PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II)"

Transkripsi

1 1

2 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU II) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013

3 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Profil Pendidikan Tinggi Tahun 2013 (Buku 2). Disusun oleh: Bidang Pendayagunaan Data dan Pelayanan Data Statistik Pendidikan Dikdasmen, Pendidikan Tinggi dan PAUDNI. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan, Kemendikbud, 2013, iv, 226 hal. ISBN Tim Penulis Buku II : 1. Ida Kintamani 2. Bambang Suwardi Joko 3. Lexy Torar 4. Fitri Sumairawati 5. Noorman Sambodo Editor: Edison Pusat Data dan Statistik Pendidikan, 2013 ii

4 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa, Profil Pendidikan Tinggi Tahun 2013 selesai untuk diterbitkan. Profil Pendidikan Tinggi Tahun 2013 disusun untuk masing-masing provinsi dan dibagi menjadi 3 Buku. Buku II menampilkan 11 Profil Pendidikan Tinggi Provinsi di pulau Sumatera, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, dan Maluku. Buku ini disusun dalam upaya memberikan gambaran tentang perkembangan pendidikan tinggi di masing-masing provinsi dengan menyajikan menurut keadaan pendidikan tinggi serta analisis indikator. Sumber data yang digunakan dalam menyusun profil pendidikan tinggi ini adalah: (1) Kuesioner Pendiidkan Tinggi yang disebar ke PTN dan Kopertis, (2) Data Statistik Pendidikan Tinggi, (3) data pendukung lainnya seperti provinsi dalam angka dan hasil publikasi Bappeda. Ucapan terima kasih disampaikan kepada pengelola data di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Kopertis, serta tim yang terlibat dalam penyusunan buku ini. Kami menerima dengan senang hati kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan profil PT ini. Jakarta, Desember 2013 Kepala, Dr. -Ing. Ir. Yul Yunazwin Nazaruddin NIP iii

5 DAFTAR ISI Halaman Judul Katalog Dalam Terbitan Kata Pengantar Daftar Isi i ii iii iv Penyusunan Profil Pendidikan Tinggi 1. Profil Pendidikan Tinggi Provinsi Aceh 1 2. Profil Pendidikan Tinggi Provinsi Sumatera Utara Profil Pendidikan Tinggi Provinsi Sumatera Barat Profil Pendidikan Tinggi Provinsi Riau Profil Pendidikan Tinggi Provinsi Kepulauan Riau Profil Pendidikan Tinggi Provinsi Jambi Profil Pendidikan Tinggi Provinsi Sumatera Selatan Profil Pendidikan Tinggi Provinsi Bangka Belitung Profil Pendidikan Tinggi Provinsi Bengkulu Profil Pendidikan Tinggi Provinsi Lampung Profil Pendidikan Tinggi Provinsi Maluku 207 iv

6 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2012/2013 PROVINSI ACEH A. Pendahuluan Profil Pendidikan Tinggi (Profil PT) disusun berdasarkan pada Statistik Perguruan Tinggi Tahun 2012/2013 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Sesuai dengan Statistik Perguruan Tinggi maka Profil PT juga menyajikan data pada tahun akademik 2012/2013. Profil PT mengacu pada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Visi Kemdikbud 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (Renstra) Kemdikbud dalam rangka Pembangunan Pendidikan yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri atas 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Profil PT terdiri atas data dan indikator pendidikan. Data pendidikan dirinci menjadi lima variabel, yaitu 1) lembaga pendidikan, 2) mahasiswa baru, 3) mahasiswa, 4) lulusan, dan 5) dosen. Kelima variabel data tersebut dirinci menurut jenis lembaga dan status lembaga. Pendidikan tinggi terdiri dari lima jenis lembaga PT, yaitu 1) universitas, 2) institut, 3) sekolah tinggi (ST), 4) akademi, dan 5) politeknik. Pendidikan tinggi dirinci menurut status lembaga, yaitu negeri dan swasta. Indikator pendidikan dirinci berdasarkan misi pendidikan 5K. Untuk misi K-1 adalah rasio mahasiswa per lembaga yang dirinci menurut jenis dan status lembaga PT. Untuk misi K-2 adalah daerah terjangkau yang dihitung dari daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Daerah yang bisa dijangkau oleh mahasiswa dalam jarak 25 km 2. Oleh karena itu, daerah terjangkau lembaga adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan lembaga sedangkan daerah terjangkau mahasiswa adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan penduduk tahun. Untuk 1

7 misi K-3 terdiri dari empat jenis, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, dan angka produktivitas menurut status jenis dan status, sedangkan kelayakan mengajar dosen menurut status lembaga. Untuk misi K-4 terdiri dari tiga jenis, yaitu perbedaan gender APK, indeks paritas gender APK, dan persentase mahasiswa swasta menurut jenis lembaga. Untuk misi K-5 terdiri dari dua jenis, yaitu APK dan AM ke PT menurut jenis lembaga. Dengan demikian, jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pendidikan tinggi sebanyak 11 jenis indikator pendidikan. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi No. Misi Indikator Standar Penjelasan 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L Asumsi 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT Asumsi 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D 25 Asumsi R-D/L 100 Asumsi Aproduk 25 Asumsi %DL 100 Ideal 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK 0 Ideal IPG APK 1 Ideal %MhsSwt 75 Asumsi 5 Misi K-5 Kepastian APK 30 Asumsi AM PT 100 Ideal Oleh karena 11 indikator tersebut memiliki satuan yang berbeda maka diperlukan standar untuk menyatukan nilainya seperti disajikan pada Tabel 1. Hanya ada empat indikator yang menggunakan ideal, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT. Berdasarkan perhitungan kinerja maka nilai kinerja menurut jenis disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja No. Jenis Kinerja 1 Paripurna 2 Utama 3 Madya 4 Pratama 5 Kurang Nilai ke atas kurang dari B. Data Pendidikan Gambaran umum pendidikan tinggi disajikan pada Tabel 3 yang dirinci menurut variabel pendidikan, status lembaga, dan jenis lembaga. Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2012/2013 jumlah lembaga PT di provinsi Aceh adalah 105 dengan rincian 12 universitas (11,43%), 44 sekolah tinggi (41,90%), 45 akademi (42,86%), dan 4 politeknik (3,81%). Dengan demikian, jenis lembaga terbesar adalah akademi dan terkecil adalah politeknik. Untuk status 2

8 lembaga negeri hanya memiliki 2 universitas dan 1 politeknik sehingga jumlah lembaga negeri sebesar 3 lembaga, sedangkan untuk lembaga swasta terdapat 10 universitas, 44 sekolah tinggi, 45 akademi, dan 3 politeknik sehingga jumlahnya 102 lembaga. Dengan demikian, jenis status lembaga negeri terbesar adalah universitas dan terkecil adalah politeknik sedangkan status lembaga swasta terbesar adalah akademi dan terkecil adalah politeknik. Tabel 3 Gambaran Umum Pendidikan Tinggi Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 No. Variabel Universitas % Institut % ST % Akademi % Politeknik % Jumlah 1 Lembaga a. Negeri b. Swasta Mahasiswa Baru a. Negeri b. Swasta Mahasiswa a. Negeri b. Swasta Lulusan a. Negeri b. Swasta Dosen a. Negeri b. Swasta Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Grafik 1 Jumlah Lembaga Menurut Jenis dan Status Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Aceh, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Jumlah Negeri Swasta Jumlah Jumlah mahasiswa baru PT di provinsi Aceh sebesar orang, berada di negeri sebesar orang lebih besar daripada di swasta sebesar orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa baru universitas yang terbesar sebesar orang atau 94,32% dan terkecil pada sekolah tinggi sebesar 393 orang atau 2,12%. Bila dilihat menurut status lembaga maka 3

9 mahasiswa baru PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 94,56% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 93,85%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 662 orang atau 5,44% dan PT swasta adalah sekolah tinggi sebesar 393 orang atau 6,15%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa baru PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Dapat dikatakan bahwa universitas masih menjadi idola banyak orang ketika melanjutkan ke PT. Grafik 2 Jumlah Mahasiswa Baru dan Mahasiswa PT Provinsi Aceh, Tahun 2012/ Negeri Swasta Jumlah Mahasiswa Baru Mahasiswa Jumlah mahasiswa PT provinsi Aceh sebanyak orang berada di PT negeri sebanyak orang dan di PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa terbesar di universitas sebanyak orang atau 94,99% dan terkecil di sekolah tinggi sebanyak orang atau 1,91%. Bila dilihat menurut status lembaga, mahasiswa PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 93,79% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 96.19%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar orang atau 6.21% dan PT swasta adalah sekolah tinggi sebesar orang atau 3,81%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Jumlah lulusan PT provinsi Aceh sebanyak orang dengan lulusan dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga maka lulusan terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 82,78% dan terkecil pada akademi sebesar 450 orang atau 3,60%. Bila dilihat menurut status lembaga, lulusan PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 94,56% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 58.74%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah akademi sebesar 450 orang atau 3.60% dan PT swasta adalah politeknik sebesar 33 orang atau 0.80%. Dengan demikian, dominasi lulusan PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. 4

10 Grafik 3 Jumlah Lulusan dan Dosen PT Provinsi Aceh, Tahun 2012/ Negeri Swasta Jumlah Lulusan Dosen Jumlah dosen PT provinsi Aceh sebanyak orang dengan dosen dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga, jumlah dosen terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 67,67% dan terkecil pada politeknik sebesar 381 orang atau 5.15%. Bila dilihat menurut status lembaga, dosen PT negeri terbesar pada universitas sebesar orang atau 86,97% dan PT swasta juga pada universitas sebesar atau 59.28%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri pada politeknik sebesar 292 orang atau 13,03% dan PT swasta adalah akademi sebesar 584 orang atau 11,32%. Dengan demikian, dominasi dosen PT Negeri juga pada universitas dan PT Swasta juga pada universitas. Secara rinci, pembangunan pendidikan di setiap jenis dan status lembaga PT tidak sama. Oleh karena itu, dilakukan penjabaran pada setiap jenis variabel pendidikan, seperti lembaga, mahasiswa baru, mahasiswa, lulusan, dan dosen. 1. Lembaga Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lembaga adalah sekolah atau tempat belajar pada tingkat pendidikan tinggi. Jumlah PT provinsi Aceh sebanyak 105 lembaga dengan rincian menurut status lembaga adalah PT negeri sebanyak 3 lembaga dan PT swasta sebanyak 102 lembaga. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka terdapat 12 universitas atau 11,43%, 44 sekolah tinggi atau 41.90%, 45 akademi atau 42.86%, dan 4 politeknik atau 3.81%. Bila dirinci menurut status lembaga maka pada PT negeri terdiri dari 2 universitas dan 1 politeknik sedangkan PT swasta terdiri dari 10 universitas, 44 ST, 45 akademi, dan 3 politeknik. 2. Mahasiswa Baru Mahasiswa baru adalah pendaftar pada pendidikan tinggi yang telah lulus dalam seleksi ujian masuk ke perguruan tinggi. Mahasiswa baru dirinci menurut 5

11 tiga jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa baru juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Baru menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin, Perguruan Tinggi Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,88 a. Negeri , , ,96 b. Swasta ,00 2 S , , ,87 a. Negeri , , ,98 b. Swasta , , ,00 3 S , , ,47 a. Negeri , , ,34 b. Swasta ,00 4 S , , ,09 a. Negeri 14 82, , ,14 b. Swasta ,00 5 Profesi , , ,69 a. Negeri , , ,57 b. Swasta ,00 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 4 merupakan jumlah mahasiswa baru PT Provinsi Aceh sebanyak orang, bila dirinci menurut lima jenjang program tersebut yang terbanyak diterima menjadi mahasiswa baru pada program S-1 sebesar orang atau 86,87% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 79,98% dan PT swasta sebanyak orang atau 100,00%. Sebaliknya, yang masuk program profesi yang terkecil sebesar 313 orang atau 1,69% dengan rincian di PT negeri sebesar 313 orang atau 2,57% dan PT swasta sebesar 0 orang. Hal ini menunjukkan minat untuk masuk ke program profesi masih sangat kecil jika dibandingkan dengan program lainnya. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa baru laki-laki terbesar pada program S-3 sebesar 82,35% atau 14 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 17.65% atau 3 orang. Jumlah mahasiswa baru laki-laki terkecil pada program profesi sebesar 32,59% atau 102 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 67,41% atau 211 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan lakilaki. 6

12 3. Mahasiswa Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar pada jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa dirinci menurut empat jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 5 menunjukkan jumlah mahasiswa PT provinsi Aceh sebesar orang, bila dirinci menurut lima jenjang program, mahasiswa yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 90,03% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 39,81% dan PT swasta sebanyak orang atau 50,22%. Besarnya mahasiswa di PT swasta karena memang lembaga PT swasta lebih besar jika dibandingkan dengan lembaga PT negeri. Jumlah mahasiswa terkecil adalah pada jenjang S-3 sebanyak 66 orang atau 0,07% dengan rincian di seluruhnya di PT negeri. Hal ini berarti minat melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi atau S-3 ternyata masih sangat kecil. Tabel 5 Jumlah Mahasiswa menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin serta Penduduk Usia tahun menurut Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,46 a. Negeri , , ,46 b. Swasta ,00 2 S , , ,03 a. Negeri , , ,81 b. Swasta , , ,22 3 S , , ,15 a. Negeri , , ,15 b. Swasta ,00 4 S , , ,07 a. Negeri 55 83, , ,07 b. Swasta ,00 5 Profesi , , ,28 a. Negeri , , ,28 b. Swasta ,00 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 7 Penduduk th , , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP dan Proyeksi BPS Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa laki-laki terbesar pada jenjang S-3 sebanyak 83,33% atau 55 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 16,67% atau 11 orang. Proporsi mahasiswa laki-laki terkecil pada jenjang profesi sebanyak 32,46% atau 408 orang dan lebih kecil jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 67,54% atau 849 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti 7

13 kesempatan perempuan bersekolah di jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. Dilihat dari penduduk usia PT maka penduduk usia tahun provinsi Aceh sebesar orang dengan rincian laki-laki sebesar atau 49,65% lebih kecil daripada perempuan sebesar orang atau 50,35%. 4. Lulusan Lulusan adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya berdasarkan pada hasil ujian dan paper/tesis/disertasi yang disiapkan pada suatu jenjang pendidikan tinggi. Lulusan dapat dirinci menurut empat program, yaitu S-0, S-1, S-2, dan S-3. Lulusan S-0 juga dirinci menurut diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4. Lulusan diploma 1 dengan masa kuliah selama 1 tahun, diploma 2 selama 2 tahun, diploma 3 selama 3 tahun, dan diploma 4 selama 4 tahun. Lulusan S-1 dengan masa kuliah selama 4 tahun sedangkan lulusan S-2 dan S-3 selama 2 tahun. Tabel 6 Jumlah Lulusan menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,01 a. Negeri , , ,95 b. Swasta ,00 2 S , , ,56 a. Negeri , , ,97 b. Swasta , , ,00 3 S , , ,60 a. Negeri , , ,35 b. Swasta ,00 4 S , , ,09 a. Negeri 9 81, , ,13 b. Swasta ,00 5 Profesi 71 32, , ,74 a. Negeri 71 32, , ,60 b. Swasta ,00 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 6 merupakan jumlah lulusan PT provinsi Aceh sebanyak orang, dari kelima jenjang program tersebut, jumlah lulusan yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 86,56% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang dan PT swasta sebanyak orang. Jumlah lulusan terkecil adalah pada jenjang S-3 pada PT sebanyak 11 orang atau 0,09% dengan rincian seluruhnya berasal dari PT negeri sebesar 11 orang. Hal ini berarti sejalan dengan jumlah mahasiswa maka lulusan di jenjang yang paling tinggi ternyata masih sangat kecil. 8

14 Berdasarkan jenis kelamin, proporsi lulusan laki-laki terbesar pada jenjang S- 3 sebesar 81,82% atau 9 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 18,18% atau 2 orang. Proporsi lulusan laki-laki terkecil pada program profesi sebesar 32,57% atau 71 orang, jika dibandingkan dengan lulusan perempuan sebesar 67,43% atau 147 orang. Hal ini berarti seperti halnya mahasiswa maka lulusan perempuan di jenjang yang paling tinggi ternyata juga lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. 5. Dosen Dosen adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Dosen dapat dikategorikan sebagai dosen tetap dan tidak tetap. Dosen juga dirinci menurut enam tingkat pendidikan yang pernah diikuti, yaitu < S-1, S-1/D-4, S-2, S-3, spesialis, dan profesi menurut status kepegawaian. Berdasarkan Tabel 7, jumlah dosen PT di Provinsi Aceh sebanyak orang, dari keenam tingkat pendidikan tersebut, dosen yang terbanyak adalah lulusan S-1 sebesar orang atau 52,18% dengan rincian di PT negeri sebanyak 285 orang atau 3,85% dan PT swasta sebanyak orang atau 48,33%. Proporsi dosen terkecil adalah lulusan <S-1 sebanyak 1,69% atau 125 orang dengan rincian di PT negeri sebesar 0% atau 0 orang dan PT swasta sebesar 1,69% atau 125 orang. Dengan demikian, sebagian besar dosen sudah memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan kelayakan mengajar, yaitu S-2 dan yang lebih tinggi. Tabel 7 Jumlah Dosen menurut Pendidikan Tertinggi, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 No. Pendidikan Tertinggi Tetap % 1 < S , , ,69 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 82 65, , ,69 2 S-1/D , , ,18 a. Negeri ,95 3 1, ,85 b. Swasta , , ,33 3 S , , ,44 a. Negeri ,61 6 0, ,88 b. Swasta , , ,57 4 S ,41 5 1, ,26 a. Negeri ,00 0 0, ,90 b. Swasta 21 80, , ,35 5 Spesialis 91 74, , ,65 a. Negeri ,00 0 0, ,97 b. Swasta 19 38, , ,68 6 Profesi 52 89, , ,78 a. Negeri ,00 0 0, ,68 b. Swasta 2 25, ,00 8 0,11 7 Jumlah , , ,00 a. Negeri ,60 9 0, ,28 b. Swasta , , ,72 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tidak Tetap L+P % Jumlah % 9

15 Dosen layak mengajar adalah tenaga pengajar yang memiliki ijazah tertinggi S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen layak mengajar di program diploma dan S-1 adalah dosen lulusan S-2 dan yang lebih tinggi sedangkan dosen layak mengajar di program pascasarjana adalah dosen lulusan S-3. Oleh karena keterbatasan data yang dimiliki maka dosen layak dimaksud adalah dosen yang memiliki ijazah S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen dirinci menurut layak mengajar dan tidak layak mengajar serta menurut status kepegawaian. Tabel 8 Jumlah Dosen menurut Jenis Kelayakan Mengajar, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 No. Kriteria Tetap % Tidak Tetap % Jumlah % 1 Tidak layak , , ,87 a. Negeri , , ,72 b. Swasta , , ,74 2 Layak , , ,13 Negeri , , ,28 Swasta , , ,26 3 Jumlah , , ,00 Negeri ,45 9 0, ,28 Swasta , , ,72 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 8 menunjukan jumlah dosen layak mengajar sebesar orang atau 46,13% lebih kecil jika dibandingkan dengan tidak layak mengajar sebesar orang atau 53,87%. Selain itu, proporsi dosen layak di PT negeri sebesar 87,28% atau orang lebih besar daripada di PT swasta sebesar 28,26% atau orang atau. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dosen layak di PT negeri lebih baik jika dibandingkan dengan PT swasta, terutama untuk dosen tetap. Oleh karena itu, peningkatan kelayakan dosen mengajar di PT swasta sangat diperlukan, terlebih karena dosen lebih banyak yang tidak layak daripada layak. C. Analisis Indikator Pendidikan Tinggi Indikator pendidikan merupakan salah satu dari sejumlah faktor yang sangat penting dalam upaya mengetahui tercapainya tujuan sistem pendidikan nasional. Indikator pendidikan dapat digunakan sebagai peringatan awal terhadap permasalahan pendidikan yang ada di lapangan. Indikator pendidikan disusun untuk mengetahui kinerja suatu daerah dengan mendasarkan pada data kuantitatif pendidikan. Kinerja pendidikan diukur dengan menggunakan misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri dari 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian 10

16 memperoleh layanan pendidikan. Penggabungan kelima misi pendidikan tersebut menghasilkan kinerja program pendidikan. Berdasarkan kelima misi pendidikan tersebut, disusun enam jenis komposit indikator, yaitu 1) ketersediaan layanan, 2) keterjangkauan layanan, 3) kualitas layanan, 4) kesetaraan layanan, 5) kepastian layanan, dan 6) kinerja program pendidikan. Analisis misi K-1 digunakan untuk mengukur ketersediaan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-2 digunakan untuk mengukur keterjangkauan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-3 digunakan untuk mengukur kualitas layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-4 digunakan untuk mengukur kesetaraan layanan pendidikan. Analisis misi K-5 digunakan untuk mengukur kepastian memperoleh layanan pendidikan. Kinerja program pendidikan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian program pembangunan yang telah dilakukan pada tahun berjalan. 1. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K-1 Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan tahun , diperlukan indikator pendidikan yang dapat menilai kemajuan pendidikan, termasuk kemajuan program pembangunan PT. Indikator ketersediaan layanan PT digunakan rasio mahasiswa per lembaga. Indikator keterjangkauan layanan PT digunakan daerah terjangkau. Indikator kualitas layanan PT digunakan empat jenis indikator, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, angka produktivitas, dan kelayakan dosen mengajar. Indikator kesetaraan layanan Pendidikan digunakan tiga jenis indikator, yaitu PG APK, IPG APK, dan persentase mahasiswa swasta. Indikator kepastian layanan pendidikan digunakan dua jenis indikator, yaitu APK dan AM ke PT. Tabel 9 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Lembaga a. Negeri b. Swasta Rasio mahasiswa per lembaga menggambarkan kepadatan mahasiswa pada suatu lembaga baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin besar nilainya berarti semakin padat mahasiswa yang ada pada lembaga tersebut. Berdasarkan Tabel 9 dan Grafik 4, rasio mahasiswa per lembaga sebesar 932 dengan rincian di negeri sebesar orang dan di swasta sebesar 482 orang. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka PT terpadat pada universitas sebesar dan terjarang pada politeknik sebesar 756. Bila dirinci menurut status dan jenis lembaga maka PT negeri pada universitas yang terpadat sebesar dan yang terjarang sebesar sedangkan PT swasta 11

17 pada universitas yang terpadat sebesar dan terjarang pada sekolah tinggi sebesar 43. Grafik 4 Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Aceh,Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 2. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K-2 Untuk melihat keterjangkauan layanan maka digunakan indikator kepadatan lembaga dan kepadatan penduduk usia PT dengan daerah terjangkau lembaga dan mahasiswa. Daerah terjangkau dihitung dari jarak 25 km 2 dengan rincian daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Bila nilainya tinggi maka keterjangkauan makin luas, bila nilainya rendah maka keterjangkauannya makin kecil. Oleh karena itu, makin tinggi nilainya berarti makin baik karena jangkauannya makin luas. Tabel 10 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K-2 Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 Kepadatan Daerah terjangkau Daerah No. Indikator Lembaga P19-23 Lembaga Mahasiswa terjangkau 1 Daerah terjangkau 0,0018 8,10 4, Berdasarkan Tabel 10, kepadatan lembaga hanya sebesar 0,0018 lembaga per km 2 sedangkan kepadatan penduduk usia sebesar 8,10 orang per km 2. Daerah terjangkau lembaga dalam radius 25 km2 sebesar 4,00 lembaga per km 2 sedangkan daerah terjangkau mahasiswa sebesar mahasiswa per km 2. Dengan demikian, daerah terjangkau sebesar mahasiswa per km 2. 12

18 3. Kualitas Layanan Pendidikan: Misi K-3 Analisis indikator peningkatan mutu dan relevansi pendidikan digunakan untuk mengukur mutu pendidikan suatu daerah. Peningkatan mutu bisa dilakukan melalui proses belajar mengajar yang efektif dan ditunjang oleh sumber daya, sarana/prasarana serta biaya yang memadai. Proses belajar yang bermutu akan menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Sejalan dengan ketersediaan layanan maka peningkatan mutu untuk semua program pendidikan tinggi juga dilaksanakan. Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan dan kualitas layanan pendidikan maka indikator pendidikan yang digunakan untuk pendidikan tinggi dapat dilihat dari tiga jenis, yaitu mahasiswa, dosen, dan lembaga. Berdasarkan ketiga jenis strategi tersebut maka dijabarkan menjadi empat indikator, yaitu 1) rasio mahasiswa per dosen (R-M/D), 2) rasio dosen per lembaga (R-D/L), 3) angka produktivitas (APro), dan 4) persentase dosen layak (%DL). Indikator 1, 2, dan 4 dilihat dosen, dan indikator 3 dilihat dari mahasiswa. Tabel 11 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Dosen a. Negeri b. Swasta Rasio Dosen per Lembaga a. Negeri b. Swasta Angka Produktivitas 11,15 0,00 64,87 0,00 16,20 12,79 a. Negeri 17,39 0,00 0,00 0,00 0,00 17,25 b. Swasta 5,11 0,00 64,87 0,00 0,00 8,38 Tabel 11 (lanjutan) Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 4 Angka Produktivitas 13,30 12,35 12,79 0,96 0,93 a. S-0 17,23 17,24 17,24-0,01 1,00 b. S-1 12,78 11,90 12,30 0,88 0,93 c. S-2 17,24 17,26 17,25-0,02 1,00 d. S-3 17,24 17,26 17,25-0,02 1,00 e. Negeri 17,25 17,25 17,25 0,00 1,00 f. Swasta 8,37 8,38 8,38 0,00 1,00 5 Kelayakan Mengajar Dosen Tetap L+P Tidak Tetap L+P Rata-rata Rata-rata , ,90 46,13 a. Negeri , ,67 87,28 b. Swasta , ,73 28,26 13

19 Grafik 5 Rasio Mahasiswa per Dosen menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Aceh, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Rasio mahasiswa per dosen menggambarkan layanan dosen terhadap mahasiswa baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Rasio ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas belajar mengajar. Semakin tinggi nilainya berarti semakin banyak mahasiswa yang dilayani oleh dosen atau dosen makin kurang. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 5 dapat diketahui efektivitas belajar mengajar di PT provinsi Aceh di mana rata-rata seorang dosen melayani 13 mahasiswa, setelah dirinci menurut status lembaga ternyata dosen negeri melayani 22 mahasiswa jauh lebih tinggi dibanding dengan dosen swasta. Pada universitas negeri seorang dosen melayani 23 mahasiswa sedangkan universitas swasta melayani 15 mahasiswa. Makin besar nilainya berarti makin kurang dosennya. Rasio dosen per lembaga menggambarkan ketersediaan dosen pada setiap lembaga dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin banyak jumlah dosen di setiap lembaga maka diharapkan proses belajar mengajar akan makin meningkat dan pada akhirnya peningkatan mutu pendidikan bisa tercapai. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 6 rasio dosen per lembaga PT provinsi Aceh sebesar 70 dengan rincian PT negeri sebesar 747 atau 14,77 kali lebih besar jika dibandingkan dengan PT swasta sebesar 51. Bila dilihat per jenis lembaga maka universitas yang tertinggi sebesar 417 dan terkecil pada akademi sebesar 13. Bila dilihat menurut status dan jenis lembaga maka untuk PT negeri universitas yang terbesar sebesar 975 dan terkecil politeknik sebesar 292 sedangkan untuk PT swasta universitas yang terbesar sebesar 306 dan akademi yang terkecil sebesar 13. Besarnya rasio ini menunjukkan banyaknya dosen di suatu lembaga. 14

20 Grafik 6 Rasio Dosen per Lembaga menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Aceh, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Berdasarkan data yang terjaring dari kuesioner pendataan PT, bisa diketahui bagaimana kondisi mutu PT. Indikator mutu mahasiswa ditunjukkan dari angka produktivitas mahasiswa yang telah lulus setelah menempuhkan mata kuliah sesuai dengan kredit semester yang harus ditempuh. Angka produktivitas bervariasi untuk setiap program, misalnya untuk S-0 sekitar 30% karena tiga tahun sedangkan S-1 sekitar 25% karena selama 4 tahun. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 7, angka produktivitas PT sebesar 12,79% sangat kecil dengan rincian pada PT negeri sebesar 17,25% lebih besar daripada PT swasta sebesar 8,38%. Bila dilihat menurut jenis lembaga maka ST yang terbesar sebesar 64,87 dan terkecil pada universitas sebesar 11,15. Angka produktivitas PT negeri lebih besar 8,87% jika dibandingkan dengan PT swasta walaupun PT negeri pun sebetulnya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan standar yang ada. Grafik 7 Angka Produktivitas menurut Status Lembaga dan Jenis Program Perguruan Tinggi, Provinsi Aceh, Tahun 2012/ ,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 17,25 17,26 17,24 17,26 17,25 17,25 17,23 17,24 17,24 17,25 17,24 17,25 12,35 13,30 12,79 12,78 12,30 11,90 8,38 8,37 8,38 Rata2 Negeri Swasta S-0 S-1 S-2 S-3 Laki2 Perempuan Rata2 15

21 Bila dibandingkan antara laki-laki dan perempuan pada Tabel 11 lanjutan maka angka produktivitas laki-laki sebesar 13,30% lebih besar daripada perempuan sebesar 12,35%. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan gender sebesar 0,96% dengan indeks paritas gender 0,93 yang berarti belum setara. Angka produktivitas antara S-0, S-1, S-2, dan S-3 cukup bervariasi, yang tertinggi pada program S-2 dan S-3 sebesar 17,25% namun yang terendah pada S-1 sebesar 12,30%. Perbedaan gender program S-0 sebesar -0,01% dengan indeks paritas gender sebesar 1,00 berarti sudah setara sedangkan program S-3 dengan perbedaan gender sebesar - 0,02% dan indeks paritas gender sebesar 1,00 berarti sudah setara. Indikator mutu lainnya adalah persentase dosen PT layak mengajar. Ketentuan dosen PT yang layak mengajar adalah lulusan S-2 ke atas dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi maupun di politeknik. Persentase dosen layak mengajar idealnya 100% berarti tidak ada dosen yang berijazah kurang dari S-1. Berdasarkan Tabel 11 lanjutan dan Grafik 8, persentase dosen layak mengajar PT sebesar 46,13%, bila dibandingkan antara PT negeri dan PT swasta maka persentase dosen layak mengajar PT negeri sebesar 87,28% lebih baik daripada PT swasta sebesar 28,26%. Dosen tetap layak mengajar sebesar 54,37% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 25,90%. Dosen tetap layak di PT negeri sebesar 87,37% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 66,67% sedangkan dosen tetap di PT swasta sebesar 30,04% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 25,73%. Grafik 8 Persentase Dosen Layak menurut Status Kepegawaian dan Status Lembaga Perguruan Tinggi, Provinsi Aceh, Tahun 2012/ ,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 87,37 87,28 66,67 54,37 46,13 30,04 25,90 25,73 28,26 Tetap TT Tetap+TT Rata2 Negeri Swasta 4. Kesetaraan Layanan Pendidikan: Misi K-4 Pembangunan pendidikan yang dilaksanakan selama ini telah menunjukkan kemajuan tetapi masih terjadi kesenjangan dalam hal kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan. Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti 16

22 perbedaan gender (PG) APK dan indeks paritas gender (IPG) APK serta dari segi status sekolah seperti persentase mahasiswa swasta (%MhsSwt). Tidak ada perbedaan gender bila nilainya 0 dan telah setara bila nilainya 1. %MhsSwt makin besar berarti makin besar partisipasi swasta dalam program pendidikan tinggi. Ditinjau dari sisi pendidikan, kesenjangan tersebut terasa karena masih tingginya perbedaaan gender APK perempuan jika dibandingkan dengan APK laki-laki. Oleh karena itu, untuk mencapai kesetaraan gender yang dihitung dari indeks paritas gender di segala bidang perlu dilakukan pengelolaan data berwawasan gender secara sistematis, teratur, dan berkesinambungan. Berdasarkan Tabel 12 dan Grafik 9 maka PG APK sebesar -2,53 yang berarti masih terjadi perbedaan sebesar -2,53% dengan perempuan lebih besar daripada laki-laki. Dengan demikian IPG APK sebesar 1,13 yang berarti belum setara dan perempuan lebih diuntungkan dari laki-laki. Tabel 12 Indikator Kesetaraan Layanan Pendidikan Misi K-4 Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 1 APK (%) 19,56 22,09 20,84-2,53 1,13 Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 2 % Mahasiswa Swasta 50,85-100, ,22 Grafik 9 PG APK dan IPG APK Perguruan Tinggi Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 1,50 1,00 0,50 0,00-0,50-1,00-1,50-2,00-2,50-3,00 PG APK -2,53 1,13 IPG APK Berdasarkan Tabel 12 maka %MhsSwt PT sebesar 50,22% yang berarti sebanyak 50,22% mahasiswa bersekolah di PT swasta. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka sekolah tinggi terbesar atau 100,00% dan terkecil universitas sebesar 50,85%. Hal ini berarti dominasi PT swasta pada sekolah tinggi sedangkan jenis lembaga lainnya seperti universitas sebesar 50,85% dan institut sebesar 100,00%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PT swasta banyak 17

23 berperan pada universitas (50,85%) yang terbesar diikuti sekolah tinggi (100,00%). 5. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K-5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan dua ukuran, yaitu seberapa banyak mahasiswa dapat dilayani pada pendidikan tinggi melalui APK dan sejauh mana akses masuk ke perguruan tinggi melalui angka melanjutkan. Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 10 maka APK PT sebesar 20,84% yang berarti sebanyak 20,84% penduduk usia PT bersekolah di PT dengan rincian di PT negeri sebesar 10,37% dan PT swasta sebesar 10,46%. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka partisipasi terbesar pada universitas sebesar 19,79% dan terkecil pada sekolah tinggi sebesar 0,40%. Partisipasi PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 9,73% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,64%. Partisipasi PT swasta terbesar pada universitas sebesar 10,06% dan terkecil pada sekolah tinggi sebesar 0,40%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam pencapaian partisipasi bersekolah di PT. Tabel 13 Indikator Kepastian Layanan Pendidikan Misi K-5 Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 APK 19,79-0,40-0,64 20,84 a. Negeri 9, ,64 10,37 b. Swasta 10,06-0, ,46 2 AM ke PT 29,43 0,00 0,66 0,00 1,11 31,21 a. Negeri 19,36 0,00 0,00 0,00 1,11 20,47 b. Swasta 10,08 0,00 0,66 0,00 0,00 10,74 Indikator kepastian layanan juga dapat dilihat dari AM PT yang terdapat pada Tabel 13 dan Grafik 10. AM PT sebesar 31,21% dengan rincian terbesar pada universitas sebesar 29,43% dan terkecil pada sekolah tinggi sebesar 0,66%. Bila dirinci menurut status lembaga maka AM PT negeri sebesar 20,47% lebih besar daripada PT swasta sebesar 10,74%. AM PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 19,36% dan terkecil pada politeknik sebesar 1,11%. AM PT swasta terbesar pada universitas sebesar 10,08% dan terkecil pada sekolah tinggi sebesar 0,66%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam memberikan akses ke PT. 18

24 Grafik 10 APK dan AM PT menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Aceh, Tahun 2012/ ,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 19,79 29,43 20,84 31,21 5, ,400,66-0,641,11 - Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 APK AM PT 6. Kinerja Pendidikan Tinggi: Gabungan Misi K-1 sampai K-5 Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pendidikan tinggi. Misi K-1 dan K-2 masing-massing menggunakan satu jenis indikator, misi K-3 menggunakan 4 jenis indikator, misi K-4 menggunakan 3 jenis indikator, dan misi K-5 menggunakan 2 jenis indikator sehingga untuk melihat kinerja pendidikan tinggi menggunakan 11 jenis indikator. Ke-11 indikator tersebut memiliki kontribusi yang sama. Agar dapat ditentukan nilai kinerja maka semua indikator yang memiliki satuan yang berbeda dijadikan satuan yang sama menggunakan standar. Standar yang digunakan dalam analisis ini hanya menggunakan asumsi karena belum ada ketentuan khusus kecuali untuk empat indikator, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT menggunakan standar ideal. Dengan menggunakan standar tersebut maka nila 100 adalah maksimal dan nilai 0 adalah yang minimal. Berdasarkan Tabel 14 dan Grafik 11, ketersediaan layanan sebesar 46,58, keterjangkauan layanan sebesar 46,81, kualitas layanan sebesar 66,95, kesetaraan layanan sebesar 84,32, dan kepastian layanan sebesar 50,33. Berdasarkan misi pendidikan 5K maka kinerja pendidikan tinggi sebesar 59,00 Idealnya adalah 100, sehingga kinerja pendidikan tinggi telah mencapai setengah dari ideal 50%. 19

25 Tabel 14 Kinerja Pendidikan Tinggi Berdasarkan Misi Pendidikan 5K Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 No. Misi Indikator Satuan Nilai Standar Konversi Jenis Kinerja 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L lembaga ,58 KURANG 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT orang ,81 KURANG 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D dosen ,00 R-D/L dosen ,49 Aproduk % 12, ,17 %DL % 46, ,13 Kualitas Layanan 66,95 KURANG 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK % -2, ,47 IPG APK Indeks 1, ,53 %MhsSwt % 50, ,96 Kesetaraan Layanan 84,32 PRATAMA 5 Misi K-5 Kepastian APK % 20, ,45 AM PT % 31, ,21 Kepastian Layanan 50,33 KURANG Kinerja PT 59,00 KURANG Grafik 11 Kinerja PT menurut Misi Pendidikan 5K Provinsi Aceh, Tahun 2012/2013 Misi K-1 100,00 80,00 60,00 Misi K-5 40,00 20,00 - Misi K-2 Misi K-4 Misi K-3 Dengan melihat Grafik 11 dapat diketahui bahwa misi K-4 yang terbaik sebesar 84,32 sedangkan misi K-1 yang terburuk karena hanya mencapai 46,58 sedangkan kinerja PT sebesar 59,00. Dengan demikian, untuk PT prioritas pembangunan perlu berikan pada dipeningkatkan ketersediaan layanan (K-1), keterjangkauan layanan (misi K-2), kualitas layanan (misi K-3), dan kepastian layanan (K-5) karena capaian kinerja masih kurang dari 60,00. Selain itu, kualitas layanan (misi K-3) perlu dipertahankan dan ditingkatkan karena telah mencapai lebih dari

26 D. Penutup 1. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K-4 yang terbaik dengan nilai sebesar 84,32, berarti termasuk kategori pratama. Sebaliknya, misi K-1 yang terburuk dengan nilai sebesar 46,58 termasuk kinerja kategori kurang, misi K-2 sebesar 46,81, misi K-3 sebesar 66,95, dan misi K-5 sebesar 50,33 juga termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kinerja PT Provinsi Aceh sebesar 59,00 termasuk kinerja kategori kurang. 2. Saran Kinerja PT provinsi Aceh sebesar 59,00 termasuk kategori kurang. Hal ini disebabkan karena misi K-1, K-2, K-3, dan K-5 termasuk kategori kurang. Oleh karena itu, misi K-1, K-2, K-3, dan K-5 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 46,58, 46,81, 66,95, dan 50,33. Untuk misi K-1, dalam rangka meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan maka diperlukan peningkatan adanya lembaga pendidikan. Untuk misi K-2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan maka diperlukan peningkatan indikator daerah terjangkau melalui meningkatan jumlah lembaga PT serta kapasitas lembaga. Untuk misi K-3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan maka diperlukan jumlah dan pendidikan dosen untuk meningkatkan indikator rasio dosen-mahasiswa, rasio dosen-lembaga, dan %dosen layak. Sedangkan untuk meningkatkan kesetaraan (misi K-4), perlu memberikan kesempatan atau advokasi kepada lulusan SM laki-laki untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang PT. Untuk misi K-5 perlu ditingkatkan indikator APK dan APM PT. 21

27 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2012/2013 PROVINSI SUMATERA UTARA A. Pendahuluan Profil Pendidikan Tinggi (Profil PT) disusun berdasarkan pada Statistik Perguruan Tinggi Tahun 2012/2013 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Sesuai dengan Statistik Perguruan Tinggi maka Profil PT juga menyajikan data pada tahun akademik 2012/2013. Profil PT mengacu pada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Visi Kemdikbud 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (Renstra) Kemdikbud dalam rangka Pembangunan Pendidikan yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri atas 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Profil PT terdiri atas data dan indikator pendidikan. Data pendidikan dirinci menjadi lima variabel, yaitu 1) lembaga pendidikan, 2) mahasiswa baru, 3) mahasiswa, 4) lulusan, dan 5) dosen. Kelima variabel data tersebut dirinci menurut jenis lembaga dan status lembaga. Pendidikan tinggi terdiri dari lima jenis lembaga PT, yaitu 1) universitas, 2) institut, 3) sekolah tinggi (ST), 4) akademi, dan 5) politeknik. Pendidikan tinggi dirinci menurut status lembaga, yaitu negeri dan swasta. Indikator pendidikan dirinci berdasarkan misi pendidikan 5K. Untuk misi K-1 adalah rasio mahasiswa per lembaga yang dirinci menurut jenis dan status lembaga PT. Untuk misi K-2 adalah daerah terjangkau yang dihitung dari daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Daerah yang bisa dijangkau oleh mahasiswa dalam jarak 25 km 2. Oleh karena itu, daerah terjangkau lembaga adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan 22

28 kepadatan lembaga sedangkan daerah terjangkau mahasiswa adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan penduduk tahun. Untuk misi K-3 terdiri dari empat jenis, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, dan angka produktivitas menurut status jenis dan status, sedangkan kelayakan mengajar dosen menurut status lembaga. Untuk misi K-4 terdiri dari tiga jenis, yaitu perbedaan gender APK, indeks paritas gender APK, dan persentase mahasiswa swasta menurut jenis lembaga. Untuk misi K-5 terdiri dari dua jenis, yaitu APK dan AM ke PT menurut jenis lembaga. Dengan demikian, jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pendidikan tinggi sebanyak 11 jenis indikator pendidikan. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi No. Misi Indikator Standar Penjelasan 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L Asumsi 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT Asumsi 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D 25 Asumsi R-D/L 100 Asumsi Aproduk 25 Asumsi %DL 100 Ideal 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK 0 Ideal IPG APK 1 Ideal %MhsSwt 75 Asumsi 5 Misi K-5 Kepastian APK 30 Asumsi AM PT 100 Ideal Oleh karena 11 indikator tersebut memiliki satuan yang berbeda maka diperlukan standar untuk menyatukan nilainya seperti disajikan pada Tabel 1. Hanya ada empat indikator yang menggunakan ideal, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT. Berdasarkan perhitungan kinerja maka nilai kinerja menurut jenis disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja No. Jenis Kinerja 1 Paripurna 2 Utama 3 Madya 4 Pratama 5 Kurang Nilai ke atas kurang dari B. Data Pendidikan Gambaran umum pendidikan tinggi disajikan pada Tabel 3 yang dirinci menurut variabel pendidikan, status lembaga, dan jenis lembaga. Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2012/2013 jumlah lembaga PT di provinsi Sumatera Utara adalah 258 dengan rincian 33 universitas (12,79%), 3 institut (1,16%), 86 sekolah tinggi (33,33%), 120 akademi (46,51%), dan 16 politeknik 23

29 (6,20%). Dengan demikian, jenis lembaga terbesar adalah akademi dan terkecil adalah institut. Untuk status lembaga negeri hanya memiliki 2 universitas dan 1 politeknik sehingga jumlah lembaga negeri sebesar 3 lembaga, sedangkan untuk lembaga swasta terdapat 31 universitas, 3 institut, 86 sekolah tinggi, 120 akademi, dan 15 politeknik sehingga jumlahnya 255 lembaga. Dengan demikian, jenis status lembaga negeri terbesar adalah universitas dan terkecil adalah politeknik sedangkan status lembaga swasta terbesar adalah akademi dan terkecil adalah institut. Tabel 3 Gambaran Umum Pendidikan Tinggi Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/2013 No. Variabel Universitas % Institut % ST % Akademi % Politeknik % Jumlah 1 Lembaga 33 12,79 3 1, , , , a. Negeri 2 66,67 0 0,00 0 0,00 0 0, ,33 3 b. Swasta 31 12,16 3 1, , , , Mahasiswa Baru , , , , , a. Negeri ,21 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta , , , , , Mahasiswa , , , , , a. Negeri ,97 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta , , , , , Lulusan , , , , , a. Negeri ,22 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta , , , , , Dosen , , , , , a. Negeri ,89 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta , , , , , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Grafik 1 Jumlah Lembaga Menurut Jenis dan Status Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Jumlah Negeri Swasta Jumlah Jumlah mahasiswa baru PT di provinsi Sumatera Utara sebesar orang, berada di negeri sebesar orang lebih kecil daripada di swasta sebesar orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa baru universitas yang terbesar sebesar orang atau 52,90% dan terkecil pada 24

30 institut sebesar orang atau 2,42%. Bila dilihat menurut status lembaga maka mahasiswa baru PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 92,21% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 45,59%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 817 orang atau 7,79% dan PT swasta adalah institut sebesar orang atau 2,87%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa baru PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Dapat dikatakan bahwa universitas masih menjadi idola banyak orang ketika melanjutkan ke PT. Grafik 2 Jumlah Mahasiswa Baru dan Mahasiswa PT Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/ Negeri Swasta Jumlah Mahasiswa Baru Mahasiswa Jumlah mahasiswa PT provinsi Sumatera Utara sebanyak orang berada di PT negeri sebanyak orang dan di PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa terbesar di universitas sebanyak orang atau 57,67% dan terkecil di institut sebanyak orang atau 1.94%. Bila dilihat menurut status lembaga, mahasiswa PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 87,97% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 53,99%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar orang atau 12,03% dan PT swasta adalah institut sebesar orang atau 2,18%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. 25

31 Grafik 3 Jumlah Lulusan dan Dosen PT Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/ Negeri Swasta Jumlah Lulusan Dosen Jumlah lulusan PT provinsi Sumatera Utara sebanyak orang dengan lulusan dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga maka lulusan terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 53,33% dan terkecil pada institut sebesar orang atau 2,39%. Bila dilihat menurut status lembaga, lulusan PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 92,22% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 45,59%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 563 orang atau 7,78% dan PT swasta adalah institut sebesar orang atau 2,87%. Dengan demikian, dominasi lulusan PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Jumlah dosen PT provinsi Sumatera Utara sebanyak orang dengan dosen dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga, jumlah dosen terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 53,62% dan terkecil pada institut sebesar 299 orang atau 2,14%. Bila dilihat menurut status lembaga, dosen PT negeri terbesar pada universitas sebesar orang atau 89,89% dan PT swasta juga pada universitas sebesar atau 43,60%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri pada politeknik sebesar 306 orang atau 10,11% dan PT swasta adalah institut sebesar 299 orang atau 2,73%. Dengan demikian, dominasi dosen PT negeri juga pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Secara rinci, pembangunan pendidikan di setiap jenis dan status lembaga PT tidak sama. Oleh karena itu, dilakukan penjabaran pada setiap jenis variabel pendidikan, seperti lembaga, mahasiswa baru, mahasiswa, lulusan, dan dosen. 1. Lembaga Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lembaga adalah sekolah atau tempat belajar pada tingkat pendidikan tinggi. 26

32 Jumlah PT provinsi Sumatera Utara sebanyak 258 lembaga dengan rincian menurut status lembaga adalah PT negeri sebanyak 3 lembaga dan PT swasta sebanyak 255 lembaga. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka terdapat 33 universitas atau 12,79%, 3 institut atau 1,16%, 86 sekolah tinggi atau 33,33%, 120 akademi atau 46,51%, dan 16 politeknik atau 6,20%. Bila dirinci menurut status lembaga maka pada PT negeri terdiri dari 2 universitas dan 1 politeknik sedangkan PT swasta terdiri dari 31 universitas, 3 institut, 86 ST, 120 akademi, dan 15 politeknik. 2. Mahasiswa Baru Mahasiswa baru adalah pendaftar pada pendidikan tinggi yang telah lulus dalam seleksi ujian masuk ke perguruan tinggi. Mahasiswa baru dirinci menurut tiga jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa baru juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Baru menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin, Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,57 a. Negeri , , ,60 b. Swasta , , ,38 2 S , , ,85 a. Negeri , , ,21 b. Swasta , , ,01 3 S , , ,67 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,13 4 S , , ,19 a. Negeri 73 58, , ,18 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi , , ,72 a. Negeri 50 23, , ,00 b. Swasta , , ,49 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 4 merupakan jumlah mahasiswa baru PT provinsi Sumatera Utara sebanyak orang, bila dirinci menurut lima jenjang program tersebut yang terbanyak diterima menjadi mahasiswa baru pada program S-1 sebesar orang atau 75,85% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 64,21% dan PT swasta sebanyak orang atau 78,01%. Sebaliknya, yang masuk program profesi yang terkecil sebesar 484 orang atau 0,72% dengan rincian di PT negeri sebesar 210 orang atau 2,00% dan PT swasta sebesar 274 orang atau 0,49%. Hal ini menunjukkan minat untuk masuk ke program profesi masih sangat kecil jika dibandingkan dengan program lainnya. 27

33 Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa baru laki-laki terbesar pada program S-3 sebesar 58,87% atau 73 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 41,13% atau 51 orang. Jumlah mahasiswa baru laki-laki terkecil pada program profesi sebesar 31,20% atau 151 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 68,80% atau 333 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan lakilaki. 3. Mahasiswa Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar pada jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa dirinci menurut empat jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 5 menunjukkan jumlah mahasiswa PT provinsi Sumatera Utara sebesar orang, bila dirinci menurut lima jenjang program, mahasiswa yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 76,52% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 6,94% dan PT swasta sebanyak orang atau 69,58%. Besarnya mahasiswa di PT swasta karena memang lembaga PT swasta lebih besar jika dibandingkan dengan lembaga PT negeri. Jumlah mahasiswa terkecil adalah pada jenjang S-3 sebanyak 537 orang atau 0,13% dengan rincian seluruhnya berada di PT negeri. Hal ini berarti minat melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi atau S-3 ternyata masih sangat kecil. Tabel 5 Jumlah Mahasiswa menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin serta Penduduk Usia tahun menurut Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,51 a. Negeri , , ,34 b. Swasta , , ,17 2 S , , ,52 a. Negeri , , ,94 b. Swasta , , ,58 3 S , , ,19 a. Negeri , , ,19 b. Swasta , , ,00 4 S , , ,13 a. Negeri , , ,13 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi , , ,65 a. Negeri , , ,22 b. Swasta , , ,43 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 7 Penduduk th , , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP dan Proyeksi BPS 28

34 Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa laki-laki terbesar pada jenjang S-3 sebanyak 59,22% atau 318 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 40,78% atau 219 orang. Proporsi mahasiswa laki-laki terkecil pada jenjang profesi sebanyak 32,58% atau 893 orang dan lebih kecil jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 67,42% atau orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti kesempatan perempuan bersekolah di jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. Dilihat dari penduduk usia PT maka penduduk usia tahun provinsi Sumatera Utara sebesar orang dengan rincian laki-laki sebesar atau 50,07% lebih besar daripada perempuan sebesar orang atau 49,93%. 4. Lulusan Lulusan adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya berdasarkan pada hasil ujian dan paper/tesis/disertasi yang disiapkan pada suatu jenjang pendidikan tinggi. Lulusan dapat dirinci menurut empat program, yaitu S-0, S-1, S-2, dan S-3. Lulusan S-0 juga dirinci menurut diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4. Lulusan diploma 1 dengan masa kuliah selama 1 tahun, diploma 2 selama 2 tahun, diploma 3 selama 3 tahun, dan diploma 4 selama 4 tahun. Lulusan S-1 dengan masa kuliah selama 4 tahun sedangkan lulusan S-2 dan S-3 selama 2 tahun. Tabel 6 Jumlah Lulusan menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,58 a. Negeri , , ,61 b. Swasta , , ,38 2 S , , ,72 a. Negeri , , ,21 b. Swasta , , ,01 3 S , , ,76 a. Negeri , , ,99 b. Swasta , , ,13 4 S , , ,20 a. Negeri 50 58, , ,18 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi , , ,74 a. Negeri 34 23, , ,00 b. Swasta 66 37, , ,49 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP 29

35 Tabel 6 merupakan jumlah lulusan PT provinsi Sumatera Utara sebanyak orang, dari kelima jenjang program tersebut, jumlah lulusan yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 75,72% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang dan PT swasta sebanyak orang. Jumlah lulusan terkecil adalah pada jenjang S-3 pada PT sebanyak 85 orang atau 0,20% dengan rincian keseluruhannya berada di PT negeri. Hal ini berarti sejalan dengan jumlah mahasiswa maka lulusan di jenjang yang paling tinggi ternyata masih sangat kecil. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi lulusan laki-laki terbesar pada jenjang S- 3 sebesar 58,82% atau 50 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 41,18% atau 35 orang. Proporsi lulusan laki-laki terkecil pada program profesi sebesar 31,06% atau 100 orang, jika dibandingkan dengan lulusan perempuan sebesar 68,94% atau 222 orang. Hal ini berarti seperti halnya mahasiswa maka lulusan perempuan di jenjang yang paling tinggi ternyata juga lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. 5. Dosen Dosen adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Dosen dapat dikategorikan sebagai dosen tetap dan tidak tetap. Dosen juga dirinci menurut enam tingkat pendidikan yang pernah diikuti, yaitu < S-1, S-1/D-4, S-2, S-3, spesialis, dan profesi menurut status kepegawaian. Berdasarkan Tabel 7, jumlah dosen PT di Provinsi Sumatera Utara sebanyak orang, dari keenam tingkat pendidikan tersebut, dosen yang terbanyak adalah lulusan S-1 sebesar orang atau 49,57% dengan rincian di PT negeri sebanyak 321 orang atau 2,30% dan PT swasta sebanyak orang atau 47,28%. Proporsi dosen terkecil adalah lulusan <S-1 sebanyak 1,43% atau 100 orang dengan rincian di PT negeri sebesar 0,01% atau 2 orang dan PT swasta sebesar 1,42% atau 198 orang. Dengan demikian, sebagian besar dosen belum memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan kelayakan mengajar, yaitu S-1/D-4. 30

36 Tabel 7 Jumlah Dosen menurut Pendidikan Tertinggi, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/2013 No. Pendidikan Tertinggi Tetap % 1 < S , , ,43 a. Negeri 2 0,00 0 0,00 2 0,01 b. Swasta 75 37, , ,42 2 S-1/D , , ,57 a. Negeri ,00 0 0, ,30 b. Swasta , , ,28 3 S , , ,86 a. Negeri ,95 1 0, ,95 b. Swasta , , ,91 4 S , , ,38 a. Negeri ,76 1 0, ,99 b. Swasta , , ,39 5 Spesialis , , ,04 a. Negeri ,00 0 0, ,00 b. Swasta 66 45, , ,04 6 Profesi , , ,72 a. Negeri ,00 0 0, ,39 b. Swasta 31 67, , ,33 7 Jumlah , , ,00 a. Negeri ,93 2 0, ,64 b. Swasta , , ,36 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tidak Tetap L+P Jumlah % Dosen layak mengajar adalah tenaga pengajar yang memiliki ijazah tertinggi S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen layak mengajar di program diploma dan S-1 adalah dosen lulusan S-2 dan yang lebih tinggi sedangkan dosen layak mengajar di program pascasarjana adalah dosen lulusan S-3. Oleh karena keterbatasan data yang dimiliki maka dosen layak dimaksud adalah dosen yang memiliki ijazah S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen dirinci menurut layak mengajar dan tidak layak mengajar serta menurut status kepegawaian. Tabel 8 Jumlah Dosen menurut Jenis Kelayakan Mengajar, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/2013 % No. Kriteria Tetap % Tidak Tetap % Jumlah % 1 Tidak layak a. Negeri b. Swasta Layak Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP 31

37 Tabel 8 menunjukan jumlah dosen layak mengajar sebesar orang atau 49,00% lebih kecil jika dibandingkan dengan tidak layak mengajar sebesar orang atau 51,00%. Selain itu, proporsi dosen layak di PT negeri sebesar 89,33% atau orang lebih besar daripada di PT swasta sebesar 37,85% atau orang atau. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dosen layak di PT negeri lebih baik jika dibandingkan dengan PT swasta, terutama untuk dosen tetap. Oleh karena itu, peningkatan kelayakan dosen mengajar di PT swasta sangat diperlukan. C. Analisis Indikator Pendidikan Tinggi Indikator pendidikan merupakan salah satu dari sejumlah faktor yang sangat penting dalam upaya mengetahui tercapainya tujuan sistem pendidikan nasional. Indikator pendidikan dapat digunakan sebagai peringatan awal terhadap permasalahan pendidikan yang ada di lapangan. Indikator pendidikan disusun untuk mengetahui kinerja suatu daerah dengan mendasarkan pada data kuantitatif pendidikan. Kinerja pendidikan diukur dengan menggunakan misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri dari 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Penggabungan kelima misi pendidikan tersebut menghasilkan kinerja program pendidikan. Berdasarkan kelima misi pendidikan tersebut, disusun enam jenis komposit indikator, yaitu 1) ketersediaan layanan, 2) keterjangkauan layanan, 3) kualitas layanan, 4) kesetaraan layanan, 5) kepastian layanan, dan 6) kinerja program pendidikan. Analisis misi K-1 digunakan untuk mengukur ketersediaan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-2 digunakan untuk mengukur keterjangkauan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-3 digunakan untuk mengukur kualitas layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-4 digunakan untuk mengukur kesetaraan layanan pendidikan. Analisis misi K-5 digunakan untuk mengukur kepastian memperoleh layanan pendidikan. Kinerja program pendidikan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian program pembangunan yang telah dilakukan pada tahun berjalan. 1. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K-1 Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan tahun , diperlukan indikator pendidikan yang dapat menilai kemajuan pendidikan, termasuk kemajuan program pembangunan PT. Indikator ketersediaan layanan PT digunakan rasio mahasiswa per lembaga. Indikator keterjangkauan layanan PT digunakan daerah terjangkau. Indikator kualitas layanan PT digunakan empat jenis indikator, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, angka produktivitas, dan kelayakan dosen mengajar. Indikator kesetaraan layanan 32

38 pendidikan digunakan tiga jenis indikator, yaitu PG APK, IPG APK, dan persentase mahasiswa swasta. Indikator kepastian layanan pendidikan digunakan dua jenis indikator, yaitu APK dan AM ke PT. Tabel 9 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Lembaga a. Negeri b. Swasta Rasio mahasiswa per lembaga menggambarkan kepadatan mahasiswa pada suatu lembaga baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin besar nilainya berarti semakin padat mahasiswa yang ada pada lembaga tersebut. Berdasarkan Tabel 9 dan Grafik 4, rasio mahasiswa per lembaga sebesar dengan rincian di negeri sebesar orang dan di swasta sebesar orang. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka PT terpadat pada universitas sebesar dan terjarang pada akademi sebesar 349. Bila dirinci menurut status dan jenis lembaga maka PT negeri pada universitas yang terpadat sebesar dan terjarang pada politeknik sebesar sedangkan PT swasta pada universitas yang terpadat sebesar dan terjarang pada akademi sebesar 349. Grafik 4 Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Sumatera Utara,Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 2. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K-2 Untuk melihat keterjangkauan layanan maka digunakan indikator kepadatan lembaga dan kepadatan penduduk usia PT dengan daerah terjangkau lembaga dan mahasiswa. Daerah terjangkau dihitung dari jarak 25 km 2 dengan rincian daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Bila 33

39 nilainya tinggi maka keterjangkauan makin luas, bila nilainya rendah maka keterjangkauannya makin kecil. Oleh karena itu, makin tinggi nilainya berarti makin baik karena jangkauannya makin luas. Tabel 10 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K-2 Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/2013 Kepadatan Daerah terjangkau Daerah No. Indikator Lembaga P19-23 Lembaga Mahasiswa terjangkau 1 Daerah terjangkau Berdasarkan Tabel 10, kepadatan lembaga hanya sebesar 0,0035 lembaga per km 2 sedangkan kepadatan penduduk usia sebesar 16,43 orang per km 2. Daerah terjangkau lembaga dalam radius 25 km 2 sebesar 7,00 lembaga per km 2 sedangkan daerah terjangkau mahasiswa sebesar mahasiswa per km 2. Dengan demikian, daerah terjangkau sebesar mahasiswa per km Kualitas Layanan Pendidikan: Misi K-3 Analisis indikator peningkatan mutu dan relevansi pendidikan digunakan untuk mengukur mutu pendidikan suatu daerah. Peningkatan mutu bisa dilakukan melalui proses belajar mengajar yang efektif dan ditunjang oleh sumber daya, sarana/prasarana serta biaya yang memadai. Proses belajar yang bermutu akan menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Sejalan dengan ketersediaan layanan maka peningkatan mutu untuk semua program pendidikan tinggi juga dilaksanakan. Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan dan kualitas layanan pendidikan maka indikator pendidikan yang digunakan untuk pendidikan tinggi dapat dilihat dari tiga jenis, yaitu mahasiswa, dosen, dan lembaga. Berdasarkan ketiga jenis strategi tersebut maka dijabarkan menjadi empat indikator, yaitu 1) rasio mahasiswa per dosen (R-M/D), 2) rasio dosen per lembaga (R-D/L), 3) angka produktivitas (APro), dan 4) persentase dosen layak (%DL). Indikator 1, 2, dan 4 dilihat dosen, dan indikator 3 dilihat dari mahasiswa. Tabel 11 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Dosen a. Negeri b. Swasta Rasio Dosen per Lembaga a. Negeri b. Swasta Angka Produktivitas 9,56 12,72 10,84 12,33 12,09 10,34 a. Negeri 16,63 0,00 0,00 0,00 10,27 15,87 b. Swasta 8,16 12,72 10,84 12,33 13,00 9,66 34

40 Tabel 11 (lanjutan) Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 4 Angka Produktivitas 10,30 10,36 10,34-0,06 1,01 a. S-0 10,61 10,25 10,37 0,36 0,97 b. S-1 10,16 10,30 10,23-0,14 1,01 c. S-2 12,60 13,55 13,02-0,95 1,08 d. S-3 15,86 15,87 15,87 0,00 1,00 e. Negeri 15,86 15,87 15,87-0,01 1,00 f. Swasta 9,66 9,67 9,66 0,00 1,00 5 Kelayakan Mengajar Dosen Tetap L+P Tidak Tetap L+P Rata-rata Rata-rata , ,97 49,00 a. Negeri , ,00 89,33 b. Swasta , ,92 37,85 Grafik 5 Rasio Mahasiswa per Dosen menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Rasio mahasiswa per dosen menggambarkan layanan dosen terhadap mahasiswa baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Rasio ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas belajar mengajar. Semakin tinggi nilainya berarti semakin banyak mahasiswa yang dilayani oleh dosen atau dosen makin kurang. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 5 dapat diketahui efektivitas belajar mengajar di PT provinsi Sumatera Utara di mana rata-rata seorang dosen melayani 30 mahasiswa, setelah dirinci menurut status lembaga ternyata dosen negeri melayani 15 mahasiswa jauh lebih rendah dibanding dengan dosen swasta. Pada universitas negeri seorang dosen melayani 15 mahasiswa sedangkan universitas swasta melayani 42 mahasiswa. Untuk politeknik dosen melayani mahasiswa terkecil dengan PT negeri sebesar 18 dan PT swasta sebesar 17 mahasiswa. Makin besar nilainya berarti makin kurang dosennya. Rasio dosen per lembaga menggambarkan ketersediaan dosen pada setiap lembaga dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin banyak jumlah dosen di setiap lembaga maka 35

41 diharapkan proses belajar mengajar akan makin meningkat dan pada akhirnya peningkatan mutu pendidikan bisa tercapai. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 6 rasio dosen per lembaga PT provinsi Sumatera Utara sebesar 54 dengan rincian PT negeri sebesar atau 23,48 kali lebih besar jika dibandingkan dengan PT swasta sebesar 43. Bila dilihat per jenis lembaga maka universitas yang tertinggi sebesar 227 dan terkecil pada akademi sebesar 17. Bila dilihat menurut status dan jenis lembaga maka untuk PT negeri universitas yang terbesar sebesar dan terkecil politeknik sebesar 306 sedangkan untuk PT swasta universitas yang terbesar sebesar 154 dan akademi yang terkecil sebesar 17. Besarnya rasio ini menunjukkan banyaknya dosen di suatu lembaga. Grafik 6 Rasio Dosen per Lembaga menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Berdasarkan data yang terjaring dari kuesioner pendataan PT, bisa diketahui bagaimana kondisi mutu PT. Indikator mutu mahasiswa ditunjukkan dari angka produktivitas mahasiswa yang telah lulus setelah menempuhkan mata kuliah sesuai dengan kredit semester yang harus ditempuh. Angka produktivitas bervariasi untuk setiap program, misalnya untuk S-0 sekitar 30% karena tiga tahun sedangkan S-1 sekitar 25% karena selama 4 tahun. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 7, angka produktivitas PT sebesar 10,34% sangat kecil dengan rincian pada PT negeri sebesar 15,87% lebih besar daripada PT swasta sebesar 9,66%. Bila dilihat menurut jenis lembaga maka universitas yang terbesar sebesar 9,56 dan terkecil pada ST sebesar 10,84. Angka produktivitas PT negeri lebih besar 1,64% jika dibandingkan dengan PT swasta walaupun PT negeri pun sebetulnya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan standar yang ada. 36

42 Grafik 7 Angka Produktivitas menurut Status Lembaga dan Jenis Program Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/ ,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 15,87 15,87 15,86 15,87 15,86 15,87 13,55 12,60 13,02 10,36 10,6110,25 10,30 10,34 9,67 10,37 10,23 10,16 9,66 9,66 10,30 Rata2 Negeri Swasta S-0 S-1 S-2 S-3 Laki2 Perempuan Rata2 Bila dibandingkan antara laki-laki dan perempuan pada Tabel 11 lanjutan maka angka produktivitas laki-laki sebesar 10,30% lebih kecil daripada perempuan sebesar 10,36%. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan gender sebesar -0,06% dengan indeks paritas gender 1,01 yang berarti hampir setara. Angka produktivitas antara S-0, S-1, S-2, dan S-3 cukup bervariasi, yang tertinggi pada program S-2 sebesar 1,08% namun yang terendah pada S-0 sebesar 0,97%. Perbedaan gender program S-0 sebesar -0,06% dengan indeks paritas gender sebesar 1,01 berarti belum setara sedangkan program S-3 dengan perbedaan gender sebesar 0.00% dan indeks paritas gender sebesar 1,00 berarti sudah setara. Indikator mutu lainnya adalah persentase dosen PT layak mengajar. Ketentuan dosen PT yang layak mengajar adalah lulusan S-2 ke atas dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi maupun di politeknik. Persentase dosen layak mengajar idealnya 100% berarti tidak ada dosen yang berijazah kurang dari S-1. Berdasarkan Tabel 11 lanjutan dan Grafik 8, persentase dosen layak mengajar PT sebesar 49,00%, bila dibandingkan antara PT negeri dan PT swasta maka persentase dosen layak mengajar PT negeri sebesar 89,33% lebih baik daripada PT swasta sebesar 37,85%. Dosen tetap layak mengajar sebesar 56,86% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 21,97%. Dosen tetap layak di PT negeri sebesar 89,32% lebih buruk jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 100,00% sedangkan dosen tetap di PT swasta sebesar 44,29% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 21,92%. 37

43 Grafik 8 Persentase Dosen Layak menurut Status Kepegawaian dan Status Lembaga Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/ Tetap TT Tetap+TT Rata2 Negeri Swasta 4. Kesetaraan Layanan Pendidikan: Misi K-4 Pembangunan pendidikan yang dilaksanakan selama ini telah menunjukkan kemajuan tetapi masih terjadi kesenjangan dalam hal kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan. Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti perbedaan gender (PG) APK dan indeks paritas gender (IPG) APK serta dari segi status sekolah seperti persentase mahasiswa swasta (%MhsSwt). Tidak ada perbedaan gender bila nilainya 0 dan telah setara bila nilainya 1. %MhsSwt makin besar berarti makin besar partisipasi swasta dalam program pendidikan tinggi. Ditinjau dari sisi pendidikan, kesenjangan tersebut terasa karena masih tingginya perbedaaan gender APK perempuan jika dibandingkan dengan APK laki-laki. Oleh karena itu, untuk mencapai kesetaraan gender yang dihitung dari indeks paritas gender di segala bidang perlu dilakukan pengelolaan data berwawasan gender secara sistematis, teratur, dan berkesinambungan. Berdasarkan Tabel 12 dan Grafik 9 maka PG APK sebesar -4,81 yang berarti masih terjadi perbedaan sebesar -4,81% dengan perempuan lebih besar daripada laki-laki. Dengan demikian IPG APK sebesar 1,15 yang berarti belum setara dan perempuan lebih diuntungkan dari laki-laki. Tabel 12 Indikator Kesetaraan Layanan Pendidikan Misi K-4 Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 1 APK (%) 32,77 37,58 35,17-4,81 1,15 Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 2 % Mahasiswa Swasta 83,51 100,00 100,00 100,00 66,65 89,19 38

44 Grafik 9 PG APK dan IPG APK Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/ PG APK IPG APK Berdasarkan Tabel 12 maka %MhsSwt PT sebesar 89,19% yang berarti sebanyak 89,19% mahasiswa bersekolah di PT swasta. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka institut, ST, dan akademi terbesar atau 100,00% dan terkecil politeknik sebesar 66,65%. Hal ini berarti dominasi PT swasta pada institut, akademi dan sekolah tinggi sedangkan jenis lembaga lainnya seperti universitas sebesar 83,51% dan politeknik sebesar 66,65%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PT negeri banyak berperan pada universitas (83,51%) yang terbesar diikuti politeknik (66,65%). 5. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K-5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan dua ukuran, yaitu seberapa banyak mahasiswa dapat dilayani pada pendidikan tinggi melalui APK dan sejauh mana akses masuk ke perguruan tinggi melalui angka melanjutkan. Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 10 maka APK PT sebesar 35,17% yang berarti sebanyak 35,17% penduduk usia PT bersekolah di PT dengan rincian di PT negeri sebesar 3,80% dan PT swasta sebesar 31,37%. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka partisipasi terbesar pada universitas sebesar 20,28% dan terkecil pada politeknik sebesar 1,37%. Partisipasi PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 3,34% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,46%. Partisipasi PT swasta terbesar pada universitas sebesar 16,94% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,91%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam pencapaian partisipasi bersekolah di PT. 39

45 Tabel 13 Indikator Kepastian Layanan Pendidikan Misi K-5 Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 APK a. Negeri b. Swasta AM ke PT a. Negeri b. Swasta Indikator kepastian layanan juga dapat dilihat dari AM PT yang terdapat pada Tabel 13 dan Grafik 10. AM PT sebesar 34,38% dengan rincian terbesar pada universitas sebesar 18,19% dan terkecil pada institut sebesar 0,83%. Bila dirinci menurut status lembaga maka AM PT negeri sebesar 5,39% lebih kecil daripada PT swasta sebesar 28,99%. AM PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 4,97% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,42%. AM PT swasta terbesar pada universitas sebesar 13,22% dan terkecil pada institut sebesar 0,83%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam memberikan akses ke PT. AM PT di provinsi Sumatera Utara lebih dari 100% karena banyak perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, yang dinilai baik sehingga banyak lulusan Sekolah Menengah dari provinsi lain melanjutkan pendidikan jenjang PT di wilayah provinsi Sumatera Utara. Grafik 10 APK dan AM PT menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 APK AM PT 6. Kinerja Pendidikan Tinggi: Gabungan Misi K-1 sampai K-5 Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pendidikan tinggi. Misi K-1 dan K-2 masing-massing menggunakan satu jenis indikator, misi K-3 menggunakan 4 jenis indikator, misi K-4 menggunakan 3 jenis indikator, dan misi K-5 menggunakan 2 jenis indikator sehingga untuk melihat kinerja pendidikan tinggi menggunakan 11 jenis indikator. Ke-11 indikator 40

46 tersebut memiliki kontribusi yang sama. Agar dapat ditentukan nilai kinerja maka semua indikator yang memiliki satuan yang berbeda dijadikan satuan yang sama menggunakan standar. Standar yang digunakan dalam analisis ini hanya menggunakan asumsi karena belum ada ketentuan khusus kecuali untuk empat indikator, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT menggunakan standar ideal. Dengan menggunakan standar tersebut maka nila 100 adalah maksimal dan nilai 0 adalah yang minimal. Berdasarkan Tabel 14 dan Grafik 11, ketersediaan layanan sebesar 81,72, keterjangkauan layanan sebesar 54,22, kualitas layanan sebesar 56,86, kesetaraan layanan sebesar 94,13, dan kepastian layanan sebesar 67,19. Berdasarkan misi pendidikan 5K maka kinerja pendidikan tinggi sebesar 70,83. Idealnya adalah 100, sehingga kinerja pendidikan tinggi telah mencapai hampir 80% atau empat per lima. Tabel 14 Kinerja Pendidikan Tinggi Berdasarkan Misi Pendidikan 5K Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/2013 No. Misi Indikator Satuan Nilai Standar Konversi Jenis Kinerja 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L lembaga ,72 PRATAMA 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT orang ,22 KURANG 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D dosen ,91 R-D/L dosen ,21 Aproduk % 10, ,34 %DL % 49, ,00 Kualitas Layanan 56,86 KURANG 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK % -4, ,19 IPG APK Indeks 1, ,21 %MhsSwt % 89, ,00 Kesetaraan Layanan 94,13 UTAMA 5 Misi K-5 Kepastian APK % 35, ,00 AM PT % 34, ,38 Kepastian Layanan 67,19 KURANG Kinerja PT 70,83 KURANG Grafik 11 Kinerja PT menurut Misi Pendidikan 5K Provinsi Sumatera Utara, Tahun 2012/2013 Misi K-1 100,00 80,00 60,00 Misi K-5 40,00 20,00 - Misi K-2 Misi K-4 Misi K-3 41

47 Dengan melihat Grafik 11 dapat diketahui bahwa misi K-4 dan K-1 yang terbaik masing-masing sebesar 94,13 dan 81,72 sedangkan misi K-2, K-3, dan K-5 yang terburuk karena hanya mencapai 54,22, 56,86, dan 67,19 sedangkan kinerja PT sebesar 70,83. Dengan demikian, untuk PT prioritas pembangunan perlu berikan pada dipeningkatkan keterjangkauan layanan (misi K-2) dan kualitas layanan (misi K-3), dan kepastian layanan karena capaian kinerja masih kurang dari 70,00. Selain itu, kesetaraan layanan (misi K-4) dan ketersediaan layanan (misi K-1) perlu dipertahankan dan ditingkatkan karena belum mencapai 100. D. Penutup 1. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K-4 yang terbaik dengan nilai sebesar 94,13, berarti termasuk kategori utama dan misi K-1 juga sebesar 81,72 termasuk kategori pratama. Sebaliknya, misi K-2 yang terburuk dengan nilai sebesar 54,22 termasuk kinerja kategori kurang dan misi K-3 sebesar 56,86 juga termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kinerja PT provinsi Sumatera Utara sebesar 70,83 termasuk kinerja kategori kurang. 2. Saran Kinerja PT provinsi Sumatera Utara sebesar 70,83 termasuk kategori kurang. Hal ini disebabkan karena misi K-2, K-3, dan K-5 termasuk kategori kurang. Oleh karena itu, misi K-2, K-3, dan K-5 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masingmasing 54,22, 56,86, dan 67,19. Untuk misi K-2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan maka diperlukan peningkatan indikator daerah terjangkau melalui meningkatan jumlah lembaga PT serta kapasitas lembaga. Untuk misi K-3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan maka diperlukan jumlah dan pendidikan dosen untuk meningkatkan indikator rasio dosen-mahasiswa, rasio dosen-lembaga, dan %dosen layak. Sedangkan untuk meningkatkan kepastian (misi K-5), perlu memperhatikan faktor AM PT. 42

48 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2012/2013 PROVINSI SUMATERA BARAT A. Pendahuluan Profil Pendidikan Tinggi (Profil PT) disusun berdasarkan pada Statistik Perguruan Tinggi Tahun 2012/2013 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Sesuai dengan Statistik Perguruan Tinggi maka Profil PT juga menyajikan data pada tahun akademik 2012/2013. Profil PT mengacu pada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Visi Kemdikbud 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (Renstra) Kemdikbud dalam rangka Pembangunan Pendidikan yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri atas 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Profil PT terdiri atas data dan indikator pendidikan. Data pendidikan dirinci menjadi lima variabel, yaitu 1) lembaga pendidikan, 2) mahasiswa baru, 3) mahasiswa, 4) lulusan, dan 5) dosen. Kelima variabel data tersebut dirinci menurut jenis lembaga dan status lembaga. Pendidikan tinggi terdiri dari lima jenis lembaga PT, yaitu 1) universitas, 2) institut, 3) sekolah tinggi (ST), 4) akademi, dan 5) politeknik. Pendidikan tinggi dirinci menurut status lembaga, yaitu negeri dan swasta. Indikator pendidikan dirinci berdasarkan misi pendidikan 5K. Untuk misi K-1 adalah rasio mahasiswa per lembaga yang dirinci menurut jenis dan status lembaga PT. Untuk misi K-2 adalah daerah terjangkau yang dihitung dari daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Daerah yang bisa dijangkau oleh mahasiswa dalam jarak 25 km 2. Oleh karena itu, daerah terjangkau lembaga adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan lembaga sedangkan daerah terjangkau mahasiswa adalah jari-jari 43

49 dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan penduduk tahun. Untuk misi K-3 terdiri dari empat jenis, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, dan angka produktivitas menurut status jenis dan status, sedangkan kelayakan mengajar dosen menurut status lembaga. Untuk misi K-4 terdiri dari tiga jenis, yaitu perbedaan gender APK, indeks paritas gender APK, dan persentase mahasiswa swasta menurut jenis lembaga. Untuk misi K-5 terdiri dari dua jenis, yaitu APK dan AM ke PT menurut jenis lembaga. Dengan demikian, jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pendidikan tinggi sebanyak 11 jenis indikator pendidikan. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi No. Misi Indikator Standar Penjelasan 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L Asumsi 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT Asumsi 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D 25 Asumsi R-D/L 100 Asumsi Aproduk 25 Asumsi %DL 100 Ideal 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK 0 Ideal IPG APK 1 Ideal %MhsSwt 75 Asumsi 5 Misi K-5 Kepastian APK 30 Asumsi AM PT 100 Ideal Oleh karena 11 indikator tersebut memiliki satuan yang berbeda maka diperlukan standar untuk menyatukan nilainya seperti disajikan pada Tabel 1. Hanya ada empat indikator yang menggunakan ideal, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT. Berdasarkan perhitungan kinerja maka nilai kinerja menurut jenis disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja No. Jenis Kinerja 1 Paripurna 2 Utama 3 Madya 4 Pratama 5 Kurang Nilai ke atas kurang dari B. Data Pendidikan Gambaran umum pendidikan tinggi disajikan pada Tabel 3 yang dirinci menurut variabel pendidikan, status lembaga, dan jenis lembaga. Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2012/2013 jumlah lembaga PT di provinsi Sumatera Barat adalah 114 dengan rincian 9 universitas (7,89%), 3 institut (2,63%), 56 sekolah tinggi (49,12%), 42 akademi (36,84%), dan 4 politeknik (3,51%). Dengan demikian, jenis lembaga terbesar adalah sekolah tinggi dan 44

50 terkecil adalah institut. Untuk status lembaga negeri hanya memiliki 2 universitas, 1 institut, dan 2 politeknik sehingga jumlah lembaga negeri sebesar 5 lembaga, sedangkan untuk lembaga swasta terdapat 7 universitas, 2 institut, 56 sekolah tinggi, 42 akademi, dan 2 politeknik sehingga jumlahnya 109 lembaga. Dengan demikian, jenis status lembaga negeri terbesar adalah universitas dan terkecil adalah institut sedangkan status lembaga swasta terbesar adalah sekolah tinggi dan terkecil adalah institut dan politeknik. Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 3 Gambaran Umum Pendidikan Tinggi Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 No. Variabel Universitas % Institut % ST % Akademi % Politeknik % Jumlah 1 Lembaga 9 7,89 3 2, , ,84 4 3, a. Negeri 2 40, ,00 0 0,00 0 0, ,00 5 b. Swasta 7 6,42 2 1, , ,53 2 1, Mahasiswa Baru , , , , , a. Negeri , ,75 0 0,00 0 0, , b. Swasta , , , , , Mahasiswa , , , , , a. Negeri , ,89 0 0,00 0 0, , b. Swasta , , , , , Lulusan , , , , , a. Negeri , , ,68 0 0, , b. Swasta , , , , , Dosen , , , , , a. Negeri , ,11 0 0,00 0 0, , b. Swasta , , , , , Grafik 1 Jumlah Lembaga Menurut Jenis dan Status Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Jumlah Negeri Swasta Jumlah Jumlah mahasiswa baru PT di provinsi Sumatera Barat sebesar orang, berada di negeri sebesar orang lebih besar daripada di swasta sebesar orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa baru universitas yang terbesar sebesar orang atau 68,13% dan terkecil pada institut sebesar 601 orang atau 1,77%. Bila dilihat menurut status lembaga maka mahasiswa baru PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 90,97% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 45

51 39,17%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah insitut sebesar 333 orang atau 1,75% dan PT swasta adalah politeknik sebesar 84 orang atau 0,56%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa baru PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Dapat dikatakan bahwa universitas masih menjadi idola banyak orang ketika melanjutkan ke PT. Grafik 2 Jumlah Mahasiswa Baru dan Mahasiswa PT Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/ Negeri Swasta Jumlah Mahasiswa Baru Mahasiswa Jumlah mahasiswa PT provinsi Sumatera Barat sebanyak orang berada di PT negeri sebanyak orang dan di PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa terbesar di universitas sebanyak orang atau 59,27% dan terkecil di institut sebanyak orang atau 2,10%. Bila dilihat menurut status lembaga, mahasiswa PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 89,82% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 37,14%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah institut sebesar orang atau 1,89% dan PT swasta adalah politeknik sebesar 336 orang atau 0,36%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Grafik 3 Jumlah Lulusan dan Dosen PT Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/ Negeri Swasta Jumlah Lulusan Dosen 46

52 Jumlah lulusan PT provinsi Sumatera Barat sebanyak orang dengan lulusan dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga maka lulusan terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 89,43% dan terkecil pada institut sebesar 399 orang atau 1,75%. Bila dilihat menurut status lembaga, lulusan PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 89,43% dan PT swasta pada sekolah tinggi sebesar orang atau 49,21%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah sebesar sekolah tinggi orang atau 1,68% dan PT swasta adalah politeknik sebesar 55 orang atau 0,57%. Dengan demikian, dominasi lulusan PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Jumlah dosen PT provinsi Sumtatera Barat sebanyak orang dengan dosen dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak 3.07 orang. Bila dilihat per jenis lembaga, jumlah dosen terbanyak juga pada universitas sebesar universitasc3.630 orang atau 56,32% dan terkecil pada institut sebesar 399 orang atau 1,75%. Bila dilihat menurut status lembaga, dosen PT negeri terbesar pada universitas sebesar orang atau 79,20% dan PT swasta juga pada universitas sebesar atau 35,55%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri pada institut sebesar 218 orang atau 7,11% dan PT swasta adalah politeknik sebesar 18 orang atau 0,53%. Dengan demikian, dominasi dosen PT negeri juga pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Secara rinci, pembangunan pendidikan di setiap jenis dan status lembaga PT tidak sama. Oleh karena itu, dilakukan penjabaran pada setiap jenis variabel pendidikan, seperti lembaga, mahasiswa baru, mahasiswa, lulusan, dan dosen. 1. Lembaga Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lembaga adalah sekolah atau tempat belajar pada tingkat pendidikan tinggi. Jumlah PT provinsi Sumatera Barat sebanyak 114 lembaga dengan rincian menurut status lembaga adalah PT negeri sebanyak 5 lembaga dan PT swasta sebanyak 109 lembaga. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka terdapat 9 universitas atau 7,89%, 3 institut atau 2,63%, 56 sekolah tinggi atau 49,12%, 42 akademi atau 36,84%, dan 4 politeknik atau 3,51%. Bila dirinci menurut status lembaga maka pada PT negeri terdiri dari 2 universitas, 1 institut dan 2 politeknik sedangkan PT swasta terdiri dari 7 universitas, 2 institut, 56 ST,42 akademi, dan 2 politeknik. 2. Mahasiswa Baru Mahasiswa baru adalah pendaftar pada pendidikan tinggi yang telah lulus dalam seleksi ujian masuk ke perguruan tinggi. Mahasiswa baru dirinci menurut tiga jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau 47

53 pascasarjana. Mahasiswa baru juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Baru menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin, Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,69 a. Negeri , , ,05 b. Swasta , , ,03 2 S , , ,72 a. Negeri , , ,40 b. Swasta , , ,86 3 S , , ,05 a. Negeri , , ,85 b. Swasta , , ,77 4 S , , ,21 a. Negeri 38 53, , ,37 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi , , ,33 a. Negeri 73 28, , ,33 b. Swasta 45 22, , ,33 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 4 merupakan jumlah mahasiswa baru PT provinsi Sumatera Barat sebanyak orang, bila dirinci menurut lima jenjang program tersebut yang terbanyak diterima menjadi mahasiswa baru pada program S-1 sebesar orang atau 77,72% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 78,40% dan PT swasta sebanyak orang atau 76,86%. Sebaliknya, yang masuk program profesi yang terkecil sebesar 455 orang atau 1,33% dengan rincian di PT negeri sebesar 253 orang atau 1,33% dan PT swasta sebesar 200 orang atau 1,33%. Hal ini menunjukkan minat untuk masuk ke program profesi masih sangat kecil jika dibandingkan dengan program lainnya. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa baru laki-laki terbesar pada program S-3 sebesar 53,52% atau 38 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 46,48% atau 33 orang. Jumlah mahasiswa baru laki-laki terkecil pada program profesi sebesar 26,05 atau 118 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 73,95% atau 335 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan lakilaki. 48

54 3. Mahasiswa Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar pada jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa dirinci menurut empat jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 5 menunjukkan jumlah mahasiswa PT provinsi Sumatera Barat sebesar orang, bila dirinci menurut lima jenjang program, mahasiswa yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 77,51% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 32,93% dan PT swasta sebanyak orang atau 44,58%. Besarnya mahasiswa di PT swasta karena memang lembaga PT swasta lebih besar jika dibandingkan dengan lembaga PT negeri. Jumlah mahasiswa terkecil adalah pada jenjang S-3 sebanyak orang atau 3,48% dengan rincian di PT negeri sebesar orang atau 2,46% dan PT swasta sebesar orang atau 1,03%. Hal ini berarti minat melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi atau S-3 ternyata masih sangat kecil. Tabel 5 Jumlah Mahasiswa menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin serta Penduduk Usia tahun menurut Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,52 a. Negeri , , ,90 b. Swasta , , ,62 2 S , , ,51 a. Negeri , , ,93 b. Swasta , , ,58 3 S , , ,48 a. Negeri , , ,46 b. Swasta , , ,03 4 S , , ,16 a. Negeri , , ,16 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi , , ,34 a. Negeri , , ,56 b. Swasta , , ,78 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 7 Penduduk th , , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP dan Proyeksi BPS Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa laki-laki terbesar pada jenjang S-3 sebanyak 53,17% atau 134 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 46,83% atau 118 orang. Proporsi mahasiswa laki-laki terkecil pada jenjang profesi sebanyak 25,16% atau 544 orang dan lebih kecil jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 74,84% atau orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti 49

55 kesempatan perempuan bersekolah di jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. Dilihat dari penduduk usia PT maka penduduk usia tahun provinsi Sumatera Barat sebesar orang dengan rincian laki-laki sebesar atau 49,38 % lebih kecil daripada perempuan sebesar orang atau 50,62%. 4. Lulusan Lulusan adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya berdasarkan pada hasil ujian dan paper/tesis/disertasi yang disiapkan pada suatu jenjang pendidikan tinggi. Lulusan dapat dirinci menurut empat program, yaitu S-0, S-1, S-2, dan S-3. Lulusan S-0 juga dirinci menurut diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4. Lulusan diploma 1 dengan masa kuliah selama 1 tahun, diploma 2 selama 2 tahun, diploma 3 selama 3 tahun, dan diploma 4 selama 4 tahun. Lulusan S-1 dengan masa kuliah selama 4 tahun sedangkan lulusan S-2 dan S-3 selama 2 tahun. Tabel 6 Jumlah Lulusan menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,59 a. Negeri , , ,05 b. Swasta , , ,03 2 S , , ,75 a. Negeri , , ,40 b. Swasta , , ,86 3 S , , ,11 a. Negeri , , ,84 b. Swasta , , ,77 4 S , , ,22 a. Negeri 26 53, , ,37 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 79 25, , ,34 a. Negeri 50 28, , ,33 b. Swasta 29 22, , ,35 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 6 merupakan jumlah lulusan PT provinsi Sumatera Barat sebanyak orang, dari kelima jenjang program tersebut, jumlah lulusan yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 77,75 % dengan rincian di PT negeri sebanyak orang dan PT swasta sebanyak orang. Jumlah lulusan terkecil adalah pada jenjang S-3 pada PT sebanyak 49 orang atau 0,22% dengan rincian hanya PT negeri sebesar 49 orang. Hal ini berarti sejalan dengan jumlah mahasiswa maka lulusan di jenjang yang paling tinggi ternyata masih sangat kecil. 50

56 Berdasarkan jenis kelamin, proporsi lulusan laki-laki terbesar pada jenjang S-3 sebesar 53,06% atau 26 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 46,94% atau 23 orang. Proporsi lulusan laki-laki terkecil pada program profesi sebesar 25,90% atau 79 orang, jika dibandingkan dengan lulusan perempuan sebesar 74,10% atau 226 orang. Hal ini berarti seperti halnya mahasiswa maka lulusan perempuan di jenjang yang paling tinggi ternyata juga lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. 5. Dosen Dosen adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Dosen dapat dikategorikan sebagai dosen tetap dan tidak tetap. Dosen juga dirinci menurut enam tingkat pendidikan yang pernah diikuti, yaitu < S-1, S-1/D-4, S-2, S-3, spesialis, dan profesi menurut status kepegawaian. Berdasarkan Tabel 7, jumlah dosen PT di provinsi Sumatera Barat sebanyak orang, dari keenam tingkat pendidikan tersebut, dosen yang terbanyak adalah lulusan S-2 sebesar orang atau 54,93% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 30,97% dan PT swasta sebanyak orang atau 23,96%. Proporsi dosen terkecil adalah lulusan <S-1 sebanyak 0,48% atau 31 orang dengan rincian tidak terdapat di PT negerisedangkan di PT swasta sebesar 0,48% atau 31 orang. Dengan demikian, sebagian besar dosen sudah memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan kelayakan mengajar, yaitu S-2 dan yang lebih tinggi. Tabel 7 Jumlah Dosen menurut Pendidikan Tertinggi, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 No. Pendidikan Tertinggi Tetap % Tidak Tetap L+P % Jumlah % 1 < S , , ,48 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 15 48, , ,48 2 S-1/D , , ,27 a. Negeri ,00 0 0, ,57 b. Swasta , , ,70 3 S , , ,93 a. Negeri ,75 5 0, ,97 b. Swasta , , ,96 4 S ,07 6 0, ,05 a. Negeri ,00 0 0, ,41 b. Swasta ,34 6 5, ,64 5 Spesialis , , ,89 a. Negeri 94 93,07 7 6, ,57 b. Swasta 57 67, , ,32 6 Profesi 70 78, , ,38 a. Negeri 56 81, , ,07 b. Swasta 14 70, , ,31 7 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,59 b. Swasta , , ,41 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP 51

57 Dosen layak mengajar adalah tenaga pengajar yang memiliki ijazah tertinggi S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen layak mengajar di program diploma dan S-1 adalah dosen lulusan S-2 dan yang lebih tinggi sedangkan dosen layak mengajar di program pascasarjana adalah dosen lulusan S-3. Oleh karena keterbatasan data yang dimiliki maka dosen layak dimaksud adalah dosen yang memiliki ijazah S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen dirinci menurut layak mengajar dan tidak layak mengajar serta menurut status kepegawaian. Tabel 8 Jumlah Dosen menurut Jenis Kelayakan Mengajar, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 No. Kriteria Tetap % Tidak Tetap % Jumlah % 1 Tidak layak , , ,75 a. Negeri ,80 0 0, ,71 b. Swasta , , ,05 2 Layak , , ,25 Negeri , , ,29 Swasta , , ,95 3 Jumlah , , ,00 Negeri , , ,59 Swasta , , ,41 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 8 menunjukan jumlah dosen layak mengajar sebesar orang atau 69,25% lebih besar jika dibandingkan dengan tidak layak mengajar sebesar orang atau 30,75%. Selain itu, proporsi dosen layak di PT negeri sebesar 88,29% atau orang lebih besar daripada di PT swasta sebesar 51,95% atau orang atau. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dosen layak di PT negeri lebih baik jika dibandingkan dengan PT swasta, terutama untuk dosen tetap. Oleh karena itu, peningkatan kelayakan dosen mengajar di PT swasta sangat diperlukan. C. Analisis Indikator Pendidikan Tinggi Indikator pendidikan merupakan salah satu dari sejumlah faktor yang sangat penting dalam upaya mengetahui tercapainya tujuan sistem pendidikan nasional. Indikator pendidikan dapat digunakan sebagai peringatan awal terhadap permasalahan pendidikan yang ada di lapangan. Indikator pendidikan disusun untuk mengetahui kinerja suatu daerah dengan mendasarkan pada data kuantitatif pendidikan. Kinerja pendidikan diukur dengan menggunakan misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri dari 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Penggabungan kelima misi pendidikan tersebut menghasilkan kinerja program pendidikan. 52

58 Berdasarkan kelima misi pendidikan tersebut, disusun enam jenis komposit indikator, yaitu 1) ketersediaan layanan, 2) keterjangkauan layanan, 3) kualitas layanan, 4) kesetaraan layanan, 5) kepastian layanan, dan 6) kinerja program pendidikan. Analisis misi K-1 digunakan untuk mengukur ketersediaan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-2 digunakan untuk mengukur keterjangkauan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-3 digunakan untuk mengukur kualitas layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-4 digunakan untuk mengukur kesetaraan layanan pendidikan. Analisis misi K-5 digunakan untuk mengukur kepastian memperoleh layanan pendidikan. Kinerja program pendidikan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian program pembangunan yang telah dilakukan pada tahun berjalan. 1. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K-1 Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan tahun , diperlukan indikator pendidikan yang dapat menilai kemajuan pendidikan, termasuk kemajuan program pembangunan PT. Indikator ketersediaan layanan PT digunakan rasio mahasiswa per lembaga. Indikator keterjangkauan layanan PT digunakan daerah terjangkau. Indikator kualitas layanan PT digunakan empat jenis indikator, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, angka produktivitas, dan kelayakan dosen mengajar. Indikator kesetaraan layanan Pendidikan digunakan tiga jenis indikator, yaitu PG APK, IPG APK, dan persentase mahasiswa swasta. Indikator kepastian layanan pendidikan digunakan dua jenis indikator, yaitu APK dan AM ke PT. Tabel 9 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Lembaga a. Negeri b. Swasta Rasio mahasiswa per lembaga menggambarkan kepadatan mahasiswa pada suatu lembaga baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin besar nilainya berarti semakin padat mahasiswa yang ada pada lembaga tersebut. Berdasarkan Tabel 9 dan Grafik 4, rasio mahasiswa per lembaga sebesar 1,418 dengan rincian di negeri sebesar 13,576 orang dan di swasta sebesar 800 orang. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka PT terpadat pada universitas sebesar 10,643 dan terjarang pada akademi sebesar 208 Bila dirinci menurut status dan jenis lembaga maka PT negeri pada universitas yang terpadat sebesar 30,485 dan terjarang pada institut sebesar 1,284 sedangkan PT swasta pada universitas yang terpadat sebesar 4,973 dan terjarang pada akademi sebesar

59 Grafik 4 Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 2. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K-2 Untuk melihat keterjangkauan layanan maka digunakan indikator kepadatan lembaga dan kepadatan penduduk usia PT dengan daerah terjangkau lembaga dan mahasiswa. Daerah terjangkau dihitung dari jarak 25 km2 dengan rincian daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Bila nilainya tinggi maka keterjangkauan makin luas, bila nilainya rendah maka keterjangkauannya makin kecil. Oleh karena itu, makin tinggi nilainya berarti makin baik karena jangkauannya makin luas. Tabel 10 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K-2 Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 Kepadatan Daerah terjangkau Daerah Indikator Lembaga P19-23 Lembaga Mahasiswa terjangkau Daerah terjangkau 0,0027 9,62 5, Berdasarkan Tabel 10, kepadatan lembaga hanya sebesar 0,0027 lembaga per km 2 sedangkan kepadatan penduduk usia sebesar 9,62 orang per km 2. Daerah terjangkau lembaga dalam radius 25 km 2 sebesar 5,00 lembaga per km 2 sedangkan daerah terjangkau mahasiswa sebesar mahasiswa per km 2. Dengan demikian, daerah terjangkau sebesar mahasiswa per km Kualitas Layanan Pendidikan: Misi K-3 Analisis indikator peningkatan mutu dan relevansi pendidikan digunakan untuk mengukur mutu pendidikan suatu daerah. Peningkatan mutu bisa dilakukan melalui proses belajar mengajar yang efektif dan ditunjang oleh sumber daya, sarana/prasarana serta biaya yang memadai. Proses belajar yang 54

60 bermutu akan menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Sejalan dengan ketersediaan layanan maka peningkatan mutu untuk semua program pendidikan tinggi juga dilaksanakan. Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan dan kualitas layanan pendidikan maka indikator pendidikan yang digunakan untuk pendidikan tinggi dapat dilihat dari tiga jenis, yaitu mahasiswa, dosen, dan lembaga. Berdasarkan ketiga jenis strategi tersebut maka dijabarkan menjadi empat indikator, yaitu 1) rasio mahasiswa per dosen (R-M/D), 2) rasio dosen per lembaga (R-D/L), 3) angka produktivitas (APro), dan 4) persentase dosen layak (%DL). Indikator 1, 2, dan 4 dilihat dosen, dan indikator 3 dilihat dari mahasiswa. Tabel 11 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Dosen a. Negeri b. Swasta Rasio Dosen per Lembaga a. Negeri b. Swasta Angka Produktivitas 16,19 11,76 10,42 10,24 16,69 14,09 a. Negeri 19,23 17,60 0,00 0,00 16,71 19,32 b. Swasta 10,87 8,21 9,96 10,24 16,37 10,31 Tabel 11 (lanjutan) Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 4 Angka Produktivitas 14,52 13,74 14,09 0,78 0,95 a. S-0 15,39 12,16 13,34 3,22 0,79 b. S-1 14,30 14,00 14,13 0,30 0,98 c. S-2 15,76 17,62 16,64-1,86 1,12 d. S-3 19,31 19,30 19,30 0,00 1,00 e. Negeri 19,32 19,32 19,32 0,00 1,00 f. Swasta 10,31 10,31 10,31 0,00 1,00 5 Kelayakan Mengajar Dosen Tetap L+P Tidak Tetap L+P Rata-rata Rata-rata , ,93 69,25 a. Negeri , ,00 88,29 b. Swasta , ,12 51,95 Grafik 5 Rasio Mahasiswa per Dosen menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 55

61 Rasio mahasiswa per dosen menggambarkan layanan dosen terhadap mahasiswa baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Rasio ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas belajar mengajar. Semakin tinggi nilainya berarti semakin banyak mahasiswa yang dilayani oleh dosen atau dosen makin kurang. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 5 dapat diketahui efektivitas belajar mengajar di PT provinsi Sumatera Barat di mana rata-rata seorang dosen melayani 25 mahasiswa, setelah dirinci menurut status lembaga ternyata dosen negeri melayani 22 mahasiswa atau lebih sedikit dibanding dengan dosen swasta. Pada universitas negeri seorang dosen melayani 25 mahasiswa sedangkan universitas swasta melayani 29 mahasiswa. Untuk politeknik dosen melayani mahasiswa terkecil dengan PT negeri sebesar 13 dan PT swasta sebesar 19 mahasiswa. Makin besar nilainya berarti makin kurang dosennya. Rasio dosen per lembaga menggambarkan ketersediaan dosen pada setiap lembaga dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin banyak jumlah dosen di setiap lembaga maka diharapkan proses belajar mengajar akan makin meningkat dan pada akhirnya peningkatan mutu pendidikan bisa tercapai. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 6 rasio dosen per lembaga PT provinsi Sumatera Barat sebesar 57 dengan rincian PT negeri sebesar 613 atau 19,79 kali lebih besar jika dibandingkan dengan PT swasta sebesar 31. Bila dilihat per jenis lembaga maka universitas yang tertinggi sebesar dan terkecil pada politeknik sebesar 210. Bila dilihat menurut status dan jenis lembaga maka untuk PT negeri universitas yang terbesar sebesar dan terkecil politeknik sebesar 210 sedangkan untuk PT swasta universitas yang terbesar sebesar 172 dan politeknik yang terkecil sebesar 9. Besarnya rasio ini menunjukkan banyaknya dosen di suatu lembaga. Grafik 6 Rasio Dosen per Lembaga menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 56

62 Berdasarkan data yang terjaring dari kuesioner pendataan PT, bisa diketahui bagaimana kondisi mutu PT. Indikator mutu mahasiswa ditunjukkan dari angka produktivitas mahasiswa yang telah lulus setelah menempuhkan mata kuliah sesuai dengan kredit semester yang harus ditempuh. Angka produktivitas bervariasi untuk setiap program, misalnya untuk S-0 sekitar 30% karena tiga tahun sedangkan S-1 sekitar 25% karena selama 4 tahun. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 7, angka produktivitas PT sebesar 14,09% sangat kecil dengan rincian pada PT negeri sebesar 19,32% lebih besar daripada PT swasta sebesar 10,31%. Bila dilihat menurut jenis lembaga maka universitas yang terbesar sebesar 16,19 dan terkecil pada akademi sebesar 10,24. Angka produktivitas PT negeri lebih besar 19,32% jika dibandingkan dengan PT swasta walaupun PT negeri pun sebetulnya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan standar yang ada. Grafik 7 Angka Produktivitas menurut Status Lembaga dan Jenis Program Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/ ,00 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 19,32 19,30 19,32 19,32 17,62 19,31 19,30 16,64 13,74 15,39 15,76 14,52 14,30 14,13 14,09 12,1613,34 14,00 10,31 10,31 10,31 Rata2 Negeri Swasta S-0 S-1 S-2 S-3 Laki2 Perempuan Rata2 Bila dibandingkan antara laki-laki dan perempuan pada Tabel 11 lanjutan maka angka produktivitas laki-laki sebesar 14,52% lebih besar daripada perempuan sebesar 13,74%. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan gender sebesar 0,78% dengan indeks paritas gender 0,95 yang berarti belum setara. Angka produktivitas antara S-0, S-1, S-2, dan S-3 cukup bervariasi, yang tertinggi pada program S-3 sebesar 19,30% namun yang terendah pada S-0 sebesar 13,34%. Perbedaan gender program S-0 sebesar 3,22% dengan indeks paritas gender sebesar 0,79 berarti belum setara sedangkan program S-3 dengan perbedaan gender sebesar 0% dan indeks paritas gender sebesar 1,00 berarti setara. Indikator mutu lainnya adalah persentase dosen PT layak mengajar. Ketentuan dosen PT yang layak mengajar adalah lulusan S-2 ke atas dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi maupun di politeknik. Persentase dosen layak mengajar idealnya 100% berarti tidak ada dosen yang berijazah kurang dari S-1. 57

63 Berdasarkan Tabel 11 lanjutan dan Grafik 8, persentase dosen layak mengajar PT sebesar 69,25%, bila dibandingkan antara PT negeri dan PT swasta maka persentase dosen layak mengajar PT negeri sebesar 88,29% lebih baik daripada PT swasta sebesar 51,95%. Dosen tetap layak mengajar sebesar 72,80% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 34,93%. Dosen tetap layak di PT negeri sebesar 88,20% atau tidak lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 100% sedangkan dosen tetap di PT swasta sebesar 56,06% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 32,12%. Grafik 8 Persentase Dosen Layak menurut Status Kepegawaian dan Status Lembaga Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/ ,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 100,00 88,20 88,29 72,80 69,25 56,06 51,95 34,93 32,12 Tetap TT Tetap+TT Rata2 Negeri Swasta 4. Kesetaraan Layanan Pendidikan: Misi K-4 Pembangunan pendidikan yang dilaksanakan selama ini telah menunjukkan kemajuan tetapi masih terjadi kesenjangan dalam hal kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan. Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti perbedaan gender (PG) APK dan indeks paritas gender (IPG) APK serta dari segi status sekolah seperti persentase mahasiswa swasta (%MhsSwt). Tidak ada perbedaan gender bila nilainya 0 dan telah setara bila nilainya 1. %MhsSwt makin besar berarti makin besar partisipasi swasta dalam program pendidikan tinggi. Ditinjau dari sisi pendidikan, kesenjangan tersebut terasa karena masih tingginya perbedaaan gender APK perempuan jika dibandingkan dengan APK laki-laki. Oleh karena itu, untuk mencapai kesetaraan gender yang dihitung dari indeks paritas gender di segala bidang perlu dilakukan pengelolaan data berwawasan gender secara sistematis, teratur, dan berkesinambungan. Berdasarkan Tabel 12 dan Grafik 9 maka PG APK sebesar -7,65 yang berarti masih terjadi perbedaan sebesar 7,65% dengan perempuan lebih besar daripada 58

64 laki-laki. Dengan demikian IPG APK sebesar 1,21 yang berarti belum setara dan perempuan lebih diuntungkan dari laki-laki. Tabel 12 Indikator Kesetaraan Layanan Pendidikan Misi K-4 Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 1 APK (%) 36,13 43,78 40,01-7,65 1,21 Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 2 % Mahasiswa Swasta 36,35 62,15 100,00 100,00 5,64 58,00 Grafik 9 PG APK dan IPG APK Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 1,21 2,00 1,00 0,00-1,00-2,00-3,00-4,00-5,00-6,00-7,00-8,00 PG APK -7,65 IPG APK Berdasarkan Tabel 12 maka %MhsSwt PT sebesar 58,00% yang berarti sebanyak 58% mahasiswa bersekolah di PT swasta. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka sekolah tinggi dan akademi terbesar atau 100% dan terkecil politeknik sebesar 5,64%. Hal ini berarti dominasi PT swasta pada akademi dan sekolah tinggi sedangkan jenis lembaga lainnya seperti universitas sebesar 36,35% dan institut sebesar 62,15%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PT negeri banyak berperan pada politeknik (94,36%) yang terbesar diikuti politeknik (63,65%). 5. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K-5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan dua ukuran, yaitu seberapa banyak mahasiswa dapat dilayani pada pendidikan tinggi melalui APK dan sejauh mana akses masuk ke perguruan tinggi melalui angka melanjutkan. Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 10 maka APK PT sebesar 40,01% yang berarti sebanyak 40,01% penduduk usia PT bersekolah di PT dengan rincian di PT negeri sebesar 16,80% dan PT swasta sebesar 23,20. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka partisipasi terbesar pada universitas sebesar 23,71% dan terkecil 59

65 pada institut sebesar 0,84%. Partisipasi PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 15,09% dan terkecil pada institut sebesar 0,32%. Partisipasi PT swasta terbesar pada universitas sebesar 8,62% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,08%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam pencapaian partisipasi bersekolah di PT. Tabel 13 Indikator Kepastian Layanan Pendidikan Misi K-5 Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 APK 23,71 0,84 11,81 2,17 1,48 40,01 a. Negeri 15,09 0, ,39 16,80 b. Swasta 8,62 0,52 11,81 2,17 0,08 23,20 2 AM ke PT 38,16 0,99 12,16 2,29 2,42 56,01 a. Negeri 28,48 0,55 0,00 0,00 2,28 31,31 b. Swasta 9,68 0,44 12,16 2,29 0,14 24,70 Indikator kepastian layanan juga dapat dilihat dari AM PT yang terdapat pada Tabel 13 dan Grafik 10. AM PT sebesar 56,01% dengan rincian terbesar pada universitas sebesar 38,16% dan terkecil pada institut sebesar 0,99%. Bila dirinci menurut status lembaga maka AM PT negeri sebesar 31,31% lebih besar daripada PT swasta sebesar 24,70%. AM PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 28,48% dan terkecil pada institut sebesar 0,55%. AM PT swasta terbesar pada sekolah tinggi sebesar 12,16% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,14%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam memberikan akses ke PT. Grafik 10 APK dan AM PT menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/ ,00 50,00 40,00 30,00 23,71 38,16 40,01 56,01 20,00 10,00-11,812,16 0,840,99 2,172,29 1,482,42 Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 APK AM PT 6. Kinerja Pendidikan Tinggi: Gabungan Misi K-1 sampai K-5 Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pendidikan tinggi. Misi K-1 dan K-2 masing-massing menggunakan satu jenis indikator, misi K-3 menggunakan 4 jenis indikator, misi K-4 menggunakan 3 jenis 60

66 indikator, dan misi K-5 menggunakan 2 jenis indikator sehingga untuk melihat kinerja pendidikan tinggi menggunakan 11 jenis indikator. Ke-11 indikator tersebut memiliki kontribusi yang sama. Agar dapat ditentukan nilai kinerja maka semua indikator yang memiliki satuan yang berbeda dijadikan satuan yang sama menggunakan standar. Standar yang digunakan dalam analisis ini hanya menggunakan asumsi karena belum ada ketentuan khusus kecuali untuk empat indikator, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT menggunakan standar ideal. Dengan menggunakan standar tersebut maka nila 100 adalah maksimal dan nilai 0 adalah yang minimal. Berdasarkan Tabel 14 dan Grafik 11, ketersediaan layanan sebesar 70,88, keterjangkauan layanan sebesar 44,44, kualitas layanan sebesar 70,46, kesetaraan layanan sebesar 84,07, dan kepastian layanan sebesar 78,01. Berdasarkan misi pendidikan 5K maka kinerja pendidikan tinggi sebesar 69,57. Idealnya adalah 100, sehingga kinerja pendidikan tinggi belum mencapai 80% atau empat per lima. Tabel 14 Kinerja Pendidikan Tinggi Berdasarkan Misi Pendidikan 5K Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 No. Misi Indikator Satuan Nilai Standar Konversi Jenis Kinerja 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L lembaga ,88 KURANG 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT orang ,44 KURANG 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D dosen ,70 R-D/L dosen ,54 Aproduk % 14, ,36 %DL % 69, ,25 Kualitas Layanan 70,46 KURANG 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK % -7, ,35 IPG APK Indeks 1, ,52 %MhsSwt % 58, ,33 Kesetaraan Layanan 84,07 PRATAMA 5 Misi K-5 Kepastian APK % 40, ,00 AM PT % 56, ,01 Kepastian Layanan 78,01 KURANG Kinerja PT 69,57 KURANG Grafik 11 Kinerja PT menurut Misi Pendidikan 5K Provinsi Sumatera Barat, Tahun 2012/2013 Misi K-5 Misi K-1 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 - Misi K-2 Misi K-4 Misi K-3 61

67 Dengan melihat Grafik 11 dapat diketahui bahwa misi K-4 dan K-5 yang terbaik masing-masing sebesar 84,07 dan 78,01 sedangkan misi K-2 yang terburuk karena hanya mencapai 44,44 sedangkan kinerja PT sebesar 69,57. Dengan demikian, untuk PT prioritas pembangunan perlu berikan pada dipeningkatkan keterjangkauan layanan (misi K-2) dan kualitas layanan (misi K-3) karena capaian kinerja masih kurang dari 70,00. Selain itu, ketersediaan layanan (misi K-1) dan kepastian layanan (misi K-5) perlu dipertahankan karena telah mencapai 100. D. Penutup 1. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K-4 yang terbaik dengan nilai sebesar 84,07, berarti termasuk kategori pratama dan misi K-5 juga sebesar 78,01 termasuk kategori kurang. Sebaliknya, misi K-2 yang terburuk dengan nilai sebesar 44,44 termasuk kinerja kategori kurang dan misi K-1 sebesar 70,88 juga termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kinerja PT provinsi Sumatera Barat sebesar 69,57 termasuk kinerja kategori kurang. 2. Saran Kinerja PT provinsi Sumatera Barat sebesar 69,57 termasuk kategori kurang, Hal ini disebabkan karena misi K-2, K-3, dan K-4 termasuk kategori kurang, Oleh karena itu, misi K-2, K-3, dan K-5 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masingmasing 44,44%, 70,46%, dan 78,01%. Untuk misi K-2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan maka diperlukan peningkatan indikator daerah terjangkau melalui meningkatan jumlah lembaga PT serta kapasitas lembaga. Untuk misi K-3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan maka diperlukan jumlah dan pendidikan dosen untuk meningkatkan indikator rasio dosen-mahasiswa, rasio dosen-lembaga, dan %dosen layak. Sedangkan untuk meningkatkan kesetaraan (misi K-4), perlu memberikan kesempatan atau advokasi kepada lulusan SM laki-laki untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang PT. 62

68 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2012/2013 PROVINSI RIAU A. Pendahuluan Profil Pendidikan Tinggi(Profil PT) disusun berdasarkan pada Statistik Perguruan Tinggi Tahun 2012/2013 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).Sesuai dengan Statistik Perguruan Tinggi maka Profil PT juga menyajikan data pada tahun akademik 2012/2013. Profil PT mengacu pada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K.Visi Kemdikbud 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (Renstra) Kemdikbud dalam rangka Pembangunan Pendidikan yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri atas 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Profil PT terdiri atas data dan indikator pendidikan. Data pendidikan dirinci menjadi lima variabel, yaitu 1) lembaga pendidikan, 2) mahasiswa baru, 3) mahasiswa, 4) lulusan, dan 5) dosen. Kelima variabel data tersebut dirinci menurut jenis lembaga dan status lembaga. Pendidikan tinggi terdiri dari lima jenis lembaga PT, yaitu 1) universitas, 2) institut, 3) sekolah tinggi (ST), 4) akademi, dan 5) politeknik. Pendidikan tinggi dirinci menurut status lembaga, yaitu negeri dan swasta. Indikator pendidikan dirinci berdasarkan misi pendidikan 5K. Untuk misi K-1 adalah rasio mahasiswa per lembaga yang dirinci menurut jenis dan status lembaga PT. Untuk misi K-2 adalah daerah terjangkau yang dihitung dari daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Daerah yang bisa dijangkau oleh mahasiswa dalam jarak 25 km 2. Oleh karena itu, daerah 63

69 terjangkau lembaga adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan lembaga sedangkan daerah terjangkau mahasiswa adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan penduduk tahun. Untuk misi K-3 terdiri dari empat jenis, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, dan angka produktivitas menurut status jenis dan status, sedangkan kelayakan mengajar dosen menurut status lembaga. Untuk misi K-4 terdiri dari tiga jenis, yaitu perbedaan gender APK, indeks paritas gender APK, dan persentase mahasiswa swasta menurut jenis lembaga.untuk misi K-5 terdiri dari dua jenis, yaitu APK dan AM ke PT menurut jenis lembaga. Dengan demikian, jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pendidikan tinggi sebanyak 11 jenis indikator pendidikan. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi No. Misi Indikator Standar Penjelasan 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L Asumsi 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT Asumsi 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D 25 Asumsi R-D/L 100 Asumsi Aproduk 25 Asumsi %DL 100 Ideal 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK 0 Ideal IPG APK 1 Ideal %MhsSwt 75 Asumsi 5 Misi K-5 Kepastian APK 30 Asumsi AM PT 100 Ideal Oleh karena 11 indikator tersebut memiliki satuan yang berbeda maka diperlukan standar untuk menyatukan nilainya seperti disajikan pada Tabel 1. Hanya ada empat indikator yang menggunakan ideal, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT. Berdasarkan perhitungan kinerja maka nilai kinerja menurut jenis disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja No. Jenis Kinerja 1 Paripurna 2 Utama 3 Madya 4 Pratama 5 Kurang Nilai ke atas kurang dari B. Data Pendidikan Gambaran umum pendidikan tinggi disajikan pada Tabel 3 yang dirinci menurut variabel pendidikan, status lembaga, dan jenis lembaga. 64

70 Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2012/2013 jumlah lembaga PT di provinsi Riau adalah 78 dengan rincian 7 universitas (8.97%), 36 sekolah tinggi (46.15%), 32 akademi (41.03%), dan 3 politeknik (3.85%). Dengan demikian, jenis lembaga terbesar adalah sekolah tinggi dan terkecil adalah politeknik. Untuk status lembaga negeri hanya memiliki 1 universitas dan 1 politeknik sehingga jumlah lembaga negeri sebesar 2 lembaga, sedangkan untuk lembaga swasta terdapat 6 universitas, 36 sekolah tinggi, 32 akademi, dan dan 2 politeknik sehingga jumlahnya 78 lembaga. Dengan demikian, jenis status lembaga negeri terbesar adalah universitas dan terkecil adalah politeknik sedangkan status lembaga swasta terbesar adalah sekolah tinggi dan terkecil adalah politeknik. Tabel 3 Gambaran Umum Pendidikan Tinggi Provinsi Riau, Tahun 2012/2013 No. Variabel Universitas % Institut % ST % Akademi % Politeknik % Jumlah 1 Lembaga a. Negeri b. Swasta Mahasiswa Baru 16, , ,396 a. Negeri 11, ,352 b. Swasta 5, , ,044 3 Mahasiswa 81, , , , ,111 a. Negeri 40, , ,750 b. Swasta 40, , , , ,361 4 Lulusan 11, , ,180 a. Negeri 8, ,353 b. Swasta 3, , ,827 5 Dosen 2, ,926 a. Negeri 1, ,234 b. Swasta 1, ,692 Sumber: Statistik PT2012/2013, PDSP Grafik 1 Jumlah Lembaga Menurut Jenis dan Status Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Riau,Tahun 2012/ Negeri Swasta Jumlah Universitas Institut ST Akademi Politeknik Jumlah 65

71 Jumlah mahasiswa baru PT di provinsi Riau sebesar orang, berada di negeri sebesar orang lebih besar daripada di swasta sebesar orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa baru Universitas yang terbesar sebesar orang atau 80,16% dan terkecil pada politeknik sebesar 477 orang atau 2,34%. Bila dilihat menurut status lembaga maka mahasiswa baru PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 98,00% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 57,76%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 227 orang atau 2% dan PT swasta adalah politeknik sebesar 250 orang atau 2,76%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa baru PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Dapat dikatakan bahwa universitas masih menjadi idola banyak orang ketika melanjutkan ke PT. Grafik 2 Jumlah Mahasiswa Baru dan Mahasiswa PT Provinsi Riau, Tahun 2012/ , , ,000 80,000 75,361 60,000 40,000 20,000 41,750 11,352 9,044 20,396 0 Negeri Swasta Jumlah Mahasiswa Baru Mahasiswa Jumlah mahasiswa PT provinsi Riau sebanyak orang berada di PT negeri sebanyak orang dan di PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa terbesar di universitas sebanyak orang atau 69,61% dan terkecil di politeknik sebanyak orang atau 2,16%.Bila dilihat menurut status lembaga, mahasiswa PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 97,28% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 54,28%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar orang atau 2,72% dan PT swasta adalah politeknik sebesar orang atau 1,85%.Dengan demikian, dominasi mahasiswa PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. 66

72 Grafik 3 Jumlah Lulusan dan Dosen PT Provinsi Riau, Tahun 2012/ ,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, ,180 8,353 5,827 3,926 2,692 1,234 Negeri Swasta Jumlah Lulusan Dosen Jumlah lulusan PT provinsi Riau sebanyak orang dengan lulusan dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga maka lulusan terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 98,13% dan terkecil pada politeknik sebesar 316 orang atau 2,23%. Bila dilihat menurut status lembaga, lulusan PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 98,13% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 57,78%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 156 orang atau 1,87% dan PT swasta adalah politeknik sebesar 160 orang atau 2,75%. Dengan demikian, dominasi lulusan PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Jumlah dosen PT provinsi Riau sebanyak orang dengan dosen dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga, jumlah dosen terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 63,04% dan terkecil pada politeknik sebesar 152 orang atau 3,87%. Bila dilihat menurut status lembaga, dosen PT negeri terbesar pada universitas sebesar orang atau 94.65% dan PT swasta juga pada universitas sebesar atau 48,55%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri pada politeknik sebesar 66 orang atau 53,35% dan PT swasta adalah politeknik sebesar 86 orang atau 3,19%. Dengan demikian, dominasi dosen PT negeri juga pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Secara rinci, pembangunan pendidikan di setiap jenis dan status lembaga PT tidak sama. Oleh karena itu, dilakukan penjabaran pada setiap jenis variabel pendidikan, seperti lembaga, mahasiswa baru, mahasiswa, lulusan, dan dosen. 1. Lembaga Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lembaga adalah sekolah atau tempat belajar pada tingkat pendidikan tinggi. 67

73 Jumlah PT provinsi Riau sebanyak 78 lembaga dengan rincian menurut status lembaga adalah PT negeri sebanyak 2 lembaga dan PT swasta sebanyak 76 lembaga. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka terdapat 7 universitas atau 8,97%, 36 sekolah tinggi atau 46,15%, 32 akademi atau 41,03%, dan 3 politeknik atau 3,85%. Bila dirinci menurut status lembaga maka pada PT negeri terdiri dari 1 universitas dan 1 politeknik sedangkan PT swasta terdiri dari 6 universitas, 36 ST, 32 akademi, dan 1 politeknik. 2. Mahasiswa Baru Mahasiswa baru adalah pendaftar pada pendidikan tinggi yang telah lulus dalam seleksi ujian masuk ke perguruan tinggi. Mahasiswa baru dirinci menurut tiga jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa baru juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Baru menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin, Perguruan Tinggi Provinsi Riau,Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,12 a. Negeri , , ,62 b. Swasta , , ,76 2 S , , ,43 a. Negeri , , ,96 b. Swasta , , ,25 3 S , , ,26 a. Negeri , , ,07 b. Swasta 59 66, , ,98 4 S , , ,11 a. Negeri 18 78, , ,20 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 5 31, , ,08 a. Negeri 5 31, , ,14 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 4 merupakan jumlah mahasiswa baru PT provinsi Riau sebanyak orang, bila dirinci menurut lima jenjang program tersebut yang terbanyak diterima menjadi mahasiswa baru pada program S-1 sebesar orang atau 85,43% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 87,96% dan PT swasta sebanyak orang atau 82,25%. Sebaliknya, yang masuk program profesi yang terkecil sebesar 16 orang atau 0,08% yang ada di PT negeri. Hal ini menunjukkan minat untuk masuk ke program profesi masih sangat kecil jika dibandingkan dengan program lainnya. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa baru laki-laki terbesar pada program S-3 sebesar 78,26% atau 18 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 21,74% atau 5 orang. Jumlah mahasiswa baru laki-laki terkecil pada program profesi sebesar 31,25% atau 5 orang jika dibandingkan 68

74 dengan perempuan sebesar 68,75% atau 11 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan lakilaki. 3. Mahasiswa Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar pada jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa dirinci menurut empat jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 5 menunjukkan jumlah mahasiswa PT provinsi Riau sebesar orang, bila dirinci menurut lima jenjang program, mahasiswa yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 83,83% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 28,40% dan PT swasta sebanyak orang atau 55,42%. Besarnya mahasiswa di PT swasta karena memang lembaga PT swasta lebih besar jika dibandingkan dengan lembaga PT negeri. Jumlah mahasiswa terkecil adalah pada jenjang profesi sebanyak 54 orang atau 0,05% dengan rincian hanya di PT negeri. Hal ini berarti minat melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi atau S-3 ternyata masih sangat kecil. Tabel 5 Jumlah Mahasiswa menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin serta Penduduk Usia tahun menurut Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Riau,Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,61 a. Negeri , , ,32 b. Swasta , , ,29 2 S , , ,83 a. Negeri , , ,40 b. Swasta , , ,42 3 S , , ,44 a. Negeri , , ,77 b. Swasta , , ,67 4 S , , ,07 a. Negeri 63 77, , ,07 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 16 29, , ,05 a. Negeri 16 29, , ,05 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 7 Penduduk th , , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP dan Proyeksi BPS Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa laki-laki terbesar pada jenjang S-3 sebanyak 77,78% atau 63 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 22,22% atau 18 orang. Proporsi mahasiswa laki-laki terkecil pada jenjang profesi sebanyak 29,63% atau 16 orang dan lebih kecil jika 69

75 dibandingkan dengan perempuan sebanyak 70,37% atau 38 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti kesempatan perempuan bersekolah di jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. Dilihat dari penduduk usia PTmaka penduduk usia tahun provinsi Riau sebesar orang dengan rincian laki-laki sebesar atau 50,51% sedikit lebih kecil daripada perempuan sebesar orang atau 49,49%. 4. Lulusan Lulusan adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya berdasarkan pada hasil ujian dan paper/tesis/disertasi yang disiapkan pada suatu jenjang pendidikan tinggi. Lulusan dapat dirinci menurut empat program, yaitu S-0, S-1, S-2, dan S-3. Lulusan S-0 juga dirinci menurut diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4. Lulusan diploma 1 dengan masa kuliah selama 1 tahun, diploma 2 selama 2 tahun, diploma 3 selama 3 tahun, dan diploma 4 selama 4 tahun. Lulusan S-1 dengan masa kuliah selama 4 tahun sedangkan lulusan S-2 dan S-3 selama 2 tahun. Tabel 6 Jumlah Lulusan menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Riau, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,55 a. Negeri , , ,21 b. Swasta , , ,77 2 S , , ,06 a. Negeri , , ,71 b. Swasta , , ,26 3 S , , ,20 a. Negeri , , ,75 b. Swasta 38 66, , ,98 4 S , , ,11 a. Negeri 12 75, , ,19 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 3 27, , ,08 a. Negeri 3 27, , ,13 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 6 merupakan jumlah lulusan PT provinsi Riau sebanyak orang,dari kelima jenjang program tersebut, jumlah lulusan yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 86,06% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang dan PT swasta sebanyak orang. Jumlah lulusan terkecil adalah pada jenjang S-3 pada PT sebanyak 16 orang atau 0,11% dengan 70

76 rincian hanya di PT negeri sebesar 16 orang. Hal ini berarti sejalan dengan jumlah mahasiswa maka lulusan di jenjang yang paling tinggi ternyata masih sangat kecil. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi lulusan laki-laki terbesar pada jenjang S- 3 sebesar 75,00% atau 12 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 25% atau 4 orang. Proporsi lulusan laki-laki terkecil pada program profesi sebesar 27,27% atau 3 orang, jika dibandingkan dengan lulusan perempuan sebesar 72,73% atau 8 orang. Hal ini berarti seperti halnya mahasiswa maka lulusan perempuan di jenjang yang paling tinggi ternyata juga lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. 5. Dosen Dosen adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Dosen dapat dikategorikan sebagai dosen tetap dan tidak tetap.dosen juga dirinci menurut enam tingkat pendidikan yang pernah diikuti, yaitu< S-1, S-1/D-4, S-2, S-3, spesialis, dan profesi menurut status kepegawaian. Berdasarkan Tabel 7, jumlah dosen PT di provinsi Riau sebanyak orang, dari keenam tingkat pendidikan tersebut, dosen yang terbanyak adalah lulusan S- 2 sebesar orang atau 53,26% dengan rincian di PT negeri sebanyak 872 orang atau 22,21% dan PT swasta sebanyak orang atau 31,05%. Proporsi dosen terkecil adalah lulusan <S-1 sebanyak 0,76% atau 30 orang dengan rincian di PT negeri sebesar 0,03% atau 1 orang dan PT swasta sebesar 0,74% atau 29 orang. Dengan demikian, sebagian besar dosen sudah memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan kelayakan mengajar, yaitu S-2 dan yang lebih tinggi. Tabel 7 Jumlah Dosen menurut Pendidikan Tertinggi, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi,Provinsi Riau, Tahun 2012/2013 No. Pendidikan Tertinggi Tetap % 1 < S , , ,76 a. Negeri 1 0,00 0 0,00 1 0,03 b. Swasta 17 58, , ,74 2 S-1/D , , ,72 a. Negeri ,30 6 3, ,13 b. Swasta , , ,60 3 S , , ,26 a. Negeri , , ,21 b. Swasta , , ,05 4 S ,64 8 3, ,06 a. Negeri ,00 0 0, ,38 b. Swasta 58 87, , ,68 5 Spesialis 46 70, , ,66 a. Negeri ,00 0 0, ,43 b. Swasta 29 60, , ,22 6 Profesi 18 85, , ,53 a. Negeri ,00 0 0, ,25 b. Swasta 8 72, , ,28 7 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,43 b. Swasta , , ,57 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP 71 Tidak Tetap L+P % Jumlah %

77 Dosen layak mengajar adalah tenaga pengajar yang memiliki ijazah tertinggi S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen layak mengajar di program diploma dan S-1 adalah dosen lulusan S-2 dan yang lebih tinggi sedangkan dosen layak mengajar di program pascasarjana adalah dosen lulusan S-3. Oleh karena keterbatasan data yang dimiliki maka dosen layak dimaksud adalah dosen yang memiliki ijazah S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen dirinci menurut layak mengajar dan tidak layak mengajar serta menurut status kepegawaian. Tabel 8 Jumlah Dosen menurut Jenis Kelayakan Mengajar, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Riau,Tahun 2012/2013 No. Kriteria Tetap % Tidak Tetap % Jumlah % 1 Tidak layak 1, , a. Negeri b. Swasta , Layak 2, , Negeri 1, , Swasta 1, , Jumlah 3, , Negeri 1, , Swasta 2, , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 8 menunjukan jumlah dosen layak mengajar sebesar orang atau 61,51% lebih besar jika dibandingkan dengan tidak layak mengajar sebesar orang atau 38,49%. Selain itu, proporsi dosen layak di PT negeri sebesar 86,79% atau orang lebih kecil daripada di PT swasta sebesar 49,93% atau orang atau. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dosen layak di PT negeri lebih baik jika dibandingkan dengan PT swasta, terutama untuk dosen tetap. Oleh karena itu, peningkatan kelayakan dosen mengajar di PT swasta sangat diperlukan. C. Analisis Indikator Pendidikan Tinggi Indikator pendidikan merupakan salah satu dari sejumlah faktor yang sangat penting dalam upaya mengetahui tercapainya tujuan sistem pendidikan nasional. Indikator pendidikan dapat digunakan sebagai peringatan awal terhadap permasalahan pendidikan yang ada di lapangan. Indikator pendidikan disusun untuk mengetahui kinerja suatu daerah dengan mendasarkan pada data kuantitatif pendidikan. Kinerja pendidikan diukur dengan menggunakan misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri dari 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Penggabungan kelimamisi pendidikan tersebut menghasilkan kinerja program pendidikan. 72

78 Berdasarkan kelima misi pendidikan tersebut, disusun enam jenis komposit indikator, yaitu 1) ketersediaan layanan, 2) keterjangkauan layanan, 3) kualitas layanan, 4) kesetaraan layanan, 5) kepastian layanan, dan 6) kinerja program pendidikan. Analisis misi K-1 digunakan untuk mengukur ketersediaan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-2 digunakan untuk mengukur keterjangkauan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-3 digunakan untuk mengukur kualitas layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-4 digunakan untuk mengukur kesetaraan layanan pendidikan. Analisis misi K-5 digunakan untuk mengukur kepastian memperoleh layanan pendidikan. Kinerja program pendidikan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian program pembangunan yang telah dilakukan pada tahun berjalan. 1. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K-1 Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan tahun , diperlukan indikator pendidikan yang dapat menilai kemajuan pendidikan, termasuk kemajuan program pembangunan PT. Indikator ketersediaan layanan PT digunakan rasio mahasiswa per lembaga. Indikator keterjangkauan layanan PT digunakan daerah terjangkau. Indikator kualitas layanan PT digunakan empat jenis indikator, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, angka produktivitas, dan kelayakan dosen mengajar. Indikator kesetaraan layanan Pendidikan digunakan tiga jenis indikator, yaitu PG APK, IPG APK, dan persentase mahasiswa swasta.indikator kepastian layanan pendidikan digunakan dua jenis indikator, yaitu APK dan AM ke PT. Tabel 9 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Riau,Tahun 2012/2013 Rasio mahasiswa per lembaga menggambarkan kepadatan mahasiswa pada suatu lembaga baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin besar nilainya berarti semakin padat mahasiswa yang ada pada lembaga tersebut. Berdasarkan Tabel 9 dan Grafik 4, rasio mahasiswa per lembaga sebesar dengan rincian di negeri sebesar orang dan di swasta sebesar 992 orang. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka PT terpadat pada universitas sebesar dan terjarang pada akademi sebesar 202. Bila dirinci menurut status dan jenis lembaga maka PT negeri pada universitas yang terpadat sebesar dan terjarang pada politeknik sebesar sedangkan PT swasta pada universitas yang terpadat sebesar dan terjarang pada akademi sebesar

79 Grafik 4 Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Riau,Tahun 2012/ ,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, ,614 20,875 11,645 6,817 1, , Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 2. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K-2 Untuk melihat keterjangkauan layanan maka digunakan indikator kepadatan lembaga dan kepadatan penduduk usia PT dengan daerah terjangkau lembaga dan mahasiswa. Daerah terjangkau dihitung dari jarak 25 km 2 dengan rincian daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Bila nilainya tinggi maka keterjangkauan makin luas, bila nilainya rendah maka keterjangkauannya makin kecil. Oleh karena itu, makin tinggi nilainya berarti makin baik karena jangkauannya makin luas. Tabel 10 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K-2 Provinsi Riau, Tahun 2012/2013 Kepadatan Daerah terjangkau Daerah No. Indikator Lembaga P19-23 Lembaga Mahasiswa terjangkau 1 Daerah terjangkau ,177 6,089 Berdasarkan Tabel 10, kepadatan lembaga hanya sebesar 0,0009 lembaga per km 2 sedangkan kepadatan penduduk usia sebesar 6,20 orang per km 2. Daerah terjangkau lembaga dalam radius 25 km 2 sebesar 2,00 lembaga per km 2 sedangkan daerah terjangkau mahasiswa sebesar mahasiswa per km 2. Dengan demikian, daerah terjangkau sebesar mahasiswa per km2. 3. Kualitas Layanan Pendidikan: Misi K-3 Analisis indikator peningkatan mutu dan relevansi pendidikan digunakan untuk mengukur mutu pendidikan suatu daerah. Peningkatan mutu bisa dilakukan melalui proses belajar mengajar yang efektif dan ditunjang oleh sumber daya, sarana/prasarana serta biaya yang memadai. Proses belajar yang 74

80 bermutu akan menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Sejalan dengan ketersediaan layanan maka peningkatan mutu untuk semua program pendidikan tinggi juga dilaksanakan. Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan dan kualitas layanan pendidikan maka indikator pendidikan yang digunakan untuk pendidikan tinggi dapat dilihat dari tiga jenis, yaitu mahasiswa, dosen, dan lembaga. Berdasarkan ketiga jenis strategi tersebut maka dijabarkan menjadi empat indikator, yaitu 1) rasio mahasiswa per dosen (R-M/D), 2) rasio dosen per lembaga (R-D/L), 3) angka produktivitas (APro), dan 4) persentasedosen layak (%DL). Indikator 1, 2, dan 4 dilihat dosen, dan indikator 3 dilihat dari mahasiswa. Tabel 11 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Riau,Tahun 2012/2013 Tabel 11 (lanjutan) Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Riau,Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 4 Angka Produktivitas 12,59 12,77 12,11-0,18 1,01 a. S-0 11,60 8,86 9,83 2,74 0,76 b. S-1 12,55 13,52 13,02-0,97 1,08 c. S-2 16,44 16,94 16,63-0,50 1,03 d. S-3 19,05 22,22 19,75-3,17 1,17 e. Negeri 23,17 22,64 20,01 0,53 0,98 f. Swasta 7,73 7,73 7,73 0,00 1,00 5 Kelayakan Mengajar Dosen Tetap L+P Tidak Tetap L+P Rata-rata Rata-rata , ,03 61,51 a. Negeri , ,73 86,79 b. Swasta , ,80 49,93 Grafik 5 Rasio Mahasiswa per Dosen menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Riau, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 75

81 Rasio mahasiswa per dosen menggambarkan layanan dosen terhadap mahasiswa baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Rasio ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas belajar mengajar. Semakin tinggi nilainya berarti semakin banyak mahasiswa yang dilayani oleh dosen atau dosen makin kurang. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 5 dapat diketahui efektivitas belajar mengajar di PT provinsi Riau di mana rata-rata seorang dosen melayani 30 mahasiswa, setelah dirinci menurut status lembaga ternyata dosen negeri melayani 34 mahasiswa jauh lebih tinggidibanding dengan dosen swasta. Pada universitas negeri seorang dosen melayani 35 mahasiswa sedangkan universitas swasta melayani 31 mahasiswa. Untuk politeknik dosen melayani mahasiswa terkecil dengan PT negeri sebesar 17 dan PT swasta sebesar 16 mahasiswa. Makin besar nilainya berarti makin kurang dosennya. Rasio dosen per lembaga menggambarkan ketersediaan dosen pada setiap lembaga dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin banyak jumlah dosen di setiap lembaga maka diharapkan proses belajar mengajar akan makin meningkat dan pada akhirnya peningkatan mutu pendidikan bisa tercapai. Berdasarkan Tabel 11dan Grafik 6 rasio dosen per lembaga PT provinsi Riau sebesar 50 dengan rincian PT negeri sebesar 617 atau kali lebih besar jika dibandingkan dengan PT swasta sebesar 35. Bila dilihat per jenis lembaga maka universitas yang tertinggi sebesar 354 dan terkecil pada akademi sebesar 12. Bila dilihat menurut status dan jenis lembaga maka untuk PT negeri universitas yang terbesar sebesar dan terkecil politeknik sebesar 66, sedangkan untuk PT swasta universitas yang terbesar sebesar 218 dan akademiyang terkecil sebesar 12. Besarnya rasio ini menunjukkan banyaknya dosen di suatu lembaga. Grafik 6 Rasio Dosen per Lembaga menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Riau, Tahun 2012/2013 1,200 1,168 1, Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Berdasarkan data yang terjaring dari kuesioner pendataan PT, bisa diketahui bagaimana kondisi mutu PT. Indikator mutu mahasiswa ditunjukkan dari angka produktivitas mahasiswa yang telah lulus setelah menempuhkan mata kuliah sesuai dengan kredit semester yang harus ditempuh. Angka produktivitas bervariasi untuk 76

82 setiap program, misalnya untuk S-0 sekitar 30% karena tiga tahun sedangkan S-1 sekitar 25% karena selama 4 tahun. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 7, angka produktivitas PT sebesar 12,11% sangat kecil dengan rincian pada PT negeri sebesar 20,01% lebih besar daripada PT swasta sebesar 7,73%. Bila dilihat menurut jenis lembaga maka universitas yang terbesar sebesar 14,19 dan terkecil pada ST sebesar 6,57. Angka produktivitas PT negeri lebih besar 20,01% jika dibandingkan dengan PT swasta walaupun PT negeri pun sebetulnya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan standar yang ada. Grafik 7 Angka Produktivitas menurut Status Lembaga dan Jenis Program Perguruan Tinggi, Provinsi Riau, Tahun 2012/ ,00 22,64 23,17 22,22 20,00 15,00 10,00 12,59 12,77 12,11 20,01 16,94 16,44 16,63 13,02 12,55 13,52 11,60 8,86 9,83 7,73 7,73 7,73 19,05 19,75 5,00 0,00 Rata2 Negeri Swasta S-0 S-1 S-2 S-3 Laki2 Perempuan Rata2 Bila dibandingkan antara laki-laki dan perempuan pada Tabel 11 lanjutan maka angka produktivitas laki-laki sebesar 12,59% sedikit lebih kecil daripada perempuan sebesar 12,77%. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan gender sebesar -0.18% dengan indeks paritas gender 1,01 yang berarti mendekati setara. Angka produktivitas antara S-0, S-1, S-2, dan S-3 cukup bervariasi, yang tertinggi pada program S-3 sebesar 19,75% namun yang terendah pada S-0 sebesar 9,83%. Perbedaan gender program S-0 sebesar 2,74% dengan indeks paritas gender sebesar 0,76 berarti belum setara sedangkan program S-3 dengan perbedaan gender sebesar -3,17% dan indeks paritas gender sebesar 1,17 berarti belum setara. Indikator mutu lainnya adalah persentase dosen PT layak mengajar. Ketentuan dosen PT yang layak mengajar adalah lulusan S-2 ke atas dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi maupun di politeknik. Persentase dosen layak mengajar idealnya 100% berarti tidak ada dosen yang berijazah kurang dari S-1. Berdasarkan Tabel 11 lanjutan dan Grafik 8, persentase dosen layak mengajar PT sebesar 61,51%, bila dibandingkan antara PT negeri dan PT swasta maka persentase dosen layak mengajar PT negeri sebesar 86,79% lebih baik daripada PT swasta sebesar 49,93%. Dosen tetap layak mengajar sebesar 67,62% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 37,03%. Dosen tetap layak di PT negeri sebesar 87,05% lebih baik jika dibandingkan dengan 77

83 dosen tidak tetap sebesar 72,73% sedangkan dosen tetap di PT swasta sebesar 55,85% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 49,93%. Grafik 8 Persentase Dosen Layak menurut Status Kepegawaian dan Status Lembaga Perguruan Tinggi, Provinsi Riau, Tahun 2012/ Tetap TT Tetap+TT Rata2 Negeri Swasta 4. Kesetaraan Layanan Pendidikan: Misi K-4 Pembangunan pendidikan yang dilaksanakan selama ini telah menunjukkan kemajuan tetapi masih terjadi kesenjangan dalam hal kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan. Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti perbedaan gender (PG) APK dan indeks paritas gender (IPG) APK serta dari segi status sekolah seperti persentase mahasiswa swasta (%MhsSwt).Tidak ada perbedaan gender bila nilainya 0 dan telah setara bila nilainya 1. %MhsSwt makin besar berarti makin besar partisipasi swasta dalam program pendidikan tinggi. Ditinjau dari sisi pendidikan, kesenjangan tersebut terasa karena masih tingginya perbedaaan gender APK perempuan jika dibandingkan dengan APK laki-laki. Oleh karena itu, untuk mencapai kesetaraan gender yang dihitung dari indeks paritas gender di segala bidang perlu dilakukan pengelolaan data berwawasan gender secara sistematis, teratur, dan berkesinambungan. Berdasarkan Tabel 12 dan Grafik 9 maka PG APK sebesar -0,21yang berarti masih terjadi perbedaan sebesar 1,01% dengan perempuan lebih besar daripada laki-laki. Dengan demikian IPG APK sebesar 1,01 yang berarti mendekati setara dan perempuan lebih diuntungkan dari laki-laki. 78

84 Tabel 12 Indikator Kesetaraan Layanan Pendidikan Misi K-4 Provinsi Riau,Tahun 2012/2013 Grafik 9 PG APK dan IPG APKPerguruan Tinggi Provinsi Riau, Tahun 2012/ PG APK IPG APK Berdasarkan Tabel 12 maka %MhsSwt PT sebesar 64.35% yang berarti sebanyak 64,35% mahasiswa bersekolah di PT swasta. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka ST dan akademi terbesar masing-masing 100% dan terkecil universitas sebesar 50,18%. Hal ini berarti dominasi PT swasta pada akademi dan sekolah tinggi sedangkan jenis lembaga lainnya seperti universitas sebesar 50,18%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PT negeri banyak berperan pada universitas (50,18%) yang terbesar diikuti politeknik (55,10%). 5. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K-5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan dua ukuran, yaitu seberapa banyak mahasiswa dapat dilayani pada pendidikan tinggi melalui APK dan sejauh mana akses masuk ke perguruan tinggi melalui angka melanjutkan. Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 10 maka APK PT sebesar 21,71% yang berarti sebanyak 21,71% penduduk usia PT bersekolah di PT dengan rincian di PT negeri sebesar 7,74% dan PT swasta sebesar 13,97%. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka partisipasi terbesar pada universitas sebesar 15,11% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,47%. Partisipasi PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 7,53% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,21%. Partisipasi PT swasta terbesar pada universitas sebesar 7,58% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,26%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam pencapaian partisipasi bersekolah di PT. 79

85 Tabel 13 Indikator Kepastian Layanan Pendidikan Misi K-5 Provinsi Riau,Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 APK a. Negeri b. Swasta AM ke PT a. Negeri b. Swasta Indikator kepastian layanan juga dapat dilihat dari AM PT yang terdapat pada Tabel 13 dan Grafik 10. AM PT sebesar 35,25% dengan rincian terbesar pada universitas sebesar 28.26% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,82%. Bila dirinci menurut status lembaga maka AM PT negeri sebesar 19,62% lebih besar daripada PT swasta sebesar 15,63%. AMPT negeri terbesar pada unversitas sebesar 19,23% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,39%. AM PT swasta terbesar pada universitas sebesar 9,03% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,43%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam memberikanakses ke PT. AM PT di provinsi Riau lebih dari 100% karena banyak perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, yang dinilai baik sehingga banyak lulusan sekolah menengah dari provinsi lain melanjutkan pendidikan jenjang PT di wilayah provinsi Riau. Grafik 10 APK dan AM PT menurut Jenis LembagaPerguruan Tinggi Provinsi Riau, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 APK AM PT 6. Kinerja Pendidikan Tinggi: Gabungan Misi K-1 sampai K-5 Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pendidikan tinggi. Misi K-1 dan K-2 masing-massing menggunakan satu jenis indikator, misi K-3 menggunakan 4 jenis indikator, misi K-4 menggunakan 3 jenis 80

86 indikator, dan misi K-5 menggunakan 2 jenis indikator sehingga untuk melihat kinerja pendidikan tinggi menggunakan 11 jenis indikator. Ke-11 indikator tersebut memiliki kontribusi yang sama. Agar dapat ditentukan nilai kinerja maka semua indikator yang memiliki satuan yang berbeda dijadikan satuan yang sama menggunakan standar. Standar yang digunakan dalam analisis ini hanya menggunakan asumsi karena belum ada ketentuan khusus kecuali untuk empat indikator, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT menggunakan standar ideal.dengan menggunakan standar tersebut maka nila 100 adalah maksimal dan nilai 0 adalah yang minimal. Berdasarkan Tabel 14 dan Grafik 11, ketersediaan layanan sebesar 75,07, keterjangkauan layanan sebesar 71,64, kualitas layanan sebesar 61,02, kesetaraan layanan sebesar 94,86, dan kepastian layanan sebesar 53,80. Berdasarkan misi pendidikan 5K maka kinerja pendidikan tinggi sebesar 71,28. Idealnya adalah 100, sehingga kinerja pendidikan tinggi telah mencapai hampir 80% atau empat per lima. Tabel 14 Kinerja Pendidikan Tinggi Berdasarkan Misi Pendidikan 5K Provinsi Riau,Tahun 2012/2013 No. Misi Indikator Satuan Nilai Standar Konversi Jenis Kinerja 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L lembaga ,07 KURANG 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT orang ,64 KURANG 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D dosen ,81 R-D/L dosen ,33 Aproduk % 12, ,43 %DL % 61, ,51 Kualitas Layanan 61,02 KURANG 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK % -0, ,79 IPG APK Indeks 1, ,00 %MhsSwt % 64, ,80 Kesetaraan Layanan 94,86 UTAMA 5 Misi K-5 Kepastian APK % 21, ,36 AM PT % 35, ,25 Kepastian Layanan 53,80 KURANG Kinerja PT 71,28 KURANG Grafik 11 Kinerja PT menurut Misi Pendidikan 5K Provinsi Riau, Tahun 2012/2013 Misi K-1 100,00 80,00 60,00 Misi K-5 40,00 20,00 - Misi K-2 Misi K-4 Misi K-3 81

87 Dengan melihat Grafik 11 dapat diketahui bahwa misi K-4 yang terbaik sebesar 94,86, sedangkan misi K-5 yang terburuk karena hanya mencapai 53,80, sedangkan kinerja PT sebesar 71,28. Dengan demikian, untuk PT prioritas pembangunan perlu berikan pada dipeningkatkan kualitas layanan (misi K-3), dan kepastian layanan (misi K-5) karena capaiankinerja masih kurang dari 70,00. Selain itu, ketersediaan layanan (misi K-1), keterjangkauan layanan (misi K-2) dan kualitas layanan (misi K-3) perlu dipertahankan karena telah mencapai 100. D. Penutup 1. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K-1 dengan nilai sebesar 75,07, berarti termasuk kategori kurang, misi K-2 juga sebesar 71,64 termasuk kategori kurang, misi K-3 sebesar 61,02 termasuk kategori kurang, dan misi K-5 dengan nilai 53,80 juga sangat kurang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kinerja PT provinsi Riau sebesar 71,28 termasuk kinerja kategori kurang. 2. Saran Kinerja PT provinsi Riau sebesar 71,28 termasuk kategori kurang. Hal ini disebabkan karena misi K-1, K-2, K-3, dan K-5 termasuk kategori kurang. Oleh karena itu, misi K-1, K-2,K-3, dan K-5 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 75,07, 71,64, 61,02, dan 53,80. Untuk misi K-1, K-2, dalam rangka meningkatkan ketersediaan layanan dan keterjangkauan layanan pendidikan maka diperlukan peningkatan indikator daerah terjangkau melalui meningkatan jumlah lembaga PT serta kapasitas lembaga. Untuk misi K-3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan maka diperlukan jumlah dan pendidikan dosen untuk meningkatkan indikator rasio dosenmahasiswa, rasio dosen-lembaga, dan %dosen layak. Sedangkan untuk meningkatkan kesetaraan (misi K-4), perlu memberikan kesempatan atau advokasi kepada lulusan SM laki-laki untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang PT. 82

88 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2012/2013 PROVINSI KEPULAUAN RIAU A. Pendahuluan Profil Pendidikan Tinggi (Profil PT) disusun berdasarkan pada Statistik Perguruan Tinggi, Tahun 2012/2013 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Sesuai dengan Statistik Perguruan Tinggi maka Profil PT juga menyajikan data pada tahun akademik 2012/2013. Profil PT mengacu pada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Visi Kemdikbud 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (Renstra) Kemdikbud dalam rangka Pembangunan Pendidikan yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri atas 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Profil PT terdiri atas data dan indikator pendidikan. Data pendidikan dirinci menjadi lima variabel, yaitu 1) lembaga pendidikan, 2) mahasiswa baru, 3) mahasiswa, 4) lulusan, dan 5) dosen. Kelima variabel data tersebut dirinci menurut jenis lembaga dan status lembaga. Pendidikan tinggi terdiri dari lima jenis lembaga PT, yaitu 1) universitas, 2) institut, 3) sekolah tinggi (ST), 4) akademi, dan 5) politeknik. Pendidikan tinggi dirinci menurut status lembaga, yaitu negeri dan swasta. Indikator pendidikan dirinci berdasarkan misi pendidikan 5K. Untuk misi K-1 adalah rasio mahasiswa per lembaga yang dirinci menurut jenis dan status lembaga PT. Untuk misi K-2 adalah daerah terjangkau yang dihitung dari daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Daerah yang bisa dijangkau oleh mahasiswa dalam jarak 25 km 2. Oleh karena itu, daerah terjangkau lembaga adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan 83

89 kepadatan lembaga sedangkan daerah terjangkau mahasiswa adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan penduduk tahun. Untuk misi K-3 terdiri dari empat jenis, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, dan angka produktivitas menurut status jenis dan status, sedangkan kelayakan mengajar dosen menurut status lembaga. Untuk misi K-4 terdiri dari tiga jenis, yaitu perbedaan gender APK, indeks paritas gender APK, dan persentase mahasiswa swasta menurut jenis lembaga. Untuk misi K-5 terdiri dari dua jenis, yaitu APK dan AM ke PT menurut jenis lembaga. Dengan demikian, jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pendidikan tinggi sebanyak 11 jenis indikator pendidikan. Oleh karena 11 indikator tersebut memiliki satuan yang berbeda maka diperlukan standar untuk menyatukan nilainya seperti disajikan pada Tabel 1. Hanya ada empat indikator yang menggunakan ideal, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT. Berdasarkan perhitungan kinerja maka nilai kinerja menurut jenis disajikan pada Tabel 2. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi No. Misi Indikator Standar Penjelasan 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L Asumsi 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT Asumsi 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D 25 Asumsi R-D/L 100 Asumsi Aproduk 25 Asumsi %DL 100 Ideal 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK 0 Ideal IPG APK 1 Ideal %MhsSwt 75 Asumsi 5 Misi K-5 Kepastian APK 30 Asumsi AM PT 100 Ideal Tabel 2 Jenis Kinerja No. Jenis Kinerja 1 Paripurna 2 Utama 3 Madya 4 Pratama 5 Kurang Nilai ke atas kurang dari B. Data Pendidikan Gambaran umum pendidikan tinggi disajikan pada Tabel 3 yang dirinci menurut variabel pendidikan, status lembaga, dan jenis lembaga. 84

90 Tabel 3 Gambaran Umum Pendidikan Tinggi Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 No. Variabel Universitas % Institut % ST % Akademi % Politeknik % Jumlah 1 Lembaga 6 23,08 0 0, , ,23 1 3,85 26 a. Negeri 1 50,00 0 0,00 0 0,00 0 0, ,00 2 b. Swasta 5 20,83 0 0, , ,83 0 0, Mahasiswa Baru ,77 0 0, , , , a. Negeri ,79 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta ,14 0 0, , ,58 0 0, Mahasiswa ,49 0 0, , , , a. Negeri ,11 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta ,32 0 0, , ,36 0 0, Lulusan ,68 0 0, , , , a. Negeri ,64 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta ,12 0 0, , ,61 0 0, Dosen ,00 0 0, , , , a. Negeri 82 60,29 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta ,63 0 0, , ,69 0 0, Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2012/2013 jumlah lembaga PT provinsi Kepulauan Riau adalah 26 PT dengan rincian 6 universitas (23,08%), 14 sekolah tinggi (53,85%), 5 akademi (19,23%), dan 1 politeknik (3,85%). Dengan demikian, jenis lembaga terbesar adalah ST dan terkecil adalah politeknik. Untuk status lembaga negeri hanya memiliki 1 universitas dan 1 politeknik sedangkan untuk lembaga swasta terdapat 5 universitas, 14 ST, dan 5 akademi sehingga jumlahnya 24 lembaga. Dengan demikian, jenis status lembaga swasta terbesar adalah ST dan terkecil adalah universitas dan akademi. Grafik 1 Jumlah Lembaga Menurut Jenis dan Status Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Jumlah Negeri Swasta Jumlah Jumlah mahasiswa baru PT provinsi Kepulauan Riau sebesar orang, berada di negeri sebesar orang lebih kecil daripada di swasta sebesar orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa baru universitas yang terbesar sebesar orang atau 64,77% dan terkecil pada akademi sebesar 150 orang atau 4,21%. Bila dilihat menurut status lembaga maka 85

91 mahasiswa baru PT negeri terkecil pada universitas sebesar 756 orang atau 58,79%, sedangkan PT swasta terbesar pada universitas sebesar orang atau 68,14%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 530 orang atau 41,21%, sedangkan PT swasta adalah akademi sebesar 150 orang atau 6,58%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa baru PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Dapat dikatakan bahwa universitas masih menjadi idola banyak orang ketika melanjutkan ke PT. Grafik 2 Jumlah Mahasiswa Baru dan Mahasiswa PT Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/ ,000 30,000 25,000 20,000 22,799 30,110 15,000 10,000 5,000 1,286 7,311 2,279 3,565 0 Negeri Swasta Jumlah Mahasiswa Baru Mahasiswa Jumlah mahasiswa PT provinsi Kepulauan Riau sebanyak orang berada di PT negeri sebanyak orang dan di PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa terbesar di universitas sebanyak orang atau 68,49% dan terkecil di akademi sebanyak orang atau 4,81%. Bila dilihat menurut status lembaga, mahasiswa PT negeri terbesar pada universitas sebesar orang atau 72,11% dan terkecil pada politeknik sebesar orang atau 27,89%, sedangkan PT swasta terbesar pada universitas sebesar orang atau 67,32% dan terkecil adalah akademi sebesar orang atau 6,36%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Jumlah lulusan PT provinsi Kepulauan Riau sebanyak orang dengan lulusan dari PT negeri sebanyak 788 orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga maka lulusan terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 76,68% dan terkecil pada politeknik sebesar 58 orang atau 2,57%. Bila dilihat menurut status lembaga, lulusan PT negeri pada universitas sebesar 730 orang atau 92,64% dan PT swasta terbesar pada universitas sebesar orang atau 68,12%. Sebaliknya, lulusan PTN terkecil pada politeknik sebesar 58 orang atau 7,36% dan PT swasta adalah akademi sebesar 97 orang atau 6,61%. Dengan demikian, dominasi lulusan PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. 86

92 Grafik 3 Jumlah Lulusan dan Dosen PT Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 2,500 2,256 2,000 1,468 1,500 1, ,024 1, Negeri Swasta Jumlah Lulusan Dosen Jumlah dosen PT provinsi Kepulauan Riau sebanyak orang dengan dosen dari PT negeri sebanyak 136 orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga, jumlah dosen terbanyak juga pada universitas sebesar 754 orang atau 65,00% dan terkecil pada akademi sebesar 48 orang atau 4,14%. Bila dilihat menurut status lembaga, dosen terbesar PT negeri pada universitas sebesar 82 orang atau 60,29% dan PT swasta terbesar pada universitas sebesar 672 atau 65,63%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 54 atau 39,71% dan PT swasta adalah akademi sebesar 48 orang atau 4,69%. Dengan demikian, dominasi dosen PT negeri juga pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Secara rinci, pembangunan pendidikan di setiap jenis dan status lembaga PT tidak sama. Oleh karena itu, dilakukan penjabaran pada setiap jenis variabel pendidikan, seperti lembaga, mahasiswa baru, mahasiswa, lulusan, dan dosen. 1. Lembaga Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lembaga adalah sekolah atau tempat belajar pada tingkat pendidikan tinggi. Jumlah PT provinsi Kepulauan Riau sebanyak 26 lembaga dengan rincian menurut status lembaga adalah PT negeri sebanyak 2 lembaga dan PT swasta sebanyak 24 lembaga. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka terdapat 6 universitas atau 23,08%, 14 ST atau 53,85%, 5 akademi atau 19,23%, dan 1 politeknik atau 3,85%. Bila dirinci menurut status lembaga maka pada PT negeri hanya memiliki 1 universitas dan 1 politeknik, sedangkan PT swasta terdiri dari 5 universitas, 14 ST, dan 5 akademi. 2. Mahasiswa Baru Mahasiswa baru adalah pendaftar pada pendidikan tinggi yang telah lulus dalam seleksi ujian masuk ke perguruan tinggi. Mahasiswa baru dirinci menurut 87

93 tiga jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa baru juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Baru menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin, Perguruan Tinggi Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,17 a. Negeri , , ,03 b. Swasta 92 31, , ,13 2 S , , ,29 a. Negeri , , ,04 b. Swasta , , ,25 3 S , , ,54 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 38 69, , ,54 4 S-3 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 4 merupakan jumlah mahasiswa baru PT provinsi Kepulauan Riau sebanyak orang, bila dirinci menurut tiga jenjang program karena tidak ada program S-3 dan profesi maka yang terbanyak diterima menjadi mahasiswa baru pada program S-1 sebesar orang atau 81,29% dengan rincian di PT negeri sebanyak 964 orang atau 27,04% dan PT swasta sebanyak orang atau 54,25%. Sebaliknya, yang masuk program S-2 yang terkecil sebesar 55 orang atau 1,54% di PT swasta. Hal ini berarti minat untuk masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau program S-2 ternyata sangat kecil jika dibandingkan dengan program lainnya. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa baru laki-laki terbesar pada program S-2 sebesar 69,09% atau 38 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 30,91% atau 17 orang. Proporsi mahasiswa baru laki-laki terkecil pada program S-0 sebesar 47,39% atau 290 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 52,61% atau 322 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan lakilaki. 88

94 3. Mahasiswa Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar pada jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa dirinci menurut empat jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 5 menunjukkan jumlah mahasiswa PT provinsi Kepulauan Riau sebesar orang, bila dirinci menurut tiga jenjang program, mahasiswa yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 84,43% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 20,17% dan PT swasta sebanyak orang atau 64,26%. Besarnya mahasiswa di PT swasta karena memang lembaga PT swasta lebih besar jika dibandingkan dengan lembaga PT negeri. Jumlah mahasiswa terkecil adalah pada jenjang S-2 sebanyak 551 orang atau 1,83% di PT swasta. Hal ini berarti minat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau S-2 ternyata masih sangat kecil. Tabel 5 Jumlah Mahasiswa menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin serta Penduduk Usia tahun menurut Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,74 a. Negeri , , ,11 b. Swasta , , ,63 2 S , , ,43 a. Negeri , , ,17 b. Swasta , , ,26 3 S , , ,83 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta , , ,83 4 S-3 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 7 Penduduk th , , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP dan Proyeksi BPS Dilihat dari penduduk usia PT maka penduduk usia tahun provinsi Kepulauan Riau sebesar orang dengan rincian laki-laki sebesar atau 47,24% lebih kecil daripada perempuan sebesar orang atau 52,76%. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa laki-laki terbesar pada jenjang S-2 sebanyak 69,15% atau 381 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 30,85% atau 170 orang. Proporsi mahasiswa laki-laki terkecil pada jenjang S-0 sebanyak 40,49% atau orang dan lebih kecil jika 89

95 dibandingkan dengan perempuan sebanyak 59,51% atau orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan bersekolah di jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. 4. Lulusan Lulusan adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya berdasarkan pada hasil ujian dan paper/tesis/disertasi yang disiapkan pada suatu jenjang pendidikan tinggi. Lulusan dapat dirinci menurut empat program, yaitu S-0, S-1, S-2, dan S-3. Lulusan S-0 juga dirinci menurut diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4. Lulusan diploma 1 dengan masa kuliah selama 1 tahun, diploma 2 selama 2 tahun, diploma 3 selama 3 tahun, dan diploma 4 selama 4 tahun. Lulusan S-1 dengan masa kuliah selama 4 tahun sedangkan lulusan S-2 dan S-3 selama 2 tahun. Tabel 6 merupakan jumlah lulusan PT provinsi Kepulauan Riau sebanyak orang, dari ketiga jenjang program tersebut, jumlah lulusan yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 80,32% dengan rincian di PT negeri sebanyak 566 orang dan PT swasta sebanyak orang. Jumlah lulusan terkecil adalah pada jenjang S-2 pada PT swasta sebanyak 35 orang atau 1,55%. Hal ini berarti sejalan dengan jumlah mahasiswa maka lulusan di jenjang yang sesuai ternyata juga yang paling kecil. Tabel 6 Jumlah Lulusan menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,13 a. Negeri , , ,84 b. Swasta 59 31, , ,29 2 S , , ,32 a. Negeri , , ,09 b. Swasta , , ,23 3 S , , ,55 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 24 68, , ,55 4 S-3 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP 90

96 Berdasarkan jenis kelamin, proporsi lulusan laki-laki terbesar pada jenjang S- 2 sebesar 68,57% atau 24 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 31,43% atauu 11 orang. Proporsi lulusan laki-laki terkecil pada program S-0 sebesar 47,68% atau 195 orang, jika dibandingkan dengan lulusan perempuan sebesar 52,32% atau 214 orang. Hal ini berarti lulusan laki-laki di jenjang yang lebih rendah lebih kecil jika dibandingkan dengan perempuan. 5. Dosen Dosen adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Dosen dapat dikategorikan sebagai dosen tetap dan tidak tetap. Dosen juga dirinci menurut enam tingkat pendidikan yang pernah diikuti, yaitu < S-1, S-1/D-4, S-2, S-3, spesialis, dan profesi menurut status kepegawaian. Berdasarkan Tabel 7, jumlah dosen PT provinsi Kepulauan Riau sebanyak orang, dari keenam tingkat pendidikan tersebut, dosen yang terbanyak adalah lulusan S-2 sebesar 554 orang atau 47,76% dengan rincian di PT negeri sebanyak 70 orang atau 6,03% dan PT swasta sebanyak 484 orang atau 41,72%. Jumlah dosen terkecil adalah lulusan kurang dari S-1 di PT sebanyak 3 orang atau 0,26%. Dengan demikian, lebih dari 50% dosen memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan kelayakan mengajar, yaitu S-2 dan yang lebih tinggi. Tabel 7 Jumlah Dosen menurut Pendidikan Tertinggi, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 No. Pendidikan Tertinggi Tetap % 1 < S , ,67 3 0,26 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 1 33, ,67 3 0,26 2 S-1/D , , ,55 a. Negeri 59 89, , ,69 b. Swasta , , ,86 3 S , , ,76 a. Negeri ,00 0 0, ,03 b. Swasta , , ,72 4 S ,00 0 0, ,93 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta ,00 0 0, ,93 5 Spesialis 15 62, , ,07 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 15 62, , ,07 6 Profesi 2 40, ,00 5 0,43 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 2 40, ,00 5 0,43 7 Jumlah , , ,00 a. Negeri ,85 7 5, ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tidak Tetap L+P % Jumlah % 91

97 Dosen layak mengajar adalah tenaga pengajar yang memiliki ijazah tertinggi S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen layak mengajar di program diploma dan S-1 adalah dosen lulusan S-2 dan yang lebih tinggi sedangkan dosen layak mengajar di program pascasarjana adalah dosen lulusan S-3. Oleh karena keterbatasan data yang dimiliki maka dosen layak dimaksud adalah dosen yang memiliki ijazah S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen dirinci menurut layak mengajar dan tidak layak mengajar serta menurut status kepegawaian. Tabel 8 Jumlah Dosen menurut Jenis Kelayakan Mengajar, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 No. Kriteria Tetap % Tidak Tetap % Jumlah % 1 Tidak layak a. Negeri b. Swasta Layak Negeri Swasta Jumlah , Negeri Swasta , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 8 menunjukan jumlah dosen layak mengajar sebesar 617 orang atau 53,19% lebih besar jika dibandingkan dengan tidak layak mengajar sebesar 543 orang atau 46,81%. Selain itu, dosen layak di PT negeri sebesar 70 orang atau 51,47% lebih kecll daripada di PT swasta sebesar 547 orang atau 53,42%. Bila dirinci menurut status kepegawaian maka dosen tetap yang layak mengajar sebesar 568 orang atau 58,74%, sedangkan dosen tidak tetap yang layak mengajar sebesar 49 orang atau 25,39%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dosen tetap yang layak di PT negeri lebih buruk jika dibandingkan dengan PT swasta. Oleh karena itu, peningkatan kelayakan dosen mengajar di PT negeri maupun swasta sangat diperlukan karena hanya mencapai 53,19% dari dosen yang ada. C. Analisis Indikator Pendidikan Tinggi Indikator pendidikan merupakan salah satu dari sejumlah faktor yang sangat penting dalam upaya mengetahui tercapainya tujuan sistem pendidikan nasional. Indikator pendidikan dapat digunakan sebagai peringatan awal terhadap permasalahan pendidikan yang ada di lapangan. Indikator pendidikan disusun untuk mengetahui kinerja suatu daerah dengan mendasarkan pada data kuantitatif pendidikan. Kinerja pendidikan diukur dengan menggunakan misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri dari 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam 92

98 memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Penggabungan kelima misi pendidikan tersebut menghasilkan kinerja program pendidikan. Berdasarkan kelima misi pendidikan tersebut, disusun enam jenis komposit indikator, yaitu 1) ketersediaan layanan, 2) keterjangkauan layanan, 3) kualitas layanan, 4) kesetaraan layanan, 5) kepastian layanan, dan 6) kinerja program pendidikan. Analisis misi K-1 digunakan untuk mengukur ketersediaan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-2 digunakan untuk mengukur keterjangkauan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-3 digunakan untuk mengukur kualitas layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-4 digunakan untuk mengukur kesetaraan layanan pendidikan. Analisis misi K-5 digunakan untuk mengukur kepastian memperoleh layanan pendidikan. Kinerja program pendidikan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian program pembangunan yang telah dilakukan pada tahun berjalan. 1. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K-1 Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan tahun , diperlukan indikator pendidikan yang dapat menilai kemajuan pendidikan, termasuk kemajuan program pembangunan PT. Indikator ketersediaan layanan PT digunakan rasio mahasiswa per lembaga. Indikator keterjangkauan layanan PT digunakan daerah terjangkau. Indikator kualitas layanan PT digunakan empat jenis indikator, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, angka produktivitas, dan kelayakan dosen mengajar. Indikator kesetaraan layanan digunakan tiga jenis indikator, yaitu PG APK, IPG APK, dan persentase mahasiswa swasta. Indikator kepastian layanan pendidikan digunakan dua jenis indikator, yaitu APK dan AM ke PT. Tabel 9 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Rasio Mahasiswa per Lembaga 3, ,039 1,158 a. Negeri 5, ,039 3,656 b. Swasta 3,

99 Grafik 4 Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Kepulauan Riau,Tahun 2012/2013 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, ,656 3,437 3,070 2,039 2,039 1, Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Rasio mahasiswa per lembaga menggambarkan kepadatan mahasiswa pada suatu lembaga baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin besar nilainya berarti semakin padat mahasiswa yang ada pada lembaga tersebut. Berdasarkan Tabel 9 dan Grafik 4, rasio mahasiswa per lembaga sebesar dengan rincian di negeri sebesar orang dan di swasta sebesar 950 orang. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka PT terpadat pada universitas sebesar dan terjarang pada akademi sebesar 290. Bila dirinci menurut status dan jenis lembaga maka PT negeri terpadat pada universitas sebesar dan terjarang pada politeknik sebesar 2.039, sedangkan PT swasta terpadat pada universitas sebesar dan terjarang pada akademi sebesar 290. Persentase rasio swasta terhadap negeri rata-rata sebesar 25,99%. 2. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K-2 Untuk melihat keterjangkauan layanan maka digunakan indikator kepadatan lembaga dan kepadatan penduduk usia PT dengan daerah terjangkau lembaga dan mahasiswa. Daerah terjangkau dihitung dari jarak 25 km 2 dengan rincian daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Bila nilainya tinggi maka keterjangkauan makin luas, bila nilainya rendah maka keterjangkauannya makin kecil. Oleh karena itu, makin tinggi nilainya berarti makin baik karena jangkauannya makin luas. Tabel 10 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K-2 Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 Kepadatan Daerah terjangkau Daerah Indikator Lembaga P19-23 Lembaga Mahasiswa terjangkau Daerah terjangkau ,149 7,525 94

100 Berdasarkan Tabel 10 maka kepadatan lembaga hanya sebesar 0,0030 lembaga per km 2 sedangkan kepadatan penduduk usia sebesar 22,99 orang per km 2. Daerah terjangkau lembaga dalam radius 25 km 2 sebesar 6 lembaga per km 2 sedangkan daerah terjangkau mahasiswa sebesar mahasiswa per km 2. Dengan demikian, daerah terjangkau sebesar mahasiswa per km Kualitas Layanan Pendidikan: Misi K-3 Analisis indikator peningkatan mutu dan relevansi pendidikan digunakan untuk mengukur mutu pendidikan suatu daerah. Peningkatan mutu bisa dilakukan melalui proses belajar mengajar yang efektif dan ditunjang oleh sumber daya, sarana/prasarana serta biaya yang memadai. Proses belajar yang bermutu akan menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Sejalan dengan ketersediaan layanan maka peningkatan mutu untuk semua program pendidikan tinggi juga dilaksanakan. Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan dan kualitas layanan pendidikan maka indikator pendidikan yang digunakan untuk pendidikan tinggi dapat dilihat dari tiga jenis, yaitu mahasiswa, dosen, dan lembaga. Berdasarkan ketiga jenis strategi tersebut maka dijabarkan menjadi empat indikator, yaitu 1) rasio mahasiswa per dosen (R-M/D), 2) rasio dosen per lembaga (R-D/L), 3) angka produktivitas (APro), dan 4) persentase dosen layak (%DL). Indikator 1, 2, dan 4 dilihat dosen, dan indikator 3 dilihat dari mahasiswa. Tabel 11 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Dosen a. Negeri b. Swasta Rasio Dosen per Lembaga a. Negeri b. Swasta Angka Produktivitas a. Negeri b. Swasta Tabel 11 (lanjutan) Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 4 Angka Produktivitas 7,47 7,51 7,49-0,04 1,01 a. S-0 11,64 8,69 9,89 2,95 0,75 b. S-1 6,97 7,29 7,13-0,32 1,05 c. S-2 6,30 6,47 6,35-0,17 1,03 d. S-3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 e. Negeri 10,40 11,22 10,78-0,82 1,08 f. Swasta 6,43 6,44 6,44-0,01 1,00 5 Kelayakan Mengajar Dosen Tetap L+P Tidak Tetap L+P Rata-rata Rata-rata , ,39 53,19 a. Negeri 70 54,26 0 0,00 51,47 b. Swasta , ,34 53,42 95

101 Grafik 5 Rasio Mahasiswa per Dosen menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Rasio mahasiswa per dosen menggambarkan layanan dosen terhadap mahasiswa baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Rasio ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas belajar mengajar. Semakin tinggi nilainya berarti semakin banyak mahasiswa yang dilayani oleh dosen atau dosen makin kurang. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 5 dapat diketahui efektivitas belajar mengajar di PT provinsi Kepulauan Riau di mana rata-rata seorang dosen melayani 26 mahasiswa, setelah dirinci menurut status lembaga ternyata dosen negeri melayani 54 mahasiswa lebih buruk daripada dosen swasta sebesar 22 mahasiswa. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka rasio terkecil pada universitas sebesar 27 mahasiswa sedangkan terbesar pada politeknik sebesar 38 atau kekurangan dosen. Pada universitas negeri seorang dosen melayani 64 mahasiswa, sedangkan universitas swasta melayani 23 mahasiswa. Hal ini berarti universitas negeri kekurangan dosen daripada universitas swasta. Untuk politeknik di PT negeri dosen melayani mahasiswa sebesar 38 mahasiswa yang berarti masih kekurangan dosen, sedangkan akademi di PT swasta dosen melayani mahasiswa sebesar 30. Makin besar nilainya berarti makin kurang dosennya. Rasio dosen per lembaga menggambarkan ketersediaan dosen pada setiap lembaga dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin banyak jumlah dosen di setiap lembaga maka diharapkan proses belajar mengajar akan makin meningkat dan pada akhirnya peningkatan mutu pendidikan bisa tercapai. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 6 rasio dosen per lembaga PT provinsi Kepulauan Riau sebesar 45 dengan rincian PT negeri sebesar 68 atau 1,70 kali lebih besar jika dibandingkan dengan PT swasta sebesar 43. Bila dilihat per jenis lembaga maka universitas yang tertinggi sebesar 126 dan terkecil pada akademi sebesar 10. Bila dilihat menurut status dan jenis lembaga maka untuk PT negeri terbesar pada universitas sebesar 82 dan terkecil pada politeknik sebesar 54, 96

102 sedangkan untuk PT swasta terbesar pada universitas sebesar 134 dan akademi yang terkecil sebesar 10. Besarnya rasio ini menunjukkan banyaknya dosen di suatu lembaga. Grafik 6 Rasio Dosen per Lembaga menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Berdasarkan data yang terjaring dari kuesioner pendataan PT, bisa diketahui bagaimana kondisi mutu PT. Indikator mutu mahasiswa ditunjukkan dari angka produktivitas mahasiswa yang telah lulus setelah menempuhkan mata kuliah sesuai dengan kredit semester yang harus ditempuh. Angka produktivitas bervariasi untuk setiap program, misalnya untuk S-0 sekitar 30% karena tiga tahun sedangkan S-1 sekitar 25% karena selama 4 tahun. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 7, angka produktivitas PT sebesar 7,49% sangat kecil dengan rincian pada PT negeri sebesar 10,78% lebih besar daripada PT swasta sebesar 6,44%. Bila dilihat menurut jenis lembaga maka universitas yang terbesar sebesar 8,39% dan terkecil pada politeknik sebesar 2,84. Angka produktivitas PT negeri lebih besar 1,67 kali jika dibandingkan dengan PT swasta walaupun PT negeri pun sebetulnya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan standar yang ada. Bila dibandingkan antara laki-laki dan perempuan pada Tabel 11 lanjutan maka angka produktivitas laki-laki sebesar 7,47% sedikit lebih kecil daripada perempuan sebesar 7,51%. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan gender sebesar -0.04% dengan indeks paritas gender 1,01 yang berarti mendekati setara. Angka produktivitas antara S-0, S-1, dan S-2 cukup bervariasi, yang tertinggi pada program S-0 sebesar 9,89% dan yang terendah pada S-2 sebesar 6,35%. Perbedaan gender terbaik pada program S-2 sebesar -0,17% dengan indeks paritas gender sebesar 1,03 berarti belum setara, sedangkan terburuk program S-0 dengan perbedaan gender sebesar 2,95% dan indeks paritas gender sebesar 0,75 berarti belum setara. 97

103 Grafik 7 Angka Produktivitas menurut Status Lembaga dan Jenis Program Perguruan Tinggi, Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/ ,00 10,00 8,00 6,00 11,22 11,64 10,40 10,78 9,89 8,69 7,51 7,47 7,49 7,13 6,44 6,977,29 6,47 6,43 6,44 6,30 6,35 4,00 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Rata2 Negeri Swasta S-0 S-1 S-2 S-3 Laki2 Perempuan Rata2 Indikator mutu lainnya adalah persentase dosen PT layak mengajar. Ketentuan dosen PT yang layak mengajar adalah lulusan S-2 ke atas dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi maupun di politeknik. Persentase dosen layak mengajar idealnya 100% berarti tidak ada dosen yang berijazah kurang dari S-1. Berdasarkan Tabel 11 lanjutan dan Grafik 8, persentase dosen layak mengajar PT sebesar 53,19%, bila dibandingkan antara PT negeri dan PT swasta maka persentase dosen layak mengajar PT negeri sebesar 51,47% lebih kecil daripada PT swasta sebesar 53,42%. Dosen tetap layak mengajar sebesar 58,74% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 25,39%. Dosen tetap layak di PT negeri sebesar 54,26%, sedangkan dosen tetap di PT swasta sebesar 59,43% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 26,34%. Grafik 8 Persentase Dosen Layak menurut Status Kepegawaian dan Status Lembaga Perguruan Tinggi, Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/ Tetap TT Tetap+TT Rata2 Negeri Swasta 98

104 4. Kesetaraan Layanan Pendidikan: Misi K-4 Pembangunan pendidikan yang dilaksanakan selama ini telah menunjukkan kemajuan tetapi masih terjadi kesenjangan dalam hal kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan. Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti perbedaan gender (PG) APK dan indeks paritas gender (IPG) APK serta dari segi status sekolah seperti persentase mahasiswa swasta (%MhsSwt). Tidak ada perbedaan gender bila nilainya 0 dan telah setara bila nilainya 1. %MhsSwt makin besar berarti makin besar partisipasi swasta dalam program pendidikan tinggi. Ditinjau dari sisi pendidikan, kesenjangan tersebut terasa karena masih tingginya perbedaaan gender APK perempuan jika dibandingkan dengan APK laki-laki. Oleh karena itu, untuk mencapai kesetaraan gender yang dihitung dari indeks paritas gender di segala bidang perlu dilakukan pengelolaan data berwawasan gender secara sistematis, teratur, dan berkesinambungan. Berdasarkan Tabel 12 dan Grafik 9 maka PG APK sebesar 1,91% yang berarti masih terjadi perbedaan sebesar 1,91% dengan perempuan lebih kecil daripada laki-laki. Dengan demikian, IPG APK sebesar 0,89 yang berarti belum setara dan laki-laki lebih diuntungkan dari perempuan. Tabel 12 Indikator Kesetaraan Layanan Pendidikan Misi K-4 Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 1 APK (%) Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 2 % Mahasiswa Swasta Grafik 9 PG APK dan IPG APK Perguruan Tinggi Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/ PG APK IPG APK 99

105 Berdasarkan Tabel 12 maka %MhsSwt PT sebesar 75,72% yang berarti sebanyak 75,72% mahasiswa bersekolah di PT swasta. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka ST dan akademi semuanya swasta atau 100,00% dan terkecil universitas sebesar 74,43%. Hal ini berarti dominasi PT swasta hanya pada ST dan akademi sedangkan jenis lembaga lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PT negeri banyak berperan pada universitas universitas sebesar 35,57%. 5. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K-5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan dua ukuran, yaitu seberapa banyak mahasiswa dapat dilayani pada pendidikan tinggi melalui APK dan sejauh mana akses masuk ke perguruan tinggi melalui angka melanjutkan. Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 10 maka APK PT sebesar 15,97% yang berarti sebanyak 15,97% penduduk usia PT bersekolah di PT dengan rincian di PT negeri sebesar 3,88% dan PT swasta sebesar 12,09%. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka partisipasi terbesar pada universitas sebesar 10,94% dan terkecil pada akademi sebesar 0,77%. Partisipasi PT negeri terbesar pada universitas sebesar 10,94% dan terkecil pada politeknik sebesar 1,08%, sedangkan partisipasi PT swasta terbesar pada universitas sebesar 8,14% dan terkecil pada akademi sebesar 0,77%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam peningkatan partisipasi bersekolah di PT. Tabel 13 Indikator Kepastian Layanan Pendidikan Misi K-5 Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 APK a. Negeri b. Swasta AM ke PT a. Negeri b. Swasta Indikator kepastian layanan juga dapat dilihat dari AM PT yang terdapat pada Tabel 13 dan Grafik 10. AM PT sebesar 32,48% dengan rincian terbesar pada universitas sebesar 21,04% dan terkecil pada akademi sebesar 1,37%. Bila dirinci menurut status lembaga maka AM PT negeri sebesar 11,72% dan swasta 20,77%. AM PT negeri terbesar pada universitas sebesar 6,89% dan terkecil pada politeknik sebesar 4,83%, sedangkan AM PT swasta terbesar pada universitas sebesar 14,15% dan terkecil pada akademi sebesar 1,37%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang paling besar dalam peningkatan akses ke PT. 100

106 Grafik 10 APK dan AM PT menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 APK AM PT 6. Kinerja Pendidikan Tinggi: Gabungan Misi K-1 sampai K-5 Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pendidikan tinggi. Misi K-1 dan K-2 menggunakan satu jenis indikator, misi K-3 menggunakan 4 jenis indikator, misi K-4 menggunakan 3 jenis indikator, dan misi K-5 menggunakan 2 jenis indikator sehingga untuk melihat kinerja pendidikan tinggi menggunakan 11 jenis indikator. Ke-11 indikator tersebut memiliki kontribusi yang sama. Agar dapat ditentukan nilai kinerja maka semua indikator yang memiliki satuan yang berbeda dijadikan satuan yang sama menggunakan standar. Standar yang digunakan dalam analisis ini hanya digunakan asumsi karena belum ada ketentuan khusus kecuali untuk empat indikator, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT menggunakan standar ideal. Dengan menggunakan standar tersebut maka nila 100 adalah maksimal dan nilai 0 adalah yang minimal. Berdasarkan Tabel 14 dan Grafik 11, ketersediaan layanan sebesar 57,90 termasuk kinerja kurang, keterjangkauan layanan sebesar 88,53 termasuk kinerja madya, kualitas layanan sebesar 56,02 termasuk kinerja kurang, kesetaraan layanan sebesar 95,61 termasuk kinerja paripuran, dan kepastian layanan sebesar 42,86 termasuk kinerja kurang. Berdasarkan misi pendidikan 5K maka kinerja pendidikan tinggi sebesar 68,19 termasuk kinerja kurang. Idealnya adalah 100, sehingga kinerja pendidikan tinggi telah mencapai lebih dari 68% atau dua per tiga. 101

107 Tabel 14 Kinerja Pendidikan Tinggi Berdasarkan Misi Pendidikan 5K Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 No. Misi Indikator Satuan Nilai Standar Konversi Jenis Kinerja 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L lembaga ,90 KURANG 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT orang ,53 MADYA 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D dosen ,31 R-D/L dosen ,62 Aproduk % 7, ,97 %DL % 53, ,19 Kualitas Layanan 56,02 KURANG 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK % 1, ,09 IPG APK Indeks 0, ,75 %MhsSwt % 75, ,00 Kesetaraan Layanan 95,61 PARIPURNA 5 Misi K-5 Kepastian APK % 15, ,24 AM PT % 32, ,48 Kepastian Layanan 42,86 KURANG Kinerja PT 68,19 KURANG Grafik 11 Kinerja PT menurut Misi Pendidikan 5K Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012/2013 Misi K-1 100,00 80,00 60,00 Misi K-5 40,00 20,00 - Misi K-2 Misi K-4 Misi K-3 Dengan melihat Grafik 11 dapat diketahui bahwa misi K-4 yang terbaik sebesar 95,61 sedangkan misi K-5 yang terburuk karena hanya mencapai 42,86 sedangkan kinerja PT sebesar 68,19. Dengan demikian, untuk PT masih perlu ditingkatkan kepastian layanan (misi K-5), kualitas layanan (misi K-3), dan ketersediaan layanan (misi K-1) karena lebih kecil daripada kinerja sebesar 68,19. Selain itu, kesetaraan layanan (misi K-4) agar dipertahankan karena mencapai lebih dari

108 D. Penutup 1. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K-4 jenjang yang terbaik dengan nilai sebesar 95,61 berarti termasuk kategori paripurna. Sebaliknya, misi K-5 yang terburuk dengan nilai sebesar 42,86 termasuk kinerja kategori kurang. Demikian juga misi K-3 sebesar 56,02 dan misi K-1 sebesar 57,90 termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kinerja PT provinsi Kepulauan Riau sebesar 68,19 termasuk kinerja kategori kurang. 2. Saran Kinerja PT provinsi Kepulauan Riau sebesar 68,19 termasuk kategori kurang. Hal ini disebabkan karena misi K-5 (42,86), K-3 (56,02), dan K-1 (57,90) termasuk kategori kurang. Oleh karena itu, ketiga misi tersebut perlu ditingkatkan. Dalam rangka meningkatkan kepastian memperoleh layanan pendidikan atau misi K-5 maka diperlukan peningkatan pada indikator angka melanjutkan ke PT karena nilainya hanya 32,48 melalui cara meningkatkan animo lulusan SM untuk melanjutkan dengan memberikan beasiswa bagi yang tak mampu atau meningkatkan daya tampung PT. Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan atau misi K-3 maka diperlukan peningkatan angka produktivitas karena nilainya kurang dari 50 melalui cara meningkatkan mahasiswa yang lulus. Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan atau misi K-3 maka perlu ditingkatkan mahasiswa yang lulus melalui bimbingan dan penyuluhan atau dengan menambah jam kuliah. Dalam rangka meningkatkan ketersediaan layanan atau misi K-1 maka diperlukan peningkatan jumlah PT yang ada. 103

109 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2012/2013 PROVINSI JAMBI A. Pendahuluan Profil Pendidikan Tinggi (Profil PT) disusun berdasarkan pada Statistik Perguruan Tinggi, Tahun 2012/2013 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Sesuai dengan Statistik Perguruan Tinggi maka Profil PT juga menyajikan data pada tahun akademik 2012/2013. Profil PT mengacu pada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Visi Kemdikbud 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (Renstra) Kemdikbud dalam rangka Pembangunan Pendidikan yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri atas 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Profil PT terdiri atas data dan indikator pendidikan. Data pendidikan dirinci menjadi lima variabel, yaitu 1) lembaga pendidikan, 2) mahasiswa baru, 3) mahasiswa, 4) lulusan, dan 5) dosen. Kelima variabel data tersebut dirinci menurut jenis lembaga dan status lembaga. Pendidikan tinggi terdiri dari lima jenis lembaga PT, yaitu 1) universitas, 2) institut, 3) sekolah tinggi (ST), 4) akademi, dan 5) politeknik. Pendidikan tinggi dirinci menurut status lembaga, yaitu negeri dan swasta. Indikator pendidikan dirinci berdasarkan misi pendidikan 5K. Untuk misi K-1 adalah rasio mahasiswa per lembaga yang dirinci menurut jenis dan status lembaga PT. Untuk misi K-2 adalah daerah terjangkau yang dihitung dari daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Daerah yang bisa dijangkau oleh mahasiswa dalam jarak 25 km 2. Oleh karena itu, daerah terjangkau lembaga adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan 104

110 kepadatan lembaga sedangkan daerah terjangkau mahasiswa adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan penduduk tahun. Untuk misi K-3 terdiri dari empat jenis, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, dan angka produktivitas menurut status jenis dan status, sedangkan kelayakan mengajar dosen menurut status lembaga. Untuk misi K-4 terdiri dari tiga jenis, yaitu perbedaan gender APK, indeks paritas gender APK, dan persentase mahasiswa swasta menurut jenis lembaga. Untuk misi K-5 terdiri dari dua jenis, yaitu APK dan AM ke PT menurut jenis lembaga. Dengan demikian, jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pendidikan tinggi sebanyak 11 jenis indikator pendidikan. Oleh karena 11 indikator tersebut memiliki satuan yang berbeda maka diperlukan standar untuk menyatukan nilainya seperti disajikan pada Tabel 1. Hanya ada empat indikator yang menggunakan ideal, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT. Berdasarkan perhitungan kinerja maka nilai kinerja menurut jenis disajikan pada Tabel 2. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi No. Misi Indikator Standar Penjelasan 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L Asumsi 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT Asumsi 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D 25 Asumsi R-D/L 100 Asumsi Aproduk 25 Asumsi %DL 100 Ideal 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK 0 Ideal IPG APK 1 Ideal %MhsSwt 75 Asumsi 5 Misi K-5 Kepastian APK 30 Asumsi AM PT 100 Ideal Tabel 2 Jenis Kinerja No. Jenis Kinerja 1 Paripurna 2 Utama 3 Madya 4 Pratama 5 Kurang Nilai ke atas kurang dari B. Data Pendidikan Gambaran umum pendidikan tinggi disajikan pada Tabel 3 yang dirinci menurut variabel pendidikan, status lembaga, dan jenis lembaga. 105

111 Tabel 3 Gambaran Umum Pendidikan Tinggi Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 No. Variabel Universitas % Institut % ST % Akademi % Politeknik % Jumlah 1 Lembaga a. Negeri b. Swasta Mahasiswa Baru 5, , ,622 a. Negeri 4, ,269 b. Swasta 1, , ,353 3 Mahasiswa 24, , , ,099 a. Negeri 16, ,420 b. Swasta 8, , , ,679 4 Lulusan 3, , ,394 a. Negeri 2, ,945 b. Swasta , ,449 5 Dosen 1, ,980 a. Negeri b. Swasta ,243 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2012/2013 jumlah lembaga PT provinsi Jambi adalah 40 PT dengan rincian 3 universitas (7,50%), 17 sekolah tinggi (42,50%), 19 akademi (47,50%), dan 1 politeknik (2,50%). Dengan demikian, jenis lembaga terbesar adalah akademi dan terkecil adalah politeknik. Untuk status lembaga negeri hanya memiliki 1 universitas sedangkan untuk lembaga swasta terdapat 2 universitas, 17 sekolah tinggi, 19 akademi, dan 1 politeknik sehingga jumlahnya 39 lembaga. Dengan demikian, jenis status lembaga swasta terbesar adalah akademi dan terkecil adalah politeknik. Grafik 1 Jumlah Lembaga Menurut Jenis dan Status Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Jambi, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Jumlah Negeri Swasta Jumlah Jumlah mahasiswa baru PT provinsi Jambi sebesar orang, berada di negeri sebesar orang lebih kecil daripada di swasta sebesar orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa baru universitas yang terbesar sebesar orang atau 57,37% dan terkecil pada politeknik sebesar 106

112 34 orang atau 0,35%. Bila dilihat menurut status lembaga maka mahasiswa baru PT negeri pada universitas sebesar orang atau 100,00%, sedangkan PT swasta terbesar pada ST sebesar orang atau 58,70%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT swasta adalah politeknik sebesar 34 orang atau 0,64%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa baru PT negeri pada universitas dan PT swasta pada ST. Dapat dikatakan bahwa universitas masih menjadi idola banyak orang ketika melanjutkan ke PT. Grafik 2 Jumlah Mahasiswa Baru dan Mahasiswa PT Provinsi Jambi, Tahun 2012/ ,000 52,099 50,000 40,000 35,679 30,000 20,000 10,000 16,420 4,269 5,353 9,622 0 Negeri Swasta Jumlah Mahasiswa Baru Mahasiswa Jumlah mahasiswa PT provinsi Jambi sebanyak orang berada di PT negeri sebanyak orang dan di PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa terbesar di universitas sebanyak orang atau 47,31% dan terkecil di politeknik sebanyak 254 orang atau 0,49%. Bila dilihat menurut status lembaga, mahasiswa PT negeri pada universitas sebesar orang atau 100,00% dan PT swasta terbesar pada ST sebesar orang atau 59,76%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT swasta adalah politeknik sebesar 254 orang atau 0,71%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa PT negeri pada universitas dan PT swasta pada ST. Grafik 3 Jumlah Lulusan dan Dosen PT Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 7,000 6,394 6,000 5,000 4,000 3,000 2,945 3,449 1,980 2,000 1, ,243 0 Negeri Swasta Jumlah Lulusan Dosen 107

113 Jumlah lulusan PT provinsi Jambi sebanyak orang dengan lulusan dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga maka lulusan terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 58,65% dan terkecil pada politeknik sebesar 23 orang atau 0,36%. Bila dilihat menurut status lembaga, lulusan PT negeri pada universitas sebesar orang atau 100,00% dan PT swasta pada ST sebesar orang atau 58,71%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT swasta adalah politeknik sebesar 23 orang atau 0,67%. Dengan demikian, dominasi lulusan PT negeri pada universitas dan PT swasta pada ST. Jumlah dosen PT provinsi Jambi sebanyak orang dengan dosen dari PT negeri sebanyak 737 orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga, jumlah dosen terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 52,73% dan terkecil pada politeknik sebesar 25 orang atau 1,26%. Bila dilihat menurut status lembaga, dosen PT negeri pada universitas sebesar 737 orang atau 100,00% dan PT swasta terbesar pada universitas sebesar 632 atau 50,84%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT swasta adalah politeknik sebesar 25 orang atau 2,01%. Dengan demikian, dominasi dosen PT negeri juga pada universitas dan PT swasta pada ST. Secara rinci, pembangunan pendidikan di setiap jenis dan status lembaga PT tidak sama. Oleh karena itu, dilakukan penjabaran pada setiap jenis variabel pendidikan, seperti lembaga, mahasiswa baru, mahasiswa, lulusan, dan dosen. 1. Lembaga Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lembaga adalah sekolah atau tempat belajar pada tingkat pendidikan tinggi. Jumlah PT provinsi Jambi sebanyak 40 lembaga dengan rincian menurut status lembaga adalah PT negeri sebanyak 1 lembaga dan PT swasta sebanyak 39 lembaga. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka terdapat 3 universitas atau 7,50%, 17 ST atau 42,50%, 19 akademi atau 47,50%, dan 1 politeknik atau 2,50%. Bila dirinci menurut status lembaga maka pada PT negeri hanya memiliki 1 universitas, sedangkan PT swasta terdiri dari 2 universitas, 17 ST, 19 akademi, dan 1 politeknik. 2. Mahasiswa Baru Mahasiswa baru adalah pendaftar pada pendidikan tinggi yang telah lulus dalam seleksi ujian masuk ke perguruan tinggi. Mahasiswa baru dirinci menurut tiga jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa baru juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. 108

114 Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Baru menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin, Perguruan Tinggi Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,78 a. Negeri , , ,31 b. Swasta , , ,47 2 S , , ,11 a. Negeri , , ,61 b. Swasta , , ,50 3 S , , ,02 a. Negeri , , ,45 b. Swasta 42 76, , ,57 4 S-3 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 2 22, ,78 9 0,09 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 2 22, ,78 9 0,09 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 4 merupakan jumlah mahasiswa baru PT provinsi Jambi sebanyak orang, bila dirinci menurut empat jenjang program karena tidak ada program S-3 maka yang terbanyak diterima menjadi mahasiswa baru pada program S-1 sebesar orang atau 81,10% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 39,61% dan PT swasta sebanyak orang atau 41,50%. Sebaliknya, proggram terkecil di PT swasta adalah profesi sebesar 9 orang atau 0,09%. Hal ini berarti minat untuk masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau program S-2 dan profesi ternyata sangat kecil jika dibandingkan dengan program lainnya. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa baru laki-laki terbesar pada program S-2 sebesar 64,60% atau 188 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 35,40% atau 103 orang. Proporsi mahasiswa baru laki-laki terkecil pada program profesi sebesar 22,22% atau 2 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 77,78% atau 7 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan lakilaki. 3. Mahasiswa Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar pada jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa dirinci menurut empat jenis program, yaitu S-0 atau diploma, 109

115 S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 5 menunjukkan jumlah mahasiswa PT provinsi Jambi sebesar orang, bila dirinci menurut empat jenjang program karena tidak ada program S-3, mahasiswa yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 79,22% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 28,13% dan PT swasta sebanyak orang atau 51,09%. Besarnya mahasiswa di PT swasta karena memang lembaga PT swasta lebih besar jika dibandingkan dengan lembaga PT negeri. Jumlah mahasiswa terkecil adalah pada jenjang profesi sebanyak 55 orang atau 0,11% semuanya di PT swasta. Hal ini berarti minat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau S-2 ternyata masih sangat kecil. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa laki-laki terbesar pada jenjang S-2 sebanyak 65,83% atau 840 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 34,17% atau 436 orang. Proporsi mahasiswa laki-laki terkecil pada jenjang profesi sebanyak 20,00% atau 11 orang dan lebih kecil jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 80,00% atau 44 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan bersekolah di jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. Dilihat dari penduduk usia PT maka penduduk usia tahun provinsi Jambi sebesar orang dengan rincian laki-laki sebesar atau 50,26% lebih besar daripada perempuan sebesar orang atau 49,74%. Tabel 5 Jumlah Mahasiswa menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin serta Penduduk Usia tahun menurut Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,22 a. Negeri , , ,64 b. Swasta , , ,59 2 S , , ,22 a. Negeri , , ,13 b. Swasta , , ,09 3 S , , ,45 a. Negeri , , ,75 b. Swasta , , ,70 4 S-3 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 11 20, , ,11 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 11 20, , ,11 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 7 Penduduk th , , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP dan Proyeksi BPS. 110

116 4. Lulusan Lulusan adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya berdasarkan pada hasil ujian dan paper/tesis/disertasi yang disiapkan pada suatu jenjang pendidikan tinggi. Lulusan dapat dirinci menurut empat program, yaitu S-0, S-1, S-2, dan S-3. Lulusan S-0 juga dirinci menurut diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4. Lulusan diploma 1 dengan masa kuliah selama 1 tahun, diploma 2 selama 2 tahun, diploma 3 selama 3 tahun, dan diploma 4 selama 4 tahun. Lulusan S-1 dengan masa kuliah selama 4 tahun sedangkan lulusan S-2 dan S-3 selama 2 tahun. Tabel 6 merupakan jumlah lulusan PT provinsi Jambi sebanyak orang, dari keempat jenjang program tersebut, jumlah lulusan yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 81,36% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang dan PT swasta sebanyak orang. Jumlah lulusan terkecil adalah pada jenjang profesi sebanyak 6 orang atau 0,09% semuanya di PT swasta. Hal ini berarti sejalan dengan jumlah mahasiswa maka lulusan di jenjang S-2 ternyata juga yang paling kecil. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi lulusan laki-laki terbesar pada jenjang S- 2 sebesar 64,14% atau 127 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 35,86% atau 71 orang. Proporsi lulusan laki-laki terkecil pada program profesi sebesar 16,67% atau 1 orang, jika dibandingkan dengan lulusan perempuan sebesar 83,33% atau 5 orang. Hal ini berarti lulusan laki-laki di jenjang yang lebih rendah lebih kecil jika dibandingkan dengan perempuan, sedangkan perempuan di program profesi ternyata yang tertinggi. Tabel 6 Jumlah Lulusan menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,45 a. Negeri 78 50, , ,39 b. Swasta , , ,06 2 S , , ,36 a. Negeri , , ,12 b. Swasta , , ,24 3 S , , ,10 a. Negeri , , ,55 b. Swasta 27 77, , ,55 4 S-3 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 1 16, ,33 6 0,09 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 1 16, ,33 6 0,09 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP 111

117 5. Dosen Dosen adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Dosen dapat dikategorikan sebagai dosen tetap dan tidak tetap. Dosen juga dirinci menurut enam tingkat pendidikan yang pernah diikuti, yaitu < S-1, S-1/D-4, S-2, S-3, spesialis, dan profesi menurut status kepegawaian. Berdasarkan Tabel 7, jumlah dosen PT provinsi Jambi sebanyak orang, dari keenam tingkat pendidikan tersebut, dosen yang terbanyak adalah lulusan S- 2 sebesar orang atau 50,91% dengan rincian di PT negeri sebanyak 530 orang atau 26,77% dan PT swasta sebanyak 478 orang atau 24,14%. Jumlah dosen terkecil adalah lulusan profesi sebanyak 2 orang atau 0,10% dengan rincian di PT negeri sebesar 1 orang atau 0,05% dan PT swasta sebesar 1 orang atau 0,05%. Dengan demikian, sebagian besar dosen sudah memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan kelayakan mengajar, yaitu S-2 dan yang lebih tinggi. Tabel 7 Jumlah Dosen menurut Pendidikan Tertinggi, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 No. Pendidikan Tertinggi Tetap % Tidak Tetap L+P Jumlah % 1 < S , , ,51 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 5 50, , ,51 2 S-1/D , , ,90 a. Negeri 69 93,24 5 6, ,74 b. Swasta , , ,16 3 S , , ,91 a. Negeri ,00 0 0, ,77 b. Swasta , , ,14 4 S ,63 2 1, ,37 a. Negeri ,00 0 0, ,41 b. Swasta 17 89, , ,96 5 Spesialis 21 87, , ,21 a. Negeri 5 100,00 0 0,00 5 0,25 b. Swasta 16 84, , ,96 6 Profesi 1 50, ,00 2 0,10 a. Negeri 1 100,00 0 0,00 1 0,05 b. Swasta 0 0, ,00 1 0,05 7 Jumlah , , ,00 a. Negeri ,32 5 0, ,22 b. Swasta , , ,78 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Dosen layak mengajar adalah tenaga pengajar yang memiliki ijazah tertinggi S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen layak mengajar di program diploma dan S-1 adalah dosen lulusan S-2 dan yang lebih tinggi sedangkan dosen layak mengajar di program pascasarjana adalah dosen lulusan S-3. Oleh karena keterbatasan data yang dimiliki maka dosen layak dimaksud adalah dosen yang memiliki ijazah S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen dirinci menurut layak mengajar dan tidak layak mengajar serta menurut status kepegawaian. % 112

118 Tabel 8 Jumlah Dosen menurut Jenis Kelayakan Mengajar, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 No. Kriteria Tetap % Tidak Tetap % Jumlah % 1 Tidak layak a. Negeri b. Swasta Layak 1, , Negeri Swasta Jumlah 1, , Negeri Swasta , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 8 menunjukan jumlah dosen layak mengajar sebesar orang atau 59,60% lebih besar jika dibandingkan dengan tidak layak mengajar sebesar 800 orang atau 40,40%. Selain itu, dosen layak di PT negeri sebesar 663 orang atau 89,96% lebih besar daripada di PT swasta sebesar 517 orang atau 41,59%. Bila dirinci menurut status kepegawaian maka dosen tetap yang layak mengajar sebesar orang atau 66,12%, sedangkan dosen tidak tetap yang layak mengajar sebesar 83 orang atau 25,86%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dosen tetap yang layak di PT negeri lebih baik jika dibandingkan dengan PT swasta. Demikian juga dosen yang layak dengan status tetap lebih besar daripada yang dengan status tidak tetap. Oleh karena itu, peningkatan kelayakan dosen mengajar di PT swasta sangat diperlukan karena belum mencapai 50% dari dosen yang ada. C. Analisis Indikator Pendidikan Tinggi Indikator pendidikan merupakan salah satu dari sejumlah faktor yang sangat penting dalam upaya mengetahui tercapainya tujuan sistem pendidikan nasional. Indikator pendidikan dapat digunakan sebagai peringatan awal terhadap permasalahan pendidikan yang ada di lapangan. Indikator pendidikan disusun untuk mengetahui kinerja suatu daerah dengan mendasarkan pada data kuantitatif pendidikan. Kinerja pendidikan diukur dengan menggunakan misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri dari 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Penggabungan kelima misi pendidikan tersebut menghasilkan kinerja program pendidikan. Berdasarkan kelima misi pendidikan tersebut, disusun enam jenis komposit indikator, yaitu 1) ketersediaan layanan, 2) keterjangkauan layanan, 3) kualitas layanan, 4) kesetaraan layanan, 5) kepastian layanan, dan 6) kinerja program pendidikan. Analisis misi K-1 digunakan untuk mengukur ketersediaan layanan 113

119 pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-2 digunakan untuk mengukur keterjangkauan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-3 digunakan untuk mengukur kualitas layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-4 digunakan untuk mengukur kesetaraan layanan pendidikan. Analisis misi K-5 digunakan untuk mengukur kepastian memperoleh layanan pendidikan. Kinerja program pendidikan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian program pembangunan yang telah dilakukan pada tahun berjalan. 1. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K-1 Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan tahun , diperlukan indikator pendidikan yang dapat menilai kemajuan pendidikan, termasuk kemajuan program pembangunan PT. Indikator ketersediaan layanan PT digunakan rasio mahasiswa per lembaga. Indikator keterjangkauan layanan PT digunakan daerah terjangkau. Indikator kualitas layanan PT digunakan empat jenis indikator, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, angka produktivitas, dan kelayakan dosen mengajar. Indikator kesetaraan layanan P digunakan tiga jenis indikator, yaitu PG APK, IPG APK, dan persentase mahasiswa swasta. Indikator kepastian layanan pendidikan digunakan dua jenis indikator, yaitu APK dan AM ke PT. Tabel 9 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Rasio Mahasiswa per Lembaga 8, , ,302 a. Negeri 16, $ ,420 b. Swasta 4, , Grafik 4 Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Jambi,Tahun 2012/ ,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, ,420 16,420 8,217 4,115 1,302 1,254 1, Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 114

120 Rasio mahasiswa per lembaga menggambarkan kepadatan mahasiswa pada suatu lembaga baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin besar nilainya berarti semakin padat mahasiswa yang ada pada lembaga tersebut. Berdasarkan Tabel 9 dan Grafik 4, rasio mahasiswa per lembaga sebesar dengan rincian di negeri sebesar orang dan di swasta sebesar 915 orang. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka PT terpadat pada universitas sebesar dan terjarang pada politeknik sebesar 254. Bila dirinci menurut status dan jenis lembaga maka PT negeri pada universitas sebesar , sedangkan PT swasta pada universitas yang terpadat sebesar dan terjarang pada politeknik sebesar 254. Persentase rasio swasta terhadap negeri pada universitas sebesar 25,06% dan rata-rata sebesar 5,57%. 2. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K-2 Untuk melihat keterjangkauan layanan maka digunakan indikator kepadatan lembaga dan kepadatan penduduk usia PT dengan daerah terjangkau lembaga dan mahasiswa. Daerah terjangkau dihitung dari jarak 25 km 2 dengan rincian daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Bila nilainya tinggi maka keterjangkauan makin luas, bila nilainya rendah maka keterjangkauannya makin kecil. Oleh karena itu, makin tinggi nilainya berarti makin baik karena jangkauannya makin luas. Tabel 10 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K-2 Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 Kepadatan Daerah terjangkau Daerah Indikator Lembaga P19-23 Lembaga Mahasiswa terjangkau Daerah terjangkau ,616 5,808 Berdasarkan Tabel 10 maka kepadatan lembaga hanya sebesar 0,0008 lembaga per km 2 sedangkan kepadatan penduduk usia sebesar 5,91 orang per km 2. Daerah terjangkau lembaga dalam radius 25 km 2 sebesar 2 lembaga per km 2 sedangkan daerah terjangkau mahasiswa sebesar mahasiswa per km 2. Dengan demikian, daerah terjangkau sebesar mahasiswa per km Kualitas Layanan Pendidikan: Misi K-3 Analisis indikator peningkatan mutu dan relevansi pendidikan digunakan untuk mengukur mutu pendidikan suatu daerah. Peningkatan mutu bisa dilakukan melalui proses belajar mengajar yang efektif dan ditunjang oleh sumber daya, sarana/prasarana serta biaya yang memadai. Proses belajar yang bermutu akan menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan ilmu 115

121 dan teknologi. Sejalan dengan ketersediaan layanan maka peningkatan mutu untuk semua program pendidikan tinggi juga dilaksanakan. Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan dan kualitas layanan pendidikan maka indikator pendidikan yang digunakan untuk pendidikan tinggi dapat dilihat dari tiga jenis, yaitu mahasiswa, dosen, dan lembaga. Berdasarkan ketiga jenis strategi tersebut maka dijabarkan menjadi empat indikator, yaitu 1) rasio mahasiswa per dosen (R-M/D), 2) rasio dosen per lembaga (R-D/L), 3) angka produktivitas (APro), dan 4) persentase dosen layak (%DL). Indikator 1, 2, dan 4 dilihat dosen, dan indikator 3 dilihat dari mahasiswa. Tabel 11 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Dosen a. Negeri b. Swasta Rasio Dosen per Lembaga a. Negeri b. Swasta Angka Produktivitas a. Negeri b. Swasta Tabel 11 (lanjutan) Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 4 Angka Produktivitas 12,15 12,40 12,27-0,25 1,02 a. S-0 10,77 10,22 10,41 0,55 0,95 b. S-1 12,24 13,03 12,60-0,79 1,06 c. S-2 15,12 16,28 15,52-1,17 1,08 d. S-3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 e. Negeri 17,93 17,94 17,94-0,01 1,00 f. Swasta 9,66 9,67 9,67-0,01 1,00 5 Kelayakan Mengajar Dosen Tetap L+P Tidak Tetap L+P Rata-rata Rata-rata , ,86 59,60 a. Negeri ,57 0 0,00 89,96 b. Swasta , ,27 41,59 Grafik 5 Rasio Mahasiswa per Dosen menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Jambi, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 116

122 Rasio mahasiswa per dosen menggambarkan layanan dosen terhadap mahasiswa baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Rasio ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas belajar mengajar. Semakin tinggi nilainya berarti semakin banyak mahasiswa yang dilayani oleh dosen atau dosen makin kurang. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 5 dapat diketahui efektivitas belajar mengajar di PT provinsi Jambi di mana rata-rata seorang dosen melayani 26 mahasiswa, setelah dirinci menurut status lembaga ternyata dosen negeri melayani 22 mahasiswa lebih baik daripada dosen swasta sebesar 29 mahasiswa. Pada universitas negeri seorang dosen melayani 22 mahasiswa, sedangkan universitas swasta melayani 27 mahasiswa. Hal ini berarti universitas swasta lebih kekurangan dosen daripada universitas negeri. Untuk politeknik dosen melayani mahasiswa terkecil di PT swasta sebesar 10 mahasiswa. Makin besar nilainya berarti makin kurang dosennya. Rasio dosen per lembaga menggambarkan ketersediaan dosen pada setiap lembaga dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin banyak jumlah dosen di setiap lembaga maka diharapkan proses belajar mengajar akan makin meningkat dan pada akhirnya peningkatan mutu pendidikan bisa tercapai. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 6 rasio dosen per lembaga PT provinsi Jambi sebesar 50 dengan rincian PT negeri sebesar 737 atau 23,12 kali lebih besar jika dibandingkan dengan PT swasta sebesar 32. Bila dilihat per jenis lembaga maka universitas yang tertinggi sebesar 348 dan terkecil pada akademi sebesar 15. Bila dilihat menurut status dan jenis lembaga maka untuk PT negeri universitas sebesar 737, sedangkan untuk PT swasta universitas yang terbesar sebesar 154 dan akademi yang terkecil sebesar 15. Besarnya rasio ini menunjukkan banyaknya dosen di suatu lembaga. Grafik 6 Rasio Dosen per Lembaga menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Jambi, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Berdasarkan data yang terjaring dari kuesioner pendataan PT, bisa diketahui bagaimana kondisi mutu PT. Indikator mutu mahasiswa ditunjukkan dari angka produktivitas mahasiswa yang telah lulus setelah menempuhkan mata kuliah sesuai 117

123 dengan kredit semester yang harus ditempuh. Angka produktivitas bervariasi untuk setiap program, misalnya untuk S-0 sekitar 30% karena tiga tahun sedangkan S-1 sekitar 25% karena selama 4 tahun. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 7, angka produktivitas PT sebesar 12,27% sangat kecil dengan rincian pada PT negeri sebesar 17,94% lebih besar daripada PT swasta sebesar 9,67%. Bila dilihat menurut jenis lembaga maka universitas yang terbesar sebesar 15,21 dan terkecil pada politeknik sebesar 9,06. Angka produktivitas PT negeri lebih besar 1,85% jika dibandingkan dengan PT swasta walaupun PT negeri pun sebetulnya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan standar yang ada. Bila dibandingkan antara laki-laki dan perempuan pada Tabel 11 lanjutan maka angka produktivitas laki-laki sebesar 12,15% sedikit lebih kecil daripada perempuan sebesar 12,40%. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan gender sebesar -0.25% dengan indeks paritas gender 1,02 yang berarti mendekati setara. Angka produktivitas antara S-0, S-1, dan S-2 cukup bervariasi, yang tertinggi pada program S-2 sebesar 15,52% dan yang terendah pada S-0 sebesar 10,41%. Perbedaan gender terbaik pada program S-0 sebesar 0,55% dengan indeks paritas gender sebesar 0,95 berarti belum setara, sedangkan terkecil program S-2 dengan perbedaan gender sebesar -1,17% dan indeks paritas gender sebesar 1,08 berarti belum setara. Grafik 7 Angka Produktivitas menurut Status Lembaga dan Jenis Program Perguruan Tinggi, Provinsi Jambi, Tahun 2012/ ,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 17,94 17,93 17,94 16,28 15,12 15,52 12,40 12,60 12,15 12,27 12,24 13,03 9,67 10,7710,22 10,41 9,66 9,67 0,00 0,00 0,00 Rata2 Negeri Swasta S-0 S-1 S-2 S-3 Laki2 Perempuan Rata2 Indikator mutu lainnya adalah persentase dosen PT layak mengajar. Ketentuan dosen PT yang layak mengajar adalah lulusan S-2 ke atas dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi maupun di politeknik. Persentase dosen layak mengajar idealnya 100% berarti tidak ada dosen yang berijazah kurang dari S-1. Berdasarkan Tabel 11 lanjutan dan Grafik 8, persentase dosen layak mengajar PT sebesar 59,60%, bila dibandingkan antara PT negeri dan PT swasta maka persentase dosen layak mengajar PT negeri sebesar 89,96% lebih baik daripada PT swasta sebesar 41,59%. Dosen tetap layak mengajar sebesar 66,12% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 25,86%. Dosen 118

124 tetap layak di PT negeri sebesar 90,57%, sedangkan dosen tetap di PT swasta sebesar 46,82% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap PT swasta sebesar 26,27%. Grafik 8 Persentase Dosen Layak menurut Status Kepegawaian dan Status Lembaga Perguruan Tinggi, Provinsi Jambi, Tahun 2012/ Tetap TT Tetap+TT Rata2 Negeri Swasta 4. Kesetaraan Layanan Pendidikan: Misi K-4 Pembangunan pendidikan yang dilaksanakan selama ini telah menunjukkan kemajuan tetapi masih terjadi kesenjangan dalam hal kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan. Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti perbedaan gender (PG) APK dan indeks paritas gender (IPG) APK serta dari segi status sekolah seperti persentase mahasiswa swasta (%MhsSwt). Tidak ada perbedaan gender bila nilainya 0 dan telah setara bila nilainya 1. %MhsSwt makin besar berarti makin besar partisipasi swasta dalam program pendidikan tinggi. Ditinjau dari sisi pendidikan, kesenjangan tersebut terasa karena masih tingginya perbedaaan gender APK perempuan jika dibandingkan dengan APK laki-laki. Oleh karena itu, untuk mencapai kesetaraan gender yang dihitung dari indeks paritas gender di segala bidang perlu dilakukan pengelolaan data berwawasan gender secara sistematis, teratur, dan berkesinambungan. Berdasarkan Tabel 12 dan Grafik 9 maka PG APK sebesar 0,40% yang berarti masih terjadi perbedaan sebesar 0,40% dengan perempuan lebih kecil daripada laki-laki. Dengan demikian IPG APK sebesar 0,98 yang berarti mendekati setara dan laki-laki lebih diuntungkan dari perempuan. 119

125 Tabel 12 Indikator Kesetaraan Layanan Pendidikan Misi K-4 Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 1 APK (%) Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 2 % Mahasiswa Swasta Grafik 9 PG APK dan IPG APK Perguruan Tinggi Provinsi Jambi, Tahun 2012/ PG APK IPG APK Berdasarkan Tabel 12 maka %MhsSwt PT sebesar 68,48% yang berarti sebanyak 68,48% mahasiswa bersekolah di PT swasta. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka ST, akademi, dan politeknik semuanya swasta atau 100,00% dan terkecil universitas sebesar 33,39%. Hal ini berarti dominasi PT swasta hanya pada ST, akademi, dan politeknik sedangkan jenis lembaga lainnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PT negeri banyak berperan pada universitas sebesar 66,61%. 5. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K-5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan dua ukuran, yaitu seberapa banyak mahasiswa dapat dilayani pada pendidikan tinggi melalui APK dan sejauh mana akses masuk ke perguruan tinggi melalui angka melanjutkan. Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 10 maka APK PT sebesar 17,60% yang berarti sebanyak 17,60% penduduk usia PT bersekolah di PT dengan rincian di PT negeri sebesar 5,55% dan PT swasta sebesar 12,05%. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka partisipasi terbesar pada universitas sebesar 8,33% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,09%. Partisipasi PT negeri hanya pada unversitas sebesar 5,55%, sedangkan partisipasi PT swasta terbesar pada ST sebesar 7,20% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,09%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam peningkatan partisipasi bersekolah di PT. 120

126 Tabel 13 Indikator Kepastian Layanan Pendidikan Misi K-5 Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 APK a. Negeri b. Swasta AM ke PT a. Negeri b. Swasta Indikator kepastian layanan juga dapat dilihat dari AM PT yang terdapat pada Tabel 13 dan Grafik 10. AM PT sebesar 32,91% dengan rincian terbesar pada universitas sebesar 18,88% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,12%. Bila dirinci menurut status lembaga maka AM PT negeri sebesar 14,60% lebih kecil daripada PT swasta sebesar 18,31%. AM PT negeri pada unversitas sebesar 14,60%, sedangkan AM PT swasta terbesar pada ST sebesar 10,75% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,12%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang paling besar dalam peningkatan akses ke PT. Grafik 10 APK dan AM PT menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Jambi, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 APK AM PT 6. Kinerja Pendidikan Tinggi: Gabungan Misi K-1 sampai K-5 Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pendidikan tinggi. Misi K-1 dan K-2 menggunakan satu jenis indikator, misi K-3 menggunakan 4 jenis indikator, misi K-4 menggunakan 3 jenis indikator, dan misi K-5 menggunakan 2 jenis indikator sehingga untuk melihat kinerja pendidikan tinggi menggunakan 11 jenis indikator. Ke-11 indikator tersebut memiliki kontribusi yang sama. Agar dapat ditentukan nilai kinerja maka semua indikator yang memiliki satuan yang berbeda dijadikan satuan yang sama menggunakan standar. Standar yang digunakan dalam analisis ini hanya digunakan asumsi karena belum ada ketentuan khusus kecuali untuk empat indikator, yaitu %DL, 121

127 PG APK, IPG APK, dan AM PT menggunakan standar ideal. Dengan menggunakan standar tersebut maka nila 100 adalah maksimal dan nilai 0 adalah yang minimal. Berdasarkan Tabel 14 dan Grafik 11, ketersediaan layanan sebesar 65,12 termasuk kinerja kurang, keterjangkauan layanan sebesar 68,33 termasuk kinerja kurang, kualitas layanan sebesar 63,30 termasuk kinerja kurang, kesetaraan layanan sebesar 96,22 termasuk kinerja paripurna, dan kepastian layanan sebesar 45,79 termasuk kinerja kurang. Berdasarkan misi pendidikan 5K maka kinerja pendidikan tinggi sebesar 67,75 termasuk kinerja kurang. Idealnya adalah 100, sehingga kinerja pendidikan tinggi telah mencapai lebih dari 67% atau dua per tiga. Tabel 14 Kinerja Pendidikan Tinggi Berdasarkan Misi Pendidikan 5K Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 No. Misi Indikator Satuan Nilai Standar Konversi Jenis Kinerja 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L lembaga ,12 KURANG 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT orang ,33 KURANG 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D dosen ,01 R-D/L dosen ,50 Aproduk % 12, ,09 %DL % 59, ,60 Kualitas Layanan 63,30 KURANG 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK % 0, ,60 IPG APK Indeks 0, ,74 %MhsSwt % 68, ,31 Kesetaraan Layanan 96,22 PARIPURNA 5 Misi K-5 Kepastian APK % 17, ,67 AM PT % 32, ,91 Kepastian Layanan 45,79 KURANG Kinerja PT 67,75 KURANG Grafik 11 Kinerja PT menurut Misi Pendidikan 5K Provinsi Jambi, Tahun 2012/2013 Misi K-1 100,00 80,00 60,00 Misi K-5 40,00 20,00 - Misi K-2 Misi K-4 Misi K-3 Dengan melihat Grafik 11 dapat diketahui bahwa misi K-4 yang terbaik sebesar 96,22 sedangkan misi K-3 yang terburuk karena hanya mencapai 63,30 sedangkan kinerja PT sebesar 67,75. Dengan demikian, untuk PT masih perlu ditingkatkan kualitas layanan (misi K-3) dan kepastian layanan (misi K-5) karena lebih kecil daripada kinerja sebesar 67,75. Selain itu, kesetaraan layanan (misi K-4) agar dipertahankan karena mencapai lebih dari

128 D. Penutup 1. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K-4 jenjang yang terbaik dengan nilai sebesar 96,22 berarti termasuk kategori paripurna. Sebaliknya, misi K-5 yang terburuk dengan nilai sebesar 45,79 termasuk kinerja kategori kurang. Demikian juga misi K-3 sebesar 63,30, misi K-1 sebesar 65,12, dan misi K-2 sebesar 68,13 termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kinerja PT provinsi Jambi sebesar 67,75 termasuk kinerja kategori kurang. 2. Saran Kinerja PT provinsi Jambi sebesar 67,75 termasuk kategori kurang. Hal ini disebabkan karena misi K-5 (45,79), K-3 (63,30), K-1 (65,12), dan K-2 (68,33) termasuk kategori kurang. Oleh karena itu, keempat misi tersebut perlu ditingkatkan. Dalam rangka meningkatkan kepastian memperoleh layanan pendidikan atau misi K-5 maka diperlukan peningkatan pada indikator angka melanjutkan ke PT karena nilainya hanya 33 melalui cara meningkatkan animo lulusan SM untuk melanjutkan ke PT dengan memberikan beasiswa bagi yang tak mampu atau meningkatkan daya tampung PT. Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan atau misi K-3 maka diperlukan peningkatan angka produktivitas karena nilainya kurang dari 50 melalui cara meningkatkan mahasiswa yang lulus. Dalam rangka meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan atau misi K-1 maka perlu ditingkatkan daya tampung PT dengan menambah jam kuliah. Dalam rangka meningkatkan keterjangkauan layanan atau misi K-2 maka diperlukan peningkatan jumlah PT yang ada. 123

129 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2012/2013 PROVINSI SUMATERA SELATAN A. Pendahuluan Profil Pendidikan Tinggi (Profil PT) disusun berdasarkan pada Statistik Perguruan Tinggi, Tahun 2012/2013 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Sesuai dengan Statistik Perguruan Tinggi maka Profil PT juga menyajikan data pada tahun akademik 2012/2013. Profil PT mengacu pada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan dan kebudayaan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Visi Kemdikbud 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan dan kebudayaan nasional untuk membentuk insan Indonesia yang cerdas dan berkarakter kuat. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (Renstra) Kemdikbud dalam rangka Pembangunan Pendidikan yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri atas 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan dan kebudayaan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan dan kebudayaan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan dan kebudayaan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan dan kebudayaan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Profil PT terdiri atas data dan indikator pendidikan. Data pendidikan dirinci menjadi lima variabel, yaitu 1) lembaga pendidikan, 2) mahasiswa baru, 3) mahasiswa, 4) lulusan, dan 5) dosen. Kelima variabel data tersebut dirinci menurut jenis lembaga dan status lembaga. Pendidikan tinggi terdiri dari lima jenis lembaga PT, yaitu 1) universitas, 2) institut, 3) sekolah tinggi (ST), 4) akademi, dan 5) politeknik. Pendidikan tinggi dirinci menurut status lembaga, yaitu negeri dan swasta. Indikator pendidikan dirinci berdasarkan misi pendidikan 5K. Untuk misi K-1 adalah rasio mahasiswa per lembaga yang dirinci menurut jenis dan status lembaga PT. Untuk misi K-2 adalah daerah terjangkau yang dihitung dari daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Daerah yang 124

130 bisa dijangkau oleh mahasiswa dalam jarak 25 km 2. Oleh karena itu, daerah terjangkau lembaga adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan lembaga sedangkan daerah terjangkau mahasiswa adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan penduduk tahun. Untuk misi K-3 terdiri dari empat jenis, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, dan angka produktivitas menurut status jenis dan status, sedangkan kelayakan mengajar dosen menurut status lembaga. Untuk misi K-4 terdiri dari tiga jenis, yaitu perbedaan gender APK, indeks paritas gender APK, dan persentase mahasiswa swasta menurut jenis lembaga. Untuk misi K-5 terdiri dari dua jenis, yaitu APK dan AM ke PT menurut jenis lembaga. Dengan demikian, jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pendidikan tinggi sebanyak 11 jenis indikator pendidikan. Oleh karena 11 indikator tersebut memiliki satuan yang berbeda maka diperlukan standar untuk menyatukan nilainya seperti disajikan pada Tabel 1. Hanya ada empat indikator yang menggunakan ideal, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT. Berdasarkan perhitungan kinerja maka nilai kinerja menurut jenis disajikan pada Tabel 2. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi No. Misi Indikator Standar Penjelasan 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L Asumsi 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT Asumsi 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D 25 Asumsi R-D/L 100 Asumsi Aproduk 25 Asumsi %DL 100 Ideal 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK 0 Ideal IPG APK 1 Ideal %MhsSwt 75 Asumsi 5 Misi K-5 Kepastian APK 30 Asumsi AM PT 100 Ideal Tabel 2 Jenis Kinerja No. Jenis Kinerja 1 Paripurna 2 Utama 3 Madya 4 Pratama 5 Kurang Nilai ke atas kurang dari B. Data Pendidikan Gambaran umum pendidikan tinggi disajikan pada Tabel 3 yang dirinci menurut variabel pendidikan, status lembaga, dan jenis lembaga. 125

131 Tabel 3 Gambaran Umum Pendidikan Tinggi Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/2013 No. Variabel Universitas % Institut % ST % Akademi % Politeknik % Jumlah 1 Lembaga 14 12,50 0 0, , ,25 8 7, a. Negeri 1 50,00 0 0,00 0 0,00 0 0, ,00 2 b. Swasta 13 11,82 0 0, , ,82 7 6, Mahasiswa Baru ,10 0 0, , , , a. Negeri ,79 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta ,87 0 0, , , , Mahasiswa ,51 0 0, , , , a. Negeri ,52 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta ,94 0 0, , , , Lulusan ,66 0 0, , , , a. Negeri ,79 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta ,88 0 0, , , , Dosen ,55 0 0, , , , a. Negeri ,38 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta ,35 0 0, , , , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2012/2013 jumlah lembaga PT provinsi Sumatera Selatan adalah 112 PT dengan rincian 14 universitas (12,50%), 55 sekolah tinggi (49,11%), 35 akademi (31,25%), dan 8 politeknik (7,14%). Dengan demikian, jenis lembaga terbesar adalah sekolah tinggi dan terkecil adalah politeknik. Untuk status lembaga negeri hanya memiliki 1 universitas dan 1 politeknik sehingga jumlah lembaga negeri sebesar 2 lembaga sedangkan untuk lembaga swasta terdapat 13 universitas, 55 sekolah tinggi, 35 akademi, dan 7 politeknik sehingga jumlahnya 110 lembaga. Dengan demikian, jenis status lembaga negeri terbesar adalah universitas dan terkecil adalah sekolah tinggi sedangkan status lembaga swasta terbesar adalah sekolah tinggi dan terkecil adalah institut. Grafik 1 Jumlah Lembaga Menurut Jenis dan Status Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Jumlah Negeri Swasta Jumlah 126

132 Jumlah mahasiswa baru PT provinsi Sumatera Selatan sebesar orang, berada di Nnegeri sebesar orang lebih kecil daripada di swasta sebesar orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa baru universitas yang terbesar sebesar orang atau 60,10% dan terkecil pada politeknik sebesar orang atau 4,81%. Bila dilihat menurut status lembaga maka mahasiswa baru PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 87,79% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 48,87%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 793 orang atau 12,21% dan PT swasta adalah politeknik sebesar 289 orang atau 1,81%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa baru PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Dapat dikatakan bahwa universitas masih menjadi idola banyak orang ketika melanjutkan ke PT. Grafik 2 Jumlah Mahasiswa Baru dan Mahasiswa PT Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/ Negeri Swasta Jumlah Mahasiswa Baru Mahasiswa Jumlah mahasiswa PT provinsi Sumatera Selatan sebanyak orang berada di PT negeri sebanyak orang dan di PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa terbesar di universitas sebanyak orang atau 53,51% dan terkecil di politeknik sebanyak orang atau 3,66%. Bila dilihat menurut status lembaga, mahasiswa PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 84,52% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 46,94%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar orang atau 15,48% dan PT swasta adalah politeknik sebesar orang atau 1,16%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. 127

133 Grafik 3 Jumlah Lulusan dan Dosen PT Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/ Negeri Swasta Jumlah Lulusan Dosen Jumlah lulusan PT provinsi Sumatera Selatan sebanyak orang dengan lulusan dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga maka lulusan terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 60,66% dan terkecil pada politeknik sebesar 733 orang atau 4,96%. Bila dilihat menurut status lembaga, lulusan PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 87,79% dan PT swasta juga pada universitas sebesar 5,040 orang atau 48,88%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 547 orang atau 12,21% dan PT swasta adalah politeknik sebesar 186 orang atau 1,80%. Dengan demikian, dominasi lulusan PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Jumlah dosen PT provinsi Sumatera Selatan sebanyak orang dengan dosen dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga, jumlah dosen terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 54,55% dan terkecil pada akademi sebesar 467 orang atau 8,01%. Bila dilihat menurut status lembaga, dosen PT negeri terbesar pada universitas sebesar orang atau 75,38% dan PT swasta juga pada universitas sebesar atau 47,35%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri pada politeknik sebesar 369 orang atau 24,62% dan PT swasta adalah politeknik sebesar 154 orang atau 3,55%. Dengan demikian, dominasi dosen PT negeri juga pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Secara rinci, pembangunan pendidikan di setiap jenis dan status lembaga PT tidak sama. Oleh karena itu, dilakukan penjabaran pada setiap jenis variabel pendidikan, seperti lembaga, mahasiswa baru, mahasiswa, lulusan, dan dosen. 1. Lembaga Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lembaga adalah sekolah atau tempat belajar pada tingkat pendidikan tinggi. 128

134 Jumlah PT Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 112 lembaga dengan rincian menurut status lembaga adalah PT negeri sebanyak 2 lembaga dan PT swasta sebanyak 110 lembaga. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka terdapat 14 universitas atau 12,50%, 55 ST atau 49,11%, 35 akademi atau 31,25%, dan 8 politeknik atau 7,14%. Bila dirinci menurut status lembaga maka pada PT negeri terdiri dari 1 universitas, dan 1 politeknik sedangkan PT swasta terdiri dari 13 universitas, 55 ST, 35 akademi, dan 8 politeknik. 2. Mahasiswa Baru Mahasiswa baru adalah pendaftar pada pendidikan tinggi yang telah lulus dalam seleksi ujian masuk ke perguruan tinggi. Mahasiswa baru dirinci menurut tiga jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa baru juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Baru menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin, Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,93 a. Negeri , , ,12 b. Swasta , , ,82 2 S , , ,65 a. Negeri , , ,87 b. Swasta , , ,78 3 S , , ,60 a. Negeri , , ,28 b. Swasta , , ,31 4 S , , ,19 a. Negeri 25 59, , ,19 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 41 28, , ,64 a. Negeri 23 25, , ,40 b. Swasta 18 34, , ,23 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 4 merupakan jumlah mahasiswa baru PT provinsi Sumatera Selatan sebanyak orang, bila dirinci menurut lima jenjang program tersebut yang terbanyak diterima menjadi mahasiswa baru pada program S-1 sebesar orang atau 77,65% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 19,87% dan PT swasta sebanyak orang atau 57,78%. Sebaliknya, yang masuk program S-3 yang terkecil sebesar 42 orang atau 0,19% dengan rincian di PT negeri sebesar 42 orang atau 0,19% dan PT swasta sebesar 0 orang atau 0%. Hal ini berarti minat untuk masuk ke program S-3 ternyata masih sangat kecil jika dibandingkan dengan program lainnya. 129

135 Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa baru laki-laki terbesar pada program S-3 sebesar 59,52% atau 25 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 40,48% atau 17 orang. Proporsi mahasiswa baru laki-laki terkecil pada program profesi sebesar 28,67% atau 41 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 71,33% atau 102 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan lakilaki. 3. Mahasiswa Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar pada jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa dirinci menurut empat jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 5 menunjukkan jumlah mahasiswa PT provinsi Sumatera Selatan sebesar orang, bila dirinci menurut lima jenjang program, mahasiswa yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 79,06% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 12,03% dan PT swasta sebanyak orang atau 67,03%. Besarnya mahasiswa di PT swasta karena memang lembaga PT swasta lebih besar jika dibandingkan dengan lembaga PT negeri. Jumlah mahasiswa terkecil adalah pada jenjang S-3 sebanyak 184 orang atau 0,11% dengan rincian di PT negeri sebesar 184 orang atau 0,11%. Hal ini berarti minat melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi atau S-3 ternyata masih sangat kecil. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa laki-laki terbesar pada jenjang S-3 sebanyak 59,24% atau 109 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 40,76% atau 75 orang. Jumlah mahasiswa laki-laki terkecil pada jenjang profesi sebanyak 29,88% atau 247 orang dan lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 70,02% atau 577 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan bersekolah di jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. Dilihat dari penduduk usia PT maka penduduk usia tahun provinsi Sumatera Selatan sebesar orang dengan rincian laki-laki sebesar atau 50,87% lebih besar daripada perempuan sebesar orang atau 49,13%. 130

136 Tabel 5 Jumlah Mahasiswa menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin serta Penduduk Usia tahun menurut Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/ Lulusan No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,25 a. Negeri , , ,70 b. Swasta , , ,55 2 S , , ,06 a. Negeri , , ,03 b. Swasta , , ,03 3 S , , ,07 a. Negeri , , ,38 b. Swasta , , ,68 4 S , , ,11 a. Negeri , , ,11 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi , , ,51 a. Negeri , , ,24 b. Swasta , , ,27 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 7 Penduduk th , , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Lulusan adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya berdasarkan pada hasil ujian dan paper/tesis/disertasi yang disiapkan pada suatu jenjang pendidikan tinggi. Lulusan dapat dirinci menurut empat program, yaitu S-0, S-1, S-2, dan S-3. Lulusan S-0 juga dirinci menurut diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4. Lulusan diploma 1 dengan masa kuliah selama 1 tahun, diploma 2 selama 2 tahun, diploma 3 selama 3 tahun, dan diploma 4 selama 4 tahun. Lulusan S-1 dengan masa kuliah selama 4 tahun sedangkan lulusan S-2 dan S-3 selama 2 tahun. Tabel 6 merupakan jumlah lulusan PT provinsi Sumatera Selatan sebanyak orang, dari kelima jenjang program tersebut, jumlah lulusan yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 77,47% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang dan PT swasta sebanyak orang. Jumlah lulusan terkecil adalah pada jenjang S-3 pada PT sebanyak 29 orang atau 0,20% dengan rincian seluruhnya adalah lulusan PT negeri sebesar 29 orang. Hal ini berarti sejalan dengan jumlah mahasiswa maka lulusan di jenjang yang paling tinggi ternyata masih sangat kecil. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi lulusan laki-laki terbesar pada jenjang S-3 sebesar 58,62% atau 17 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 41,38% atau 12 orang. Jumlah lulusan laki-laki terkecil pada program S-0 dan profesi sebesar 38,56% dan 28,42% atau 971 dan 27 orang, jika dibandingkan dengan lulusan perempuan sebesar 61,44% dan 71,58% atau dan 68 orang. Hal ini berarti seperti halnya mahasiswa maka lulusan perempuan di 131

137 jenjang yang paling tinggi ternyata juga lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. Tabel 6 Jumlah Lulusan menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/ Dosen No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,02 a. Negeri , , ,42 b. Swasta , , ,61 2 S , , ,47 a. Negeri , , ,86 b. Swasta , , ,62 3 S , , ,66 a. Negeri , , ,40 b. Swasta , , ,26 4 S , , ,20 a. Negeri 17 58, , ,20 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 27 28, , ,64 a. Negeri 16 25, , ,42 b. Swasta 11 33, , ,22 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Dosen adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Dosen dapat dikategorikan sebagai dosen tetap dan tidak tetap. Dosen juga dirinci menurut enam tingkat pendidikan yang pernah diikuti, yaitu < S-1, S-1/D-4, S-2, S-3, spesialis, dan profesi menurut status kepegawaian. Berdasarkan Tabel 7, jumlah dosen PT provinsi Sumatera Selatan sebanyak orang, dari keenam tingkat pendidikan tersebut, dosen yang terbanyak adalah lulusan S-2 sebesar orang atau 51,53% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 36,16% dan PT swasta sebanyak orang atau 63,84%. Jumlah dosen terkecil adalah lulusan <S-1 sebanyak 29 orang atau 100% dengan rincian seluruhnya di PT swasta. Dengan demikian, sebagian besar dosen sudah memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan kelayakan mengajar, yaitu S-2 dan yang lebih tinggi. 132

138 Tabel 7 Jumlah Dosen menurut Pendidikan Tertinggi, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/2013 No. Pendidikan Tertinggi Tetap L+P 1 < S , , ,50 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 16 55, , ,50 2 S-1/D , , ,72 a. Negeri ,95 3 2, ,50 b. Swasta , , ,21 3 S , , ,53 a. Negeri ,54 5 0, ,64 b. Swasta , , ,90 4 S , , ,02 a. Negeri ,00 0 0, ,45 b. Swasta 79 85, , ,58 5 Spesialis 55 58, , ,61 a. Negeri 34 91,89 3 8, ,63 b. Swasta 21 36, , ,98 6 Profesi 33 91,67 3 8, ,62 a. Negeri ,00 0 0, ,48 b. Swasta 5 62, ,50 8 0,14 7 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,70 b. Swasta , , ,30 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Dosen layak mengajar adalah tenaga pengajar yang memiliki ijazah tertinggi S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen layak mengajar di program diploma dan S-1 adalah dosen lulusan S-2 dan yang lebih tinggi sedangkan dosen layak mengajar di program pascasarjana adalah dosen lulusan S-3. Oleh karena keterbatasan data yang dimiliki maka dosen layak dimaksud adalah dosen yang memiliki ijazah S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen dirinci menurut layak mengajar dan tidak layak mengajar serta menurut status kepegawaian. Tabel 8 Jumlah Dosen menurut Jenis Kelayakan Mengajar, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/2013 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP % Tidak Tetap L+P % Jumlah % No. Kriteria Tetap Tidak Tetap % L+P L+P % Jumlah % 1 Tidak layak , , ,21 a. Negeri 143 9, , ,74 b. Swasta , , ,10 2 Layak , , ,79 Negeri , , ,26 Swasta , , ,90 3 Jumlah , , ,00 Negeri , , ,70 Swasta , , ,30 133

139 Tabel 8 menunjukan jumlah dosen layak mengajar sebesar orang atau 58,79% lebih besar jika dibandingkan dengan tidak layak mengajar sebesar orang atau 41,21%. Selain itu, dosen layak di PT negeri sebesar orang atau 90,26% lebih besar daripada di PT swasta sebesar orang atau 47,90%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dosen layak di PT negeri lebih baik jika dibandingkan dengan PT swasta, terutama untuk dosen tetap. Oleh karena itu, peningkatan kelayakan dosen mengajar di PT swasta sangat diperlukan. C. Analisis Indikator Pendidikan Tinggi Indikator pendidikan merupakan salah satu dari sejumlah faktor yang sangat penting dalam upaya mengetahui tercapainya tujuan sistem pendidikan nasional. Indikator pendidikan dapat digunakan sebagai peringatan awal terhadap permasalahan pendidikan yang ada di lapangan. Indikator pendidikan disusun untuk mengetahui kinerja suatu daerah dengan mendasarkan pada data kuantitatif pendidikan. Kinerja pendidikan diukur dengan menggunakan misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri dari 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Penggabungan kelima misi pendidikan tersebut menghasilkan kinerja program pendidikan. Berdasarkan kelima misi pendidikan tersebut, disusun enam jenis komposit indikator, yaitu 1) ketersediaan layanan, 2) keterjangkauan layanan, 3) kualitas layanan, 4) kesetaraan layanan, 5) kepastian layanan, dan 6) kinerja program pendidikan. Analisis misi K-1 digunakan untuk mengukur ketersediaan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-2 digunakan untuk mengukur keterjangkauan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-3 digunakan untuk mengukur kualitas layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-4 digunakan untuk mengukur kesetaraan layanan pendidikan. Analisis misi K-5 digunakan untuk mengukur kepastian memperoleh layanan pendidikan. Kinerja program pendidikan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian program pembangunan yang telah dilakukan pada tahun berjalan. 1. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K-1 Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan tahun , diperlukan indikator pendidikan yang dapat menilai kemajuan pendidikan, termasuk kemajuan program pembangunan PT. Indikator ketersediaan layanan PT digunakan rasio mahasiswa per lembaga. Indikator keterjangkauan layanan PT digunakan daerah terjangkau. Indikator kualitas layanan PT digunakan empat jenis indikator, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, angka produktivitas, dan kelayakan dosen mengajar. Indikator kesetaraan layanan 134

140 digunakan tiga jenis indikator, yaitu PG APK, IPG APK, dan persentase mahasiswa swasta. Indikator kepastian layanan pendidikan digunakan dua jenis indikator, yaitu APK dan AM ke PT. Tabel 9 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Lembaga a. Negeri b. Swasta Grafik 4 Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Sumatera Selatan,Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Rasio mahasiswa per lembaga menggambarkan kepadatan mahasiswa pada suatu lembaga baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin besar nilainya berarti semakin padat mahasiswa yang ada pada lembaga tersebut. Berdasarkan Tabel 9 dan Grafik 4, rasio mahasiswa per lembaga sebesar dengan rincian di negeri sebesar orang dan di swasta sebesar orang. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka PT terpadat pada universitas sebesar dan terjarang pada akademi sebesar 312. Bila dirinci menurut status dan jenis lembaga maka PT negeri pada universitas yang terpadat sebesar dan terjarang pada politeknik sebesar sedangkan PT swasta pada universitas yang terpadat sebesar dan terjarang pada politeknik sebesar 221. Persentase rasio swasta terhadap negeri terbesar pada universitas sebesar 20,18% dan terkecil pada politeknik sebesar 5,06% dan ratarata sebesar 8,59%. 135

141 2. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K-2 Untuk melihat keterjangkauan layanan maka digunakan indikator kepadatan lembaga dan kepadatan penduduk usia PT dengan daerah terjangkau lembaga dan mahasiswa. Daerah terjangkau dihitung dari jarak 25 km 2 dengan rincian daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Bila nilainya tinggi maka keterjangkauan makin luas, bila nilainya rendah maka keterjangkauannya makin kecil. Oleh karena itu, makin tinggi nilainya berarti makin baik karena jangkauannya makin luas. Tabel 10 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K-2 Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/2013 Kepadatan Daerah terjangkau Daerah No. Indikator Lembaga P19-23 Lembaga Mahasiswa terjangkau 1 Daerah terjangkau 0,0012 8,25 2, Berdasarkan Tabel 10 maka kepadatan lembaga hanya sebesar 0,0012 lembaga per km 2 sedangkan kepadatan penduduk usia sebesar 8,25 orang per km 2. Daerah terjangkau lembaga dalam radius 25 km 2 sebesar 2,00 lembaga per km 2 sedangkan daerah terjangkau mahasiswa sebesar mahasiswa per km 2. Dengan demikian, daerah terjangkau sebesar mahasiswa per km Kualitas Layanan Pendidikan: Misi K-3 Analisis indikator peningkatan mutu dan relevansi pendidikan digunakan untuk mengukur mutu pendidikan suatu daerah. Peningkatan mutu bisa dilakukan melalui proses belajar mengajar yang efektif dan ditunjang oleh sumber daya, sarana/prasarana serta biaya yang memadai. Proses belajar yang bermutu akan menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Sejalan dengan ketersediaan layanan maka peningkatan mutu untuk semua program pendidikan tinggi juga dilaksanakan. Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan dan kualitas layanan pendidikan maka indikator pendidikan yang digunakan untuk pendidikan tinggi dapat dilihat dari tiga jenis, yaitu mahasiswa, dosen, dan lembaga. Berdasarkan ketiga jenis strategi tersebut maka dijabarkan menjadi empat indikator, yaitu 1) rasio mahasiswa per dosen (R-M/D), 2) rasio dosen per lembaga (R-D/L), 3) angka produktivitas (APro), dan 4) persentase dosen layak (%DL). Indikator 1, 2, dan 4 dilihat dosen, dan indikator 3 dilihat dari mahasiswa. 136

142 Tabel 11 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Dosen a. Negeri b. Swasta Rasio Dosen per Lembaga a. Negeri b. Swasta Angka Produktivitas 10,38 0 7,49 6,59 12,39 9,15 a. Negeri 16,48 0 0,00 0,00 12,51 15,87 b. Swasta 8,05 0 7,49 6,59 12,02 7,73 Tabel 11 (lanjutan) Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 4 Angka Produktivitas 9,13 9,17 9,15-0,04 1,00 a. S-0 10,33 9,17 9,59 1,15 0,89 b. S-1 8,90 9,05 8,97-0,15 1,02 c. S-2 10,08 10,97 10,50-0,90 1,09 d. S-3 15,60 16,00 15,76-0,40 1,03 e. Negeri 15,87 15,86 15,87 0,01 1,00 f. Swasta 7,73 7,73 7,73 0,00 1,00 5 Kelayakan Mengajar Dosen Tetap L+P Tidak Tetap L+P Rata-rata Rata-rata , ,29 58,79 a. Negeri ,39 8 9,61 90,26 b. Swasta , ,91 47,90 Grafik 5 Rasio Mahasiswa per Dosen menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Rasio mahasiswa per dosen menggambarkan layanan dosen terhadap mahasiswa baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Rasio ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas belajar mengajar. Semakin tinggi nilainya berarti semakin banyak mahasiswa yang dilayani oleh dosen atau dosen makin kurang. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 5 dapat diketahui efektivitas belajar mengajar di PT provinsi Sumatera Selatan di mana rata-rata seorang dosen melayani 28 mahasiswa, setelah dirinci menurut status lembaga ternyata pada universitas negeri seorang dosen melayani 19 mahasiswa 137

143 sedangkan universitas swasta melayani 31 mahasiswa. Untuk politeknik dosen melayani mahasiswa terkecil dengan PT negeri sebesar 12 dan PT swasta sebesar 10 mahasiswa. Makin besar nilainya berarti makin kurang dosennya. Rasio dosen per lembaga menggambarkan ketersediaan dosen pada setiap lembaga dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin banyak jumlah dosen di setiap lembaga maka diharapkan proses belajar mengajar akan makin meningkat dan pada akhirnya peningkatan mutu pendidikan bisa tercapai. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 6 rasio dosen per lembaga PT provinsi Sumatera Selatan sebesar 52 dengan rincian PT negeri sebesar 750 atau 19,02 kali lebih besar jika dibandingkan dengan PT swasta sebesar 39. Bila dilihat per jenis lembaga maka universitas yang tertinggi sebesar 227 dan terkecil pada akademi sebesar 13. Bila dilihat menurut status dan jenis lembaga maka untuk PT negeri universitas yang terbesar sebesar dan terkecil politeknik sebesar 369 sedangkan untuk PT swasta universitas yang terbesar sebesar 158 dan akademi yang terkecil sebesar 13. Besarnya rasio ini menunjukkan banyaknya dosen di suatu lembaga. Grafik 6 Rasio Dosen per Lembaga menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Berdasarkan data yang terjaring dari kuesioner pendataan PT, bisa diketahui bagaimana kondisi mutu PT. Indikator mutu mahasiswa ditunjukkan dari angka produktivitas mahasiswa yang telah lulus setelah menempuhkan mata kuliah sesuai dengan kredit semester yang harus ditempuh. Angka produktivitas bervariasi untuk setiap program, misalnya untuk S-0 sekitar 30% karena tiga tahun sedangkan S-1 sekitar 25% karena selama 4 tahun. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 7, angka produktivitas PT sebesar 9,15% sangat kecil dengan rincian pada PT negeri sebesar 15,87% lebih besar daripada PT swasta sebesar 7,73%. Bila dilihat menurut jenis lembaga maka universitas yang terbesar sebesar 10,38 dan terkecil pada akademi sebesar 6,59 Angka produktivitas PT negeri lebih besar 2,05% jika dibandingkan dengan PT swasta walaupun PT negeri pun sebetulnya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan standar yang ada. 138

144 Bila dibandingkan antara laki-laki dan perempuan pada Tabel 11 lanjutan maka angka produktivitas laki-laki sebesar 9,13% lebih kecil daripada perempuan sebesar 9,17%. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan gender sebesar 0,04% dengan indeks paritas gender 1 yang berarti sudah setara. Angka produktivitas antara S-0, S-1, S-2, dan S-3 cukup bervariasi, yang tertinggi pada program S-3 sebesar 15,76%. Perbedaan gender program S-0 sebesar 1,15% dengan indeks paritas gender sebesar 0,89 berarti belum setara sedangkan program S-3 dengan perbedaan gender sebesar 0,40.% dan indeks paritas gender sebesar 1,03 berarti belum setara. Grafik 7 Angka Produktivitas menurut Status Lembaga dan Jenis Program Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/ ,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 15,86 16,00 15,87 15,87 15,60 15,76 10,97 9,17 10,33 10,08 10,50 9,17 9,13 9,15 9,59 8,97 8,90 7,73 9,05 7,73 7,73 Rata2 Negeri Swasta S-0 S-1 S-2 S-3 Laki2 Perempuan Rata2 Indikator mutu lainnya adalah persentase dosen PT layak mengajar. Ketentuan dosen PT yang layak mengajar adalah lulusan S-2 ke atas dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi maupun di politeknik. Persentase dosen layak mengajar idealnya 100% berarti tidak ada dosen yang berijazah kurang dari S-1. Berdasarkan Tabel 11 lanjutan dan Grafik 8, persentase dosen layak mengajar PT sebesar 58,79%, bila dibandingkan antara PT negeri dan PT swasta maka persentase dosen layak mengajar PT negeri sebesar 90,26% lebih baik daripada PT swasta sebesar 47,90%. Dosen tetap layak mengajar sebesar % lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar %. Dosen tetap layak di PT negeri sebesar 90,39% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak layak sebesar 9,61% sedangkan dosen tetap di PT swasta sebesar 52,68% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak layak sebesar 33,91%. 139

145 Grafik 8 Persentase Dosen Layak menurut Status Kepegawaian dan Status Lembaga Perguruan Tinggi, Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/ ,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 90,39 90,26 72,73 64,57 58,79 52,68 47,90 34,29 33,91 Tetap TT Tetap+TT Rata2 Negeri Swasta 4. Kesetaraan Layanan Pendidikan: Misi K-4 Pembangunan pendidikan yang dilaksanakan selama ini telah menunjukkan kemajuan tetapi masih terjadi kesenjangan dalam hal kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan. Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti perbedaan gender (PG) APK dan indeks paritas gender (IPG) APK serta dari segi status sekolah seperti persentase mahasiswa swasta (%MhsSwt). Tidak ada perbedaan gender bila nilainya 0 dan telah setara bila nilainya 1. %MhsSwt makin besar berarti makin besar partisipasi swasta dalam program pendidikan tinggi. Ditinjau dari sisi pendidikan, kesenjangan tersebut terasa karena masih tingginya perbedaaan gender APK perempuan jika dibandingkan dengan APK laki-laki. Oleh karena itu, untuk mencapai kesetaraan gender yang dihitung dari indeks paritas gender di segala bidang perlu dilakukan pengelolaan data berwawasan gender secara sistematis, teratur, dan berkesinambungan. Berdasarkan Tabel 12 dan Grafik 9 maka PG APK sebesar -1,72 yang berarti masih terjadi perbedaan sebesar 1,72% dengan perempuan lebih besar daripada laki-laki. Dengan demikian IPG APK sebesar 1,08 yang berarti belum setara dan laki-laki lebih diuntungkan dari perempuan. Tabel 12 Indikator Kesetaraan Layanan Pendidikan Misi K-4 Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 1 APK (%) 20,54 22,26 21,38-1,72 1,08 Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 2 % Mahasiswa Swasta 72,40-100,00 100,00 26,14 82,53 140

146 Grafik 9 PG APK dan IPG APK Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/2013 1,50 1,08 1,00 0,50 0,00-0,50-1,00-1,50-2,00 PG APK -1,72 IPG APK Berdasarkan Tabel 12 maka %MhsSwt PT sebesar 82,53% yang berarti sebanyak 82,53% mahasiswa bersekolah di PT swasta. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka terkecil politeknik sebesar 26,14%. Hal ini berarti dominasi PT swasta hanya pada akademi dan sekolah tinggi sedangkan jenis lembaga lainnya seperti universitas sebesar 72,40% Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PT negeri banyak berperan pada universitas (72,40%) yang terbesar dan diikuti politeknik (26,14%). 5. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K-5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan dua ukuran, yaitu seberapa banyak mahasiswa dapat dilayani pada pendidikan tinggi melalui APK dan sejauh mana akses masuk ke perguruan tinggi melalui angka melanjutkan. Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 10 maka APK PT sebesar 21,38% yang berarti sebanyak 21,38% penduduk usia PT bersekolah di PT dengan rincian di PT negeri sebesar 3,74% dan PT swasta sebesar 17,65%. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka partisipasi terbesar pada universitas sebesar 11,44% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,78%. Partisipasi PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 3,16% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,58%. Partisipasi PT swasta terbesar pada universitas sebesar 8,28% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,20%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam peningkatan partisipasi bersekolah di PT. 141

147 Tabel 13 Indikator Kepastian Layanan Pendidikan Misi K-5 Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 APK 11,44-7,72 1,44 0,78 21,38 a. Negeri 3, ,58 3,74 b. Swasta 8,28-7,72 1,44 0,20 17,65 2 AM ke PT 17,44 0,00 8,74 1,44 1,40 29,02 a. Negeri 7,35 0,00 0,00 0,00 1,02 8,38 b. Swasta 10,09 0,00 8,74 1,44 0,37 20,65 Indikator kepastian layanan juga dapat dilihat dari AM PT yang terdapat pada Tabel 13 dan Grafik 10. AM PT sebesar 29,02% dengan rincian terbesar pada universitas sebesar 17,44% dan terkecil pada politeknik sebesar 1,40%. Bila dirinci menurut status lembaga maka AM PT negeri sebesar 8,38% lebih kecil daripada PT swasta sebesar 20,65%. AM PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 10,09% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,37%. AM PT swasta terbesar pada universitas sebesar 10,09% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,37%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam peningkatan akses ke PT. Grafik 10 APK dan AM PT menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/ ,00 25,00 21,38 29,02 20,00 15,00 10,00 11,44 17,44 8,74 7,72 5,00-1,44 1,44-0,781,40 - Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 APK AM PT 6. Kinerja Pendidikan Tinggi: Gabungan Misi K-1 sampai K-5 Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pendidikan tinggi. Misi K-1 dan K-2 menggunakan satu jenis indikator, misi K-3 menggunakan 4 jenis indikator, misi K-4 menggunakan 3 jenis indikator, dan misi K-5 menggunakan 2 jenis indikator sehingga untuk melihat kinerja pendidikan tinggi menggunakan 11 jenis indikator. Ke-11 indikator tersebut memiliki kontribusi yang sama. Agar dapat ditentukan nilai kinerja maka semua indikator yang memiliki satuan yang berbeda dijadikan satuan yang sama menggunakan standar. Standar yang digunakan dalam analisis ini hanya digunakan asumsi 142

148 karena belum ada ketentuan khusus kecuali untuk empat indikator, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT menggunakan standar ideal. Dengan menggunakan standar tersebut maka nila 100 adalah maksimal dan nilai 0 adalah yang minimal. Berdasarkan Tabel 14 dan Grafik 11, ketersediaan layanan sebesar 72,15, keterjangkauan layanan sebesar 95,35, kualitas layanan sebesar 59,43, kesetaraan layanan sebesar 96,85, dan kepastian layanan sebesar 50,15. Berdasarkan misi pendidikan 5K maka kinerja pendidikan tinggi sebesar 74,79 Idealnya adalah 100, sehingga kinerja pendidikan tinggi telah mencapai lebih dari 80% atau empat per lima. Tabel 14 Kinerja Pendidikan Tinggi Berdasarkan Misi Pendidikan 5K Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/2013 No. Misi Indikator Satuan Nilai Standar Konversi 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L lembaga ,15 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT orang ,35 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D dosen ,23 R-D/L dosen ,08 Aproduk % 9, ,61 %DL % 58, ,79 Kualitas Layanan 59,43 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK % -1, ,28 IPG APK Indeks 1, ,27 %MhsSwt % 82, ,00 Kesetaraan Layanan 96,85 5 Misi K-5 Kepastian APK % 21, ,28 AM PT % 29, ,02 Kepastian Layanan 50,15 Kinerja PT 74,79 Grafik 11 Kinerja PT menurut Misi Pendidikan 5K Provinsi Sumatera Selatan, Tahun 2012/2013 Misi K-1 100,00 80,00 60,00 Misi K-5 40,00 20,00 - Misi K-2 Misi K-4 Misi K-3 Dengan melihat Grafik 11 dapat diketahui bahwa misi K-4 yang terbaik sebesar 96,85 sedangkan misi K-3 yang terburuk karena hanya mencapai 59,43 sedangkan kinerja PT sebesar 74,79. Dengan demikian, untuk PT masih perlu ditingkatkan kualitas layanan (misi K-3) dan kepastian layanan (misi K-5) karena mencapai kurang dari kinerja sebesar 74,79. Selain itu, kesetaraan layanan (misi K-4) dan ketersedidan layanan (misi K-1) agar dipertahankan karena mencapai lebih dari

149 D. Penutup 1. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K-4 jenjang yang terbaik dengan nilai sebesar 96,85 berarti termasuk kategori paripurna. Sebaliknya, misi K-3 yang terburuk dengan nilai sebesar 59,43 termasuk kinerja kategori kurang dan misi K-5 sebesar 50,15 juga termasuk kinerja kategori kurang Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kinerja PT provinsi Sumatera Selatan sebesar 74,79 termasuk kinerja kategori kurang. 2. Saran Kinerja PT provinsi Sumatera Selatan sebesar 74,79 termasuk kategori kurang. Hal ini disebabkan karena misi K-3 dan K-5 termasuk kategori kurang. Oleh karena itu, misi K-3 dan K-5 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 59,43 dan 50,15. Untuk misi K-3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan maka diperlukan peningkatan pada indikator angka produktivitas karena nilainya kurang dari 60 melalui cara meningkatkan mahasiswa yang lulus. Untuk misi K-5, dalam rangka meningkatkan kepastian memperoleh layanan pendidikan maka diperlukan peningkatan pada indikator angka melanjutkan ke PT melalui cara meningkatkan lulusan SM yang melanjutkan ke PT dengan cara memperluas daya tampung di PT. 144

150 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2012/2013 PROVINSI BANGKA BELITUNG A. Pendahuluan Profil Pendidikan Tinggi (Profil PT) disusun berdasarkan pada Statistik Perguruan Tinggi Tahun 2012/2013 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Sesuai dengan Statistik Perguruan Tinggi maka Profil PT juga menyajikan data pada tahun akademik 2012/2013. Profil PT mengacu pada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Visi Kemdikbud 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (Renstra) Kemdikbud dalam rangka Pembangunan Pendidikan yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri atas 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Profil PT terdiri atas data dan indikator pendidikan. Data pendidikan dirinci menjadi lima variabel, yaitu 1) lembaga pendidikan, 2) mahasiswa baru, 3) mahasiswa, 4) lulusan, dan 5) dosen. Kelima variabel data tersebut dirinci menurut jenis lembaga dan status lembaga. Pendidikan tinggi terdiri dari lima jenis lembaga PT, yaitu 1) universitas, 2) institut, 3) sekolah tinggi (ST), 4) akademi, dan 5) politeknik. Pendidikan tinggi dirinci menurut status lembaga, yaitu negeri dan swasta. Indikator pendidikan dirinci berdasarkan misi pendidikan 5K. Untuk misi K-1 adalah rasio mahasiswa per lembaga yang dirinci menurut jenis dan status lembaga PT. Untuk misi K-2 adalah daerah terjangkau yang dihitung dari daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Daerah yang bisa dijangkau oleh mahasiswa dalam jarak 25 km 2. Oleh karena itu, daerah terjangkau lembaga adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan 145

151 kepadatan lembaga sedangkan daerah terjangkau mahasiswa adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan penduduk tahun. Untuk misi K-3 terdiri dari empat jenis, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, dan angka produktivitas menurut status jenis dan status, sedangkan kelayakan mengajar dosen menurut status lembaga. Untuk misi K-4 terdiri dari tiga jenis, yaitu perbedaan gender APK, indeks paritas gender APK, dan persentase mahasiswa swasta menurut jenis lembaga. Untuk misi K-5 terdiri dari dua jenis, yaitu APK dan AM ke PT menurut jenis lembaga. Dengan demikian, jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pendidikan tinggi sebanyak 11 jenis indikator pendidikan. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi No. Misi Indikator Standar Penjelasan 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L Asumsi 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT Asumsi 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D 25 Asumsi R-D/L 100 Asumsi Aproduk 25 Asumsi %DL 100 Ideal 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK 0 Ideal IPG APK 1 Ideal %MhsSwt 75 Asumsi 5 Misi K-5 Kepastian APK 30 Asumsi AM PT 100 Ideal Oleh karena 11 indikator tersebut memiliki satuan yang berbeda maka diperlukan standar untuk menyatukan nilainya seperti disajikan pada Tabel 1. Hanya ada empat indikator yang menggunakan ideal, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT. Berdasarkan perhitungan kinerja maka nilai kinerja menurut jenis disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja No. Jenis Kinerja 1 Paripurna 2 Utama 3 Madya 4 Pratama 5 Kurang Nilai ke atas kurang dari B. Data Pendidikan Gambaran umum pendidikan tinggi disajikan pada Tabel 3 yang dirinci menurut variabel pendidikan, status lembaga, dan jenis lembaga. Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2012/2013 jumlah lembaga PT di provinsi Bangka Belitung adalah 14 dengan rincian 1 universitas (7,14%) 7 sekolah tinggi (50%), 5 akademi (35,71%), dan 1 politeknik (7,14%). Dengan demikian, jenis lembaga terbesar adalah sekolah tinggi dan terkecil adalah politeknik. Untuk 146

152 status lembaga negeri hanya memiliki 1 universitas dan 1 politeknik sehingga jumlah lembaga negeri sebesar 2 lembaga, sedangkan untuk lembaga swasta terdapat 7 sekolah tinggi dan 5 akademi sehingga jumlahnya 14 lembaga. Dengan demikian, jenis status lembaga negeri jumlah lembaganya sama besarnya yaitu universitas dan politeknik, sedangkan status lembaga swasta terbesar adalah sekolah tinggi dan terkecil adalah akademi. Tabel 3 Gambaran Umum Pendidikan Tinggi Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 No. Variabel Universitas % Institut % ST % Akademi % Politeknik % Jumlah 1 Lembaga a. Negeri b. Swasta Mahasiswa Baru a. Negeri b. Swasta Mahasiswa a. Negeri b. Swasta Lulusan a. Negeri b. Swasta Dosen a. Negeri b. Swasta Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Grafik 1 Jumlah Lembaga Menurut Jenis dan Status Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Jumlah Negeri Swasta Jumlah Jumlah mahasiswa baru PT di provinsi Bangka Belitung sebesar orang, berada di negeri sebesar 857 orang lebih besar daripada di swasta sebesar 881 orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa baru universitas yang terbesar sebesar 733 orang atau 42,17% dan terkecil pada politekniksebesar 124 orang atau 7,13.%. Bila dilihat menurut status lembaga,maka mahasiswa baru PT Negeri pada universitas yang terbesar sebesar

153 orang atau 85,53% dan PT swasta pada sekolah tinggi sebesar 635 orang atau 72,08%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 124 orang atau 14,47% dan PT swasta adalah akademi sebesar 246 orang atau 27,92%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa baru PT negeri pada universitas dan PT swasta pada sekolah tinggi. Dapat dikatakan bahwa universitas masih menjadi idola banyak orang ketika melanjutkan ke PT. Grafik 2 Jumlah Mahasiswa Baru dan Mahasiswa PT Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, ,811 4,638 3,173 1, Negeri Swasta Jumlah Mahasiswa Baru Mahasiswa Jumlah mahasiswa PT provinsi Bangka Belitung sebanyak orang berada di PT negeri sebanyak orang dan di PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa terbesar di sekolah tinggi sebanyak orang atau 42,44% dan terkecil di politeknik sebanyak 357 orang atau 4,57%. Bila dilihat menurut status lembaga, mahasiswa PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 36,05% dan PT swasta juga pada sekolah tinggi sebesar orang atau 71,47%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 357 orang atau 11,25% dan PT swasta adalah akademi sebesar orang atau 28,53%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada sekolah tinggi. Grafik 3 Jumlah Lulusan dan Dosen PT Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 1,200 1,159 1, Negeri Swasta Jumlah Lulusan Dosen 148

154 Jumlah lulusan PT provinsi Bangka Belitung sebanyak orang dengan lulusan dari PT negeri sebanyak 750 orang dan dari PT swasta sebanyak 409 orang. Bila dilihat per jenis lembaga maka lulusan terbanyak juga pada universitas sebesar 664 orang atau 57,29% dan terkecil pada politeknik sebesar 86 orang atau 7,42%. Bila dilihat menurut status lembaga, lulusan PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar 664 orang atau 88,53% dan PT swasta juga pada sekolah tinggi sebesar 295 orang atau 25,45%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 86 orang atau 7,42% dan PT swasta adalah akademi sebesar 114 orang atau 27,87%. Dengan demikian, dominasi lulusan PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada sekolah tinggi. Jumlah dosen PT provinsi Bangka Belitung sebanyak 428 orang dengan dosen dari PT negeri sebanyak 178 orang dan dari PT swasta sebanyak 250 orang. Bila dilihat per jenis lembaga, jumlah dosen terbanyak juga pada sekolah tinggi sebesar 169 orang atau 39,49% dan terkecil pada politeknik sebesar 58 orang atau 13,55%. Bila dilihat menurut status lembaga, dosen PT negeri terbesar pada universitas sebesar 120 orang atau 67,42% dan PT swasta juga pada sekolah tinggi sebesar 169 atau 67,60%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri pada politeknik sebesar 58 orang atau 32,58% dan PT swasta adalah akademi sebesar 81 orang atau 32,40%. Dengan demikian, dominasi dosen PT negeri juga pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Secara rinci, pembangunan pendidikan di setiap jenis dan status lembaga PT tidak sama. Oleh karena itu, dilakukan penjabaran pada setiap jenis variabel pendidikan, seperti lembaga, mahasiswa baru, mahasiswa, lulusan, dan dosen. 1. Lembaga Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lembaga adalah sekolah atau tempat belajar pada tingkat pendidikan tinggi. Jumlah PT provinsi Bangka Belitung sebanyak 14 lembaga dengan rincian menurut status lembaga adalah PT negeri sebanyak 2 lembaga dan PT swasta sebanyak 12 lembaga. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka terdapat 1 universitas atau 7,14%, 7 sekolah tinggi atau 50%, 5 akademi atau 35,71%, dan 124 politeknik atau 7,13%. Bila dirinci menurut status lembaga maka pada PT negeri terdiri dari 1 universitas dan 1 politeknik sedangkan PT swasta terdiri dari 7 ST dan 5 akademi. 2. Mahasiswa Baru Mahasiswa baru adalah pendaftar pada pendidikan tinggi yang telah lulus dalam seleksi ujian masuk ke perguruan tinggi. Mahasiswa baru dirinci menurut tiga jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa baru juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. 149

155 Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Baru menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin, Perguruan Tinggi Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S a. Negeri b. Swasta S a. Negeri b. Swasta Jumlah , a. Negeri b. Swasta Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 4 merupakan jumlah mahasiswa baru PT provinsi Bangka Belitung sebanyak orang, bila dirinci menurut lima jenjang program tersebut yang terbanyak diterima menjadi mahasiswa baru pada program S-1 sebesar 570 orang atau 56,66% dengan rincian di PT negeri sebanyak 324 orang atau 76,96% dan PT swasta sebanyak 246 orang atau 42,05%. Sebaliknya, yang masuk program Profesi tidak ada. Hal ini menunjukkan minat untuk masuk ke program profesi masih sangat kecil jika dibandingkan dengan program lainnya. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa baru laki-laki terbesar pada program S-1 sebesar 97,72% atau 557 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 2,28% atau 13 orang. Jumlah mahasiswa baru laki-laki terkecil pada program S-0 sebesar 44,27% atau 193 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 55,73% atau 243 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan lakilaki. 3. Mahasiswa Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar pada jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa dirinci menurut empat jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 5 menunjukkan jumlah mahasiswa PT provinsi Bangka Belitung sebesar orang, bila dirinci menurut lima jenjang program, mahasiswa yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 55,78% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 25,87% dan PT swasta sebanyak orang atau 27,92%. Besarnya mahasiswa di PT swasta karena memang lembaga PT swasta lebih besar jika dibandingkan dengan lembaga PT negeri. Jumlah 150

156 mahasiswa terkecil adalah pada jenjang S-0 sebanyak orang atau 46,22% dengan rincian di PT negeri sebesar 358 orang atau 7,72% dan PT swasta sebesar orang atau 38,50%. Hal ini berarti minat melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi atau S-3 ternyata masih sangat kecil. Tabel 5 Jumlah Mahasiswa menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin serta Penduduk Usia tahun menurut Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , a. Negeri b. Swasta , , S1 2, , a. Negeri 1, , b. Swasta 1, , Jumlah 3, , , a. Negeri 1, , b. Swasta 1, , , Penduduk th 63, , ,783 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP dan Proyeksi BPS Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa laki-laki terbesar pada jenjang S-1 sebanyak 97,23% atau orang jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 2,77% atau 69 orang. Proporsi mahasiswa laki-laki terkecil pada jenjang S-0 sebanyak 41,28% atau 885 orang dan lebih kecil jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 58,72% atau orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti kesempatan perempuan bersekolah di jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. Dilihat dari penduduk usia PT maka penduduk usia tahun provinsi Bangka Belitung sebesar orang dengan rincian laki-laki sebesar atau 51,56% lebih kecil daripada perempuan sebesar 59,962 orang atau 48,44%. 4. Lulusan Lulusan adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya berdasarkan pada hasil ujian dan paper/tesis/disertasi yang disiapkan pada suatu jenjang pendidikan tinggi. Lulusan dapat dirinci menurut empat program, yaitu S-0, S-1, S-2, dan S-3. Lulusan S-0 juga dirinci menurut diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4. Lulusan diploma 1 dengan masa kuliah selama 1 tahun, diploma 2 selama 2 tahun, diploma 3 selama 3 tahun, dan diploma 4 selama 4 tahun. Lulusan S-1 dengan masa kuliah selama 4 tahun sedangkan lulusan S-2 dan S-3 selama 2 tahun. 151

157 Tabel 6 Jumlah Lulusan menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S a. Negeri b. Swasta S a. Negeri b. Swasta Jumlah a. Negeri b. Swasta Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 6 merupakan jumlah lulusan PT provinsi Bangka Belitung sebanyak 667 orang, dari kelima jenjang program tersebut, jumlah lulusan yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar 381 orang atau 57,12% dengan rincian di PT negeri sebanyak 223 orang dan PT swasta sebanyak 158 orang. Jumlah lulusan terkecil adalah pada jenjang S-0 pada PT sebanyak 286 orang atau 42,88% dengan rincian PT negeri sebesar 67 orang dan PT swasta sebanyak 219 orang. Hal ini berarti sejalan dengan jumlah mahasiswa maka lulusan di jenjang yang paling tinggi ternyata masih sangat kecil. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi lulusan laki-laki terbesar pada jenjang S- 1 sebesar 97,90% atau 373 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 2,10% atau 8 orang. Proporsi lulusan laki-laki terkecil pada program S-0 sebesar 44,76% atau 128 orang, jika dibandingkan dengan lulusan perempuan sebesar 55,24% atau 158 orang. Hal ini berarti seperti halnya mahasiswa maka lulusan perempuan di jenjang yang paling tinggi ternyata juga lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. 5. Dosen Dosen adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Dosen dapat dikategorikan sebagai dosen tetap dan tidak tetap. Dosen juga dirinci menurut enam tingkat pendidikan yang pernah diikuti, yaitu < S-1, S-1/D-4, S-2, S-3, spesialis, dan profesi menurut status kepegawaian. Berdasarkan Tabel 7, jumlah dosen PT di provinsi Bangka Belitung sebanyak 428 orang, dari keenam tingkat pendidikan tersebut, dosen yang terbanyak adalah lulusan S-2 sebesar 219 orang atau 51,17% dengan rincian di PT negeri sebanyak 178 orang atau 41,59% dan PT swasta sebanyak 250 orang atau 58,41%. Proporsi dosen terkecil adalah lulusan <S-1 sebanyak 1,64% atau 7 orang dengan rincian di PT negeri sebesar 1,17% atau 5 orang dan PT swasta sebesar 1,17% atau 2 orang. Dengan demikian, sebagian besar dosen sudah memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan kelayakan mengajar, yaitu S-2 dan yang lebih tinggi. 152

158 Tabel 7 Jumlah Dosen menurut Pendidikan Tertinggi, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 No. Pendidikan Tertinggi Tetap % Tidak Tetap L+P % Jumlah % 1 < S , ,29 7 1,64 a. Negeri 5 0,00 0 0,00 5 1,17 b. Swasta 1 50, ,00 2 0,47 2 S-1/D , , ,16 a. Negeri 37 84, , ,28 b. Swasta 86 59, , ,88 3 S , , ,17 a. Negeri ,00 0 0, ,21 b. Swasta 65 69, , ,96 4 S ,00 0 0,00 9 2,10 a. Negeri 4 100,00 0 0,00 4 0,93 b. Swasta 5 100,00 0 0,00 5 1,17 5 Spesialis 2 66, ,33 3 0,70 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 2 66, ,33 3 0,70 6 Profesi 0 0, ,00 1 0,23 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0, ,00 1 0,23 7 Jumlah , , ,00 a. Negeri ,07 7 3, ,59 b. Swasta , , ,41 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Dosen layak mengajar adalah tenaga pengajar yang memiliki ijazah tertinggi S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen layak mengajar di program diploma dan S-1 adalah dosen lulusan S-2 dan yang lebih tinggi sedangkan dosen layak mengajar di program pascasarjana adalah dosen lulusan S-3. Oleh karena keterbatasan data yang dimiliki maka dosen layak dimaksud adalah dosen yang memiliki ijazah S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen dirinci menurut layak mengajar dan tidak layak mengajar serta menurut status kepegawaian. Tabel 8 Jumlah Dosen menurut Jenis Kelayakan Mengajar, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 No. Kriteria Tetap % Tidak Tetap % Jumlah % 1 Tidak layak a. Negeri b. Swasta Layak Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 8 menunjukan jumlah dosen layak mengajar sebesar 232 orang atau 54,21% lebih besar jika dibandingkan dengan tidak layak mengajar sebesar 196 orang atau 45,79%. Selain itu, proporsi dosen layak di PT negeri sebesar 72,47% 153

159 atau 129 orang lebih besar daripada di PT swasta sebesar 41,20% atau 103 orang atau. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dosen layak di PT negeri lebih baik jika dibandingkan dengan PT swasta, terutama untuk dosen tetap. Oleh karena itu, peningkatan kelayakan dosen mengajar di PT swasta sangat diperlukan. C. Analisis Indikator Pendidikan Tinggi Indikator pendidikan merupakan salah satu dari sejumlah faktor yang sangat penting dalam upaya mengetahui tercapainya tujuan sistem pendidikan nasional. Indikator pendidikan dapat digunakan sebagai peringatan awal terhadap permasalahan pendidikan yang ada di lapangan. Indikator pendidikan disusun untuk mengetahui kinerja suatu daerah dengan mendasarkan pada data kuantitatif pendidikan. Kinerja pendidikan diukur dengan menggunakan misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri dari 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Penggabungan kelima misi pendidikan tersebut menghasilkan kinerja program pendidikan. Berdasarkan kelima misi pendidikan tersebut, disusun enam jenis komposit indikator, yaitu 1) ketersediaan layanan, 2) keterjangkauan layanan, 3) kualitas layanan, 4) kesetaraan layanan, 5) kepastian layanan, dan 6) kinerja program pendidikan. Analisis misi K-1 digunakan untuk mengukur ketersediaan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-2 digunakan untuk mengukur keterjangkauan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-3 digunakan untuk mengukur kualitas layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-4 digunakan untuk mengukur kesetaraan layanan pendidikan. Analisis misi K-5 digunakan untuk mengukur kepastian memperoleh layanan pendidikan. Kinerja program pendidikan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian program pembangunan yang telah dilakukan pada tahun berjalan. 1. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K-1 Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan tahun , diperlukan indikator pendidikan yang dapat menilai kemajuan pendidikan, termasuk kemajuan program pembangunan PT. Indikator ketersediaan layanan PT digunakan rasio mahasiswa per lembaga. Indikator keterjangkauan layanan PT digunakan daerah terjangkau. Indikator kualitas layanan PT digunakan empat jenis indikator, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, angka produktivitas, dan kelayakan dosen mengajar. Indikator kesetaraan layanan Pendidikan digunakan tiga jenis indikator, yaitu PG APK, IPG APK, dan persentase mahasiswa swasta. Indikator kepastian layanan pendidikan digunakan dua jenis indikator, yaitu APK dan AM ke PT. 154

160 Tabel 9 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Lembaga 2, a. Negeri 2, ,587 b. Swasta Rasio mahasiswa per lembaga menggambarkan kepadatan mahasiswa pada suatu lembaga baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin besar nilainya berarti semakin padat mahasiswa yang ada pada lembaga tersebut. Berdasarkan Tabel 9 dan Grafik 4, rasio mahasiswa per lembaga sebesar 558 dengan rincian di negeri sebesar orang dan di swasta sebesar 387 orang. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka PT terpadat pada universitas sebesar dan terjarang pada akademi sebesar 265. Bila dirinci menurut status dan jenis lembaga maka PT negeri pada universitas yang terpadat sebesar dan terjarang pada politeknik sebesar 357 sedangkan PT swasta pada sekolah tinggi yang terpadat sebesar 474 dan terjarang pada akademi sebesar 265. Grafik 4 Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Bangka Belitung,Tahun 2012/2013 3,000 2,816 2,816 2,500 2,000 1,500 1, , Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 2. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K-2 Untuk melihat keterjangkauan layanan maka digunakan indikator kepadatan lembaga dan kepadatan penduduk usia PT dengan daerah terjangkau lembaga dan mahasiswa. Daerah terjangkau dihitung dari jarak 25 km 2 dengan rincian daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Bila nilainya tinggi maka keterjangkauan makin luas, bila nilainya rendah maka keterjangkauannya makin kecil. Oleh karena itu, makin tinggi nilainya berarti makin baik karena jangkauannya makin luas. 155

161 Tabel 10 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K-2 Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 Kepadatan Daerah terjangkau Daerah No. Indikator Lembaga P19-23 Lembaga Mahasiswa terjangkau 1 Daerah terjangkau ,804 7,402 Berdasarkan Tabel 10, kepadatan lembaga hanya sebesar 0,0009 lembaga per km 2 sedangkan kepadatan penduduk usia sebesar 7,54 orang per km 2. Daerah terjangkau lembaga dalam radius 25 km2 sebesar 2.00 lembaga per km 2 sedangkan daerah terjangkau mahasiswa sebesar mahasiswa per km 2. Dengan demikian, daerah terjangkau sebesar mahasiswa per km Kualitas Layanan Pendidikan: Misi K-3 Analisis indikator peningkatan mutu dan relevansi pendidikan digunakan untuk mengukur mutu pendidikan suatu daerah. Peningkatan mutu bisa dilakukan melalui proses belajar mengajar yang efektif dan ditunjang oleh sumber daya, sarana/prasarana serta biaya yang memadai. Proses belajar yang bermutu akan menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Sejalan dengan ketersediaan layanan maka peningkatan mutu untuk semua program pendidikan tinggi juga dilaksanakan. Berdasarkan Rencana Strategi dan kualitas layanan pendidikan maka indikator pendidikan yang digunakan untuk pendidikan tinggi dapat dilihat dari tiga jenis, yaitu mahasiswa, dosen, dan lembaga. Berdasarkan ketiga jenis strategi tersebut maka dijabarkan menjadi empat indikator, yaitu 1) rasio mahasiswa per dosen (R-M/D), 2) rasio dosen per lembaga (R-D/L), 3) angka produktivitas (APro), dan 4) persentase dosen layak (%DL). Indikator 1, 2, dan 4 dilihat dosen, dan indikator 3 dilihat dari mahasiswa. Tabel 11 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Dosen a. Negeri b. Swasta Rasio Dosen per Lembaga a. Negeri b. Swasta Angka Produktivitas a. Negeri b. Swasta

162 Tabel 11 (lanjutan) Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 4 Angka Produktivitas 15,13 12,50 14,84 2,63 0,83 a. S-0 14,46 12,55 13,34 1,91 0,87 b. S-1 15,38 11,59 15,27 3,78 0,75 c. S-2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 d. S-3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 e. Negeri 18,59 19,23 23,64-0,64 1,03 f. Swasta 12,24 12,23 8,82 0,02 1,00 5 Kelayakan Mengajar Dosen Tetap L+P Tidak Tetap L+P Rata-rata Rata-rata , ,63 54,21 a. Negeri ,44 0 0,00 72,47 b. Swasta 72 45, ,07 41,20 Grafik 5 Rasio Mahasiswa per Dosen menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Rasio mahasiswa per dosen menggambarkan layanan dosen terhadap mahasiswa baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Rasio ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas belajar mengajar. Semakin tinggi nilainya berarti semakin banyak mahasiswa yang dilayani oleh dosen atau dosen makin kurang. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 5 dapat diketahui efektivitas belajar mengajar di PT provinsi Bangka Belitung di mana rata-rata seorang dosen melayani 18 mahasiswa, setelah dirinci menurut status lembaga ternyata dosen negeri melayani 18 mahasiswa lebih rendah dibanding dengan dosen swasta. Pada universitas negeri seorang dosen melayani 18 mahasiswa sedangkan universitas swasta melayani 19 mahasiswa. Rasio dosen per lembaga menggambarkan ketersediaan dosen pada setiap lembaga dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin banyak jumlah dosen di setiap lembaga maka diharapkan proses belajar mengajar akan makin meningkat dan pada akhirnya peningkatan mutu pendidikan bisa tercapai. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 6 rasio dosen per lembaga PT provinsi Bangka Belitung sebesar 31 dengan rincian PT negeri sebesar 89 atau 4,27 kali lebih besar jika dibandingkan dengan PT swasta sebesar 21. Bila dilihat per jenis lembaga maka universitas yang tertinggi sebesar 120 dan terkecil pada akademi sebesar 16. Bila dilihat menurut status dan jenis lembaga maka untuk PT negeri 157

163 universitas yang terbesar sebesar 120 dan terkecil politeknik sebesar 58 sedangkan untuk PT swasta sekolah tinggi yang terbesar sebesar 8,90 dan akademi yang terkecil sebesar 8,62. Besarnya rasio ini menunjukkan banyaknya dosen di suatu lembaga. Grafik 6 Rasio Dosen per Lembaga menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Berdasarkan data yang terjaring dari kuesioner pendataan PT, bisa diketahui bagaimana kondisi mutu PT. Indikator mutu mahasiswa ditunjukkan dari angka produktivitas mahasiswa yang telah lulus setelah menempuhkan mata kuliah sesuai dengan kredit semester yang harus ditempuh. Angka produktivitas bervariasi untuk setiap program, misalnya untuk S-0 sekitar 30% karena tiga tahun sedangkan S-1 sekitar 25% karena selama 4 tahun. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 7, angka produktivitas PT sebesar 14,84% sangat kecil dengan rincian pada PT negeri sebesar 23,64% lebih besar daripada PT swasta sebesar 8,82%. Bila dilihat menurut jenis lembaga maka universitas yang terbesar sebesar 23,58 dan terkecil pada ST sebesar 8,90. Angka produktivitas PT negeri lebih besar 2,68% jika dibandingkan dengan PT swasta walaupun PT negeri pun sebetulnya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan standar yang ada. Grafik 7 Angka Produktivitas menurut Status Lembaga dan Jenis Program Perguruan Tinggi, Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/ ,00 20,00 15,00 10,00 23,64 19,23 18,59 15,38 15,27 15,13 12,5014,84 14,46 12,23 12,5513,34 12,24 11,59 8,82 5,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Rata2 Negeri Swasta S-0 S-1 S-2 S-3 Laki2 Perempuan Rata2 158

164 Bila dibandingkan antara laki-laki dan perempuan pada Tabel 11 lanjutan maka angka produktivitas laki-laki sebesar 15,13% lebih besar daripada perempuan sebesar 12,30%. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan gender sebesar 2,63% dengan indeks paritas gender 0,83 yang berarti belum setara. Angka produktivitas antara S-0, S-1, S-2, dan S-3 cukup bervariasi, yang tertinggi pada program S-1 sebesar 15,27% namun yang terendah pada S-0 sebesar 13,34%. Perbedaan gender program S-0 sebesar 1,91% dengan indeks paritas gender sebesar 0,87 berarti belum setara. Indikator mutu lainnya adalah persentase dosen PT layak mengajar. Ketentuan dosen PT yang layak mengajar adalah lulusan S-2 ke atas dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi maupun di politeknik. Persentase dosen layak mengajar idealnya 100% berarti tidak ada dosen yang berijazah kurang dari S-1. Berdasarkan Tabel 11 lanjutan dan Grafik 8, persentase dosen layak mengajar PT sebesar 54,21%, bila dibandingkan antara PT negeri dan PT swasta maka persentase dosen layak mengajar PT negeri sebesar 72,47% lebih baik daripada PT swasta sebesar 41,20%. Dosen tetap layak mengajar sebesar 60,91% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 31,63%. Dosen tetap layak di PT negeri sebesar 75,44% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 0% sedangkan dosen tetap di PT swasta sebesar 45,28% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 34,07%. Grafik 8 Persentase Dosen Layak menurut Status Kepegawaian dan Status Lembaga Perguruan Tinggi, Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/ Tetap TT Tetap+TT Rata2 Negeri Swasta 4. Kesetaraan Layanan Pendidikan: Misi K-4 Pembangunan pendidikan yang dilaksanakan selama ini telah menunjukkan kemajuan tetapi masih terjadi kesenjangan dalam hal kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan. Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti perbedaan gender (PG) APK dan indeks paritas gender (IPG) APK serta dari segi 159

165 status sekolah seperti persentase mahasiswa swasta (%MhsSwt). Tidak ada perbedaan gender bila nilainya 0 dan telah setara bila nilainya 1. %MhsSwt makin besar berarti makin besar partisipasi swasta dalam program pendidikan tinggi. Ditinjau dari sisi pendidikan, kesenjangan tersebut terasa karena masih tingginya perbedaaan gender APK perempuan jika dibandingkan dengan APK laki-laki. Oleh karena itu, untuk mencapai kesetaraan gender yang dihitung dari indeks paritas gender di segala bidang perlu dilakukan pengelolaan data berwawasan gender secara sistematis, teratur, dan berkesinambungan. Berdasarkan Tabel 12 dan Grafik 9 maka PG APK sebesar 2,97 yang berarti masih terjadi perbedaan sebesar 2,97% dengan perempuan lebih kecil daripada laki-laki. Dengan demikian IPG APK sebesar 0,43 yang berarti belum setara dan perempuan lebih diuntungkan dari laki-laki. Tabel 12 Indikator Kesetaraan Layanan Pendidikan Misi K-4 Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 1 APK (%) Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 2 % Mahasiswa Swasta Grafik 9 PG APK dan IPG APK Perguruan Tinggi Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/ PG APK 0.43 IPG APK Berdasarkan Tabel 12 maka %MhsSwt PT sebesar 59,38% yang berarti sebanyak 59,38% mahasiswa bersekolah di PT swasta. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka sekolah tinggi dan akademi sama besar atau 100%. Hal ini berarti dominasi PT swasta pada institut, akademi dan sekolah tinggi sedangkan jenis lembaga lainnya seperti universitas dan institut sebesar 0%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PT negeri banyak berperan pada universitas (100%) yang terbesar diikuti politeknik (100%). 160

166 5. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K-5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan dua ukuran, yaitu seberapa banyak mahasiswa dapat dilayani pada pendidikan tinggi melalui APK dan sejauh mana akses masuk ke perguruan tinggi melalui angka melanjutkan. Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 10 maka APK PT sebesar 6,31% yang berarti sebanyak 6,31% penduduk usia PT bersekolah di PT dengan rincian di PT negeri sebesar 2,56% dan PT swasta sebesar 3,75%. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka partisipasi terbesar pada sekolah tinggi sebesar 2,68% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,29%. Partisipasi PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 2,27% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,29%. Partisipasi PT swasta terbesar pada sekolah tinggi sebesar 2,68% dan terkecil pada politeknik sebesar 1,07%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam pencapaian partisipasi bersekolah di PT. Tabel 13 Indikator Kepastian Layanan Pendidikan Misi K-5 Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 APK a. Negeri b. Swasta AM ke PT a. Negeri b. Swasta Grafik 10 APK dan AM PT menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 APK AM PT 161

167 Indikator kepastian layanan juga dapat dilihat dari AM PT yang terdapat pada Tabel 13 dan Grafik 10. AM PT sebesar 15,63% dengan rincian terbesar pada universitas sebesar 6,59% dan terkecil pada politeknik sebesar 1,12%. Bila dirinci menurut status lembaga maka AM PT negeri sebesar 7,71% lebih kecil daripada PT swasta sebesar 7,92%. AM PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 6,59% dan terkecil pada politeknik sebesar 1,12%. AM PT swasta terbesar pada sekolah tinggi sebesar 5,71% dan terkecil pada akademi sebesar 2,21%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam memberikan akses ke PT. 6. Kinerja Pendidikan Tinggi: Gabungan Misi K-1 sampai K-5 Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pendidikan tinggi. Misi K-1 dan K-2 masing-massing menggunakan satu jenis indikator, misi K-3 menggunakan 4 jenis indikator, misi K-4 menggunakan 3 jenis indikator, dan misi K-5 menggunakan 2 jenis indikator sehingga untuk melihat kinerja pendidikan tinggi menggunakan 11 jenis indikator. Ke-11 indikator tersebut memiliki kontribusi yang sama. Agar dapat ditentukan nilai kinerja maka semua indikator yang memiliki satuan yang berbeda dijadikan satuan yang sama menggunakan standar. Standar yang digunakan dalam analisis ini hanya menggunakan asumsi karena belum ada ketentuan khusus kecuali untuk empat indikator, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT menggunakan standar ideal. Dengan menggunakan standar tersebut maka nila 100 adalah maksimal dan nilai 0 adalah yang minimal. Berdasarkan Tabel 14 dan Grafik 11, ketersediaan layanan sebesar 27,90 keterjangkauan layanan sebesar 87,08, kualitas layanan sebesar 61,03, kesetaraan layanan sebesar 72,96, dan kepastian layanan sebesar 18,33 Berdasarkan misi pendidikan 5K maka kinerja pendidikan tinggi sebesar 53,46. Idealnya adalah 100, sehingga kinerja pendidikan tinggi telah mencapai hampir 80% atau empat per lima. Tabel 14 Kinerja Pendidikan Tinggi Berdasarkan Misi Pendidikan 5K Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 No. Misi Indikator Satuan Nilai Standar Konversi Jenis Kinerja 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L lembaga ,90 KURANG 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT orang ,08 MADYA 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D dosen ,00 R-D/L dosen ,57 Aproduk % 14, ,35 %DL % 54, ,21 Kualitas Layanan 61,03 KURANG 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK % 2, ,03 IPG APK Indeks 0, ,69 %MhsSwt % 59, ,17 Kesetaraan Layanan 72,96 KURANG 5 Misi K-5 Kepastian APK % 6, ,03 AM PT % 15, ,63 Kepastian Layanan Kinerja PT 18,33 KURANG 53,46 KURANG 162

168 Grafik 11 Kinerja PT menurut Misi Pendidikan 5K Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2012/2013 Misi K-5 Misi K-1 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 - Misi K-2 Misi K-4 Misi K-3 Dengan melihat Grafik 11 dapat diketahui bahwa misi K-2 dan K-4 yang terbaik masing-masing sebesar 87,08 dan 72,96 sedangkan misi K-5 yang terburuk karena hanya mencapai 18,33 sedangkan kinerja PT sebesar 53,46. Dengan demikian, untuk PT prioritas pembangunan perlu berikan pada dipeningkatkan kepastian layanan (misi K-5) dan ketersediaan (misi K-1) karena capaian kinerja masih kurang dari 70,00. Selain itu, kualitas (misi K-3) dan kesetaraan layanan (misi K-4) perlu dipertahankan karena telah diatas 70,00. D. Penutup 1. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K-2 yang terbaik dengan nilai sebesar 87,08, berarti termasuk kategori madya dan misi K-4 juga sebesar 72,96 termasuk kategori kurang. Sebaliknya, misi K-5 yang terburuk dengan nilai sebesar 18,33 termasuk kinerja kategori kurang dan misi K-3 sebesar 61,03 juga termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kinerja PT provinsi Bangka Belitung sebesar 53,46 termasuk kinerja kategori kurang. 2. Saran Kinerja PT provinsi Bangka Belitung sebesar 53,46 termasuk kategori kurang. Hal ini disebabkan karena misi K-1, K-2, K-3, dan K-5 termasuk kategori kurang. Oleh karena itu, misi K-1, K-2, K-3, dan K-5 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 27,90, 61,03, 72,96 dan 18,33. Untuk misi K-2, dalam rangka meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan maka diperlukan peningkatan indikator Daerah Terjangkau melalui meningkatan jumlah lembaga PT serta kapasitas lembaga. Untuk misi K-3, dalam 163

169 rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan maka diperlukan jumlah dan pendidikan dosen untuk meningkatkan indikator rasio dosen-mahasiswa, rasio dosen-lembaga, dan %dosen layak. Sedangkan misi K-5 dalam rangka kepastian pendidikan maka diperlukan peningkatan APK dan AM PT. 164

170 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2012/2013 PROVINSI BENGKULU A. Pendahuluan Profil Pendidikan Tinggi (Profil PT) disusun berdasarkan pada Statistik Perguruan Tinggi, Tahun 2012/2013 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Sesuai dengan Statistik Perguruan Tinggi maka Profil PT juga menyajikan data pada tahun akademik 2012/2013. Profil PT mengacu pada visi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Visi Kemdiknas 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (Renstra) Kemdiknas dalam rangka Pembangunan Pendidikan yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri atas 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Profil PT terdiri atas data dan indikator pendidikan. Data pendidikan dirinci menjadi lima variabel, yaitu 1) lembaga pendidikan, 2) mahasiswa baru, 3) mahasiswa, 4) lulusan, dan 5) dosen. Kelima variabel data tersebut dirinci menurut jenis lembaga dan status lembaga. Pendidikan tinggi terdiri dari lima jenis lembaga PT, yaitu 1) universitas, 2) institut, 3) sekolah tinggi (ST), 4) akademi, dan 5) politeknik. Pendidikan tinggi dirinci menurut status lembaga, yaitu negeri dan swasta. Indikator pendidikan dirinci berdasarkan misi pendidikan 5K. Untuk misi K-1 adalah rasio mahasiswa per lembaga yang dirinci menurut jenis dan status lembaga PT. Untuk misi K-2 adalah daerah terjangkau yang dihitung dari daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Daerah yang bisa dijangkau oleh mahasiswa dalam jarak 25 km 2. Oleh karena itu, daerah terjangkau lembaga adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan lembaga sedangkan daerah terjangkau mahasiswa adalah jari-jari 165

171 dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan penduduk tahun. Untuk misi K-3 terdiri dari empat jenis, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, dan angka produktivitas menurut status jenis dan status, sedangkan kelayakan mengajar dosen menurut status lembaga. Untuk misi K-4 terdiri dari tiga jenis, yaitu perbedaan gender APK, indeks paritas gender APK, dan persentase mahasiswa swasta menurut jenis lembaga. Untuk misi K-5 terdiri dari dua jenis, yaitu APK dan AM ke PT menurut jenis lembaga. Dengan demikian, jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pendidikan tinggi sebanyak 11 jenis indikator pendidikan. Oleh karena 11 indikator tersebut memiliki satuan yang berbeda maka diperlukan standar untuk menyatukan nilainya seperti disajikan pada Tabel 1. Hanya ada empat indikator yang menggunakan ideal, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT. Berdasarkan perhitungan kinerja maka nilai kinerja menurut jenis disajikan pada Tabel 2. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi No. Misi Indikator Standar Penjelasan 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L Asumsi 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT Asumsi 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D 25 Asumsi R-D/L 100 Asumsi Aproduk 25 Asumsi %DL 100 Ideal 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK 0 Ideal IPG APK 1 Ideal %MhsSwt 75 Asumsi 5 Misi K-5 Kepastian APK 30 Asumsi AM PT 100 Ideal Tabel 2 Jenis Kinerja No. Jenis Kinerja 1 Paripurna 2 Utama 3 Madya 4 Pratama 5 Kurang Nilai ke atas kurang dari B. Data Pendidikan Gambaran umum pendidikan tinggi disajikan pada Tabel 3 yang dirinci menurut variabel pendidikan, status lembaga, dan jenis lembaga. 166

172 Tabel 3 Gambaran Umum Pendidikan Tinggi Provinsi Bengkulu Tahun 2012/2013 No. Variabel Universitas % Institut % ST % Akademi % Politeknik % Jumlah 1 Lembaga 5 29,41-0, , ,41 1 5,88 17 a. Negeri 1 100,00-0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 b. Swasta 4 25,00-0, , ,25 1 6, Mahasiswa Baru ,97-0, , , , a. Negeri ,00-0,00 0 0,00 0 0,00 0 0, b. Swasta ,22-0, , , , Mahasiswa ,75-0, , , , a. Negeri ,00-0,00 0 0,00 0 0,00 0 0, b. Swasta ,78-0, , , , Lulusan ,46-0, , , , a. Negeri ,00-0,00 0 0,00 0 0,00 0 0, b. Swasta ,23-0, , , , Dosen ,47-0, , , , a. Negeri ,00-0,00 0 0,00 0 0,00 0 0, b. Swasta ,92-0, , , , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2012/2013 jumlah lembaga PT provinsi Bengukulu adalah lembaga PT dengan rincian 5 universitas (29.41%), 5 akademi (29,41%), dan 1 politeknik 5,58%). Dengan demikian, jenis lembaga terbesar adalah sekolah tinggi dan terkecil adalah politeknik. Untuk status lembaga negeri hanya memiliki 1 universitas sehingga jumlah lembaga negeri sebesar 1 lembaga sedangkan untuk lembaga swasta terdapat 4 universitas, 6 sekolah tinggi, 5 akademi, dan 1 politeknik sehingga jumlahnya 16 lembaga. Dengan demikian, jenis status lembaga negeri terbesar adalah universitas sedangkan status lembaga swasta terbesar adalah sekolah tinggi dan terkecil adalah politeknik. Grafik 1 Jumlah Lembaga Menurut Jenis dan Status Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/

173 Jumlah mahasiswa baru PT provinsi Bengkulu sebesar 11,082 orang, berada di negeri sebesar orang lebih kecil daripada di swasta sebesar orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa baru universitas yang terbesar sebesar 9,306 orang atau 93,97% dan terkecil pada politeknik sebesar 179 orang atau 1,62%. Bila dilihat menurut status lembaga maka mahasiswa baru PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 100% dan PT swasta juga pada universitas sebesar 4,395 orang atau 71,22%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT swasta adalah politeknik sebesar 179 orang atau 2,90%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa baru PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Dapat dikatakan bahwa universitas masih menjadi idola banyak orang ketika melanjutkan ke PT. Grafik 2 Jumlah Mahasiswa Baru dan Mahasiswa PT Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/2013 Jumlah mahasiswa PT provinsi Bengkulu sebanyak 53,234 orang berada di PT negeri sebanyak 16,935 orang dan di PT swasta sebanyak 36,299 orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa terbesar di universitas sebanyak 42,989 orang atau 87,75% dan terkecil di politeknik sebanyak 1,161 orang atau 2,18%. Bila dilihat menurut status lembaga, mahasiswa PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar 16,935 orang atau 100% dan PT swasta juga pada universitas sebesar 26,054 orang atau 71,78%. Sebaliknya, yang terkecil PT swasta adalah politeknik sebesar orang atau 3,20%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. 168

174 Grafik 3 Jumlah Lulusan dan Dosen PT Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/2013 Jumlah lulusan PT provinsi Bengkulu sebanyak 7,364 orang dengan lulusan dari PT negeri sebanyak 3,388 orang dan dari PT swasta sebanyak 3,976 orang. Bila dilihat per jenis lembaga maka lulusan terbanyak juga pada universitas sebesar 6,220 orang atau 84.46% dan terkecil pada politeknik sebesar universitas yang terbesar sebesar 115 orang atau 1,56% dan PT swasta juga pada universitas sebesar 2,832 orang atau 71,23%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT swasta adalah politeknik sebesar 115 orang atau 2,89%. Dengan demikian, dominasi lulusan PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Jumlah dosen PT provinsi Bengkulu sebanyak orang dengan dosen dari PT negeri sebanyak 719 orang dan dari PT swasta sebanyak 1,119 orang. Bila dilihat per jenis lembaga, jumlah dosen terbanyak juga pada universitas sebesar 719 orang atau 100% dan terkecil pada politeknik sebesar 35 orang atau 13,13%. Bila dilihat menurut status lembaga, dosen PT swasta terbesar pada universitas sebesar 760 orang atau 67,92% dan PT negeri juga pada universitas sebesar 719 atau 100%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT swasta adalah politeknik sebesar 35 orang atau 3,13%. Dengan demikian, dominasi dosen PT negeri juga pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Secara rinci, pembangunan pendidikan di setiap jenis dan status lembaga PT tidak sama. Oleh karena itu, dilakukan penjabaran pada setiap jenis variabel pendidikan, seperti lembaga, mahasiswa baru, mahasiswa, lulusan, dan dosen. 1. Lembaga Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lembaga adalah sekolah atau tempat belajar pada tingkat pendidikan tinggi. Jumlah PT provinsi Bengkulu sebanyak 17 lembaga dengan rincian menurut status lembaga adalah PT negeri sebanyak 1 lembaga dan PT swasta sebanyak 16 lembaga. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka terdapat 1 universitas atau 100%, 6 ST atau 37,50%, 5 akademi atau 31,25%, dan 1 politeknik atau 6,25%. 169

175 Bila dirinci menurut status lembaga maka pada PT negeri terdiri dari 1 universitas sedangkan PT swasta terdiri dari 6 ST, 5 akademi, dan 1 politeknik. 2. Mahasiswa Baru Mahasiswa baru adalah pendaftar pada pendidikan tinggi yang telah lulus dalam seleksi ujian masuk ke perguruan tinggi. Mahasiswa baru dirinci menurut tiga jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa baru juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Baru menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin, Perguruan Tinggi Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,25 a. Negeri 62 35, , ,56 b. Swasta , , ,77 2 S , , ,40 a. Negeri , , ,81 b. Swasta , , ,66 3 S , , ,24 a. Negeri , , ,62 b. Swasta 15 65, , ,37 4 S ,00 a. Negeri ,00 b. Swasta ,00 5 Profesi 2 16, , ,11 a. Negeri ,00 b. Swasta 2 16, , ,19 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 4 merupakan jumlah mahasiswa baru PT provinsi Bengkulu sebanyak orang, bila dirinci menurut lima jenjang program tersebut yang terbanyak diterima menjadi mahasiswa baru pada program S-1 sebesar orang atau 84,40% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 82,81% dan PT swasta sebanyak orang atau 85,66%. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah mahasiswa baru laki-laki terbesar pada program S-1 sebesar orang atau 54,87%, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar orang atau 45,13%. Jumlah mahasiswa baru laki-laki terkecil pada program profesi sebesar 2 orang atau 16,67% jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 10 orang atau 83,33%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak 170

176 bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan lakilaki. 3. Mahasiswa Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar pada jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa dirinci menurut empat jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 5 menunjukkan jumlah mahasiswa PT provinsi Bengkulu sebesar orang, bila dirinci menurut lima jenjang program, mahasiswa yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 84,75% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 82,80% dan PT swasta sebanyak orang atau 85,66%. Besarnya mahasiswa di PT swasta karena memang lembaga PT swasta lebih besar jika dibandingkan dengan lembaga PT negeri. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah mahasiswa laki-laki terbesar pada jenjang S-2 sebanyak orang atau 53,85% jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak orang atau 46,15%. Jumlah mahasiswa laki-laki terkecil pada jenjang profesi sebanyak 14 orang atau 19,18% dan lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 59 orang atau 80,82%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan bersekolah di jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan lakilaki. Dilihat dari penduduk usia PT maka penduduk usia tahun provinsi Bengkulu sebesar orang dengan rincian laki-laki sebesar atau 50,47% lebih besar daripada perempuan sebesar orang atau 49,53%. 171

177 Tabel 5 Jumlah Mahasiswa menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin serta Penduduk Usia tahun menurut Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/ Lulusan No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,52 a. Negeri , , ,57 b. Swasta , , ,77 2 S , , ,75 a. Negeri , , ,80 b. Swasta , , ,66 3 S , , ,59 a. Negeri , , ,63 b. Swasta 91 66, , ,37 4 S ,00 a. Negeri ,00 b. Swasta ,00 5 Profesi 14 19, , ,14 a. Negeri ,00 b. Swasta 14 19, , ,20 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 7 Penduduk th , , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Lulusan adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya berdasarkan pada hasil ujian dan paper/tesis/disertasi yang disiapkan pada suatu jenjang pendidikan tinggi. Lulusan dapat dirinci menurut empat program, yaitu S-0, S-1, S-2, dan S-3. Lulusan S-0 juga dirinci menurut diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4. Lulusan diploma 1 dengan masa kuliah selama 1 tahun, diploma 2 selama 2 tahun, diploma 3 selama 3 tahun, dan diploma 4 selama 4 tahun. Lulusan S-1 dengan masa kuliah selama 4 tahun sedangkan lulusan S-2 dan S-3 selama 2 tahun. Tabel 6 merupakan jumlah lulusan PT provinsi Bengkulu sebanyak orang, dari kelima jenjang program tersebut, jumlah lulusan yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 84,34% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang dan PT swasta sebanyak orang. Jumlah lulusan terkecil adalah pada jenjang S-2 pada PT sebanyak 477 orang atau 7,67% dengan rincian PT negeri sebesar 217 orang dan PT swasta sebanyak 5 orang. Berdasarkan jenis kelamin, lulusan laki-laki terbesar pada jenjang S-1 sebesar orang atau 54,77%, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar orang atau 45,23%. Jumlah lulusan laki-laki terkecil pada program S-2 sebesar 462 orang atau 7,43%, jika dibandingkan dengan lulusan perempuan sebesar 15 orang atau 0,24%. Hal ini berarti seperti halnya mahasiswa maka lulusan perempuan di jenjang yang lebih tinggi ternyata juga lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. 172

178 Tabel 6 Jumlah Lulusan menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/ Dosen No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,07 a. Negeri 43 35, , ,57 b. Swasta , , ,76 2 S , , ,34 a. Negeri , , ,79 b. Swasta , , ,66 3 S , , ,48 a. Negeri , , ,64 b. Swasta 10 66, , ,38 4 S ,00 a. Negeri ,00 b. Swasta ,00 5 Profesi 2 25, ,00 8 0,11 a. Negeri ,00 b. Swasta 2 25, ,00 8 0,20 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Dosen adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Dosen dapat dikategorikan sebagai dosen tetap dan tidak tetap. Dosen juga dirinci menurut enam tingkat pendidikan yang pernah diikuti, yaitu < S-1, S-1/D-4, S-2, S-3, spesialis, dan profesi menurut status kepegawaian. Berdasarkan Tabel 7, jumlah dosen PT Provinsi Bengkulu sebanyak orang, dari keenam tingkat pendidikan tersebut, dosen yang terbanyak adalah lulusan S-2 sebesar 970 orang atau 52,77% dengan rincian di PT negeri sebanyak 507 orang atau 27,58% dan PT swasta sebanyak 463 orang atau 25,19%. Jumlah dosen terkecil adalah lulusan <S-1 sebanyak 8 orang atau 0,44%. Dengan demikian, sebagian besar dosen sudah memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan kelayakan mengajar, yaitu S-2 dan yang lebih tinggi. 173

179 Tabel 7 Jumlah Dosen menurut Pendidikan Tertinggi, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/2013 No. Pendidikan Tertinggi Tetap L+P % Tidak Tetap L+P Jumlah % 1 < S , ,00 8 0,44 a. Negeri ,00 b. Swasta 6 75, ,00 8 0,44 2 S-1/D , , ,60 a. Negeri ,00 0 0, ,56 b. Swasta , , ,05 3 S , , ,77 a. Negeri ,00 0 0, ,58 b. Swasta , , ,19 4 S ,44 1 0, ,74 a. Negeri ,00 0 0, ,32 b. Swasta 25 96,15 1 3, ,41 5 Spesialis 32 72, , ,39 a. Negeri ,00 0 0, ,65 b. Swasta 20 62, , ,74 6 Profesi 1 100,00 0 0,00 1 0,05 a. Negeri ,00 b. Swasta 1 100,00 0 0,00 1 0,05 7 Jumlah , , ,00 a. Negeri ,00 0 0, ,12 b. Swasta , , ,88 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Dosen layak mengajar adalah tenaga pengajar yang memiliki ijazah tertinggi S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen layak mengajar di program diploma dan S-1 adalah dosen lulusan S-2 dan yang lebih tinggi sedangkan dosen layak mengajar di program pascasarjana adalah dosen lulusan S-3. Oleh karena keterbatasan data yang dimiliki maka dosen layak dimaksud adalah dosen yang memiliki ijazah S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen dirinci menurut layak mengajar dan tidak layak mengajar serta menurut status kepegawaian. Tabel 8 Jumlah Dosen menurut Jenis Kelayakan Mengajar, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/2013 No. Kriteria Tetap Tidak Tetap % L+P L+P % Jumlah % 1 Tidak layak , , ,04 a. Negeri 47 6,54 0 0, ,54 b. Swasta , , ,35 2 Layak , , ,96 Negeri ,46 0 0, ,46 Swasta , , ,65 3 Jumlah , , ,00 Negeri ,02 0 0, ,12 Swasta , , ,88 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP % 174

180 Tabel 8 menunjukan jumlah dosen layak mengajar sebesar orang atau 64,96% lebih besar jika dibandingkan dengan tidak layak mengajar sebesar 471 orang atau 29,49%. Selain itu, dosen layak di PT negeri sebesar 672 orang atau 93,46% lebih besar daripada di PT swasta sebesar 522 orang atau 46,65%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dosen layak di PT negeri lebih baik jika dibandingkan dengan PT swasta, terutama untuk dosen tetap. Oleh karena itu, peningkatan kelayakan dosen mengajar di PT swasta sangat diperlukan. C. Analisis Indikator Pendidikan Tinggi Indikator pendidikan merupakan salah satu dari sejumlah faktor yang sangat penting dalam upaya mengetahui tercapainya tujuan sistem pendidikan nasional. Indikator pendidikan dapat digunakan sebagai peringatan awal terhadap permasalahan pendidikan yang ada di lapangan. Indikator pendidikan disusun untuk mengetahui kinerja suatu daerah dengan mendasarkan pada data kuantitatif pendidikan. Kinerja pendidikan diukur dengan menggunakan misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri dari 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Penggabungan kelima misi pendidikan tersebut menghasilkan kinerja program pendidikan. Berdasarkan kelima misi pendidikan tersebut, disusun enam jenis komposit indikator, yaitu 1) ketersediaan layanan, 2) keterjangkauan layanan, 3) kualitas layanan, 4) kesetaraan layanan, 5) kepastian layanan, dan 6) kinerja program pendidikan. Analisis misi K-1 digunakan untuk mengukur ketersediaan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-2 digunakan untuk mengukur keterjangkauan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-3 digunakan untuk mengukur kualitas layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-4 digunakan untuk mengukur kesetaraan layanan pendidikan. Analisis misi K-5 digunakan untuk mengukur kepastian memperoleh layanan pendidikan. Kinerja program pendidikan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian program pembangunan yang telah dilakukan pada tahun berjalan. 1. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K-1 Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan tahun , diperlukan indikator pendidikan yang dapat menilai kemajuan pendidikan, termasuk kemajuan program pembangunan PT. Indikator ketersediaan layanan PT digunakan rasio mahasiswa per lembaga. Indikator keterjangkauan layanan PT digunakan daerah terjangkau. Indikator kualitas layanan PT digunakan empat jenis indikator, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, angka produktivitas, dan kelayakan dosen mengajar. Indikator kesetaraan layanan 175

181 digunakan tiga jenis indikator, yaitu PG APK, IPG APK, dan persentase mahasiswa swasta. Indikator kepastian layanan pendidikan digunakan dua jenis indikator, yaitu APK dan AM ke PT. Tabel 9 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Lembaga a. Negeri b. Swasta Grafik 4 Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Bengkulu,Tahun 2012/2013 Rasio mahasiswa per lembaga menggambarkan kepadatan mahasiswa pada suatu lembaga baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin besar nilainya berarti semakin padat mahasiswa yang ada pada lembaga tersebut. Berdasarkan Tabel 9 dan Grafik 4, rasio mahasiswa per lembaga sebesar dengan rincian di negeri sebesar orang dan di swasta sebesar orang. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka PT terpadat pada universitas sebesar dan terjarang pada akademi sebesar 423 Bila dirinci menurut status dan jenis lembaga maka PT negeri pada universitas yang terpadat sebesar sedangkan PT swasta pada universitas yang terpadat sebesar dan terjarang pada akademi sebesar 423. Persentase rasio swasta terhadap negeri rata-rata sebesar 0,13%. 2. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K-2 Untuk melihat keterjangkauan layanan maka digunakan indikator kepadatan lembaga dan kepadatan penduduk usia PT dengan daerah terjangkau lembaga dan mahasiswa. Daerah terjangkau dihitung dari jarak 25 km2 dengan rincian daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Bila 176

182 nilainya tinggi maka keterjangkauan makin luas, bila nilainya rendah maka keterjangkauannya makin kecil. Oleh karena itu, makin tinggi nilainya berarti makin baik karena jangkauannya makin luas. Tabel 10 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K-2 Provinsi Bengkulu Tahun 2012/2013 Kepadatan Daerah terjangkau Daerah No. Indikator Lembaga P19-23 Lembaga Mahasiswa terjangkau 1 Daerah terjangkau 0,0009 8,43 2, Berdasarkan Tabel 10 maka kepadatan lembaga hanya sebesar 0,0009 lembaga per km 2 sedangkan kepadatan penduduk usia sebesar 8,43 orang per km 2. Daerah terjangkau lembaga dalam radius 25 km 2 sebesar 2,00 lembaga per km 2 sedangkan daerah terjangkau mahasiswa sebesar mahasiswa per km 2. Dengan demikian, daerah terjangkau sebesar mahasiswa per km Kualitas Layanan Pendidikan: Misi K-3 Analisis indikator peningkatan mutu dan relevansi pendidikan digunakan untuk mengukur mutu pendidikan suatu daerah. Peningkatan mutu bisa dilakukan melalui proses belajar mengajar yang efektif dan ditunjang oleh sumber daya, sarana/prasarana serta biaya yang memadai. Proses belajar yang bermutu akan menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Sejalan dengan ketersediaan layanan maka peningkatan mutu untuk semua program pendidikan tinggi juga dilaksanakan. Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan dan kualitas layanan pendidikan maka indikator pendidikan yang digunakan untuk pendidikan tinggi dapat dilihat dari tiga jenis, yaitu mahasiswa, dosen, dan lembaga. Berdasarkan ketiga jenis strategi tersebut maka dijabarkan menjadi empat indikator, yaitu 1) rasio mahasiswa per dosen (R-M/D), 2) rasio dosen per lembaga (R-D/L), 3) angka produktivitas (APro), dan 4) persentase dosen layak (%DL). Indikator 1, 2, dan 4 dilihat dosen, dan indikator 3 dilihat dari mahasiswa. Tabel 11 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Bengkulu Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Dosen a. Negeri b. Swasta Rasio Dosen per Lembaga a. Negeri b. Swasta Angka Produktivitas 14,47 0,00 11,51 10,73 9,91 13,83 a. Negeri 20,01 0,00 0,00 0,00 0,00 20,01 b. Swasta 10,87 0,00 11,51 10,73 9,91 10,95 177

183 Tabel 11 (lanjutan) Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 4 Angka Produktivitas 13,72 13,96 13,83-0,24 1,02 a. S-0 11,94 11,92 11,93 0,02 1,00 b. S-1 13,57 14,02 13,77-0,45 1,03 c. S-2 19,38 19,68 19,52-0,30 1,02 d. S e. Negeri 20,00 20,01 20,01-0,01 1,00 f. Swasta 10,96 10,95 10,95 0,01 1,00 5 Kelayakan Mengajar Dosen Tetap L+P Tidak Tetap L+P Rata-rata Rata-rata , ,22 64,96 a. Negeri ,46-93,46 b. Swasta , ,22 46,65 Grafik 5 Rasio Mahasiswa per Dosen menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/2013 Rasio mahasiswa per dosen menggambarkan layanan dosen terhadap mahasiswa baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Rasio ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas belajar mengajar. Semakin tinggi nilainya berarti semakin banyak mahasiswa yang dilayani oleh dosen atau dosen makin kurang. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 5 dapat diketahui efektivitas belajar mengajar di PT provinsi Bengkulu di mana rata-rata seorang dosen melayani 29 mahasiswa, setelah dirinci menurut status lembaga ternyata dosen negeri melayani 24 mahasiswa sekitar sama dengan dosen swasta. Pada universitas negeri seorang dosen melayani 24 mahasiswa sedangkan universitas swasta melayani 34 mahasiswa. Untuk politeknik dosen melayani mahasiswa swasta sebesar 33 mahasiswa. Makin besar nilainya berarti makin kurang dosennya. Rasio dosen per lembaga menggambarkan ketersediaan dosen pada setiap lembaga dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin banyak jumlah dosen di setiap lembaga maka diharapkan proses belajar mengajar akan makin meningkat dan pada akhirnya peningkatan mutu pendidikan bisa tercapai. 178

184 Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 6 rasio dosen per lembaga PT provinsi Bengkulu sebesar 108 dengan rincian PT negeri sebesar 719 atau 10,28 kali lebih besar jika dibandingkan dengan PT swasta sebesar 70. Bila dilihat per jenis lembaga maka universitas negeri yang tertinggi sebesar 296 dan terkecil pada akademi swasta sebesar 20. Bila dilihat menurut status dan jenis lembaga maka untuk PT swasta universitas yang terbesar sebesar 190 dan akademi yang terkecil sebesar 20 Besarnya rasio ini menunjukkan banyaknya dosen di suatu lembaga. Grafik 6 Rasio Dosen per Lembaga menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Berdasarkan data yang terjaring dari kuesioner pendataan PT, bisa diketahui bagaimana kondisi mutu PT. Indikator mutu mahasiswa ditunjukkan dari angka produktivitas mahasiswa yang telah lulus setelah menempuhkan mata kuliah sesuai dengan kredit semester yang harus ditempuh. Angka produktivitas bervariasi untuk setiap program, misalnya untuk S-0 sekitar 30% karena tiga tahun sedangkan S-1 sekitar 25% karena selama 4 tahun. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 7, angka produktivitas PT sebesar 13,83% sangat kecil dengan rincian pada PT negeri sebesar 20,01% lebih besar daripada PT swasta sebesar 10,95%. Bila dilihat menurut jenis lembaga maka universitas yang terbesar sebesar 14,47% dan terkecil pada politeknik sebesar 9,91% Angka produktivitas PT negeri lebih besar 20,01% jika dibandingkan dengan PT swasta walaupun PT negeri pun sebetulnya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan standar yang ada. Bila dibandingkan antara laki-laki dan perempuan pada Tabel 11 lanjutan maka angka produktivitas laki-laki sebesar 13,72% lebih kecil daripada perempuan sebesar 13,96%. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan gender sebesar -0,24% dengan indeks paritas gender 1,02% yang berarti belum setara. Angka produktivitas antara S-0, S-1, S-2, dan S-3 cukup bervariasi, yang tertinggi pada program S-2 sebesar 19,38% namun yang terendah pada S-0 sebesar 11,94%. Perbedaan gender program S-0 sebesar -0,24% dengan indeks paritas gender sebesar 1,02% berarti belum setara sedangkan program S-2dengan perbedaan gender sebesar -0,30% dan indeks paritas gender sebesar 1,02% berarti belum setara. 179

185 Grafik 7 Angka Produktivitas menurut Status Lembaga dan Jenis Program Perguruan Tinggi, Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/ ,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 20,01 20,00 20,01 19,68 19,38 19,52 13,96 13,72 13,83 13,77 11,92 13,57 14,02 10,95 11,94 11,93 10,96 10,95 0,00 0,00 0,00 Rata2 Negeri Swasta S-0 S-1 S-2 S-3 Laki2 Perempuan Rata2 Indikator mutu lainnya adalah persentase dosen PT layak mengajar. Ketentuan dosen PT yang layak mengajar adalah lulusan S-2 ke atas dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi maupun di politeknik. Persentase dosen layak mengajar idealnya 100% berarti tidak ada dosen yang berijazah kurang dari S-1. Berdasarkan Tabel 11 lanjutan dan Grafik 8, persentase dosen layak mengajar PT sebesar 64,96%, bila dibandingkan antara PT negeri dan PT swasta maka persentase dosen layak mengajar PT negeri sebesar 93,46% lebih baik daripada PT swasta sebesar 46,65%. Dosen tetap layak mengajar sebesar 70,51% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 28,22%. Dosen tetap layak di PT negeri sebesar 93,46% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 51,71% sedangkan dosen tidak tetap di PT swasta sebesar 28,22%. Grafik 8 Persentase Dosen Layak menurut Status Kepegawaian dan Status Lembaga Perguruan Tinggi, Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/

186 4. Kesetaraan Layanan Pendidikan: Misi K-4 Pembangunan pendidikan yang dilaksanakan selama ini telah menunjukkan kemajuan tetapi masih terjadi kesenjangan dalam hal kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan. Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti perbedaan gender (PG) APK dan indeks paritas gender (IPG) APK serta dari segi status sekolah seperti persentase mahasiswa swasta (%MhsSwt). Tidak ada perbedaan gender bila nilainya 0 dan telah setara bila nilainya 1. %MhsSwt makin besar berarti makin besar partisipasi swasta dalam program pendidikan tinggi. Ditinjau dari sisi pendidikan, kesenjangan tersebut terasa karena masih tingginya perbedaaan gender APK perempuan jika dibandingkan dengan APK laki-laki. Oleh karena itu, untuk mencapai kesetaraan gender yang dihitung dari indeks paritas gender di segala bidang perlu dilakukan pengelolaan data berwawasan gender secara sistematis, teratur, dan berkesinambungan. Berdasarkan Tabel 12 dan Grafik 9 maka PG APK sebesar 3,61 dengan rincian perempuan lebih besar daripada laki-laki. Dengan demikian IPG APK sebesar 0,89 yang berarti belum setara dan laki-laki lebih diuntungkan dari perempuan. Tabel 12 Indikator Kesetaraan Layanan Pendidikan Misi K-4 Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 1 APK (%) 33,50 29,88 31,71 3,61 0,89 Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 2 % Mahasiswa Swasta 60,61-100,00 100,00 100,00 68,19 Grafik 9 PG APK dan IPG APK Perguruan Tinggi Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/

187 Berdasarkan Tabel 12 maka %MhsSwt PT sebesar 68,19% bersekolah di PT swasta. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka ST, akademi, dan Politeknik sebesar 100,00% dan terkecil universitas sebesar 60,61%. Hal ini berarti dominasi PT swasta hanya pada ST, akademi, dan Politeknik sedangkan jenis lembaga lainnya seperti universitas sebesar 60,61% dan institut sebesar 88,88%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa PT negeri banyak berperan pada institut (88,88%) yang terbesar diikuti universitas (60,61%). 5. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K-5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan dua ukuran, yaitu seberapa banyak mahasiswa dapat dilayani pada pendidikan tinggi melalui APK dan sejauh mana akses masuk ke perguruan tinggi melalui angka melanjutkan. Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 10 maka APK PT sebesar 31,71% penduduk usia PT bersekolah di PT dengan rincian di PT negeri sebesar 10,09% dan PT swasta sebesar 21,62%. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka partisipasi terbesar pada universitas sebesar 25,60% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,69%. Partisipasi PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 10,09% dan terkecil pada politeknik swasta sebesar 0,69%. Partisipasi PT swasta terbesar pada universitas sebesar 15,52% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,69%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam peningkatan partisipasi bersekolah di PT. Tabel 13 Indikator Kepastian Layanan Pendidikan Misi K-5 Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 APK 25,60-4,15 1,26 0,69 31,71 a. Negeri 10, ,09 b. Swasta 15,52-4,15 1,26 0,69 21,62 2 AM ke PT 46,82 0,00 6,26 1,77 0,90 55,76 a. Negeri 24,71 0,00 0,00 0,00 0,00 24,71 b. Swasta 22,11 0,00 6,26 1,77 0,90 31,05 Indikator kepastian layanan juga dapat dilihat dari AM PT yang terdapat pada Tabel 13 dan Grafik 10. AM PT sebesar 55,76% dengan rincian terbesar pada universitas sebesar 46,82% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,90%. Bila dirinci menurut status lembaga maka AM PT negeri sebesar 24,71% lebih besar daripada PT swasta sebesar 31,05%. AM PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 24,71%. AM PT swasta terbesar pada universitas sebesar 22,11% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,90%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas menunjang sangat besar dalam peningkatan akses ke PT. 182

188 Grafik 10 APK dan AM PT menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Bengkulu Tahun 2012/ Kinerja Pendidikan Tinggi: Gabungan Misi K-1 sampai K-5 Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pendidikan tinggi. Misi K-1 dan K-2 menggunakan satu jenis indikator, misi K-3 menggunakan 4 jenis indikator, misi K-4 menggunakan 3 jenis indikator, dan misi K-5 menggunakan 2 jenis indikator sehingga untuk melihat kinerja pendidikan tinggi menggunakan 11 jenis indikator. Ke-11 indikator tersebut memiliki kontribusi yang sama. Agar dapat ditentukan nilai kinerja maka semua indikator yang memiliki satuan yang berbeda dijadikan satuan yang sama menggunakan standar. Standar yang digunakan dalam analisis ini hanya digunakan asumsi karena belum ada ketentuan khusus kecuali untuk empat indikator, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT menggunakan standar ideal. Dengan menggunakan standar tersebut maka nila 100 adalah maksimal dan nilai 0 adalah yang minimal. Berdasarkan Tabel 14 dan Grafik 11, ketersediaan layanan sebesar 100,00 keterjangkauan layanan sebesar 97,40, kualitas layanan sebesar 76,65 kesetaraan layanan sebesar 2,17, dan kepastian layanan sebesar 77,88 Berdasarkan misi pendidikan 5K maka kinerja pendidikan tinggi sebesar 88,82 Idealnya adalah 100, sehingga kinerja pendidikan tinggi telah mencapai lebih dari 80% atau empat per lima. 183

189 Tabel 14 Kinerja Pendidikan Tinggi Berdasarkan Misi Pendidikan 5K Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/2013 No. Misi Indikator Satuan Nilai Standar Konversi 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L lembaga ,00 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT orang ,40 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D dosen ,32 R-D/L dosen ,00 Aproduk % 13, ,33 %DL % 64, ,96 Kualitas Layanan 76,65 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK % 3, ,39 IPG APK Indeks 0, ,21 %MhsSwt % 68, ,92 Kesetaraan Layanan 92,17 5 Misi K-5 Kepastian APK % 31, ,00 AM PT % 55, ,76 Kepastian Layanan 77,88 Kinerja PT 88,82 Grafik 11 Kinerja PT menurut Misi Pendidikan 5K Provinsi Bengkulu, Tahun 2012/2013 Misi K-1 100,00 80,00 60,00 Misi K-5 40,00 20,00 - Misi K-2 Misi K-4 Misi K-3 Dengan melihat Grafik 11 dapat diketahui bahwa misi K-1 yang terbaik sebesar 100,00 sedangkan misi K-3 yang terendah karena hanya mencapai 76,65 sedangkan kinerja PT sebesar 88,82 Dengan demikian, untuk PT masih perlu ditingkatkan kualitas layanan (misi K-3) dan kepastian layanan (misi K-5) karena mencapai kurang dari kinerja sebesar 77,88 Selain itu, kesetaraan layanan (misi K-4) dan keterjangkauan layanan (misi K-2) agar dipertahankan karena mencapai lebih dari

190 D. Penutup 1. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K-4 jenjang yang terbaik dengan nilai sebesar 92,17 berarti termasuk kategori utama dan misi K-1 sebesar 100,00 juga termasuk kategori paripurna Sebaliknya, misi K-3 yang terburuk dengan nilai sebesar 76,65 termasuk kinerja kategori kurang dan misi K-5 sebesar 77,88 juga termasuk kinerja kategori kurang Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kinerja PT provinsi Bengkulu sebesar 88,82 termasuk kinerja kategori madya 2. Saran Kinerja PT provinsi Bengkulu sebesar 88,82 termasuk kategori madya Hal ini disebabkan karena misi K-3 dan K-5 termasuk kategori kurang. Oleh karena itu, misi K-3 dan K-5 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 76,65 dan 77,88 Untuk misi K-3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan maka diperlukan peningkatan pada indikator angka produktivitas karena nilainya kurang dari 60 melalui cara meningkatkan mahasiswa yang lulus. Untuk misi K-5, dalam rangka meningkatkan kepastian memperoleh layanan pendidikan maka diperlukan peningkatan pada indikator angka melanjutkan ke PT melalui cara meningkatkan lulusan SM yang melanjutkan ke PT dengan cara memperluas daya tampung di PT. 185

191 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2012/2013 PROVINSI LAMPUNG A. Pendahuluan Profil Pendidikan Tinggi (Profil PT) disusun berdasarkan pada Statistik Perguruan Tinggi Tahun 2012/2013 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Sesuai dengan Statistik Perguruan Tinggi maka Profil PT juga menyajikan data pada tahun akademik 2012/2013. Profil PT mengacu pada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Visi Kemdikbud 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (Renstra) Kemdikbud dalam rangka Pembangunan Pendidikan yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri atas 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Profil PT terdiri atas data dan indikator pendidikan. Data pendidikan dirinci menjadi lima variabel, yaitu 1) lembaga pendidikan, 2) mahasiswa baru, 3) mahasiswa, 4) lulusan, dan 5) dosen. Kelima variabel data tersebut dirinci menurut jenis lembaga dan status lembaga. Pendidikan tinggi terdiri dari lima jenis lembaga PT, yaitu 1) universitas, 2) institut, 3) sekolah tinggi (ST), 4) akademi, dan 5) politeknik. Pendidikan tinggi dirinci menurut status lembaga, yaitu negeri dan swasta. Indikator pendidikan dirinci berdasarkan misi pendidikan 5K. Untuk misi K-1 adalah rasio mahasiswa per lembaga yang dirinci menurut jenis dan status lembaga PT. Untuk misi K-2 adalah daerah terjangkau yang dihitung dari daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Daerah yang bisa dijangkau oleh mahasiswa dalam jarak 25 km 2. Oleh karena itu, daerah 186

192 terjangkau lembaga adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan lembaga sedangkan daerah terjangkau mahasiswa adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan penduduk tahun. Untuk misi K-3 terdiri dari empat jenis, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, dan angka produktivitas menurut status jenis dan status, sedangkan kelayakan mengajar dosen menurut status lembaga. Untuk misi K-4 terdiri dari tiga jenis, yaitu perbedaan gender APK, indeks paritas gender APK, dan persentase mahasiswa swasta menurut jenis lembaga. Untuk misi K-5 terdiri dari dua jenis, yaitu APK dan AM ke PT menurut jenis lembaga. Dengan demikian, jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pendidikan tinggi sebanyak 11 jenis indikator pendidikan. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi No. Misi Indikator Standar Penjelasan 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L Asumsi 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT Asumsi 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D 25 Asumsi R-D/L 100 Asumsi Aproduk 25 Asumsi %DL 100 Ideal 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK 0 Ideal IPG APK 1 Ideal %MhsSwt 75 Asumsi 5 Misi K-5 Kepastian APK 30 Asumsi AM PT 100 Ideal Oleh karena 11 indikator tersebut memiliki satuan yang berbeda maka diperlukan standar untuk menyatukan nilainya seperti disajikan pada Tabel 1. Hanya ada empat indikator yang menggunakan ideal, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT. Berdasarkan perhitungan kinerja maka nilai kinerja menurut jenis disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja No. Jenis Kinerja 1 Paripurna 2 Utama 3 Madya 4 Pratama 5 Kurang Nilai ke atas kurang dari B. Data Pendidikan Gambaran umum pendidikan tinggi disajikan pada Tabel 3 yang dirinci menurut variabel pendidikan, status lembaga, dan jenis lembaga. Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2012/2013 jumlah lembaga PT di provinsi Lampung adalah 75 dengan rincian 8 universitas (10,67%), 1 institut (1,33%), 34 sekolah tinggi (45,33%), 30 akademi (40,00%), dan 2 politeknik (2,67%). Dengan 187

193 demikian, jenis lembaga terbesar adalah sekolah tinggi dan terkecil adalah politeknik. Untuk status lembaga negeri hanya memiliki 1 universitas dan 1 politeknik sehingga jumlah lembaga negeri sebesar 2 lembaga, sedangkan untuk lembaga swasta terdapat 7 universitas, 1 institut, 34 sekolah tinggi, 30 akademi, dan 1 politeknik sehingga jumlahnya 73 lembaga. Dengan demikian, jenis status lembaga negeri terbesar adalah universitas dan terkecil adalah politeknik sedangkan status lembaga swasta terbesar adalah sekolah tinggi dan terkecil adalah politeknik dan institut. Tabel 3 Gambaran Umum Pendidikan Tinggi Provinsi Lampung, Tahun 2012/2013 No. Variabel Universitas % Institut % ST % Akademi % Politeknik % Jumlah 1 Lembaga a. Negeri b. Swasta Mahasiswa Baru a. Negeri b. Swasta Mahasiswa a. Negeri b. Swasta Lulusan a. Negeri b. Swasta Dosen a. Negeri b. Swasta Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Grafik 1 Jumlah Lembaga Menurut Jenis dan Status Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Lampung, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Jumlah Negeri Swasta Jumlah Jumlah mahasiswa baru PT di provinsi Lampung sebesar orang, berada di negeri sebesar orang lebih kecil daripada di swasta sebesar orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa baru universitas yang terbesar sebesar orang atau 44,28% dan terkecil pada 188

194 politeknik sebesar 199 orang atau 1,14%. Bila dilihat menurut status lembaga maka mahasiswa baru PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 95,85% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 24,88%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 199 orang atau 4,15% dan PT swasta adalah institut sebesar 665 orang atau 5,22%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa baru PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Dapat dikatakan bahwa universitas masih menjadi idola banyak orang ketika melanjutkan ke PT. Grafik 2 Jumlah Mahasiswa Baru dan Mahasiswa PT Provinsi Lampung, Tahun 2012/ Negeri Swasta Jumlah Mahasiswa Baru Mahasiswa Jumlah mahasiswa PT provinsi Lampung sebanyak orang berada di PT negeri sebanyak orang dan di PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa terbesar di sekolah tinggi sebanyak orang atau 41,76% dan terkecil di politeknik sebanyak orang atau 1,28%. Bila dilihat menurut status lembaga, mahasiswa PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 92.58% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 27,58%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar orang atau 7,42% dan PT swasta adalah institut sebesar orang atau 5,14%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. 189

195 Grafik 3 Jumlah Lulusan dan Dosen PT Provinsi Lampung, Tahun 2012/ Negeri Swasta Jumlah Lulusan Dosen Jumlah lulusan PT provinsi Lampung sebanyak orang dengan lulusan dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga maka lulusan terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 45,18% dan terkecil pada politeknik sebesar 164 orang atau 1,42%. Bila dilihat menurut status lembaga, lulusan PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 95,82% dan PT swasta juga pada sekolah tinggi sebesar orang atau 50,63%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 138 orang atau 4,18% dan PT swasta adalah politeknik sebesar 26 orang atau 0,32%. Dengan demikian, dominasi lulusan PT negeri pada universitas dan PT swasta pada sekolah tinggi. Jumlah dosen PT provinsi Lampung sebanyak orang dengan dosen dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga, jumlah dosen terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 50,89% dan terkecil pada institut sebesar 91 orang atau 2,29%. Bila dilihat menurut status lembaga, dosen PT negeri terbesar pada universitas sebesar orang atau 89,32% dan PT swasta pada sekolah tinggi sebesar atau 44,42%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri pada politeknik sebesar 140 orang atau 10,68% dan PT swasta adalah politeknik sebesar 34 orang atau 1.27%. Dengan demikian, dominasi dosen PT negeri juga pada universitas dan PT swasta juga pada sekolah tinggi. Secara rinci, pembangunan pendidikan di setiap jenis dan status lembaga PT tidak sama. Oleh karena itu, dilakukan penjabaran pada setiap jenis variabel pendidikan, seperti lembaga, mahasiswa baru, mahasiswa, lulusan, dan dosen. 1. Lembaga Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lembaga adalah sekolah atau tempat belajar pada tingkat pendidikan tinggi. 190

196 Jumlah PT provinsi Lampung sebanyak 75 lembaga dengan rincian menurut status lembaga adalah PT negeri sebanyak 2 lembaga dan PT swasta sebanyak 73 lembaga. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka terdapat 8 universitas atau 10,67%, 1 institut atau 1,33%, 34 sekolah tinggi atau 45,33%, 30 akademi atau 40,00%, dan 2 politeknik atau 2,67%. Bila dirinci menurut status lembaga maka pada PT negeri terdiri dari 1 universitas dan 1 politeknik sedangkan PT swasta terdiri dari 7 universitas, 1 institut, 34 ST, 30 akademi, dan 1 politeknik. 2. Mahasiswa Baru Mahasiswa baru adalah pendaftar pada pendidikan tinggi yang telah lulus dalam seleksi ujian masuk ke perguruan tinggi. Mahasiswa baru dirinci menurut tiga jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa baru juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Baru menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin, Perguruan Tinggi Provinsi Lampung, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,79 a. Negeri , , ,58 b. Swasta , , ,87 2 S , , ,10 a. Negeri , , ,94 b. Swasta , , ,90 3 S , , ,67 a. Negeri , , ,39 b. Swasta , , ,65 4 S-3 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 31 40, , ,44 a. Negeri 2 50, ,00 4 0,08 b. Swasta 29 39, , ,57 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 4 merupakan jumlah mahasiswa baru PT provinsi Lampung sebanyak orang, bila dirinci menurut lima jenjang program tersebut yang terbanyak diterima menjadi mahasiswa baru pada program S-1 sebesar orang atau 76,10% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 81,94% dan PT swasta sebanyak orang atau 73,90%. Sebaliknya, yang masuk program profesi yang terkecil sebesar 77 orang atau 0,44% dengan rincian di PT negeri sebesar 4 orang atau 0,08% dan PT swasta sebesar 73 orang atau 0,57%. Hal ini menunjukkan minat untuk masuk ke program profesi masih sangat kecil jika dibandingkan dengan program lainnya. 191

197 Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa baru laki-laki terbesar pada program S-2 sebesar 51,01% atau 507 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 48,99% atau 487 orang. Jumlah mahasiswa baru laki-laki terkecil pada program profesi sebesar 40,26% atau 31 orang jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 59,74% atau 46 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan lakilaki. 3. Mahasiswa Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar pada jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa dirinci menurut empat jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 5 menunjukkan jumlah mahasiswa PT provinsi Lampung sebesar orang, bila dirinci menurut lima jenjang program, mahasiswa yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 75,29% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 14,17% dan PT swasta sebanyak orang atau 61,13%. Besarnya mahasiswa di PT swasta karena memang lembaga PT swasta lebih besar jika dibandingkan dengan lembaga PT negeri. Jumlah mahasiswa terkecil adalah pada jenjang profesi sebanyak 503 orang atau 0,49% dengan rincian di PT negeri sebesar 15 orang atau 0,01% dan PT swasta sebesar 488 orang atau 0,48%. Hal ini berarti minat melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi atau S-3 ternyata masih sangat kecil. Tabel 5 Jumlah Mahasiswa menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin serta Penduduk Usia tahun menurut Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Lampung, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,92 a. Negeri , , ,66 b. Swasta , , ,26 2 S , , ,29 a. Negeri , , ,17 b. Swasta , , ,13 3 S , , ,30 a. Negeri , , ,45 b. Swasta , , ,85 4 S-3 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi , , ,49 a. Negeri 6 40, , ,01 b. Swasta , , ,48 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 7 Penduduk th , , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP dan Proyeksi BPS 192

198 Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa laki-laki terbesar pada jenjang S-2 sebanyak 52,55% atau orang jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 47,45% atau orang. Proporsi mahasiswa laki-laki terkecil pada jenjang profesi sebanyak 39,96% atau 201 orang dan lebih kecil jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 60,04% atau 302 orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin banyak bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin banyak perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti kesempatan perempuan bersekolah di jenjang yang paling tinggi ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. Dilihat dari penduduk usia PT maka penduduk usia tahun provinsi Lampung sebesar orang dengan rincian laki-laki sebesar atau 51,73% lebih kecil daripada perempuan sebesar orang atau 48,27%. 4. Lulusan Lulusan adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya berdasarkan pada hasil ujian dan paper/tesis/disertasi yang disiapkan pada suatu jenjang pendidikan tinggi. Lulusan dapat dirinci menurut empat program, yaitu S-0, S-1, S-2, dan S-3. Lulusan S-0 juga dirinci menurut diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4. Lulusan diploma 1 dengan masa kuliah selama 1 tahun, diploma 2 selama 2 tahun, diploma 3 selama 3 tahun, dan diploma 4 selama 4 tahun. Lulusan S-1 dengan masa kuliah selama 4 tahun sedangkan lulusan S-2 dan S-3 selama 2 tahun. Tabel 6 Jumlah Lulusan menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Lampung, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,63 a. Negeri , , ,56 b. Swasta , , ,88 2 S , , ,22 a. Negeri , , ,96 b. Swasta , , ,91 3 S , , ,72 a. Negeri , , ,38 b. Swasta , , ,64 4 S-3 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 20 40, , ,43 a. Negeri 1 33, ,67 3 0,09 b. Swasta 19 40, , ,57 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP 193

199 Tabel 6 merupakan jumlah lulusan PT provinsi Lampung sebanyak orang, dari kelima jenjang program tersebut, jumlah lulusan yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 76,22% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang dan PT swasta sebanyak orang. Jumlah lulusan terkecil adalah pada jenjang profesi pada PT sebanyak 50 orang atau 0,43% dengan rincian PT negeri sebesar 3 orang dan PT swasta sebanyak 47 orang. Hal ini berarti sejalan dengan jumlah mahasiswa maka lulusan di jenjang yang paling tinggi ternyata masih sangat kecil. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi lulusan laki-laki terbesar pada jenjang S-2 sebesar 50,76% atau 334 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 49,24% atau 324 orang. Proporsi lulusan laki-laki terkecil pada program profesi sebesar 40,00% atau 20 orang, jika dibandingkan dengan lulusan perempuan sebesar 60,00% atau 30 orang. Hal ini berarti seperti halnya mahasiswa maka lulusan perempuan di jenjang yang paling tinggi ternyata juga lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki. 5. Dosen Dosen adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Dosen dapat dikategorikan sebagai dosen tetap dan tidak tetap. Dosen juga dirinci menurut enam tingkat pendidikan yang pernah diikuti, yaitu < S-1, S-1/D-4, S-2, S-3, spesialis, dan profesi menurut status kepegawaian. Berdasarkan Tabel 7, jumlah dosen PT di provinsi Lampung sebanyak orang, dari keenam tingkat pendidikan tersebut, dosen yang terbanyak adalah lulusan S-2 sebesar orang atau 45,01% dengan rincian di PT negeri sebanyak 880 orang atau 22,12% dan PT swasta sebanyak 911 orang atau 22,90%. Proporsi dosen terkecil adalah lulusan <S-1 sebanyak 0,58% atau 23 orang dengan rincian seluruhnya di PT swasta. Dengan demikian, sebagian besar dosen sudah memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan kelayakan mengajar, yaitu S-2 dan yang lebih tinggi. 194

200 Tabel 7 Jumlah Dosen menurut Pendidikan Tertinggi, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Lampung, Tahun 2012/2013 Tidak No. Pendidikan Tertinggi Tetap % Tetap % Jumlah % L+P 1 < S , , ,58 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 16 69, , ,58 2 S-1/D , , ,88 a. Negeri ,00 0 0, ,07 b. Swasta , , ,80 3 S , , ,01 a. Negeri ,00 0 0, ,12 b. Swasta , , ,90 4 S ,79 7 2, ,97 a. Negeri ,00 0 0, ,16 b. Swasta 65 90,28 7 9, ,81 5 Spesialis 71 91,03 7 8, ,96 a. Negeri ,00 0 0, ,53 b. Swasta 50 87, , ,43 6 Profesi 53 82, , ,61 a. Negeri 3 100,00 0 0,00 3 0,08 b. Swasta 50 81, , ,53 7 Jumlah , , ,00 a. Negeri ,00 0 0, ,95 b. Swasta , , ,05 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Dosen layak mengajar adalah tenaga pengajar yang memiliki ijazah tertinggi S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen layak mengajar di program diploma dan S-1 adalah dosen lulusan S-2 dan yang lebih tinggi sedangkan dosen layak mengajar di program pascasarjana adalah dosen lulusan S-3. Oleh karena keterbatasan data yang dimiliki maka dosen layak dimaksud adalah dosen yang memiliki ijazah S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen dirinci menurut layak mengajar dan tidak layak mengajar serta menurut status kepegawaian. Tabel 8 Jumlah Dosen menurut Jenis Kelayakan Mengajar, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Lampung, Tahun 2012/2013 No. Kriteria Tetap % Tidak Tetap % Jumlah % 1 Tidak layak a. Negeri b. Swasta Layak Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP 195

201 Tabel 8 menunjukan jumlah dosen layak mengajar sebesar orang atau 56,55% lebih besar jika dibandingkan dengan tidak layak mengajar sebesar orang atau 43,45%. Selain itu, proporsi dosen layak di PT negeri sebesar 87,64% atau orang lebih besar daripada di PT swasta sebesar 41,27% atau orang atau. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dosen layak di PT negeri lebih baik jika dibandingkan dengan PT swasta, terutama untuk dosen tetap. Oleh karena itu, peningkatan kelayakan dosen mengajar di PT swasta sangat diperlukan. C. Analisis Indikator Pendidikan Tinggi Indikator pendidikan merupakan salah satu dari sejumlah faktor yang sangat penting dalam upaya mengetahui tercapainya tujuan sistem pendidikan nasional. Indikator pendidikan dapat digunakan sebagai peringatan awal terhadap permasalahan pendidikan yang ada di lapangan. Indikator pendidikan disusun untuk mengetahui kinerja suatu daerah dengan mendasarkan pada data kuantitatif pendidikan. Kinerja pendidikan diukur dengan menggunakan misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri dari 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Penggabungan kelima misi pendidikan tersebut menghasilkan kinerja program pendidikan. Berdasarkan kelima misi pendidikan tersebut, disusun enam jenis komposit indikator, yaitu 1) ketersediaan layanan, 2) keterjangkauan layanan, 3) kualitas layanan, 4) kesetaraan layanan, 5) kepastian layanan, dan 6) kinerja program pendidikan. Analisis misi K-1 digunakan untuk mengukur ketersediaan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-2 digunakan untuk mengukur keterjangkauan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-3 digunakan untuk mengukur kualitas layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-4 digunakan untuk mengukur kesetaraan layanan pendidikan. Analisis misi K-5 digunakan untuk mengukur kepastian memperoleh layanan pendidikan. Kinerja program pendidikan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian program pembangunan yang telah dilakukan pada tahun berjalan. 1. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K-1 Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan tahun , diperlukan indikator pendidikan yang dapat menilai kemajuan pendidikan, termasuk kemajuan program pembangunan PT. Indikator ketersediaan layanan PT digunakan rasio mahasiswa per lembaga. Indikator keterjangkauan layanan PT digunakan daerah terjangkau. Indikator kualitas layanan PT digunakan empat jenis indikator, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, angka produktivitas, dan kelayakan dosen mengajar. Indikator kesetaraan layanan 196

202 Pendidikan digunakan tiga jenis indikator, yaitu PG APK, IPG APK, dan persentase mahasiswa swasta. Indikator kepastian layanan pendidikan digunakan dua jenis indikator, yaitu APK dan AM ke PT. Tabel 9 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Lampung, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Lembaga a. Negeri b. Swasta Rasio mahasiswa per lembaga menggambarkan kepadatan mahasiswa pada suatu lembaga baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin besar nilainya berarti semakin padat mahasiswa yang ada pada lembaga tersebut. Berdasarkan Tabel 9 dan Grafik 4, rasio mahasiswa per lembaga sebesar dengan rincian di negeri sebesar orang dan di swasta sebesar orang. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka PT terpadat pada universitas sebesar dan terjarang pada akademi sebesar 475. Bila dirinci menurut status dan jenis lembaga maka PT negeri pada universitas yang terpadat sebesar dan terjarang pada politeknik sebesar sedangkan PT swasta pada institut yang terpadat sebesar dan terjarang pada akademi sebesar 475. Grafik 4 Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Lampung,Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 2. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K-2 Untuk melihat keterjangkauan layanan maka digunakan indikator kepadatan lembaga dan kepadatan penduduk usia PT dengan daerah terjangkau lembaga 197

203 dan mahasiswa. Daerah terjangkau dihitung dari jarak 25 km 2 dengan rincian daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Bila nilainya tinggi maka keterjangkauan makin luas, bila nilainya rendah maka keterjangkauannya makin kecil. Oleh karena itu, makin tinggi nilainya berarti makin baik karena jangkauannya makin luas. Tabel 10 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K-2 Provinsi Lampung, Tahun 2012/2013 Kepadatan Daerah terjangkau Daerah No. Indikator Lembaga P19-23 Lembaga Mahasiswa terjangkau 1 Daerah terjangkau Berdasarkan Tabel 10, kepadatan lembaga hanya sebesar 0,0022 lembaga per km 2 sedangkan kepadatan penduduk usia sebesar 20,01 orang per km 2. Daerah terjangkau lembaga dalam radius 25 km 2 sebesar 4,00 lembaga per km 2 sedangkan daerah terjangkau mahasiswa sebesar mahasiswa per km 2. Dengan demikian, daerah terjangkau sebesar mahasiswa per km Kualitas Layanan Pendidikan: Misi K-3 Analisis indikator peningkatan mutu dan relevansi pendidikan digunakan untuk mengukur mutu pendidikan suatu daerah. Peningkatan mutu bisa dilakukan melalui proses belajar mengajar yang efektif dan ditunjang oleh sumber daya, sarana/prasarana serta biaya yang memadai. Proses belajar yang bermutu akan menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Sejalan dengan ketersediaan layanan maka peningkatan mutu untuk semua program pendidikan tinggi juga dilaksanakan. Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan dan kualitas layanan pendidikan maka indikator pendidikan yang digunakan untuk pendidikan tinggi dapat dilihat dari tiga jenis, yaitu mahasiswa, dosen, dan lembaga. Berdasarkan ketiga jenis strategi tersebut maka dijabarkan menjadi empat indikator, yaitu 1) rasio mahasiswa per dosen (R-M/D), 2) rasio dosen per lembaga (R-D/L), 3) angka produktivitas (APro), dan 4) persentase dosen layak (%DL). Indikator 1, 2, dan 4 dilihat dosen, dan indikator 3 dilihat dari mahasiswa. 198

204 Tabel 11 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Lampung, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Dosen a. Negeri b. Swasta Rasio Dosen per Lembaga a. Negeri b. Swasta Angka Produktivitas a. Negeri b. Swasta Tabel 11 (lanjutan) Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Lampung, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 4 Angka Produktivitas 11,10 11,32 11,21-0,23 1,02 a. S-0 10,64 10,30 10,45 0,34 0,97 b. S-1 11,16 11,54 11,35-0,38 1,03 c. S-2 11,69 12,56 12,11-0,87 1,07 d. S-3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 e. Negeri 18,63 18,62 18,62 0,01 1,00 f. Swasta 9,67 9,66 9,66 0,00 1,00 5 Kelayakan Mengajar Dosen Tetap L+P Tidak Tetap L+P Rata-rata Rata-rata , ,40 56,55 a. Negeri ,64 0 0,00 87,64 b. Swasta , ,40 41,27 Grafik 5 Rasio Mahasiswa per Dosen menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Lampung, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Rasio mahasiswa per dosen menggambarkan layanan dosen terhadap mahasiswa baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Rasio ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas belajar mengajar. Semakin tinggi nilainya berarti semakin banyak mahasiswa yang dilayani oleh dosen atau dosen makin kurang. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 5 dapat diketahui efektivitas belajar mengajar di PT provinsi Lampung di mana rata-rata 199

205 seorang dosen melayani 26 mahasiswa, setelah dirinci menurut status lembaga ternyata dosen negeri melayani 14 mahasiswa jauh lebih rendah dibanding dengan dosen swasta. Pada universitas negeri seorang dosen melayani 14 mahasiswa sedangkan universitas swasta melayani 27 mahasiswa. Untuk politeknik dosen melayani mahasiswa terkecil dengan PT negeri sebesar 9 dan PT swasta sebesar 27 mahasiswa. Makin besar nilainya berarti makin kurang dosennya. Rasio dosen per lembaga menggambarkan ketersediaan dosen pada setiap lembaga dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin banyak jumlah dosen di setiap lembaga maka diharapkan proses belajar mengajar akan makin meningkat dan pada akhirnya peningkatan mutu pendidikan bisa tercapai. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 6 rasio dosen per lembaga PT provinsi Lampung sebesar 53 dengan rincian PT negeri sebesar 656 atau 17,94 kali lebih besar jika dibandingkan dengan PT swasta sebesar 37. Bila dilihat per jenis lembaga maka universitas yang tertinggi sebesar 253 dan terkecil pada akademi sebesar 17. Bila dilihat menurut status dan jenis lembaga maka untuk PT negeri universitas yang terbesar sebesar dan terkecil politeknik sebesar 140 sedangkan untuk PT swasta universitas yang terbesar sebesar 122 dan akademi yang terkecil sebesar 17. Besarnya rasio ini menunjukkan banyaknya dosen di suatu lembaga. Grafik 6 Rasio Dosen per Lembaga menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Lampung, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 Berdasarkan data yang terjaring dari kuesioner pendataan PT, bisa diketahui bagaimana kondisi mutu PT. Indikator mutu mahasiswa ditunjukkan dari angka produktivitas mahasiswa yang telah lulus setelah menempuhkan mata kuliah sesuai dengan kredit semester yang harus ditempuh. Angka produktivitas bervariasi untuk setiap program, misalnya untuk S-0 sekitar 30% karena tiga tahun sedangkan S-1 sekitar 25% karena selama 4 tahun. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 7, angka produktivitas PT sebesar 11,21% sangat kecil dengan rincian pada PT negeri sebesar 18,62% lebih besar daripada PT 200

206 swasta sebesar 9,66%. Bila dilihat menurut jenis lembaga maka universitas yang terbesar sebesar 13,05 dan terkecil pada ST sebesar 9,69. Angka produktivitas PT negeri lebih besar 19,28% jika dibandingkan dengan PT swasta walaupun PT negeri pun sebetulnya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan standar yang ada. Grafik 7 Angka Produktivitas menurut Status Lembaga dan Jenis Program Perguruan Tinggi, Provinsi Lampung, Tahun 2012/ ,00 18,62 18,63 18,62 15,00 10,00 11,32 11,10 11,21 12,56 11,35 10,64 11,16 11,69 12,11 10,30 9,66 10,45 11,54 9,67 9,66 5,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Rata2 Negeri Swasta S-0 S-1 S-2 S-3 Laki2 Perempuan Rata2 Bila dibandingkan antara laki-laki dan perempuan pada Tabel 11 lanjutan maka angka produktivitas laki-laki sebesar 11,10% lebih kecil daripada perempuan sebesar 11,32%. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan gender sebesar -0,23% dengan indeks paritas gender 1,02 yang berarti belum setara. Angka produktivitas antara S-0, S-1, S-2, dan S-3 cukup bervariasi, yang tertinggi pada program S-2 sebesar 12,11% namun yang terendah pada S-0 sebesar 10,45%. Perbedaan gender program S-0 sebesar 0,34% dengan indeks paritas gender sebesar 0,97 berarti belum setara. Indikator mutu lainnya adalah persentase dosen PT layak mengajar. Ketentuan dosen PT yang layak mengajar adalah lulusan S-2 ke atas dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi maupun di politeknik. Persentase dosen layak mengajar idealnya 100% berarti tidak ada dosen yang berijazah kurang dari S-1. Berdasarkan Tabel 11 lanjutan dan Grafik 8, persentase dosen layak mengajar PT sebesar 56,55%, bila dibandingkan antara PT negeri dan PT swasta maka persentase dosen layak mengajar PT negeri sebesar 87,64% lebih baik daripada PT swasta sebesar 41,27%. Dosen tetap layak mengajar sebesar 62,74% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 26,40%. Dosen tetap layak di PT negeri sebesar 87,64% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 0% sedangkan dosen tetap di PT swasta sebesar 46,33% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 26,40%. 201

207 Grafik 8 Persentase Dosen Layak menurut Status Kepegawaian dan Status Lembaga Perguruan Tinggi, Provinsi Lampung, Tahun 2012/ Tetap TT Tetap+TT Rata2 Negeri Swasta 4. Kesetaraan Layanan Pendidikan: Misi K-4 Pembangunan pendidikan yang dilaksanakan selama ini telah menunjukkan kemajuan tetapi masih terjadi kesenjangan dalam hal kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan. Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti perbedaan gender (PG) APK dan indeks paritas gender (IPG) APK serta dari segi status sekolah seperti persentase mahasiswa swasta (%MhsSwt). Tidak ada perbedaan gender bila nilainya 0 dan telah setara bila nilainya 1. %MhsSwt makin besar berarti makin besar partisipasi swasta dalam program pendidikan tinggi. Ditinjau dari sisi pendidikan, kesenjangan tersebut terasa karena masih tingginya perbedaaan gender APK perempuan jika dibandingkan dengan APK laki-laki. Oleh karena itu, untuk mencapai kesetaraan gender yang dihitung dari indeks paritas gender di segala bidang perlu dilakukan pengelolaan data berwawasan gender secara sistematis, teratur, dan berkesinambungan. Berdasarkan Tabel 12 dan Grafik 9 maka PG APK sebesar -1,56 yang berarti masih terjadi perbedaan sebesar -1,56% dengan perempuan lebih besar daripada laki-laki. Dengan demikian IPG APK sebesar 1,11 yang berarti belum setara dan perempuan lebih diuntungkan dari laki-laki. Tabel 12 Indikator Kesetaraan Layanan Pendidikan Misi K-4 Provinsi Lampung, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 1 APK (%) Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 2 % Mahasiswa Swasta

208 Grafik 9 PG APK dan IPG APK Perguruan Tinggi Provinsi Lampung, Tahun 2012/ PG APK IPG APK Berdasarkan Tabel 12 maka %MhsSwt PT sebesar 82,71% yang berarti sebanyak 82,71% mahasiswa bersekolah di PT swasta. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka institut, ST, dan akademik terbesar atau 100,00% dan terkecil universitas sebesar 58,77%. Hal ini berarti dominasi PT swasta pada institut, akademi dan sekolah tinggi sedangkan jenis lembaga lainnya seperti universitas sebesar 58,77%. 5. Kepastian Memperoleh Layanan Pendidikan: Misi K-5 Untuk dapat melihat kepastian memperoleh layanan pendidikan maka digunakan dua ukuran, yaitu seberapa banyak mahasiswa dapat dilayani pada pendidikan tinggi melalui APK dan sejauh mana akses masuk ke perguruan tinggi melalui angka melanjutkan. Berdasarkan Tabel 13 dan Grafik 10 maka APK PT sebesar 14,82% yang berarti sebanyak 14,82% penduduk usia PT bersekolah di PT dengan rincian di PT negeri sebesar 2,56% dan PT swasta sebesar 12,25%. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka partisipasi terbesar pada universitas sebesar 5,75% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,19%. Partisipasi PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 2,37% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,19%. Partisipasi PT swasta terbesar pada sekolah tinggi sebesar 6,19% dan terkecil pada institut sebesar 0,63%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas negeri dan sekolah tinggi swasta menunjang sangat besar dalam pencapaian partisipasi bersekolah di PT. 203

209 Tabel 13 Indikator Kepastian Layanan Pendidikan Misi K-5 Provinsi Lampung, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 APK a. Negeri b. Swasta AM ke PT a. Negeri b. Swasta Indikator kepastian layanan juga dapat dilihat dari AM PT yang terdapat pada Tabel 13 dan Grafik 10. AM PT sebesar 25,31% dengan rincian terbesar pada universitas sebesar 11,21% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,29%. Bila dirinci menurut status lembaga maka AM PT negeri sebesar 6,92% lebih besar daripada PT swasta sebesar 18,39%. AM PT negeri terbesar pada unversitas sebesar 6,63% dan terkecil pada politeknik sebesar 0,29%. AM PT swasta terbesar pada sekolah tinggi sebesar 9,34% dan terkecil pada institut sebesar 0,96%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa universitas negeri dan sekolah tinggi swasta menunjang sangat besar dalam memberikan akses ke PT. Grafik 10 APK dan AM PT menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Lampung, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 APK AM PT 6. Kinerja Pendidikan Tinggi: Gabungan Misi K-1 sampai K-5 Indikator misi pendidikan 5K digunakan untuk menilai kinerja program pendidikan tinggi. Misi K-1 dan K-2 masing-massing menggunakan satu jenis indikator, misi K-3 menggunakan 4 jenis indikator, misi K-4 menggunakan 3 jenis indikator, dan misi K-5 menggunakan 2 jenis indikator sehingga untuk melihat kinerja pendidikan tinggi menggunakan 11 jenis indikator. Ke-11 indikator tersebut memiliki kontribusi yang sama. Agar dapat ditentukan nilai kinerja maka 204

210 semua indikator yang memiliki satuan yang berbeda dijadikan satuan yang sama menggunakan standar. Standar yang digunakan dalam analisis ini hanya menggunakan asumsi karena belum ada ketentuan khusus kecuali untuk empat indikator, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT menggunakan standar ideal. Dengan menggunakan standar tersebut maka nila 100 adalah maksimal dan nilai 0 adalah yang minimal. Berdasarkan Tabel 14 dan Grafik 11, ketersediaan layanan sebesar 68,42, keterjangkauan layanan sebesar 100,00, kualitas layanan sebesar 62,84, kesetaraan layanan sebesar 96,16, dan kepastian layanan sebesar 37,35. Berdasarkan misi pendidikan 5K maka kinerja pendidikan tinggi sebesar 72,96. Idealnya adalah 100, sehingga kinerja pendidikan tinggi telah mencapai hampir 70% atau tiga per lima. Tabel 14 Kinerja Pendidikan Tinggi Berdasarkan Misi Pendidikan 5K Provinsi Lampung, Tahun 2012/2013 No. Misi Indikator Satuan Nilai Standar Konversi Jenis Kinerja 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L lembaga ,42 KURANG 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT orang ,00 PARIPURNA 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D dosen ,92 R-D/L dosen ,05 Aproduk % 11, ,85 %DL % 56, ,55 Kualitas Layanan 62,84 KURANG 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK % -1, ,44 IPG APK Indeks 1, ,03 %MhsSwt % 82, ,00 Kesetaraan Layanan 96,16 PARIPURNA 5 Misi K-5 Kepastian APK % 14, ,38 AM PT % 25, ,31 Kepastian Layanan 37,35 KURANG Kinerja PT 72,96 KURANG Grafik 11 Kinerja PT menurut Misi Pendidikan 5K Provinsi Lampung, Tahun 2012/2013 Misi K-1 100,00 80,00 60,00 Misi K-5 40,00 20,00 - Misi K-2 Misi K-4 Misi K-3 205

211 Dengan melihat Grafik 11 dapat diketahui bahwa misi K-2 dan K-4 yang terbaik masing-masing sebesar 100,00 dan 96,16 sedangkan misi K-5 yang terburuk karena hanya mencapai 37,35 sedangkan kinerja PT sebesar 72,96. Dengan demikian, untuk PT prioritas pembangunan perlu berikan pada dipeningkatkan kepastian layanan (misi K-5), kualitas layanan (misi K-3), dan ketersediaan layanan (misi K-1) karena capaian kinerja masih kurang dari 70,00. Selain itu, keterjangkauan layanan (misi K-2) perlu dipertahankan karena telah mencapai 100 dan kesetaraan layanan (misi K-4) perlu ditingkatkan karena hampir mencapai 100. D. Penutup 1. Simpulan Berdasarkan analisis indikator maka dapat disimpulkan bahwa misi K-2 yang terbaik dengan nilai sebesar 100,00, berarti termasuk kategori paripurna dan misi K- 4 juga sebesar 96,16 termasuk kategori paripurna. Sebaliknya, misi K-5 yang terburuk dengan nilai sebesar 37,35 termasuk kinerja kategori kurang dan misi K-3 sebesar 62,84 juga termasuk kinerja kategori kurang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kinerja PT provinsi Lampung sebesar 72,96 termasuk kinerja kategori kurang. 2. Saran Kinerja PT provinsi Lampung sebesar 72,96 termasuk kategori kurang. Hal ini disebabkan karena misi K-1, K-3, dan K-5 termasuk kategori kurang. Oleh karena itu, misi K-1, K-3, dan K-5 perlu ditingkatkan karena hanya tercapai masing-masing 68,42, 62,84, dan 37,35. Untuk misi K-1, dalam rangka meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan maka diperlukan peningkatan indikator rasio mahasiswa per lembaga. Untuk misi K- 3, dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan maka diperlukan jumlah dan pendidikan dosen untuk meningkatkan indikator rasio dosen-mahasiswa, rasio dosen-lembaga, dan %dosen layak. Sedangkan untuk meningkatkan kepastian (misi K-5), perlu meningkatkan indikator APK dan AM PT. 206

212 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2012/2013 PROVINSI MALUKU A. Pendahuluan Profil Pendidikan Tinggi (Profil PT) disusun berdasarkan pada Statistik Perguruan Tinggi Tahun 2012/2013 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan (PDSP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Sesuai dengan Statistik Perguruan Tinggi maka Profil PT juga menyajikan data pada tahun akademik 2012/2013. Profil PT mengacu pada visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Berdasarkan visi tersebut terdapat layanan prima pendidikan nasional yang dijabarkan menjadi misi pendidikan 5K. Visi Kemdikbud 2014 adalah terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional. Indikator pendidikan yang dimaksud disesuaikan dengan Rencana Strategi (Renstra) Kemdikbud dalam rangka Pembangunan Pendidikan yang terdiri dari tiga pilar kebijakan dan dijabarkan dalam misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri atas 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Profil PT terdiri atas data dan indikator pendidikan. Data pendidikan dirinci menjadi lima variabel, yaitu 1) lembaga pendidikan, 2) mahasiswa baru, 3) mahasiswa, 4) lulusan, dan 5) dosen. Kelima variabel data tersebut dirinci menurut jenis lembaga dan status lembaga. Pendidikan tinggi terdiri dari lima jenis lembaga PT, yaitu 1) universitas, 2) institut, 3) sekolah tinggi (ST), 4) akademi, dan 5) politeknik. Pendidikan tinggi dirinci menurut status lembaga, yaitu negeri dan swasta. Indikator pendidikan dirinci berdasarkan misi pendidikan 5K. Untuk misi K-1 adalah rasio mahasiswa per lembaga yang dirinci menurut jenis dan status lembaga PT. Untuk misi K-2 adalah daerah terjangkau yang dihitung dari daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Daerah yang bisa dijangkau oleh mahasiswa dalam jarak 25 km 2. Oleh karena itu, daerah terjangkau lembaga adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan 207

213 kepadatan lembaga sedangkan daerah terjangkau mahasiswa adalah jari-jari dikalikan 25 km dan dikalikan dengan kepadatan penduduk tahun. Untuk misi K-3 terdiri dari empat jenis, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, dan angka produktivitas menurut status jenis dan status, sedangkan kelayakan mengajar dosen menurut status lembaga. Untuk misi K-4 terdiri dari tiga jenis, yaitu perbedaan gender APK, indeks paritas gender APK, dan persentase mahasiswa swasta menurut jenis lembaga. Untuk misi K-5 terdiri dari dua jenis, yaitu APK dan AM ke PT menurut jenis lembaga. Dengan demikian, jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kinerja pendidikan tinggi sebanyak 11 jenis indikator pendidikan. Tabel 1 Standar untuk Melakukan Konversi No. Misi Indikator Standar Penjelasan 1 Misi K-1 Ketersediaan Rasio M/L Asumsi 2 Mis K-2 Keterjangkauan DT Asumsi 3 Misi K-3 Kualitas R-M/D 25 Asumsi R-D/L 100 Asumsi Aproduk 25 Asumsi %DL 100 Ideal 4 Misi K-4 Kesetaraan PG APK 0 Ideal IPG APK 1 Ideal %MhsSwt 75 Asumsi 5 Misi K-5 Kepastian APK 30 Asumsi AM PT 100 Ideal Oleh karena 11 indikator tersebut memiliki satuan yang berbeda maka diperlukan standar untuk menyatukan nilainya seperti disajikan pada Tabel 1. Hanya ada empat indikator yang menggunakan ideal, yaitu %DL, PG APK, IPG APK, dan AM PT. Berdasarkan perhitungan kinerja maka nilai kinerja menurut jenis disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis Kinerja No. Jenis Kinerja 1 Paripurna 2 Utama 3 Madya 4 Pratama 5 Kurang Nilai ke atas kurang dari B. Data Pendidikan Gambaran umum pendidikan tinggi disajikan pada Tabel 3 yang dirinci menurut variabel pendidikan, status lembaga, dan jenis lembaga. Berdasarkan Tabel 3, pada tahun 2012/2013 jumlah lembaga PT di provinsi Maluku adalah 28 dengan rincian 4 universitas (14,29%), 18 sekolah tinggi (64,29%), 4 akademi (14,29%), dan 2 politeknik (7,14%). Dengan demikian, jenis 208

214 lembaga terbesar adalah sekolah tinggi dan terkecil adalah politeknik. Untuk status lembaga negeri hanya memiliki 1 universitas dan 2 politeknik sehingga jumlah lembaga negeri sebesar 3 lembaga, sedangkan untuk lembaga swasta terdapat 3 universitas, 18 sekolah tinggi, dan 4 akademi sehingga jumlahnya 25 lembaga. Dengan demikian, jenis status lembaga negeri terbesar adalah universitas dan terkecil adalah politeknik sedangkan status lembaga swasta terbesar adalah sekolah tinggi dan terkecil adalah universitas. Tabel 3 Gambaran Umum Pendidikan Tinggi Provinsi Maluku, Tahun 2012/2013 No. Variabel Universitas % Institut % ST % Akademi % Politeknik % Jumlah 1 Lembaga 4 14,29 0 0, , ,29 2 7,14 28 a. Negeri 1 33,33 0 0,00 0 0,00 0 0, ,67 3 b. Swasta 3 12,00 0 0, , ,00 0 0, Mahasiswa Baru ,62 0 0, , , , a. Negeri ,52 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta ,19 0 0, , ,86 0 0, Mahasiswa ,76 0 0, , , , a. Negeri ,34 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta ,78 0 0, , ,64 0 0, Lulusan ,06 0 0, , , , a. Negeri ,50 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta ,19 0 0, , ,84 0 0, Dosen ,53 0 0, , , , a. Negeri ,18 0 0,00 0 0,00 0 0, , b. Swasta ,13 0 0, , ,58 0 0, Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Grafik 1 Jumlah Lembaga Menurut Jenis dan Status Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Maluku, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Jumlah Negeri Swasta Jumlah Jumlah mahasiswa baru PT di provinsi Maluku sebesar orang, berada di negeri sebesar orang lebih kecil daripada di swasta sebesar orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa baru universitas yang terbesar sebesar orang atau 71,62% dan terkecil pada politeknik sebesar 599 orang atau 6,83%. Bila dilihat menurut status lembaga maka mahasiswa baru 209

215 PT Negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 85,52% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 59,19%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 599 orang atau 14,48% dan PT swasta adalah akademi sebesar 40 orang atau 0,86%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa baru PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Dapat dikatakan bahwa universitas masih menjadi idola banyak orang ketika melanjutkan ke PT. Grafik 2 Jumlah Mahasiswa Baru dan Mahasiswa PT Provinsi Maluku, Tahun 2012/ Negeri Swasta Jumlah Mahasiswa Baru Mahasiswa Jumlah mahasiswa PT provinsi Maluku sebanyak orang berada di PT negeri sebanyak orang dan di PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat menurut jenis lembaga, jumlah mahasiswa terbesar di universitas sebanyak orang atau 66,76% dan terkecil di akademi sebanyak 184 orang atau 0,42%. Bila dilihat menurut status lembaga, mahasiswa PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 84,34% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 57,78%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar orang atau 15,66% dan PT swasta adalah akademi sebesar 184 orang atau 0,64%. Dengan demikian, dominasi mahasiswa PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Jumlah lulusan PT provinsi Maluku sebanyak orang dengan lulusan dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak orang. Bila dilihat per jenis lembaga maka lulusan terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 72,06% dan terkecil pada akademi sebesar 25 orang atau 0,43%. Bila dilihat menurut status lembaga, lulusan PT negeri pada universitas yang terbesar sebesar orang atau 85,50% dan PT swasta juga pada universitas sebesar orang atau 59,19%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri adalah politeknik sebesar 414 orang atau 14,50% dan PT swasta adalah 210

216 akademi sebesar 25 orang atau 0,84%. Dengan demikian, dominasi lulusan PT negeri pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Grafik 3 Jumlah Lulusan dan Dosen PT Provinsi Maluku, Tahun 2012/ Negeri Swasta Jumlah Lulusan Dosen Jumlah dosen PT provinsi Maluku sebanyak orang dengan dosen dari PT negeri sebanyak orang dan dari PT swasta sebanyak 843 orang. Bila dilihat per jenis lembaga, jumlah dosen terbanyak juga pada universitas sebesar orang atau 67,53% dan terkecil pada akademi sebesar 47 orang atau 2,07%. Bila dilihat menurut status lembaga, dosen PT negeri terbesar pada universitas sebesar orang atau 77,18% dan PT swasta juga pada universitas sebesar 431 atau 51,13%. Sebaliknya, yang terkecil untuk PT negeri pada politeknik sebesar 327 orang atau 22,82% dan PT swasta adalah akademi sebesar 47 orang atau 5,58%. Dengan demikian, dominasi dosen PT negeri juga pada universitas dan PT swasta juga pada universitas. Secara rinci, pembangunan pendidikan di setiap jenis dan status lembaga PT tidak sama. Oleh karena itu, dilakukan penjabaran pada setiap jenis variabel pendidikan, seperti lembaga, mahasiswa baru, mahasiswa, lulusan, dan dosen. 1. Lembaga Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lembaga adalah sekolah atau tempat belajar pada tingkat pendidikan tinggi. Jumlah PT provinsi Maluku sebanyak 28 lembaga dengan rincian menurut status lembaga adalah PT negeri sebanyak 3 lembaga dan PT swasta sebanyak 25 lembaga. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka terdapat 4 universitas atau 14,29%, 18 sekolah tinggi atau 64,29%, 4 akademi atau 14,29%, dan 2 politeknik atau 7,14%. Bila dirinci menurut status lembaga maka pada PT negeri terdiri dari 1 universitas dan 2 politeknik sedangkan PT swasta terdiri dari 3 universitas, 18 ST, dan 4 akademi. 211

217 2. Mahasiswa Baru Mahasiswa baru adalah pendaftar pada pendidikan tinggi yang telah lulus dalam seleksi ujian masuk ke perguruan tinggi. Mahasiswa baru dirinci menurut tiga jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa baru juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 4 Jumlah Mahasiswa Baru menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin, Perguruan Tinggi Provinsi Maluku, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,93 a. Negeri , , ,66 b. Swasta 42 31, , ,92 2 S , , ,91 a. Negeri , , ,88 b. Swasta , , ,08 3 S , , ,16 a. Negeri 55 53, , ,46 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 4 S-3 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 4 merupakan jumlah mahasiswa baru PT provinsi Maluku sebanyak orang, bila dirinci menurut lima jenjang program tersebut yang terbanyak diterima menjadi mahasiswa baru pada program S-1 sebesar orang atau 89,91% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 81,88% dan PT swasta sebanyak orang atau 97,08%. Sebaliknya, yang masuk program S-2 yang terkecil sebesar 102 orang atau 1,16% dengan rincian seluruhnya di PT negeri sebesar 102 orang atau 2,46%. Hal ini menunjukkan minat untuk masuk ke program S-2 masih sangat kecil jika dibandingkan dengan program lainnya. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa baru laki-laki terbesar pada program S-0 sebesar 57,60% atau 451 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 42,40% atau 332 orang. Jumlah mahasiswa baru laki-laki terkecil pada program S-1 sebesar 45,18% atau orang jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 54,82% atau orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin sedikit bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin sedikit perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti minat perempuan melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi ternyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan laki-laki. 212

218 3. Mahasiswa Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar pada jenjang pendidikan tinggi. Mahasiswa dirinci menurut empat jenis program, yaitu S-0 atau diploma, S-1 atau sarjana, S-2 dan S-3 atau pascasarjana. Mahasiswa juga dirinci menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 5 menunjukkan jumlah mahasiswa PT provinsi Maluku sebesar orang, bila dirinci menurut lima jenjang program, mahasiswa yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 91,94% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 27,68% dan PT swasta sebanyak orang atau 64,25%. Besarnya mahasiswa di PT swasta karena memang lembaga PT swasta lebih besar jika dibandingkan dengan lembaga PT negeri. Jumlah mahasiswa terkecil adalah pada jenjang S-2 sebanyak 364 orang atau 0,83% dengan rincian seluruhnya berada di PT negeri sebesar 364 orang atau 0,83%. Hal ini berarti minat melanjutkan ke jenjang yang paling tinggi atau S-2 ternyata masih sangat kecil. Tabel 5 Jumlah Mahasiswa menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin serta Penduduk Usia tahun menurut Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Maluku, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,23 a. Negeri , , ,29 b. Swasta , , ,94 2 S , , ,94 a. Negeri , , ,68 b. Swasta , , ,25 3 S , , ,83 a. Negeri , , ,83 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 4 S-3 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 7 Penduduk th , , Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP dan Proyeksi BPS Berdasarkan jenis kelamin, proporsi mahasiswa laki-laki terbesar pada jenjang S-0 sebanyak 54,53% atau orang jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 45,47% atau orang. Proporsi mahasiswa laki-laki terkecil pada jenjang S-1 sebanyak 46,13% atau orang dan lebih kecil jika dibandingkan dengan perempuan sebanyak 53,87% atau orang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa makin tinggi jenjang pendidikan laki-laki ternyata makin sedikit bersekolah di PT. Sebaliknya, makin rendah jenjang pendidikan makin sedikit perempuan bersekolah di PT. Hal ini berarti 213

219 kesempatan perempuan bersekolah di jenjang yang paling tinggi ternyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan laki-laki. Dilihat dari penduduk usia PT maka penduduk usia tahun provinsi Maluku sebesar orang dengan rincian laki-laki sebesar atau 50,91% lebih kecil daripada perempuan sebesar orang atau 49,09%. 4. Lulusan Lulusan adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan kuliahnya berdasarkan pada hasil ujian dan paper/tesis/disertasi yang disiapkan pada suatu jenjang pendidikan tinggi. Lulusan dapat dirinci menurut empat program, yaitu S-0, S-1, S-2, dan S-3. Lulusan S-0 juga dirinci menurut diploma 1, diploma 2, diploma 3, dan diploma 4. Lulusan diploma 1 dengan masa kuliah selama 1 tahun, diploma 2 selama 2 tahun, diploma 3 selama 3 tahun, dan diploma 4 selama 4 tahun. Lulusan S-1 dengan masa kuliah selama 4 tahun sedangkan lulusan S-2 dan S-3 selama 2 tahun. Tabel 6 Jumlah Lulusan menurut Jenjang Program, Status Lembaga, dan Jenis Kelamin Perguruan Tinggi, Provinsi Maluku, Tahun 2012/2013 No. Jenjang Program Laki2 % Perempuan % Jumlah % 1 S , , ,15 a. Negeri , , ,66 b. Swasta 27 31, , ,92 2 S , , ,65 a. Negeri , , ,89 b. Swasta , , ,08 3 S , , ,20 a. Negeri 38 54, , ,45 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 4 S-3 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 Profesi 0 0,00 0 0,00 0 0,00 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 Jumlah , , ,00 a. Negeri , , ,00 b. Swasta , , ,00 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 6 merupakan jumlah lulusan PT provinsi Maluku sebanyak orang, dari kelima jenjang program tersebut, jumlah lulusan yang terbanyak pada jenjang S-1 sebesar orang atau 89,65% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang dan PT swasta sebanyak orang. Jumlah lulusan terkecil adalah pada jenjang S-2 pada PT sebanyak 70 orang atau 1,20% dengan rincian seluruhnya berada di PT negeri sebesar 70 orang. Hal ini berarti sejalan dengan jumlah mahasiswa maka lulusan di jenjang yang paling tinggi ternyata masih sangat kecil. 214

220 Berdasarkan jenis kelamin, proporsi lulusan laki-laki terbesar pada jenjang S-0 sebesar 57,87% atau 309 orang, jika dibandingkan dengan perempuan sebesar 42,13% atau 225 orang. Proporsi lulusan laki-laki terkecil pada program S-1 sebesar 45,06% atau orang, jika dibandingkan dengan lulusan perempuan sebesar 54,94% atau orang. Hal ini berarti seperti halnya mahasiswa maka lulusan perempuan di jenjang yang paling tinggi ternyata juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan laki-laki. 5. Dosen Dosen adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Dosen dapat dikategorikan sebagai dosen tetap dan tidak tetap. Dosen juga dirinci menurut enam tingkat pendidikan yang pernah diikuti, yaitu < S-1, S-1/D-4, S-2, S-3, spesialis, dan profesi menurut status kepegawaian. Berdasarkan Tabel 7, jumlah dosen PT di provinsi Maluku sebanyak orang, dari keenam tingkat pendidikan tersebut, dosen yang terbanyak adalah lulusan S-2 sebesar orang atau 57,64% dengan rincian di PT negeri sebanyak orang atau 44,33% dan PT swasta sebanyak 303 orang atau 13,31%. Proporsi dosen terkecil adalah lulusan <S-1 sebanyak 0,18% atau 4 orang dengan rincian seluruhnya berada di PT swasta sebesar 0,18% atau 4 orang. Dengan demikian, sebagian besar dosen sudah memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan kelayakan mengajar, yaitu S-2 dan yang lebih tinggi. Tabel 7 Jumlah Dosen menurut Pendidikan Tertinggi, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Maluku, Tahun 2012/2013 No. Pendidikan Tertinggi Tetap % 1 < S , ,00 4 0,18 a. Negeri 0 0,00 0 0,00 0 0,00 b. Swasta 3 75, ,00 4 0,18 2 S-1/D , , ,51 a. Negeri ,69 1 0, ,97 b. Swasta , , ,54 3 S , , ,64 a. Negeri ,00 0 0, ,33 b. Swasta , , ,31 4 S ,44 3 2, ,14 a. Negeri ,00 0 0, ,13 b. Swasta 20 86, , ,01 5 Spesialis 6 100,00 0 0,00 6 0,26 a. Negeri 6 100,00 0 0,00 6 0,26 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 Profesi 6 100,00 0 0,00 6 0,26 a. Negeri 6 100,00 0 0,00 6 0,26 b. Swasta 0 0,00 0 0,00 0 0,00 7 Jumlah , , ,00 a. Negeri ,93 1 0, ,96 b. Swasta , , ,04 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tidak Tetap L+P % Jumlah % 215

221 Dosen layak mengajar adalah tenaga pengajar yang memiliki ijazah tertinggi S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen layak mengajar di program diploma dan S-1 adalah dosen lulusan S-2 dan yang lebih tinggi sedangkan dosen layak mengajar di program pascasarjana adalah dosen lulusan S-3. Oleh karena keterbatasan data yang dimiliki maka dosen layak dimaksud adalah dosen yang memiliki ijazah S-2 dan yang lebih tinggi. Dosen dirinci menurut layak mengajar dan tidak layak mengajar serta menurut status kepegawaian. Tabel 8 Jumlah Dosen menurut Jenis Kelayakan Mengajar, Status Lembaga, dan Status Kepegawaian Perguruan Tinggi, Provinsi Maluku, Tahun 2012/2013 No. Kriteria Tetap % Tidak Tetap L+P % Jumlah % 1 Tidak layak , , ,69 a. Negeri , , ,19 b. Swasta , , ,33 2 Layak , , ,31 Negeri ,86 0 0, ,81 Swasta , , ,67 3 Jumlah , , ,00 Negeri ,47 1 0, ,96 Swasta , , ,04 Sumber: Statistik PT 2012/2013, PDSP Tabel 8 menunjukan jumlah dosen layak mengajar sebesar orang atau 63,31% lebih besar jika dibandingkan dengan tidak layak mengajar sebesar 835 orang atau 36,69%. Selain itu, proporsi dosen layak di PT negeri sebesar 77,81% atau orang lebih besar daripada di PT swasta sebesar 38,67% atau 326 orang atau. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dosen layak di PT negeri lebih baik jika dibandingkan dengan PT swasta, terutama untuk dosen tetap. Oleh karena itu, peningkatan kelayakan dosen mengajar di PT swasta sangat diperlukan. C. Analisis Indikator Pendidikan Tinggi Indikator pendidikan merupakan salah satu dari sejumlah faktor yang sangat penting dalam upaya mengetahui tercapainya tujuan sistem pendidikan nasional. Indikator pendidikan dapat digunakan sebagai peringatan awal terhadap permasalahan pendidikan yang ada di lapangan. Indikator pendidikan disusun untuk mengetahui kinerja suatu daerah dengan mendasarkan pada data kuantitatif pendidikan. Kinerja pendidikan diukur dengan menggunakan misi pendidikan 5K. Misi pendidikan 5K terdiri dari 1) misi K-1 meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, 2) misi K-2 memperluas keterjangkauan layanan pendidikan, 3) misi K-3 meningkatkan kualitas dan relevansi layanan pendidikan, 4) misi K-4 mewujudkan kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan, dan 5) misi K-5 menjamin kepastian memperoleh layanan pendidikan. Penggabungan kelima misi pendidikan tersebut menghasilkan kinerja program pendidikan. 216

222 Berdasarkan kelima misi pendidikan tersebut, disusun enam jenis komposit indikator, yaitu 1) ketersediaan layanan, 2) keterjangkauan layanan, 3) kualitas layanan, 4) kesetaraan layanan, 5) kepastian layanan, dan 6) kinerja program pendidikan. Analisis misi K-1 digunakan untuk mengukur ketersediaan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-2 digunakan untuk mengukur keterjangkauan layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-3 digunakan untuk mengukur kualitas layanan pendidikan pada suatu daerah. Analisis misi K-4 digunakan untuk mengukur kesetaraan layanan pendidikan. Analisis misi K-5 digunakan untuk mengukur kepastian memperoleh layanan pendidikan. Kinerja program pendidikan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian program pembangunan yang telah dilakukan pada tahun berjalan. 1. Ketersediaan Layanan Pendidikan: Misi K-1 Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan tahun , diperlukan indikator pendidikan yang dapat menilai kemajuan pendidikan, termasuk kemajuan program pembangunan PT. Indikator ketersediaan layanan PT digunakan rasio mahasiswa per lembaga. Indikator keterjangkauan layanan PT digunakan daerah terjangkau. Indikator kualitas layanan PT digunakan empat jenis indikator, yaitu rasio mahasiswa per dosen, rasio dosen per lembaga, angka produktivitas, dan kelayakan dosen mengajar. Indikator kesetaraan layanan Pendidikan digunakan tiga jenis indikator, yaitu PG APK, IPG APK, dan persentase mahasiswa swasta. Indikator kepastian layanan pendidikan digunakan dua jenis indikator, yaitu APK dan AM ke PT. Tabel 9 Indikator Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Maluku, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Lembaga a. Negeri b. Swasta Rasio mahasiswa per lembaga menggambarkan kepadatan mahasiswa pada suatu lembaga baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin besar nilainya berarti semakin padat mahasiswa yang ada pada lembaga tersebut. Berdasarkan Tabel 9 dan Grafik 4, rasio mahasiswa per lembaga sebesar dengan rincian di negeri sebesar orang dan di swasta sebesar orang. Bila dirinci menurut jenis lembaga maka PT terpadat pada universitas sebesar dan terjarang pada akademi sebesar 46. Bila dirinci menurut status dan jenis lembaga maka PT negeri pada universitas yang terpadat sebesar dan terjarang pada politeknik sebesar sedangkan PT swasta pada universitas yang terpadat sebesar dan terjarang pada akademi sebesar

223 Grafik 4 Ketersediaan Layanan Pendidikan Misi K-1 Provinsi Maluku,Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 2. Keterjangkauan Layanan Pendidikan: Misi K-2 Untuk melihat keterjangkauan layanan maka digunakan indikator kepadatan lembaga dan kepadatan penduduk usia PT dengan daerah terjangkau lembaga dan mahasiswa. Daerah terjangkau dihitung dari jarak 25 km 2 dengan rincian daerah terjangkau mahasiswa dibagi dengan daerah terjangkau lembaga. Bila nilainya tinggi maka keterjangkauan makin luas, bila nilainya rendah maka keterjangkauannya makin kecil. Oleh karena itu, makin tinggi nilainya berarti makin baik karena jangkauannya makin luas. Tabel 10 Indikator Keterjangkauan Layanan Pendidikan Misi K-2 Provinsi Maluku, Tahun 2012/2013 Kepadatan Daerah terjangkau Daerah No. Indikator Lembaga P19-23 Lembaga Mahasiswa terjangkau 1 Daerah terjangkau 0,0006 2,93 1, Berdasarkan Tabel 10, kepadatan lembaga hanya sebesar 0,0006 lembaga per km 2 sedangkan kepadatan penduduk usia sebesar 2,93 orang per km 2. Daerah terjangkau lembaga dalam radius 25 km 2 sebesar 1,00 lembaga per km 2 sedangkan daerah terjangkau mahasiswa sebesar mahasiswa per km 2. Dengan demikian, daerah terjangkau sebesar mahasiswa per km Kualitas Layanan Pendidikan: Misi K-3 Analisis indikator peningkatan mutu dan relevansi pendidikan digunakan untuk mengukur mutu pendidikan suatu daerah. Peningkatan mutu bisa 218

224 dilakukan melalui proses belajar mengajar yang efektif dan ditunjang oleh sumber daya, sarana/prasarana serta biaya yang memadai. Proses belajar yang bermutu akan menghasilkan lulusan yang mampu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Sejalan dengan ketersediaan layanan maka peningkatan mutu untuk semua program pendidikan tinggi juga dilaksanakan. Berdasarkan Rencana Strategi Pembangunan Pendidikan dan kualitas layanan pendidikan maka indikator pendidikan yang digunakan untuk pendidikan tinggi dapat dilihat dari tiga jenis, yaitu mahasiswa, dosen, dan lembaga. Berdasarkan ketiga jenis strategi tersebut maka dijabarkan menjadi empat indikator, yaitu 1) rasio mahasiswa per dosen (R-M/D), 2) rasio dosen per lembaga (R-D/L), 3) angka produktivitas (APro), dan 4) persentase dosen layak (%DL). Indikator 1, 2, dan 4 dilihat dosen, dan indikator 3 dilihat dari mahasiswa. Tabel 11 Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Maluku, Tahun 2012/2013 No. Indikator Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 1 Rasio Mahasiswa per Dosen a. Negeri b. Swasta Rasio Dosen per Lembaga a. Negeri b. Swasta Angka Produktivitas 14,41 0,00 9,91 13,59 17,89 13,35 a. Negeri 19,58 0,00 0,00 0,00 17,89 19,32 b. Swasta 10,56 0,00 9,91 13,59 0,00 10,31 Tabel 11 (lanjutan) Indikator Kualitas Layanan Pendidikan Misi K-3 Provinsi Maluku, Tahun 2012/2013 No. Indikator Laki2 Perempuan Rata2 PG IPG 4 Angka Produktivitas 13,22 13,47 13,35-0,25 1,02 a. S-0 17,93 15,66 16,90 2,28 0,87 b. S-1 12,72 13,28 13,02-0,56 1,04 c. S-2 19,29 19,16 19,23 0,13 0,99 d. S-3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 e. Negeri 19,32 19,32 19,32 0,00 1,00 f. Swasta 10,31 10,31 10,31 0,00 1,00 5 Kelayakan Mengajar Dosen Tetap L+P Tidak Tetap L+P Rata-rata Rata-rata , ,33 63,31 a. Negeri ,86 0 0,00 77,81 b. Swasta , ,42 38,67 Grafik 5 Rasio Mahasiswa per Dosen menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Maluku, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 219

225 Rasio mahasiswa per dosen menggambarkan layanan dosen terhadap mahasiswa baik untuk universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Rasio ini diperlukan untuk mengetahui efektivitas belajar mengajar. Semakin tinggi nilainya berarti semakin banyak mahasiswa yang dilayani oleh dosen atau dosen makin kurang. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 5 dapat diketahui efektivitas belajar mengajar di PT provinsi Maluku di mana rata-rata seorang dosen melayani 19 mahasiswa, setelah dirinci menurut status lembaga ternyata dosen negeri melayani 10 mahasiswa jauh lebih tinggi dibanding dengan dosen swasta. Pada universitas negeri seorang dosen melayani 11 mahasiswa sedangkan universitas swasta melayani 39 mahasiswa. Untuk politeknik dosen melayani mahasiswa terkecil dengan PT negeri sebesar 7 dan untuk akademi dosen melayani mahasiswa terkecil dengan PT swasta sebesar 4 mahasiswa. Makin besar nilainya berarti makin kurang dosennya. Rasio dosen per lembaga menggambarkan ketersediaan dosen pada setiap lembaga dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik. Semakin banyak jumlah dosen di setiap lembaga maka diharapkan proses belajar mengajar akan makin meningkat dan pada akhirnya peningkatan mutu pendidikan bisa tercapai. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 6 rasio dosen per lembaga PT provinsi Maluku sebesar 81 dengan rincian PT negeri sebesar 478 atau 14,17 kali lebih besar jika dibandingkan dengan PT swasta sebesar 34. Bila dilihat per jenis lembaga maka universitas yang tertinggi sebesar 384 dan terkecil pada akademi sebesar 12. Bila dilihat menurut status dan jenis lembaga maka untuk PT negeri universitas yang terbesar sebesar dan terkecil politeknik sebesar 164 sedangkan untuk PT swasta universitas yang terbesar sebesar 144 dan akademi yang terkecil sebesar 12. Besarnya rasio ini menunjukkan banyaknya dosen di suatu lembaga. Grafik 6 Rasio Dosen per Lembaga menurut Jenis Lembaga Perguruan Tinggi Provinsi Maluku, Tahun 2012/ Universitas Institut ST Akademi Politeknik Rata2 Negeri Swasta Rata2 220

226 Berdasarkan data yang terjaring dari kuesioner pendataan PT, bisa diketahui bagaimana kondisi mutu PT. Indikator mutu mahasiswa ditunjukkan dari angka produktivitas mahasiswa yang telah lulus setelah menempuhkan mata kuliah sesuai dengan kredit semester yang harus ditempuh. Angka produktivitas bervariasi untuk setiap program, misalnya untuk S-0 sekitar 30% karena tiga tahun sedangkan S-1 sekitar 25% karena selama 4 tahun. Berdasarkan Tabel 11 dan Grafik 7, angka produktivitas PT sebesar 13,35% sangat kecil dengan rincian pada PT negeri sebesar 19,32% lebih besar daripada PT swasta sebesar 10,31%. Bila dilihat menurut jenis lembaga maka universitas yang terbesar sebesar 14,41 dan terkecil pada ST sebesar 9,91. Angka produktivitas PT negeri lebih besar 19,32% jika dibandingkan dengan PT swasta walaupun PT negeri pun sebetulnya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan standar yang ada. Grafik 7 Angka Produktivitas menurut Status Lembaga dan Jenis Program Perguruan Tinggi, Provinsi Maluku, Tahun 2012/ ,00 15,00 10,00 19,32 19,16 19,32 19,32 19,29 19,23 17,93 15,6616,90 13,47 13,22 13,35 13,02 12,72 13,28 10,31 10,31 10,31 5,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Rata2 Negeri Swasta S-0 S-1 S-2 S-3 Laki2 Perempuan Rata2 Bila dibandingkan antara laki-laki dan perempuan pada Tabel 11 lanjutan maka angka produktivitas laki-laki sebesar 13,22% lebih kecil daripada perempuan sebesar 13,47%. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan gender sebesar -0,25% dengan indeks paritas gender 1,02 yang berarti belum setara. Angka produktivitas antara S-0, S-1, S-2, dan S-3 cukup bervariasi, yang tertinggi pada program S-2 sebesar 19,23% namun yang terendah pada S-1 sebesar 13,02%. Perbedaan gender program S-0 sebesar 2,28% dengan indeks paritas gender sebesar 0,87 berarti belum setara. Indikator mutu lainnya adalah persentase dosen PT layak mengajar. Ketentuan dosen PT yang layak mengajar adalah lulusan S-2 ke atas dan diterapkan baik di universitas, institut, sekolah tinggi, akademi maupun di politeknik. Persentase dosen layak mengajar idealnya 100% berarti tidak ada dosen yang berijazah kurang dari S-1. Berdasarkan Tabel 11 lanjutan dan Grafik 8, persentase dosen layak mengajar PT sebesar 63,31%, bila dibandingkan antara PT negeri dan PT swasta maka persentase dosen layak mengajar PT negeri sebesar 77,81% lebih baik 221

227 daripada PT swasta sebesar 38,67%. Dosen tetap layak mengajar sebesar 68,93% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 26,33%. Dosen tetap layak di PT negeri sebesar 77,86% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 0% sedangkan dosen tetap di PT swasta sebesar 45,40% lebih baik jika dibandingkan dengan dosen tidak tetap sebesar 26,42%. Grafik 8 Persentase Dosen Layak menurut Status Kepegawaian dan Status Lembaga Perguruan Tinggi, Provinsi Maluku, Tahun 2012/ ,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 77,86 77,81 68,93 63,31 45,40 38,67 26,33 26,42 0,00 Tetap TT Tetap+TT Rata2 Negeri Swasta 4. Kesetaraan Layanan Pendidikan: Misi K-4 Pembangunan pendidikan yang dilaksanakan selama ini telah menunjukkan kemajuan tetapi masih terjadi kesenjangan dalam hal kemitrasejajaran antara laki-laki dan perempuan. Untuk dapat melihat kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan maka digunakan ukuran dari segi jenis kelamin seperti perbedaan gender (PG) APK dan indeks paritas gender (IPG) APK serta dari segi status sekolah seperti persentase mahasiswa swasta (%MhsSwt). Tidak ada perbedaan gender bila nilainya 0 dan telah setara bila nilainya 1. %MhsSwt makin besar berarti makin besar partisipasi swasta dalam program pendidikan tinggi. Ditinjau dari sisi pendidikan, kesenjangan tersebut terasa karena masih tingginya perbedaaan gender APK perempuan jika dibandingkan dengan APK laki-laki. Oleh karena itu, untuk mencapai kesetaraan gender yang dihitung dari indeks paritas gender di segala bidang perlu dilakukan pengelolaan data berwawasan gender secara sistematis, teratur, dan berkesinambungan. Berdasarkan Tabel 12 dan Grafik 9 maka PG APK sebesar -5,23 yang berarti masih terjadi perbedaan sebesar -5,23% dengan perempuan lebih besar daripada laki-laki. Dengan demikian IPG APK sebesar 1,18 yang berarti belum setara dan perempuan lebih diuntungkan dari laki-laki. 222

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I)

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I) i PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU I) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU III)

PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU III) 1 PROFIL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 2013 (BUKU III) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, 2013 KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

INFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013

INFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013 INFOGRAFI PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Buku Infografi Pendidikan ini merupakan salah satu bentuk pendayagunaan data pendidikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/ /2012 BUKU 1

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/ /2012 BUKU 1 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI TAHUN 1999/2000 2011/2012 BUKU 1 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500-2,756 3,097 3,078 2,892 2,928 2,556 2,598 82 82 82 83 83 88 92 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2012/2013 BUKU 1 (12 KAB/KOTA

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2012/2013 BUKU 3 (13 KAB/KOTA

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2012/2013 BUKU 2 (14 KAB/KOTA

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2012/2013 BUKU 5 (10 KAB/KOTA

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM 1 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM A. PENDAHULUAN Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret 2015 1 A. KONSEP PROFIL PENDIDIKAN B. VISI KEMDIKNAS 2014 C. MISI PENDIDIKAN 5K D. INDIKATOR PENDIDIKAN BERDASARKAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Mei 2014

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Mei 2014 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Mei 2014 1 A. KONSEP PROFIL PENDIDIKAN B. VISI KEMDIKNAS 2014 C. MISI PENDIDIKAN 5K D. INDIKATOR PENDIDIKAN BERDASARKAN

Lebih terperinci

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012 KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 1 : Pulau Jawa)

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 1 : Pulau Jawa) PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 1 : Pulau Jawa) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN JAKARTA, 2013 PROFIL PAUD DAN NONFORMAL TAHUN 2013 BUKU 1 12 KABUPATEN/KOTA DI

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI ACEH

ANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI ACEH ANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI ACEH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATALOG DALAM TERBITAN Sudarwati Analisis KInerja Pendidikan Sudarwati.

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH&NBSP; &NBSP;

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH&NBSP; &NBSP; PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH&NBSP; &NBSP; DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 4 BAB I. PENDAHULUAN... 6 Tabel 1.1. Standar untuk Menentukan Nilai Masing-masing Indikator...

Lebih terperinci

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 3 : Pulau Sumatera dan Maluku)

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 3 : Pulau Sumatera dan Maluku) PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 3 : Pulau Sumatera dan Maluku) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN JAKARTA, 2013 PROFIL PAUD DAN NONFORMAL TAHUN 2013 BUKU 3 14 KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016 KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2015/2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2016 KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI...

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... LOGO KANTOR PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI... Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:lambang_kabupaten_dan_kota_di_indonesia PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA...

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 No. 07/01/31/Th. XV, 2 Januari 2013 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2011 A. Penjelasan Umum

Lebih terperinci

STATISTIK DAN INDIKATOR PENDIDIKAN BERWAWASAN GENDER TAHUN 2011/2012

STATISTIK DAN INDIKATOR PENDIDIKAN BERWAWASAN GENDER TAHUN 2011/2012 STATISTIK DAN INDIKATOR PENDIDIKAN BERWAWASAN GENDER TAHUN 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 STATISTIK DAN INDIKATOR PENDIDIKAN BERWAWASAN GENDER

Lebih terperinci

Oleh: Ida Kintamani. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015

Oleh: Ida Kintamani. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015 Oleh: Ida Kintamani KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015 1 1.PENDAHULUAN, BERISI LATAR BELAKANG, PERMASALAHAN, TUJUAN, DAN MANFAAT

Lebih terperinci

KINERJA PENDIDIKAN BERDASARKAN INDEKS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNTUK SEMUA DAN TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM TAHUN 2011/2012

KINERJA PENDIDIKAN BERDASARKAN INDEKS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNTUK SEMUA DAN TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM TAHUN 2011/2012 Ida Kintamani, Kinerja Pendidikan Berdasarkan Indeks Pengembangan Pendidikan untuk Semua dan Tujuan Pembangunan Milenium Tahun 2011/2012 KINERJA PENDIDIKAN BERDASARKAN INDEKS PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNTUK

Lebih terperinci

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 5 : Pulau Sulawesi dan Papua)

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 5 : Pulau Sulawesi dan Papua) PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 5 : Pulau Sulawesi dan Papua) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN JAKARTA, 2013 PROFIL PAUD DAN NONFORMAL TAHUN 2013 BUKU 5 14 KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

KOMPILASI DATA PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN 2014/2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN

KOMPILASI DATA PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KOTA SEMARANG JAWA TENGAH TAHUN 2014/2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN versi 01 KOMPILASI DATA PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH JAWA TENGAH PEMERINTAH DINAS PENDIDIKAN JAKARTA, JUNI 2014 DATA NONPENDIDIKAN JAWA TENGAH No. Variabel Jumlah No. Variabel Jumlah 1 Administrasi

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 PEMBAHASAN 1 Konsep Profil Pendidikan 2 3 4 5 6 Visi

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016

PENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 PENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN DAN DAN KEBUDAYAAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA PUSAT DAN DATA STATISTIK DAN PENDIDIKAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 No. 12/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2012 A. Penjelasan Umum

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2016

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2016 1 1. PENDAHULUAN, BERISI LATAR BELAKANG, PERMASALAHAN, TUJUAN, RUANG LINGKUP, DAN MANFAAT

Lebih terperinci

ANALISIS kinerja Pendidikan provinsi bengkulu

ANALISIS kinerja Pendidikan provinsi bengkulu ANALISIS kinerja Pendidikan provinsi bengkulu KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016 ANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI BENGKULU KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KETERCAPAIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BERDASARKAN MISI PENDIDIKAN 5K: KASUS KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA TAHUN 2010/2011

KETERCAPAIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BERDASARKAN MISI PENDIDIKAN 5K: KASUS KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA TAHUN 2010/2011 KETERCAPAIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BERDASARKAN MISI PENDIDIKAN 5K: KASUS KABUPATEN NABIRE, PROVINSI PAPUA TAHUN 2010/2011 (ACHIEVEMENT OF BASIC AND SECONDARY EDUCATION BASED ON 5K EDUCATION MISSION:

Lebih terperinci

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 4 : Pulau Kalimantan, Bali, NTB dan NTT)

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 4 : Pulau Kalimantan, Bali, NTB dan NTT) PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 4 : Pulau Kalimantan, Bali, NTB dan NTT) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN JAKARTA, 2013 PROFIL PAUD DAN NONFORMAL TAHUN 2013 BUKU

Lebih terperinci

SUMBER DAYA MANUSIA PAUD DAN NONFORMAL

SUMBER DAYA MANUSIA PAUD DAN NONFORMAL SUMBER DAYA MANUSIA PAUD DAN NONFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2016 ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN Pokok Bahasan I. Misi pembangunan pendidikan II. III. Indikator Pendidikan Definisi dan

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016 < 1 Visi Dinas Pendidikan Terwujudnya Ketersediaan, Keterjangkauan, Kesetaraan dan Kualitas Layanan Pendidikan Untuk Membentuk Masyarakat

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator

Tabel 1.1 Standar untuk Melakukan Konversi Masing-masing Indikator BAB I PENDAHULUAN Profil Pendidikan Dasar dan Menengah (Profil Dikdasmen) disusun bersumber pada isian instrumen Profil Dikdasmen Kabupaten/Kota, Tahun 2014 yang menyajikan data pada tahun 2014/2015. Profil

Lebih terperinci

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran

Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran Analisis Deskriptif Pendidikan RA dan Madrasah Tahun Pelajaran 2011-2012 A. Pengantar Madrasah (RA, MI, MTs dan MA) disebutkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 merupakan

Lebih terperinci

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 1 PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 SURVEI NASIONAL 2013 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mengamanatkan Otoritas Jasa Keuangan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2013

ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2016 2016 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB

Lebih terperinci

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 IKHTISAR DATA PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 KATA PENGANTAR Buku Saku Ikhtisar Data Pendidikan Tingkat Nasional ini disusun oleh Pusat Data dan

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2017 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 217 217 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 216/217 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II.

Lebih terperinci

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER

STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER STATISTIK PENDIDIKAN DAN INDIKATOR BERWAWASAN GENDER KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015 Latar Belakang Forum internasional:

Lebih terperinci

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012

IKHTISAR DATA PENDIDIKAN TAHUN 2011/2012 IKHTISAR DATA PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2012 Alamat : JL. Jenderal Sudirman, Kompleks Kemeneterian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

Latar Belakang ULT. Pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dinamakan unit layanan terpadu (ULT).

Latar Belakang ULT. Pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dinamakan unit layanan terpadu (ULT). Latar Belakang ULT Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak Tahun 2006 mempunyai unit kerja yang melayani masyarakat baik langsung maupun tidak langsung di tangani oleh Gerai Informasi Media yang berada

Lebih terperinci

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021 PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/2013--2020/2021 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Desember 2013 KATALOG DALAM TERBITAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN ENTERI PENDIDIKAN BLIK INDONESI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013

ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 ANALISIS DAN PENILAIAN MULTI INDIKATOR PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL SEMESTER II TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA i NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II. KEADAAN UMUM...

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR

IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR 37 IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR 4.1 Jalan Jalan merupakan infrastruktur yang penting untuk menghubungkan satu daerah ke daerah lain atau satu pusat perekonomian ke pusat perekonomian lainnya. Ketersediaan

Lebih terperinci

PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/ /2021

PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/ /2021 PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/2013 2020/2021 SD SMP SM PT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN 2013 PROYEKSI SISWA TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012/2013-2020/2021

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER TAHUN 2015

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER TAHUN 2015 BPS PROVINSI MALUKU No. 05/010/81/Th. I, 3 Oktober 2016 PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER TAHUN 2015 Untuk melngkapi penghitungan IPM, UNDP memasukan aspek gender ke dalam konsep pembangunan manusia.

Lebih terperinci

ANALISIS kinerja Pendidikan Provinsi nusa tenggara barat

ANALISIS kinerja Pendidikan Provinsi nusa tenggara barat ANALISIS kinerja Pendidikan Provinsi nusa tenggara barat KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016 ANALISIS KINERJA PENDIDIKAN PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA

Lebih terperinci

Analisis Deskriptif Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun Akademik

Analisis Deskriptif Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun Akademik SSt taat ti iisst ti iikk PPeennddi iiddi iikkaann IIssl llaamm 22 99//22 11 Analisis Deskriptif Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun Akademik 29-21 A. Pengantar Perguruan Tinggi Agama Islam atau kerap disingkat

Lebih terperinci

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6 DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

DATA MENCERDASKAN BANGSA

DATA MENCERDASKAN BANGSA Visi BPS Pelopor Data Statistik Terpercaya untuk Semua Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 237,6 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun DATA MENCERDASKAN

Lebih terperinci

Analisis Deskriptif Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun Akademik

Analisis Deskriptif Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun Akademik Analisis Deskriptif Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun Akademik 2011-2012 A. Pengantar Satuan pendidikan tinggi Islam yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama, yaitu Perguruan Tinggi Agama Islam atau

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

ANALISIS ANAK TIDAK SEKOLAH USIA 7-18 TAHUN

ANALISIS ANAK TIDAK SEKOLAH USIA 7-18 TAHUN ANALISIS ANAK TIDAK SEKOLAH USIA 7-18 TAHUN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, 2016 ANALISIS ANAK TIDAK SEKOLAH USIA 7-18 TAHUN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data 50 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode 2001-2012. Data

Lebih terperinci

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011 TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529

Lebih terperinci

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016 1 PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 SURVEI NASIONAL 2013 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mengamanatkan Otoritas Jasa Keuangan untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Tinggi

Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Tinggi Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Tinggi Ida Kintamani Dewi Hermawan Email idakintamani@yahoo.com Abstrak: Tujuan analisis SDM PT adalah untuk memahami profil SDM PT, mutu SDM PT, dan menentukan

Lebih terperinci

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan

2014, No.16 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi adalah pengaturan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.16, 2014 PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Perguruan Tinggi. Pengelolaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Tinggi

Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Tinggi Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Tinggi Ida Kintamani Dewi Hermawan Email idakintamani@yahoo.com Abstrak: Tujuan analisis SDM PT adalah untuk memahami profil SDM PT, mutu SDM PT, dan menentukan

Lebih terperinci

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 1 Jumlah kabupaten/kota 8 Tenaga Kesehatan di fasyankes Kabupaten 9 Dokter spesialis 134 Kota 2 Dokter umum 318 Jumlah 11 Dokter gigi 97 Perawat 2.645 2 Jumlah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Tingkat Kemiskinan Per Provinsi Wilayah Sumatera Tahun 2014

Tingkat Kemiskinan Per Provinsi Wilayah Sumatera Tahun 2014 Persentase (%) Persentase (%) 30 25 20 15 10 5 0 Pergerakan Tingkat Kemiskinan Wilayah Sumatera Periode 2007-2014 26.65 23.53 22.19 21.8 20.98 22.13 20.98 20.22 19.57 20.64 18.58 17.72 19.15 18.94 18.59

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 STATISTIK PENDUDUK 1971-2015 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Statistik Penduduk 1971-2015 Ukuran Buku : 27 Cm x 19 Cm (A4) Jumlah Halaman : 257 halaman Naskah : Pusat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN INPASSING PANGKAT DOSEN BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG TELAH MENDUDUKI JABATAN AKADEMIK PADA PERGURUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN INPASSING PANGKAT DOSEN BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG TELAH MENDUDUKI JABATAN AKADEMIK PADA PERGURUAN TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara.

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan di setiap wilayah maupun negara. Ini adalah tentang bagaimana negara membangun sumber daya manusianya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sampai 2015 menunjukkan kenaikan setiap tahun. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Juli Desember 2015

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Juli Desember 2015 LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Juli Desember 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI VETERINER LAMPUNG 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik adalah kegiatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Januari Juni 2015

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Januari Juni 2015 LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Januari Juni 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI VETERINER LAMPUNG 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES

BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES 2.1 Deskripsi Diabetes Diabetes adalah penyakit yang disebabkan oleh pola makan/nutrisi, kebiasaan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, dan stress. Penderita

Lebih terperinci

Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi PAUD dan PNF Tahun 2018

Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi PAUD dan PNF Tahun 2018 Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi PAUD dan PNF Tahun 2018 Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1 Kebijakan Umum Kemendikbud Kebijakan Pembangunan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya. Para pendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan Oleh : Drs Bambang Setiawan, MM 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pasal 3 UU no 20/2003 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Juli Desember 2014

LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Juli Desember 2014 LAPORAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT Juli Desember 2014 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI VETERINER LAMPUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud, Tujuan dan Sasaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud, Tujuan dan Sasaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester I Tahun 2015 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

Status Kepegawaian Lk Pr Struktural Gambar 1 Persentase SDM Balai 85,71 Besar 14,29 Pelaksanaan Jalan Nasional III. Kelamin Tahun ,00

Status Kepegawaian Lk Pr Struktural Gambar 1 Persentase SDM Balai 85,71 Besar 14,29 Pelaksanaan Jalan Nasional III. Kelamin Tahun ,00 Tabel A.1.Jumlah dan Persentase SDM Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional III menurut Status Kepegawaian (struktural/fungsional/staf) dan Jenis Kelamin Tahun 2013 Status Kepegawaian 1 Struktural 12 2

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci