BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

Transkripsi

1 BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA Pada Tahun 2008, tim dari kelompok penelitian Program Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi, melakukan penyelidikan geokimia pada daerah lapangan panas bumi Tambu. Penyelidikan ini bertujuan untuk mengetahui manifestasi air panas pada daerah penelitian dan mengetahui karakteristik geokimia dari daerah tersebut. Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh kelompok penelitian Program Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi, diketahui terdapat 1 mata Air panas pada daerah penelitian, yaitu mata air panas Tambu (gambar 6.1). Mata air panas Tambu merupakan kolam air panas dengan luas 7x5 m 2 pada Desa Mapane, Tambu dengan koordinat mt, ms (zona -50 o Southern Hemisphere) di ketinggian 3 m di atas permukaan laut. Temperatur air panas berkisar antara 57,4 o dan temperatur udara lokasi 27,1 o, air berasa asin, dan mengalir dengan debit 0,5 l/detik, PH netral (7,10), dengan sedikit gelembung udara dan daya hantar listrik 9600 µs/cm (Kusnadi dan Anna, 2008). 53

2 Gambar 6.1. Lokasi mata air panas Tambu Selain analisa kimia pada air panas, juga dilakukan analisa pada air sumur dan air laut pada sekitar daerah penelitian. Lokasi mata air dapat diamati pada gambar. Analisa tiap mata air ditunjukkan pada lampiran. 54

3 Gambar 6.2. Diagram terner Cl-SO 4 -HCO 3 air pada daerah penelitian Data kimia yang didapat dari lapangan diolah di laboratorium dan dari data tersebut dapat ditentukan jenis atau tipe air dari tiap mata air panas. Penentuan tipe air ini dilakukan untuk memilih mata air panas yang representatif untuk penentuan suhu reservoir dengan metode geotermometer. Tipe air yang paling representatif sebagai fluida yang berasal dari reservoir adalah air klorida (Cl) (Nicholson, 1993). Untuk melihat apakah air panas dari mata air ini cukup representatif untuk memperhitungkan suhu reservoir, maka data yang ada diplot dalam diagram Terner antara Cl, SO4, dan HCO 3 oleh Giggenbach, Berdasarkan hasil plot pada diagram Terner kandungan Cl, SO 4 dan HCO 3 (gambar 6.2), diketahui bahwa mata air panas Tambu mempunyai kandungan unsur Cl yang tinggi. Sehingga air panas yang didapat dari mata air panas Tambu dapat dijadikan sampel untuk mengetahui suhu reservoir dengan metode geotermometer. Kemudian, untuk menentukan suhu reservoir digunakan metode geotermometer Na-K-Mg, dengan cara mengeplot data kimia Na-K-Mg ke dalam diagram Na-K-Mg (gambar 6.3) oleh Giggenbach, Untuk menetukan suhu reservoir digunakan persamaan geotermometer Na/K (Giggenbach, 1988). Berikut persamaannya: 55

4 t o C = [1390/(log Na/K ]-273 (Giggenbach, 1988) Gambar 6.3. Diagram geotermometer Na-K-Mg Hasil plot diagram geotermometer Na-K-Mg, menunjukkan bahwa air panas dari mata air panas Tambu, termasuk pada zona partial equilibirum yang mengindikasikan manifestasi yang muncul ke permukaan kemungkinan dipengaruhi oleh interaksi antara fluida dengan batuan dalam keadaan panas sebelum bercampur dengan air permukaan (meteoric water), Perhitungan temperatur geotermometer Na- K, diketahui bahwa suhu reservoir berkisar antara 138,7 o C, termasuk temperatur sedang. 56

5 Gambar 6.4. Diagram geotermometer Cl-Li-B Selain analisa kandungan data kimia di atas, juga dilakukan analisa terhadap kandungan Cl, Li, dan B. Berdasrkan plot kandungan ketiga unsur tersebut (gambar 6.4), diketahui bahwa mata air panas Tambu, berada pada pojok atas, dengan mempunyai kandungan Cl yang tinggi, berasa asin, dan mempunyai daya hantar listrik cukup tinggi yaitu 9600 µm/cm, Na relatif tinggi yaitu 1226 mg/l, dan Cl 3339,44 mg/l, serta kandungan silika yang rendah yaitu mg/l). 57