BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Saat ini Yunani sedang mengalami Krisis Ekonomi akibat akumulasi hutang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETERANGAN PERS

Perekonomian Suatu Negara

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

Pernyataan Bersama Pertemuan ke 16 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3. 3 Mei 2013, Delhi, India

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, era globalisasi membawa suatu pengaruh yang sangat

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Pertemuan ke-2

Mansoor Dailami Bank Dunia Makassar - Jakarta, Indonesia June 14-15, 2011

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 telah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan kegiatan investasi telah mengalami kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melakukan hedging kewajiban valuta asing beberapa bank. (lifestyle.okezone.com/suratutangnegara 28 Okt.2011).

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari bangkrutnya sebuah negara hingga kemajuan negara Cina

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Variabel independen DJIA, FTSE, N225, STI, dan HANGSENG tidak dapat

Bernavigasi melewati Kerentanan

KERTAS POSISI MASYARAKAT SIPIL INDONESIA 1

DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF

DAFTAR SINGKATAN. xii

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada akhir 1990-an telah menunjukkan bahwa ketidakstabilan ekonomi makro

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (subprime mortgage default) di Amerika serikat. Krisis ekonomi AS

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. menggemparkan dunia. Krisis keuangan ini telah berkembang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbukanya perekonomian negara emerging marketseperti Indonesia dan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

Arsitektur Keuangan Internasional: Peningkatan Kapasitas Pendanaan IMF Dalam Mengatasi Krisis Keuangan Global

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh

SISTEM MONETER INTERNASIONAL

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun

PERAN UNI EROPA DALAM MENGATASI KRISIS EKONOMI YUNANI ( )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 Universitas indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode

Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN

Kondisi Cadangan Devisa Indonesia Penyebab Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. antar negara atau lebih dikenal dengan kegiatan ekspor impor merupakan hal

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

BAB I PENDAHULUAN. merupakan biaya yang ditanggung pemerintah untuk melakukan peminjaman, dan

Transkripsi:

71 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. G20 bukan merupakan lembaga atau organisasi internasional yang memiliki legitimasi formal dan sistem administrasi yang baku seperti institusi bentukkan brettonwoods system. G20 merupakan sebuah rezim, berupa forum tingkat tinggi yang menyatukan para pemimpin global untuk kerjasama ekonomi dan keuangan. Setiap tahun, terjadi pergantian troika (kepemimpinan) untuk pengadaan summit. Meskipun tidak legally binding (mengikat secara hukum) namun G20 menghasilkan seperangkat prinsip-prinsip, norma-norma, aturanaturan dan prosedur pembuatan kebijakan. 2. G20 mengalami tantangan ketika krisis finansial mulai dirasakan oleh banyak negara yang diawali dengan krisis subprime mortgage AS dan meluas di tingkat global. Krisis ini unik, karena krisis finansial 2008 bermula dari Amerika Serikat (AS), mempengaruhi Uni Eropa sehingga menimbulkan krisis ekonomi. Pada Intinya krisis ekonomi Uni Eropa adalah ketidakmampuan negara dalam membayar utang-utangnya. Krisis ekonomi diawali dari krisis Yunani yang kemudian menyebar ke Irlandia, Portugal, Spanyol, dan Italia. Bank Sentral Eropa (European Central Bank) yang memiliki tanggung jawab dalam masalah moneter negara zona euro. telah memberlakukan aturan bahwa rasio utang negara zona euro tidak boleh di atas 60% dari GDP-nya dan defisit tiap negara tidak boleh di atas 3% dari GDP.

72 3. Krisis yang berasal dari negara-negara maju (AS dan UE), yang merupakan pusat kapitalisme global. Menimbulkan animo mengenai efektifitas G-20. Historis penanganan krisis global, biasanya dominasi diatasi oleh International Financial Institusion (IFIS) seperti International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) bersama negara-negara maju. Saat ini, AS dan UE, beserta IFIS (IMF dan Bank Dunia), justru membutuhkan bantuan likuiditas yang berasal dari negara-negara berkembang. Bantuan likuiditas bagi AS dan UE dipergunakan untuk mengisi kekosongan kas negara. Sementara itu, penambahan likuiditas bagi IFIS, dimaksudkan untuk meningkatkan dana yang dipergunakan membantu negaranegara yang mengalami kekeringan dana. 4. Selain pembelian ke AS, China juga membantu krisis UE. China membeli obligasi yang dikeluarakan European Central Bank (ECB) dalam jumlah besar. Krisis Subprime Mortgage dan krisis utang UE, menjadi pembuka jalan bagi perubahan mendasar. Tidak hanya diseputar tata ekonomi global, namun juga bagi struktur politik global. Krisis global menandai akhir kejayaan AS dan terbentuknya mekanisme balance of power. Dalam kondisi ini juga negara emerging market juga diuntungkan seperti halnya negara China, China mendapat manfaat dengan adanya krisis finansial yang terjadi di AS. Seiring dengan perkembangan pesat perekonomian China, keperkasaan AS di bidang ekonomi ternyata semakin surut. Rendahnya simpanan dana tunai menyebabkan Amerika Serikat meminjam untuk membiayai defisit anggaran federal dan kebutuhan modal untuk menikmati pertumbuhan ekonomi yang sehat. Sedangkan Bank sentral Cina merupakan pembeli utama aktiva Amerika Serikat, terutama karena kebijakan kurs mata uang. Dalam rangka mengurangi apresiasi yuan terhadap dollar, maka Bank Sentral China harus membeli dollar Amerika Serikat. Saat ini China merupakan pemegang utama Obligasi AS. Dengan

73 pembelian surat obligasi Amerika Serikat yang dilakukan oleh Cina, menunjukkan adanya saling ketergantungan (interdependensi) diantara kedua negara. Hubungan Amerika Serikat dan yang sebelumnya pasang surut menjadi lebih baik. Tumbuh pesatnya kekuatan perekonomian Cina, sebenarnya membuat Amerika memperlihatkan ketakutan akan terjadinya keruntuhan ekonomi neoliberal yang diciptakannya sendiri. Dominasi AS yang selama ini kuat, dalam G20 mulai meredup. 5. Kehadiran sebuah hegemon diperlukan karena aktor dominan dalam ekonomi dan politik internasional adalah penting untuk menciptakan standar global. Rezim G20 membutuhkan negara yang mampu menjaga stabilitas kerjasamanya. Teori Gilpin (1987) mengatakan bahwa stabilitas hegemoni menegaskan pentingnya kehadiran suatu kekuatan dominan atau hegemon dalam ekonomi dunia yang terbuka dan liberal. Teori ini tidak mengatakan bahwa ekonomi internasional tidak akan dapat eksis dan berfungsi tanpa kehadiran hegemoni. Teori ini mengatakan bahwa tipe tertentu dari orde ekonomi internasional, dalam hal ini liberal, tidak dapat maju dan mencapai perkembangan penuh tanpa kehadiran suatu kekuatan hegemoni. Dari deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa ketidakefektifan G20 dalam penanganan krisis finansial 2008 disebabkan AS sebagai negara hegemon sedang dalam masa krisis sehingga negara tersebut tidak bisa menyangga secara penuh agenda yang dilakukan oleh G20. 6. Posisi Hegemoni dalam dunia internasional akan menurun seiring dengan munculnya negara-negara dengan ekonomi yang berkembang pesat, dimana kekuatan baru inilah yang menjadi penanggung the cost of global hegemony dalam suatu waktu, hegemon akan mengalami penurun dalam hal kemampuan untuk mengatur dan menstabilkan sistem ekonomi. Hal ini kontras dengan syarat sebuah negara ketika muncul sebagai hegemon di

74 mana ia harus memiliki kemampuan untuk menjaga dan memberikan jaminan stabilitas sistem internasional. 7. China memang sengaja berada dalam poros sistem barat. China dapat mengambil manfaat liberalisme yang kemudian membawa China pada kemajuan ekonomi seperti saat ini. Konsistensi China juga ditunjukan dengan keikutsertaannya dalam institusi-institusi internasional, seperti IMF, Bank Dunia dan WTO yang merupakan institusi bentukkan Bretton Woods System, yang merupakan produk hagemoni AS. Perubahan dalam sistem internasional ditandai oleh munculnya China sebagai rising power dan hagemoni AS yang menunjukan adanya distribusi power di antara keduanya. 8. Keterlibatan Cina dalam G20 sebagai bukti bahwa negara-negara tersebut berupaya untuk mengoptimalkan model institutional balancing. Hal tersebut relevan dengan apa yang disebut oleh Robert Keohane yang optimis bahwa Cina tidak akan memicu terjadinya konflik internasional meskipun dalam kondisi anarki. Selanjutanya dalam kondisi power-transition negara akan berupaya untuk memaksimalkan power dibandingkan rival, namun teori institusional menjadikan alternatif pilihan dalam menjaga power dalam bentuk kerjasama. Karena institusional menyediakan pilihan yang rasional dalam hal saling memberi informasi dan membentuk ekspektasi dalam menjelaskan kepentingan nasional. Insititusional menyediakan tujuan yang menekankan akan kepentingan bersama dan yang terpenting menyediakan transparasi mengenai perilaku negara. 9. Ketidakefektifan yang kedua, dikarenakan emerging market tidak menaati komitmen agenda G20. G20 menginginkan, negara emerging market menjadi penggerak utama dalam recovery dunia. Serta menginginkan pengelolaan likuiditas global, yang bersinergi antara G20, IFIS dan negara-negara anggota G20. Bagi emerging economies di

75 G20, krisis ekonomi yang terjadi di negara lain, bisa berefek pada perilaku foreign direct investments dan aliran modal internasional akan sangat dirasakan langsung oleh emerging economies khususnya terkait nilai tukar, cadangan devisa, dan bagi sektor ekonomi domestik. Oleh karena itu, disamping besarnya manfaat, emerging economies juga mengalami masalah volatilitas dan peningkatan resiko ekonomi sebagai dampak dari kegoncangan ekonomi global. Maka negara Emerging market menginginkan mengumpulkan sebanyak-banyaknya likuiditas, untuk memperkuat pendanaan, sebagai stimulan pertumbuhan ekonomi. Disisi lain, besaran pendanaan atau likuiditas yang masuk justru berasal dari obligasi. Jumlah hutang yang disepakati 60% berasal dari PDB, dengan defisit fiskal 3 % PDB. Dengan kebijakan negara emerging market yang seperti ini, dikhawatirkan negara emerging market akan mengalami krisis setipe dengan krisis Yunani. 10. Ketidakefektifan yang ketiga, dapat dilihat dari perilaku free rider emerging market. Ketidakefektifan G20 dalam menyelesaikan krisis finansial 2008 juga banyak dipengaruhi oleh negara Emerging market, negara Emerging market diuntungkan dengan adanya krisis finansial di negara maju karena arus modal bergerak ke negara yang masih konsen dalam bidang industri manufacture. Sehingga dampak yang dirasakan oleh negara Emerging market sangatlah signifikan mulai pada peningkatan GDP sampai pada ekspansi produk ke negara lain. Namun negara emerging market dan developing countries anggota G20, harus berhati-hati terhadap pelarian modal masuk (foreign capital inflow) atau hot money. Kesepakatan G20, di mulai dari KTT G20 periode krisis Subprime Mortgage (2008-2009). Beberapa negara anggota G20 telah mengajukan usulan agar G20 membahas masalah pengelolaan likuiditas global. Dalam upaya mengukur likuiditas global untuk mendukung pelaksanaan tugasnya di bidang surveillance ekonomi, IMF telah mengajukan proposal

76 penciptaan core and non-core liquidity indicators bagi masing-masing negara. KTT G20 menghasilkan peran dan fungsi IMF masih sangat signifikan di dalam proses surveillance internasional. Oleh karenanya, negara maju memandang agar peran IMF dapat ditingkatkan termasuk di dalam penanganan masalah penambahan likuiditas melalui Global Financial Safety Net. Sebagaimana dimandatkan oleh para pemimpin G20 dalam pertemuan di Seoul tahun 2010, pembahasan global liquidity management juga diarahkan pada isu Global Financial Safety Net (GFSN). 11. Negara berkembang sebaliknya berpandangan bahwa keterlibatan IMF yang terlalu besar akan mengulangi stigma negatif, disamping dapat meminimalkan peran mekanisme regional seperti CMIM. Negara berkembang mengharapkan, kemandirian likuiditas. Tanpa ada kewajiban tunduk kepada aturan-aturan OECD Code for Investment Liberalization, dan IMF. Dalam masalah likuiditas ASEAN memperdalam pasar finansial (deepening of financial markets) secara independen dan pencapaian kolaborasi lintas batas pasar modal di antara negara - negara anggota ASEAN. 12. Negara berkembang mengembangkan alat pengaturan likuiditasnya sendiri, melalui sebuah inisiatif yang disebut dengan Asian Bond Markets Initiative (ABMI). Tujuan ABMI antara lain untuk mengembangkan pasar obligasi yang efisien dan likuid. Selain ABMI, negara berkembang juga menyepakati pembentukan Credit Guarantee and Investment Facility (CGIF) yang ditujukan untuk memberikan jaminan bagi obligasi swasta dengan rating investment grade agar mempunyai akses pasar yang lebih luas. 13. Kesepakatan yang dibuat oleh negara angota G20 dalam penyelesaian krisis finansial 2008 dikatakan tidak efektif karena kesepakatan tersebut hanya pada level komitmen tidak pada tataran aplikatif, tidak ada kontrol yang memadai pasca komitmen itu

77 terbentuk sehingga negara anggota G20 lebih memilih kembali pada kepentingan nasionalnya. Tim riset independen, University of Toronto telah melakukan peneltian, dan mempublikasikan data komitmen anggota G20. Secara keseluruhan Negara-negara maju (Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Jepang, Inggris, Jerman, Korea, Italia, Australia, dan Uni Eropa) memiliki kepatuhan yang tinggi, untuk memenuhi komitmen-komitmen prioritas KTT G20. Sedangkan Negara-negara berkembang (Argentina, Brazil, China, Indonesia, India, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, dan Turki) tidak mencerminkan kepatuhan yang tinggi, seperti Negara-negara maju. 14. Dari keseluruhan kesimpulan diatas, maka didapatkan bahwa, G20 tidak efektif atau tidak berhasil mengatasi Krisis keuangan global. penelitian ini, maka didapatkan dengan adanya free rider dari negara-negara Emerging market dan regionalisme negara emerging market, yang mendapatkan keuntungan dari krisis yang dialami negara advance countries. Berserta tidak adanya