FUNGSI DAN MAKNA UPACARA MAPAG TOYA DI SUBAK ULUN SUWI DESA NAMBARU KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG. Ni Ketut Ratini * ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FUNGSI DAN MAKNA UPACARA MAPAG TOYA DI SUBAK ULUN SUWI DESA NAMBARU KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG. Ni Ketut Ratini * ABSTRAK"

Transkripsi

1 FUNGSI DAN MAKNA UPACARA MAPAG TOYA DI SUBAK ULUN SUWI DESA NAMBARU KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG Ni Ketut Ratini * Staff Pengajar STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah ABSTRAK Penelitian ini mengkaji tentang fungsi dan makna upacara Mapag Toya di Subak Ulun Suwi Desa Nambaru. Pelaksanaan upacara Mapag Toya dilakukan di ulu bendungan atau irigasi serta diantarkan ke parit yang menuju sawah yang terletak paling ulu. Hal ini dilakukan sebelum mulainya peleburan lahan sawah disertai berbagai upacara dengan harapan selama proses pengolahan dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan dan dapat meningkatkan hasil panennya. Upacara ini bertujuan untuk memohon anugerah dari Dewi Gangga dan Dewa Wisnu yang dapat memberikan air (amertha) yang digunakan dalam peleburan lahan sawah, serta memakai kurban suci yang dilakukan dalam upacara Mapag Toya yang berupa caru ayam hitam sebagai penyeimbangan alam sekitar baik bhuana agung dan bhuana alit yang dapat menetralisir suatu keadaan di dunia. Rumusan masalah: 1) Bagaimanakah tattwa dan etika upacara Mapag Toya pada Subak Ulun Suwi di Desa Nambaru Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong?, dan 2) Bagaimanakah fungsi dan makna upacara Mapag Toya di Desa Nambaru Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong?. Tujuan Penelitian ini yaitu: 1) Untuk mengetahui tattwa dan etika upacara Mapag Toya di Desa Nambaru, dan 2) Untuk memahami fungsi dan makna upacara Mapag Toya di Desa Nambaru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi, serta menggunakan sumber data primer dan sekunder, penentuan informan dengan cara purposive sampling. Hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu memahami tattwa dan etika dalam pelaksanaan upacara Mapag Toya, melalui berbagai cara dengan mengikuti atau mengacu pada Tri Kerangka Dasar agama Hindu yaitu tattwa, etika dan upacara, serta sastra dan ajaran agama Hindu yang dilakukan oleh Subak Ulun Suwi Desa Nambaru, sebelum melakukan peleburan lahan sawah yang akan ditanami padi. Subak Ulun Suwi sebagian besar telah mengetahui fungsi dan makna dari upacara Mapag Toya yang dilakukan, yaitu sebagai anugerah dan wujud terima kasih kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan kesuburan, kemakmuran dan ketentraman dalam pengolahan lahan sawah. Upacara ini merupakan proses awal turun ke sawah dengan berbagai sarana upakara banten yang memiliki makna, sebagai wujud terima kasih atas anugerah yang diberikan oleh Dewa Danu yang memberikan sumber air, yang dapat dipergunakan untuk mengairi lahan. Upacara ini didukung juga oleh Tri Hita Karana yaitu hubungan manusia dengan Tuhan (parahyangan), hubungan manusia dengan alam (palemahan) dan hubungan manusia dengan manusia (pawongan). Kata Kunci: Fungsi, Makna, Tattwa, Etika Upacara Mapag Toya 1. Pendahuluan Pelaksanaan upacara agama sangat mendominasi kehidupan manusia, hampir setiap gerak kehidupan masyarakat Hindu khususnya di Bali selalu ditandai dengan upacara (Punyatmadja, 1987: 3). Umat Hindu WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember

2 Bali yang pada umumnya lebih dominan mengutamakan pelaksanaan upacara yajna, namun nilai filsafat (tattwa) dan etika agama tidaklah diabaikan begitu saja, sebab ketiga aspek agama itu yang disebut Tri Kerangka Dasar agama Hindu yang saling memiliki hubungan yang erat sebagai pedoman untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama guna tercapainya kesejahteraan lahir dan bathin yang menjadi tujuan hidup bersama dalam agama Hindu. Kegiatan dalam pelaksanaan upacara yajna yang dilaksanakan oleh umat Hindu merupakan cetusan hati nurani yang tulus ikhlas (Surayin, 2004: 3). Di samping itu juga upacara yajna merupakan salah satu tujuan untuk membina kepribadian yang mandiri, sekaligus mengandung makna mendidik dan membudayakan tingkah laku manusia agar tercipta suasana kesucian yang maha agung dan mulia (Raid Pekaka, 1992: 4). Oleh karena itu, upacara dalam pelaksanaan upacara yajna merupakan gambaran sekaligus sebagai ungkapan rasa terima kasih kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan jalan menghaturkan atau mempersembahkan banten. Keyakinan para petani di dalam menanam tanaman pertanian tidak hanya mengorek tanah sedemikian rupa, menyiram dengan air, memberantas hama dan tindakantindakan praktis lainnya, tetapi disertai pula dengan upacara dan doa. Doa-doa itu berisikan pernyataan atau pengakuan akan adanya kekuatan Yang Maha Besar, yakni kekuatan yang memberi kemakmuran melalui tanaman pertanian dan kekuatan-kekuatan lain yang berhubungan dengan itu. Pelaksanaan upacara pertanian juga merupakan penyatuan rasa bhakti, rasa syukur, dan pujian-pujian permohonan disampaikan agar berjenis-jenis hama dan gangguan lainnya yang menyerang tanaman pertanian dapat dijauhkan dari daerah pertaniannya. Di antara sekian tanaman pertanian, tanaman padilah yang paling banyak disertai dengan upacara dan upakara. Walaupun masyarakat (petani) rajin melaksanakan upacara dan menyiapkan upakara yajna, namun hanya sebagian kecil yang menyadari dan mengetahui secara mendalam tentang apa yang dilakukan dalam menyelenggarakan upacara yajna pada lahan basah. Suryani (2004: 3) menguraikan bahwa yang utama di dalam perwujudan sebagai umat Hindu, dituntut suatu penghayatan yang bernilai bhakti suci, ketulusikhlasan, berkorban terhadap yang menjadikan sebagai manusia, percaya akan adanya Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Sang Hyang Tunggal beserta manifestasi-nya dan para leluhur yang sudah suci berwujud Ida Bhatara/Bhatari yang selalu ada serta selalu memonitor perbuatan manusia di jagat raya ini. Lebih jauh dijelaskan juga bahwa di dalam menyusun upakara yajna baik untuk di pura maupun di merajan masingmasing dan di tempat lainnya, semestinya diketahui terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang perlu dibuatkan upakara dan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki serta dengan hati persembahan yang tulus ikhlas agar yajna yang dibuat tidak sia-sia. Kitab Veda Smerti buku IV, sloka 227 menyebutkan: Danadharmam nisewata Nityammaistika paurtikam Paritustena bhawena Patramasadya saktitah Artinya: Hendaknya selalu melaksanakan tugastugas dengan tulus ikhlas dan murah hati sesuai dengan kemampuannya dan dengan hati gembira, apakah dengan mempersembahkan upacara berkorban atau dengan melakukan pekerjaanpekerjaan amal, kalau ia menemui pihak yang patut dihargai untuk menerima pemberiannya. Salah satu upacara yang sering dilakukan oleh umat Hindu, khususnya di bidang pertanian adalah upacara Mapag Toya (menjemput air). Upacara tersebut mempunyai fungsi dan makna bagaimana seharusnya 22 WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014

3 manusia menunjukkan rasa kasih, hormat, dan bhakti kepada Tuhan, kepada alam semesta, kepada sesama manusia, kepada leluhur, dan kepada orang-orang suci. Sulawesi Tengah khususnya Kabupaten Parigi Moutong merupakan daerah transmigrasi. Sejak tahun 1969 warga Bali masuk ke Sulawesi Tengah dan sampai saat ini berkembang. Hal tersebut terlihat banyaknya umat Hindu yang ada di Kabupaten Parigi Moutong khususnya di Desa Nambaru. Di dalam perkembangannya, umat Hindu melaksanakan tradisi adat istiadat dan upacara sesuai dengan apa yang berlaku di tempat asal sebelumnya yaitu Bali. Salah satu contoh yaitu pada upacara Mapag Toya. Upacara Mapag Toya ini dilakukan setiap akan mulai turun ke sawah menggarap lahan dengan harapan mendapatkan air dengan lancar. Sebagai upaya untuk mendapatkan air sebagai sumber pengairan, maka organisasi subak tersebut melaksanakan upacara Mapag Toya (menjemput air) yang dilakukan setiap permulaan pembukaan pintu air pada setiap peleburan tanah sawah. Umat Hindu yang memiliki organisasi subak dapat melaksanakan Upacara Mapag Toya pada saat pengairan dibuka dan sebelum memulai peleburan lahan persawahan. 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Subak Ulun Suwi Desa Nambaru Kecamatan parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong. Upacara Mapag Toya di Subak Ulun Suwi dilaksanakan setiap awal turun ke sawah dan sebelum peleburan lahan sawah yang akan ditanami padi. Upacara dilakukan di ulu bendungan, sebab Desa Nambaru merupakan desa yang memiliki hasil pertaniaan yang tidak menentu, umat Hindunya sebagian besar berprofesi sebagai petani dan bergantung pada hasil pertanian karena merupakan daerah penghasil padi. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer pada penelitian ini adalah data langsung dari hasil observasi dan wawancara dengan beberapa tokoh umat Hindu di Desa Nambaru yaitu pemangku, parisada, serathi banten, ketua adat dan tokoh masyarakat yang mengetahui dan dapat memberikan informasi sehubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Sumber data sekunder ini biasanya diperoleh dari literatur-literatur, dokumen hasil laporan peneliti terdahulu, perpustakaan atau dari sumber-sumber yang telah ada. Penentuan informan dilakukan melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif interpretatif untuk mencari makna dari hasil wawancara yang telah dilakukan. Data yang diperoleh dikelompokkan, kemudian dilakukan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penyimpulan. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Tattwa dan Etika Upacara Mapag Toya di Subak Ulun Suwi Desa Nambaru Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong Tattwa dan etika dalam pelaksanaan upacara Mapag Toya merupakan suatu keharusan yang dilakukan oleh petani sebelum turun melebur sawah yang akan diolah dengan mengunakan alat tradisional ataupun alat pembajakan berupa traktor. Umat Hindu pada umumnya, setiap melaksanakan upacara keagamaan selalu dilandasi dengan berbagai petunjuk sastra yang menyangkut dengan upacara agama. Dalam setiap upacara yang digunakan baik secara umum, maupun secara pribadi pada prinsipnya memakai dasar atau panduan yang sesuai dengan sastra dan kebudayaan agama. Dalam proses upacara Mapag Toya dan upacara lainnya tentang pertanian lahan basah, perlu ditekankan pada WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember

4 landasan susila, sebab semakin besar suatu upacara yajna yang dilaksanakan dan dipersembahkan, maka semakin berat juga pengendalian diri yang patut dilaksanakan. Sebagaimana dijelaskan dalam Lontar Yajna Prakerti 3.a. sebagai berikut: Kurang yang darung diniksan de sang Brahmana putus, ri sanwir ing yajnyayajnya,kirti-kerti inkag wang ring para loka tan sidha putus ngaran puput, tan wenang watek dewa bhatara amanggapi ikang yajnya magkana. Artinya: Apabila belum disucikan oleh seseorang Brahmana suci, segala bentuk yajna maupun pekerjaan, segala yang diperbuat oleh manusia di dunia ini, tidak dinamakan sukses, tak wajar Tuhan menerima persembahan yang demikian. Dari penjelasan lontar di atas memberi tuntunan kepada umat Hindu agar setiap pelaksanaan ritual dalam bentuk apapun yang dipimpin oleh sang Brahmana, maka wajib terlebih dahulu disucikan oleh Brahmana. Jika hal itu tidak melanggar norma persembahan, maka yajna tersebut akan diterima atau sampai kepada Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Berikut hasil wawancara dengan salah satu tokoh masyarakat yaitu Bpk W.SKd tanggal 12 November Bagi masyarakat Desa Nambaru khususnya umat Hindu yang memiliki sawah atau ladang atau lahan basah, masih percaya dengan kekuatan upacara Mapag Toya yang menggunakan berbagai sarana banten sebelum turun ke sawah atau sebelum mengelola sawah, hendaknya melaksanakan upacara Mapag Toya terlebih dahulu di bendungan atau di irigasi tempat pembagian air menuju persawahan. Dengan tujuan agar mendapatkan berkah serta segala pekerjaan yang dilakukan di persawahan tidak mendapat hambatanhambatan khususnya masalah air yang sangat penting dalam pengolahan sawah. Jika pengairan tidak bagus atau kurang baik, maka pengolahan atau peleburan lahan juga tidak dapat dilakukan secara maksimal Hasil wawancara di atas menekankan umat Hindu melakukan upacara Mapag Toya untuk memohon berkah dari Dewi Gangga agar beliau memberikan air suci (toya) dan Dewi Sri menganugerahkan kesuburan tanaman padi. Persembahan upacara ditujukan sepenuhnya kepada Sang Hyang Siwa, dalam konteks ini adalah sebagai pemberi kehormatan dan kesucian spiritual oleh masyarakat untuk menangani masalah-masalah dalam lahan persawahan tentang upacara yajna, sehingga dalam kehidupan sosial keagamaan tampak adanya hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam. Berikut hasil wawancara dengan Jero Mangku: Umat Hindu Desa Nambaru selalu taat terhadap petunjuk sastra Hindu dalam pelaksanaan upacara Mapag Toya, hal ini sangatlah penting artinya bagi perkembangan petani dalam menanam padi, dengan demikian petani setempat melakukan upacara Mapag Toya yang didasari oleh tattwa, etika, dan upacara, ketiga kerangka dasar agama Hindu ini dijadikan sebagai dasar acuan dalam melakukan/melaksanakan kegiatan keagamaan khususnya ritual upacara penjemputan air (Mapag Toya) Fungsi dan Makna Upacara Mapag Toya di Subak Ulun Suwi Desa Nambar Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong. Fungsi upacara Mapag Toya ini adalah sebagai simbol guna mendapatkan air untuk mengairi persawahan para petani agar melancarkan dalam proses pengolahan lahan. 24 WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014

5 Dimana dewa yang disimbolkan dalam upacara tersebut adalah Dewi Gangga, Dewi Sri dan Dewa wisnu sebagai manifestasi Tuhan yang dapat memberikan kemakmuran dalam mengelola sawah sampai selesai. Dalam pelaksanaan upacara mapag toya ini juga diyakini oleh umat Hindu untuk melindungi tanaman padi agar tidak mudah diserang berbagai jenis penyakit atau hama-hama lainnya. Masyarakat Bali/Hindu yang ada di Desa Nambaru Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Mautong sebagian besar asli berasal dari Bali, dimana sebelum mereka merantau sebagai transmigrasi yang telah diprogramkan oleh pemerintah yang profesinya sebagai petani lahan basah khususnya dipersawahan dalam hal mengelola tanah sawah. Upacara Mapag Toya selalu dilaksanakan dan tidak pernah dilupakan sesuai dengan tatanan atau awig-awig yang berlaku di Subak Ulun Suwi Desa Nambaru, sebagai kepercayan umat Hindu yang sangat kental dengan budaya, bahwa sebelum melakukan peleburan lahan sawah umat Hindu melakukan upacara Mapag Toya (menjemput air) yang memiliki makna yaitu pelaksanaan upacara permohonan diberikan air atau kata lainnya penjemputan air, dengan adanya upacara tersebut petani yang ada menyakini bahwa dengan upacara Mapag Toya dapat berfungsi mengairi persawahan untuk memberikan hasil panen yang baik, dan membantu perekonomian masyarakat khususnya para petani padi. Berdasarkan hasil Wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 14 November 2012 dengan Ketua Subak Ulun Suwi menyatakan: Bahwa pelaksanaan upacara Mapag Toya adalah suatu upacara yang dilakukan di hulu empelan dimana pelaksanaan upacara Mapag Toya ini memiliki makna penjemputan air dari bendungan hulu menuju bendungan/irigasi, dan berfungsi untuk mengairi sawah yang kami garap masing-masing. Dalam penjemputan air tersebut kami menggunakan suatu upacara Pemapag Toya yang disesuaikan dengan desa (tempat), kala (waktu), dan patra (keadaan). Adapun susunan atau runtutan upacara Mapag Toya ini dilakukan setiap awal turun ke sawah dan merupakan langkah dari pada seorang petani pada saat mulai melebur atau menggarap sawahnya, serta sebagai wujud terima kasih kepada Dewi Gangga, karena berkat beliau para petani khususnya umat Hindu dapat melakukan penanaman padi tepat pada waktu yang telah disepakati bersama kelompok subak. Dengan adanya upacara tersebut petani dapat berkerja dengan baik karena telah diberikan suatu berkah dalam penjemputan air (toya). Upacara pemapang toya atau dalam upacara Balinya disebut memendak amertha, yang artinya meminta air (toya), dilakukan secara bersama-sama dengan kelompok subak sekitarnya. Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa umat Hindu yang ada di Desa Nambaru atau di Subak Ulun Suwi selalu rutin setaip mulai pengolahan tanah yang akan ditanami padi, wajib melakukan pemendak toya dalam istilah Balinya atau dengan melakukan upacara Mapag Toya di bendungan dan dilimpahkan melalui pintu air yang sebagai pusat masuknya air ke petak persawahan. Umat Hindu yang ada di Desa Nambaru, Subak Ulun Suwi tidak pernah lupa akan pelaksanaan upacara Mapag Toya tersebut, karena sesuai dengan kepercayaan umat Hindu dengan adanya upacara tersebut petani di Subak dapat melakukan penanaman padi yang baik dan benar, dan untuk menjauhkan gangguan hama yang akan menyerang tanaman padi maka upacara Mapag Toya ini dapat dilakukan dengan WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember

6 melihat hari dan wuku yang baik, dan sebagai wujud terima kasih atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan Dewi Gangga yang dapat memberikan berkah dan hasil yang seimbang, serta memberi kehidupan yang harmonis dan hasil yang maksimal. Dalam pelaksanaan upacara Mapag Toya, menggunakan berbagai macam sarana yaitu berupa sorohan agung 2 soroh, katur ring bedugul, ring panggulun empelan, tekaning pecaruan eka sata ayam hitam, banten suci, gebogan, dan lumbung sebagai tempat meminta air suci (tirtha). Sudarsana (1994: 15) menyatakan bahwa upacara Mapag Toya biasanya disertai dengan mecaru ayam hitam dengan tujuan pencaruan dapat menetralisir suatu lingkungan atau wilayah yang ada di daerah sekitar bendungan persawahan, dengan harapan dapat mencegah atau mengurangi berbagai penyakit atau hama yang dapat merugikan petani. Upacara Mapag Toya merupakan awalnya para petani turun ke sawah yang sesuai dengan hari dan sasih yang baik agar bermanfaat dalam memulai pengolahan lahan sawah. Makna dan fungsi upacara Mapag Toya yang dilakukan merupakan permohonan dari semua anugerah Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang diberikan kepada umat, dengan melaksanakan upacara yang dilakukan di nista, madya dan utama. Upacara di madya memakai banten pras ajengan, dan meminta ampun kepada Dewi Danu, dan mohon izin di Bedugul karena akan ada orang yang melakukan dan memohon restu dalam upacara Mapag Toya, untuk memohon anugerah air sebagai proses pengolahan sawah yang akan ditanami padi. Upacara Mapang Toya juga memiliki kaitan dengan Tri Hita Karana dalam hubungan Manusia semasa hidupnya yaitu: 1. Hubungan manusia dengan Tuhan (parahyangan) Melakukan dan menghaturkan upakara atau upacara yajna yang dipersembahkan sebagai rasa syukur dan rasa terima kasih yang tulus ikhlas dan mengingat keberadaan Tuhan. 2. Hubungan manusia dengan alam semesta (pelemahan) Dalam hubungan manusia dengan alam semesta yaitu dengan melakukan upacara yajna atau upacara Bhuta Yajna yang dilakukan manusia selama hidup dan menikmati hasil bumi. 3. Hubungan manusia dengan manusia (pawongan) Seperti hubungan manusia dengan manusia dalam upacara pertanian ini dapat dilihat dengan bersama-sama melaksanakan upacara yajna berupa upacara Mapang Toya dan upacara lainnya baik yang kecil ataupun besar yang memberikan keselamatan hasil sawah atau hasil bumi. Menggunakan caru ayam hitam yang ditujukan kepada Dewa Wisnu dan Bhuta Kala, sebagai wujud sembah bhakti dan terima kasih karena berkat beliau petani setempat dapat mengolah sawahnya. Banten ini memiliki makna dan fungsi sebagai wujud terima kasih kehadapan Dewa Wisnu dan Dewi Gangga sebagai sumber mata air untuk mengolah lahan persawahan. Upacara Mapag Toya yang dilakukan sebelum peleburan lahan sawah dan meminta berkah serta memohon keselamatan tanaman, pertama dilakukan di Bedugul, menuju ke Ulun Suwi dan ke empelan atau bendungan untuk meminta berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, kemudian menuju ke petakan sawah yang pertama menerima air atau ke temuku. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik suatu kesimpulan dari upacara Mapag Toya sebagai berikut: 1. Tattwa dan Etika dalam Pelaksanaan Upacara Mapag Toya di Subak Ulun Suwi Desa Nambaru Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong yaitu: a. Tattwa merupakan personifikasi dari kekuatan mahat (intuisi) dengan 26 WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014

7 kenyataan bahwa tattwa merupakan tempat jaringan otak, sebagai sumber berpikir dan merupakan tempat susunan saraf pusat untuk melakukan sesuatu yang berdasarkan kenyataan. b. Etika/Ritual merupakan personifikasi dari kekuatan budhi (akal) yaitu menerima perintah dari mahat, untuk diteruskan kepada ahamkara, kenyataan sebagai simbol badan penyebab, sebagai tempat memproses perintah mahat sehingga menjadi kebijaksanaan (kleteg hati) atau kesenangan, dan keihklasan hati. c. Upacara/upakara merupakan personifikasi dari kekuatan ahamkara sebagai pelaksanaan perintah dari budhi sehingga muncullah perilaku, kenyataan sebagai simbol anggota badan (tangan dan kaki) dan seluruh jiwa. Adapun segala bentuk upacara yang digunakan oleh umat Hindu khususnya Subak di Desa Nambaru sangat tergantung pada kerangka dasar agama Hindu dan sastra Hindu lainnya. Begitu pula dengan subak yang berada di Sulawesi Tengah pada umumnya hampir memiliki kesamaan tentang pelaksanaan upacara Mapag Toya yang digunakan oleh petani baik di daerahdaerah atau di kampung-kampung mengacu dari beberapa sumber seperti Dharmani Pemaculan, Bhuta Yajna, Tuntunan Gunan Ing Masasawahan, Dharmaning Paebatan, Dharma Caruban, ajaran agama Hindu (filsafat yajna), pustaka sari tattwa, dan himpunan tetandingan upakara yajna. 2. Fungsi dan Makna Upacara Mapag Toya di Subak Ulun Suwi di Desa Nambaru Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong yaitu upacara Mapag Toya adalah sebagai simbol guna mendapatkan air untuk mengairi persawahan para petani agar melancarkan dalam proses pengolahan lahan. Dimana dewa yang disimbolkan dalam upacara tersebut adalah Dewi Gangga, Dewi Sri dan Dewa Wisnu sebagai manifestasi Tuhan yang dapat memberikan kemakmuran dalam mengelola sawah sampai selesai. Pelaksanaan upacara Mapag Toya ini juga diyakini oleh umat Hindu untuk melindungi tanaman padi agar tidak mudah diserang berbagai jenis penyakit atau hama-hama lainnya. Makna upacara Mapang Toya ini merupakan suatu upacara penjemputan air yang dilakukan sebelum peleburan atau turun ke sawah dalam pengolahan tanah. Upacara ini dilakukan di Bedugul, atau empelan, terus menuju ke persawahan. Dimana upacara ini menggunakan upacara yajna, yang dilakukan di ulun empelan, yang dalam pelaksanaannya terdiri dari tiga tempat yaitu nista, madya, dan utama. Contoh yang madya ada banten yang digunakan misalnya banten pras daksina, segehan dan lainnya, sedangkan pada tingkatan utama menggunakan peras, daksina suci, segehan, tumpeng pitu, dan banten yang lainya. DAFTAR PUSTAKA Ariadi, N.M (PTJJ). Kajian Nilai Etika Busana Adat Sembahyang Bagi Kaum Remaja. (Skripsi tidak di terbitkan). Universitas Hindu Indonesia. Astiti, Wayan Peran Lembaga Subak Gede dalam Pelaksanaan Program Supra Insus Di Kabupaten Tabanan. (Tesis tidak diterbitkan). Universitas Gadjah Mada. Bagus, I Gusti Ngurah Dinamika Budaya Hindu Dharma di Indonesia. Forum Penyadaran Dharma Duta Wanita, Universitas Press. Bandesa, Gede Nyoman Dharmanig Pemaculan. Denpasar. Bangli, Putu Warnaning Sesayut Lan Caru. Jakarta: Paramita Surabaya. WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember

8 Basrowi, Sawandi Memahami Penelitaian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Dahara, Willis Teori-Teori Belajar. Departemen Pendidikan Kebudayaan Direktorat jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta. Herusatoto, Budiono Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita. Hindu Dharma Tuntunan Gunan Ing Masasawahan. Parisada Hindu Dharma Kabupaen Tabanan. Jaman, Gede Tri Hita Karana. Pustaka Bali Post. Kajeng, I Nyoman Sarasamucaya. Surabaya: Paramita. Maswinara, I Wayan Bhagawad Gita. Surabaya: Paramita. Mitja Ketut Dharmanig Pemaculan (persubakan). Giayar Ajaran Agama Hindu (Dharma Caruban). Yayasan Dharma Acarya Himpunan Tetandigan Upakara Yajna. Yayasan Dharma Acarya. Sudarta, N.M Etika Upacara Caru Panca Sata. (Skripsi tidak diterbitkan). Denpasar: Universitas Hindu Indonesia. Suryani, Ida Ayu Putu Seri Upakara Yajna, Manusa Yajna. Surabaya: Paramita Bhuta Yajna. Surabaya: Paramita. Tim Penyusun Panca Yajna. Denpasar Pedoman Pelaksanaan Manusia Yajna di Jawa. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama Hindu. Jakatra. Titib, I Made Teologi dan Simbol- Simbol dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita. Pudja, Gede Bhagavad Gita. Surabaya: Paramita Surabaya. Putra, Ida Bagus Anila Pustaka Sri Tattwa. Badan Pembinaan Lembaga Adat Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. Suarjaya, Panca Yajna. Denpasar: Widya Dharma Sudarsa, N.M Kidung Kaki Kiwa (perspektif Nilai Pendidikan Etis Estetis Religius. (Skripsi tidak diterbitkan). Fakultas Dharma Acarya Institut Hindu Dharma Negeri. Sudarsana, Putu Ajaran Agama Hindu (Filsafat Yajna). Yayasan Dharma Acarya. 28 WIDYA GENITRI Volume 5, Nomor 1, Desember 2014

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG

Lebih terperinci

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

PEMAHAMAN UPACARA CARU PENGERUWAK MASYARAKAT HINDU DI DESA SAUSU TAMBU KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PEMAHAMAN UPACARA CARU PENGERUWAK MASYARAKAT HINDU DI DESA SAUSU TAMBU KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) PEMAHAMAN UPACARA CARU PENGERUWAK MASYARAKAT HINDU DI DESA SAUSU TAMBU KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) N K. Ratini N M. Yuliastuti Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89 UPACARA MAPAG TOYA DI PURA BEDUGUL DESA PAKRAMAN NYANGLAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu) Oleh I Nyoman Hari Mukti Dananjaya, I Pt. Sudharma, I Md. Adi Surya Pradnya Institut

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Balinese Lamak PENCIPTA : Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn.,M.Sn PAMERAN The Aesthetic Of Prasi 23 rd September 5 th October 2013 Cullity Gallery ALVA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar UPACARA NILAPATI BAGI WARGA MAHA GOTRA PASEK SANAK SAPTA RSI DI BANJAR ROBAN DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut

Lebih terperinci

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari I Ketut Sudarsana > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari Ajaran Tri Kaya Parisudha dapat dilaksanakan dengan cara memberikan arahan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni :

BAB III PENUTUP. dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni : BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam penjelasan yang tertuang dalam bab-bab terdahulu permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan yakni : Berdasarkan uraian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama. Salah satu di antaranya adalah suku Bali yang

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68 PERKAWINAN GAMYA GAMANA ANTARA MASYARAKAT TIONG HOA DENGAN MASYARAKAT BATUR DI SESA BATUR KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Kajian Aksiologi) Oleh Ni Luh Ginanti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU PEMBELAJARAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA iketutsudarsana@ihdn.ac.id www.iketutsudarsana.com Secara etimologi agama berasal dari bahasa sanskerta, yaitu dari kata a dan gam. a berarti tidak dan gam berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email

Lebih terperinci

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI Oleh I Wayan Budeyasa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstract Caru palguna tradition which

Lebih terperinci

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM 0501215003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BALI JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009 GEGURITAN

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Drs. I Ketut Rindawan, SH.,MH. ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH. - Ciptakan kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders untuk membangun kekuatan sebagai agent of change.

SEKAPUR SIRIH. - Ciptakan kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders untuk membangun kekuatan sebagai agent of change. SEKAPUR SIRIH Salam Sejahtera untuk Kita Semua, Om Swastiastu, Tingkatkan hubungan harmon is antara manusia-alam-tuhan sehingga mendorong kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Kepada Umat Parisada

Lebih terperinci

Ni Luh Ayu Eka Damayanti * ABSTRAK

Ni Luh Ayu Eka Damayanti * ABSTRAK IMPLEMENTASI PENDIDIKAN TRI KAYA PARISUDHA DALAM MENINGKATKAN NILAI ETIKA SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI PURWOSARI KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG Ni Luh Ayu Eka Damayanti * Staff Pengajar STAH

Lebih terperinci

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Dewa Ayu Putu Warsiniasih Institut Hindu Dharma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Subak merupakan lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius terutama bergerak dalam pengolahan air untuk produksi tanaman setahun khususnya padi berdasarkan

Lebih terperinci

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR Oleh : Ni Komang Ayu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar I Ketut Sudarsana Institut Hindu

Lebih terperinci

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK 1 KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK oleh Ni Putu Ika Nopitasari Suatra Putrawan Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Tri Hita Karana is a basic concept that have been

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak Tri Hita Karana pada hakikatnya adalah sikap hidup

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Subak sebagai bagian dari budaya Bali merupakan organisasi

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu ESENSI LINGGA YONI DI PURA BATUR NING DESA PAKRAMAN SAYAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR OLEH: I NYOMAN SUDIANA Email : sudiana_syn@yahoo.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I I Ketut

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 73

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 73 TRADISI NGEDEBLAG DI DESA PAKRAMAN KEMENUH KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR (Kajian Teologi Hindu) Oleh Ni Putu Dian Yudiani, I Wayan Mandra, I Ketut Gunarta Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar e-mail:

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayuk Denyka Mayrina Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD 27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

Lebih terperinci

Kesimpulan. Bab Sembilan. Subak sebagai organisasi tradisional yang memiliki aturan (awigawig)

Kesimpulan. Bab Sembilan. Subak sebagai organisasi tradisional yang memiliki aturan (awigawig) Bab Sembilan Kesimpulan Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian di Indonesia hingga saat ini masih berperan penting dalam penyediaan dan pemenuhan pangan bagi masyarakatnya. Dengan adanya eksplositas

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) I Putu Arta Buana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar phutu.artha@yahoo.com

Lebih terperinci

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Putu Ayu Ariastuti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar ayu_aryastuti@yahoo.com

Lebih terperinci

PERAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI ANAK UNTUK MELAKSANAKAN PERSEMBAHYANGAN TRI SANDHYA DI DESA NAMBARU KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI ANAK UNTUK MELAKSANAKAN PERSEMBAHYANGAN TRI SANDHYA DI DESA NAMBARU KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERAN ORANG TUA DALAM MEMOTIVASI ANAK UNTUK MELAKSANAKAN PERSEMBAHYANGAN TRI SANDHYA DI DESA NAMBARU KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG Ni Ketut Ratini * Staff Pengajar STAH Dharma Sentana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya

I. PENDAHULUAN. instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima input data dan instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya (Davis, 1991). Dalam era globalisasi

Lebih terperinci

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu)

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu) PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu) Oleh I Wayan Agus Gunada Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Ngaben merupakan

Lebih terperinci

PERANAN SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAH) DHARMA SENTANA SULAWESI TENGAH DALAM MENINGKATKAN ETIKA MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS

PERANAN SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAH) DHARMA SENTANA SULAWESI TENGAH DALAM MENINGKATKAN ETIKA MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS PERANAN SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAH) DHARMA SENTANA SULAWESI TENGAH DALAM MENINGKATKAN ETIKA MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS IG M. SUARNADA Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI TESIS DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI NI PUTU VIVIN NOPIANTARI NIM. 1191261003 PROGRAM MAGISTER PROGRAM

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

Oleh: Desak Made Wirasundari Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Dr. Dra. Ida Ayu Tary Puspa, S.Ag, M.Par.

Oleh: Desak Made Wirasundari Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Dr. Dra. Ida Ayu Tary Puspa, S.Ag, M.Par. KEDUDUKAN DAN PERANAN IBU RUMAH TANGGA DALAM PENDIDIKAN SOSIAL PADA ANAK USIA DINI DESA ADAT AMBENGAN DI DESA AYUNAN KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG Oleh: Desak Made Wirasundari Dewi wirasundaridewi@gmail.com

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU KODE ETIK DOSEN VISI : Terdepan dalam dharma, widya dan budaya MISI : 1. Meningkatkan Kualitas dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hindu melalui Pendidikan Tinggi Hindu; 2. Mengembangkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI Oleh : Agus Purbathin Hadi Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA) Kelembagaan Desa di Bali Bentuk Desa di Bali terutama

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

K. Yasini Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah ABSTRAK

K. Yasini Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah   ABSTRAK PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN SISWA DI SD INPRES GUNUNG SARI KECAMATAN PASANG KAYU K. Yasini Program Studi Pendidikan Agama

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007.

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. DAFTAR PUSTAKA Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. Kasiran, Moh. 2010. Metodologi Penelitian, Malang: UIN Maliki Press. Sugiono.2011.

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI PENDAPATAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN JASA AGENSI PT

PERLAKUAN AKUNTANSI PENDAPATAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN JASA AGENSI PT PERLAKUAN AKUNTANSI PENDAPATAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN JASA AGENSI PT. BALI NICE RATE VILLAS INTERNATIONAL, Ltd Oleh : NYOMAN FEBRIANTO NIM : 0515351136 PROGRAM

Lebih terperinci

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938 PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938 Om Swastyastu, Sehubungan dengan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1938 yang jatuh pada Hari : Rabu, Tanggal :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Manusia pada zaman modern ini mungkin patut berbangga atas pencapaian yang telah diraih manusia hingga sampai pada saat ini dan kemajuan dalam segala

Lebih terperinci

MELASTI (Upacara Ritual Masyarakat Hindu) SKRIPSI

MELASTI (Upacara Ritual Masyarakat Hindu) SKRIPSI MELASTI (Upacara Ritual Masyarakat Hindu) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Dalam Mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

PROSEDUR PERMOHONAN KREDIT USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH (BPD) BALI

PROSEDUR PERMOHONAN KREDIT USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH (BPD) BALI PROSEDUR PERMOHONAN KREDIT USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH (BPD) BALI Oleh : I GUSTI AGUNG AYU ISTRI SETIAWATI NIM : 1306013063 Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk

Lebih terperinci

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK Dosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H OLEH: I PUTU CANDRA SATRYASTINA 15.1.2.5.2.0800 PRODI

Lebih terperinci

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI Oleh : DEWA AYU EKA PUTRI 1101605007 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. H DISUSUN OLEH: I WAYAN AGUS PUJAYANA ORANG SUCI Orang suci adalah

Lebih terperinci

PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) PEMENTASAN WAYANG LEMAH PADA UPACARA CARU BALIK SUMPAH DI DESA PAKRAMAN KENGETAN KECAMATAN UBUD KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) I Putu Gede Buda Adnyana Institut Hindu Dharma Negeri

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Denpasar, 10 Agustus Penulis

KATA PENGANTAR. Denpasar, 10 Agustus Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat- Nya, skripsi yang berjudul Pengaruh Rentabilitas dan Likuiditas pada Jumlah Opsi Saham dan Dampaknya pada Nilai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13 EKSISTENSI PURA BEJI AGUNG TEGALTAMU DESA BATUBULAN KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR ( Kajian Teologi Hindu ) Oleh Dewa Ayu Made Santika Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Pura Beji

Lebih terperinci

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG Oleh Ni Komang Dewi Pradani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstract

Lebih terperinci

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN Agama Hindu merupakan agama yang ritualnya dihiasi dengan sarana atau upakara. Ini bukan berarti upakara itu dihadirkan semata-mata untuk menghias pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR NI MADE MERTI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA

EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Komang Samiasih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Pura Kawitan yang

Lebih terperinci

FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU

FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU I K. Suparta Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah Email: padmabuana@yahoo.co.id ABSTRAK Konsep Ke-Tuhanan dalam Hindu merupakan

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19 EKSISTENSI TARI BARIS IDIH-IDIH DI DESA PAKRAMAN PATAS, DESA TARO, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR Oleh Ni Nyoman Muliartini Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstract Hinduism is the oldest

Lebih terperinci

CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu )

CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu ) CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu ) Oleh : NI MADE SURATNI NIM : 09.1.4.4.1.0181 Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I Drs.

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN

EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2008-2009 Oleh : NI KOMANG CAHYANI NIM : 0706305173 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

Esensi Tradisi Upacara Dalam Konsep Yadnya Ni Putu Sudewi Budhawati 48

Esensi Tradisi Upacara Dalam Konsep Yadnya Ni Putu Sudewi Budhawati 48 ESENSI TRADISI UPACARA DALAM KONSEP YAJÑA NI PUTU SUDEWI BUDHAWATI STAHN. Gde Pudja Mataram ABSTRAK Tri Kerangka Dasar Agama Hindu, aspek upacara ( ritual ) merupakan aspek yang lebih ekspresif dibandingkan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA

Lebih terperinci

PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU

PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA 1. Pengertian Pendidikan Sanjana (2006:2) menyatakan bahwa adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar proses pembelajaran yang efektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang dikenal dengan banyaknya tradisi, ritual dan adat istiadat, yang membentuk identitas dari Minahasa. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent, yaitu Tuhan yang digambarkan dalam

Lebih terperinci

RITUAL PENGLUKATAN PADA HARI TUMPEK WAYANG DI DESA PAKRAMAN BANJARANGKAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu)

RITUAL PENGLUKATAN PADA HARI TUMPEK WAYANG DI DESA PAKRAMAN BANJARANGKAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu) RITUAL PENGLUKATAN PADA HARI TUMPEK WAYANG DI DESA PAKRAMAN BANJARANGKAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu) Oleh I Wayan Murjana Institut Hindu Dhrama Negeri Denpasar wayanmurjana71@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang 115 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. B. Kesimpulan Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur kepada masyarakat kampung adat cireundeu. Kesenian Angklung

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA Oleh Ni Made Ardani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar made.ardani6@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERDAYAAN KARYAWAN, KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA LPD DESA ADAT JIMBARAN BALI

PENGARUH PEMBERDAYAAN KARYAWAN, KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA LPD DESA ADAT JIMBARAN BALI PENGARUH PEMBERDAYAAN KARYAWAN, KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA LPD DESA ADAT JIMBARAN BALI SKRIPSI Oleh: I GUSTI AGUNG SURYA DEWI NIM: 1206205174

Lebih terperinci