BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pesat pasar keuangan global di masa sekarang semakin cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi direspon oleh pelaku pasar keuangan yang terintegrasi pada perkembangan pasar keuangan di setiap negara yang berpengaruh positif dan negatif. Seperti adanya dampak krisis global yang memiliki pengaruh negatif bagi pergerakan perekonomian di suatu negara. Sehingga dapat dikatakan bahwa isu perekonomian di berbagai dunia terkait dengan pergerakan indikator pasar keuangan negara lain. Sebagai salah satu indikator yang digunakan untuk mendeteksi tingkat risiko dalam investasi yang tercermin pada nilai credit default swap (CDS). Oleh karena itu, beberapa negara maju dan berkembang yang terkena dampak krisis global yang terjadi pada tahun mengakibatkan nilai credit default swap (CDS) yang tinggi. Jika dibandingkan nilai credit default swap (CDS) negara Malaysia, Philipina, Thailand dan Indonesia, posisi credit default swap (CDS) Indonesia teringgi, kemudian di ikuti dengan Philipina, Thailand dan Malaysia sebagai negara dengan level CDS terendah. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun sangat mempengaruhi perkembangan CDS yang sangat volatile di negara sedang berkembang, salah satunya di Indonesia. Secara umum, berdasarkan data pergerakan CDS Indonesia pada tenor 5Y bergerak cukup volatile pada masa krisis

2 01/01/ /06/ /11/ /04/ /09/ /02/ /07/ /12/ /05/ /10/ /03/ /08/ /01/ /06/ /11/ /04/ /09/ /02/ /07/ /12/ /05/ /10/ /03/2014 Bps Sementara itu, pada tahun 2009 hingga tahun 2011 CDS 5Y lebih stabil dengan spread yang lebih manageable dalam rentang bps. Sedangkan pada periode kuartal ke-2 tahun 2008, credit default swap (CDS) kembali mencapai level 269 bps yang disebabkan adanya kenaikan harga BBM dan faktor ketidakpastian di pasar global. Setelah itu, CDS terus bergerak naik sampai puncaknya pada tanggal 28 November 2008 ketika gejolak perekonomian terjadi. 800, , , , , , , ,000 0,000 Tanggal IND_CDS MLYA_CDS PHLP_CDS THAI_CDS Sumber: Bloomberg, (2015) Gambar 1.1 Perbandingan Credit Default Swap (CDS) 5Y di Beberapa Negara Periode 2005: :12 Gambar 1.1 menunjukkan bahwa berdasarkan perbandingan credit default swap (CDS) diatas menggambarkan bahwa level credit default swap (CDS) dari negara negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Philipina memiliki nilai CDS yang berbeda-beda Selanjutnya, adanya resesi menyebabkan menurunnya pendapatan dan komoditi dari negara negara berkembang. Krisis ekonomi global yang terjadi tahun sangat mempengaruhi perkembangan credit default

3 bps swap (CDS) tenor 5 tahun, tergambar dari perbandingan credit default swap (CDS) negara berkembang cukup volatile dari beberapa negara seperti Philipina, Thailand, Malaysia, dan Indonesia selama periode krisis tahun 2008 (Gambar 1.1). Jika dibandingkan nilai credit default swap (CDS) negara Malaysia, Philipina, Thailand dan Indonesia, posisi credit default swap (CDS) Indonesia teringgi yaitu sebesar 709 bps pada 28 November 2008, kemudian di ikuti dengan Philipina sebesar 473 bps pada 31Oktober 2008, Malaysia 296 bps pada 27 Februari 2009 dan Thailand sebesar 255 bps pada 31 Januari 2009 sebagai negara dengan level CDS terendah. Penelitian Goldstein, et al.(2000) menyatakan bahwa krisis keuangan menyebabkan penurunan cadangan devisa, dan melemahnya nilai tukar terhadap mata uang negara lain. Sementara itu, pada akhir tahun 2009 hingga tahun 2011 CDS 5Y lebih stabil dengan spread yang lebih manageable dalam rentang bps. Selama periode tahun 2008 credit default swap (CDS) mencapai 709 bps tertinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya seperti yang dijelaskan pada gambar Tanggal Sumber: Bloomberg, (2015) Gambar 1.2 Pergerakan Credit Default Swap (CDS) 5Y di Indonesia, Tahun 2008

4 01/01/ /06/ /11/ /04/ /09/ /02/ /07/ /12/ /05/ /10/ /03/ /08/ /01/ /06/ /11/ /04/ /09/ /02/ /07/ /12/ /05/ /10/ /03/ /08/2014 persen (%) Berdasarkan gambar 1.3 menunjukkan bahwa pergerakan PDB growth kuartalan sejalan dengan pergerakan PDB growth bulanan. Kondisi ini menggambarkan pola sama dimana pada saat terjadi krisis global 2008 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang sangat drastis yang mencapai 3.57% pada kuartal ke IV dan sekitar 1.22% pada bulan Desember Adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi ini menggambarkan Indonesia menglami kesulitan keuangan, kepercayaan investor yang menurun, dan sangat rentan yang disebabkan oleh goncangan global. Penelitian Salvatore (1997) mengemukakan bahwa suatu negara yang memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik digambarkan dengan pergerakan kurs yang stabil. Sebaliknya pada saat kurs terdepresiasi tajam membuat utang berdenominasi mata uang asing yang dimiliki perusahaan menjadi berlipat-lipat dalam waktu singkat sehingga memperburuk neraca pembayaran di dalam negeri yang kemudian akan memperparah kondisi makro secara menyeluruh dan harga obligasi semakin tinggi. Perkembangan pertumbuhan PDB ini terlihat pada gambar 1.3 berikut: 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00-1,00-2,00-3,00-4,00 PDB Growth Rill (Kuartalan) PDB Growth Rill (Bulanan) Sumber: Badan Pusat Staristik (BPS), (2015) Gambar 1.3 Pertumbuhan PDB (Kuartalan) dan Pertumbuhan PDB (Bulanan) 2005: :12.

5 01/01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/2014 Milyar US $ bps Selanjutnya, pada saat terjadi krisis minyak 2005 dan krisis global pada bulan Februari dan Maret 2005 yaitu sebesar US$ miliar atau turun 6.61% dan US$ miliar atau turun sebesar 0.94%. Sementara sebelumnya pada Januari 2005 sebesar US$ miliar. Kemudian pada 31 Desember 2008, di mana cadangan devisa mengalami penurunan yang sagant tajam jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar US$ miliar menjadi US$ miliar atau turun sebesar 41.66%. Berdasarkan bukti tersebut, jumlah cadangan devisa yang menurun disebabkan adanya pengeluaran pemerintah untuk pembayaran hutang luar negeri dalam stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai tujuan fundamental bank Indonesia, kemudian di ikuti dengan perlambatan pertumbuhan PDB. Kondisi ini dijelaskan pada gambar 1.4 berikut Tanggal Cad_Dev Sumber: Bloomberg dan BI, (2015) Gambar 1.4 Perkembangan Credit Default Swap (CDS) dan Cadangan Devisa,2005: :12 CDS 5

6 01/01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/2014 Persen (%) bps Berdasarkan pada gambar 1.5 menunjukkan bahwa kenaikan BI Rate bergerak searah dengan bond yield, dan sejalan dengan pergerakan credit default swap (CDS) sampai bulan Agustus 2013, Namun setelah September 2013 BI Rate dan bond yield berhubungan negatif dengan CDS. Berdasarkan gambar tersebut penurunan bond yield tertinggi pada September 2005 sebesar 10.55%, kemudian pada Juni 2008 yiled mengalami penurunan sebesar 11.77% diikuti dengan kenaikan BI Rate sebesar 9.24% dan level CDS yang mencapai 701 bps, kondisi ini kemudian berubah pada Desember 2013 dimana ketika yield menguat 7.92%, dan BI Rate berada pada tingkat 7.4%, dengan tingkat CDS yang menurun. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat level CDS menurun ketika BI Rate dan yield tinggi. 0, , , , , , , , , , Tanggal Yield BI Rate CDS Sumber: Bloomberg dan BI, (2015) Gambar 1.5 Pergerakan BI Rate, Bond Yield dan Credit Default Swap (CDS) Periode 2005: :12 Sementara, pada gambar 1.5 menunjukkan bahwa pergerakan IHSG, kurs dan pergerakan credit default swap (CDS). Selain itu, pergerakan nilai tukar mengalami volatile setiap bulannya. Ketika terjadi krisis global pada 31 Desember

7 01/01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/ /01/ /07/2014 Ribu Rupiah bps menyebabkan nilai tukar mengalami depresiasi sebesar Rp /US$ menjadi Rp /US$ atau naik sebesar 10% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kondisi ini diikuti dengan penurunan level credit default swap (CDS) dari 709 bps menjadi 691 bps atau turun sebesar 2.47%, diikuti dengan penguatan IHSG sebesar 9.1%, penurunan BI Rate, meskipun Pertumbuhan PDB masih mengalami perlambatan karena krisis keuangan global. Berdasarkan Penelitian Hull, et al. (2004) menyatakan bahwa kenaikkan credit default swap (CDS) positif atau searah dengan pergerakan yield spread Tanggal IHSG Kurs CDS Sumber: Bloomberg dan Bank Indonesia (BI), (2015) Gambar 1.6 Indek Harga Saham Gabungan (IHSG), Kurs dan Credit Default Swap (CDS) Periode 2005: :12 Hal ini serupa dengan dampak krisis yang terjadi pada tahun 1997/1998 yang membawa pengaruh bagi iklim investasi di Indonesia yang mengambarkan pergerakan CDS di Indonesia yang memiliki hubungan negatif dimana ketika CDS Indonesia tinggi maka IHSG Indonesia turun, sehingga dengan adanya CDS yang 7

8 turun menyebabkan IHSG mengalami peningkatan yang akhirnya pertumbuhan ekonomi meningkat. Adanya fluktuasi sektor riil dan perbankan akan menyebabkan ketidakpastian dan resiko default semakin tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai credit default swap (CDS) suatu negara menggambarkan tingginya resiko negara tersebut. Seperti ketika CDS negara Yunani, Portugal, Spanyol dan Indonesia bergerak naik hal ini akan mengambarkan risiko bankrut (default) atau gagal bayar yang semakin tinggi, yang selanjutnya berdampak kepada kepercayaan investor yang menurun. Credit default swap (CDS) sangat penting dan menarik untuk dikaji secara lebih mendalam karena memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara antara lain sebagai indikator yang berpengaruh pada kurs atau nilai tukar. Berdasarkan penelitian Golstein, et al. (2000) pada negara berkembang pada saat terjadinya krisis keuangan yang di awali dengan melemahnya nilai mata uang yang kemudian berpengaruh terhadap pengurangan cadangan devisa atau terjadinya penurunan nilai mata uang lokal terhadap mata uang luar negeri. Beberapa penelitian tentang credit default swap (CDS) yang dilakukan oleh Karlson dan Willebrand (2009), dan Kajian awal IMF Report (2013) menunjukkan bahwa credit default swap (CDS) sebagai indikator risiko kredit gagal bayar (default). Hal ini akan menyebabkan kepercayaan investor menurun yang kemudian berdampak pada melemahnya nilai tukar. Selain itu, CDS digunakan sebagai pendeteksi awal terjadinya krisis global (Longstaff dan Mayer, 2009). Kajian awal IMF Report (2013) menemukan bahwa kenaikan spread credit 8

9 default swap (CDS) dapat mengidentifikasikan meningkatnya risiko kredit dan dipengaruhi oleh fundamental ekonomi, kondisi pasar obligasi, dan selanjutnya akan mendorong biaya pinjaman. Penelitian ini secara khusus bertujuan meneliti mengenai Pengaruh Variabel Variabel Sektor Riil dan Perbankan terhadap shock credit default swap (CDS) kasus di Indonesia, 2005: :12. Variabel variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah IHSG, BI Rate, cadangan devisa, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB growth), kurs dan bond yield. 1.2 RUMUSAN MASALAH Indonesia merupakan salah satu negara berkembang atau emerging market yang dipandang sebagai negara yang sangat rentan terhadap krisis ekonomi global. Selain itu, penyebab kerentanan ekonomi Indonesia dikarenakan semakin terintegrasi dengan perekonomian global jika dibandingkan pada saat pemerintahan orde baru tahun Hal ini tergambar pada goncangan krisis global dan subprime mortgage prime di Amerika Serikat tahun yang menyebabkan merosotnya permintaan dunia terhadap komoditi komoditi yang di ekspor dan krisis perbankan yang menyebabkan bank-bank Indonesia mengalami krisis likuiditas. Oleh karena itu, adanya tipe-tipe krisis yang terjadi di Indonesia yang terdiri dari krisis produksi, krisis perbankan, krisis nilai tukar, krisis ekspor dan krisis energi sangat dipengaruhi oleh keterbukaan ekonomi, stabilitas ekonomi makro, efisiensi pasar ekonomi mikro, dan ketergantungan terhadap negara lain yang menjadikan Indosesia sangat rentan terhadap goncangan global. 9

10 Krisis global tahun yang mempengaruhi negara-negara maju melalui keterkaitan keuangan global. Akibatnya ekonomi negara maju mengalami resesi yang ditandai dengan penurunan permintaan komoditi dari negara-negara berkembang, yang akhirnya pendapatan negara negara berkembang menurun. Pada dekade baru baru ini telah terjadi krisis keuangan yang serius di Amerika Serikat sehingga diperlukan model sistem peringatan dini krisis keuangan supaya pengambilan keputusan harus dilakukan dengan cepat dan terukur supaya krisis tidak semakin parah, hal ini yang membuat J.P Morgan Chase mengembangkan instrumen credit default swap (CDS) yang bertujuan untuk mengalihkan risiko kredit yang berada pada bank bank konvensional dengan pihak lain. Dampak positif adanya instrumen credit default swap (CDS) salah satunya adalah bank komersial tersebut mendapatkan kelonggaran pemenuhan kewajiban dari ketentuan perbankan, sedangkan dampak negatif credit default swap (CDS) menurut Longstaff dan Mayers (2009) yang menyatakan bahwa CDS berkontribusi kepada terjadinya krisis global. Namun sangat penting bagi pasar untuk mengetahui pergerakan nilai credit default swap (CDS) sebagai salah satu indikator yang mengambarkan risiko default suatu negara, yang selanjutnya akan menyebabkan harga saham anjlok, dan ketidakpastian yang semakin tinggi. Adanya aktivitas memegang stock (saham) dan bond (obligasi) merupakan aktivitas yang mengandung risiko. Sehingga pada saat terjadi krisis yunani menyebabkan masa depan Uni Eropa penuh dengan ketidakpastian. Hal ini mangakibatkan kehawatiran serta kepanikan pelarian dana pada obligasi pemerintahan di negara negara seperti Portugal, Italia, dan Irlandia atau yang 10

11 disingkat (PIIGS) menglami kerugian, harga saham anjlok, dan nilai tukar Euro yang menurun (ekonomi.kompas.com). Sedangkan ada beberapa penelitian menyatakan bahwa instrumen CDS dapat menurunkan nilai tukar rupiah karena instrumen CDS digunakan seperti hedge fund, spekulasi, dan arbtritrase. Sementara nilai CDS erat kaitannya dengan yield atas surat utang suatu negara. Sehingga semakin tinggi nilai yield yang ditawarkan diprediksi akan meningkatkan credit default swap (CDS). Selain dari sektor perbankan, variabel variabel sektor riil yang meliputi PDB growth, dan cadangan devisa juga diduga mempengaruhi nilai credit default swap (CDS). Namun sejak munculnya credit default swap (CDS) pada tahun 1990 yang dianggap sebagai suatu instrumen untuk mengalihkan resiko default oleh aset yang dikelolah oleh pihak ketiga (Numora, 2004). Sejauh ini perkembangan credit default swap (CDS) di negara-negara berkembang dan emerging market sangat tinggi seperti Indonesia. Penelitian IMF (2013) menemukan bahwa kenaikkan spread credit default swap (CDS) mengindikasikan meningkatnya kredit dan dipengaruhi oleh fundamental ekonomi, dan kondisi pasar obligasi sehingga mendorong biaya pinjaman suatu negara, selain itu perkembangan credit default swap (CDS) juga dapat mendorong risiko keuangan. Krisis pasar ekonomi global sangat mempengaruhi aktivitas perekonomian dalam negeri dan pada akhirnya berpengaruh terhadap tingkat cadangan devisa sebuah negara, semakin tinggi nilai surplus perdagangan maka akan menarik investor untuk menanamkan modalnya di pasar saham dan pada akhirnya memainkan peran dalam pergerakan harga saham itu sendiri. Indeks harga saham 11

12 di BEI cenderung menunjukkan penguatan setelah cadangan devisa Indonesia mengalami kenaikkan sehingga menjadi sentimen positif bagi pasar modal domestik. Kenaikkan nilai credit default swap (CDS) di Indonesia tidak terlepas dari kondisi makro ekonomi yang ada di negara ini. Ketika kondisi makroekonomi stabil akan mempengaruhi para emiten serta investor untuk berinvestasi. Adanya ketidakpastian yang tinggi membuat risiko juga semakin tinggi. Berdasarkan pengalaman, pada saat terkena krisis mengambarkan bahwa Indonesia sangat rentan terhadap goncangan seperti krisis dalam negeri misalnya krisis keuangan tahun atau krisis eksternal seperti krisis ekonomi global yang berasal dari keuangan AS. Sehingga diperlukan sejumlah indikator untuk melihat dan mendeteksi adanya krisis lebih dini sehingga dapat dilakukan penanganan yang lebih cepat. Hal inilah yang menjadikan alasan bagi penulis merasa perlu untuk meneliti bagaimana indikator credit default swap (CDS) sebagai indikator ekonomi sektor riil dan perbankan. Fokus penelitian ini adalah untuk melihat dampak kebijakan moneter terhadap variabel makroekonomi Indonesia sebagai negara berkembang dengan sistem perekonomian terbuka. Di samping itu, penelitian ini juga untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel sektor riil dan perbankan dalam menjelaskan fluktuasi ekonomi yang menyebabkan krisis di Indonesia. 12

13 1.3 PERTAYAAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka pertanyaan penelitian yang akan di lakukan berkaitan dengan: 1. Bagaimana respon variabel variabel sektor riil dan perbankan yang terdiri dari antara indeks harga saham gabungan (IHSG), BI Rate, cadangan devisa, PDB growth, kurs dan bond yield terhadap shock variabel credit default swap (CDS) dengan menggunakan impulse response function (IRF)? 2. Bagaimana kontribusi atau pengaruh setiap variabel variabel sektor riil dan perbankan yang terdiri dari antara indeks harga saham gabungan (IHSG), BI Rate, cadangan devisa, PDB growth, kurs dan bond yield terhadap shock variabel credit default swap (CDS) dengan menggunakan forecast error variance decomposition (FEVD)? 1.4 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dikemukakan, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk menganalisis respon variabel variabel sektor riil dan perbankan yang terdiri dari indeks harga saham gabungan (IHSG), BI Rate, cadangan devisa, PDB growth, kurs dan bond yield terhadap shock variabel credit default swap (CDS). 2. Untuk menganalisis kontribusi atau pengaruh setiap variabel variabel sektor riil dan perbankan yang terdiri dari indeks harga saham gabungan 13

14 (IHSG), BI Rate, cadangan devisa, PDB growth, kurs dan bond yield terhadap shock variabel credit default swap (CDS). 1.5 MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi praktisi, untuk para investor dan calon investor yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Dengan mengetahui pengaruh variabel variabel tersebut terhadap shock variabel credit default swap (CDS) maka investor/calon investor dapat mengetahui dengan baik faktorfaktor sektor riil dan perbankan yang mempengaruhi kejutann (shock) variabel pergerakan credit default swap (CDS) tersebut. Sehingga akan mempermudah bagi investor atau calon investor akan dalam memahami maksud dari spread credit default swap (CDS) dalam mengambil keputusan apakah melakukan investasi atau tidak dengan keadaan risiko default suatu negara. 2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai bahan pembelajaran, selain itu sebagai perencanaan dan strategi perbaikan pembangunan dalam upaya menekan dan mencegah faktor-faktor sektor riil dan perbankan yang dapat meningkatkan credit default swap (CDS). Hal ini karena, suatu negara dikatakan memiliki kondisi perekonomian yang baik ketika berada tingkat level CDS rendah, dan sebaliknya. 14

15 1.6 BATASAN PENELITIAN Penelitian ini dibatasi khusus untuk Indonesia sebagai negara berkembang dengan rentang periode penelitian tahun 2005: :12, dimana rentang periode tersebut merupakan periode krisis global yang terjadi di Amerika Serikat dan berdampak kepada negara berkembang termasuk Indonesia. Cakupan indikator dalam sektor riil dan sektor perbankan dalam penelitian ini difokuskan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), BI Rate, Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB growth), Cadangan Devisa, Kurs dan Bond Yield terhadap shock variabel credit default swap (CDS), sehingga penelitian ini hanya menangkap variansi dan interaksi faktor penentu credit default swap (CDS) di Indonesia bukan secara detail pada risiko risiko dalam sektor riil dan perbankan. 1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan thesis ini disajikan beberapa bagian dengan sistematika penyajian sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, pokok permasalahan yang dianalisis, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika dalam penulisan tentang pengaruh variabel variabel pada sektor riil dan perbankan terhadap shock variabel credit default swap (CDS) kasus di Indonesia, 2005: :12 pendekatan model structural vector autoregressive (SVAR). 15

16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini memuat uraian-uraian teori dan literatur yang relevan dari studi empiris yang berhubungan dengan permasalahan dan menunjang tercapainya pemecahan permasalahan yang dibahas dan dapat dipakai sebagai acuan dalam analisis penelitian ini. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas metodologi penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian meliputi sumber dan jenis data, hipotesis, alat analisis, spesifikasi model, estimasi model, sasaran pemerintah, dan aspek-aspek penting yang berhubungan dengan objek penelitian. BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini menjelaskan hasil analisis dan pertanyaan yang telah dirumuskan berdasarkan pada hasil pengelolahan data bab sebelumnya. Hasil penelitian memberikan jawaban atas permasalahan penelitian dan memberikan penjelasan bagaimana tujuan penelitian dapat tercapai. BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Bab ini membahas kesimpulan berdasarkan hasil penelitian, implikasi kebijakan dan rekomendasi bagi pengembangan penelitian selanjutnya dengan mempertimbangkan kebijakan dalam rangka pengambilan keputusan investasi dan pergerakan shock variabel credit default swap (CDS) pada masa yang akan datang. 16

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar keuangan global yang sangat cepat dan semakin terintegrasi telah mengakibatkan pasar obligasi memainkan peranan penting sebagai alternatif sumber

Lebih terperinci

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1990Q1 1991Q1 1992Q1 1993Q1 1994Q1 1995Q1 1996Q1 1997Q1 1998Q1 1999Q1 2000Q1 2001Q1 2002Q1 2003Q1 2004Q1 2005Q1 2006Q1 2007Q1 2008Q1 2009Q1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator penting

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara masih menjadi acuan dalam pengambilan keputusan bisnis. Pertumbuhan ekonomi menjadi indikator kondisi perekonomian negara dimana pertumbuhan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pasar modal di Indonesia, ada beberapa kelompok saham yang paling banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham tersebut

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi perekonomian global, ditandai dengan meningkatnya harga minyak dunia sampai menyentuh harga tertinggi $170

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi. Pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan arus perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perekonomian Indonesia sedang mengalami pertumbuhan industri yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan, yaitu modal sendiri dan utang. Utang bisa didapatkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan, yaitu modal sendiri dan utang. Utang bisa didapatkan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber pendanaan suatu perusahaan bisa didapatkan dari dua jenis pendanaan, yaitu modal sendiri dan utang. Utang bisa didapatkan melalui sistem perbankan dalam bentuk

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 18 May 2010 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis; Rupiah Konsolidasi Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis, Namun Tetap Waspada Anton Hendranata Ekonom/Ekonometrisi anton.hendranata@danamon.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan investasi para pemegang dana

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (subprime mortgage default) di Amerika serikat. Krisis ekonomi AS

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (subprime mortgage default) di Amerika serikat. Krisis ekonomi AS BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Krisis global tahun 2008 disebabkan oleh permasalahan pembayaran kredit perumahan (subprime mortgage default) di Amerika serikat. Krisis ekonomi AS terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12.

BAB 5 PENUTUP. moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005: :12. BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan menganalisis mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur harga aset finansial di Indonesia periode 2005:07 2014:12. Empat sistem persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting terutama terkait dengan arus permodalan dan pertumbuhan ekonomi. Pasar modal merupakan indikator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat Indonesia semakin rentan terhadap berbagai gejolak pada lingkungan eksternal, baik yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah diterapkannya kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia pada tanggal 14 Agustus

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi yield spread obligasi korporat di Indonesia baik secara parsial maupun secara simultan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara selalu berbeda bila ditinjau dari sumber daya alamnya, iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, keadaan struktur

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lesunya perekonomian global, khususnya negara-negara dunia yang dilanda

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lesunya perekonomian global, khususnya negara-negara dunia yang dilanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki pertengahan tahun 2015, dianggap sebagai periode yang cukup kelam bagi sebagian pelaku pasar yang merasakan dampaknya secara langsung terhadap lesunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang terjadi saat ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk meningkatkan performa terbaiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 1 June 2010 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Arus Modal Masuk, Menopang Rupiah Pasar Eropa mulai agak tenang di akhir bulan Mei dalam rangka menyongsong pekan pertama bulan Juni. Tekanan yang begitu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang penting terhadap perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tapak maupun apartemen yang dibangun oleh pengembang. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikan Down Payment untuk kredit

BAB I PENDAHULUAN. tapak maupun apartemen yang dibangun oleh pengembang. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikan Down Payment untuk kredit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri properti dan real estate merupakan industri yang berkembang dalam beberapa tahun ini di Indonesia. Dari segi fisik terlihat banyak proyek rumah tapak maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter dan pasar keuangan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan mengingat setiap perubahan kebijakan moneter untuk mempengaruhi aktivitas perekonomian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain mengorbankan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yg melanda Amerika Serikat telah memberikan dampaknya ke hampir seluruh dunia dan hampir di seluruh sektor. Krisis keuangan global menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, Osoro dan Ogeto (2014) dalam Makori (2015). Kinerja perusahaan sangat bergantung kepada informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara di dunia ini mengalami krisis yang didorong oleh sistem keuangan mereka yang kurang dikembangkan, votalitas kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup berpengaruh terhadap perekonomian negara. Dan adanya ketergantungan yang diharapkan bahwa pasar

Lebih terperinci

PRUlink Quarterly Newsletter

PRUlink Quarterly Newsletter PRUlink Quarterly Newsletter Publikasi dari PT Prudential Life Assurance Kuartal Kedua 2012 Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan hasil pemikiran internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kredit macet sektor perumahan di Amerika Serikat menjadi awal terjadinya krisis ekonomi global. Krisis tersebut menjadi penyebab ambruknya pasar modal Amerika

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkuat di dunia, dan memberikan kontribusi sekitar 20-30% dari perputaran

BAB I PENDAHULUAN. terkuat di dunia, dan memberikan kontribusi sekitar 20-30% dari perputaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amerika Serikat adalah negara besar yang memiliki kekuatan ekonomi terkuat di dunia, dan memberikan kontribusi sekitar 20-30% dari perputaran ekonomi dunia. Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF VENNY SYAHMER,

RINGKASAN EKSEKUTIF VENNY SYAHMER, RINGKASAN EKSEKUTIF VENNY SYAHMER, 2010. Keterkaitan Nilai Tukar Rupiah Dengan Indeks Saham di Bursa Efek Indonesia. Di bawah bimbingan NOER AZAM ACHSANI dan TRIAS ANDATI. Stabilitas terhadap nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, era globalisasi membawa suatu pengaruh yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, era globalisasi membawa suatu pengaruh yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, era globalisasi membawa suatu pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian suatu negara. Era globalisasi ini terjadi dikarenakan adanya rasa saling ketergantungan

Lebih terperinci

Q & A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY

Q & A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY Q & A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY 1. Mengapa Bank Century harus diselamatkan pada 20 November 2008? a. Kegagalan Bank Century terjadi di tengah-tengah situasi dan kondisi ekonomi dan sistem perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar Modal merupakan salah satu tempat (media) yang memberikan kesempatan berinvestasi bagi investor perorangan maupun institusional. Oleh karena itu, arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena subprime mortgage yang terjadi di AS pada tahun 2008 ternyata

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena subprime mortgage yang terjadi di AS pada tahun 2008 ternyata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena subprime mortgage yang terjadi di AS pada tahun 2008 ternyata telah mengulang sejarah kiris ekonomi di Indonesia pada tahun 1998. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang

I. PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks ini mencakup pergerakan seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi membuat perekonomian di berbagai negara menjadi terbuka. Keluar masuknya barang atau jasa lintas negara menjadi semakin mudah dan hampir tidak ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dan dapat digunakan untuk pembuatan keputusan investasi yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan dan dapat digunakan untuk pembuatan keputusan investasi yang tepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang terjadi saat ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk meningkatkan performa terbaiknya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat krisis keuangan global beberapa tahun belakan ini kurs, inflasi, suku bunga dan jumlah uang beredar seolah tidak lepas dari masalah perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia dewasa ini makin berkembang. Peran Indonesia dalam perekonomian global makin besar dimana Indonesia mampu mencapai 17 besar perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan erat dengan pasar modal. Dengan adanya pasar modal,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan erat dengan pasar modal. Dengan adanya pasar modal, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi tidak lepas dari kondisi investasi di suatu negara yang berkaitan erat dengan pasar modal. Dengan adanya pasar modal, memungkinkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia semakin terintegrasi sebagai konsekuensi dari sistem perekonomian terbuka yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian setiap negara tidak selalu stabil, tetapi berubahubah akibat berbagai masalah ekonomi yang timbul. Salah satu aspek penting dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, melalui aktivitas investasi. Dengan diberlakukannya kebijakan perekonomian terbuka, pasar

Lebih terperinci