ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015 Nama : Nurulinar Handayani NPM : 25212555 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Sri Murtiasih FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016
LATAR BELAKANG Kondisi keuangan merupakan faktor penting yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana perusahaan mampu menjaga kelancaran operasi agar tidak terganggu dan menunjukkan bagaimana tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Salah satu cara mengetahui kondisi atau keadaan suatu perusahaan adalah dengan cara menganalisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan. Cara tersebut sudah sangat umum dilakukan oleh para manajer karena dapat dilakukan dengan mudah. Hasil dari perhitungan rasio-rasio keuangan tersebut bisa menggambarkan kondisi keuangan perusahaan, apakah perusahaan dalam kondisi yang sehat atau dalam kondisi yang sedang menurun. Apabila kinerja perusahaan menurun secara terusmenerus maka hal tersebut dapat mengakibatkan kebangkrutan.
RUMUSAN, BATASAN & TUJUAN RUMUSAN MASALAH, BATASAN MASALAH & TUJUAN PENELITIAN RUMUSAN MASALAH Bagaimana memprediksi kebangkrutan pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menggunakan Altman Z-Score? BATASAN MASALAH Penelitian ini dibatasi pada 5 perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode Altman Z-Score TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui dan menganalisis prediksi kebangkrutan perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode Altman Z-Score.
ALAT ANALISIS YANG DIGUNAKAN Analisis Deskriptif Analisis Kuantitatif Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis deskriptif berupa tabel dan grafik. Pada penelitian ini, penulis menggunakan analisis kuantitatif berupa rumus analisis prediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan model Altman Z-Score melalui bantuan software berupa Microsoft Excel untuk menghasilkan perhitungan rasio yang baik dan akurat, dengan formula Z-Score sebagai berikut: Z = 1,2X 1 + 1,4X 2 + 3,3X 3 + 0,6X 4 + 1,0X 5 Keterangan : Z : Overall Index (Indeks Keseluruhan) X 1 : Working Capital to Total Assets (Modal Kerja / Total Aktiva X 2 : Retained Earnings to Total Assets (Laba Ditahan / Total Aktiva X 3 : Earning Before Interest and Taxes to Total Assets (Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva) X 4 : Market Value of Equity to Book Value of Total Debt (Nilai Pasar Modal Sendiri / Nilai Buku Hutang) X 5 : Sales to Total Assets (Penjualan / Total Aktiva)
Titik Cut Off yang Ditetapkan Altman untuk Perusahaan Manufaktur yang Telah Go Public
Rating Ekuivalen Perusahaan Terhadap Nilai Rata Rata EMS
Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian
Rangkuman Hasil Penelitian PT. Panasia Indo Resources Tbk (HDTX)
Rangkuman Hasil Penelitian PT. Apac Citra Centertex Tbk (MYTX)
Rangkuman Hasil Penelitian PT. Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)
Rangkuman Hasil Penelitian PT. Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM)
Rangkuman Hasil Penelitian PT. Nusantara Inti Corpora Tbk (UNIT)
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis potensi kebangkrutan 5 perusahaan yaitu PT. Panasia Indo Resources Tbk, PT. Apac Citra Centertex Tbk, PT. Ricky Putra Globalindo Tbk, PT. Sunson Textile Manufacturer Tbk, dan PT. Nusantara Inti Corpora Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015 dengan menggunakan model Altman Z-Score, menunjukkan bahwa kelima perusahaan diprediksi mengalami kebangkrutan yang disebabkan adanya kenaikan dan penurunan nilai overall Z-Score, tetapi peningkatan tersebut belum cukup untuk mengangkat posisi perusahaan keluar dari zona bangkrut. Hal tersebut dikarenakan sewtiap tahunnya nilai overall z-score berada dibawah titik Cut-Off yaitu sebesar 1,81 Dalam nilai yang dihasilkan pada perhitungan Z-Score berfluktuatif dapat dilihat dari rasio WCTA yang rendah disebabkan rendahnya modal kerja. Dari rasio RETA disebabkan karena kecilnya laba yang dibukukan (ditahan). Dari rasio EBITTA disebabkan karena adanya nilai EBIT yang berfluktuatif. Dari rasio MVEBVD disebabkan adanya peningkatan modal sendiri yang tidak sebesar peningkatan kewajiban. Dari rasio SATA disebabkan karena perusahaan belum mampu menciptakan penjualan yang cukup untuk urusan investasi yang dimilikinya.
Saran PENUTUP Bagi Perusahaan, dalam variabel yang digunakan dengan model Altman memerlukan perhatian yang serius khususnya dari pihak internal perusahaan. Dari segi likuiditasnya, pihak manajemen sebaiknya memberikan perhatian khusus terutama proporsi hutang, menyeimbangkan aktiva lancar dengan hutang lancar yang menjadi faktor penting untuk menghasilkan modal kerja yang baik dengan cara meninjau ulang mengenai perjanjian hutang. Dari segi profitabilitasnya, pihak manajemen segera melakukan evaluasi agar dapat meningkatkan kinerja keuangan dan produktivitas perusahaan dengan cara meningkatkan penjualan perusahaan sehingga laba perusahaan juga meningkat. Selain kinerja keuangan, disarankan agar perusahaan mempertimbangkan hal-hal yang bersifat non-keuangan seperti perampingan organisasi, peningkatan sumber daya yang dimiliki perusahaan baik dari segi sumber dayanya maupun modalnya guna meminimalisir atau menghindari terjadinya kebangkrutan.
PENUTUP Bagi Pemerintah selaku pembuat kebijakan, sebaiknya membatasi impor produk tekstil dan menggalakkan produk dalam negeri dengan menawarkan produk-produk yang kompetitif. Bagi Investor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengetahui bagaimana kondisi perusahaan yang sangat membantu dalam menentukan keputusan investasi yang dilakukannya. Bagi Peneliti selanjutnya, hendaknya menggunakan model-model analisis kebangkrutan lainnya, menggunakan jenis industri lain dengan periode perusahaan yang diperpanjang agar mendapatkan hasil penelitian yang tajam dan akurat.