DAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN..."

Transkripsi

1 2 DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... i ii LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... iii iv v vi vii xi ABSTRACT... DAFTAR ISI... GLOSARIUM... xii xiii xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis

2 Manfaat Praktis BAB II TINJAUAN PUSTAKA,KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kerangka Berpikir dan Konsep Landasan Teori Teori Semiotik Teori Wacana Teori Fungsi Model Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pendekatan Penelitian Lokasi Penelitian Jangkauan Jenis dan Sumber Data Instrumen Penelitian Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Analisis Data Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data BAB IV BENTUK WACANA YOGA DALAM GAṆAPATI TATTWA DAN GĔGURITAN DHARMᾹ KEṚTTHI 4.1 Sinopsis Gaṇapati Tattwa dan Geguritan Dharmā Keṛtthi Bentuk-Bentuk Wacana Yoga dalam Gaṇapati Tattwa dan Geguritan Dharmā Keṛtthi Catur Yoga Bhakti Yoga Karma Yoga

3 Jnana Yoga Raja Yoga Astangga Yoga Yama Niyama Asana Pranayama Pratyahara Dharana Dhyana Samadhi Aspek Kebahasaan Perbandingan Bentuk Wacana Yoga dalam teks Gaṇapati Tattwa dan Geguritan Dharmā Keṛtthi BAB V FUNGSI WACANA YOGA DALAM GAṆAPATI TATTWA DAN GĔGURITAN DHARMᾹ KEṚTTHI 5.1 Yoga sebagai Sistem Pengaturan Napas Yoga sebagai Suatu Cara Pengendalian Diri Pengendalian Pikiran Pengendalian Perkataan Pengendalian Perbuatan Yoga Sebagai Jalan Mencapai Tuhan Perbandingan Fungsi Wacana Yoga dalam teks Gaṇapati Tattwa dan Geguritan Dharmā Keṛtthi 92 BAB VI MAKNA WACANA YOGA DALAM GAṆAPATI TATTWA DAN GĔGURITAN DHARMᾹ KEṚTTHI 6.1 Yoga : Perwujudan Cinta Kasih Yoga : Moksartham Jagaddhita

4 2 6.3 Perbandingan Makna Wacana Yoga dalam teks Gaṇapati Tattwa dan Geguritan Dharmā Keṛtthi BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Saran. 110 DAFTARPUSTAKA LAMPIRAN 4

5 2 ABSTRAK Ganapati Tattwa merupakan teks yang bersifat Siwaistik dengan tokoh utama Dewa Siwa dan Gana. Teks Ganapati Tattwa terdiri atas 60 bait sloka Sanskerta disertai dengan ulasan bahasa Kawi.Geguritan Dharma Kertthi terdiri atas 91 bait yang menceritakan percakapan Empu Suruwan dengan anaknya yang bernama Bangsenetan. Kedua teks ini memiliki tema yang sama yakni wacana yoga sehingga menarik untuk diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bentuk, fungsi dan makna wacana yoga yang terdapat dalam kedua teks tersebut. Teori semiotik merupakan teori payung dalam penelitian ini karena diperlukan untuk menafsirkan tanda-tanda yang terdapat dalam teks Ganapati Tattwa dan Geguritan Dharma Kertthi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra dan pendekatan objektif.pada tahap pengumpulan data, metode yang digunakan adalah metode studi pustaka dan wawancara yang dibantu dengan teknik catat dan teknik rekam.pada tahap analisis data,digunakan metode hermeneutik yang dibantu dengan teknik deskriptif analitik.pada tahap penyajian hasil analisis, metode yang digunakan adalah metode informal sedangkan teknik yang digunakan adalah deduktif dan induktif. Hasil analisis menunjukkan bahwa, bentuk wacana yoga dalam Ganapati Tattwa dan Geguritan Dharma Kertthi adalah catur yoga dan astangga yoga. Hasil analisis fungsi, wacana yoga memiliki fungsi sebagai sistem pengaturannapas, pengendalian diri dan jalan untuk mencapai Tuhan. Makna yang ditemukan dalam analisis wacana yoga adalah perwujudan cinta kasih dan moksartham jagaddhita. Kata kunci : yoga, Ganapati Tattwa, Geguritan Dharma Kertthi. 5

6 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoga sudah menjadi gaya hidup di kalangan masyarakat modern. Hal ini, tercermin dari antusias masyarakat mempraktikkan yoga sebagai olahraga seharihari. Yoga bertujuan untuk menjaga kesehatan tubuh dan pikiran serta mencegah munculnya penyakit. Sejalan dengan hal tersebut, buku-buku yang membahas tentang yoga juga mulai bermunculan karena yoga sudah mulai dikenal masyarakat luas. Dalam agama Hindu, yoga termasuk salah satu jalan untuk mencapai moksa. Moksa merupakan salah satu dari ajaran Catur Purusharta yang merupakan empat tujuan untuk mencapai kebahagiaan duniawi dan akhirat. Ajaran ini terdiri atas Dharma, Artha, Kama, dan Moksa yang secara keseluruhan memiliki keterkaitan. Dharma merupakan pegangan hidup manusia yang mampu menuntun manusia ke arah yang lebih baik. Segala kegiatan yang dilakukan haruslah berdasarkan dharma agar mendapatkan hasil yang memuaskan (Pidarta, 1999:7). Artha atau materi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Tuntutan gaya hidup yang semakin tinggi mendorong manusia untuk lebih giat mengejar materi. Namun, hal ini cenderung membuat manusia bertindak adharma dalam mengumpulkan materi. Setiap pekerjaan yang dikerjakan untuk memperoleh materi haruslah berdasarkan dharma. Artha yang diperoleh dengan jalan dharma 6

7 2 akan lebih bermanfaat dibandingkan dengan jalan adharma. Begitu pula dengan kama atau keinginan, harus tetap berpegang teguh pada dharma. Kama mampu memberikan kepuasaan dalam kehidupan manusia. Setiap manusia memiliki keinginan untuk mendapatkan sesuatu dan memuaskan diri. Namun, dengan berlandaskan dharma, setiap keinginan tidak akan merugikan orang lain. Moksa merupakan tujuan akhir agama Hindu untuk menyatu dengan Sang Pencipta, maka Dharma, Artha, Kama adalah tujuan hidup di alam fana ini, sebagai wahana untuk mencapai tujuan akhir (idem). Yoga berasal dari akar kata Sanskerta yuj yang artinya menyatukan diri dengan Tuhan. Di dalam Rgveda, yoga disimbolkan dengan tapas yang lebih fokus terhadap pengendalian indria (Somvir, 2010:3). Seseorang yang menekuni yoga secara tidak langsung melakukan penyatuan diri dengan Tuhan melalui pengendalian indria. Dengan melakukan yoga seseorang juga harus belajar untuk melepaskan diri dari ikatan duniawi. Seorang penekun yoga disebut yogin. Yoga merupakan salah satu bagian dari Sad Darsana yang merupakan enam aliran astika (ortodoks). Sad Darsana terdiri atas: Nyanya, Vaisesika, Samkhya, Yoga, Mimamsa, dan Vedanta. Filsafat yoga terdiri atas 4 bagian yaitu Samadhipada, Shadanapada, Vibhutipada, dan Kaivalyapada. Samadhipada menjelaskan sifat, tujuan dan bentuk yoga, serta modifikasi jiwa (organ dalam) dan berbagai cara untuk mencapai yoga. Shadanapada menjelaskan, bahwa kriyayoga (pelaksanaan yoga), klesa (sumber penderitaan) dan karmaphala. Vibhutipada menjelaskan aspek dalam sukma serta kekuatan gaib yang diperoleh dengan jalan yoga. Terakhir, 7

8 8 Kaivalyapada menjelaskan sifat serta bentuk kelepasan dan transedentalnya jiwa serta terpisahnya alam dunia ini (Pendit, 2007: ). Sukada menjelaskan, bahwa ada delapan tahapan yoga atau yang dikenal dengan Astangga Yoga berdasarkan Yoga Sutra Patanjali yaitu Yama berarti pengendalian, Niyama berarti peraturan-peraturan, Asana berarti sikap tubuh, Pranayama berarti latihan pernapasan, Pratyahara berarti penyaluran aktivitas mental, Dharana berarti pemusatan pikiran, Dhyana berarti meditasi dan Samadhi berarti telah menyatu dengan Tuhan (wawancara, 28/12/2015). Pendiri yoga yaitu Maharsi Patanjali, membahas yoga didalam bukunya yang berjudul Yoga Sutra. Beliau mendefinisikan yoga sebagai pengendalian pikiran (Somvir, 2010:3). Dengan mengendalikan pikiran seseorang akan mampu menghubungkan diri dengan Tuhan. Dalam ajaran agama Hindu ada empat jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan yang lebih dikenal dengan Catur Marga atau Catur Yoga. Catur Yoga berasal dari dua kata yaitu catur yang berarti empat dan yoga berarti menghubungkan diri dengan Tuhan. Catur Yoga terdiri atas empat bagian, yaitu: Bhakti Yoga, Karma Yoga, Jnana Yoga, dan Raja Yoga. Bhakti Yoga merupakan jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan melalui sujud bhakti berdasarkan cinta kasih yang mendalam. Sujud bhakti tersebut dapat ditempuh dengan jalan membangun tempat suci, melenyapkan rasa benci dan amarah, sembahyang, dan sebagainya. Karma Yoga merupakan jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan melalui bekerja tanpa pamrih. Ada pula yang mengatakan sembahyang melalui

9 9 bekerja. Bekerja merupakan suatu keharusan karena tanpa bekerja kehidupan tidak akan berkembang. Dengan bekerja, kebebasan tertinggi dapat dicapai, sepanjang pekerjaan tersebut dilakukan dengan tidak mengikatkan diri kepada hasil-hasilnya (Suhardana, 2010:30). Bekerja merupakan suatu kewajiban yang harus didasari oleh hati yang tulus ikhlas. Jnana Yoga merupakan jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan melalui ilmu pengetahuan. Pengetahuan akan mampu membawa kehidupan manusia menjadi lebih baik. Dalam Jnana Yoga, pengetahuan yang dimaksud berkaitan dengan filsafat kebenaran dan pembebasan ikatan duniawi. Pengetahuan tersebut mencakup dua macam yaitu Apara Widya atau pengetahuan biasa dan suci serta Para Widya atau pengetahuan tentang hakekat kebenaran Atman dan Brahman (Suhardana, 2010:30-31). Mempelajari pengetahuan yang benar dan suci merupakan jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan yang terakhir adalah RajaYoga. Raja Yoga dilaksanakan dengan jalan konsentrasi atau pemusatan pikiran melalui tapa, brata, yoga, dan samadhi. Tapa merupakan pengendalian indria termasuk emosi dan nafsu. Dengan brata, indria dan nafsu dapat dikekang sampai tercapainya keseimbangan jiwa dan batin. Dengan yoga, maka akan tercipta batin dan hati yang suci untuk dapat menghubungkan diri dengan Tuhan. Samadhi merupakan tahap akhir dari yoga yakni bersatunya Atman dengan Brahman (Suhardana, 2010:32). Berdasarkan uraian di atas, ada banyak jalan yang dapat ditempuh untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Salah satunya adalah dengan yoga yang terdiri

10 10 atas banyak jenis dan tertuang dalam ajaran Catur Yoga.Menurut Sukada, Catur Yoga wajib dijalankan karena merupakan bagian dari etika agama Hindu (wawancara, 28/12/2015). Ajaran Catur Yoga juga terdapat dalam karya sastra tradisional di Bali. Hal ini merupakan salah satu cara agar umat Hindu lebih paham tentang ajaran agamanya. Ada dua teks yang dikaji yaitu Gaṇapati Tattwa dan Geguritan Dharmā Keṛtthi. Pemilihan teks ini dilakukan secara komparasi yang dilakukan dengan membandingkan persamaan dan perbedan kedua teks. Tattwa dalam Kamus Bahasa Jawa Kuna Indonesia berarti kesejatian, yang membuat sesuatu ada, hakikat, jadinya dan nyatanya (Zoetmulder dan S.O Robson, 2006:1223). Naskah ini memakai bahasa Jawa Kuna, ada pula yang memakai bahasa Bali.Beberapa diantaranya memuat sloka-sloka Sanskerta dengan terjemahannya dalam bahasa Jawa Kuna (Agastia, 1994:6).Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti gubah, karang, sadur (Anom dkk,. 2014: 251). Gaṇapati Tattwa dan Gĕguritan Dharmā Keṛtthi penting untuk dikaji karena menjelaskan tentang tata cara pelaksanaan yoga dalam kehidupan seharihari. Yoga tidak sekadar latihan fisik, namun yang terpenting adalah menghubungkan diri dengan Tuhan melalui ajaran Catur Yoga. Hal tersebut dijelaskan pada teks Gaṇapati Tattwa dan Gĕguritan Dharma Kertthi. Selain mengandung ajaran Catur Yoga, kedua naskah ini menggunakan konsep cerita yang sama yaitu seorang ayah yang memberikan wejangan kepada anak. Konsep cerita yangsama juga menjadi alasan dipilihnya kedua teks ini. Gaṇapati Tattwa merupakan naskah yang bersifat Siwaistik dengan tokoh utama

11 11 Dewa Siwa dan Gana. Gaṇapati Tattwa sudah pernah dikaji sebelumnya oleh Rayun (2005), yang memaparkan makna nilai yang terdapat dalam Gaṇapati Tattwa. Teks Gaṇapati Tattwa memakai bahasa Jawa Kuna dan bahasa Sanskerta dalam setiap slokanya. Teks Gaṇapati Tattwa disajikan dengan teknik cerita yang menarik. Cara menguraikan isi naskah ini dengan menggunakan metode tanya jawab antara Gaṇapati dengan Dewa Siwa.Gaṇapati adalah putra Dewa Siwa dan Siwa sendiri disebut sebagai rajanya yoga atau Mahayogin. Ajaran Catur Yoga dalam Gaṇapati Tattwa lebih dominan mengarah kepada Raja Yoga yang merupakan jalan tertinggi untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Dalam teks Gaṇapati Tattwa pelaksanaan yoga tercermin dari Sad Anggayoga, dengan unsur-unsur Panca Daiwata dalam tubuh serta tata cara bertingkah laku yang baik. Dalam naskah ini dapat dideskripsikan secara tidak langsung tentang Dewa Siwa yang memberikan pengetahuan tentang yoga kepada Gaṇapati. Wejangan yang diberikan Siwa kepada Gana secara tidak langsung menuntun agar Gana mampu mencapai pengetahuan tertinggi yaitu moksa. Dalam hal ini Jnana Yoga dan Bhakti Yoga juga tercermin dalam teks Gaṇapati Tattwa. Gĕguritan Dharmā Keṛtthi membahas cara bertingkah laku yang baik, melakukan suatu pekerjaan dengan tulus ikhlas dan jalan untuk bisa bersatu dengan Tuhan. Gĕguritan Dharmā Keṛtthi sebelumnya pernah dikaji oleh Sudewi (2009) yang membahas kajian nilai dalam Gĕguritan Dharma Kertthi. Geguritan ini terdiri atas empat jenis pupuh yakni Pupuh Demung (6 bait), Pupuh Ginanti (10 bait), Pupuh Sinom (66 bait) dan Pupuh Adri (9 bait). Secara keseluruhan Gĕguritan Dharma Kertthi terdiri atas 91 bait yang menceritakan percakapan antara Empu

12 12 Suruwan dengan anaknya yang bernama Bangsenetan. Pupuh Sinom mendominasi Gĕguritan Dharmā Keṛtthi yaitu sebanyak 66 bait. Suasana yang digambarkan dari pupuh Sinom adalah aman, tenang, dan tentram (yayasan bali galang 25/12/2015). Suasana tenang dan tentram tergambar dalam geguritan ini, Empu Suruwan dalam keadaan tenang menyampaikan petuahnya kepada sang anak. Teks Gĕguritan Dharmā Keṛtthi lebih dominan memakai bahasa Bali namun ada beberapa kata yang menggunakan bahasa Jawa Kuna. Gĕguritan Dharmā Keṛtthi juga mengandung filsafat Siwaistik dari tafsir unsur cerita dalam teks tersebut. Nama-nama tokoh dianalisis secara etimologi, tampaklah identitas dan wataknya masing-masing. Identitas dan watak ini mengandung makna simbolis (Eddy, 2002: 5). Jika Empu Suruwan yang dimaksud dalam teks ini adalah Empu Pasuruwan, maka aliran filsafatnya adalah Siwaistik. Bang Senetan terdiri atas dua kata yaitu bang yang artinya merah dan senetan artinya bersembunyi, bermalam. Pembahasan tentang yoga dalam Gĕguritan Dharmā Keṛtthi ini sederhana dan relevan dalam kehidupan sehari-hari serta tidak sulit bagi kita untuk mempraktekkannya secara langsung. Misalnya, bagaimana cara bertingkah laku yang baik dan melaksanakan semua pekerjaan dengan hati yang tulus ikhlas. Lontar Gĕguritan Dharmā Keṛtthi memiliki keunikan dibandingkan dengan lontar geguritan pada umumnya. Jika pada umumnya lontar hanya memuat bahasa asli teks tersebut, berbeda halnya dengan lontar Gĕguritan Dharmā Keṛtthi yang memuat dua bahasa yaitu bahasa asli yang berbahasa Bali bercampur Jawa Kuna

13 13 dan bahasa Indonesia yang merupakan terjemahan Gĕguritan Dharmā Keṛtthi. Keunikan tersebut menjadi alasan pendukung dipilihnya Gĕguritan Dharmā Keṛtthi sebagai bahan analisis. Gaṇapati Tattwa dan Gĕguritan Dharmā Keṛtthi sama-sama menyajikan tentang pelaksanaan yoga dalam kehidupan sehari-hari dalam konteks Catur Yoga. Meskipun berbeda genre yakni tattwa dan geguritan, teks-teks ini tetap dapat menjadi acuan untuk semakin meningkatkan bhakti sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Kedua teks ini penting untuk dikaji mengingat bahwa yoga semakin berkembang dan banyak dijalankan oleh masyarakat. Namun, banyak yang tidak mengetahui esensi yoga tersebut. Banyak hal kecil tanpa disadari merupakan jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Hal ini menjadi dasar pentingnya teks Gaṇapati Tattwa dan Gĕguritan Dharmā Keṛtthi dikaji sebagai bahan penelitian. Berdasarkan uraian di atas, kedua naskah tradisional tersebut dianalisis karena memiliki wacana yang sama. Wacana Yoga dipilih karena kedua naskah tersebut berisi jalan untuk menghubungkan diri dan menyatu dengan Tuhan. Yoga identik dengan tapa, namun dengan melihat pengertian yoga di atas, maka dengan melaksanakan kewajiban dengan ikhlas dapat dikatakan yoga.yoga dapat ditempuh dengan banyak cara dengan berdasarkan cinta kasih dan bhakti yang tulus kepada Tuhan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut.

14 14 1. Bagaimanakah bentuk wacana yoga dalam Gaṇapati Tattwa dan Gĕguritan Dharmā Keṛtthi? 2. Apakah fungsi wacana yoga dalam Gaṇapati Tattwa dan Gĕguritan Dharmā Keṛtthi? 3. Apakah makna wacana yogadalam Gaṇapati Tattwa dan Gĕguritan Dharmā Keṛtthi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan merupakan suatu hal yang ingin dicapai dalam proses penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan dimaksud disajikan secara rinci berikut ini Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan atau informasi kepada masyarakat khususnya karya sastra tradisional yang tumbuh dan berkembang di Bali. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk pengembangan dan pelestarian sastra tradisional bergenre tattwa dan geguritan. Hal ini dimaksudkan agar karya sastra tradisional tetap diperhitungkan dan berkembang di tengah-tengah masyarakat saat ini Tujuan Khusus Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hal-hal sebagai berikut. 1. Mengungkapkan bentuk wacana yoga dalam Gaṇapati Tattwa dan Gĕguritan Dharmā Keṛtthi.

15 15 2. Mengungkapkan fungsi wacana yoga dalam Gaṇapati Tattwa dan Gĕguritan Dharmā Keṛtthi. 3. Mengungkapkan makna wacana yoga dalam Gaṇapati Tattwa dan Gĕguritan Dharmā Keṛtthi. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah kegunaan dari suatu penelitian. Manfaat penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara rinci, kedua manfaat ini disajikan di bawah ini Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini bermanfaat sebagai sarana pengembangan ilmu sastra tradisional terutama tattwa dan geguritan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menumbuhkan rasa memiliki karya dan menerapkan berbagai nilai-nilai positif yang terdapat dalam karya sastra Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan tentang karya sastra dalam bentuk tattwa dan geguritan. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai bentuk, fungsi dan makna wacana yoga dalam Gaṇapati Tattwa dan Gĕguritan Dharmā Keṛtthi. Serta bermanfaat sebagai informasi bahwasannya untuk menghubungkan diri dengan Tuhan selain dengan jalan tapa, dapat pula melalui perbuatan sehari-hari pun bisa disebut sebagai yoga

16 74

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti gubah, karang, sadur. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim Penyusun Kamus Bali-Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra Bali merupakan bagian dari kebudayaan daerah yang merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat memperkaya warisan budaya bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis karya Sastra Jawa Kuno yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Menurut Soebadio (1985: 3), tutur merupakan pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK Dosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H OLEH: I PUTU CANDRA SATRYASTINA 15.1.2.5.2.0800 PRODI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEMATANGAN JIWA KEAGAMAAN GENERASI MUDA HINDU MELALUI PEMBELAJARAN ASTANGGA YOGA

MEMBANGUN KEMATANGAN JIWA KEAGAMAAN GENERASI MUDA HINDU MELALUI PEMBELAJARAN ASTANGGA YOGA MEMBANGUN KEMATANGAN JIWA KEAGAMAAN GENERASI MUDA HINDU MELALUI PEMBELAJARAN ASTANGGA YOGA Oleh Ida Bagus Kade Yoga Pramana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Astangga Yoga merupakan suatu metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris.

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parwa merupakan kesusastraan Jawa Kuna yang berbentuk prosa liris. Parwa berarti bagian buku/cerita (Mardiwarsito, 1986:410). Parwa juga dikatakan sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai

BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah banyak ungkapan yang dilontarkan bertalian dengan hubungan antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai aspek kebudayaan Bali,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam

BAB I PENDAHULUAN. Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parwa merupakan prosa yang diadaptasi dari bagian epos-epos dalam bahasa Sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan dari karya asli dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Putra (1986), dalam penelitian beliau yang berjudul "Aspek Sastra Dalam Babad Dalem Suatu Tinjauan Intertekstualitas", menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan adalah suatu karya sastra tradisional yang mempunyai sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh atau pupuh pupuh, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung nilai filsafat, agama, dan nilai kehidupan. Tutur adalah 'nasehat' atau 'bicara'. Kata perulangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Universitas Indonesia. Komaparasi konsep..., Cinita Nestiti, FIB UI, 2009

DAFTAR ISTILAH. Universitas Indonesia. Komaparasi konsep..., Cinita Nestiti, FIB UI, 2009 69 DAFTAR ISTILAH Abhinivesa : sifat kemelekatan pada hidup dan keengganan mengalami kematian Abhyantara virrti : pengontrolan aliran nafas yang masuk ke dalam tubuh Ahamkara : ego, prinsip individualistik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai salah satu penyimpanan naskah-naskah kuna warisan nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai penyimpanan naskah-naskah

Lebih terperinci

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali Tradisional yang dibentuk oleh pupuh-pupuh. Setiap pupuh

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu Oleh : Hj. A. Nirawana Abstract Menggapai nirwanan adalah sebuah tujuan spiritual dalam agama hindu. Tulisan berikut ingin menelusuri sejauhmana makna nirwana dan langkahlangkah pencapaiannya bagi penganut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan karya sastra Bali khususnya kidung masih mendapat tempat di hati

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan karya sastra Bali khususnya kidung masih mendapat tempat di hati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan karya sastra Bali khususnya kidung masih mendapat tempat di hati masyarakat pencinta kesusastraan Bali, sehingga keberadaannya masih tetap hidup seiring

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum sastra Bali dibedakan atas dua kelompok, yaitu Sastra Bali Purwa (klasik) dan Sastra Bali Anyar (modern). Kesusastraan Bali Purwa adalah warisan sastra

Lebih terperinci

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah 1. Pengertian Atman adalah. a. Percikan terkecil dari Sang Hyang Widhi Wasa b. Tidak terlukai oleh api c. Tidak terlukai oleh senjata d. Tidak bergerak e. Subha Karma Wasa 2. Fungsi Atman dalam mahluk

Lebih terperinci

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI Penelitian terhadap Geguritan Masan Rodi ini membahas tentang analisis struktur dan fungsi. Analisis ini mempunyai tujuan untuk mengungkapkan struktur

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kidung, Struktur, Semiotik, Smaratantra.

Kata Kunci : Kidung, Struktur, Semiotik, Smaratantra. ABSTRAK ANALISIS SEMIOTIKA KIDUNG TUNJUNG BIRU Kidung Tunjung Biru dipilih sebagai objek dalam penelitian ini, karena beberapa alasan. Pertama, gagasan-gagasan yang terkandung di dalamnya, merepresentasikan

Lebih terperinci

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

MEMBANGUN FISIK DALAM MEWUJUDKAN TUHAN DALAM DIRI. Oleh : I Gusti Made Widya Sena, S.Ag.,M.Fil.H * ) ABSTRAK

MEMBANGUN FISIK DALAM MEWUJUDKAN TUHAN DALAM DIRI. Oleh : I Gusti Made Widya Sena, S.Ag.,M.Fil.H * ) ABSTRAK MEMBANGUN FISIK DALAM MEWUJUDKAN TUHAN DALAM DIRI Oleh : I Gusti Made Widya Sena, S.Ag.,M.Fil.H * ) ABSTRAK Ketidakpuasan merupakan salah satu bagian dari realita kehidupan kita. Dalam kesehariannya sifat

Lebih terperinci

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR IV YOGA

MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR IV YOGA MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR IV YOGA Oleh: Tifanny Gita Sesaria (131211132021) Inka Noveliana (131211132022) Wimar Anugrah (131211132051) Nisrina Putri I.K.S (131211132052) Retno Dewi (131211132063)

Lebih terperinci

PERSEPSI TENTANG YOGA ASANA PADA UMAT HINDU DESA MEKO KECAMATAN PAMONA BARAT

PERSEPSI TENTANG YOGA ASANA PADA UMAT HINDU DESA MEKO KECAMATAN PAMONA BARAT PERSEPSI TENTANG YOGA ASANA PADA UMAT HINDU DESA MEKO KECAMATAN PAMONA BARAT I K. Mertayasa Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah Email: komang_mertayasa19@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoga adalah sebuah filosofi tentang kehidupan yang dicapai melalui latihan olah tubuh, napas dan meditasi berdasarkan 8 tangga kehidupan seperti Yama (ajaran tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) merupakan geguritan yang memiliki keterkaitan isi tentang perjalanan suci pengemban dharma dari Ida Dang

Lebih terperinci

BAB 2. DATA dan ANALISA. kelengkapan proyek tugas akhir ini didapatkan dari: 1. Data Literatur : - Buku Yoga oleh Noa Belling

BAB 2. DATA dan ANALISA. kelengkapan proyek tugas akhir ini didapatkan dari: 1. Data Literatur : - Buku Yoga oleh Noa Belling BAB 2 DATA dan ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data serta segala informasi yang dibutuhkan untuk mendukung kelengkapan proyek tugas akhir ini didapatkan dari: 1. Data Literatur : - Buku Yoga oleh Noa Belling

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan sampai saat ini masih digemari oleh masyarakat pencinta sastra khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTURAL KETUHANAN DALAM TATTWA JÑÀNA. Oleh : Ida Bagus Subrahmaniam Saitya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

KAJIAN STRUKTURAL KETUHANAN DALAM TATTWA JÑÀNA. Oleh : Ida Bagus Subrahmaniam Saitya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN STRUKTURAL KETUHANAN DALAM TATTWA JÑÀNA Oleh : Ida Bagus Subrahmaniam Saitya bram.gus@gmail.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I I Wayan Redi Pembimbing II I Ketut Wardana ABSTRAK

Lebih terperinci

GEGURITAN PURA TANAH LOT ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH IDA BAGUS PUTU WIASTIKA NIM

GEGURITAN PURA TANAH LOT ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH IDA BAGUS PUTU WIASTIKA NIM GEGURITAN PURA TANAH LOT ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH IDA BAGUS PUTU WIASTIKA NIM 0901215024 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 GEGURITAN PURA TANAH

Lebih terperinci

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD 27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

Lebih terperinci

NILAI DALAM GEGURITAN CUPAK Pande Putu Yayuk Mariani Jurusan Sastra Bali, Fakultas Sastra. Abstract

NILAI DALAM GEGURITAN CUPAK Pande Putu Yayuk Mariani Jurusan Sastra Bali, Fakultas Sastra. Abstract 1 NILAI DALAM GEGURITAN CUPAK Pande Putu Yayuk Mariani Jurusan Sastra Bali, Fakultas Sastra Abstract This research is explaining about traditional Balinese literature of geguritan with the theme Geguritan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN SEKSUALITAS DALAM TEKS LONTAR SMARAKRIDALAKSANA

PENDIDIKAN SEKSUALITAS DALAM TEKS LONTAR SMARAKRIDALAKSANA 1 PENDIDIKAN SEKSUALITAS DALAM TEKS LONTAR SMARAKRIDALAKSANA Oleh Anak Agung Gde Oka Widana agung_widana@yahoo.co.id ABSTRAK Pendidikan seksualitas penting untuk dipelajari sebagai bentuk implementasi

Lebih terperinci

LOCAL GENIUS DAN SEMANGAT KERJA: INTROSPEKSI DIRI ATAS IKLAN LOWONGAN KERJA NON-HINDU DI BALI Oleh Dr. Drs. I Gde Made Metera, M.Si.

LOCAL GENIUS DAN SEMANGAT KERJA: INTROSPEKSI DIRI ATAS IKLAN LOWONGAN KERJA NON-HINDU DI BALI Oleh Dr. Drs. I Gde Made Metera, M.Si. LOCAL GENIUS DAN SEMANGAT KERJA: INTROSPEKSI DIRI ATAS IKLAN LOWONGAN KERJA NON-HINDU DI BALI Oleh Dr. Drs. I Gde Made Metera, M.Si. 6 Abstrak: Sebuah iklan mencari tenaga kerja non-hindu dibuat oleh sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian yang sistematik dan relevan dari fakta serta hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karakter sebagian pemuda-pemudi saat ini sehubungan dengan pendidikan karakter atau kodratnya sebagai makhluk sosial, dapat dikatakan sangat memprihatinkan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli

BAB I PENDAHULUAN. pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meditasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memusatkan pikiran pada satu objek tertentu agar pikiran dapat lebih fokus. Dalam bahasa Pāli meditasi disebut juga

Lebih terperinci

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM 0501215003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BALI JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009 GEGURITAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan sastra adalah cermin kebudayaan dan sebagai rekaman budaya yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran penting bahasa dan

Lebih terperinci

Pelaksanaan Catur Marga Yoga sebagai Usaha Untuk mendekatkan Diri. Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa

Pelaksanaan Catur Marga Yoga sebagai Usaha Untuk mendekatkan Diri. Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa Pelaksanaan Catur Marga Yoga sebagai Usaha Untuk mendekatkan Diri Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa OLEH : KOMANG SUARDIKA (0913021034) JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan, yang dapat membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1 MIMAMSA DARSANA Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1. Pendahuluan Agama Hindu berkembang ke seluruh dunia dengan kitab sucinya Weda, disesuaikan dengan budaya lokal (local genius). Sebagai payung dalam

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

PENDIDIKAN AGAMA HINDU Kurikulum 2004 PANDUAN MATERI UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2004/2005 SD PENDIDIKAN AGAMA HINDU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN Hak Cipta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Babad merupakan salah satu karya sastra sejarah. Adanya tradisi karya sastra sebagai milik bersama yang mencerminkan kedekatan antara karya sastra dengan penyambutnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor keaslian suatu penelitian. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran, atau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 1.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG YOGA

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG YOGA A. Pengertian Yoga BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG YOGA Sebelum membahas pengertian yoga, perlu dikaji terlebih dahulu mengenai apa yang tersirat dalam ajaran yoga tersebut. Bahwa ajaran yoga adalah anugrah

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2

BAB II PEMBAHASAN. Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,ikapi,yogja,1995 2 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan adalah upaya menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap insan. Potensi itu berupa kemampuan berbahasa, berfikir, mengingat menciptakan

Lebih terperinci

D. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

D. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti D. Pendidikan dan Budi Pekerti Satuan Pendidikan : SMA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti terdahulu yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam khazanah sastra Jawa Kuna (kawi) memang telah sejak lama memikat perhatian para peneliti, salah satunya adalah kakawin yang merupakan sastra Jawa Kuna yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Marga Indonesia, Jakarta, 1992, hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. Marga Indonesia, Jakarta, 1992, hal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia menghadapi berbagai tekanan, baik di tempat kerja di rumah maupun di jalan. Tekanan tersebut membuat manusia mengalami stres,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,

Lebih terperinci

SASANANING PENDETA HINDU DALAM TEKS GEGURITAN SIDHA YOGA KRAMA (GSYK)

SASANANING PENDETA HINDU DALAM TEKS GEGURITAN SIDHA YOGA KRAMA (GSYK) SASANANING PENDETA HINDU DALAM TEKS GEGURITAN SIDHA YOGA KRAMA (GSYK) Ni Putu Parmini Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS IKIP Saraswati, Tabanan Indonesia Abstrak Objek penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

43. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

43. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 43. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Alam semesta jagat raya dengan seisinya bergerak berputar tiada hentinya dengan perputaran yang teratur sesuai dengan hukumnya. Hukum perputaran terjadi terhadap semua

Lebih terperinci

GEGURITAN ABIMANYU WIWAHA:

GEGURITAN ABIMANYU WIWAHA: 1 GEGURITAN ABIMANYU WIWAHA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI IDA BAGUS ADI RAKA WEDA NIM 0901215007 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA ABSTRACT This study discusses the literature

Lebih terperinci

BAB 2 YOGA PATANJALI. Universitas Indonesia

BAB 2 YOGA PATANJALI. Universitas Indonesia 9 BAB 2 YOGA PATANJALI Yoga adalah salah satu dari enam Sad Dharsana, sekolah pemikiran India yang bersifat ortodoks. Seringkali ia dikaitkan dengan sekolah pemikiran yang lain yaitu Samkhya karena Yoga

Lebih terperinci

APA ITU YOGA DAN APA TUJUAN SERTA MANFAATNYA?

APA ITU YOGA DAN APA TUJUAN SERTA MANFAATNYA? APA ITU YOGA DAN APA TUJUAN SERTA MANFAATNYA? Yoga berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti penyatuan yang bermakna penyatuan dengan alam atau Sang Pencipta. Yoga adalah suatu kumpulan praktek latihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 E-Book (Elektronik Book) 2.1.1 Perkembangan E-book (Elektronik book) Perusahaan raksasa yang dimiliki Gill Bates telah mempersiapkan visinya untuk tahun 2020 bahwa lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satua merupakan salah satu karya sastra dari kesusastraan Bali purwa (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng (bahasa Indonesia)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabhanti Watulea merupakan tradisi lisan masyarakat Watulea di Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Kabhanti Watulea adalah

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI GEGURITAN NAGA PUSPA KARYA I NYOMAN SUPRAPTA

ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI GEGURITAN NAGA PUSPA KARYA I NYOMAN SUPRAPTA 1 ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI GEGURITAN NAGA PUSPA KARYA I NYOMAN SUPRAPTA Ida Ayu Diah Rarasathi Kusumadarma Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana ABSTRACT The research of structure and function

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,

Lebih terperinci

TEKS GEGURITAN DHARMA STHITI ANALISIS AMANAT. I Wayan Sudarsana. Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana. Abstrak

TEKS GEGURITAN DHARMA STHITI ANALISIS AMANAT. I Wayan Sudarsana. Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana. Abstrak 1 TEKS GEGURITAN DHARMA STHITI ANALISIS AMANAT I Wayan Sudarsana Sastra Bali Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstrak This study discusses the traditional Balinese literature shaped geguritan entitled

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari I Ketut Sudarsana > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari Ajaran Tri Kaya Parisudha dapat dilaksanakan dengan cara memberikan arahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti yang lebih dulu yang ada kaitannya dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan pencerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dipakai untuk menyebutkan gejala budaya yang dapat dijumpai pada semua masyarakat global meskipun secara sosial, ekonomi dan keagamaan keberadaanya tidak merupakan

Lebih terperinci

Geguritan Aji Rama Rena Analisis Struktur dan Makna

Geguritan Aji Rama Rena Analisis Struktur dan Makna Geguritan Aji Rama Rena Analisis Struktur dan Makna Ida Bagus Dwija Nandana Persada 1*, Tjok. Istri Agung Mulyawati 2, Luh Putu Puspawati 3 [123] Program Studi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Unud 1 [dwijanandana@gmail.com]

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE SUGESTI-IMAJINASI DENGAN MEDIA VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA

2015 PENERAPAN METODE SUGESTI-IMAJINASI DENGAN MEDIA VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas menulis merupakan sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis berupa kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

Jadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu

Jadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu 4.1 Dasar Kepercayaan Hindu Bersumber Pada Atharwa Weda Dasar kepercayaan (keimanan) dalam agama Hindu disebut Sraddha, yang dinyatakan di dalam ayat suci Atharwa Weda berikut.

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Kelas : IX/Sembilan Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Hindu Semester : I Standar : Sradha 1. Memahami Awatara, Dewata 1.1 Menguraikan pengertian Awatara, Dewa 1.2 Menguraikan

Lebih terperinci

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra menempati posisi penting dalam pembentukan karakteristik kebangsaan, karena sastra memiliki potensi fungsi sosial untuk menumbuhkan nilai dan sikap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. ada kaitannya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. ada kaitannya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat suatu uraian sistematis mengenai teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

TUTUR SRI AJI JAYA KASUNU: KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA. Ida Bagus Gede Ariwangsa. Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya

TUTUR SRI AJI JAYA KASUNU: KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA. Ida Bagus Gede Ariwangsa. Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya 1 TUTUR SRI AJI JAYA KASUNU: KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA Ida Bagus Gede Ariwangsa Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Abstract: Efforts to explore the socio-cultural values is the

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian Pustaka di dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori,

Lebih terperinci