BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan perkara di lingkungan peradilan agama, khususnya di pengadilan
|
|
- Ratna Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelesaian perkara di lingkungan peradilan agama sebagaimana lingkungan peradilan lainnya tidak hanya dilakukan oleh hakim sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman 1, akan tetapi dilakukan secara bersama-sama dengan aparat peradilan agama lainnya yaitu kepaniteraan, kejurusitaan dan kesekretariatan. Peradilan agama dijalankan oleh Pengadilan Agama sebagai pengadilan tingkat pertama dan Pengadilan Tinggi Agama sebagai pengadilan tingkat banding. Dalam menyelesaikan perkara di lingkungan peradilan agama, khususnya di pengadilan agama dibutuhkan kerja sama dan koordinasi antar aparat pengadilan agama, mulai dari hakim, panitera/panitera pengganti sampai jurusita/jurusita pengganti yang sehari-hari melaksanakan pemanggilan dan pemberitahuan kepada para pihak. Perkara-perkara yang terdaftar di pengadilan agama diselesaikan dalam kerangka satu sistem kerja, di mana antara satu bagian dengan bagian lainnya harus saling menunjang. Apabila salah satu bagian tidak bekerja dalam kerangka sistem tersebut, maka mustahil suatu perkara dapat diselesaikan dengan baik. Misalnya jurusita/jurusita pengganti tidak melaksanakan panggilan secara sah dan patut, maka hakim pasti tidak dapat memutus perkara lebih cepat karena persidangan akan 1 Pasal 11 ayat (1) UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana telah dirubah yang kedua dengan UU No. 50 Tahun 2009: Hakim pengadilan adalah pejabat yang melakukan tugas kekuasaan kehakiman. 1
2 ditunda-tunda, akibatnya asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan 2 tidak dapat terlaksana. Salah satu cara mencegah terjadinya ketidaksinergian aparat pengadilan agama dalam menyelesaikan perkara yang menjadi kewenangannya adalah dengan menerapkan sistem atau pola penyelesaian perkara dari segi administrasi, sebab pengadministrasian yang baik akan mendorong aparat peradilan bekerja dengan rapi, terpola dan bersinergi. Oleh karena itu, pada tahun 1991 Ketua Mahkamah Agung mengeluarkan surat yang menetapkan Pola-pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi perkara yang dikenal dengan Pola Bindalmin 3. Pola-pola itu meliputi prosedur penyelenggaraan administrasi perkara (tingkat pertama, banding, kasasi dan peninjauan kembali), registrasi perkara, keuangan perkara, laporan perkara dan kearsipan perkara. Surat Ketua Mahkamah Agung tersebut dikeluarkan dalam rangka mewujudkan peradilan agama sebagai Court of Law yang cirinya adalah mandiri, berpegang teguh kepada hukum acara yang benar dan melaksanakan administrasi peradilan yang tertib 4. Hal ini karena pada waktu itu peradilan agama baru saja mempunyai landasan hukum berupa undang-undang yakni Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 dan dengan undang-undang tersebut, pengadilan agama benar-benar menjadi peradilan yang mandiri yang dapat melaksanakan sendiri putusannya. Sebelum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama tersebut, 2 Pasal 2 ayat (4) UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. 3 Surat Ketua Mahkamah Agung Nomor KMA/001/SK/1991 tanggal 24 Januari Sambutan Ketua Muda MARI Urusan Lingkungan Peradilan Agama, Mei
3 putusan Pengadilan Agama harus mendapatkan fiat eksekusi terlebih dahulu oleh Ketua Pengadilan Negeri baru dapat dilaksanakan, sehingga saat itu pengadilan agama sering disebut pengadilan semu. Dalam undang-undang tersebut telah disebutkan kewenangan-kewenangan pengadilan agama yaitu bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, wakaf dan sadaqah 5, dan telah ditambah dengan kewenangan baru yaitu zakat, infaq dan ekonomi syariah 6. Demikian pula di dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang memperkenankan pilihan hukum untuk perkara waris telah dihapus oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun Mengenai hukum acara yang berlaku di lingkungan peradilan agama belum berubah sehubungan dengan perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tersebut. Perkara-perkara tersebut diperiksa, diputus dan diselesaikan dengan menerapkan hukum acara perdata yang berlaku di lingkungan peradilan umum, kecuali yang diatur secara khusus di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun Oleh karena itu, apabila tidak ada ketentuan hukum acara yang khusus di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, maka proses pemeriksaan perkara-perkara 5 Pasal 49 UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. 6 Pasal 49 UU No. 3 Tahuin 2006 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana telah dirubah dengan UU No. 50 Tahun 2009; 7 Penjelasan Umum UU No. 3 Tahun 2006 alinea kedua bagian terakhir. 8 Pasal 54 UU No. 7 Tahun 1989 sebagaimana telah dirubah dengan UU No. 3 Tahuin 2006 dan UU No. 50 Tahun
4 tersebut, menggunakan HIR/R.Bg. atau Buku IV KUH Perdata yang juga mengatur tentang pembuktian. Di dalam praktik, seiring dengan perkembangan kewenangan pengadilan agama, jumlah perkara yang diajukan oleh masyarakat pencari keadilan (yustisiabel) semakin besar baik dari segi kuantitas maupun jenisnya. Jenis perkara yang paling banyak adalah perkara cerai yang terdiri dari cerai talak dan cerai gugat. Cerai talak adalah jenis perkara cerai yang pengajuannya dilakukan oleh suami yang berkedudukan sebagai pemohon dan isteri berkedudukan sebagai termohon. Sedangkan cerai gugat yaitu jenis perkara cerai yang pengajuannya dilakukan oleh isteri, kedudukannya disebut penggugat dan suami berkedudukan sebagai tergugat. Oleh karena dua jenis perkara cerai ini sangat dominan dibandingkan dengan jenis perkara lain, maka sering kali diperiksa dan diputus tanpa mengalami kesulitan yang berarti, baik dari segi hukum materiil maupun hukum formil (hukum acara). Jenis perkara cerai sudah dianggap sebagai sarapan paginya hakim-hakim dan jajaran pengadilan agama, sehingga tidak mengherankan apabila hakim-hakim dianggap sudah sangat mahir dalam memeriksa dan memutus perkara-perkara perceraian tersebut. Untuk jenis-jenis perkara lainnya yang termasuk dalam kompetensi absolut pengadilan agama, kuantitasnya masih sangat terbatas, misalnya perkara waris, izin poligami, harta bersama, wali adhal, lebih-lebih perkara ekonomi syariah yang memang sampai saat ini masih sangat langka, khususnya di Pengadilan Agama Sleman belum pernah diajukan perkara ekonomi syariah. Pada saat jumlah dan jenis perkara semakin banyak, maka Pola Bindalmin yang diterapkan sejak tahun 1991 terasa tidak memadai lagi, terutama dari segi 4
5 pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan waktu. Jumlah dan jenis perkara yang semakin banyak tidak dapat dijadikan sebagai alasan keterlambatan pelayanan. Pada sisi yang lain, paradigma peradilan yang modern, terbuka (transparan) dan akuntabel tidak dapat lagi diwadahi secara maksimal oleh Pola Bindalmin dengan sistem kerja manual. Dalam rangka peningkatan kinerja hakim dan aparat peradilan lainnya, transparansi dan akuntabilitas lembaga peradilan agama, maka Pola Bindalmin yang berbasis teknologi konvensional seperti penggunaan mesin ketik manual (konvensional) dan penulisan buku-buku register dengan tulisan tangan, kemudian dikembangkan dengan cara komputerisasi. Pada tahun 2000 Pengadilan Agama Malang memulai dengan Sistem Informasi Administrasi Peradilan Agama atau yang singkat dengan Siadpa, kemudian dicoba diikuti oleh pengadilan-pengadilan agama yang kuantitas perkaranya cukup tinggi, diantaranya oleh Pengadilan Agama Sleman yang menerima rata-rata 800 perkara setiap tahun. Upaya meningkatkan kinerja hakim dan aparat pengadilan agama lainnya melalui penerapan Siadpa dapat dilihat dari bagian-bagian Siadpa yaitu Siadpa Register, Siadpa Keuangan (Siadpa KIPA), Siadpa Laporan Perkara (Siadpa LIPA). Ketiga bagian ini menunjukkan bahwa proses penyelesaian perkara di pengadilan agama berkaitan dengan biaya dan administrasi serta laporan perkara, putusan hakim hanya merupakan salah satu bagian namun mempunyai kedudukan istimewa sebagai produk pengadilan. Keistimewaan putusan hakim terletak pada kedudukannya yang menetapkan atau menegaskan apakah hukumnya bagi kedua belah pihak yang 5
6 berperkara... 9, yang lainnya penetapan majelis dan hari sidang, surat panggilan dan berita acara persidangan serta tindakan-tindakan lainnya hanya merupakan proses menuju putusan atau penetapan dijatuhkan oleh hakim. Untuk memenuhi aspek transparansi dan akuntabilitas publik, Pengadilan Agama Sleman telah mempunyai situs ( sebagai realisasi Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 144/KMA/SK/VIII/2007 tentang Keterbukaan Informasi di Pengadilan. Setiap orang berhak memperoleh informasi dari pengadilan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. 10 Standar pelayanan informasi pengadilan yaitu menyediakan informasi yang bersifat terbuka dan dapat diakses publik, serta pengadilan tidak dapat mewajibkan pemohon informasi untuk menyebutkan alasan atau tujuan permohonan informasi yang secara tegas dinyatakan sebagai informasi yang bersifat terbuka dan dapat diakses oleh publik 11. Keterbukaan informasi pengadilan tersebut sekaligus merupakan pertanggungjawaban kepada masyarakat (akuntabilitas publik) sehingga masyarakat umum sudah dapat memperoleh informasi tentang suatu perkara dan dapat memantau kinerja hakim atau aparat pengadilan lainnya melalui situs yang dimiliki pengadilan. Untuk mengisi data-data ke dalam situs tersebut dibutuhkan dukungan program komputer penyedia data yang akurat dan mudah dipindahkan secara cepat. 9 Sudikno Mertokusumo, 1983, Sejarah Peradilan dan Perundang-Undangannya di Indonesia sejak 1942 dan Apakah Kemanfaatannya bagi kita Bangsa Indonesia, Disertasi, Cetakan Kedua, tanpa penerbit Liberty, Yogyakarta, hal KMA No. 144/KMA/SK/VIII/2007, Pasal Ibid, Pasal 3 6
7 Oleh karena itu, pengadministrasian perkara dengan program Siadpa ternyata dapat mewadahi kebutuhan kecepatan, akurasi dan pemutakhiran data ke dalam situs Pengadilan Agama Sleman tersebut. Jika Pola Bindalmin tidak dikembangkan dengan program Siadpa, maka pengisian data ke dalam situs tersebut tidak dapat dilakukan dengan cepat dan akurat, sehingga data-datanya tidak mutakhir. Cara mendapatkan informasi di pengadilan dapat dilakukan dengan menempatkan papan pengumuman di setiap pengadilan atau menggunakan sarana penyebaran informasi lain sesuai dengan perkembangan teknologi dan kemampuan anggaran pengadilan. 12 Siadpa tersebut kemudian dikembangkan penggunaannya untuk mempermudah pembuatan surat gugatan penggugat yang meminta bantuan ke pengadilan agama, pembuatan relaas-relaas panggilan dan pemberitahuan, serta penyusunan berita acara persidangan dan pengetikan putusan. Siadpa ini merupakan sistem jaringan di mana antara satu komputer dengan komputer yang lain saling terhubung di dalam kantor pengadilan agama, sehingga sangat mempermudah mendapatkan data suatu perkara yang dibutuhkan. Dari sistem tersebut terdapat pemikiran bahkan telah dipraktikkan penggunaannya untuk membuat standardisasi (pembakuan) putusan atas perkaraperkara yang dianggap sederhana dan sangat rutin. Sistem itu dapat digunakan untuk membuat konsep putusan yang baku, khususnya penerapan pasal-pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang paling sering dipakai sebagai dasar hukum untuk memutus suatu perkara. Salah satu contoh perkara yang dianggap sederhana 12 Ibid, Pasal 7 ayat (1) 7
8 adalah perkara cerai dengan alasan bahwa antara suami-isteri terjadi pertengkaran yang terus-menerus dan tidak ada harapan lagi untuk rukun kembali yang diputus berdasarkan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam (Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991). Perkara-perkara yang digolongkan sederhana tersebut, dengan menggunakan Siadpa, cukup diganti nomor perkaranya, identitas pihak-pihak dan saksi-saksinya, keterangan saksi dan spesifikasi alat-alat bukti tertulisnya serta nama-nama majelis dan waktu persidangannya, sedangkan pertimbangan-pertimbangan hukumnya sudah dibakukan. Cara ini merupakan salah satu alternatif solusi dari kesulitan-kesulitan menyelesaikan perkara yang jumlahnya cukup besar dalam waktu yang singkat. Dari aspek teknis penyelesaian perkara khususnya pembuatan putusan, sistem ini sangat membantu para hakim pengadilan agama dalam menyelesaikan perkara-perkara yang cukup besar jumlahnya. Akan tetapi, dari aspek materi dan kualitas putusannya sangat meragukan, bahkan dapat menghasilkan putusan-putusan yang bersifat mekanis dan sangat dangkal pertimbangan hukumnya. Putusan-putusan yang dijatuhkan berpotensi tidak lagi mengandung alasan-alasan yang kuat (argumentatif) atau kurang cukup dipertimbangkan (onvoldoende gemotiveerd) 13 untuk menjatuhkan suatu putusan. Kehadiran sistem tersebut pada satu sisi akan mempermudah penyelesaian perkara-perkara di pengadilan agama, akan tetapi pada sisi yang lain akan berbenturan dengan sifat putusan yang harus memuat pertimbangan-pertimbangan 13 Sudikno Mertokusumo, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi Ketujuh, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hal
9 yang argumentatif dan logis serta kasuistis untuk dijatuhkannya suatu putusan. Hal ini perlu ditegaskan karena putusan pengadilan hanya mengikat orang-orang tertentu saja dan tidak mengikat setiap orang secara umum seperti undang-undang. 14 Dengan demikian pertimbangan-pertimbangan hukum yang digunakan pada putusan atas perkara yang satu tidak dapat dijadikan pertimbangan hukumnya sebagai pertimbangan hukum pada putusan atas perkara yang lain, walaupun alasan-alasan dan peristiwanya nampak tidak berbeda satu sama lain. Setiap perkara sifatnya kasuistis dan tidak satupun perkara yang persis sama peristiwanya dengan perkara yang lain. Upaya membakukan pertimbangan-pertimbangan hukum majelis hakim dalam putusan untuk perkara-perkara sederhana yang memiliki alasan dan persitiwa yang hampir sama, perlahan tapi pasti akan membentuk putusan-putusan yang mekanis di pengadilan agama walaupun dalam rangka mempercepat penyelesaian perkara. Dalam penelitian ini pula akan dikaji korelasi antara penggunaan Sistem Informasi Administrasi Pengadilan Agama (Siadpa) dalam penyelesaian perkara dengan peningkatan kinerja, transparansi dan akuntabilitas di Pengadilan Agama Sleman. Dari hasil penelitian itu, penulis akan mendeskripsikannya dalam tesis yang diberi judul: Penyelesaian Perkara dengan Sistem Informasi Administrasi Pengadilan Agama (Siadpa) di Pengadilan Agama Sleman (Upaya Meningkatkan Kinerja, Transparansi dan Akuntabilitas Peradilan Agama). 14 Sudikno Mertokusumo, 2005, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Edisi Kedua, Penerbit Liberty, Yogyakarta, hal
10 B. Permasalahan 1. Bagaimanakah penyelesaian perkara dengan Sistem Informasi Administrasi Pengadilan Agama (Siadpa) di Pengadilan Agama Sleman? 2. Apakah putusan yang dihasilkan dari Sistem Informasi Administrasi Pengadilan Agama (Siadpa) di Pengadilan Agama Sleman tetap mengacu kepada Berita Acara Persidangan? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penyelesaian perkara dengan Sistem Informasi Administrasi Pengadilan Agama (Siadpa) di Pengadilan Agama Sleman. 2. Untuk mengetahui putusan dengan Sistem Informasi Administrasi Pengadilan Agama (Siadpa) di Pengadilan Agama Sleman tetap atau tidak mengacu kepada Berita Acara Persidangan. D. Manfaat Penelitian 1. Dari Segi Teori Hasil penelitian ini diharapkan menjadi literatur yang dapat mendorong kajiankajian ilmiah atau penelitian-penelitian mengenai penyelesaian perkara dengan Sistem Informasi Administrasi Pengadilan Agama (Siadpa), sehingga upaya mewujudkan peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan, transparan dan akuntabel mempunyai landasan teori yang memadai. 2. Dari Segi Praktik Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempermudah penyelesaian perkara di pengadilan agama yang menerima perkara dalam jumlah yang cukup besar setiap 10
11 tahun, namun tetap memperhatikan tiga ide des recht yang harus terkandung dalam setiap putusan, yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. E. Keaslian Penelitian Pokok kajian penelitian ini mengenai penyelesaian perkara dengan Sistem Informasi Administrasi Pengadilan Agama (Siadpa) di Pengadilan Agama Sleman, (Upaya Meningkatkan Kinerja, Transparansi dan Akuntabilitas Peradilan Agama), sepanjang pengetahuan peneliti, belum pernah diteliti sebelumnya, khususnya di wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta. Penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya oleh peneliti. 11
BAB I PENDAHULUAN. tingkat banding. Dalam menyelesaikan perkara di lingkungan peradilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelesaian perkara di lingkungan peradilan agama sebagaimana lingkungan peradilan lainnya tidak hanya dilakukan oleh hakim sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman1,
Lebih terperinciDrs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat
PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN JLN. ASAHAN KM. 3 TELP/FAX (0622) 7551665 E-MAIL : pasimalungun@gmail.com SIMALUNGUN Nomor SOP W2-A12/ /OT.01.3/I/2017 Tanggal Pembuatan 28 Maret 2016 Tanggal Revisi 03 Januari
Lebih terperinciRIVIU DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA LAMONGAN
PENGADILAN AGAMA LAMONGAN RIVIU DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA LAMONGAN TAHUN 2010-2014 KATA PENGANTAR Sehubungan dengan usaha penguatan akuntabilitas kinerja sebagaimana diatur dalam Intruksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia berdasarkan pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Lebih terperinciSILABUS SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI PENGADILAN AGAMA (SIADPA Plus) PADA KOMPETENSI TENAGA TEKNIS PERADILAN AGAMA
SILABUS SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI PENGADILAN AGAMA (SIADPA ) PADA KOMPETENSI TENAGA TEKNIS PERADILAN AGAMA DIREKTORAT PEMBINAAN ADMINISTRASI PERADILAN AGAMA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN AGAMA
Lebih terperinciDOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG TAHUN
DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG TAHUN 2015-2019 PENGADILAN AGAMA KABUPATEN MALANG Jl. Panji No. 202 Kepanjen Malang Telp (0341) 397200 Faks. (0341) 395786 email. Pa.kab.malang@gmail.com
Lebih terperinciDrs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak
PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN JLN. ASAHAN KM. 3 TELP/FAX (0622) 7551665 E-MAIL : pasimalungun@gmail.com SIMALUNGUN Nomor SOP W2-A12/ /OT.01.3/I/2017 Tanggal Pembuatan 28 Maret 2016 Tanggal Revisi 03 Januari
Lebih terperinciDOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG TAHUN
DOKUMEN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG TAHUN 2010-2014 PENGADILAN AGAMA KABUPATEN MALANG Jl. Panji No. 202 Kepanjen Malang Telp (0341) 397200 Faks. (0341) 395786 email. Pa.kab.malang@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Kebijakan Umum Peradilan
BAB I PENDAHULUAN A. Kebijakan Umum Peradilan Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006
Lebih terperinciPutusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di
79 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TIDAK DITERAPKANNYA KEWENANGAN EX OFFICIO HAKIM TENTANG NAFKAH SELAMA IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI PUTUSAN NOMOR:1110/Pdt.G/2013/PA.Mlg) Putusan di atas merupakan
Lebih terperinciBAB IV. rumah tangga dengan sebaik-baiknya untuk membentuk suatu kehidupan. tangga kedua belah pihak tidak merasa nyaman, tenteram dan mendapaatkan
58 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM PENGADILAN AGAMA SIDOARJO DALAM MEMUTUSKAN PERCERAIAN PASANGAN YANG MENIKAH DUA KALI DI KUA DAN KANTOR CATATAN SIPIL NOMOR: 2655/PDT.G/2012/PA.SDA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dinyatakan bahwa Kekuasaan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dinyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Lebih terperinciSEKITAR PEMERIKSAAN SETEMPAT DAN PERMASALAHANNYA ( Oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim Tinggi PTA Mataram )
SEKITAR PEMERIKSAAN SETEMPAT DAN PERMASALAHANNYA ( Oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim Tinggi PTA Mataram ) A. Pendahuluan : 1. Pengertian Pemeriksaan Setempat Pemeriksaan Setempat atau descente ialah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia, sebagai negara
Lebih terperinciKEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/KMA/SK/VIII/2007 TAHUN 2007 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN
KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG NOMOR 144/KMA/SK/VIII/2007 TAHUN 2007 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN KETUA MAHKAMAH AGUNG, Menimbang : a. bahwa proses peradilan yang transparan merupakan salah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG Nomor: 7 TAHUN 1989 Tentang PERADILAN AGAMA Tanggal: 29 DESEMBER 1989 (JAKARTA) LN 1989/49; TLN NO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG Nomor: 7 TAHUN 1989 Tentang PERADILAN AGAMA Tanggal: 29 DESEMBER 1989 (JAKARTA) LN 1989/49; TLN NO. 3400 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM
57 BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Putusan N0.251/Pdt.G/2013 PA.Sda Dalam memutuskan setiap Perkara di dalam persidangan hakim tidak serta merta memutuskan perkara
Lebih terperinciBAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1
54 BAB IV KEKUATAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA PURWOREJO NO. 0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr. DENGAN PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SEMARANG NO. 224/ Pdt.G/2011/PTA.Smg. TENTANG CERAI TALAK A. Kekuatan Yuridis
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1989 (AGAMA. KEHAKIMAN. PERADILAN. Perkawinan. Perceraian. Warisan. Warganegara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3400) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dinyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Lebih terperinciDrs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pencabutan Perkara Tingkat Pertama
PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN JLN. ASAHAN KM. 3 TELP/FAX (0622) 7551665 E-MAIL : pasimalungun@gmail.com SIMALUNGUN Nomor SOP W2-A12/ /OT.01.3/I/2017 Tanggal Pembuatan 28 Maret 2016 Tanggal Revisi 03 Januari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudian diperbaharui dengan UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang kemudian diperbaharui dengan UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Lebih terperinciP E N E T A P A N. Nomor : XXX/Pdt.G/2011/PA.Ktb BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.
P E N E T A P A N Nomor : XXX/Pdt.G/2011/PA.Ktb BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu
Lebih terperinciPERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA PENGADILAN TINGKAT PERTAMA. No Kinerja Utama Indikator Kinerja Utama Penjelasan Penanggung Jawab Sumber Data
PENGADILAN AGAMA BREBES KELAS IA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENGADILAN TINGKAT PERTAMA No Kinerja Utama Indikator Kinerja Utama Penjelasan Penanggung Jawab Sumber Data 1 Peningkatan Penyelesaian Upaya Mediasi
Lebih terperinci- Bahwa penggugat adalah istri sah tergugat, telah melangsungkan pernikahan di. P U T U S A N Nomor: 622 / Pdt.G/2011/PA Prg.
1 P U T U S A N Nomor: 622 / Pdt.G/2011/PA Prg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pinrang yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu
Lebih terperinciSTANDAR PELAYANAN PADA BADAN PERADILAN AGAMA (KMA
STANDAR PELAYANAN PADA BADAN PERADILAN AGAMA (KMA Nomor 026/KMA/SK/II/2012) A. Dasar Hukum 1. HIR/Rbg 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 3. Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor 015/Pdt.G/2014/PA.Mtk
PUTUSAN Nomor 015/Pdt.G/2014/PA.Mtk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Mentok yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu dalam persidangan
Lebih terperinciIS BAT WAKAF SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM ATAS
BAB III IS BAT WAKAF SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM ATAS WAKAF TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT A. Kewenangan Peradilan Agama Tugas dan kewenangan peradilan agama sangat terkait dengan kekuasaan peradilan dalam
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor 153/Pdt.G/2014/PA.Mtk
P U T U S A N Nomor 153/Pdt.G/2014/PA.Mtk DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Mentok yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu dalam persidangan Majelis Hakim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Kebijakan Umum Peradilan
BAB I PENDAHULUAN A. Kebijakan Umum Peradilan Lahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama jo. Undang-Undang Nomor 50
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. 1. profil pengadilan agama malang. No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dengan
BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi Objek penelitian 1. profil pengadilan agama malang Pengadilan Agama Malang terletak di jalan Raden Panji Suroso No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang,
Lebih terperinciPROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA
Tempat Pendaftaran : BAGAN PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA Pengadilan Agama Brebes Jl. A.Yani No.92 Telp/ fax (0283) 671442 Waktu Pendaftaran : Hari Senin s.d. Jum'at Jam 08.00 s.d 14.00 wib PADA PENGADILAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia, sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA PENGADILAN TINGKAT PERTAMA. Lampiran SK.Ketua Pengadilan Agama Brebes Kelas IA No. W11-A2/0525/OT.01.
INDIKATOR KINERJA UTAMA PENGADILAN TINGKAT PERTAMA PENGADILAN AGAMA BREBES KELAS IA Lampiran SK.Ketua Pengadilan Agama Brebes Kelas IA No. W11-A2/0525/OT.01.2/II/2013 No Kinerja Utama Indikator Kinerja
Lebih terperinciGUGURNYA KEKUATAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. Oleh: Drs. H.Abdul Mujib AY,M.H. (Wakil Ketua Pengadilan Agama Tanah Grogot) BAB I PENDAHULUAN
GUGURNYA KEKUATAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA Oleh: Drs. H.Abdul Mujib AY,M.H. (Wakil Ketua Pengadilan Agama Tanah Grogot) BAB I PENDAHULUAN Menurut ketentuan pasal 70 ayat (1), (2), dan (3) bentuk keputusan
Lebih terperinciNOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia, sebagai negara
Lebih terperinciI. Sejarah PA Jakarta Utara
I. Sejarah PA Jakarta Utara Pengadilan Agama Jakarta Utara didirikan dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 63 tahun 1963, yang pada waktu itu bernama Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara dan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciMakalah Rakernas MA RI
Makalah Rakernas MA RI 2011 1 BEBERAPA CATATAN DARI TUADA ULDILAG BAHAN RAKERNAS MARI SEPTEMBER 2011 A. Pengantar Berhubung saya dalam kondisi sakit, maka saya hanya memberi catatan-catatan yang saya anggap
Lebih terperinciBERACARA DI PENGADILAN AGAMA DAN PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH Oleh: Agus S. Primasta, SH 1
BERACARA DI PENGADILAN AGAMA DAN PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH Oleh: Agus S. Primasta, SH 1 Abstraksi Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, semua Pengadilan baik secara teknis
Lebih terperinciPENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat Telp./Fax. (021) sd. 95
\ PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat 11610 Telp./Fax. (021) 58352092 sd. 95 E-Mail: info@pa-jakartabarat.go.id ; Website: www.pa-jakartabarat.co.id A. Dasar
Lebih terperinciRUMUSAN HASIL RAPAT PLENO KAMAR AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 03 S/D 05 MEI
RUMUSAN HASIL RAPAT PLENO KAMAR AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 03 S/D 05 MEI 2012 NO MASALAH JAWABAN 1. Putusan Pengadilan Agama tidak menerima gugatan Penggugat karena bukan termasuk
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor 0560/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor 0560/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Bengkulu yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 52/Pdt.G/2010/PA.Sgr.
SALINAN P U T U S A N Nomor : 52/Pdt.G/2010/PA.Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama
Lebih terperinciSALINAN PUTUSAN Nomor 041/Pdt.G/2014/PA.Mtk
SALINAN PUTUSAN Nomor 041/Pdt.G/2014/PA.Mtk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Mentok yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu dalam
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB III. IZIN POLIGAMI DALAM PUTUSAN NO.1821/Pdt.G/2013/Pa.SDA
BAB III IZIN POLIGAMI DALAM PUTUSAN NO.1821/Pdt.G/2013/Pa.SDA A. Kompetensi Peradilan Agama Sidoarjo 1. Perkara Di Pengadilan Agama Sidoarjo Berbicara tentang perkara di Pengadilan Agama Sidaorjo, ada
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciSTANDAR PELAYANAN PERKARA PERMOHONAN
Lampiran I STANDAR PELAYANAN PERKARA PERMOHONAN 1. Pemohon menyampaikan permohonan kepada Ketua Pengadilan Agama Lamongan. Pengadilan Agama Lamongan mendaftarkan permohonan dalam buku register dan memberi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor: 195/Pdt.G/2011/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
PUTUSAN Nomor: 195/Pdt.G/2011/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Dumai yang melaksanakan sidang di Kantor Urusan Agama Kecamatan Pinggir,
Lebih terperinciLangkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon banding:
Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon banding: 1. Permohonan banding harus disampaikan secara tertulis atau lisan kepada pengadilan agama/mahkamah syar iah dalam tenggang waktu : a. 14 (empat belas)
Lebih terperinciPerkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :
Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya : 1. a. Mengajukan gugatan secara tertulis atau lisan kepada pengadilan agama/mahkamah syar iyah
Lebih terperinciSURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM NOMOR : 3/DJU/HM02.3/6/2014
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM Gedung Sekretariat Mahkamah Agung RI Lantai 3, 4 dan 5 JalanJendral Ahmad Yani Kav. 58 Bypass, Cempaka Putih Timur Jakarta Pusat
Lebih terperinciBAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN
BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN A. Mahkamah Agung dalam Sistem Peradilan Agama di Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPENERAPAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN SERTA ASAS MEMBERIKAN BANTUAN KEPADA PENCARI KEADILAN DI PERADILAN AGAMA
PENERAPAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN SERTA ASAS MEMBERIKAN BANTUAN KEPADA PENCARI KEADILAN DI PERADILAN AGAMA Oleh : Drs.H. Zainir Surzain., S.H., M.Ag I. PENDAHULUAN Peradilan agama adalah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH
66 BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH A. Analisis terhadap Pertimbangan Hakim Dalam putusan
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor : 0507/Pdt.G/2011/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 0507/Pdt.G/2011/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Bengkulu Kelas I A yang memeriksa dan mengadili perkara perdata
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERADILAN AGAMA Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tanggal 29 Desember 1989 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERADILAN AGAMA Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tanggal 29 Desember 1989 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia, sebagai negara hukum
Lebih terperinciSetiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PUTUSAN PERCERAIAN ATAS NAFKAH ISTRI DAN ANAK DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA UTARA DAN PENYELESAIANYA JIKA PUTUSAN TERSEBUT TIDAK DILAKSANAKAN A. Pelaksanaan Putusan
Lebih terperinciBAB III PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA BANGIL
39 BAB III PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA BANGIL A. Sejarah Pengadilan Agama Bangil 1. Dasar Hukum Berdirinya Pengadilan Agama Bangil Tidak dapat diketahui
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id
Lebih terperinciPUTUSAN. Nomor : 0482/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MELAWAN
PUTUSAN Nomor : 0482/Pdt.G/2010/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat pertama
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor : 0406/Pdt.G/2008/PA.Pas
PUTUSAN Nomor : 0406/Pdt.G/2008/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat pertama
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor xxx/pdt.g/2011/pa Prg.
1 P U T U S A N Nomor xxx/pdt.g/2011/pa Prg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pinrang yang memeriksa dan mengadili perkara perkara tertentu dalam
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Tabanan, 04 Januari 2017 Pengadilan Agama Tabanan, Drs. Zainal Arifin, M.H. NIP
KATA PENGANTAR Sehubungan dengan usaha penguatan akuntabilitas kinerja sebagaimana diatur dalam Intruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gejolak moneter yang terjadi di
Lebih terperinciSekitar Kejurusitaan
Sekitar Kejurusitaan (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Pengertian Juru Sita Juru sita adalah salah satu pejabat yang bertugas di pengadilan agama, selain hakim, panitera dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan sangat dianjurkan dalam Islam, terutama bagi mereka yang secara lahir dan batin telah siap menjalankannya. Tidak perlu ada rasa takut dalam diri setiap muslim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin
BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA. peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota
37 BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA A. Pengertian Pengadilan Agama Pengadilan Agama (biasa disingkat: PA) merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor 0318/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N :
P U T U S A N Nomor 0318/Pdt.G/2015/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) Tahun 2015 s.d. 2019
RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) Tahun 2015 s.d. 2019 PENGADILAN AGAMA MAGELANG Jl. Sunan Giri, Kel. Jurangombo Selatan Kec. Magelang Selatan, Kota Magelang, Jawa Tengah Telp/Fax. (0293) 3148500 / 3148400
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor 017/Pdt.G/2014/PA.Mtk
PUTUSAN Nomor 017/Pdt.G/2014/PA.Mtk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Mentok yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu dalam persidangan
Lebih terperinciMAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM
Lampiran: Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor : 353/DJU/SK/HM02.3/3/2015 Tanggal : 24 Maret 2015 PROSEDUR PENGGUNAAN DAN SUPERVISI APLIKASI SISTEM INFORMASI PENELUSURAN PERKARA
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor : 0048/Pdt.G/2012/PA.Bn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 0048/Pdt.G/2012/PA.Bn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kelas I A Bengkulu yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu
Lebih terperinciLangkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :
Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya : 1. a. Mengajukan permohonan secara tertulis atau lisan kepada pengadilan agama/mahkamah syar iyah (Pasal 118 HIR, 142 R.Bg jo Pasal
Lebih terperinciBAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT
BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT A. Dasar Hukum Hakim dalam Penerapan Pencabutan Cerai Gugat Pengadilan
Lebih terperinciPUTUSAN Nomor : 0023/Pdt.G/2012/PA.Pas
PUTUSAN Nomor : 0023/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata tertentu pada tingkat
Lebih terperinciDrs. H. Mamat Ruhimat, SH. MH NIP PANITERA Judul SOP Penerimaan Perkara Tingkat Pertama
Nomor SOP SOP.D.01A Tanggal Pembuatan 01 Januari 2015 Tanggal Revisi Tanggal Efektif 31 Desember 2015 Disahkan Oleh Ketua DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN AGAMA PENGADILAN AGAMA BEKASI KELAS I B Drs.
Lebih terperinciPROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA
PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA I.A. Prosedur Dan Proses Penyelesaian Perkara Cerai Talak PROSEDUR Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (suami) atau kuasanya : 1. a. Mengajukan
Lebih terperinciDRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciMAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA
PERATURAN MAHKAMAH MAHASISWA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA KEPANITERAAN MAHKAMAH MAHASISWA Menimbang Mengingat : a. bahwa Mahkamah Mahasiswa Universitas Indonesia sebagai wadah formal dan legal
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TIDAK DITERIMANYA KUMULASI GUGATAN PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KABUPATEN KEDIRI
BAB IV ANALISIS TIDAK DITERIMANYA KUMULASI GUGATAN PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KABUPATEN KEDIRI A. Dasar Hukum Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Kediri Tidak Menerima Kumulasi Gugatan Perkara
Lebih terperinciPENETAPAN Nomor: 046/Pdt.G/2013/PA.Dum
PENETAPAN Nomor: 046/Pdt.G/2013/PA.Dum BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN AGAMA DUMAI Pengadilan Agama yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada
Lebih terperinciNOMOR : 19/Pdt.G/2013/PA.Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
SALINAN P U T U S A N NOMOR : 19/Pdt.G/2013/PA.Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat
Lebih terperinciDrs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Penerimaan Perkara Tingkat Pertama
PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN JLN. ASAHAN KM. 3 TELP/FAX (0622) 7551665 E-MAIL : pasimalungun@gmail.com SIMALUNGUN Nomor SOP W2-A12/ /OT.01.3/I/2017 Tanggal Pembuatan 28 Maret 2016 Tanggal Revisi 03 Januari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia sudah berjalan dua dekade lebih. Hal ini ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat
Lebih terperinci- Bahwa pada tanggal 28 Maret 2007, pemohon dengan termohon. P U T U S A N Nomor: 572 / Pdt.G/2011/PA Prg.
P U T U S A N Nomor: 572 / Pdt.G/2011/PA Prg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pinrang yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara tertentu dalam
Lebih terperinciBAB VII PERADILAN PAJAK
BAB VII PERADILAN PAJAK A. Peradilan Pajak 1. Pengertian Keputusan adalah suatu penetapan tertulis di bidang perpajakan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan
Lebih terperinciP U T U S A N Nomor 004/Pdt.G/2014/PA.Mtk
P U T U S A N Nomor 004/Pdt.G/2014/PA.Mtk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Mentok yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu dalam persidangan
Lebih terperinci