Askep pada Pasien Efusi Pleura (KMB I)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

PENGKAJIAN PNC. kelami

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi akumulasi cairan yang abnormal. dalam rongga pleura. (Tierney, 2002)

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

I. BIODATA IDENTITAS PASIEN. Jenis Kelamin : Laki - laki. Status Perkawinan : Menikah

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : GAGAL GINJAL KRONIK DI RUANG MELATI 1 RSDM MOEWARDI SURAKARTA

BAB III EFUSI PLEURA 1. DEFINISI 3,4 (1) Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar ml. a. Hidrotoraks b.

Universitas Sumatera Utara

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB TERHADAP NY. Y DI BPS HERTATI

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUROTTAL

BAB II KONSEP DASAR. oleh cairan atau terjadi penumpukan cairan di rongga pleura (Somantri, parientalis yang bersifat patologis (Sularman, 2003).

Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA IDENTITAS PASIEN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

LAPORAN KASUS BEDAH SEORANG PRIA 34 TAHUN DENGAN TUMOR REGIO COLLI DEXTRA ET SINISTRA DAN TUMOR REGIO THORAX ANTERIOR

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

BED SITE TEACHING. Dani Dania D Siti Fatimah Lisa Valentin S Perceptor dr. Octo Indradjaja, Sp.

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 April Tanggal lahir : 21 Agustus : 8 bulan 7 hari

BAB I PENDAHULUAN. terjadi selama inspirasi, lapisan terluar mengembang; daya ini disalurkan

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN

BAB II KONSEP DASAR. dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat

BAB III TINJAUAN KASUS. Tanggal dilakukan pengkajian 14 Juni 2005 pada jam WIB.

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB II KONSEP DASAR. disebabkan oleh beberapa macam penyakit (Murwani, 2009). Efusi pleura

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

KASUS GIZI BURUK. 1. Identitas. a. Identitas Balita. : Yuni Rastiani. Umur : 40 bln ( ) Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya,

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL CARE FISIOLOGI PADA Ny J UMUR KEHAMILAN 38 MINGGU 2 HARI DI PUSKESMAS PATTOPAKANG TANGGAL 9 DESEMBER 2013

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. Kasus (Efusi Pleura)

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Ekspertise Efusi Pleura

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan. melahirkan. Rumah sakit dituntut lebih profesional dalam

TUGAS SISTEM INTEGUMEN

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB III RESUME KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NN.S POST SEKSIO SESAREA DI RUANG ALAMANDA RSHS BANDUNG. Di Susun oleh : Nama : Venti Apriani Fatimah NPM :

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Laporan Kasus. Water Sealed Drainage Mini dengan Catheter Intravena dan Modifikasi Fiksasi pada kasus Hidropneumotoraks Spontan Sekunder

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

3.1 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana I. PENGKAJIAN A. Data Subyektif Identitas/ Biodata Anamnesa pada tanggal 23 Juni 2016 pukul 18.

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilakukan pada hari masa tanggal jam WIB di ruang Barokah 3C PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati

BAB III TINJAUAN KASUS

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2011 dengan hasil. Jenis kelamin : Perempuan

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

BAB III ANALISA KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS. Lukman RS Roemani Semarang, data diperoleh dari hasil wawancara dengan

BAB III RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DR.PIRNGADI MEDAN

Susunan Peneliti. a. Nama Lengkap : Dr. Samson Sembiring. d. Fakultas : Kedokteran. e. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat sakit serupa sebelumnya, batuk lama, dan asma disangkal Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat TB paru dan Asma

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pleura visceral yang membungkus paru-paru dan pleura parietal yang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

BAB II RESUME KEPERAWATAN WIB, pasien dirawat dengan Fraktur Femur pada hari ke empat:

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.S KHUSUSNYA PADA TN.S DENGAN TUBERKULOSIS(TBC) DI PUSKESMAS SANGKRAH SURAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: MEI FATMAWATI NIM:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. MS DENGAN SYOK SEPTIK DI IGD RSUD WANGAYA TANGGAL 8 DESEMBER 2015

LAPORAN JAGA 24 Maret 2013

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENANGANAN PENYAKIT TUBERCULOSA PARU (TBC) TUGAS

Transkripsi:

Askep pada Pasien Efusi Pleura (KMB I) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi merupakan suatu tanda adanya penyakit. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 20 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya gesekan antara kedua pleura saat bernafas. Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi pleura adalah tubercolusis, infeksi paru nontubercolusis, sirosis hati, gagal jantung kongesif. Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita Efusi Pleura terutama disebabkan oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri. Sementara di Negara berkembang seperti Indonesia, diakibatkan oleh infeksi tubercolusis. Atas pertimbangan itulah kami mengangkat masalah ini sebagai makalah kami. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakng masalah yang telah di kemukakan, identifikasi masalah dalam makalah ini adalah berikut: 1. Apa definisi Efusi Pleura? 2. Bagaimana etiologi Efusi Pleura? 3. Apa saja manifestasi klinik dari Efusi Pleura? 4. Apa saja tanda dan gejala Efusi Pleura? 5. Bagaimana patofisiologi penyakit Efusi Pleura? 6. Bagaimana penatalaksanaan medis Efusi Pleura? 7. Apa pemeriksaan penunjang untuk Efusi Pleura? 8. Bagaimana pengobatan Efusi Pleura? 9. Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi dari penyakit Efusi Pleura?

C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui definisi Efusi Pleura 2. Mengetahui bagaimana etiologi Efusi Pleura 3. Mengetahui apa saja manifestasi klinik dari Efusi Pleura 4. Mengetahui apa saja tanda dan gejala Efusi Pleura 5. Mengetahui bagaimana patofisiologi penyakit Efusi Pleura 6. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis Efusi Pleura 7. Mengetahui apa pemeriksaan penunjang untuk Efusi Pleura 8. Mengetahui bagaimana pengobatan Efusi Pleura 9. Mengetahui bagaimana komplikasi yang dapat terjadi dari penyakit Efusi Pleura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Efusi Pleura Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura ( Sylvia, A. Price, 1995 Hal. 704 ) Efusi pleura adalah jumlah cairan nonpurulen yang berlebihan dalam rongga pleural; antara lapisan viseral dan parietal ( Susan Martin Tucker, 1998 Hal.265) B. Etiologi Secara umum penyebab efusi pleura adalah sebagai berikut : a. Pleuritis karena bakteri piogenik b. Pleuritis tuberkulosa c. Efusi pleura karena kelainan intra abdominal, seperti : sirosis hati, pankretitis, abses ginjal, abses hati, dll. d. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi, seperti pada decompensasi kordis, emboli pulmonal dan hipoalbuminemia. e. Efusi pleura karena neoplasma, seperti : mesolioma, karsinoma bronkhus, neoplasma metastati, dan limfoma malignum, f. Efusi pleura karena trauma, yakni trauma tumpul, laserasi, luka tusuk pada dada, ruptur esophagus (Sarwono Waspadji, 2000 Hal. 931-935) Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura terbagi lagi menjadi transudat, eksudat, dan hemoragi. a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri) sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior, tumor, dan sindrom meias. b. Eksudat dapat disebabkan oleh infeksi, TB, pnemonia, tumor, infrak paru, radiasi, dan penyakit kolagen. c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infrak paru, dan tuberkolosis Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya akan tetapi efusi bilateral diteukan pada kegagalan jantung kongestif, sindrom nefrotik, asites, infrak paru, lupus eritematosus sistemis, tumor, dan tuberkolosis. C. Manifestasi klinik Kebanyakan efusi pleura bersifat asimtomatik, timbul gejala sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritik. Ketika efusi sudah membesar dan menyebar, kemungkinan timbul

dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar akan megakibatkan nafas pendek. Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena, dullnes pada perkusi dan penurunan bunyi pernapasan pada sisi yang terkena. (Irman Soemantri, 2007 Hal. 98) Manifestasi klinik yang muncul ( Tierney, 2002 dan Tucker, 1998 ) adalah: a. Sesak nafas b. Nyeri dada c. Kesulitan bernafas d. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi e. Keletihan f. Batuk D. Tanda dan gejala Tanda dan gejala yang muncul adalah a. Sesak nafas b. Nyeri dada c. Pleuritik d. Deviasi trakea e. Nyeri perut f. Batuk g. Cegukan h. Pernafasan yang cepat i. Rasa Berat pada dada Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada, pleuritis ( Pneumonia), panas tinggi, subfebril ( Tuberkulosis), banyak keringat, batuk, dan banyak riak. E. Patofisiologi penyakit Normalnya hanya terdapat 10-20ml cairan pada rongga pleura, jumlah cairan di rongga pleura tetap. Karena adanya tekanan hidrostatis pleura parientalis sebesar 9cm H 2 O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun (misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat adanya proses peradangan atau neoplasma. Bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negativ intrapleura apabila terjadi atelektasis paru (Alsogaf, 1995). Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan dalam cavum pleura. kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat beberapa proses yang meliputi (Guyton dan Hall, 1997) : a. Adanya hambatan drainase limpatik dari rongga pleura

b. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam rongga pleura b. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan terjadinya transudasi cairan yang berlebihan c. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dan rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat. Infeksi pada tuberkulosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang masuk melalui saluran pernafasan menuju alveoli, sehingga terjadilah infeksi primer. dari infeksi ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis lokal ) dan diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus ( Limfangitis regional ). Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permeabilitas membran. Permeabilitas membran akan meningkan dan akhirnya menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain juga dapat diakibatkan dari robeknya perkejuan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga, atau kolumna vertebralis. Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkulosis paru adalah eksudat yang berisi protein dan terdapat pada cairan pleura akibat kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serosa, namun kadang-kadang bisa juga hemarogi. F. Penatalaksanaan medis 1. Terapi a. Pleuritis tuberkulosis Pengobatan dengan obat-obat anti tuberkulosis paru (Rifampisim, INH, Pirozinamid atau etambutol). b. Efusi pleura karena neoplasma Pengobatan dengan kemoterapi dan mengurangi timbulnya cairan dengan pleurodesis memakai zat-zat tetrasuklin. c. Efusi karena prankreatitis Pengobatannya dengan cara memberikan terapi peritoneo sentesis disamping terapi dengan diuretic terapi terhadap penyakit asalnya. 2. Tindakan Medis a. WSD (Water Sealed Drainage ) Merupakan suatu tindakan yang memungkinkan cairan atau udara keluar dari rongga pleura dn mencegah aliran balik kerongga pleura, sisi pemasangan untuk drainage dekat dengan intracosca kelima atau keenam pada garis midklavikula. b. Torakosintesis

Merupakan aspirasi cairan pleura sebagai sarana untuk diagnosis maupun teurapeutik. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru disela iga lx garis askila posterior dengan memakai jarum abbocath no 14 atau 16. Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan spesimen guna keperluan analisa dan untuk menghilangkan dispnea. Namun, bila penyebab dasar adalah malignasi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau minggu. Torakosintesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein, dan kadang pneumotoraks. c. Pemberian antibiotik, Jika ada infeksi d. Pleurodesis Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat ( tetrasiklin, kalk, dan biomisin ) melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi kembali. e. Biopsi pleura : untuk mengetahui adanya keganasan G. Pemeriksaan penunjang 1. Sinar Tembus Dada Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan lateral lebih tinggi dan pada bagian medial. Bila permukaannya horizontal dan lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dari dalam paru-paru itu sendiri. Hal ini yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura adalah terdorongnya mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Namun, bila terdapat atelektasis pada sisi yang bersamaan dengan cairan. Mediastinum akan tetap pada tempatnya. 2. Torakosentesis Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnosis maupun teropeutik. Pelaksanaan dilakukan sebaiknya pasa posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru di sela iga lx garis aksila posterior dengan memakai jarum Abbocath no 14 atau 16. Pengeluaran cairan sebaiknya tidak lebih dari 1000-1500cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi sekaligus banyak akan menimbulkan pleura shock ( hipertensi ) atau edema paru-paru. Edema paru-paru terjadi karena paru-paru terlalu cepat mengembang. 3. Biopsi Pleura Pemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukan 50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan tumor pleura. Bila hasil biopsi pertama tidak memuaskan dapat dilakukan biopsi ulangan. Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks, hemotoraks dan penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada. 4. Pendekatan pada efusi yang tidak terdiagosis Pemeriksaan tambahan : a. Bronkoskopi : Pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum, dan abses paru-paru. b. Scaning isotop : Pada kasus-kasus dengan emboli paru-paru

c. Torokoskopi ( Fiber-optic pleuroscopy) : Pada kasus-kasus dengan neoplasma atau TBC H. Pengobatan Efusi Pleura Pengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit yang mendasarinya, mencegah penumpakan kembali cairan, serta untuk mengurangi ketidak nyamanan dan dispnea. (Irman Samontri, 2007 Hal. 100) a. Jika caranya sedikit, hanya perlu dilakukan pengobatan terhadap penyebabnya. Jika caranya banyak, sehingga menyebabkan penekanan maupun sesak napas, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran cairan yang terkumpul). b. Pada tuberkulosis atau koksidioidomikosis diberikan terapi antibiotik jangka panjang. c. Jika pengumpulan cairan terus berlanjut, bila dilakukan penutupan rongga pleura. seluruh cairan dibuang melalui selang, lalu dimasukan bahan iritan (misalnya larutan atau serbuk doxicycline) ke dalam rongga pleura. Bahan iritan ini akan menyatukan kedua lapisan pleura sehingga tidak lagi terdapat ruang tempat cairan tambahan. d. Pengobatan untuk kilotoraks dilakukan untuk memperbaiki kerusakan saluran getah bening. Bila dilakukan pembedahan atau pemberian obat anti kanker untuk tumor yang menyumbat aliran getah bening. I. Komplikasi yang dapat terjadi a. Infeksi dan fibrosis paru (Mansjoer, 2001) b. Fibrotoraks Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parientalis dan viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. c. Atalektasis Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura. d. Kolaps Paru Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang disebabkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Efusi Pleura I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. PENGUMPULAN DATA a. Identitas Klien Nama : Tn. D Jenis kelamin : Laki-Laki Umur : 45 tahun

Status Pernikahan : Menikah Suku/Bangsa : Indonesia Pekerjaan : Pegawai Swasta Pendidikan terakhir : SMA Alamat : Jl DR. Sitanala no. 235 Tangerang Banten Nomor Register : - Tanggal MRS : - Tanggal Pengkajian : - Diagnosa Medis : Efusi Pleura b. Identitas Penanggung Jawab Nama : Ny. M Jenis kelamin : Perempuan Umur : 40 tahun Status Pernikahan : Menikah Suku/Bangsa : Indonesia Pekerjaan : Pegawai swasta Pendidikan terakhir : SMK Alamat : Jl DR. Sitanala no. 235 Tangerang Banten 2. RIWAYAT KEPERAWATAN a. Keluhan utama Nyeri Dada dan Sesak b. Riwayat Kesehatan Sekarang Tn.D berumur 45thn datang ke poliklinik umum RSUD Kab. Tangerang. Saat datang klien batuk, sesak nafas, nyeri dada, rasa berat pada dada, berat badan menurun. Saat dikaji oleh perawat, klien mengeluh nyeri bagian dada dengan skala nyeri 5 (skala 0-10), nyeri seperti tertindih beban berat, nyeri bertambah saat beraktifitas berat dan berkurang saat beristirahat. c. Riwayat Kesehatan Dahulu Imunisasi : Klien mengatakan terakhir imunisasi saat masih kecil. Alergi : Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi. Penyakit yang pernah diderita : Klien mengatakan mempunyai penyakit TB paru Obat-obatan yang pernah di digunakan : Rifampicin Riwayat masuk RS : Klien mengatakan masuk RS. G pada tahun 2013 Riwayat kecelakan : - Riwayat tindakan operasi : - d. Riwayat Kesehatan Keluarga Pasien mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai penyakit keturunan yang berat atau menular.

3. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum Pasien tampak sesak nafas, Kesadaran Umum Compos Mentis 2. Tanda-Tanda Vital Tekanan Darah : 90/70 mmhg Nadi : 87x Permenit Suhu : 37,6ºC RR : 35x Permenit 3. Antropometri Tinggi Badan : 164cm BB : 46kg Indeks Masa Tubuh : BB = 44 = 44 = 16,3 TB² (1,64)² 2,6896 4. Kepala Bentuk kepala simetris, rambut dan kulit kepala klien bersih, distribusi rambut merata, tidak rontok, tidak mudah dicabut, tidak ada benjolan, tidak ada keluhan. 5. Mata Letak bola mata simetris, gerakan bola mata simetris, kelopak mata tidak ada oedema, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, Tekanan Intra Okuler (TIO) sama, pupil dan refleks cahaya normal, ketajaman mata normal OD = 4/5 OS 5/5 6. Telinga Kebersihan telinga bersih, tidak ada oedema dan secret, letak telinga simetris, fungsi pendengaran baik 7. Hidung Terdapat cuping hidung, kebersihan lubang hidung bersih, tidak ada oedema dan secret, letak hidung simetris, tidak ada peradangan membran mukosa hidung, tidak terdapat polip, fungsi penciuman baik. 8. Mulut dan Faring Mulut bersih, tidak ada bau mulut, terdapat mukosa pada mulut Bibir : Warna pucat, tidak ada stomatitis, tidak ada kelainan bentuk Gusi : Warna merah muda, tidak ada gingivitis, tidak ada perdarahan Gigi : Jumlah gigi 33, ada caries gigi pada gigi molar, tidak ada perdarahan, abses, dan benda asing (gigi palsu) Lidah : Warna pucat dan pergerakan lidah normal Faring : Warna merah muda, tidak ada peradangan, tidak ada eksudat, tonsil tidak ada pembesaran 9. Leher Bentuk leher normal, tidak ada oedema dan jaringan parut, tidak ada tekanan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, tidak ada kaku kuduk dan mobilitas leher normal.

10. Thorax dan Dada Bentuk dada normal, tidak ada kelainan tulang belakang, ada retraksi intercostal, tidak ada oedema dan jaringan parut, vocal premitus menurun, neyri dada, pemasangan kateter thorax Suara nafas menghilang pada bagian terinfeksi, suara ucapan (vocal resonans) normal, saat perkusi terdengar pekak Pada jantung ada ictus cordis, perkusi jantung normal, bunyi jantung normal Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara normal, warna aerola coklat, puting susu tidak ada ulcus dan pembengkakan, tidak ada secret. 11. Abdomen Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan lesi, tidak ada oedema, bising usus 10x permenit, tidak ada nyeri tekan. 12. Ekstremitas atas Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, tidak terdapat oedema, lesi dan jaringan parut, kuku jari bersih, refleks biceps dan trisep + 13. Ekstremitas bawah Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, tidak terdapat oedema, lesi dan jaringan parut, kuku jari bersih, tidak ada varices, dan refleks babinski + 4. DATA BIOLOGIS 1. Pola Nutrisi Makan a. Frekuensi : 3x Sehari b. Jenis : Nasi + Lauk + Sayur + Buah c. Porsi/Jumlah : 1 Piring kecil d. Keluhan : Tidak nafsu makan e. Makanan yang dipantang : Tidak Ada f. Alergi terhadap makanan : Tidak Ada g. Suplemen yang dikonsumsi : Vit. C Minum a. Jenis : Air putih b. Jumlah : ± 8 Gelas 2. Pola Eliminasi Buang Air Besar (BAB) Klien mengatakan BAB tidak teratur Buang Air Kecil (BAK) a. Input : 480cc b. Output : 300cc c. Balance : Input Output = 180cc d. Warna : Kuning Jernih

e. Keluhan : Tidak ada 3. Pola Istirahat/Tidur a. Tidur Siang : ± 2 jam b. Tidur Malam : ± 7 Jam c. Keluhan Tidur : Klien mengatakan terkadang terbangun saat malam hari karena tidak nyaman tidur 4. Personal Hygiene a. Mandi : 1x Sehari b. Jenis Pakaian : Kaos dan daster c. Perawatan Gigi : Tidak terlalu rutin d. Penis Hygiene : Dibersihkan 1x sehari 5. DATA PSIKOLOGIS a. Status Perkawinan : Menikah b. Status Emosi : Terkadang sedikit Cemas c. Pola Koping : Positif ( Klien selalu menceritakan masalah yang dihadapinya d. Pola Komunikatif : Klien Koperatif e. Konsep Diri : Gambaran Diri : Klien terbuka dalam semua pertanyaan Peran Diri : Klien mengakui dirinya sebagai suami yang baik bagi istrinya Klien mengakui dirinya sebagai ayah yang baik bagi anaknya Harga Diri : Klien mengakui tidak merasa tersisihkan Klien mengakui merasa dibutuhkan Klien mengakui senang menjadi seorang ayah 6. DATA SOSIAL Klien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga dan lingkungan sekitar 7. DATA SPIRITUAL Klien mengatakan selalu solat 5 waktu dan menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim. 8. THERAPHY 9. DATA PENUNJANG a. Foto rotgen thorax b. Torakosentesis c. Laboratorium

II. ANALISA DATA NO DATA INTERPRETASI DATA MASALAH. 1. DS : Klien mengatakan sesak Penurunan ekspansi paru-paru Pola nafas tidak efektif DO : Klien terlihat kelelahan, RR=35x permenit, terdapat cuping hidung Sesak Pola nafas tidak efektif 2. DS : Klien mengatakan nyeri dada DO : Klien terlihat menyeringis, skala nyeri 5 (skala 0-10) Iritasi pleura Terangsangnya saraf intra thorax Nyeri Nyeri 3. DS : Klien mengatakan tidak nyaman dengan pemasangan kateter thorax DO : klien terlihat bergerak tidak nyaman Drainase thorax Pemasangan kateter thorax Ketidak nyamnan Resiko Trauma Rasiko trauma III. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru-paru (akumulasi dari udara/cairan). b. Nyeri akut berhubungan dengan terangsangnya saraf intra thoraks sekunder terhadap iritasi pleura. c. Resiko tinggi terhadap trauma/henti nafas berhubungan dengan proses cidera dan sistem drainase thorax

IV. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN No. Diagnosa Perencanaan Keperawatan Tujuan Intervensi Rasio 1. Diagnosa 1 Setelah dilakukan intervensi Mandiri : selama 3x24 jam diharapkan pasien menunjukan pola nafas yang efektif dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi etiologi / faktor 1. pencetus, contoh kolaps spontan, trauma, keganasan, infeksi, komplikasi ventilasi Pemahaman pen paru perlu untuk selang dada yang memilih tindakan a. Pasien menunjukan tidak adanya mekanik. gangguan status pernafasan b. Pernafasan pasien menunjukan kecepatan dan irama pernafasan dalam batas normal c. Tidak ada pernafasan cuping hidung 2. Evaluasi fungsi pernapasan, 2. catat kecepatan / pernapasan serak,dispnea, dan perubahan tanda vital. Distres pernapas 3. Ajarkan napas dalam 4. Latih individu bernapas berlahan dan efektif Kolaborasi : 1. Berikan oksigen tambahan melalui kanula/masker sesuai indikasi. 2. Konsultasi dengan ahli terapi pengobatan dan dokter jika terjadi gagal bernapas dalam proses pengobatan perubahan pada t dapat terjadi seba stres fisiologis da dapat menunjukk syok sehubungan hipoksia/perdara sesuai dengan ke aktivitas individu maksimal, menin ekspansi paru da sisi yang tak saki 3. Mengoptimalkan 4. Meningkatkan in napas; meningka penghilangan dis dan sianosis sehu dengan hipoksem spesialis dalam p pernapasan dan b dilakukan sesuai pemeriksaan fun fasilitas pengoba 1. Alat dalam menu 2. Ahli terapi perna

2. Diagnosa 2 Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien dapat berkurang dengan kriteria hasil : a. Keluhan nyeri berkurang b. Wajah klien terlihat lebih tenang c. Skala nyeri menurun 1. Kaji perkembangan nyeri. 2. Ajarkan klien teknik relaksasi, Beri posisi yang nyaman dan nafas dalam. 3. Kolaborasi: 1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik 1. Untuk mengetah yang dialami. 2. Meningkatkan in maksimal, menin ekspansi paru, ve sisi yang tak saki kenyamanan klie 1. Menggunakan ag farmakologi ntuk rasa sakit. 3. Diagnosa 3 Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji dengan pasien selama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi trauma atau henti nafas dengan kriteria hasil : a. Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik. b. Mengenal kebutuhan /mencari bantuan untuk mencegah komplikasi tujuan/fungsi unit drainase dada, catat gambaran keamanan. 2. Amankan unit drainage pada tempat tidur pasien atau pada sangkutan/ tempat tertentu pada area dengan lalu lintas rendah. 3. Anjurkan pasien untuk menghindari berbaring/menarik selang. 4. Observasi tanda distres pernapasan bila kateter torak lepas/tercabut. 1. Informasi tentan sistem bekerja m keyakinan, menu ansietas pasien. 2. Mempertahankan tinggi dan menur kecelakaan jatuh drainase/terlepas terulang/membur 3. Menurunkan res 4. Pneumotorak da mempengaruhi fu pernapasan dan m intervensi darura

V. EVALUASI a. Pasien menunjukan tidak adanya gangguan status pernafasan b. Pernafasan pasien menunjukan kecepatan dan irama pernafasan dalam batas normal c. Tidak ada pernafasan cuping hidung d. Keluhan nyeri berkurang e. Skala nyeri menurun f. Wajah klien terlihat lebih tenang g. Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik. h. Mengenal kebutuhan /mencari bantuan untuk mencegah komplikasi

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Tanda dan gejala yang mungkin muncul adalah Sesak nafas, Nyeri dada, Pleuritik, Deviasi trakea, Nyeri perut, Batuk, Cegukan, Pernafasan yang cepat, Rasa Berat pada dada. Pengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit yang mendasarinya, mencegah penumpakan kembali cairan, serta untuk mengurangi ketidak nyamanan dan dispnea. Komplikasi yang dapat terjadi adalah Infeksi paru dan fibrosis paru. B. Saran 1. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk meningkatkan kesadaran tentang adanya hubungan komunikasi terapeutik yang baik kepada pasien dan keluarga pasien. 2. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk memberikan penkes tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien untuk menambah pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya. 3. Pada semua orang yang mengalami sesak nafas, nyeri daerah dada, pernafasan cepat yang sifatnya masih ringan sebaiknya langsung periksakan ke pelayanan kesehatan agar memperoleh tindakan keperawatan dan pengobatan yang cepat dan tepat sedini mungkin.

DAFTAR PUSTAKA Soemantri, Irman, 2007. Askep Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan, Salemba Medika: Jakarta Muttaqin, Arif, 2008. Buku Ajar Askep Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan, Salemba Medika: Jakarta Gleadle, Jonathan, 2005. At a Glance Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik, Erlangga: Jakrta Donges, Marilynn E, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC: Jakarta Smeltzer, Suzanna C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 1, EGC: Jakarta