80 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data Penelitian yang telah penulis lakukan di SMPN 1 Batang Anai terdiri dari tiga kelas sampel, yaitu dua kelas sebagai kelas eksperimen dan satu lagi sebagai kelas kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik kelas IX di SMPN I Batang Anai. Data hasil belajar peserta didik diperoleh dari hasil tes yang diberikan, ini berguna untuk mengungkapkan seberapa besar skor hasil belajar matematika yang diperoleh peserta didik. Jumlah peserta didik pada kelas eksperimen I (kelas IX.5) berjumlah 32 orang, kelas eksperimen II (kelas IX.7) berjumlah 33 orang dan pada kelas kontrol yaitu kelas IX.6 berjumlah 32 orang. Data nilai tes pada kelas sampel ini dapat dilihat pada lampiran XX. Berdasarkan nilai tes ini selanjutnya dicari skor rata-rata x, standar deviasi s, skor tertinggi x max, dan skor terendah x min. Kesimpulan hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Deskripsi Data Tes Akhir Kelas N x x maks X min S S 2 Eksperimen I 32 80,13 100 60 11,63 135,26 Eksperimen II 32 73,09 90 50 11,97 143,28 Kontrol 33 65,97 87 40 16,64 276,89 Berdasarkan table 4.1 terlihat bahwa hasil belajar matematika peserta didik kelas IX SMPN 1 Batang Anai pada ketiga kelas sampel memberikan
81 hasil yang berbeda. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran matematika di SMPN 1 Batang Anai adalah 80. Pada kelas eksperimen I model pembelajaran (Problem Based Learning) peserta didik berjumlah 32 orang dengan rata-rata nilai matematika yaitu 80,13, dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60, kemudian dengan variansi 135,26 dan standar deviasi 11,63. Pada kelas eksperimen II dengan model pembelajaran (Discovery Learning) peserta didik berjumlah 32 orang dengan rata-rata nilai matematika yaitu 73,09, dengan nilai tertinggi yaitu 90 dan nilai terendah 50, kemudian dengan variansi 143,28 dan standar deviasi 11,97. Sedangkan pada kelas kontrol (Ekspositori) peserta didik berjumlah 33 dengan rata-rata nilai matematika yaitu 65,97, dengan nilai tertinggi 87 dan terendah 40, kemudian dengan variansi 276,89 dan standar deviasi 16,64. Dari penjelasan diatas dapat diketahui selisih nilai rata-rata dimana untuk selisih kelas eksperimen I (Problem Based Learning) dengan kelas eksperimen II (Discovery Learning) adalah 7,04. Selisih kelas kelas eksperimen II (Discovery Learning) dengan kelas kontrol (Ekspositori) adalah 7,12 dan selisih kelas eksperimen I (Problem Based Learning) dengan kelas kontrol (Ekspositori) adalah 14,16. Untuk menarik kesimpulan tentang tentang data hasil belajar dilakukan analisis secara statistik. Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, apakah hipotesis diterima atau ditolak. Namun terlebih dahulu
82 dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi terhadap hasil belajar matematika kelas sampel. a. Uji Normalitas Uji normalitas hasil belajar matematika kelas sampel dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors (Sudjana, 2005:466), bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau tidak. Tabel 4.2 Perbandingan L tabel dengan L 0 kelas eksperimen I, kelas eksperimen II dan kelas kontrol No Kelas Kesimpulan Keterangan 1. Eksperimen I 0,1566 0,1517 Data Normal 2. Eksperimen II 0,1542 0,1164 Data Normal 3 Kontrol 0,1566 0,1270 Data Normal Berdasarkan Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa kelas eksperimen I, kelas eksperimen II dan kelas kontrol berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran XXI. Uji normalitas juga bisa menggunakan bantuan software SPSS dapat dilihat hasil uji normalitas ketiga kelas sampel sebagai berikut : Tabel 4.3 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Kelas Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Nilai Eksperimen 1,152 32,200,948 32,130 Eksperimen 2,203 33,121,908 33,120 Kontrol,158 32,200*,872 32,141 a. Lilliefors Significance Correction
83 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa signifikan kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, dan kontrol lebih besar dari 0,05. Pada uji Kolmogorov smirnov nilai probabilitas kelas eksperimen I adalah 0,200, kelas eksperimen II adalah 0,121 dan kelas kontrol adalah 0,200. Pada uji Shapiro Wilk nilai probabilitas kelas eksperimen I adalah 0,130, kelas eksperimen II adalah 0,120, dan kelas kontrol adalah 0,141. Keadaan seperti ini membuktikan bahwa ketiga kelas sampel berdistribusi normal. Uji Homogenitas Variansi Uji homogenitas variansi dilakukan untuk melihat apakah ketiga kelompok data mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Tabel 4.4 Uji Bartlett Sampel N Dk = n 1 S i 2 S i log(s 2 i ) Dk. (S 2 i ) 2 Dk. log S i Eksperimen I 32 31 11,63 135,27 2,13 4193,50 66,07 Eksperimen II 33 32 11,97 143,40 2,16 4588,73 69,01 Kontrol 32 31 16,64 276,93 2,44 8584,97 75,71 Jumlah 97 94 40,25 555,61 6,73 17367,20 210,79 1. Menghitung variansi gabungan dari kelompok sampel dengan rumus : s 2 = n i 1 s i 2 n i 1 = 17367,20 94 = 184,76 2. Menghitung harga satuan bartlet dengan rumus : B = log s 2 n 1 1 = (log 184,76) 94 = 213,06 3. Menghitung harga chi-kuadrat χ 2 χ 2 = (ln 10)[B Ʃ n 1 log S 2 ] dengan ln 10 = 2.303
84 = 2.303(213,06 210,79) = 2.303 2,27 = 5,23 2 Kriteria pengujian : terima H 0 jika χ hitung 2 < χ (1 α,k 1) dengan 2 2 α = 0.05. dari perhitungan diatas diperoleh χ hitung < χ (1 α,k 1) (5,23 < 9,21) maka H 0 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel mempunyai variansi yang homogen.. Lebih jelasnya dapat dilihat lampiran XXII. Dengan menggunakan bantuan software SPSS dapat dilihat hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. 5,658 2 94,125 Keputusan pada kolom Test of homogeneity of variances dapat dilihat nilai probabilitasnya 0,125 lebih besar dari 0,05, maka H 0 diterima, sehingga dapat disimpulkan sampel mempunyai variansi yang sama. b. Uji Hipotesis Setelah diketahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang diajukan berupa perbedaan hasil belajar ketiga kelompok sampel. Untuk mengetahui apakah hipotesis yang dilakukan diterima atau
85 ditolak digunakan uji Anava satu arah. Kriteria pengujian pada uji hipotesis ini, jika F hitung > F tabel maka H 0 ditolak dan H 1 di terima. Sumber Keberagaman (SK) Rata-Rata Kolom Galat Total Tabel 4.6 One Way Anova Uji Sampel Jumlah Derajat Kuadrat Kuadrat Bebas Tengah (JK) (Db) (KT) JKK = Db numerato KTK 3206,43 = 3 = 1603,215 JKG Db denumerato KTG = = 17370,2 = 94 184,757 JKT = 20576,63 N 1 = 96 F hitung F tabel F hitung = F tabel 8,677 = 2,36 a. Hitung Jumlah kuadrat total dengan rumus : JKT = x 2 ij T 2 K 1=1 N = 538363 7087 2 97 = 538363 50225569 97 = 20576,63 b. Hitung Jumlah kuadrat rata-rata dengan rumus : JKK = = k T i 2 1=1 T 2 n i N (2564 )2 32 + (2412 )2 33 + (2111 )2 32 7087 2 97 = 205440,5 + 176295,27 + 139260 517789,4 = 520995,8 517789,37 = 3206,43 c. Hitung Jumlah Kuadrat galat :
86 JKG = JKT JKK = 20576,63 3206,43 = 17370,2 d. Hitung derajat kebebasan dengan : Db = rk 1 = 3 1 = 2 Db denum = N k = 97 3 = 94 e. Hitung Kuadrat tengah kolom dengan rumus : KTK = JKK k 1 = 3206,43 2 = 1603,215 f. Hitung Kuadrat tengah galat dengan Rumus : KTG = JKG N k = 17370,23 94 = 184,757 f. Kemudian Cari F hitung dengan rumus : F hitung = KTK KTG = 1603,215 184,757 = 8,677
87 g. Cari F 1 a (Db num,db num ) = F tabel F 1 a (Db num,db num ) = F 1 0,1 (2, 94) = 2,36 Uji anova juga dapat Menggunakan SPSS. Hasilnya disajikan dalam tabel 4.8. Tabel 4.7 Anova Type III Sum of Mean Source Squares Df Square F Sig. Corrected Model 3206,433 a 2 1603,216 8,677,000 Intercept 517676,143 1 517676,143 2801,924,000 Kelas 3206,433 2 1603,221 8,677,000 Error 17367,196 94 184,757 Total 538363,000 97 Corrected Total 20573,629 96 a. R Squared =,156 (Adjusted R Squared =,138) Perolehan dari hasil pengolahan data didapat nilai F tabel = 2,36 sedangkan dari perhitungan diperoleh nilai F hitung = 8,677. Jadi, F hitung > F tabel = 8,677 > 2,36, maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga model pembelajaran memberikan hasil belajar yang tidak sama. (Perhitungan dapat dilihat pada lampiran XXIII). d. Uji Scheffe (Uji Lanjut) Setelah dalam keputusan uji hipotesis H 0 ditolak, maka untuk menentukan model pembelajaran manakah yang menghasilkan hasil belajar yang paling tinggi, dilakukan uji perbandingan ganda (multiple
88 comparison) dengan metode scheffe. Kriteria pengujian pada uji scheffe ini, yaitu : 1) Jika Fs hitung > Fs tabel, maka kedua kelompok tersebut terdapat perbedaan secara signifikan. 2) Jika Fs hitung < Fs tabel, maka kedua kelompok tersebut tidak terdapat perbedaan secara signifikan. Perhitungan: Fs (hitung kelompok 1 2) = x 1 x 2 2 = 80,13 73,09 2 184,757 184,757 + 32 33 KTG n 1 + KTG n 2 = (59,47) 5,74+5,56 = 59,47 11,30 = 5,25 Fs (hitung kelompok 2 3) = x 2 x 3 2 = 73,09 65,96 2 184,757 184,757 + 33 32 KTG n 2 + KTG n 3 = 61,17 5,56+5,74 = 61,17 11,30 = 5,41 Fs (hitung kelompok 1 3) = x 1 x 1 2 KTG n 1 + KTG n 3 = 80,13 65,96 2 184,757 184,757 + 32 32 = 200,38 5,56+5,56 = 200,38 11,13 = 17,99 Berdasarkan hasil analisis uji scheffe maka diperoleh 3 keputusan uji, yaitu : 1) Fs hitung kelompok 1 2 = 5,25 > Fs tabel = 4,72 Disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara μ 1 dan μ 2 (kelas eksperimen I dengan model Problem Based Learning dan kelas eksperimen II dengan model Discovery Learning). 2) Fs hitung kelompok 2 3 = 5,41 > Fs tabel = 4,72
89 Disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara μ 2 dan μ 3 (kelas eksperimen II dengan model Discovery Learning dan kelas kontrol dengan model pembelajaran ekspositori). 3) Fs hitung kelompok 1 3 = 17,35 > Fs tabel = 4,72 Disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara μ 1 dan μ 3 (kelas eksperimen I dengan model Problem Based Learning dan kelas kontrol dengan model ekspositori). Keterangan: Kelompok 1: kelas eksperimen I menggunakan model Problem Based Learning. Kelompok 2: kelas eksperimen II menggunakan model Discovery Learning. Kelompok 3: kelas kontrol menggunakan model pembelajaran ekspositori. Berdasarkan perhitungan di atas kelas ekperimen I dan kelas eksperimen II terdapat perbedaan yang signifikan dengan F hitung = 5,25, sehingga antara kelas eksperimen I lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen II. Untuk kelas eksperimen II dan kelas kontrol terdapat perbedaan yang signifikan dengan F hitung = 5,42, sehingga kelas eksperimen II lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Kelas eksperimen I dan kelas kontrol terdapat perbedaan yang signifikan dengan F hitung = 17,35, sehingga kelas eksperimen I lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dari dua analisis yaitu anava satu arah dan perbandingan ganda, dapat disimpulkan bahwa ketiga model pembelajaran memberikan hasil
90 belajar yang berbeda. Dari ketiganya hasil belajar yang paling tinggi adalah model pembelajaran kelas eksperimen I, disusul oleh eksperimen II, dan kelas kontrol.(lampiran XXIV). Dependent Variable: Nilai Scheffe (I) Kelas (J) Kelas Tabel 4.8 Multiple Comparisons Mean Difference (I- J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Upper Bound Bound Eksperimen 1 Eksperimen 2 7,0341 3,37230,001-1,3537 15,4219 Kontrol 14,1563 * 3,39814,000 5,7042 22,6083 Eksperimen 2 Eksperimen 1-7,0341 3,37230,003-15,4219 1,3537 Kontrol 7,1222 3,37230,002-1,2657 15,5100 Kontrol Eksperimen 1-14,1563 * 3,39814,000-22,6083-5,7042 Eksperimen 2-7,1222 3,37230,002-15,5100 1,2657 Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 184,757. *. The mean difference is significant at the 0,05 level. Pada tabel diatas terlihat perbedaan yang signifikan antara nilai Mean difference (perbedaan nilai rata-rata) kelas Eksperimen I dengan Eksperimen II adalah 7,0341 nilai signifikannya jauh lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,001 ini membuktikan terdapat pebedaan yang signifikan, kelas eksperimen II dengan Kelas Kontrol adalah 7,1222 dan nilai signifikannya jauh lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,002 ini membuktikan terdapat pebedaan yang signifikan kelas eksperimen I dengan Kelas Kontrol adalah 14,1563 nilai signifikannya jauh lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 ini membuktikan terdapat pebedaan yang signifikan.
91 B. Pembahasan 1. Hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model Problem Based Learning dengan pembelajaran ekspositori. Berdasarkan hasil deskripsi dan analisis data diperoleh bahwa hasil belajar matematika peserta didik yang diajarkan dengan model Problem Based Learning dan Ekspositori memiliki perbedaan. Hasil belajar peserta didik yang menggunakan model Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran ekspositori. Pada kelas eksperimen I penulis menerapkan model Problem Based Learning. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara alamiah (Wina Sanjaya,2006:214). Masalah yang diselesaikan oleh peserta didik yakni masalah autentik yaitu masalah yang berkaitan dengan kehidupan seharihari, sehingga peserta didik akan lebih cepat memahami materi pelajaran dan dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan lagi. Pada pertemuan pertama, sebelum memulai materi terlebih dahulu penulis menginformasikan tentang model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Sebelum memulai pembelajaran peserta didik sudah duduk dalam kelompok yang telah dibagi. Pembagian kelompok dilakukan secara heterogen berdasarkan kemampuan masing-masing peserta didik.
92 Kemudian penulis membagikan LKPD kepada masing-masing kelompok yang berisi masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang harus dipecahkan dengan mendiskusikannya secara bersama-sama. Dalam pemecahan masalah peserta didik diharuskan mengembangkan ide-ide mereka terkait dengan masalah yang akan diselesaikan. Ketika diskusi kelompok peserta didik tampak serius mengikutinya dan berbagi hal-hal yang tidak dimengerti oleh mereka. Walaupun ada dari sebagian anggota kelompok yang hanya berdiam dan tidak ikut melakukan diskusi dengan teman kelompoknya. Agar kegiatan diskusi berjalan sesuai dengan rencana yang diinginkan, penulis mengawasi jalannya diskusi dan memberikan pengarahan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. kemudian penulis meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka hal ini bertujuan agar peserta didik lebih aktif dan meningkatkan kemampuan komunikasinya serta dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi pelajaran. sedangkan kelompok lain menanggapi persentasi dari kelompok penyaji. Pada pertemuan kedua dan seterusnya peserta didik mulai menunjukkan ketertarikan terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Pada saat mengerjakan LKPD juga sudah ada keinginan dari dalam diri peserta didik tersebut untuk mencari alternatif penyelesaian masalah dan bekerja sama dengan anggota kelompoknya, masing-masing anggota kelompok nampak semangat dalam belajar. Dan waktu diskusi kelompok
93 peserta didik yang pada awalnya hanya berdiam diri dan tidak berusaha mencari penyelesaian, setelah beberapa kali pertemuan peserta didik itu nampak serius dalam berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Setelah waktu belajar dalam kelompok habis, penulis meminta peserta didik untuk mengerjakan latihan secara mandiri untuk melihat pemahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan. Selanjutnya secara bersama peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Pada kelas kontrol peserta didik secara umum mendengarkan penjelasan dari pendidik kemudian mencatat apa yang ditulis pendidik di papan tulis. Kemudian mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh pendidik. Pembelajaran ini kurang efektif, karena masih ada juga sebagian peserta didik yang tidak memperhatikan pendidik dan hanya bermain-main dalam proses pembelajaran, sehingga apabila pendidik memberikan latihan mereka tidak dapat menyelesaikannya sendiri dan hanya menunggu jawaban dari peserta didik lain. Walaupun pendidik telah memberikan kesempatan kepada speserta didik untuk bertanya, namun tidak seberapa pertanyaan yang muncul dari peserta didik. Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata hasil belajar matematika peserta didik pada tes akhir kelas eksperimen I adalah 80,13, sedangkan pada kelas kontrol adalah 65,97. Apabila ditinjau dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang dipakai di SMP N 1 Batang Anai adalah 80, pada kelas eksperimen I terdapat 16 peserta didik sudah mencapai KKM (50%), sedangkan banyak peserta didik di bawah KKM yaitu sebanyak 16 orang
94 (50%), Sedangkan pada kelas kontrol terdapat 11 peserta didik sudah mencapai KKM (34%), sedangkan banyak peserta didik di bawah KKM yaitu sebanyak 21 orang (66%). Dilihat dari hasil uji hipotesis menggunakan uji scheffe, dengan kriteria pengujian F hitung > F tabel maka kedua kelompok terdapat perbedaan yang signifikan. Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh F hitung = 17,35 sedangkan F tabel = 4,72 dengan taraf kepercayaan 90%. Karena F hitung > F tabel (17,35 > 4,72). Sehingga disimpulkan hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran ekspositori. 2. Hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model Discovery Learning dengan pembelajaran Ekspositori Berdasarkan hasil deskripsi dan analisis data diperoleh bahwa hasil belajar matematika peserta didik yang diajarkan dengan model Discovery Learning dan Ekspositori memiliki perbedaan. Hasil belajar peserta didik yang menggunakan model Discovery Learning lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran ekspositori. Pada kelas eksperimen II penulis menerapkan model Discovery Learning. Model Discovery learning adalah salah satu model dalam pembelajaran teori kognitif dengan mengutamakan peran pendidik dalam menciptakan situasi belajar yang melibatkan peserta didik belajar secara
95 aktif dan mandiri. Peserta didik dituntut untuk bisa menemukan sendiri konsep yang dipelajari, dengan pendidik sebagai fasilitator. Pada pertemuan pertama, sebelum memulai materi terlebih dahulu penulis menginformasikan tentang model pembelajaran yang akan dilaksanakan Sebelum memulai pembelajaran peserta didik sudah duduk dalam kelompok yang telah dibagi dan penulis membagikan LKPD kepada masing-masing kelompok yang berisi kegiatan-kegia tan yang akan dilakukan peserta didik secara berkelompok. Kemudian peserta didik mengamati setiap langkah-langkah kegiatan dengan cermat dan menanyakan kepada pendidik apabila ada yang tidak dimengerti. Pada saat peserta didik melakukan diskusi untuk pengolahan data beberapa peserta didik tidak ikut bekerja sama dengan teman sekelompoknya, dengan alasan tidak mengerti. Namun dengan arahan yang penulis berikan akhirnya peserta didik yang tadinya malas untuk ikut berdiskusi akhirnya mau bekerjasama dengan teman kelompoknya. Kemudian penulis membimbing peserta didik untuk membuktikan kebenaran dari konsep dan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dengan melihat dari berbagai sumber yang ada. Setelah itu penulis meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. sedangkan kelompok lain menanggapi persentasi dari kelompok penyaji. Untuk pertemuan kedua dan seterusnya peserta didik mulai menunjukkan ketertarikan terhadap model Discovery Learning hal ini terlihat dengan banyaknya peserta didik yang aktif dalam pembelajaran.
96 Pada kelas kontrol peserta didik secara umum mendengarkan penjelasan dari pendidik kemudian mencatat apa yang ditulis pendidik di papan tulis. Kemudian mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh pendidik. Pembelajaran ini kurang efektif, karena masih ada juga sebagian peserta didik yang tidak memperhatikan pendidik dan hanya bermain-main dalam proses pembelajaran, sehingga apabila pendidik memberikan latihan mereka tidak dapat menyelesaikannya sendiri dan hanya menunggu jawaban dari peserta didik lain. Walaupun pendidik telah memberikan kesempatan kepada speserta didik untuk bertanya, namun tidak seberapa pertanyaan yang muncul dari peserta didik. Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata hasil belajar matematika peserta didik pada tes akhir kelas eksperimen II adalah 73,09 sedangkan pada kelas kontrol adalah 65,97. Apabila ditinjau dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang dipakai di SMP N 1 Batang Anai adalah 80. Pada kelas eksperimen II terdapat 16 peserta didik sudah mencapai KKM (48%), sedangkan banyak peserta didik di bawah KKM yaitu 17 orang (52%). Sementara pada kelas kontrol terdapat 11 peserta didik sudah mencapai KKM (34%), sedangkan banyak peserta didik di bawah KKM yaitu sebanyak 21 orang (66%). Dilihat dari hasil uji hipotesis menggunakan uji scheffe, dengan kriteria pengujian F hitung > F tabel maka kedua kelompok terdapat perbedaan yang signifikan. Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh F hitung = 5,41 sedangkan F tabel = 4,72 dengan taraf
97 kepercayaan 90%. Karena F hitung > F tabel (5,41 > 4,72). Sehingga disimpulkan hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model Discovery Learning lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran ekspositori. 3. Hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan model Problem Based Learning dengan Discovery Learning Berdasarkan hasil deskripsi dan analisis data diperoleh bahwa hasil belajar matematika peserta didik yang diajarkan dengan model Problem Based Learning dan Discovery Learning tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini karenakan pada model Problem Based Learning, peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran karena masalah yang diselesaikan oleh peserta didik yakni masalah autentik yaitu masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga peserta didik akan lebih cepat memahami materi pelajaran dan pada pembelajaran Problem Based Learning peserta didik dapat mengaplikasikan langsung pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. Pada saat proses pembelajaran berlangsung banyak diantara peserta didik yang menujukkan ketertarikan terhadap model pembelajaran ini hal ini dapat dilihat dari banyaknya peserta didik yang bertanya ketika ada yang tidak dimengerti. Pada saat diskusi masing-masing anggota kelompok terlibat aktif dan saling bekerjasama untuk menemukan penyelesaian dari masalah yang diberikan. Sedangkan pada kelas eksperimen II penulis menerapkan model Discovery Learning merupakan
98 model pembelajaran yang dapat berlangsung bila peserta didik dapat menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Sedangkan pada kenyataannya tidak semua peserta didik memiliki kesiapan pikiran untuk belajar, bagi peserta didik yang berkemampuan rendah akan mengalami kesulitan dan model pembelajaran Discovery Learning tidak efisien untuk mengajar jumlah peserta didik yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori. Berdasarkan hasil analisis data, rata-rata hasil belajar matematika peserta didik pada tes akhir kelas eksperimen I adalah 80,13, sedangkan pada kelas eksperimen II adalah 73,09. Apabila ditinjau dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang dipakai di SMP N 1 Batang Anai adalah 80, pada kelas eksperimen I terdapat 16 peserta didik sudah mencapai KKM (50%), sedangkan banyak peserta didik di bawah KKM yaitu sebanyak 16 orang (50%), sedangkan pada kelas eksperimen II terdapat 16 peserta didik sudah mencapai KKM (48%), sedangkan banyak peserta didik di bawah KKM yaitu 17 orang (52%). Dilihat dari hasil uji hipotesis menggunakan uji scheffe, dengan kriteria pengujian F hitung > F tabel maka kedua kelompok terdapat perbedaan yang signifikan. Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh F hitung = 5,25 sedangkan F tabel = 4,72 dengan taraf kepercayaan 90%. Karena F hitung > F tabel (5,25 > 4,72). Sehingga disimpulkan hasil belajar matematika peserta didik yang menggunakan
99 model Problem Based Learning dan model Discovery Learning terdapat perbedaan yang signifikan. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini banyak terdapat kekurangan dan kelemahan penulis, antara lain : 1. Masih terdapat peserta didik kurang serius dalam mengikuti proses pembelajaran. 2. Susahnya membagi peserta didik ke dalam kelompok diskusi yang akan menyebabkan kegaduhan dan membutuhkan waktu yang agak lama. 3. Waktu untuk proses pembelajaran yang masih kurang, sehingga pada saat diskusi kelompok tidak semua kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi mereka.