MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN.

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING SISWA KELAS V SD NEGERI NO KW.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI BERORGANISASI MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI MENJAGA KEUTUHAN NKRI MELALUI METODE BERMAIN PERAN MODEL COOPERATIVE LEARNING KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. Hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas V MI Al-Fattah I

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

PEMBELAJARAN MATERI PEMERINTAHAN DESA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA GAMBAR. Titik Murwani Hadiati

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 MONGKRONG, WONOSEGORO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBAGI WILAYAH WAKTU INDONESIA MELALUI METODE DEMONSTRASI PETA. Setiyanto

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. masing siklus terdiri dari empat kegiatan yakni perencanaan, tindakan,

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS MELALUI METODE ROLE PLAYING. Khoirul Huda

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS SEGITIGA MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BENDA RIIL

BAB III METODE PENELITIAN

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

Deskripsi Siklus 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Australia, dalam penelitian tindakan kelas oleh Prof. Dr. H. Muhammad Askari, M.Pd

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI AJAR CARA MENJAGA KEUTUHAN NKRI MELALUI METODE DEMONSTRASI. Riharno

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING CHIPS LILIK SUPRAPTI

selanjutnya dapat dibuat diagram di bawah ini.

Volume 7 Nomor 1 Juli 2017 P ISSN : E ISSN :

INOVASI KOOPERATIF MODEL STAD MATERI POKOK MEMAHAMI KEPUTUSAN BERSAMA

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI METODE ROLE PLAYING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Classroom Action Research) yaitu suatu bentuk penelitian dengan

ABSTRAK. meningkatkan mutu pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 34

BAB III METODE PENELITIAN. berusaha merefleksikan secara kritis dan kolaboratif pendekatan pembelajaran

PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN. Ani Yuliastuti

Kata Kunci: Kemampuan Membaca, Permainan Bahasa Melengkapi Cerita, Kartu Bergambar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN TINDAKAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Noviana Kusumawati Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No 3 Pekalongan, ABSTRAK

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PADA KOMPETENSI KETENTUAN SHOLAT. Fatmawati

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI SUMBER ENERGI PANAS MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TERBIMBING. Imam Sobirin

Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Tunggulsari Semester I/ Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn ) Pendidikan ini harus ditanamkan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING. Siti Jaenatun SDN Dukuhjati Kidul 02 Kec. Pangkah Kab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBATALKAN SHALAT

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB III METODE PENELITIAN. dengan jumlah siswa 20 anak yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11. Lugusari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN TINDAKAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal sebagai clasroom action

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Nilai Frekuensi % Keterangan Nilai Rata-rata < ,36 Belum Tuntas 59, ,64 Tuntas Jumlah

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Proses PTK merupakan proses siklus yang dimulai dari menyusun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI MEMAHAMI DAN MENANGKAP PESAN DALAM LAGU MELALUI METODE DEMONSTRASI. Endah Sulistiowati

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan di kelas IV SD Negeri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat

BAB III METODE PENELITIAN. di dalamnya, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Inayatul Uliya

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). PTK merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang berbasis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase 1 Tuntas 8 36 % 2 Belum Tuntas % Jumlah %

INOVASI ALAT PERAGA KONKRET DALAM MATERI AJAR OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN. Sri Haryati

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B b a IV H s a i s li Pe P n e e n l e iltiita i n a Da D n a Pe P m e b m a b h a a h s a a s n 4 1

PENINGKATAN MENGHITUNG OPERASI BILANGAN BULAT DENGAN METODE EKSPOSITORY BERBANTUAN MEDIA GARIS BILANGAN. Sri Eti Ermawati

PENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG

MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE DISKUSI DAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DI KELAS

Transkripsi:

Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN SD Negeri Randusari 03 Kec. Pagerbarang Kab.Tegal Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn materi pemilihan pengurus organisasi sekolah melalui model pembelajaran bermain peran pada siswa kelas V. Subjek penelitian ini berjumlah 23 siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi tes, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Melalui penerapan model pembelajaran bermain peran terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Prosentase ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Pada kondisi awal, hanya 12 peserta didik atau 52% dari 23 peserta didik yang tuntas belajarnya. Pada siklus I siswa yang tuntas belajarnya meningkat menjadi 16 siswa atau 69%. Pada siklus II, banyaknya siswa yang tuntas menjadi 22 siswa atau 96%. 2017 Dinamika Kata Kunci: Bermain Peran; Hasil Belajar; PKn. PENDAHULUAN Berdasarkan temuan penulis, sebagian besar peserta didik kurang aktif dan berfikir kritis dalam materi Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah. Apabila anak menghadapi masalah kontekstual baru yang berbeda dengan yang dicontohkan, anak belum mampu berfikir kritis dan menemukan solusi dengan benar sehingga banyak anak yang menjawab salah, dan dengan alasan soalnya sulit. Karena itu wajar setiap kali diadakan tes, nilai pelajaran PKn selalu rendah dengan rata -rata kurang dari KKM. Seperti yang dialami penulis sendiri, setiap ulangan PKn nilai rata -rata anak di bawah 75. Termasuk pada materi Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah. Nilai rata -rata formatif hanya 68. Dari 23 peserta didik hanya 13 peserta didik 52 % yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sedangkan 10 peserta didik yang lain 43 % mendapat nilai di bawah 75. Menghadapi kenyataan tersebut di atas, penulis tertarik untuk mendalami dan melakukan tindakan - tindakan perbaikan pembelajaran PKn, khususnya materi Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah melalui penelitian tindakan kelas. Perbaikan yang penulis lakukan mengenai penerapan metode bermain peran pada materi pengambilan keputusan bersama. Harapan penulis adalah terjadinya pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan serta lebih bermakna dan adanya keberanian peserta didik yang tuntas untuk menyelesaikan masalah kontekstual dengan benar serta untuk lebih menguasai pelajaran. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN 1

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar PKn materi pemilihan pengurus organisasi sekolah melalui model pembelajaran bermain peran pada siswa kelas V. METODE PENELITIAN Tempat pelaksanaan perbaikan pembelajaran di SD Negeri Randusari 03, Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas V, mata pelajaran PKn untuk materi Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah. Letak di Desa Randusari, Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal. Keberadaannya di sebelah utara desa Mulyoharjo. Jumlah peserta didik kelas V ada 23 peserta didik terdiri dari 15 laki -laki dan 8 perempuan. Dari 23 peserta didik peserta didik pada awal pembelajaran hanya 13 peserta didik 52 % yang telah mencapai KKM 75. Sedangkan 10 peserta didik yang lain 48 % belum mencapai nilai 75. Sebagian peserta didiknya dari masyarakat sekitar sekolah yang memiliki tingkat ekonomi menengah sampai ke bawah. Kesadaran akan pendidikan anak kurang. Hal ini terlihat dari banyak peserta didik yang tidak mengerjakan tugas PR yang diberikan oleh guru. Selain itu jumlah anak yang melanjutkan ke SLTP dan SLTA juga masih sedikit. Dalam kegiatan pengumpulan data secara kualitatif, pengamat menggunakan lembar observasi guru. Pengamat memberikan tanda cek ( ) pada kolom kemunculan sesuai indikator tersebut. Pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (observer) adalah tentang keefektifan metode bermain peran dalam meningkatkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran PKn khususnya tentang materi pokok Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah. Data kuantitatif diperoleh dari hasil nilai tes formatif. Dari hasil tersebut dapat untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran. Dari hasil nilai tes formatif tersebut dapat diketahui tingkat keberhasilan penggunaan metode bermain peran dalam meningkatkan motivasi peserta didik. Data kuantitatif tersebut dibuat sesuai dengan pedoman penilaian yang telah dibuat oleh guru. Setelah guru memberikan penilaian lalu menganalisis perbutir soal. Dalam pergaulan sehari -hari peserta didik menggunakan bahasa ibu yaitu bahasa Jawa untuk berkomunikasi baik di rumah maupun di sekolah. Akibatnya anak -anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Bila diajak berkomunikasi peserta didik dapat menangkap maksud pembicaraan, namun jika diminta untuk mengungkapkan secara lisan maupun tulisan mereka mengalami kesulitan. Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan melakukan pembelajaran awal. Pelaksanaannya dilakukan tiga kali yaitu pembelajaran awal (pra siklus), siklus I, dan siklus II. Masing-masing terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari analisis masalah di atas, peneliti menemukan alternatif dan prioritas pemecahan masalah sebagai berikut: 1) Guru perlu menerapkan metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran PKn tentang Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah; 2) Guru perlu memberikan contoh nyata melalui Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah dengan kelompok; 3) Guru perlu memberikan latihan dan bimbingan secara menyeluruh pada pembelajaran PKn. Setelah menemukan faktor penyebab peserta didik belum memahami materi Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah pada pelajaran PKn, peneliti berusaha merumuskan permasalahan yaitu: Apakah melalui model pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar PKn materi pemilihan pengurus organisasi sekolah. maka tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan 2 Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7. No. 2, April (2017)

hasil belajar PKn materi pemilihan pengurus organisasi sekolah melalui model pembelajaran bermain peran pada siswa kelas V. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2004 : 4). Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya (Hamzah : 2007 : 213). Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa aspek -aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran PKn pada materi Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan diperlukan aktivitas peserta didik yaitu dengan melakukan aktivitas langsung dalam menjaga keutuhan Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah. Metode bermain peran adalah berperan atau memainkan peranan dalam dramatisir masalah sosial atau psikologis. Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang di gunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku, dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain (Depdikbud, 1964 : 171 ). Melalui metode bermain peran peserta didik diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok sosial yang anggotanya teman -temannya sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial. Melalui bermain peran, para peserta didik mencoba mengeksploitasi masalah-masalah hubungan antara manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam kelas. Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan peserta didik mampu menghayati tokoh yang dikehendaki, keberhasilan peserta didik dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang : ( Hasan, 1996 : 266 ). Tujuan dari penggunaan metode bermain peran adalah sebagai berikut: 1) Untuk motivasi peserta didik; 2) Untuk menarik minat dan perhatian peserta didik; 3) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi situasi di mana mereka mengalami emosi, perbedaan pendapat, dan permasalahan dalam lingkungan kehidupan sosial anak; 4) Menarik peserta didik untuk bertanya; 5) Mengembangkan kemampuan komunikasi peserta didik; 6) Melatih peserta didik untuk berperan aktif dalam kehidupan nyata. Menurut Sumantri (2001: 41) bermain peran merupakan model mengajar yang berakar pada dimensi personal dan sosial dari pendidikan. Model ini mencoba membantu individu untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial dan memecahkan dilema -dilema dengan bantuan kelompok sosial. Dalam hal ini memungkinkan individu untuk bekerjasama untuk menganalisis situasi sosial terutama permasalahan interpersonal dalam mengembangkan cara -cara yang demokratis untuk menghadapi situasi tersebut. Dalam model mengajar bermain peran, sebagian peserta didik adalah pemain peran yang lainnya mengamati. Seseorang meletakkan dirinya pada posisi orang lain yang juga bermain peran. Bila empati, simpati, kemarahan, dan kasih sayang serta apeksi dilakukan dalam berinteraksi, berarti bermain peran dapat dilaksanakan dengan baik / berhasil. Hal penting dalam model mengajar bermain peran adalah keterlibatan peserta didik untuk berpartisipasi dalam situasi atau masalah nyata serta adanya keinginan untuk mengatasi suatu masalah bersama. Pemahaman peserta didik dalam model belajar bermain peran dapat memberikan contoh pada peserta didik dalam kehidupan sehari-hari untuk berperilaku sebagai berikut: 1) Menjaga perasaan; 2) Menambah pengetahuan tentang sikap, nilai-nilai dan persepsinya; 3) MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN 3

Mengembangkan keterampilan dan sikapnya dalam memecahkan masalah; 4) Mengkaji pelajaran dengan berbagai cara. Shaffel dalam bukunya Role Playing For Social Studies menyatakan bahwa ada sembilan langkah dalam role playing yaitu sebagai berikut: 1) Membangkitkan semangat kelompok, memperkenalkan peserta didik dengan masalah sehingga mereka mengenalnya sebagai suatu bidang yang harus dipelajari; 2) Pemilihan peserta, guru dan peserta didik menggambarkan berbagai karakter / bagaimana rupanya, bagaimana rasanya, dan apa yang mungkin mereka kemukakan. Guru dapat menentukan berbagai kriteria dalam memilih peserta didik untuk peran tertentu; 3) Menentukan arena panggung, para pemain peran membuat garis besar skenario, tetapi tidak mempersiapkan dialog khusus; 4) Mempersiapkan pengamat, adalah sangat penting untuk melibatkan pengamatan secara aktif sehingga seluruh anggota kelompok mengalami kegiatan itu dan kemudian dapat menganalisisnya. Cara guru melibatkan peserta didik pengamatan ilmiah dengan menugaskan mereka untuk mengevaluasi, mengomentari efektifitasnya serta urutan -urutan perilaku pemain dan mendefinisikan perasaan -perasaan serta cara -cara berfikir individu yang sedang diamati; 5) Pelaksanaan kegiatan; para pemeran mengasumsi perannya dan menghayati situasi secara sepontan dan saling merespon secara realistik; 6) Berdiskusi dan mengevaluasi; apakah masalahnya penting dan apakah peserta dan pengamat terlibat secara intelektual dan emosional; 7) Melakukan lagi permainan peran; peserta didik dan guru berbagi interpretasi baru tentang peran dan menentukan apakah harus dilakukan oleh individu -individu baru atau tetap oleh orang terdahulu. Dengan demikian permainan peran menjadi kegiatan konseptual yang dramatis; 8) Dilakukan lagi evaluasi dan diskusi; peserta didik mungkin mau menerima solusi, tetapi guru mendorong solusi yang realistik; 9) Berbagi pengalaman dan melakukan generalisasi. Tidak dapat diharapkan untuk menghasilkan generalisasi dengan segera tentang aspek hubungan kemanusiaan tentang situasi tertentu. Guru harus mencoba untuk membentuk diskusi, setelah mengalami strategi bermain peran yang cukup lama, untuk dapat menggeneralisasi mengenai pendekatan terhadap situasi masalah serta akibat dari pendekatan itu. Semakin memadai pembentukan diskusi ini, kesimpulan yang dicapai akan semakin mendekati generalisasi. Perbaikan pembelajaran siklus I dilakukan berdasarkan hasil refleksi terhadap pembelajaran awal mata pelajaran PKn di kelas V materi tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan pengamatan, guru kecewa pada hasil evaluasi dari analisis nilai ditemukan bahwa dari 23 peserta didik hanya 12 peserta didik 52% yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sedangkan 11 peserta didik yang lain 48% mendapat nilai di bawah 75. Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaannya adalah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan sumber bahan dan media yang akan digunakan saat pelaksanaan perbaikan silklus I; 2) Guru menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus I; 3) Guru menyusun lembar kerja peserta didik; 4) Guru menyusun alat evaluasi berupa butiran soal tes formatif; 5) Guru menyusun lembar observasi kegiatan peserta didik, guru, dan interaksi pembelajaran beserta indikatornya. Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan 70 menit dalam proses pembelajaran mata pelajaran PKn. Dengan menggunakan instrumen penelitian, supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap tingkah laku guru dalam menyampaikan materi melalui metode bermain peran. Tahap pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan sebagai berikut: 1) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab dengan soal Apa yang kalian ketahui tentang Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah? ; 2) Guru menyampaikan motifasi dan tujuan pembelajaran; 3) Peserta didik melakukan kegiatan mengambil keputusan bersama / musyawarah bersama kelompok dalam pemilihan ketua kelas; 4) Peserta didik mengerjakan lembar kerja secara kelompok; 5) Perwakilan peserta didik maju membacakan hasil kerja kelompok; 6) Peserta didik menanggapi hasil kerja tiap 4 Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7. No. 2, April (2017)

kelompok dengan dipandu oleh guru; 7) Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi pelajaran; 8) Peserta didik mengerjakan tes formatif; 9) Guru mengoreksi hasil tes formatif; 10) Guru memberikan tindak lanjut berupa soal perbaikan dan pengayaan dalam bentuk pekerjaan rumah. Pengamatan dilakukan oleh supervisor 2, menggunakan lembar observasi yang berisi kegiatan guru, peserta didik, dan interaksi pembelajaran beserta indikator -indikatornya. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh guru yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Adakah peningkatan dibanding pra siklus / rencana pembelajaran awal. Sehingga dapat menjadi masukan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar berikutnya. Pengamatan didasarkan juga pada bentuk soal yaitu pilihan ganda 3 soal, isian 2 soal, dan uraian 1 soal. Setelah melihat hasil observasi dan catatan selama pelaksanaan pembelajaran siklus I, guru tersebut mengadakan refleksi untuk mengetahui kekurangan, kendala, hambatan, dan kelebihan saat berlangsungnya proses pembelajaran. Ternyata hasil belajar peserta didik masih belum memuaskan walaupun sudah ada peningkatan sedikit dan dirasa masih ada kekurangan dan hambatan yang menyebabkan hasil belajar peserta didik rendah maka guru mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Siklus II Perbaikan pembelajaran siklus II dilakukan berdasarkan hasil refleksi terhadap perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran PKn di kelas V materi Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah. Berdasarkan pengamatan, guru belum puas pada hasil evaluasi dari analisis nilai ditemukan bahwa dari 23 peserta didik yang mendapat nilai 75 atau lebih hanya 16 peserta didik 69% sedangkan yang 7 peserta didik 39% mendapat nilai di bawah 75. Rangkaian kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaannya adalah sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan sumber bahan dan media yang akan digunakan saat pelaksanaan perbaikan siklus II; 2) Guru menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus II; 3) Guru menyusun skenario bermain peran; 4) Guru menyusun alat evaluasi berupa butir soal tes formatif; 5) Guru menyusun lembar observasi kegiatan peserta didik, guru, dan interaksi pembelajaran beserta indikatornya. Pelaksanaan pembelajaran awal dilakukan selama 70 menit dalam proses pembelajaran mata pelajaran PKn. Dengan menggunakan instrumen penelitian, Supervisor 2 melakukan pengamatan terhadap tingkah laku guru dalam menyampaikan materi melalui metode bermain peran. Tahap pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan seperti berikut: 1) Guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab dengan soal Bagaimana cara menjaga keutuhan Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah? 2) Guru menyampaikan motivasi dan tujuan pembelajaran; 3) Peserta didik mempraktikan kegiatan pemilihan ketua kelas melalui metode bermain peran; 4) Semua peserta didik ikut terlibat dalam kegiatan pemilihan ketua kelas V; 5) Peserta didik membentuk kelompok untuk mengisi lembar kerja kelompok; 6) Perwakilan peserta didik maju mendemonstrasikan hasil kerja kelompok; 7) Peserta didik menanggapi hasil kerja tiap kelompok dengan dipandu oleh guru; 8) Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi pelajaran; 9) Peserta didik mengerjakan tes formatif; 10) Guru mengoreksi hasil tes formatif; 11) Guru memberikan tindak lanjut berupa soal perbaikan dan pengayaan dalam bentuk pekerjaan rumah; 12) Guru menyampaikan pesan agar peserta didik lebih giat belajar kembali Pengamatan dilakukan oleh Supervisor 2, menggunakan lembar observasi yang diisi kegiatan guru, peserta didik, dan interaksi pembelajaran beserta indikator -indikatornya. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh guru yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Adakah peningkatan dibandingkan siklus I. sehingga dapat menjadi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN 5

masukan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar berikutnya. Perlu tidakkah diadakan siklus III. Pengamatan didasarkan juga pada bentuk soal yaitu pilihan ganda 5 soal, isian 3 soal, dan uraian 2 soal. Setelah melihat hasil observasi dan catatan selama pelaksanaan pembelajaran siklus II, guru tersebut mengadakan refleksi untuk mengetahui kekurangan, kendala, hambatan, dan kelebihan saat berlangsungnya proses pembelajaran. Ternyata hasil belajar peserta didik sudah cukup memuaskan yaitu ada 22 peserta didik 96% telah memperoleh nilai 75 atau lebih. Dengan mempertimbangkan hal itu, maka perbaikan pembelajaran tidak memerlukan siklus III. Ini berarti PTK untuk pelajaran PKn telah selesai dilaksanakan. Hasil penelitian yang meliputi hasil belajar siswa kelas V dapat disajikan pada tabel berikut. Tabel 1 Hasil Belajar dan Peningkatan Nilai Rata -Rata No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 Tuntas 12 52 16 69 22 96 2 Belum Tuntas 11 48 7 39 1 4 3 Nilai rata rata 68 69 90 Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa pada Pra Siklus hanya 52% peserta didik yang meraih ketuntasan, 69 % pada siklus I dan pada Siklus II sebanyak 96% hal ini menunjukkan bahwa peningkatan yang signifikan apabila kita menggunakan metode dan cara belajar yang tepat sehingga peserta didik dapat belajar dengan semangat dan meraih prestasi yang kita harapkan. Pada nilai rata -rata juga mengalami peningkatan yang signifikan, nilai rata -rata pada pembelajaran awal 68, pada siklus I mengalami peningkatan yaitu 69 dan pada perbaikan pembelajaran siklus II menjadi 96. Perbaikan pembelajaran cukup pada siklus II tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya karena tuntas dari 23 peserta didik ada 22 peserta didik atau 96% hanya 1 peserta didik atau 4% yang belum tuntas termasuk peserta didik yang lamban belajarnya. Dari tabel 1, hasil evaluasi pembelajaran awal hingga perbaikan pembelajaran siklus II mata pelajaran matematika jika disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut: 25 22 20 16 15 12 11 tuntas 10 7 belum tuntas 5 1 0 Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 Grafik 1. Banyaknya siswa yang tuntas belajar tiap siklus 6 Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7. No. 2, April (2017)

Pada grafik di atas, menunjukkan grafik peningkatan banyaknya siswa yang tuntas belajarnya dalam mata pelajaran PKn dengan materi Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah. Sebelum perbaikan pembelajaran nilai rata -rata 68, pada perbaikan siklus I nilai rata -rata 69 kenaikan nilai rata -rata 1. Pada perbaikan pembelajaran siklus II nilai rata -rata 96, kenaikan nilai rata -rata dari perbaikan pembelajaran siklus I ke perbaikan siklus II yaitu 30. Sebelum perbaikan pembelajaran dari 23 peserta didik yang mengalami ketuntasan dalam belajar sebanyak 12 peserta didik atau hanya 52% dan 11 peserta didik atau 48 % belum tuntas. Hal ini menunjukkan kegagalan dalam pembelajaran. Setelah penulis merefleksi diri, maka kegagalan itu disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1) Dalam penggunaan alat peraga kurang bervariasi; 2) Pembelajaran masih didominasi guru; 3) Rendahnya tingkat penguasaan materi oleh peserta didik; 4) Kurang relevannya metode yang digunakan. Kegagalan dalam pembelajaran PKn dengan materi Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah, maka peneliti perlu melakukan perbaikan pembelajaran siklus I. Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat serta supervisor bahwa ketidaktuntasan peserta didik dalam proses pembelajaran PKn dengan materi Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah disebabkan oleh: 1) Peserta didik kurang konsentrasi dalam pembelajaran; 2) Tidak semua peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran; 3) Kurangnya motivasi guru terhadap peserta didik; 4) Kurangnya keberanian peserta didik dalam mengutarakan pendapat. Dalam pelaksanaan mengajar teman sebaya, fungsi guru lebih difokuskan sebagai fasilitator dan motivator untuk memberikan penguatan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Brammer (1979;42) yaitu hubungan yang bersifat membantu merupakan upaya guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif akan terjadinya pemecahan masalah dan pengembangan diri peserta didik. Berdasarkan hasil refleksi tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I dihasilkan antara lain: 1) Tutor sebaya belum terampil menggunakan alat peraga untuk membimbing temannya dalam melakukan pembelajaran tentang kebudayaan; 2) Masih ada beberapa peserta didik yang ragu dan tidak terlibat aktif dalam melakukan demonstrasi. Guru memberi pengarahan agar peserta didik terlibat aktif dalam melakukan bermain peran; 3) Dalam diskusi kelompok, masih ada beberapa peserta didik yang aktif dan kurang kerja sama dalam menyelesaikan tugas; 4) Hasil evaluasi peserta didik masih banyak yang rendah, masih ada 7 peserta didik yang nilainya di bawah KKM dan tingkat ketuntasan kelas 69 %. Dengan demikian maka tindakan perbaikan dilanjutkan pada siklus II. Adapun hasil refleksi pada siklus II adalah: 1) Tutor sebaya sudah terampil menggunakan alat peraga untuk membimbing temanya dalam mempelajari kebudayaan; 2) Hampir semua peserta didik terlibat aktif dalam melakukan bermain peran; 3) Dalam diskusi kelompok, hampir semua peserta didik sudah aktif dan tercipta kerja sama yang baik dalam menyelesaikan tugas; 4) Hasil evaluasi belajar sudah baik walaupun masih ada 1 peserta didik yang nilainya di bawah KKM. Namun rata -rata nilai sudah di atas KKM yaitu 90 dan tingkat ketuntasan 96%. Dengan demikian tindakan perbaikan pembelajaran PKn dengan materi pokok Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah kelas V melalui model pembelajaran cooperative learning melalui metode bermain peran dengan mengefektifkan alat peraga kebudayaan dan globe dipandang sudah cukup. Hal ini terbukti adanya peningkatan hasil belajar atau hasil evaluasi nilai rata -rata sudah di atas KKM yaitu 90 dan tingkat ketuntasan 96%. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN 7

SIMPULAN Setelah peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui pembelajaran siklus I dan siklus II dengan materi Pemilihan Pengurus Organisasi Sekolah di kelas V semester II tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri Randusari 03, Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran bermain peran telah berhasil. Peningkatan ini terjadi pada siklus I maupun siklus II dengan bukti adanya peningkatan pada prosentase ketuntasan belajar peserta didik mengalami peningkatan yang signifikan setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada evaluasi sebelum perbaikan pembelajaran ada 12 peserta didik atau 52% dari 23 peserta didik. Pada perbaikan pembelajaran siklus I meningkat, peserta didik yang nilainya 75 ke atas menjadi 16 atau 69% dari jumlah 23 peserta didik dan pada perbaikan siklus II menjadi 22 peserta didik atau 96%. DAFTAR PUSTAKA Andayani, dkk. 2010, Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta, Universitas Terbuka. Aswani, Zaenul,2004, Tes dan Asesmen di SD, Jakarta, Universitas Terbuka. Denny, Setyawan, 2005, Komputer dan Media Pembelajaran, Jakarta, Universitas Terbuka. Gatot, Muhsetyo, Drs. M.Sc, dkk, 2007, Pembelajaran PKN, Jakarta, Universitas Terbuka. Mulyani Sumantri, Nana Syaodih. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta, Universitas Terbuka. Samsudin, Abin, 2004, Profesi Keguruan 2, Jakarta, Universitas Terbuka. Suciati, Drs. Dkk, 2004, Belajar dan Pembelajaran 2, Jakarta, universitas Terbuka. Wardani, I.G.A.K, 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Universitas Terbuka. Wahyudi Duin, Supaiyati, Ishak, Abduhak, 2001, Pengantar Pendidikan, Jakarta, Universitas Terbuka. Dra. Dyah Sriwilujeng, M.Pd, Buku PKn untuk SD Kelas V, Jakarta, Esis. Pranaja S dkk, Buku Fokus PKn untuk SD Kelas V, Jakarta, Sindutama. 8 Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7. No. 2, April (2017)