HUBUNGAN ANTARA SALINITAS DAN TEMPERATUR

dokumen-dokumen yang mirip
Oseanografi Fisis. Massa Air dan Proses Percampuran

PENDAHULUAN Latar Belakang

04. DENSITAS TUJUAN PRAKTIKUM

Suhu rata rata permukaan laut

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas

PERTEMUAN KE-5 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN SIRKULASI MASSA AIR (Bagian 2) ASEP HAMZAH

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai SUHU DAN SALINITAS. Oleh. Nama : NIM :

Gambar 1. Diagram TS

KONDISI OSEANOGRAFIS SELAT MAKASAR By: muhammad yusuf awaluddin

2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA

2. TINJAUAN PUSTAKA. Pelapisan massa air merupakan sebuah kondisi yang menggambarkan

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

Gambar 1. Pola sirkulasi arus global. (

Horizontal. Kedalaman. Laut. Lintang. Permukaan. Suhu. Temperatur. Vertikal

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

DI PERAIRAN SELAT BALI

DI PERAIRAN SELAT BALI

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221)

DAERAH PERAIRAN YANG SUBUR. Riza Rahman Hakim, S.Pi

ROMMY ANDHIKA LAKSONO. Agroklimatologi

ILMU & TEKNOLOGI KELAUTAN (ITK 502)

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

ANALISIS KLIMATOLOGI HUJAN EKSTRIM BULAN JUNI DI NEGARA-BALI (Studi Khasus 26 Juni 2017)

PENDAHULUAN Latar Belakang

SOP Kerja Praktik Mahasiswa S1 Program Studi Oseanografi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung

METODE PENELITIAN Bujur Timur ( BT) Gambar 5. Posisi lokasi pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017

Keberadaan sumber daya ikan sangat tergantung pada faktor-faktor. yang sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Kemungkinan ini disebabkan karena

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR

Konsentrasi oksigen terlmut di pe~mukaan berkisar antara ( ) mvl, nilai yang terendah terdapat pada transek A ke arah pantai.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

OSEANOGRAFI. Morfologi Dasar Laut

2. Perhatikan tabel tentang kemungkinan kondisi Samudera Pasifik berikut!

Physics Communication

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

Analisis Kondisi Atmosfer Pada Saat Kejadian Banjir Bandang Tanggal 2 Mei 2015 Di Wilayah Kediri Nusa Tenggara Barat

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

Samudera adalah kumpulan air yang sangat banyak, menutupi hampir. 71 persen Bumi dan memisahkan benua. Jutaan tahun yang lalu ketika Bumi

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Samudera Hindia bagian Timur

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

III. METODE PENELITIAN

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Keenam (SUHU UDARA II)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK MASSA AIR PERAIRAN SELAT BANGKA BAGIAN SELATAN IDENTIFICATION OF WATER MASSES IN THE SOUTHERN OF BANGKA STRAIT

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?

aptudika.web.ugm.ac.id

STUDI VARIASI TEMPERATUR DAN SALINITAS DI PERAIRAN DIGUL IRIAN JAYA, OKTOBER 2002

BAB III METODELOGI PENELITIAN

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

02. TEMPERATURE TUJUAN PRAKTIKUM

EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

ANALISIS KEJADIAN HUJAN ES DI DUSUN SORIUTU KECAMATAN MANGGALEWA KABUPATEN DOMPU ( TANGGAL 14 NOVEMBER 2016 )

Iklim, karakternya dan Energi. Dian P.E. Laksmiyanti, S.T, M.T

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Turbulensi (Olakan)

SEBARAN FLORA DAN FAUNA DI PERMUKAAN BUMI

Oleh : Upi Supriatna, S.Pd

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

GD-3221 Hidrografi II. Bagian IV SIFAT-SIFAT FISIK AIR LAUT

Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha, ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3. BAHAN DAN METODE. data oseanografi perairan Raja Ampat yang diperoleh dari program terpadu P2O-

BAB IV DATA DAN ANALISA

Danau dengan volume lebih dari km 3 :

Sebaran Medan Massa dan Medan Tekanan di Perairan Barat Sumatera pada Bulan Maret 2001

Identifikasi Massa Air Di Perairan Timur Laut Samudera Hindia

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

BAB II SISTEM VAKUM. Vakum berasal dari kata latin, Vacuus, berarti Kosong. Kata dasar dari

Transkripsi:

1 HUBUNGAN ANTARA SALINITAS DAN TEMPERATUR Dalam setiap penelitian oseanografi parameter-parameter yang selalu diukur ialah suhu, salinitas, kandungan O2, dan kandungan zat hara (nutrien): fosfat, nitrat, silikat. Kita dapat menggambarkan suatu perairan berdasarkan distribusi salinitas atau suhu terhadap kedalaman. Namun distribusi suhu dan salinitas terhadap kedalaman ini tidak dapat digunakan untuk menyatakan karakteristik suatu perairan karena ia berubah dengan waktu. Distribusi suhu atau salinitas terhadap kedalaman pada musim dingin berbeda dengan musim panas. Distribusi suhu atau salinitas terhadap kedalaman pada musim hujan berbeda dengan musim kemarau. Jadi kita harus memilih cara lain untuk menyatakan karakteristik suatu perairan yang merupakan gambaran perairan tersebut sepanjang waktu (gambaran yang tidak berubah dengan waktu). Karakteristik suatu perairan dapat kita gambarkan dengan mengeplot data suhu dan salinitas terhadap kedalaman. Hubungan suhu dan salinitas terhadap kedalaman disebut diagram T-S. Diagram T-S adalah unik untuk tiap perairan, T-S diagram suatu perairan berbeda dengan T-S diagram perairan yang lain. Dengan perkataan lain masing-masing perairan memiliki T-S diagram yang unik. T-S diagram suatu perairan diperlihatkan oleh gambar berikut. Diagram T-S digambarkan bersama-sama dengan kurva t. Kegunaan diagram T-S: 1. Dapat digunakan untuk mengecek apakah data suhu dan salinitas yang didapatkan dari lapangan dapat dipercaya atau tidak. 2. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi massa air dan menentukan proses pencampuran. 3. Dapat digunakan untuk melihat 25 20 15 10 5 kestabilan kolom air. 0 250 0 50 100 150 200 300 350 32 32.5 33 33.5 34 t t t t t

2 4. Dapat digunakan untuk melacak gerakan massa air dengan cara membandingkan beberapa diagram T-S dari suatu perairan. Keterangan: 1. Kurva T-S yang diplot berdasarkan data suhu dan salinitas yang baik akan berupa kurva yang smooth. Bila kurva T-S yang diperoleh dari data lapangan tidak smooth maka kita dapat mengatakan Kurva T-S Yang smooth bahwa data tersebut salah atau tidak baik. 2. Contoh penggunaan diagram T-S untuk mengidentifikasi massa air. Dalam contoh ini kita akan mencoba mengidentifikasi 3 massa air yaitu Antarctic Bottom Water (AABW), Antarctic Intermediate Water (AAIW), North Atlantic Deep Water (NADW). Karakteristik ketiga massa air Kurva T-S yang tidak smooth tersebut diatas, ialah sebagai berikut: AABW -0.5 0 C 0 0 C 34.6 34.7 0 /00 NADW 2 0 C 4 0 C 34.9 35 0 /00 AAIW 3 0 C 4 0 C 34.2 34.3 0 /00 AABW terbentuk di Weddell Sea di Antartika akibat proses pendinginan dan pembentukan es. Air dengan densitas yang besar dipermukaan turun menyusuri paparan benua dan lereng benua Antartika dan menyusuri dasar laut membentuk AABW. AABW bergerak secara perlahan menuju equator. AAIW terbentuk didaerah konvergensi Antartika bergerak turun kelapisan dalam. NADW terbentuk di laut-laut Norwegia dan Greenland, bergerak kearah selatan. NADW mengalir diantara AAIW dan AABW. Gerakan ketiga massa air tersebut diperlihatkan oleh gambar berikut:

3 0 0 9 0 S Konvergensi Antartika 45 0 S S T AAIW Antartika NADW Penampang melintang Gerakan massa air Dilautan Atlantik AABW T-S diagram dari lokasi di lautan Atlantik diperlihatkan oleh gambar dibawah: 25 20 15 10 5 0 300 100 AAIW 800 1400 NADW AABW 4000 5000 34 34.5 35 35.5 36 Di kedalaman antara 1400m sampai 3800m kita melihat adanya kenaikan harga salinitas dan penurunan suhu. Kisaran (range) suhu dan salinitas pada kedalaman ini dekat dengan kisaran suhu dan salinitas NADW. Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa pada kedalaman ini terdapat massa air dari NADW yang ditandai oleh harga salinitas yang tinggi. Pada kedalaman 800m kita melihat adanya salinitas yang rendah (salinitas minimum). Kisaran suhu dan salinitas dekat dengan kisaran suhu dan salinitas AAIW walupun kedalaman 800m tersebut kisaran suhu dan salinitasnya lebih besar dari kisaran suhu dan salinitas AAIW. Jadi dapat kita menyimpulkan pada kedalaman 800m ini terjadi pencampuran antara AAIW dengan massa air di laut Atlantik Selatan di lintang 9 0 S. Di kedalaman 5000m kita melihat adanya kontribusi AABW yang ditandai dengan suhu yang lebih rendah dari 0 0 C. Jadi di dalam contoh

4 ini kita dapat melihat bagaimana penggunaan diagram T-S lautan Atlantik di 9 0 S untuk mengidentifikasi AABW, AAIW dan NADW. 3. Suatu kolom air dikatakan stabil jika kurva T-S memotong kurva t kearah bawah (kearah pertambahan t). Bila kurva T-S memotong kurva t kearah atas (kearah pengurangan t) maka kolom air dikatakan tidak stabil. Bila kurva T-S sejajar dengan kurva t maka kolom air netral. Dari gambar dapat kita lihat bahwa dari permukaan sampai kedalaman 30m kurva T-S sejajar dengan kurva t, jadi pada kedalaman ini kolom air stabil netral. Dari kedalaman 30m 1000m kurva T-S memotong kurva t kearah bawah (kearah pertambahan t) kolom air pada interval ini stabil. 4. Contoh penggunaan T-S diagram untuk melacak gerakan massa air. Disini kita tinjau gerakan massa air laut Tengah yang hangat dan berat (S=38.5 0 /00, T=13 0 C) memasuki perairan Atlantik utara bagian timur yang massa airnya lebih dingin dan kurang asin (lebih ringan dari air laut Tengah). 0 250 400 500 600 30 60 100 t=23 1000 t=24 t=25 t=26 Dingin Kurang Asin (lebih ringan) ATLANTI SILL Hangat & berat LAUT TENGAH -100m -1500m

5 Karena massa air laut Tengah lebih berat daripada massa air laut utara maka ia turun memasuki laut Atlantik melalui selat Giblartar sampai ke kedalaman 1500m dimana densitasnya sama dengan densitas air laut Atlantik. Dari kedalaman 1500m ini massa air laut Tengah menyebar ke bagian lautan Atlantik. SPANYOL SELAT GIBLARTAR St. 2 St. 1 AFRIKA Kita dapat merekonstruksi gerakkan massa air laut Tengah memasuki lautan Atlantik utara dengan cara membandingkan dua T-S diagram yang diambil dari dua lokasi yang berbeda dilautan Atlantik. Lokasi Stasiun 1 dan Stasiun 2 dimana dilakukan pengambilan data suhu dan salinitas dibeberapa kedalaman diperlihatkan oleh gambar berikut: Diagram T-S dari Stasiun 1 dan stasiun 2 diperlihatkan pada gambar berikut 15 15 1200m 10 10 S 35 St. 35.5 1 36 36.5 0 / S 35 St. 35.5 2 36 36.5 0 /

6 Diagram T-S dari Stasiun 1 dan stasiun 2 kita dapat melihat dengan jelas bahwa pada kedalaman 1200m di Stasiun 1 dan kedalaman 1300m stasiun 2 tampak adanya penaikan harga salinitas. Kita dapat menyimpulkan bahwa kenaikan harga salinitas pada kedalaman-kedalaman tersebut akibat dari pengaruh massa air laut Tengah yang bercampur dengan massa air Atlantik di kedua stasiun. Kenaikan harga salinitas di kedalaman 1200m di stasiun 1, karena letak stasiun 2 sudah jauh dari dari laut Tengah. Jadi di stasiun 2, massa air laut Tengah sudah banyak bercampur dengan massa air laut Atlantik utara. Dari contoh ini dapat kita lihat dengan membandingkan T-S diagram dari dua stasiun di Atlantik utara kita dapat melacak adanya gerakan massa air laut Tengah memasuki perairan Atlantik Utara bagian timur.