesar di jenjang SD sebesar 1,288 ruang, sedangkan ruang kelas yang baik terkecil di jenjang SMP sebesar ruang. Untuk jumlah ruang kelas rusak ringan yang terbesar di jenjang SD sebesar 2,95 ruang, sedangkan ruang kelas rusak ringan yang terkecil di jenjang SMP sebesar ruang. Jumlah ruang kelas rusak sedang yang terbesar di jenjang SD sebesar 353 ruang, sedangkan ruang kelas rusak sedang yang terkecil di jenjang SMP sebesar ruang. Jumlah ruang kelas rusak berat yang terbesar di jenjang SD sebesar 266 ruang, sedangkan ruang kelas rusak berat yang terkecil di jenjang SMP sebesar ruang. Sebaliknya, ruang kelas rusak total terbesar terdapat di jenjang SD sebesar 15 ruang dan terkecil terdapat di jenjang SMP sebesar ruang. Jadi, untuk dikdasmen terdapat ruang kelas seluruhnya sebesar 6,33 ruang dengan rincian ruang kelas baik sebesar 2,239 ruang, rusak ringan sebesar 2,977 ruang, rusak sedang sebesar 375 ruang, rusak berat sebesar 271 ruang, dan rusak total sebesar 171 ruang. Dengan kondisi seperti ini berarti, sebagian/semua sekolah masih membutuhkan rehabilitasi atau revitalisasi ruang kelas dengan jumlah yang bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan makin tinggi jenjang pendidikan ternyata makin baik/buruk prasarana yang dimiliki. Hal ini dapat dimaklumi karena letak sekolah Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:54 Halaman 24 / 63

banyak yang berada di daerah kota/pinggiran dan yang mudah/sulit dijangkau. Grafik 3.5 Ruang Kelas menurut Kondisi 37.11 49.35 6.22 4.49 2.83 Dikdasmen 92.69 2.63 2.14.49 2.5 SM Baik SMP Rsk Rgn Rsk Sdg 25.72 Rsk Brt 58.92 7.5 5.31 3 SD Rsk Ttl 5 1 15 2 25 3 35 4 45 5 55 6 65 7 75 8 85 9 95 1 Tabel 3.6 Perpustakaan menurut Kondisi No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Baik 195 67 262 2 Rusak 376 3 379 Jumlah 571 7 641 1 % Baik 34.15% % 95.71% 4.87% 2 % Rusak 65.85% % 4.29% 59.13% Sumber: Profil Pendidikan Kab/Kota Prasarana sekolah yang juga penting adalah perpustakaan terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 3.6 dan Grafik 3.6. Berdasarkan perpustakaan di, ternyata sebagian/semua jenjang pendidikan memiliki perpustakaan yang rusak. Jumlah perpustakaan yang baik terkecil di jenjang SMP sebesar % atau perpustakaan, sedangkan perpustakaan yang baik terbesar di jenjang SD besar 34.15% atau 195 perpustakaan. Hal yang sama untuk jumlah perpustakaan yang rusak terbesar di jenjang SD sebesar 65.85% atau 376 Perpustakaan, sedangkan Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:54 Halaman 25 / 63

perpustakaan yang rusak terkecil di jenjang SMP sebesar % atau perpustakaan. Grafik 3.6 Perpustakaan menurut Kondisi 7 65 641 6 571 55 5 45 4 376 379 35 3 25 2 15 195 262 Baik Rusak Jumlah 1 67 7 5 SD SMP SM Dikdasmen 3 Tabel 3.7 Ruang Usaha Kesehatan Sekolah menurut Kondisi No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Baik 78 17 95 2 Rusak 248 28 276 Jumlah 326 45 371 1 % Baik 23.93% % 37.78% 25.61 2 % Rusak 76.7% % 62.22% 74.39% Sumber: Profil Pendidikan Kab/Kota Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23, 213 tentang Standar Pelayanan Minimal (Permendikbud 23/213) adalah ruang UKS juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak yang terdapat pada Tabel 3.7 dan Grafik 3.7. Berdasarkan ruang UKS di, ternyata sebagian/semua jenjang pendidikan memiliki ruang UKS yang rusak. Jumlah ruang UKS baik terbesar di jenjang SD sebesar 23.93% atau 78 ruang, sedangkan ruang UKS baik terkecil di jenjang SMP sebesar % atau ruang. Hal yang sama Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:54 Halaman 26 / 63

untuk jumlah ruang UKS rusak terbesar di jenjang SD sebesar 76.7% atau 248 ruang, sedangkan ruang UKS rusak terkecil di jenjang SMP sebesar % atau ruang. Grafik 3.7 Ruang UKS Menurut Kondisi 38 371 342 326 34 266 228 248 276 19 152 114 76 78 95 Baik Rusak Jumlah 38 17 28 45 SD SMP SM Dikdasmen Tabel 3.8 Tempat Olahraga Menurut Kepemilikan No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Milik 35 35 2 Bukan Milik 17 17 Jumlah 52 52 1 % Milik % % 67.31% 67.31 2 % Bukan Milik % % 32.69% 32.69 Sumber: Profil Pendidikan Kab/Kota Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:54 Halaman 27 / 63

Grafik 3.8 Tempat Olahraga Menurut Kepemilikan 6 55 5 52 45 4 35 35 35 3 25 2 15 17 17 Baik Rusak Jumlah 1 5 SD SMP SM Dikdasmen Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendikbud 23/213 adalah tempat olahraga menurut kepemilikan terbagi dalam milik dan bukan milik yang terdapat pada Tabel 3.8 dan Grafik 3.8. Berdasarkan tempat olahraga di, ternyata sebagian/semua jenjang pendidikan memiliki tempat olahraga yang bukan milik. Jumlah tempat olahraga milik terbesar di jenjang Sekolah Menengah sebesar 1% atau 35 tempat, sedangkan tempat olahraga milik terkecil di jenjang SMP sebesar % atau tempat. Hal yang sama untuk jumlah tempat olahraga bukan milik terbesar di jenjang SD sebesar 1458.82% atau 248 tempat, sedangkan tempat olahraga bukan milik terkecil di jenjang SMP yang rusak sebesar % atau tempat. Tabel 3.9 Laboratorium Menurut Kondisi No. Variabel SD SMP SM Dikdasmen 1 Baik 23 213 236 2 Rusak 75 11 86 Jumlah 98 224 322 1 % Baik 23.47% % 95.9% 73.29% 2 % Rusak 76.53% % 4.91% 26.71% Sumber: Profil Pendidikan Kab/Kota Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:55 Halaman 28 / 63

Grafik 3.9 Laboratorium Menurut Kondisi 33 322 38 286 264 242 22 213 224 236 198 176 154 132 11 88 66 75 98 86 Baik Rusak Jumlah 44 22 23 11 SD SMP SM Dikdasmen Prasarana sekolah yang juga diperlukan sesuai dengan Permendikbud 23/213 adalah laboratorium juga terbagi dalam kondisi baik dan rusak terdapat pada Tabel 3.9 dan Grafik 3.9. Berdasarkan laboratorium di, ternyata sebagian/semua jenjang pendidikan memiliki laboratorium yang rusak. Jumlah laboratorium baik terkecil di jenjang SMP sebesar % atau laboratorium, sedangkan laboratorium baik terbesar di jenjang Sekolah Menengah sebesar 217.35% atau 213 laboratorium. Hal yang sama untuk jumlah laboratorium rusak terbesar di jenjang SD sebesar 76.53% atau 75 laboratorium, sedangkan laboratorium rusak terkecil di jenjang SMP sebesar % atau laboratorium. B. Indikator Pendidikan Seperti yang dijelaskan sebelumnya maka indikator pendidikan yang digunakan disesuaikan dengan misi pendidikan 5K. 1. Mewujudkan Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan: Misi 2 Untuk mengetahui akses menjadi tiga jenis, yaitu meluas, merata, dan berkeadilan. Akses merata terdiri dari 6 indikator, yaitu rasio siswa per kelas (R-S/K), rasio kelas per ruang kelas (R- K/RK), persentase perpustakaan (%perpus), persentase ruang UKS (%RUKS), persentase tempat olahraga (%TOR), dan persentase laboratorium(%lab). Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:55 Halaman 29 / 63

Tabel 3.1 Indikator Akses yang Meluas, Merata, dan Berkeadilan No. Jenis Indikator Satuan SD SMP SM Dikdasmen Akses yang Merata 1 Rasio Siswa per Kelas (R-S/K) siswa 2 Rasio Kelas per Ruang Kelas (R- kelas K/RK) 3 % Perpustakaan persentase 4 % Ruang UKS persentase 5 % Tempat Olahraga persentase 6 % Laboratorium persentase Akses yang Meluas 7 Angka Partisipasi Murni (APM) persentase 73.58 477. 1356.87 32 8 Angka Partisipasi Kasar (APK) persentase 9 Tingkat Pelayanan Sekolah (TPS) siswa 1 1 Satuan Biaya (SB) rupiah Akses yang Berkeadilan 11 Perbedaan Gender APK (PG APK) persentase 12 Indeks Paritas Gender APK (IPG APK) indeks 13 % Siswa Swasta (% S-Swt) persentase Sumber: Profil Pendidikan Kab/Kota Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:55 Halaman 3 / 63

Grafik 3.1 Indikator Akses yang Meluas (Rasio Pendidikan) Zero length axis (min >= max) Berdasarkan Permendiknas 23/213, R-S/K jenjang SD sebesar 32, sedangkan jenjang SMP dan jenjang SM sebesar 36. Pada kenyataannya, R-S/K di untuk jenjang SD sebesar, untuk jenjang SMP sebesar, dan untuk jenjang SM sebesar sehingga rata-rata dikdasmen sebesar siswa. Jenjang SD menggunakan sistem kelas sehingga terlihat perbedaannya dengan jenjang SMP maupun jenjang SM. Dengan demikian, efisiensi penggunaan kelas di jenjang SD sebesar...% atau belum/sudah maksimal, penggunaan kelas untuk jenjang SMP sebesar...% atau belum/sudah maksimal, sedangkan jenjang SM sebesar...% atau belum/sudah maksimal. Hal ini menunjukkan makin tinggi jenjang sekolah makin kurang/lebih efisien dan kurang/lebih padat atau belum/sudah mencapai standar R-S/K. R-K/RK idealnya adalah 1. Pada kenyataannya R-K/RK di bervariasi dari terkecil adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar sampai yang terbesar adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar Untuk jenjang SD terdapat...% ruang kelas yang belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar/digunakan lebih dari sekali untuk kegiatan belajar mengajar, jenjang SMP terdapat...% ruang kelas yang belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar/digunakan lebih dari sekali untuk kegiatan belajar mengajar, dan jenjang SM sebesar...% belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar/digunakan lebih dari sekali untuk kegiatan belajar mengajar. Khusus jenjang.., adanya ruang kelas yang belum digunakan untuk proses belajar mengajar dapat digunakan untuk menampung siswa agar partisipasi siswa bertambah, sehingga APK jenjang... akan meningkat. Untuk R-K/RK dikdasmen sebesar. ternyata masih terdapat % ruang kelas yang belum digunakan untuk kegiatan belajar mengajar/digunakan lebih dari sekali untuk kegiatan belajar-mengajar. Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:55 Halaman 31 / 63

Grafik 3.11 Indikator Akses yang Meluas (Persentase Prasarana) Zero length axis (min >= max) %Perpus idealnya adalah 1%. Pada kenyataannya, %Perpus di bervariasi dari terkecil di jenjang Sekolah Menengah sebesar % sampai yang terbesar di jenjang Sekolah Menengah sebesar %. Untuk jenjang SD terdapat 1% sekolah belum memiliki perpustakaan, jenjang SMP terdapat 1% sekolah belum memiliki perpustakaan, dan jenjang SM terdapat 1% sekolah belum memiliki perpustakaan, sehingga dikdasmen yang belum mempunyai perpustakaan sebesar 1%. %RUKS idealnya adalah 1%. Pada kenyataannya, %RUKS di bervariasi dari terkecil di jenjang Sekolah Menengah sebesar % sampai yang terbesar di jenjang Sekolah Menengah sebesar %. Untuk jenjang SD terdapat 1% sekolah belum memiliki ruang UKS, jenjang SMP terdapat 1% sekolah belum memiliki ruang UKS, dan jenjang SM terdapat 1% sekolah belum memiliki ruang UKS, sehingga dikdasmen yang belum mempunyai ruang UKS sebesar 1%. %TOR idealnya adalah 1%. Pada kenyataannya, %TOR di bervariasi dari terkecil di jenjang Sekolah Menengah sebesar % sampai yang terbesar di jenjang Sekolah Menengah sebesar %. Untuk jenjang SD terdapat 1% sekolah belum memiliki tempat olahraga, jenjang SMP terdapat 1% sekolah belum memiliki tempat olahraga, dan jenjang SM terdapat 1% sekolah belum memiliki tempat olahraga, sehingga dikdasmen yang belum mempunyai tempat olahraga sebesar 1%. %Lab idealnya adalah 1%. Pada kenyataannya, %Lab di bervariasi dari terkecil di jenjang Sekolah Menengah sebesar % sampai yang terbesar di jenjang Sekolah Menengah sebesar %. Untuk jenjang SD terdapat 1% sekolah belum memiliki laboratorium, jenjang SMP terdapat 1% sekolah belum memiliki laboratorium, dan jenjang SM terdapat 1% sekolah belum Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:56 Halaman 32 / 63

memiliki laboratorium, sehingga dikdasmen masih kekurangan laboratorium sebesar 1%. Akses merata terdiri dari 4 indikator, yaitu angka masukan kasar (AMK)/angka melanjutkan (AM), angka partisipasi kasar (APK), tingkat pelayanan sekolah (TPS), dan satuan biaya (SB). Berdasarkan Tabel 3.1 dan Grafik 3.12 digunakan AMK, idealnya adalah 5% berarti mereka yang sekolah sesuai dengan usia masuk sekolah jenjang SD usia 6 dan 7 tahun. AMK jenjang SD belum diketahui idealnya. Besarnya AMK ini menunjukkan banyaknya orang tua yang telah memprioritaskan anaknya untuk bersekolah di jenjang SD dalam usia yang sesuai. Pada kenyataannya, AMK jenjang SD sebesar % sangat kecil karena tidak ada separuh. Lulusan jenjang SD dan SMP yang melanjutkan ke jenjang SMP dan SM idealnya adalah 1%. Lulusan jenjang SD yang melanjutkan ke jenjang SMP sebesar % kurang baik karena belum mencapai 1%. Lulusan jenjang SMP yang melanjutkan ke jenjang SM sebesar % jika dibandingkan dengan yang melanjutkan ke jenjang SMP. Besarnya AM jenjang SMP dan SM juga akibat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi masa depan anaknya walaupun jumlah sekolah di jenjang SMP dan SM yang ada belum cukup memadai seperti halnya dengan jenjang SD. Idealnya APK mendekati 1% bila anak usia sekolah bersekolah sesuai dengan usia resmi masuk jenjang SD dan tidak mengulang dan putus sekolah. Namun, pada kenyataannya masih banyak siswa yang mengulang dan putus sekolah sehingga APK menjadi lebih besar dari 1% terutama pada jenjang SD. Berdasarkan perhitungan APK, ternyata APK tertinggi terdapat pada jenjang SM sebesar % sedangkan yang terendah pada jenjang SM sebesar %, sehingga dikdasmen sebesar % telah/belum mendekati 1%. Lebih rendahnya APK di jenjang SM menunjukkan partisipasi yang rendah jika dibandingkan dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jenjang SM mempunyai kondisi yang lebih baik jika dibandingkan dengan jenjang SD dan jenjang SMP karena anak yang bersekolah di jenjang SM paling banyak jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya yang lebih tinggi. Akses yang merata dihitung dari TPS pada terbesar adalah jenjang SM sebesar yang berarti pelayanan sekolah yang terburuk, sedangkan TPS terkecil adalah jenjang SM sebesar yang berarti pelayanan sekolah yang terbaik karena memberi kesempatan yang lebih besar kepada siswa untuk bersekolah. Akses yang meluas dapat dilihat dari SB terbesar adalah jenjang SM sebesar Rp dan terkecil pada jenjang SM sebesar Rp Dengan demikian, akses yang merata Dikdasmen dilihat dari biaya sebesar Rp menunjukkan besarnya partisipasi pemerintah daerah dalam membiayai pendidikan. Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:56 Halaman 33 / 63

Grafik 3.12 Indikator Akses yang Meluas (APK dan AMK/AM) 4,8 4,5 4,2 3,9 3,6 3,3 3, 2,7 2,4 2,1 1,8 1,5 1,2 9 6 3 4,77.32 73.58 1,356.87 SD SMP SM Dikdasmen APK APM Akses berkeadilan terdiri dari 3 indikator, yaitu perbedaan gender APK (PG APK), indeks paritas gender APK (IPG APK), dan persentase siswa swasta (%S-Swt). Berdasarkan Tabel 3.1 dan Grafik 3.13, PG APK idealnya adalah, artinya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dan IPG APK idealnya 1, artinya sudah setara antara lakilaki dan perempuan. Pada kenyataannya, PG APK yang terbaik adalah pada jenjang SM sebesar % yang berarti laki-laki lebih baik/buruk daripada perempuan dan PG APK terburuk adalah pada jenjang SM sebesar % karena makin jauh dari angka dan perempuan lebih baik/buruk daripada laki-laki. Dengan demikian, PG APK dikdasmen sebesar % dan perempuan lebih baik/buruk dari laki-laki. Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:56 Halaman 34 / 63

Grafik 3.13 Indikator Akses yang Berkeadilan (PG dan IPG APK) Zero length axis (min >= max) Sesuai dengan PG maka IPG APK yang terbaik juga pada jenjang SM sebesar yang berarti belum setara sedangkan jenjang SM makin jauh dari setara sebesar yang berarti laki/perempuan lebih diuntungkan. Dengan demikian, IPG APK dikdasmen mencapai yang berarti belum setara dan laki-laki/perempuan lebih diuntungkan. Kesetaraan juga dilihat dari sekolah swasta dan negeri, makin besar nilainya berarti makin besar partisipasi masyarakat dalam membangun sekolah swasta dan disesuaikan dengan standar. Kesetaraan untuk memperoleh siswa terbesar pada jenjang SM sebesar %, sedangkan terkecil pada jenjang SM sebesar %. Dengan demikian, %S-Swt dikdasmen sebesar %, menunjukkan besarnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. 2. Mewujudkan Indikator Pembelajaran yang Bermutu: Misi 3 Untuk dapat melihat mutu pembelajaran maka dirinci menjadi tiga jenis, yaitu mutu siswa, mutu guru, dan mutu prasarana. Mutu siswa terdiri dari enam indikator, yaitu persentase siswa baru asal TK (%SB TK) (SD), angka mengulang (AU), angka bertahan tingkat 5 (AB5) SD atau angka bertahan (AB) SMP dan SM, angka lulusan (AL), angka putus sekolah (APS), dan rata-rata lama belajar (RLB). Berdasarkan Tabel 3.11 dan Grafik 3.14, %SB TK idealnya adalah 1%. Pada kenyataannya, %SB TK sebesar % cukup kecil karena mencapai kurang dari 8%. Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:56 Halaman 35 / 63

Tabel 3.11 Indikator Pembelajaran yang Bermutu: Misi 3 No. Jenis Indikator Satuan SD SMP SM Dikdasmen Mutu dari segi Siswa 1 % Siswa Baru TK (%SB TK) persentase - - - 2 Angka Masukan Murni (AMM)/ Angka persentase - Melanjutkan (AM) 3 Angka Mengulang (AU) persentase 4 Angka Bertahan tk 5 (AB5)/ Angka persentase 99.9 33.33 66.13 - Bertahan (AB) 5 Angka Lulusan (AL) persentase 94.62 18.7 18.69 9 6 Angka Putus Sekolah (APS) persentase 7 Rata2 Lama Belajar (RLB) tahun 6.7 3.33 - Mutu dari segi Guru 8 % Guru Layak (%GL) persentase 9 % Guru sertifikasi (%GS) persentase 1 Rasio Siswa per Guru (R-S/G) siswa Mutu dari segi Prasarana 11 % Sekolah Akreditasi A dan B (%SA- persentase 493.5 493.53 AB) 3 12 % Ruang Kelas baik (%RKb) persentase 13 % Perpustakaan baik (%Perpusb) persentase 14 % Ruang UKS baik (%RUKSb) persentase 15 % Laboratorium baik (%Labb) persentase Sumber: Profil Pendidikan Kab/Kota AU idealnya adalah %. Pada kenyataannya, AU di jenjang SM yang terbaik dengan nilai % terkecil sebesar % dan yang terburuk dengan nilai terbesar di jenjang SM sebesar %. Dengan demikian, AU dikdasmen sebesar %. AB5 jenjang SD idealnya adalah 95%, sedangkan AB jenjang SMP dan SM idealnya adalah 1% artinya tidak ada yang mengulang dan putus sekolah. Pada kenyataannya, AB5 jenjang SD sebesar 99.9% belum/sudah/mendekati ideal, sedangkan AB jenjang SMP dan SM masing-masing sebesar 33.33% dan 66.13% belum/sudah/mendekati ideal. AL idealnya adalah 1%. Pada kenyataannya, AL di yang terbesar terjadi di jenjang SM sebesar 18.79% dan terkecil pada jenjang SMP sebesar %. Kecilnya AL di jenjang SMP perlu menjadi perhatian pihak pemerintah karena biasanya lebih banyak yang lulus jika dibandingkan Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:56 Halaman 36 / 63

dengan jenjang lainnya. Dengan demikian, AL dikdasmen sebesar 18.69%. Seperti halnya AU, APS idealnya adalah %. Pada kenyataanya, APS jenjang yang terbaik dengan nilai terkecil sebesar % sedangkan jenjang SM yang terburuk dengan nilai terbesar sebesar %. Dengan demikian, APS Dikdasmen sebesar %. RLB SD idealnya adalah 6 tahun, RLB SMP dan SM idealnya adalah 3 tahun. Pada kenyataannya, RLB jenjang SD sebesar 6.7 tahun belum/sudah ideal karena belum/sudah sesuai standar akibat siswa lulus tidak tepat waktu, adanya siswa mengulang, sehingga terdapat beberapa siswa lulus dalam waktu 6 tahun, 7 tahun, atau 8 tahun. Jenjang SMP dan jenjang SM masingmasing sebesar dan 3.33 tahun belum/sudah ideal karena belum/sudah sesuai standar akibat siswa lulus tidak tepat waktu, adanya siswa yang mengulang, sehingga terdapat beberapa siswa yang lulus dalam waktu 3 tahun, 4 tahun, atau 5 tahun. Grafik 3.14 Indikator Pembelajaran Bermutu dari Segi Siswa 1 99.9 9 8 7 66.13 6 5 4 3 2 1 6.7 33.33 SD SMP SM 3.33 AU AB5/AB APS RLB Mutu guru terdiri dari 3 indikator, yaitu persentase guru layak (%GL), persentase guru sertifikasi (%GS), dan rasio siswa per guru (R-S/G). Berdasarkan Tabel 3.12 dan Grafik 3.14, %GL idealnya adalah 1%. Pada kenyataannya, %GL tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar % dan yang terkecil pada jenjang SM sebesar %. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru SD yang belum layak mengajar harus disetarakan dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah Namun, peningkatan kualitas guru lainnya juga harus dilaksanakan karena %GL tertinggi di jenjang SM sebesar % juga belum mencapai ideal atau kurang dari 1%. Oleh karena itu, perlu diprioritaskan agar guru dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sehingga kelayakan mengajar guru akan Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:57 Halaman 37 / 63

meningkat. %GL dikdasmen hanya tercapai % belum/cukup tinggi karena belum mencapai 1% dari guru yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan penyetaraan sebesar 1% guru dikdasmen. Seperti halnya %GL, %GS idealnya adalah 1%. Pada kenyataannya, %GS tertinggi terdapat di jenjang SM sebesar % dan terkecil terdapat pada jenjang SM sebesar %. Oleh karena itu, untuk SD terdapat % guru yang perlu disertifikasi, untuk SMP terdapat % guru yang perlu sertifikasi, dan SM sebesar % guru yang perlu sertifikasi. %GS dikdasmen hanya tercapai % belum/cukup tinggi karena belum mencapai 1% dari guru yang ada. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maka guru semua jenjang yang belum sertifikasi harus diupayakan memperoleh sertifikasi dan merupakan kebijakan yang diprioritaskan oleh pemerintah R-S/G belum ada idealnya, namun guru di jenjang SM harusnya lebih banyak daripada guru SMP karena bidang studi di SM lebih banyak daripada jenjang SMP, sedangkan guru jenjang SD adalah guru kelas sehingga seharusnya paling kecil. Pada kenyataannya, R-S/G di bervariasi dari terkecil di jenjang SM sebesar sampai terbesar di jenjang SM sebesar, dan rata-rata dikdasmen sebesar Bila digunakan standar SD sebesar 16, SMP sebesar 15, dan SM sebesar 12 maka untuk jenjang SD sebesar atau % belum/sudah mencapai standar atau kekurangan/kelebihan guru, jenjang SMP sebesar atau % belum/sudah mencapai standar atau kekurangan/kelebihan guru, dan jenjang SM sebesar atau % belum/sudah mencapai standar atau kekurangan/kelebihan guru. Grafik 3.15 Indikator Pembelajaran Bermutu dari Segi Guru Zero length axis (min >= max) Mutu prasarana terdiri dari 5 indikator, yaitu persentase sekolah dengan akreditasi A dan B (%SA-AB), persentase ruang kelas baik (%RKb), persentase perpustakaan baik (%Perpusb), persentase ruang UKS baik (%RUKSb), dan persentase laboratorium baik (%Labb). Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:57 Halaman 38 / 63

Dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana pendidikan yang terdapat pada Tabel 3.11 dan Grafik 3.16 maka %SA-AB, %RKb, %Perpusb, %RUKSb, dan %Labb idealnya adalah 1%. Pada kenyataannya, %SA-AB bervariasi dari terkecil di jenjang SMP sebesar % sampai terbesar di jenjang SM sebesar 493.53%, dengan demikian dikdasmen sebesar 493.53%. Oleh karena itu, untuk SD perlu akreditasi sebesar 1% sekolah, untuk SMP perlu akreditasi sebesar 1% sekolah dan untuk SM perlu akreditasi sebesar -393.53%, sehingga dikdasmen perlu akreditasi sebesar -393.53%. %RKb bervariasi dari terkecil di jenjang SM sebesar % sampai terbesar di jenjang SM sebesar %. Untuk itu, prioritas rehabilitasi hendaknya dilakukan pada jenjang SM yang terkecil, sedangkan jenjang SM cukup baik karena mencapai lebih dari 75%. %Rkb dikdasmen mencapai % masih jauh dari 1% sehingga masih diperlukan rehabilitasi SD sebesar 1%, rehabilitasi SMP sebesar 1%, dan SM sebesar 1%. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah untuk melakukan rehabilitasi terhadap ruang kelas dikdasmen yang rusak berat sebesar 1%. Seperti halnya ruang kelas, prasarana lainnya adalah perpustakaan, ruang UKS, dan laboratorium idealnya adalah 1%. Pada kenyataannya, %Perpusb terbaik pada jenjang SM sebesar % dan terburuk pada jenjang SM sebesar %, sehingga dikdasmen sebesar %, berarti masih diperlukan rehabilitasi SD sebesar 1%, SMP sebesar 1%, dan SM sebesar 1% dari sekolah yang ada. Bila mutu semua jenjang harus sama maka maka perlu kebijakan khusus dengan memberi prioritas rehabilitasi perpustakaan yang memiliki kerusakan paling besar. %RUKSb terbaik pada jenjang SM sebesar % dan terburuk pada jenjang SM sebesar %, sehingga dikdasmen sebesar %, berarti masih diperlukan rehabilitasi SD sebesar 1%, SMP sebesar 1%, dan SM sebesar 1% dari sekolah yang ada. Sebaliknya, %Labb terbaik pada jenjang SM sebesar % dan terkecil pada jenjang SM sebesar %, berarti masih diperlukan rehabilitasi dikdasmen sebesar 1% dari sekolah yang ada. Oleh karena itu, diperlukan kepedulian pemerintah khususnya terhadap prasarana sekolah seperti perpustakaan, ruang UKS, dan laboratorium untuk melakukan rehabilitasi prasarana tersebut. Hal ini berarti peningkatan mutu prasarana di semua jenjang pendidikan masih perlu diupayakan. Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:57 Halaman 39 / 63

5 Grafik 3.16 Indikator Pembelajaran Bermutu dari Segi Prasarana 493.53 493.53 45 4 35 3 25 2 15 1 %SA-AB %RKb %Perpus %RUKSb %Lab 5 SD SMP SM Dikdasmen C. Analisis Indikator Indikator misi 2 dan misi 3 digunakan untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan. Indikator misi 2 digunakan untuk menilai akses yang merata, meluas, dan berkeadilan yang dapat dicapai sedangkan indikator misi 3 digunakan untuk menilai pembelajaran yang bermutu yang dapat dicapai. Gabungan dari kedua misi dengan 28 indikator tersebut untuk menilai kinerja program pembangunan pendidikan dasar dan menengah. Indikator yang dapat dilakukan analisis untuk dikdasmen adalah yang dimiliki oleh ketiga jenjang tersebut. Indikator tersebut disajikan pada Tabel 3.12. Untuk indikator misi 2 dan misi 3 maka indikator yang tidak digunakan dalam analisis adalah APM (Misi 2 akses meluas) karena APM mengukur yang sama dengan APK, sehingga tidak terjadi duplikasi perhitungan. Tabel 3.12 Indikator Pendidikan Berdasarkan Misi Pendidikan Misi No. Jenis Indikator SD SMP SM Dikdasmen Akses yang Merata 1 Rasio Siswa per Kelas (R-S/K) 2 Rasio Kelas per Ruang Kelas (R-K/RK) 3 Persentase Perpustakaan (%Perpus) 4 Persentase Ruang UKS (%RUKS) INDIKATOR 5 Persentase Tempat Olahraga (%TOR) AKSES 6 Persentase Laboratorium (%Lab) Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:57 Halaman 4 / 63

YANG MERATA, Akses yang Meluas MELUAS, 7 Angka Partisipasi Murni (APM) 73.58 477.3 1356.87 2 DAN 8 Angka Partisipasi Kasar (APK) BERKEADIL 9 Tingkat Pelayanan Sekolah (TPS) 1 AN MISI 2 1 Satuan Biaya (SB) Akses yang Berkeadilan 11 Perbedaan Gender APK (PG APK) 12 Indeks Paritas Gender APK (IPG APK) 13 % Siswa Swasta (% S-Swt) Mutu dari segi Siswa 1 Persentase Siswa Baru TK (%SB TK) - - - 2 Angka Masukan Murni (AMM - SD)/Angka Melanjutkan (AM SMP dan SM) 3 Angka Mengulang (AU) 4 Angka Bertahan Tk 5 (AB5 SD)/Angka 99.9 33.33 66.13 - Bertahan (AB SMP dan SM) 5 Angka Lulusan (AL) 94.62 18.79 18.69 INDIKATOR 6 Angka Putus Sekolah (APS) PEMBELAJA 7 Rata2 Lama Belajar (RLB) 6.7 3.33 - RAN YANG Mutu dari segi Guru BERMUTU: 8 Persentase Guru Layak (% GL) MISI 3 9 Persentase Guru Sertifikasi (%GS) 1 Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Mutu dari segi Prasarana 11 Persentase Sekolah Akreditasi A & B 493.53 493.53 (%SA-AB) 12 Persentase Ruang Kelas baik (%RKb) 13 Persentase Perpustakaan baik (%Perpusb) 14 Persentase Ruang UKS baik (%RUKSb) 15 Persentase Laboratorium baik (%Labb) Tabel 3.13 menunjukkan nilai setiap indikator setelah dikonversi menggunakan standar yang terdapat pada Tabel 1.1. Untuk mengetahui bagaimana mewujudkan misi 2 akses yang meluas, merata, dan berkeadilan serta mewujudkan misi 3 pembelajaran yang bermutu dapat dilihat dari besarnya nilai rata-rata misi 2 dan misi 3. Berdasarkan analisis dari misi 2 dan misi 3 tersebut maka Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:58 Halaman 41 / 63

nilai rata-rata misi 2 dan misi 3 merupakan pencapaian kinerja pendidikan. Indikator misi 2 yang mengalami konversi adalah R-S/K, R-K/RK, AMK SD, TPS, SB, PG APK, IPG APK, dan %S-Swt. Indikator misi 3 yang mengalami konversi adalah AB5 SD, RLB, dan R-S/G. Untuk nilai maka hasilnya adalah 1 dikurangi nilainya. Indikator misi 2 akses yang merata setelah beberapa indikator mengalami konversi, R-S/K jenjang SD menjadi 1, jenjang SMP menjadi 1, dan jenjang SM menjadi 1 Sehingga dikdasmen menjadi 1 R-K/RK jenjang SD menjadi, jenjang SMP menjadi, dan jenjang SM menjadi sehingga dikdasmen menjadi Sebanyak empat indikator prasarana lainnya tidak mengalami konversi. %Perpus terbaik pada jenjang Sekolah Menengah sebesar dan terburuk pada jenjang Sekolah Menengah sebesar, %RUKS terbaik pada jenjang Sekolah Menengah sebesar dan terburuk pada jenjang Sekolah Menengah sebesar, %TOR terbaik pada jenjang Sekolah Menengah sebesar dan terburuk pada jenjang Sekolah Menengah sebesar % Lab terbaik pada jenjang Sekolah Menengah sebesar dan terburuk pada jenjang Sekolah Menengah sebesar Tabel 3.13 Nilai Indikator menurut Jenjang Pendidikan Misi No. Jenis Indikator SD SMP SM Dikdasmen Akses yang Merata 1 Rasio Siswa per Kelas (R-S/K) 1 1 1 1 2 Rasio Kelas per Ruang Kelas (R-K/RK) 3 Persentase Perpustakaan (%Perpus) 4 Persentase Ruang UKS (%RUKS) 5 Persentase Tempat Olahraga (%TOR) Mewujudkan 6 Persentase Laboratorium (%Lab) Akses yang Akses yang Meluas Meluas, 7 Angka Partisipasi Murni (APM) 73.58 1 57.86 Merata, dan 8 Angka Partisipasi Kasar (APK) Berkeadilan 9 Tingkat Pelayanan Sekolah (TPS) 1 Satuan Biaya (SB) Akses yang Berkeadilan 11 Perbedaan Gender APK (PG APK) 1 1 1 1 12 Indeks Paritas Gender APK (IPG APK) 13 % Siswa Swasta (% S-Swt) Mutu dari segi Siswa 1 Persentase Siswa Baru TK (%SB TK) - - 2 Angka Masukan Murni (AMM SD)/Angka Melanjutkan (AM SMP dan SM) 3 Angka Mengulang (AU) 1 1 1 1 Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:58 Halaman 42 / 63

4 Angka Bertahan Tk 5 (AB5 SD)/Angka 1 33.33 66.13 66.49 Bertahan (AB SMP dan SM) 5 Angka Lulusan (AL) 94.62 1 64.87 6 Angka Putus Sekolah (APS) 1 1 1 1 Mewujudkan 7 Rata2 Lama Belajar (RLB) 98.85 9.9 62.98 Pembelajaran Mutu dari segi Guru Yang 8 Persentase Guru Layak (% GL) Bermutu 9 Persentase Guru Sertifikasi (%GS) 1 Rasio Siswa per Guru (R-S/G) Mutu dari segi Prasarana 11 Persentase Sekolah Akreditasi A & B 1 33.33 (%SA-AB) 12 Persentase Ruang Kelas baik (%RKb) 13 Persentase Perpustakaan baik (%Perpusb) 14 Persentase Ruang UKS baik (%RUKSb) 15 Persentase Laboratorium baik (%Labb) Indikator misi 2 akses yang meluas setelah beberapa indikator mengalami konversi, AMK SD sebesar, sangat kecil karena kurang dari 5, sedangkan AM SMP sebesar lebih kecil/besar daripada AM SM sebesar APK terbaik adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar dan terkecil adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar, sedangkan dikdasmen sebesar TPS jenjang SD menjadi, jenjang SMP menjadi, dan jenjang SM menjadi, sedangkan Dikdasmen menjadi SB jenjang SD menjadi, jenjang SMP menjadi, dan jenjang SM menjadi, sedangkan dikdasmen sebesar sangat kecil/cukup besar yang berarti di semua jenjang anggaran pendidikan dari sangat kecil/cukup besar sehingga akses kurang/cukup meluas. Indikator misi 2 akses yang berkeadilan setelah beberapa indikator mengalami konversi, PG APK yang terbaik adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar 1 dan jenjang Sekolah Menengah yang terburuk sebesar 1 sedangkan dikdasmen sebesar 1 Hal yang sama, IPG APK yang terbaik adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar dan terburuk adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar dengan dikdasmen sebesar %S-Swt terbaik adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar dan terkecil adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar sedangkan dikdasmen sebesar Indikator misi 3 mutu dari segi siswa setelah beberapa indikator mengalami konversi, %SB TK sebesar. AU terbaik adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar 1 dan terburuk adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar 1, sedangkan dikdasmen sebesar 1 AB5 SD sebesar 1 dan AB SMP dan SM masing-masing sebesar 33.33 dan 66.13 AL terbaik adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar 1 dan terburuk jenjang SMP sebesar, sedangkan dikdasmen sebesar 64.87 APS terbaik adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar 1 dan terkecil adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar 1 sedangkan dikdasmen sebesar 1 RLB terbaik adalah jenjang SD sebesar Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:58 Halaman 43 / 63

98.85 dan terkecil adalah jenjang SMP sebesar sedangkan dikdasmen sebesar 62.98. Indikator misi 3 mutu dari segi guru setelah beberapa indikator mengalami konversi, %GL terbaik adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar dan terburuk jenjang Sekolah Menengah sebesar, sedangkan dikdasmen sebesar %GS terbaik adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar dan terburuk jenjang Sekolah Menengah sebesar, sedangkan dikdasmen sebesar R-S/G dengan jenjang SD menjadi, jenjang SMP menjadi dan jenjang SM menjadi, sedangkan dikdasmen menjadi Indikator misi 3 mutu dari segi prasarana maka %SA-AB terbaik adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar 1 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar, sedangkan dikdasmen sebesar 33.33 %RKb terbaik adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar dan terburuk adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar, sedangkan dikdasmen sebesar Sebaliknya, untuk %Perpusb terbaik adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar dan terburuk adalah jenjang Sekolah Menengah sebesar sedangkan dikdasmen sebesar %. %RUKSb jenjang Sekolah Menengah sebesar lebih besar daripada jenjang Sekolah Menengah sebesar, sedangkan dikdasmen sebesar Sebaliknya, %Lab di jenjang Sekolah Menengah sebesar lebih besar daripada jenjang Sekolah Menengah sebesar sedangkan dikdasmen sebesar Berdasarkan Tabel 3.14 dan Grafik 3.17 diketahui bahwa untuk misi 2 akses yang terbaik adalah jenjang SM sebesar 25 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 16.67, sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 21.49 termasuk kategori Kurang Bila misi 2 dirinci menurut akses yang merata maka jenjang SM yang terbaik sebesar 16.67 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 16.67 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 16.67 termasuk kategori Kurang Bila dirinci menurut akses meluas maka jenjang SM yang terbaik sebesar 25 dan jenjang SMP yang terburuk sebesar sehingga dikdasmen tercapai sebesar 14.47 termasuk kategori Kurang Bila dirinci menurut akses berkeadilan maka jenjang SM yang terbaik sebesar 33.33 dan jenjang SM yang terburuk sebesar 33.33 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 33.33 termasuk kategori Kurang Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mewujudkan akses telah tercapai dalam kondisi Kurang. Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:58 Halaman 44 / 63

Tabel 3.14 Pencapaian Kinerja Dikdasmen Misi SD SMP SM Dikdasmen Jenis Akses 22.8 16.67 25 21.49 Kurang a. Merata 16.67 16.67 16.67 16.67 Kurang b. Meluas 18.4 25 14.47 Kurang c. Berkeadilan 33.33 33.33 33.33 33.33 Kurang Mutu 23.5 12.96 32.1 21 Kurang a. Siswa 7.5 38.89 76.4 56.33 Kurang b. Guru Kurang c. Prasarana 2 6.67 Kurang Kinerja 23.15 14.82 28.51 21.25 Kurang Jenis Kurang Kurang Kurang Kurang Misi 3 mutu yang terbaik adalah jenjang SM sebesar 32.1 dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 12.96, sehingga untuk layanan dikdasmen tercapai sebesar 21 termasuk kategori Kurang Bila misi 3 dirinci dari segi siswa maka jenjang SM yang terbaik sebesar 76.4 dan jenjang SMP yang terburuk sebesar 38.89 sehingga dikdasmen tercapai sebesar 56.33 termasuk kategori Kurang Bila dirinci dari segi guru maka jenjang SM yang terbaik sebesar dan jenjang SM yang terburuk sebesar, sehingga dikdasmen tercapai sebesar termasuk kategori Kurang Bila dirinci dari segi prasarana maka jenjang SM yang terbaik sebesar 2 dan jenjang SMP yang terburuk sebesar sehingga dikdasmen tercapai sebesar 6.67 termasuk kategori Kurang Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mewujudkan pembelajaran yang bermutu telah tercapai dalam kondisi Kurang. Dengan mengambil rata-rata misi 2 dan 3 maka dapat dilihat kinerja pendidikan dasar dan menengah menurut jenjang pendidikan. Jenjang SD mempunyai nilai terbaik untuk misi Mutu Siswa sebesar 7.5 dan nilai terburuk untuk misi Mutu Prasarana sebesar, sehingga kinerja jenjang SD menjadi 23.15 termasuk kategori Kurang Jenjang SMP mempunyai nilai terbaik untuk misi Mutu Siswa sebesar 38.89 dan nilai terburuk untuk misi Mutu Prasarana sebesar, sehingga kinerja jenjang SMP menjadi 14.82 termasuk kategori Kurang Jenjang pendidikan SM mempunyai nilai terbaik untuk misi Mutu Siswa sebesar 76.4 dan nilai terburuk untuk misi Mutu Guru sebesar, sehingga kinerja jenjang SM menjadi 28.51 termasuk kategori Kurang Dengan demikian, dikdasmen mempunyai nilai terbaik pada misi Mutu Siswa sebesar 56.33 dan nilai terburuk untuk misi Mutu Guru sebesar sehingga kinerja dikdasmen sebesar 21.25 termasuk kinerja kategori Kurang Berdasarkan analisis di atas, hasilnya menunjukkan bahwa jenjang SM yang terbaik dengan nilai sebesar 28.51 termasuk kategori Kurang dan terburuk adalah jenjang SMP sebesar 14.82 termasuk kategori Kurang, sehingga untuk dikdasmen tercapai sebesar 21.25 termasuk kategori Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:59 Halaman 45 / 63

Kurang Grafik 3.17 Nilai Indikator Jenjang SD Berdasarkan Misi 2 Akses R-K/RK R-S/K 1 8 % S-Swt %Perpus %RUKS 6 4 2 IPG APK PG APK %TOR SB %Lab TPS APM APK Grafik 3.18 Nilai Indikator Jenjang SMP Berdasarkan Misi 2 Akses R-K/RK R-S/K 1 8 % S-Swt %Perpus %RUKS 6 4 2 IPG APK PG APK %TOR SB %Lab TPS APM APK Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:59 Halaman 46 / 63

Grafik 3.19 Nilai Indikator Jenjang SM Berdasarkan Misi 2 Akses R-K/RK R-S/K 1 8 % S-Swt %Perpus %RUKS 6 4 2 IPG APK PG APK %TOR SB %Lab TPS APM APK Grafik 3.2 Nilai Indikator Dikdasmen Berdasarkan Misi 2 Akses R-K/RK R-S/K 1 8 % S-Swt %Perpus %RUKS 6 4 2 IPG APK PG APK %TOR SB %Lab TPS APM APK Grafik 3.21 sampai Grafik 3.24 menunjukkan nilai ke-14 indikator mutu tiap jenjang pendidikan setelah dilakukan konversi. Pada Grafik 3.21 nilai SD tersebut akan terlihat indikator yang paling baik adalah APS sebesar 1 dan indikator yang paling buruk adalah %Labb sebesar Pada Grafik 3.22 nilai SMP tersebut akan terlihat indikator yang paling baik adalah APS sebesar Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:59 Halaman 47 / 63

1 dan indikator yang paling buruk adalah %Labb sebesar Pada Grafik 3.23 nilai SM tersebut akan terlihat indikator yang paling baik adalah %SA-AB sebesar 1 dan indikator yang paling buruk adalah %Labb sebesar Pada Grafik 3.24 nilai dikdasmen tersebut akan terlihat indikator yang paling baik adalah APS sebesar 1 dan indikator yang paling buruk adalah %Labb sebesar Grafik 3.21 Nilai Indikator Jenjang SD Berdasarkan Misi 3 Mutu AMM SD %SB TK 1 %Labb AU 8 6 %RUKSb AB5 SD AL 4 2 %Perpusb %RKb APS %SA-AB RLB R-S/G %GL %GS Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:59 Halaman 48 / 63

Grafik 3.22 Nilai Indikator Jenjang SMP Berdasarkan Misi 3 Mutu AU AMM SMP 1 %Labb AB5 SMP AL 8 6 4 2 %RUKSb %Perpusb APS %RKb RLB %SA-AB %GL %GS R-S/G Grafik 3.23 Nilai Indikator Jenjang SM Berdasarkan Misi 3 Mutu AU AMM SM 1 %Labb AB5 SM AL 8 6 4 2 %RUKSb %Perpusb APS %RKb RLB %SA-AB %GL %GS R-S/G Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:59 Halaman 49 / 63

Grafik 3.24 Nilai Indikator Dikdasmen Berdasarkan Misi 3 Mutu AL AU 1 8 %Labb %GL APS 6 4 2 %RUKSb %Perpusb %GS %RKb R-S/G %SA-AB Grafik 3.25 sampai Grafik 3.28 menunjukkan kinerja pendidikan tiap jenjang pendidikan.kinerja SD berdasarkan misi akses dan mutu dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.25, menunjukkan bahwa misi Mutu Prasarana yang terburuk sebesar dan misi Mutu Siswa yang terbaik sebesar 7.5 sehingga jenjang SD sebesar 23.15 termasuk kategori Kurang Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:59 Halaman 5 / 63

Grafik 3.25 Kinerja SD Berdasarkan Misi 2 Akses dan Misi 3 Mutu Akses meluas Akses Merata 8 7 6 5 4 3 2 1 Mutu Prasarana Akses Berkeadilan Mutu Guru Mutu Siswa Kinerja SMP berdasarkan misi akses dan mutu juga dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.26, menunjukkan bahwa misi Mutu Prasarana yang terburuk sebesar dan misi Mutu Siswa yang terbaik sebesar 38.89 sehingga jenjang SMP sebesar 14.82 termasuk dalam kategori Kurang Grafik 3.26 Kinerja SMP Berdasarkan Misi 2 Akses dan Misi 3 Mutu Akses meluas Akses Merata 4 35 3 25 2 15 1 5 Mutu Prasarana Akses Berkeadilan Mutu Guru Mutu Siswa Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:59 Halaman 51 / 63

Kinerja SM berdasarkan misi akses dan mutu juga dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.27, menunjukkan bahwa misi Mutu Guru yang terburuk sebesar dan misi Mutu Siswa yang terbaik sebesar 76.4 sehingga kinerja SM sebesar 28.51 termasuk kategori Kurang Grafik 3.27 Kinerja SM Berdasarkan Misi 2 Akses dan Misi 3 Mutu Akses meluas Akses Merata 8 7 6 5 4 3 2 1 Mutu Prasarana Akses Berkeadilan Mutu Guru Mutu Siswa Grafik 3.28 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi 2 Akses dan Misi 3 Mutu Akses Merata 6 5 Akses meluas 4 3 2 1 Mutu Prasarana Akses Berkeadilan Mutu Guru Mutu Siswa Dicetak tgl: 4-5-18, 4:23:59 Halaman 52 / 63

Hal yang sama dengan jenjang pendidikan maka kinerja dikdasmen berdasarkan misi akses dan mutu dapat lebih jelas terlihat menggunakan sarang laba-laba pada Grafik 3.28, menunjukkan bahwa misi Mutu Guru yang terburuk sebesar termasuk kategori Kurang dan misi Mutu Siswa yang terbaik sebesar 56.33 termasuk kategori Kurang sehingga kinerja dikdasmen sebesar 21.25 termasuk kategori Kurang Grafik 3.29 Kinerja Dikdasmen Berdasarkan Misi dan Jenjang Pendidikan 33 3.8 32.1 28.51 28.6 26.4 24.2 22 22.8 23.5 23.15 25 21.49 21 21.25 19.8 17.6 15.4 13.2 11 16.67 12.96 14.82 Akses Mutu 8.8 6.6 Kinerja 4.4 2.2 SD SMP SM Dikdasmen Grafik 3.29, menunjukkan kinerja dikdasmen menurut jenjang dan misi pendidikan. Hasilnya menunjukkan bahwa misi 2 akses sebesar 21.49 lebih baik daripada misi 3 mutu sebesar 21 Hal ini juga terlihat pada setiap jenjang pendidikan, seperti jenjang SD misi 2 akses lebih buruk daripada misi 3 mutu sebesar 23.5 jenjang SMP misi 2 akses lebih baik daripada misi 3 mutu sebesar 12.96 jenjang SM misi 2 akses lebih buruk daripada misi 3 mutu sebesar 32.1 Dengan demikian, dikdasmen tercapai sebesar 21.25 termasuk kategori Kurang Dicetak tgl: 4-5-18, 4:24: Halaman 53 / 63

BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa nilai terbaik adalah misi 3 Yaitu Mutu Siswa, Guru dan Prasarana dengan nilai dikdasmen sebesar 21.49 berarti termasuk kinerja kategori Kurang Sebaliknya, nilai terburuk adalah misi 2 Yaitu Akses Merata, Meluas dan Berkeadilan dengan nilai dikdasmen sebesar 21 berarti termasuk kinerja kategori Kurang Bila dilihat menurut jenjang pendidikan maka yang terbaik adalah jenjang SM dengan nilai sebesar 28.51 berarti termasuk kinerja kategori Kurang Sebaliknya, nilai terburuk adalah jenjang SMP dengan nilai sebesar 14.82 berarti termasuk kinerja kategori Kurang Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kinerja dikdasmen Provinsi Jawa Tengah sebesar 21.25 termasuk kinerja kategori Kurang. B. Saran Berdasarkan simpulan di atas maka diberikan saran terhadap misi pendidikan yang termasuk kinerja kategori kurang atau nilainya kurang dari 7. Kinerja pendidikan di sebesar 21.49 termasuk kategori Kurang, namun terdapat misi 2 akses jenis... dan misi 3 mutu jenis... yang termasuk kategori kurang. Oleh karena itu misi dan jenis yang termasuk kurang tersebut perlu ditingkatkan. Dalam rangka meningkatkan misi 2, akses yang meluas/akses yang merata/akses yang berkeadilan yang termasuk kategori kurang maka diperlukan peningkatan pada indikator yang memiliki nilai kurang dari 5, yaitu...,...,... dst. Peningkatan indikator... dapat dilaksanakan melalui cara... dst Dalam rangka meningkatkan misi 3, mutu siswa/mutu guru/mutu prasarana yang termasuk kategori kurang maka diperlukan peningkatan pada indikator yang memiliki nilai kurang dari 5, yaitu...,...,... dst. Peningkatan indikator... dapat dilaksanakan melalui cara... dst. Dengan melakukan upaya seperti yang disebutkan sebelumnya maka diharapkan misi 2 dan 3 akan meningkat dan pada akhirnya kinerja dikdasmen juga akan meningkat. Dicetak tgl: 4-5-18, 4:24: Halaman 54 / 63

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 216. Dalam Angka 215,...DPA SKPD 215 (tidak diterbitkan) Departemen Pendidikan Nasional. 25. Undang-Undang Nomor 14, 25 tentang Guru dan Dosen. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 27. Permendiknas 24, 27 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 28. Permendiknas 4, 28 tentang tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 215. Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 215-219. Jakarta. Kementerian Pendidikan Nasional. 213. Peraturan Mendikbud Nomor 23, 213 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota. Jakarta Pusat Data dan Statistik Pendidikan. 215a. Keberhasilan Program Pembangunan Pendidikan, 213/214. Jakarta Pusat Data dan Statistik Pendidikan. 215b. APK/APM TK, SD, SMP, SM, dan PT 214/215. Jakarta. Pusat Data dan Statistik Pendidikan. 215b. Profil Dikdasmen 214/215. Jakarta Dicetak tgl: 4-5-18, 4:24: Halaman 55 / 63

LAMPIRAN PENJELASAN CARA MELAKUKAN KONVERSI DATA NON PENDIDIKAN No. Variabel Jumlah No Variabel Jumlah 1 Administrasi Pemerintahan 5 Angkatan Kerja+Bukan Angkatan Kerja a. Jumlah Kecamatan Angkatan Kerja b. Jumlah Desa/Kelurahan a. Bekerja c. Luas Wilayah (km2) b. Pengangguran Terbuka (Pernah & tdk pernah) 2 Demografi Bukan Angkatan Kerja a. Jumlah Penduduk Seluruhnya 961,695 a. Bersekolah 69,35 b. Jumlah Penduduk 6-7 b. Mengurus Rumah Tangga - Laki-Laki c. Lain-lain - Perempuan 6 Penduduk Miskin c. Jumlah Penduduk 7-12 97,173 a. Daerah Kota 17,31 - Laki-Laki 49,749 b. Daerah Desa 196,797 - Perempuan 7 Ekonomi (Rupiah) d. Jumlah Penduduk 13-15 a. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) - Laki-Laki 24,71 b. PAD (Pendapatan Asli 26,633,637,93 Daerah) - Perempuan 23,159 c. Biaya Langsung dari DPA- 11,753,594, Dicetak tgl: 4-5-18, 4:24: Halaman 56 / 63