PREDIKSI SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER IV TAHUN 2016/2017

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBAHASAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER II TAHUN 2013/2014 MATA KULIAH HUKUM TATA NEGARA

PREDIKSI SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER IV TAHUN 2016/2017

Silakan kunjungi My Website

PREDIKSI SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER II TAHUN 2015/2016

PEMBAHASAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER III TAHUN 2016/2017

PEMBAHASAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER II TAHUN 2014/2015 MATA KULIAH HUKUM TATA NEGARA

PREDIKSI SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER V TAHUN 2017/2018

TAHUN 2016/2017 MATA KULIAH HUKUM AGRARIA

PEMBAHASAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER I TAHUN 2014/2015 MATA KULIAH BAHASA INDONESIA HUKUM

PEMBAHASAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER II TAHUN 2013/2014 MATA KULIAH HUKUM PIDANA

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec.

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

BAB IV. rumah tangga dengan sebaik-baiknya untuk membentuk suatu kehidupan. tangga kedua belah pihak tidak merasa nyaman, tenteram dan mendapaatkan

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :

BAB I PENDAHULUAN. mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara untuk menegakkan hukum

PEMBAHASAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER II TAHUN 2014/2015 MATA KULIAH BAHASA INGGRIS HUKUM

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

BAB II PROSES MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA

HUKUM FORMIL PERADILAN AGAMA DI INDONESIA

PREDIKSI SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER IV TAHUN 2016/2017

Prosedur berperkara pada Pengadilan Agama Sungai Penuh, adalah sebagai berikut:

TENTANG DUDUK PERKARANYA

PEMBAHASAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER IV TAHUN 2015/2016

SALINAN P U T U S A N Nomor 40/Pdt.G/2012/PA.Sgr. pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut, dalam perkara Cerai

BERACARA DI PENGADILAN AGAMA DAN PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH Oleh: Agus S. Primasta, SH 1

PENETAPAN Nomor 0868/Pdt.G/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 1989 TERHADAP PENENTUAN PATOKAN ASAS PERSONALITAS KEISLAMAN DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

BAB IV PEMBAHASAN. Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Bantul

P U T U S A N Nomor : 0198/Pdt.G/2010/PA.Spn.

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.

BAB I PENDAHULUAN. zoon politicon, yakni sebagai makhluk yang pada dasarnya. selalu mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan manusia-manusia lainnya

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat

P U T U S A N Nomor: 0109/Pdt.G/2009/PA.Bn

EKSEPSI KOMPETENSI RELATIF DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PERADILAN AGAMA. Drs. H. Masrum M Noor, M.H EKSEPSI

BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA. peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

PUTUSAN. Nomor 0330/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III URAIAN DATA HASIL PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Pengadilan Agama Surabaya. kehakiman, yang menangani masalah-masalah hukum perdata.

PUTUSAN Nomor : 0849/Pdt.G/2012/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Permohonan Cerai Talak antara pihak-pihak ; LAWAN. Termohon ;--

PREDIKSI SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER VII TAHUN 2017/2018

P U T U S A N Nomor : 1971/Pdt.G/2011/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PREDIKSI SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER IV TAHUN 2016/2017

P U T U S A N. M e l a w a n DUDUK PERKARA

P U T U S A N Nomor : 326/Pdt.G/2011/PA.Pkc BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

PUTUSAN Nomor: 188/Pdt.G/2010/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM

PUTUSAN Nomor 1278/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ;

PUTUSAN Nomor 1387/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Gugat

Nomor 0606/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 1881/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor 1054/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. m e l a w a n

PEMBAHASAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER II TAHUN 2014/2015 MATA KULIAH SOSIOLOGI HUKUM

BAB III PUTUSAN PERMOHONAN CERAI TALAK ANGGOTA TNI PENGADILAN AGAMA MALANG NO.737/PDT.G/2013/PA.MLG

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

P U T U S A N. Nomor :./Pdt.G/2010/PA.Pso. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. NOMOR 58/Pdt.G/2013/PA.Pts DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Hulu, sebagai Penggugat; MELAWAN

PUTUSAN Nomor : 0254/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

diajukan oleh pihak :

PUTUSAN Nomor : 0686/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Mengenal Sistem Peradilan di Indonesia

Salinan P U T U S A N NOMOR.../Pdt.G/2010/PA.Pso

PUTUSAN Nomor : 1116/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

بسم هللا الرحمن الرحيم

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor: 105/Pdt.G/2012/PA.Pkc

P U T U S A N. Nomor : 0108/Pdt.G/2013/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 1774/Pdt.G/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor: 0175/Pdt.G/2009/PA.Bn

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

PUTUSAN. PEMOHON, umur 29 tahun, agama Islam, pekerjaan Tani Sawit, pendidikan SMP, PEMOHON; Melawan

P U T U S A N. Nomor 0556/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 0050/Pdt.G/2013/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

P U T U S A N 37/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

TENTANG DUDUK PERKARANYA

P U T U S A N Nomor : 1592/Pdt.G/2011/PA.Kbm BISMILAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

P U T U S A N Nomor 1634/Pdt.G/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

PUTUSAN Nomor : 1632/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

P U T U S A N Nomor : 0432/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 130/Pdt.G/2015/PA.Pas

P U T U S A N. Nomor 0512/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan

P U T U S A N. Nomor 0624/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 0092/Pdt.G/2009/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor : 0387/Pdt.G/2013/PA. Lt.

PUTUSAN Nomor : 117 /Pdt.G/2009/PA/Pkc

TENTANG DUDUK PERKARANYA

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan perkara di lingkungan peradilan agama, khususnya di pengadilan

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PREDIKSI SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER IV TAHUN 2016/2017 MATA KULIAH HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA Disusun oleh MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN NPM. 151000126 KELAS D UNIVERSITY 081223956738 muh.jamal08 D070AF70 16jamal Muh_Nur_Jamal muh.nurjamaluddin Halaman 1

Silakan follow ya muh.jamal85@yahoo.com muh.jamal1608@gmail.com muhnurjamaluddin.blogspot.co.id mnurjamaluddin.blogspot.co.id creativityjamal.blogspot.co.id Muhammad Nur Jamaluddin ASAL Kampung Pasir Galuma, RT 02, RW 06, Desa Neglasari, Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, Indonesia SAAT INI Jalan PH. Hasan Mustapa Nomor 28, Gang Senang Raharja, RT 02, RW 15, Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kode POS 40124, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia Halaman 2

Renungan Ya Tuhan, saya lupa Saya benar-benat lupa, padahal sudah belajar dan menghafalnya Ingat: Ingatlah Aku, maka akan Ku ingatkan pula semua yang kamu lupa? Ya Tuhan, karena saya lupa Izinkan saya untuk melihat pekerjaan temanku Izinkan pula saya untuk menyontek melalui Hand Phone Atau melalui buku yang sudah saya bawa ini Atau melalui catatan kecil yang sudah saya siapkan ini Ingat: Bukankah Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui? Bukankah Aku lebih dapat melihat apa yang kamu sembunyikan itu? Ya Tuhan, karena saya ingin mendapat nilai terbaik Supaya dapat membanggakan diriku, kelurgaku dan juga yang lainnya Izinkan saya mengahalalkan semua cara ini Ingat: Bukankah yang memberikan nilai terbaik itu Aku? Dosen hanyalah sebagai perantara saja dariku? Jikalau kamu ingin mendapatkan kebahagian di dunia Dan juga kebahagiaan di akhirat Jangan pernah menghalalkan semua yang telah Aku haramkan Ingat: Kebahagian di dunia itu hanya bersifat sementara bagimu Aku akan siapkan 99% lagi kebahagiaan untukmu kelak di akhirat Halaman 3

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG FAKULTAS HUKUM Jalan Lengkong Besar Nomor 68 Bandung 40261 UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN AKADEMIK 2016/2017 MATA KULIAH : HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA HARI, TANGGAL : JUMAT, 7 APRIL 2017 KELAS/SEMESTER : A-B-C-D-E-F-G / IV WAKTU : 60 MENIT DOSEN : TIM DOSEN SIFAT UJIAN : CLOSE BOOK SOAL 1. Jelaskan dan uraikan bagaimana sejarah Peradilan Agama di Indonesia? Peradilan Agama di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang, jauh sebelum bangsa ini memperoleh kemerdekaan. Para pakar dan ahli hukum sejarah sepakat bahwa sistem Peradilan Agama di Indonesia sudah dikenal sejak Islam masuk ke bumi Indonesia pada abad ke-7 Masehi. Pada masa itu hukum Islam mulai berkembang di wilayah nusantara bersama dengan hukum adat. Kendati demikian, dalam perjalanannya keberadaan peradilan agama mengalami pasang surut. Sejarah perkembangan peradilan agama ini dibagi menjadi enam masa yaitu masa Prapemerintahan Hindia Belanda, Periode Transisi, masa Pemerintahan Hindia Belanda I, masa Pemerintahan Hindia Belanda II, masa Penjajahan Jepang, masa Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia. Akhirnya eksistensi Peradilan Agama itu dilatarbelakangi oleh Undang-undang No. 14 tahun 1970 terdapat kekosongan hukum (rectvacuum) mengenai wewenang tingkat kasasi di lingkungan peradilan agama. Oleh karena itu, menteri agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan No. 10 tahun 1963 yang memberi wewenang dan kewajiban kepada jawatan Peradilan Agama (sekarang Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama) untuk melaksanakan tugas Peradilan Agama. Sehingga pada akhirnya lahirlah Undang-undang Nomor 7 Tahun 1986 jo Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 jo Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Peradilan Agama yang menjadi dasar eksistensi Peradilan Agama di Indonesia. Halaman 4

2. Hukum Acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan peradilan agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam peradilan umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam undang-undang. Sebutkan beberapa perbedaan Hukum Acara Peradilan Agama dengan Hukum Acara Perdata Umum! Perbedaan dilihat dari sifatnya bahwa Hukum Acara Peradilan Agama berlaku khusus dalam hubungan perdata khusus berdasarkan kewenangan peradilan untuk yang beragama Islam saja, sedangkan Hukum Acara Peradilan Perdata Umum berlaku umum meliputi perkara perkara perdata umum lainnya. Kemudian perbedaan dilihat dari prosesnya bahwa Hukum Acara Peradilan Agama prosesnya menggunakan ketentuan pasal 59 Undang-undang Nomor 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama yang menyebutkan bahwa hukum acara di peradilan agama berlaku hukum acara perdata pada umumnya kecuali yang diatur dalam undang-undang ini yakni dalam hal yang menjadi kewenangan absolut peradilan agama itu sendiri mengenai perkara waris, wasiat, wakaf, hibah, perceraian, sadaqah, infak, zakat, dan ekonomi syariah dan hubungan hukum lainnya yang berdasarkan hukum Islam, sedangkan Hukum Acara Peradilan Perdata Umum prosesnya sepenuhnya menggunakan ketentuan dalam HIR/Rbg dan sumber hukum lainnya yang ditujukan terhadap perkara perdata umumnya. Selanjutnya perbedaan dilihat khusus dari perkara peceraian bahwa dalam Hukum Acara Peradilan Agama tidak mengacu pasal 118 HIR tetapi mengacu ke Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 yaitu berperspektif perempuan, sedangkan dalam Hukum Acara Perdata Umum menggunakan ketentuan pasal 118 HIR dan berlaku asas actor sequitor forum rei. Kemudian dalam proses pembuktian perkara perceraian dalam Hukum Acara Peradilan Agama saksi diutamakan dari kalangan keluarga dan ada ketentuan untuk saksi perempuan minimal dua orang sebagai perimbangan saksi seorang lakilaki, selain saksi berlaku ketentuan dalam HIR, mengenal proses li an (perceraian dengan alasan zina tetapi hanya berlaku bagi suami atau laki-laki), dan tidak membedakan pengertian antara gugatan dan permohonan (sama-sama mengandung sengketa), hanya saja permohonan diajukan oleh suami (pihak laki-laki) dan gugatan diajukan oleh istri (pihak perempuan), sedangakan dalam Hukum Acara Perdata Umum pembuktian perkara perceraian saksi-saksi (bukan keluarga/saudara, bukan mantan suami/istri) dan berlaku ketentuan dalam HIR, tidak mengenal proses li an serta membedakan pengertian antara gugatan dan permohonan. Halaman 5

3. Dalam Pasal 59 Undang-undang Peradilan Agama menyebutkan pada prinsipnya Hukum Acara yang berlaku pada Pengadilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum KECUALI yang diatur secara khusus oleh undang-undang ini. a. Apa makna KECUALI yang dicetak tebal diatas, jelaskan! Maknanya bahwa sumber hukum pada Hukum Acara Peradilan sepenuhnya adalah undangundang ini. Undang-undang ini yang dimaksud adalah Undang-undang Peradilan Agama. Kemudian yang dimaksud KECUALI yaitu segala hal perkara lain diatur juga oleh perundang-undang lain yang diiatur secara khusus oleh undang-undang ini. Secara sederhananya bahwa ada sumber hukum lain mengenai penyelesaian perkara hukum perdata dalam Pengadilan Agama. b. Sebutkan dan jelaskan pengecualian yang dimaksud dalam pasal tersebut! Pengecualian yang dimaksud dalam pasal tersebut adalah perkara perdata dalam Pengadilan Agama yang mempunyai aturan khusus, misalnya Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 1991 tentang penggunaan Kompilasi Hukum Islam sebagai pedoman dalam penyelesaian masalah-masalah di bidang Perkawinan, Perwakafan dan Kewarisan serta Surat Edaran Mahkamah Agung sepanjang menyangkut Hukum Acara Perdata dalam Pengadilan Agama. 4. Kekuasaan mengadili suatu pengadilan dibatasi dengan Kompetensi Absolut (Kekuasaan Absolut) dan Kompetensi Relatif (Kekuasaan Relatif). a. Jelaskan apa yang disebut dengan Kompetensi Absolut (Kekuasaan Absolut) Pengadilan Agama dan apa saja bidang-bidang perkara yang menjadi kewenangan absolut Pengadilan Agama tersebut? Kompetensi Absolut (Kekuasaan Absolut) Pengadilan Agama adalah kekuasaan pengadilan di lingkungan Peradilan Agama yang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara perdata tertentu di kalangan orang-orang yang beragama Islam. Adapun maksud dari perkara perdata tertentu diatur dalam pasal 49 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1986 Tentang Peradilan Agama bahwa Peradilan Agama memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara waris, wasiat, wakaf, hibah, perceraian, sadaqah, infak, zakat, dan ekonomi syariah. Halaman 6

b. Jelaskan apa yang disebut Kompetensi Relatif (Kekuasaan Relatif) Pengadilan Agama dan bagaimana ketentuan komptensi relatif Peradilan Agama sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989. Jelaskan! Kompetensi Relatif (Kekuasaan Relatif) Pengadilan Agama adalah mengatur pembagian kekuasaan antara pengadilan yang serupa, tergantung dari tempat tinggal tergugat mau menyelesaikan perkaranya di Pengadilan Agama Kotamadya atau Ibukota Kabupatennya dan atau melanjutkan perkaranya di Pengadilan Tinggi Agama Ibukota Provinsi sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989. 5. Sebutkan asas-asas dalam Hukum Acara Peradilan Agama, minimal 4 (empat) macam? a. Asas personalitas ke-islaman, bahwa yang tunduk dan yang dapat ditundukkan kepada kekuasaan peradilan agama, hanya mereka yang mengaku dirinya beragama Islam. Asas personalitas ke-islaman diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Pasal 2 Penjelasan Umum alenia ketiga dan Pasal 49 terbatas pada perkara-perkara yang menjadi kewenangan peradilan agama. Ketentuan yang melekat pada Undang-undang No. 3 Tahun 2006 Tentang asas personalitas ke-islaman adalah para pihak yang bersengketa harus samasama beragama Islam, perkara perdata yang disengketakan mengenai waris, wasiat, wakaf, hibah, perceraian, sadaqah, infak, zakat, dan ekonomi syariah serta ubungan hukum yang melandasi berdasarkan hukum Islam, oleh karena itu acara penyelesaiannya berdasarkan hukum Islam. b. Asas ishlah (upaya perdamaian), upaya perdamaian diatur dalam Pasal 39 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 31 PP No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tentang Perkawinan jo. Pasal 65 dan Pasal 82 (1) dan (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Pasal 115 KHI, jo. Pasal 16 (2) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Islam menyuruh untuk menyelesaikan setiap perselisihan dengan melalui pendekatan atau ishlah. Oleh karena itu, tepat bagi para hakim peradilan agama untuk menjalankan fungsi mendamaikan, sebab bagaimanapun adilnya suatu putusan, pasti lebih cantik dan lebih adil hasil putusan itu berupa perdamaian. c. Asas terbuka untuk umum diatur dalam pasal 59 (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang jo. Pasal 19 (3) dan (4) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004. Sidang pemeriksaan perkara di Pengadilan Agama adalah terbuka untuk umum, kecuali undang-undang Halaman 7

menentukan lain atau jika hakim dengan alasan penting yang dicatat dalam berita acara sidang memerintahkan bahwa pemeriksaan secara keseluruhan atau sebagian akan dilakukan dengan sidang tertutup. Adapun pemeriksaan perkara di Pengadilan Agama yang harus dilakukan dengan sidang tertutup adalah berkenaan dengan pemeriksaan permohonan cerai talak dan atau cerai gugat. d. Asas equality, detiap orang yang berperkara dimuka sidang pengadilan adalah sama hak dan kedudukannya, sehingga tidak ada perbedaan yang bersifat diskriminatif baik dalam diskriminasi normatif maupun diskriminasi kategoris. Adapun patokan yang fundamental dalam upaya menerapkan asas equality pada setiap penyelesaian perkara di persidangan adalah: 1) Persamaan hak dan derajat dalam proses pemeriksaan persidangan pengadilan atau equality before the law. 2) Hak perlindungan yang sama oleh hukum atau equality protection on the law. 3) Mendapat hak perlakuan yang sama di bawah hukum atau equality justice under the law. e. Asas aktif memberi bantuan, terlepas dari perkembangan praktik yang cenderung mengarah pada proses pemeriksaan dengan surat atau tertulis, hukum acara perdata yang diatur dalam HIR dan RBg sebagai hukum acara yang berlaku untuk lingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Agama sebagaimana yang tertuang pada Pasal 54 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama. f. Asas upaya hukum banding, terhadap putusan pengadilan tingkat pertama dapat dimintakan banding kepada Pengadilan Tinggi oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undangundang menentukan lain. g. Asas upaya hukum kasasi, terhadap putusan pengadilan dalam tingkat banding dapat dimintakan kasasi kepada Mahkamah Agung oleh para pihak yang bersangkutan, kecuali undang-undang menentukan lain. h. Asas upaya hukum peninjauan kembali, terhadap putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undangundang. Dan terhadap putusan peninjauan kembali tidak dapat dilakukan peninjauan kembali. i. Asas pertimbangan hukum (racio decidendi), segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan tersebut, memuat pula paal tertentu dan peraturan perundangundangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. Halaman 8

6. Asas Personalitas ke-islaman diatur dalam Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan Asas Personalitas ke-islaman dan bagaimana ketentuan yang melakat pada asas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Asas Personalitas ke- Islaman tersebut! Berikan contohnya! Maksudnya bahwa yang tunduk dan yang dapat ditundukkan kepada kekuasaan peradilan agama, hanya mereka yang mengaku dirinya beragama Islam. Asas personalitas ke-islaman diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Pasal 2 Penjelasan Umum alenia ketiga dan Pasal 49 terbatas pada perkara-perkara yang menjadi kewenangan peradilan agama. Ketentuan yang melekat pada Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 mengenai asas personalitas ke-islaman adalah para pihak yang bersengketa harus sama-sama beragama Islam, perkara perdata yang disengketakan mengenai waris, wasiat, wakaf, hibah, perceraian, sadaqah, infak, zakat, dan ekonomi syariah serta hubungan hukum yang melandasi berdasarkan hukum Islam, oleh karena itu acara penyelesaiannya berdasarkan hukum Islam. Contohnya mengenai perkara perceraian, yang digunakan sebagai ukuran menentukan berwenang tidaknya Pengadilan Agama adalah hukum Islam. Letak asas personalitas ke-islaman berpatokan pada saat terjadinya hubungan hukum, artinya patokan menentukan ke-islaman seseorang didasarkan pada faktor formil tanpa mempersoalkan kualitas ke-islaman yang bersangkutan. Jika seseorang mengaku beragama Islam, pada dirinya sudah melekat asas personalitas ke-islaman. Fakta dan buktinya dapat ditemukan dari KTP, sensus kependudukan dan surat keterangan lain. Kemudian mengenai patokan asas personalitas ke-islaman berdasar saat terjadinya hubungan hukum, ditentukan oleh dua syarat yaitu pertama, pada saat terjadinya hubungan hukum kedua pihak sama-sama beragama Islam, dan yang kedua, hubungan hukum yang melandasi keperdataan tertentu tersebut berdasarkan hukum Islam, oleh karena itu cara penyelesaiannya berdasarkan hukum Islam. Halaman 9

7. Pasal 49 Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 mengatur tentang Kewenangan Absolut Peradilan Agama dan Pasal 66 ayat (2) dan Pasal 73 ayat (1) Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 mensyaratkan pengaturan tentang kewenangan Relatif. Bagaimana Saudara menafsirkan terhadap pasal-pasal tersebut yang berkaitan dengan proses beacara di Pengadilan Agama? Pasal 66 ayat (2) mengatur mengenai cerai talak dengan tafsiran sebagai berikut: a. Apabila suami/pemohon yang mengajukan permohonan cerai talak maka yang berhak memeriksa perkara adalah Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi kediaman istri/termohon. b. Suami/pemohon dapat mengajukan permohonan cerai talak ke Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi kediaman suami/pemohon apabila istri/termohon secara sengaja meninggalkan tempat kediaman tanpa izin suami. c. Apabila istri/termohon bertempat kediaman di luar negeri maka yang berwenang adalah Pengadilan Agama yang meliputi kediaman suami/pemohon. d. Apabila kedua (suami atau istri) bertempat kediaman di luar negeri, yang berhak adalah Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi tempat pelaksanaan perkawinan atau Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Kemudian pasal 73 ayat (1) mengatur mengenai gugat cerai dengan tafsiran sebagai berikut: a. Pengadilan Agama yang berwenang memeriksa perkara cerai gugat adalah Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi kediaman istri/penggugat. b. Apabila istri/penggugat secara sengaja meninggalkan tempat kediaman tanpa izin suami maka perkara gugat cerai diajukan ke Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi kediaman suami/tergugat. c. Apabila istri/penggugat bertempat kediaman di luar negeri maka yang berwenang adalah Pengadilan Agama yang meliputi kediaman suami/tergugat. d. Apabila keduanya (suami atau istri) bertempat kediaman di luar negeri, yang berhak adalah Pengadilan Agama yang wilayah hukumnya meliputi tempat pelaksanaan perkawinan atau Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Halaman 10

8. Coba Saudara jelaskan kemungkinan apa yang terjadi dalam proses Mediasi, dan bagaimana dampak terhadap perkara sendiri! Mediasi dilakukan jika ada dua belah pihak atau lebih yang bersengketa atau beda pendapat dan keduanya bersepakat untuk menyelesaikan sengketa atau beda pendapat tersebut di luar pengadilan melalui bantuan mediator yang ditunjuk oleh kedua belah pihak. Artinya, kedua belah pihak harus sepakat untuk mediasi, dan mediasi tidak akan terjadi jika hanya ada satu pihak saja. Adapun kemungkinan yang terjadi dalam Mediasi, yaitu: 1) Berhasil, apabila mediasi berhasil dilakukan, maka perkara tidak akan dilanjutkan dalam persidangan, melainkan hasil Mediasi akan dijadikan Akta Perdamaian sebagaimana tercantum dalam pasal 1 angka 10 Perma No. 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Dengan demikian, konsekuensi dari terlahirnya akta perdamaian dapat dilakukan pencabutan permohonan. 2) Gagal, apabila mediasi tidak berhasil (gagal), maka konsekuensinya yaitu proses persidangan dilanjutkan kembali sebagaimana mestinya. Yakni dalam hal ini setelah pembacaan tuntutan dilanjutkan kepada tahap jawaban tergugat, replik, duplik, pembuktian, putusan, hingga menggunakan proses upaya hukum biasa yaitu banding dan kasasi, kemudian upaya hukum luar biasa yaitu peninjauan kembali (PK) supaya pada akhirnya melahirkan putusan yang incracht (putusan yang tetap dan mempunyai kekuatan hukum). Halaman 11