MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Jadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu

BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

UPACARA TANPA SULINGGIH DI PURA GERIA SAKTI MANUABA KAJIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

34. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMP

BAGAIMANA MENERAPKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TATANAN TEMPAT IBADAH (PURA)

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

SILABUS SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

43. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

SOP Pelayanan Kedukaan Tradisi Veda (Vaisnava)

Esensi Tradisi Upacara Dalam Konsep Yadnya Ni Putu Sudewi Budhawati 48

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS PENDIDIKAN KOTA BONTANG

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

D. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

D. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA Nomor : Ol/Bhisama/Sabha Pandita Parisada Pusat/X/2002. Tentang DANA PUNYA

NASKAH DHARMA WACANA REMAJA PUTRA CINTA KASIH OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN UTUSAN KOTA MAKASSAR UTSAWA DHARMA GITA PROVINSI SULAWESI SELATAN

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEKAPUR SIRIH. - Ciptakan kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders untuk membangun kekuatan sebagai agent of change.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

PEMAHAMAN UMAT HINDU TENTANG HARI RAYA SARASWATI DI KOTA PALU PROPINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin, nouns) yang berarti

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM INFORMASI Semester : 1

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

Pedoman Upacara Pitra Yadnya Ngaben dan Atma Wadana. Yayasan Pitra Yadnya Indonesia

MAKNA FILOSOFIS PELAKSANAAN SUDDHI WADANI DALAM PERKAWINAN HINDU DI DESA PAKRAMAN LUMINTANG, KECAMATAN DENPASAR UTARA, KOTA DENPASAR

BAB III PENYAJIAN DATA. observasi angket, dan wawancara, yang diperoleh dari responden. Adapun

DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. PEMBAHASAN 2 JURNAL PENJAMINAN MUTU

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT) DI TATANAN TEMPAT UMUM (PURA)

TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI. Corresponding Author

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

DALAM PROSESI SURYA SEVANA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938

PEMAHAMAN UPACARA CARU PENGERUWAK MASYARAKAT HINDU DI DESA SAUSU TAMBU KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

SURAT EDARAN TENTANG DONATUR Nomor : 01/YPI/ADM/I/2018

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

Judul Buku : Keagungan Sapi Menurut Weda

Upacara Panca Yadnya Dalam Kehidupan Beragama Oleh Ahmad Prajoko

SILABUS PEMBELAJARAN

DESKRIPSI PEMELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU

FUNGSI DAN MAKNA UPACARA MAPAG TOYA DI SUBAK ULUN SUWI DESA NAMBARU KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG. Ni Ketut Ratini * ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. B. Pokok Permasalahan.

MEMBANGUN KEMATANGAN JIWA KEAGAMAAN GENERASI MUDA HINDU MELALUI PEMBELAJARAN ASTANGGA YOGA

Seri Kedewasaan Kristen (3/6)

Makna Upacara Caru Panca Sata Bagi Umat Hindu di Pura Agung Jagat Karana Kecamatan Krembangan Surabaya

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

PENDIDIKAN NILAI PADA TRADISI NYURUD AYU DALAM UPACARA PIODALAN DI DESA BERANGBANG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA

Pemodelan Sistem Informasi Gamelan Bali Menggunakan Tree Diagram

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Materi modul. Oleh : Ketut putrana S.Pd. AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI

DAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN...

BAB III PENYAJIAN DATA. 1. Sejarah Berdirinya Pura Tirtha Gangga Suraba. dalam Islam disebut dengan musholla. Pada waktu itu dibangunlah Pura yang

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT Nomor: 05/Bhisama/Sabha Pandita PHDI/VIII/2005 Tentang

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

MEMBANGUN FISIK DALAM MEWUJUDKAN TUHAN DALAM DIRI. Oleh : I Gusti Made Widya Sena, S.Ag.,M.Fil.H * ) ABSTRAK

BAB IV ANALISA DATA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AJARAN AWATARA DALAM AGAMA HINDU DAN TASHAWUF ISLAM

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

Pengertian Hukum menurut kitab suci agama hindu

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

DI DESA PAKRAMAN CEKENG, KECAMATAN SUSUT, KABUPATEN BANGLI : PERSFEKTIF PENDIDIKAN AGAMA HINDU

C. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN

Transkripsi:

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. H DISUSUN OLEH: I WAYAN AGUS PUJAYANA

ORANG SUCI Orang suci adalah manusia yang memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan rohani, serta mempunyai kepekaan untuk menerina getaran-getaran gaib, dalam penampilannya dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih yang di sertai kemurnian lahir dan batin dalam mengamalkan ajaran agama, tidak terpengaruh oleh gelombang hidup suka dan duka. Agni purana secara etimologi menjelaskan arti kata Rsi yaitu SUARA. Istilah ini didasarkan pada pengertian analogi yang menganggap bahwa rsi sebagai penerima dan kemudian menyampaikan suara yang diterima dari tuhan sebagai wahyu. Veda menyebutkan ada banyak nama-nama rsi yang terkenal sebagai pemikir dalam ajaran agama hindu. Rsi-rsi itu diantaranya wiswamitra, wyasa, kanwa, agastya, dan walmiki. Ada empat sifat yang menyebabkan rsi penting artinya bagi kehidupan umat hindu yaitu: 1. Widya atau ilmu, 2. Satya atau kejujuran dan kebenaran, 3. Tapa atau pengendalian diri, 4. Sruta atau penerimaan wahyu.

PANDITA dalam bahasa sangsekerta berarti orang pandai, cendikiawan, bijaksana, sarjana, sujana, dan pendeta. Yang dimaksud dengan pandita adalah pendeta, seorang rohaniawan hindu yang telah madwijati melalui upacara diksa. Dwijati adalah lahir dua kali pertama lahir atau dilahirkan dari seorang ibu dan kedua dilahirkan pula dan diakui anak oleh seorang guru pengajian (nabhe). Diksa adalah penyucian seorang welaka menjadi pandita.

PINANDITA, dasar katanya adalah pandita mendapat sisipan in, yang artinya di. Jadi pengertian pinandita disini ialah seseorang yang dianggap sebagai wakil pandita. Guna mencapai tingkatan atau status pinandita ini pun melalui upacara/upakara diksa yang dikenal dengan sebutan pawintenan. Pawintenan yang berkaitan dengan rsi yajña adalah pawintenan sari dan pawintenan gede atau pinandita. Pawintenan berasal dari kata winten, yang dapat diartikan dengan inten (berlian), permata bercahaya. Pawintenan atau mawinten mengandung arti melaksanakan suatu upacara untuk mendapatkan sinar (cahaya) terang dari sang hyang widhi wasa, supaya dapat mengerti, mengetahui, serta menghayati ajaran pustaka suci veda tanpa aral melintang.

Sasana dan wewenang Pandita Secara resmi calon diksita itu diuji oleh penguji Parisada Hindu Dharma Indonesia mengenai pengetahuan agama dan pengetahuan umum lainnya yang akan menunjang tugas-tugas diksita nanti. Proses diksita berikutnya dilakukan oleh tiga orang guru yang kesemuanya adalah pandita yang cukup senior, baik pengalaman, usia ataupun penguasaannya pada agama. Ketiga pandita itu adalah: Guru Nabhe, Guru Wakira dan Guru Saksi. Ada empat kegiatan dalam proses Diksa yaitu : amari raga, amari aran, amari sasana dan amari wesa. Dalam Lontar Udyoga Parwa menyebutkan karma pandita telah memiliki ilmu kerohanian yang sempura dan tinggi, maka beliaupun dapat menyempurnakan pihak lain seperti melakukan dengan memimpin suatu upacara yadnya. Dan dalam Kitab Sila Krama ditekankan bahwa para pandita hendaknya dapat menguasai dan melaksanakan ajaran yama nyama brata.

SASANA DAN WEWENANG PINANDITA Sasana yang menjadi kode etik pinandita adalah segala aturan-aturan atau tata tertib yang berhubungan dengan kawikon (aturan-aturan kehidupan yang patut dilaksanakan oleh seorang pinandita). Dalam Kitab Silakrama ditekankan bahwa para pinandita hendaknya dapat menguasai dan melaksanakan ajaran Panca Yama dan Niyama Brata. Sasana pinandita dimuat dalam Kitab Sarasamuccaya sloka 57: Artinya : dharmacca satyam ca tapo damacca vimatsaritvam Hristitiksanasuya, yajñacca danam ca dhritih ksama Ca mahavratani dvadaca vai brahmanasya. Ini adalah brata sang brahmana, duabelas banyaknya, perincianya : Dharma dari Satyalah sumbernya, Tapa artinya sarira sang sesana yaitu dapat mengendalikan jasmani dan mengurangi nafsu : Dama artinya tenang dan sabar, tahu menasehati dirinya sendiri. Wimatsaritwa artinya tidak dengki-irihati, Hrih berarti malu, mempunyai rasa malu, Titiksa artinya jangan sangat gusar, Anasuyaartinya tidak berbuat dosa, Yajña adalah mempunyai kemauan mengadakan pemujaan; Dana adalah memberikan sedekah, Dhrti artinya penenangan dan pensucian pikiran, Ksama artinya tahan sabar dan suka mengampuni ; itulah brata sang brahmana.

Tugas seorang pinandita adalah berbuat sesuatu untuk menciptakan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup bersama di masyarakat yang disebut jagaditha, dengan cara memberikan tuntunan rohani, pembinaan mental spiritual serta membantu kehidupan beragama dilingkungan masyarakat. Melaksanakan Loka Phala Sraya dan surya sewana. Kewajiban pinandita sebagai sulinggih ada sepuluh jumlahnya, yang disebut dengan dasa kramaparamartha, yakni : Tapa, Brata, Yoga, Samadhi, Santa, Sanmata, Maitri, Karuna, Upeksa, dan Mudhita. Tingkat upacara yang dilaksanakan terbatas pada tingkat pedudusan alit dan dalam upacaraupacara seperti : Upacara bhuta yajña (sampai caru panca sata), manusa yajña (mulai bayi lahir sampai otonan dan pawidi widana tingkat kecil), pitra yajña (sampai Mendem sawa dan mekingsan gni), membuat tirtha panglukatan/pabersihan, nganteb upakara piodalan (di pura/merajan yang diemongnya sampai batas ayaban tertentu), Nganteb upakara yajña tertentu (dengan tirtha pamuput dari pandita). Istilah yang digunakan oleh pinandita adalah nganteb bukan muput. Pinandita membantu pelaksanaan yajña tertentu dari pinandita suatu pura dengan seijinnya, menggunakan genta dan menggunakan mantra, serta mudra tertentu bila sudah mewinten dengan ayaban bebangkit serta sudah mendapat bimbingan dan ijin dari pandita.

OM SANTHI SANTHI SANTHI OM