BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di perairan Pulau Biawak Kabupaten Indramayu dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada tanggal 3-27 Juni 2013, penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu pengambilan data di lapangan dan laboratorium. Pengambilan data di lapangan meliputi pengambilan sampel, pengambilan data variabel fisik dan kimiawi sedangkan untuk identifikasi plankton dilakukan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD. Untuk menganalisis konsentrasi kadar nitrat, fosfat dan silikat perairan dilakukan di Laboratorium Air Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan. Penentuan stasiun penelitian berdasarkan pada dinamika oseanografi perairan dan aktifitas di perairan maupun daratan. Pengambilan sampel penelitian dilakukan pagi, siang dan sore pada setiap stasiun. Stasiun penelitian diplot sebanyak 5 stasiun yaitu: (Gambar 2). 1. Stasiun (1) yang terletak di BT dan LT merupakan areal pertemuan arus permukaan. 2. Stasiun (2) yang terletak di BT dan LT merupakan areal ekosistem terumbu karang. 3. Stasiun (3) yang terletak di BT dan LT merupakan areal singgah kapal atau dermaga. 4. Stasiun (4) yang terletak di BT dan LT merupakan areal ekosistem mangrove dan lamun. 5. Stasiun (5) yang terletak di BT dan LT merupakan areal penangkapan ikan. 14

2 15 Gambar 2. Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat-alat yang digunakan pada saat survei di lapangan, analisis di laboratorium, dan keperluan pengolahan data. Peralatan yang digunakan untuk survei di lapangan (Lampiran 1) antara lain: a. Plankton net dengan spesifikasi jenis KITAHARA modifikasi berdiameter 32 cm, panjang 1 m dan mesh size 60 µm, digunakan untuk menyaring plankton. b. Botol sampel ukuran 30 ml, digunakan untuk menyimpan sampel plankton. c. Cold box, digunakan untuk menyimpan botol sampel plankton. d. Current meter, digunakan untuk mengukur kecepatan arus. e. Thermometer digital, digunakan untuk mengukur suhu perairan. f. Secchi disk, digunakan untuk mengukur transparansi cahaya. g. DO meter, digunakan untuk mengukur kandungan oksigen terlarut (DO). h. Refraktometer, digunakan untuk mengukur salinitas perairan.

3 16 i. Mikroskop binokuler dengan perbesaran 10x10, counting chamber, dan cover glass, digunakan untuk mengidentifikasi genus dan jumlah plankton. j. Spektrofotometer, digunakan untuk mengukur konsentrasi nutrien k. GPS, digunakan untuk menentukan stasiun penelitian. l. Buku identifikasi plankton Sachlan (1982) dan Yamaji (1979). m. Alat tulis untuk mencatat hasil penelitian Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini: a. Sampel plankton yang diperoleh dari setiap stasiun penelitian. b. Aquades untuk sterilisasi alat c. Larutan Lugol untuk mengawetkan sampel plankton. d. Sampel air untuk analisis kandungan nutrien perairan 3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei berupa pengamatan, pengukuran parameter oseanografi, pengambilan sampel plankton dan air laut di lapangan (Perairan Pulau Biawak). Pengamatan dan pengambilan data dilakukan di 5 stasiun Perairan Pulau Biawak dengan karakteristik stasiun yang berbeda seperti yang sudah dijelaskan dengan 3 kali ulangan berdasarkan ruang dan waktu yang berbeda. Bagan alir penelitian seperti dijelaskan pada Gambar 3, dimulai dengan penentuan stasiun penelitian kemudian mengambil sampel plankton dan sampel air laut. Untuk sampel plankton di identifikasi jumlah sampai tingkatan genus kemudian dihitung kelimpahan, sebaran, keanekaragaman dan dominansinya di Laboratorium Manajemen Sumberdaya dan Lingkungan Perairan dan Laboratorium Komputer Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD. Untuk sampel air laut dianalisis kandungan nutriennya di Laboratorium Air Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi, sedangkan untuk variabel fisik dan kimiawi perairan lainnya diukur secara langsung. Hasil analisis fitoplankton, nutrien dan variabel fisik dan kimiawi perairan lainnya dianalisis lebih lanjut korelasinya dengan menggunakan uji korelasi Pearson dan regresi.

4 17 Penentuan posisi stasiun Pengambilan sampel plankton Pengambilan sampel air laut Identifikasi plankton di laboratorium MSP dan laboratorium komputer FPIK Analisis kandugan nutrien di Laboratorium Air Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan Pengukuran parameter fisik dan kimiawi secara In situ Analisis struktur komunitas fitoplankton, nutrien dan parameter fisik kimiawi Analisis korelasi dengan uji Pearson dan regresi Gambar 3. Bagan Alir Penelitian 3.4 Prosedur Pengambilan Sampel Air laut sebanyak 65 L dimasukkan kedalam jaring plankton, dengan posisi sepertiga sampai sebagian jaring plankton terendam air laut (Gambar 4). Kemudian jaring plankton dibilas dari luar agar plankton yang masih menempel pada bagian dalam jaring dapat turun semua masuk kedalam botol penampung. Sampel air untuk analisis plankton diberi zat pengawet larutan lugol kuat (0,5 ml/100 ml). Sampel air untuk analisis nitrat, fosfor dan silikat diberi pengawet asam sulfat. Sampel air untuk analisis suhu, transparansi, arus, salinitas, oksigen terlarut dan ph diukur secara langsung (in situ) tanpa pengawet. Gambar 4. Pengoperasian Jaring Plankton

5 Analisis Data Identifikasi Fitoplankton Identifikasi fitoplankton dilakukan dengan cara menghitung cacah sampai level genus di Laboratorium Manajemen Sumberdaya dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dengan menggunakan mikroskop binokuler. Identifikasi fitoplankton menggunakan literatur dari Sachlan (1982) dan Yamaji (1979). Perhitungan kelimpahan fitoplankton dihitung dengan menggunakan rumus modifikasi Sachlan (1982) menggunakan persamaan sebagai berikut: N = n Vr Vo 1 Vs Keterangan: N = Kelimpahan Fitoplankton (individu L -1 ) n = Fitoplankton yang teridentifikasi (individu) Vr = Volume air yang terkonsentrasi (30 ml) Vo = Volume air yang diperiksa (2 ml) Vs = Volume air yang disaring (65 liter) Analisis pola penyebaran fitoplankton Untuk melihat pola penyebaran fitoplankton di perairan Pulau Biawak menggunakan Indeks Dispersi Morisita (Iδ). Penghitungan Iδ mengikuti rumus dari Brower et al (1990). Iδ = n X2 N N N 1 Keterangan: Iδ = Indeks Dispersi Morisita n = Jumlah unit pengambilan contoh N = Jumlah seluruh individu setiap stasiun X 2 = Jumlah kuadrat seluruh individu dalam suatu stasiun

6 19 Pola sebaran fitoplankton dalam lokasi penelitian diduga dengan menggunakan kriteria nilai berikut : Iδ = 1 ; pola sebaran acak Iδ < 1 ; pola sebaran seragam Iδ > 1 ; pola sebaran berkelompok Kebenaran nilai indeks yang diperoleh dari perhitungan diuji dengan menggunakan uji statistik Chi-kuadrat dengan persamaan (Walpole 1993) sebagai berikut : X 2 = n X2 N N Nilai Chi-kuadrat yang diperoleh dari perhitungan dibandingkan dengan nilai Chikuadrat tabel pada selang kepercayaan 95% (α=0,05). Jika nilai χ2 hitung < χ2 tabel maka tidak ada perbedaan yang nyata dengan acak Indeks Keanekaragaman (D) Menurut Magurran (1991), indeks keanekaragaman adalah suatu pernyataan secara matematis yang menggambarkan struktur kehidupan dan dapat mempermudah dalam menganalisis informasi-informasi tenteng genus dan jumlah organisme. Perhitungan indeks keanekaragaman oleh Simpson dirumuskan sebagai berikut: D = i i=0 ni ni 1 N N 1 Keterangan: D = Indeks keanekaragaman ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu Nilai indeks keanekaragaman Simpsons berkisar antara 0-1, apabila nilai indeks mendekati 1, maka sebaran individu tidak merata dan kestabilan ekosistem

7 20 dikatakan baik jika mempunyai indeks keanekaragaman Simpsons antara 0,6-0,8 (Magurran 1991) Indeks Dominansi (C) Indeks dominansi digunakan untuk menunjukkan dominansi fitoplankton dalam suatu komunitas. Indeks dominansi dihitung dengan formula dari Simpson (Magurran 1991), yaitu sebagai berikut : C = 1 D Keterangan: C = Indeks dominansi D = Indeks Keanekaragaman Kisaran indeks dominansi terletak antara 0-1. Semakin mendekati 0 berarti cenderung tidak ada individu yang mendominasi komunitas yang biasanya diikuti dengan nilai indeks keanekargaman yang besar. Sebaliknya apabila mendekati 1, berarti ada kecenderungan dominasi 1 atau lebih individu dalam komunitasnya dan biasanya diikuti dengan nilai indeks keanekaragaman yang kecil (Magurran, 1991). Kisaran nilai indeks dominansi, yaitu: 0,00< C < 0,30 = Dominansi rendah 0,30< C < 0,60 = Dominansi sedang 0,60< C < 1,00 = Dominansi tinggi Variabel Kualitas Air Variabel kualitas air yang diamati selama penelitian meliputi variabel fisik dan kimiawi yang dilakukan secara langsung di lokasi penelitian. Sedangkan untuk analisis konsentrasi nutrien berupa nitrat, fosfat dan silikat dianalisis di Laboratorium Air Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, seperti tersaji pada Tabel 1.

8 21 Tabel 1. Variabel Fisik dan Kimiawi Perairan, Alat dan Metode Pengukurannya Variabel Unit Alat Metode Analisis Keterangan Fisik Arus ms -1 Current meter Potensiometrik In situ Suhu o C Thermometer Potensiometrik In situ Transparansi meter Secchi disk/visual Visual In situ Kimiawi DO mgl -1 DO meter Potensiometrik In situ Salinitas gl -1 Refraktometer Potensiometrik In situ ph ph meter Potensiometrik In situ Nitrat mgl -1 Spektrofotometer Spektrofotometeri Laboratorium Fosfor mgl -1 Spektrofotometer Spektrofotometeri Laboratorium Silikat mgl -1 Spektrofotometer Spektrofotometeri Laboratorium Regresi dan Korelasi Analisis regresi berganda dan korelasi uji Pearson digunakan untuk menentukan sejauh mana keterkaitan antara struktur komunitas fitoplankton dengan nutrien, variabel fisik dan kimiawi perairan pada setiap stasiun. Regresi berganda: Pearson (r): Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b n X n Keterangan : Y = Variabel terikat X 1, X 2 = Variabel bebas a = Konstanta b 1,b 2 = Koefisien regresi n = Jumlah sampel Interval nilai r untuk menentukan kekuatan hubungan korelasi berdasarkan Sarwono (2009), sebagai berikut: 0 : Tidak Ada Korelasi

9 22 0,00-0,25 : Korelasi Sangat Lemah 0,25-0,50 : Korelasi Cukup 0,50-0,75 : Korelasi Kuat 0,75-0,99 : Korelasi Sangat Kuat 1 : Korelasi Sempurna