BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. serta sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Untuk mengetahui

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Subjek dan Pelaksanaan Penelitian Gambaran Umum Subjek penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, karena subjek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

an SDN Giyanti Kelompok Kontrol SDN 01 Mungseng Kelompok Eksperimen Jumlah sampel penelitaian 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kelompok Tes Ketegori Rata-rata Simpangan Baku Pretes 5,38 1,44 Kelompok Postes 7,69 1,25 Eksperimen Hasil Latihan 2,31 0,19 Kelompok Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 IVA 23 50% Kontrol 2 1VB 23 50% Eksperimen Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri 3 Camba Kabupaten Maros. Data-data yang dianalisis adalah data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode quasi eksperimen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN Kumpulrejo 01 Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN. Pada bagian ini akan dibahas atau diuraikan hasil-hasil penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang telah dilaksanakan. Hasil penelitian akan menjawab pertanyaan pada rumusan masalah dalam penelitian ini. Pembahasan dilakukan melalui proses analisis data kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui pengaruh pembelajaran terhadap hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, perbedaan peningkatan hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, respon siswa terhadap pembelajaran dengan permainan tradisional, dan pembahasan mengenai gambaran pelaksanaan penelitian dan temuan pada pelaksanaan penelitian. Berikut adalah rincian dari hal-hal tersebut. 1. Pengaruh Pembelajaran Konvensional terhadap Hasil Belajar Siswa. Pembelajaran konvensional diterapkan terhadap siswa pada kelas kontrol. Untuk melihat pengaruh pembelajaran IPA dengan menggunakan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi gaya dapat mempengaruhi gerak benda diperlukan adanya analisis data dan interpretasinya data. Data yang dimaksud adalah data kemampuan awal siswa yang diperoleh dari hasil pretes dan data kemampuan akhir siswa yang diperoleh dari hasil postes siswa pada kelas kontrol. a. Analisis Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol Analisis data pretes dan postes dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan dari nilai pretes kelas kontrol terhadap nilai postes kelas kontrol. Analisis data yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji beda rata-rata. Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa, hanya ada satu siswa yang memperoleh nilai postes sama dengan nilai pretes. Dapat dikatakan hanya terdapat satu siswa yang memiliki ketetapan hasil belajar. Jika dilihat dari perhitungan rata-rata secara umum jelas terlihat rata-rata nilai postes lebih tinggi dibandingkan dengan ratarata nilai pretes. Nilai pretes dan postes yang diperoleh siswa kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. 54

55 Tabel 4.1 Data Hasil Pretes dan Postes Kelas Kontrol Siswa Pretes Postes KK1 58.8 88 KK2 41.2 82.4 KK3 23.5 76.5 KK4 70.5 70.5 KK5 35.3 94 KK6 23.5 88 KK7 41.2 100 KK8 17.6 94 KK9 64.7 82.4 KK10 47 100 KK11 35.3 100 KK12 11.8 82.4 KK13 52.9 88 KK14 41.2 94 KK15 29.4 82.4 KK16 17.6 82.4 KK17 35.3 88 KK18 58.8 82.4 KK19 41.2 76.5 KK20 29.4 88 KK21 35.3 76.5 KK22 82.4 100 KK23 70.5 88 KK24 35.3 88 KK25 52.9 82.4 KK26 29.4 76.5 KK27 11.8 82.4 KK28 35.3 82.4 KK29 58.8 94 KK30 76.5 100 jumlah 1264.4 2610.1 rata-rata 42.1 87.0 Kelas kontrol berjumlah 30 siswa, sebelum dilakukan perlakuan melalui pembelajaran konvensional oleh peneliti nilai rata-rata yang diperoleh kelas kontrol yaitu 42,1. Setelah diberikan perlakuan nilai rata-rata kelas kontrol meningkat menjadi 87,0. Dengan peningkatan nilai sebesar 44,9 dalam skala nilai 1-100. 1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya data pretes dan postes siswa pada kelas kontrol. Pengujian normalitas dilakukan

56 dengan statistik. Dengan langkah-langkah pasangan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya adalah: : Nilai berdistribusi normal : Nilai tidak berdistribusi normal Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 siswa sehingga uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Menurut Uyanto (Yuningsih, 2013, hlm. 34) Kriteria pengujiannya adalah terima jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05, dan tolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS 16 for windows, diperoleh hasil pada Tabel 4.2 sebagai berikut. Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov Data Pretes Postes Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Kelas Kolmogorov-Smirnov a Statistic df Sig. Nama Pretes.153 30.070 Postes.179 30.015 Berdasarkan Tabel 4.2, diperoleh nilai P-value (Sig.) dari nilai pretes kelas kontrol adalah 0,70 dan untuk nilai postes adalah 0,015. Nilai pretes bernilai lebih dari 0,05 sehingga diterima, dapat diasumsikan nilai pretes kelas kontrol berdistribusi normal. Nilai postes bernilai kurang dari 0,05 sehingga ditolak, maka nilai postes kelas kontrol berdistribusi tidak normal. Pada kelas kontrol nilai postes berdistribusi tidak normal karena persebaran nilai siswa mayoritas mendapat nilai tinggi, sehingga nilai postes kelas kontrol berdistribusi tidak normal. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan data pretes dan postes kelas kontrol berdistribusi normal dan tidak normal. Untuk lebih jelas hasil uji normalitas pretes dan postes kelas kontrol dapat digambarkan dalam Diagram 4.1 dan 4.2.

57 Diagram 4.1 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kelas Kontrol Diagram 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Postes Kelas Kontrol

58 b. Uji Hipotesis Rumusan Masalah Pertama Pada uji hipotesis rumusan masalah yang petama ini akan diketahui peningkatan hasil belajar siswa yang terjadi di kelas kontrol. Selanjutnya, dilakukan analisis data uji perbedaan rata-rata karena data nilai pretes kelas kontrol normal dan postes berdistribusi tidak normal maka dilakukan uji perbedaan rata-rata menggunakan uji Wilcoxon. Adapun bentuk hipotesis dari uji perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut ini. = Tidak terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kelas kontrol = Terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kelas kontrol Kriteria pengujiannya adalah lebih kecil dari ditolak jika nilai P-value (Sig.1-tailed) 0,05. Perhitungan uji perbedaan rata-rata uji Wilcoxon menggunakan bantuan software SPSS 16 for Windows. Data hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini. Z Tabel 4.3 Uji Wilcoxon Data Pretes Postes Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Pretes _ Postes -4.704 a Asymp. Sig. (2-tailed).000 Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan perbedaan rata-rata data kelas kontrol pretes dan postes dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan taraf signifikansi two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000. Karena dibutuhkan P-value (Sig.1-tailed) maka nilai P-value (Sig.2-tailed) dibagi dua. P-value (Sig.1-tailed) = 0,000/2 = 0,000. Kondisi demikian menunjukkan bahwa ditolak atau terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan di kelas kontrol. Hal ini didasarkan pada nilai P-value (Sig.1-tailed) yang didapat yang nilainya kurang dari 0,05. Dengan demikian, terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan pada kelas kontrol.

59 c. Analisis Data Kualitatif Penelitian di Kelas Kontrol Data kualitatif diperoleh dari observasi aktivitas siswa, observasi kinerja guru dan angket yang dilakukan kepada guru dan siswa. Data kualitatif bertujuan untuk merekam apa yang tidak bisa direkam oleh data kuantitatif. 1) Analisis Data Hasil Observasi Observasi dilakukan untuk melihat perbedaan aktivitas siswa selama pembelajaran pada kelas kontrol. Penilaian data hasil observasi dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil pengamatan observer selama proses pembelajaran berlangsung. a) Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa Observasi dilakukan sebanyak dua kali, sesuai dengan banyaknya pertemuan. Hasil observasi dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini. Tabel 4.4 Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol (Pertemuan I) Kerjasama Motivasi Disiplin Partisipasi Kriteria Skor 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 B C K Jumlah 10 16 4 0 10 16 4 0 8 19 3 0 10 14 7 0 13 15 2 Persentasi (%) 33 53 13 0 33 53 13 0 27 63 10 0 33 47 23 0 43 50 7 Pada pertemuan pertama pembelajaran di kelas kontrol sudah cukup hidup, terlihat dari presentase kriteria yang didapat. pada kelas kontrol 43% baik, 50% cukup dan 7% sisanya kurang. Kerjasama terbentuk dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Pada kelas kontrol terdapat beberapa siswa yang tergolong kedalam siswa kurang aktif atau pasif pada kegiatan pembelajaran. Secara keseluruhan siswa tertarik pada media pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa, tentunya media yang melibatkan siswa agar aktif, dibandingkan dengan media yang hanya digunakan oleh guru saja tanpa melibatkan siswa aktif didalamnya. Pada pembelajaran pertemuan pertama siswa cukup aktif dan terlihat senang belajar IPA dengan guru. Untuk melihat aktifitas siswa selama pembelajaran, pada pertemuan kedua pun dilakukan observasi. Berikut hasil observasi pada tabel 4.5.

60 Tabel 4.5 Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol (Pertemuan II) Kerjasama Motivasi Disiplin Partisipasi Kriteria Skor 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 B C K Jumlah 11 17 2 0 14 14 2 0 11 16 3 0 12 10 8 0 19 9 2 Persentasi (%) 37 57 7 0 47 47 7 0 37 53 10 0 40 33 27 0 63 30 7 Pada pertemuan kedua, secara umum terlihat peningkatan beberapa aspek aktivitas siswa 63% baik, 30% cukup dan 7% kurang. Pada kelas kontrol terdapat dua siswa yang mendapatkan kriteria kurang dalam aktivitas pembelajaran, siswa tersebut adalah siswa yang mendapatkan kriteria kurang juga pada pertemuan pertama, keempat aspek yang dinilai tetap tidak terdapat peningkatan pada siswa tersebut, salah satu siswa di kelas kontrol yang mendapat kriteria kurang adalah siswa yang kemampuan membaca dan beradaptasi dengan temannya kurang baik, guru mencoba mengajaknya berpartisipasi dengan teman satu kelompoknya pun tidak mau. Tabel 4.6 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Pertemuan I Pertemuan II B C K B C K Kontrol Jumlah 13 15 2 19 9 2 Persentase(%) 43 50 7 63 30 7 Terlihat aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas kontrol mengalami peningkatan. Di kelas kontrol peningkatan di pertemuan pertama ke pertemuan kedua meningkat cukup tinggi, peningkatan tersebut dikarenakan pembelajaran pada pertemuan kedua mengajak siswa untuk membahas pekerjaan rumah dan latihan membuat siswa aktif untuk menjawab soal-soal tersebut. Pada kelas kontrol pembelajaran pertemuan pertama lebih ke pekerjaan kelompok yang membuat siswa aktif dalam kelompoknya, sedangkan untuk pertemuan kedua pembelajaran kelompok namun seluruh anggota kelompok belajar untuk mengidentifikasi secara individu, pembelajaran ini mengajak siswa aktif untuk bekerja secara individu yang memacu peningkatan aktivitas di aspek partisipasi dan motivasi khususnya.

61 b) Observasi kinerja guru Kinerja guru merupakan salah satu faktor yang mendukung suksesnya pembelajaran. Observasi kinerja guru dilakukan di kelas kontrol yang bertujuan untuk menilai kinerja peneliti dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi. Observasi kinerja guru dilaksanakan pada tiap pertemuan di setiap kelasnya. Pada kelas kontrol dan eksperimen dinilai masing-masing sebanyak dua kali dalam setiap pembelajaran. Tabel 4.7 Observasi Kinerja Guru Observasi Kinerja Guru Persentase (%) Interpretasi Kontrol Pertemuan I kelas IV A 94 Sangat Baik Pertemuan II Kelas IVA 97 Sangat Baik Rata-rata Kelas Kontrol 95,25 Sangat Baik Berdasarkan Tabel 4.7, hasil observasi kinerja guru pada kelas kontrol mencapai rata-rata persentasenya 95,25%. Adapun kelemahan yang muncul di kelas kontrol yaitu masalah penguasaan di metode demontrasi dan banyak siswa yang sibuk dengan dirinya sehingga suasana kelas kurang terkontrol, alokasi waktu melebihi yang telah ditentukan. Kelas kontrol pada pertemuan kedua terdapat kelemahan yaitu tidak adanya refleksi sehingga siswa kurang mantap dalam pemahaman materi yang telah diberikan. Kinerja guru pada kelas kontrol masuk kedalam kriteria sangat baik. Untuk peningkatan hasil belajar kelas kontrol meningkat secara signifikan, hal tersebut dipengaruhi oleh kinerja guru yang optimal pula. Dapat disimpulkan bahwa kinerja guru yang optimal pada kelas kontrol mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi gaya dapat mempengaruhi gerak benda. Peningkatan tersebut didukung oleh kinerja guru yang maksimal dalam perencanaan sampai pelaksanaan pembelajaran.

62 2. Pengaruh Permainan Tradisional terhadap Hasil Belajar Siswa. Perlakuan yang diberikan kepada subjek penelitian kelas eksperimen yaitu permainan tradisional diantaranya permainan kelereng, permainan ketapel dan permainan boyboyan. Untuk melihat pengaruh pembelajaran pada materi gaya dapat mempengaruhi gerak benda dengan menggunakan permainan tradisional. Siswa yang mengikuti pretes sebanyak 32 siswa, dan mengikuti postes sebanyak 32 siswa. a. Data Analisis Pretes dan Postes Kelas Eksperimen Berikut ini adalah data hasil pretes dan postes kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Nilai Hasil Pretes Postes Kelas Eksperimen Siswa Pretes Postes KE1 35.3 76.5 KE2 76.5 94 KE3 29.4 82.4 KE4 52.9 100 KE5 64.7 100 KE6 41.2 94 KE7 23.5 76.5 KE8 52.9 94 KE9 41.2 88 KE10 64.7 100 KE11 41.2 82.4 KE12 23.5 76.5 KE13 35.3 88 KE14 70.5 100 KE15 47 94 KE16 64.7 94 KE17 17.6 76.5 KE18 52.9 94 KE19 23.5 70.5 KE20 58.8 88 KE21 29.4 76.5 KE22 58.8 94 KE23 41.2 82.4 KE24 35.3 88 KE25 41.2 94 KE26 23.5 88 KE27 47 100 KE28 52.9 88 KE29 41.2 100 KE30 76.5 100 KE31 29.4 70.5 KE32 52.9 94 jumlah 1446.6 2844.7 rata-rata 45.2 88.8

63 Sebelum diberikan perlakuan dengan permainan tradisional yang dilakukan oleh peneliti, nilai rata-rata yang diperoleh pada kelas eksperimen yaitu 45,3. Setelah diberikan perlakuan nilai rata-rata kelas eksperimen meningkat menjadi 88,8 Dengan peningkatan nilai sebesar 43,5 dalam skala nilai 1-100. 1) Uji Normalitas Pengujian normalitas secara statistik. Pasangan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya adalah: : Nilai berdistribusi normal : Nilai tidak berdistribusi normal Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 siswa sehingga uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Menurut Uyanto (dalam Yuningsih, 2013, hlm. 34) Kriteria pengujiannya adalah terima jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 dan tolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS 16 for windows, diperoleh hasil pada Tabel 4.9 sebagai berikut. Tabel 4.9 Uji Kolmogorov-Smirnov Data Pretes Postes Hasil Belajar Kelas Eksperimen Kelas Eksperimen Kolmogorov-Smirnov a Statistik df Sig. Nilai Pretes.128 32.196 Postes.209 32.001 Berdasarkan Tabel 4.9, diperoleh nilai P-value (Sig.) dari nilai pretes kelas eksperimen adalah 0,196, dan untuk nilai postes adalah 0,001. Nilai pretes bernilai lebih dari 0,05 sehingga diterima, dapat diasumsikan nilai pretes kelas eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan nilai postes bernilai kurang dari 0,05 sehingga ditolak, maka nilai postes kelas eksperimen berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas pretes dan postes kelas eksperimen dapat digambarkan dalam Diagram 4.3 dan 4.4.

64 Diagram 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen Diagram 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen

65 b. Uji Hipotesis Rumusan Masalah Kedua Pada uji hipotesis rumusan masalah kedua akan diketahui peningkatan hasil belajar siswa dikelas eksperimen dengan menggunakan permainan tradisional. Uji hipotesis dilakukan dengan analisis data uji perbedaan rata-rata karena data nilai pretes kelas eksperimen berdistribusi normal dan postes berdistribusi tidak normal maka uji perbedaan rata-rata menggunakan uji-u dari Mann Whitney. Adapun bentuk hipotesis dari uji perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut ini. = Tidak terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kelas kontrol = Terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kelas kontrol Kriteria pengujiannya adalah lebih kecil dari ditolak jika nilai P-value (Sig.1-tailed) 0,05. Perhitungan uji perbedaan rata-rata dengan uji Wilcoxon menggunakan bantuan software SPSS 16 for Windows. Data hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini. Tabel 4.10 Uji Wilcoxon Data Pretes Postes Kelas Eksperimen Hasil Belajar Siswa Z Pretes _ Postes -4.940 a Asymp. Sig. (2-tailed).000 Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan perbedaan rata-rata data kelas eksperimen pretes dan postes dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan taraf signifikansi two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) = 0,000. Karena dibutuhkan P-value (Sig.1-tailed) maka nilai P-value (Sig.2-tailed) dibagi dua. P-value (Sig.1-tailed) = 0,000/2 = 0,000. Kondisi demikian menunjukkan bahwa ditolak atau terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan di kelas eksperimen. Hal ini didasarkan pada nilai P-value (Sig.1- tailed) yang didapat yang nilainya kurang dari 0,05. Dengan demikian, terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kelas eksperimen.

66 c. Analisis Data Kualitatif di Kelas Eksperimen Data kualitatif diperoleh dari observasi aktivitas siswa, observasi kinerja guru dan angket yang dilakukan kepada guru dan siswa. Data kualitatif bertujuan untuk merekam apa yang tidak bisa direkam oleh data kuantitatif. 1) Analisis Data Hasil Observasi Observasi dilakukan untuk melihat perbedaan aktivitas siswa selama pembelajaran pada kelas eksperimen. Penilaian data hasil observasi dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil pengamatan observer selama proses pembelajaran berlangsung. a) Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa Observasi dilakukan sebanyak dua kali, sesuai dengan banyaknya pertemuan. Hasil observasi dapat dilihat pada Tabel 4.11 dibawah ini. Tabel 4.11 Observasi Aktivitas siswa Kelas Eksperimen (Pertemuan I) Kerjasama Motivasi Disiplin Partisipasi Kriteria Skor 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 B C K Jumlah 14 11 7 0 15 10 7 0 11 16 5 0 12 10 10 0 21 9 2 Persentasi (%) 42 38 20 0 45 35 20 0 31 54 14 0 40 30 30 0 64 30 6 Pada pertemuan pertama pembelajaran pada setiap kelas eksperimen sudah cukup hidup, terlihat dari persentase kriteria yang didapat. Pada kelas eksperimen 64% baik, 30% cukup dan 6% sisanya kurang. Jika dilihat dari tabel di atas kelas eksperimen memiliki aktivitas siswa dan kerjasama jauh lebih baik daripada kelas kontrol. Kerjasama disetiap kelas terbentuk melalui kegiatan dengan kelompoknya, sehingga siswa aktif dalam kegiatan kelompok. Secara keseluruhan siswa lebih tertarik pada pembelajaran yang didalamnya terdapat media yang sesuai dengan karakter siswa, tentunya media yang melibatkan siswa agar aktif, dibandingkan media yang hanya digunakan oleh guru saja tanpa melibatkan siswa untuk menggunakan media yang disediakan. Pada pembelajaran pertemuan pertama siswa cukup aktif dan terlihat senang belajar IPA. Siswa merasa bahwa pembelajaran dengan menggunakan media permainan tradisional adalah dunianya.

67 Untuk melihat aktivitas selama pembelajaran, pada pertemuan kedua pun dilakukan observasi. Berikut hasil observasi pada Tabel 4.12 Tabel 4.12 Observasi Aktivitas siswa Kelas Eksperimen (Pertemuan II) Kerjasama Motivasi Disiplin Partisipasi Kriteria Skor 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 B C K Jumlah 19 7 4 0 19 6 5 0 12 16 2 0 12 12 6 0 23 7 2 Persentasi (%) 54 26 20 0 55 23 22 0 40 52 8 0 40 40 20 0 66 28 6 Pada pertemuan kedua, secara umum terlihat peningkatan beberapa aspek aktivitas siswa 66% baik, 28% cukup dan 6% kurang. Pada kelas eksperimen terdapat satu siswa yang kurang bersosialisasi dengan temannya. Terlihat pada kegiatan permainan siswa tersebut hanya berdiam saja. Pembelajaran dengan menggunakan permainan sangat digemari oleh siswa namun ada beberapa siswa yang kurang disiplin dalam mentaati aturan permainan dan mengganggu kelompok lain yang sedang bermain. Tabel 4.13 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Kelas Pertemuan I Pertemuan II B C K B C K Eksperimen Jumlah 21 9 2 23 7 2 Persentase(%) 64 30 6 66 28 6 Terlihat aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas eksperimen meningkat. Pada kelas eksperimen peningkatan di pertemuan pertama ke pertemuan kedua meningkat cukup tinggi, peningkatan tersebut dikarenakan pembelajaran pada pertemuan kedua mengajak siswa untuk membahas pekerjaan rumah dan latihan sehingga siswa aktif untuk menjawab soal-soal tersebut. Pada kelas eksperimen pembelajaran pertemuan pertama lebih ke pekerjaan kelompok yang membuat siswa aktif dalam kelompoknya dan melakukan permainan lebih dari satu permainan, sedangkan untuk pertemuan kedua pembelajaran kelompok namun seluruh anggota kelompok belajar untuk mengidentifikasi secara individu, pembelajaran ini mengajak siswa aktif untuk bekerja secara individu yang

68 memacu peningkatan aktivitas di aspek partisipasi dan motivasi khususnya. Pembelajaran dengan permainan tradisional membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. b) Observasi kinerja guru Kinerja guru merupakan salah satu faktor yang mendukung suksesnya pembelajaran. Observasi kinerja guru dilakukan di kelas eksperimen yang bertujuan untuk menilai kinerja peneliti dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi. Observasi kinerja guru dilaksanakan pada tiap pertemuan di setiap kelasnya. Pada kelas eksperimen dinilai masing-masing sebanyak dua kali dalam setiap pembelajaran. Tabel 4.14 Observasi Kinerja Guru Persentase Observasi Kinerja Guru (%) Eksperimen Interpretasi Pertemuan I kelas IV B 92 Sangat Baik Pertemuan II kelas IV B 97 Sangat Baik Rata-rata Kelas Eksperimen 94,5 Sangat Baik Berdasarkan Tabel 4.14, hasil observasi kinerja guru pada kelas eksperimen mencapai rata-rata persentasenya 94,5%. Namun ada kelemahan yang terjadi pada kelas eksperimen yaitu pada pengelolaan kelas dengan jumlah siswa 32 yang berdampak pada kegiatan hari pertama kurang terkontrol oleh guru, ada kelompok yang anggotanya relatif diam, sehingga proses pembelajaran dengan permainan kurang maksimal. Dan pada pembelajaran dihari kedua di kelas eksperimen guru lupa menarik kesimpulan sehingga kurangnya pemantapan materi gaya dapat mempengaruhi gerak benda. Kinerja guru di kelas eksperimen masuk kedalam kriteria sangat baik. Untuk peningkatan hasil belajar di kelas eksperimen juga meningkat secara signifikan, hal tersebut dipengaruhi oleh kinerja guru yang optimal pula. Dapat disimpulkan bahwa kinerja guru yang optimal pada masing-masing kelas mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran.

69 Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisional dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi gaya dapat mempengaruhi gerak benda. Peningkatan tersebut didukung oleh kinerja guru yang maksimal dalam perencanaan sampai pelaksanaan pembelajaran. c) Respon siswa terhadap Pembelajaran IPA dengan menggunakan Permainan Tradisional Respon peserta didik terhadap pembelajaran dengan permainan tradisional dikumpulkan melalui instrumen angket. Hasil angket dipaparkan dalam bentuk persentase dan penjelasan per indikatornya. 1.1 Analisis Angket Siswa Angket pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran IPA menggunakan media permainan tradisional. Angket ini diberikan kepada siswa kelas eksperimen, setelah melalui pembelajaran IPA menggunakan media permainan tradisional tepatnya pada hari jumat 15 Mei 2015. Responden berjumlah 32 peserta didik yang merupakan anggota kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisional. Angket yang diberikan kepada siswa berisi 16 pernyataan yang terbagi kedalam dua pernyataan yaitu 9 pernyataan positif dan 7 pernyataan negatif. Masing-masing pernyataan berisi empat buah pilihan jawaban, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Untuk tiap pernyataan, pilihan jawaban untuk pernyataan positif diberi skor sebagai berikut. SS (sangat setuju) = 5 S (setuju) = 4 TS (tidak setuju) = 2 STS (sangat tidak setuju) = 1 Berikut rekapitulasi hasil angket siswa untuk masing-masing pernyataan positif berdasarkan pernyataan positif dan negatif yang diukur dapat dilihat pada Tabel 4.15

70 No 1 Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa dari Pernyataan Positif Pernyataan Positif Saya senang ketika belajar IPA Respon SS S TS STS 20 8 4 0 62,50% 25% 12,5% 0% Rata-rata Skor 4,47 2 Saya banyak menemukan hal baru dipembelajaran IPA kali ini 6 20 5 1 18,75% 62,50% 15,63% 3,12% 3,94 8 9 10 11 12 Belajar melalui media permainan kelereng membuat saya semakin pintar Belajar melalui media permainan boy-boyan membuat saya semakin tahu konsep gaya gesek. Belajar melalui media permainan ketapel membuat saya semakin tahu konsep gaya pegas. Belajar melalui media permainan boy-boyan membuat saya semakin tahu konsep gaya otot. Belajar melalui permainan ketapel membuat saya semakin pintar. 18 12 2 0 56,25% 37,50% 6,25% 0% 21 9 0 2 65,63% 28,13% 0% 6,24% 12 12 4 4 37,50% 37,50% 12,50% 12,50% 15 12 2 4 46,88% 37,50% 6,25% 9,37% 8 8 7 9 25% 25% 21,87% 28,13% 4,5 4,5 3,97 4,16 3,38 13 14 Belajar melalui media permainan tradisional membuat saya semakin semangat dalam belajar IPA. Mulai sekarang, saya yakin IPA itu mudah dan menarik. 18 10 0 4 56,25% 31,25% 0% 12,50% 21 9 0 2 65,63% 28,13% 0% 6,24% 4,28 4,5 Rata-rata Keseluruhan 4,19 Berdasarkan tabel 4.15 yang merupakan rekapitulasi persentase dan ratarata jawaban respon siswa terhadap pembelajaran IPA dengan permainan tradisional diketahui bahwa respon dari 9 pernyataan positif memiliki rata-rata 4,19. Dari hasil tersebut, akan dirinci pernyataannya sebagai berikut.

71 Pernyataan nomor 1 yang berisi saya senang ketika belajar IPA. Sebanyak 20 siswa atau 62,50% siswa menjawab sangat setuju dan 8 siswa atau 25% siswa menjawab setuju, karena pembelajaran IPA yang disampaikan sangat menarik yaitu dengan menggunakan permainan dan bisa menghibur siswa ketika belajar IPA. Selain itu terdapat 4 siswa atau 12,5% siswa menjawab tidak setuju karena baginya pembelajaran IPA itu dianggap susah sehingga kurang merasa senang ketika mengikuti pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruhnya atau 87,5% siswa kelas eksperimen menyenangi pembelajaran IPA, karena pembelajaran IPA bila disajikan dalam bentuk pembelajaran yang menarik maka akan disenangi oleh siswa. Pernyataan nomor 2 yang berisi saya banyak menemukan hal baru dipembelajaran IPA kali ini. sebanyak 6 siswa atau 18,75% siswa menjawab sangat setuju dan 20 siswa atau 62,50% siswa menjawab setuju, karena siswa merasa bahwa ia mempunyai kemampuan dalam belajar IPA dan mendapatkan banyak ilmu setelah mengikuti pembelajaran, karena tanpa siswa sadari bahwa sebuah permainan tradisional yang sering mereka mainkan terdapat ilmu yang ada dalam pelajaran. Selain itu 5 siswa atau 15,63% siswa menjawab tidak setuju karena ada sebagian siswa mengikuti pembelajaran dengan permainan tradisional hanya mengikuti permainan tanpa mengetahui apa yang harus siswa amati dan pahami. Sisanya seorang siswa atau 3,12% merespon sangat tidak setuju karena baginya pembelajaran IPA itu hanya dianggap pembelajaran yang membosankan dan rumit sehingga tidak mempunyai kemampuan untuk belajar IPA seperti halnya dalam memahami konsep materi dengan menggunakan permainan tradisional. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh siswa atau 81,25% siswa merasa banyak menemukan hal baru dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan permainan tradisional. Pernyataan nomor 8 yang berisi belajar melalui media permainan tradisional kelereng membuat saya semakin pintar. Sebanyak 18 siswa atau 56,25% siswa menjawab sangat setuju dan 12 siswa atau 37,50% siswa menjawab setuju karena baginya dengan belajar melalui permainan kelereng siswa merasa dirinya semakin pintar dan semakin mudah mengerjakan soal yang diberikan. Dan sisanya 2 siswa atau 6,25% siswa menjawab tidak setuju karena dengan

72 melakukan pembelajaran dengan permainanpun masi ada yang merasa kesulitan dalam mengerjakan soal evaluasi dan soal postes. Pernyataan nomor 9 yang berisi belajar melalui media permainan boyboyan membuat saya semakin tahu konsep gaya gesek. Sebanyak 21 siswa atau 65,63% siswa menjawab sangat setuju dan 9 siswa atau 28,13% siswa menjawab setuju karena baginya dengan melakukan pembelajaran dengan bermain boyboyan siswa merasa pembelajaran sangat menarik dan mudah dipahami, karena siswa melakukan permainan yang tanpa mereka sadari bahwa didalam permainan tertanam konsep gaya gesek. Selain itu ada 2 siswa atau 6,24% siswa menjawab sangat tidak setuju karena pembelajaran dengan permainan siswa merasa lelah dalam mengikuti pembelajaran kurang semangat. Meskipun ada dua orang siswa yang tidak menyukai permainan tradisional akan tetapi 95,75% siswa seluruhnya siswa menyenangi pembelajaran IPA dengan menggunakan permainan tradisional. Pernyataan nomor 10 yang berisi belajar melalui media permainan ketapel membuat saya semakin tahu konsep gaya pegas. Sebanyak 12 siswa atau 37,50% siswa menjawab sangat setuju dan 12 siswa atau 37,50% siswa menjawab setuju karena permainan tradisional khususnya pada permainan ketapel ini siswa diberi kesempatan untuk melakukan perlombaan melemparkan peluru dengan ketapel yang bervarisi dan adanya penentuan skor apabila siswa mampu menumbangkan papan yang paling jauh, maka siswa tersebut akan mendapatkan skor 20. Selain itu ada 4 siswa atau 12,50% siswa menjawab tidak setuju dan 4 siswa atau 12,50% menjawab sangat tidak setuju karena siswa merasa permainan ketapel ini hanya sebatas permainan yang digunakan tanpa mengidentifikasi jenis ketapel apa saja yang siswa gunakan dalam melemparkan peluru dengan ketapel, akan tetapi hampir seluruhnya 75% siswa merasa bahwa dengan permainan tradisional ketapel ini banyak mengetahui konsep gaya pegas. Pernyataan nomor 11 yang berisi belajar melalui media permainan boyboyan membuat saya tahu konsep gaya otot. Sebanyak 15 siswa atau 46,88% siswa menjawab sangat setuju dan 12 siswa atau 37,50% siswa menjawab setuju karena sama halnya dengan permainan kelereng dan ketapel siswa sangat menyenangi cara belajar dengan bermain, karena siswa lebih mengetahui konsep

73 gaya otot yang mereka lakukan pada kegiatan permainan tersebut. Selain itu, terdapat 2 siswa atau 6,25% siswa menjawab tidak setuju dan 3 siswa atau 9,37% menjawab sangat tidak setuju karena ada 5 siswa yang tidak mengetahui cara bermain permainan boyboyan sehingga dalam proses pembelajaran siswa cenderung kurang aktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya atau 84,38% siswa menyenangi dan memahami konsep gaya otot melalui permainan tradisional boyboyan. Pernyataan nomor 12 yang berisi belajar melalui permainan ketapel membuat saya semakin pintar. Sebanyak 8 siswa atau 25% siswa menjawab sangat setuju dan 8 siswa atau 25% siswa menjawab setuju karena dengan belajar IPA melalui permainan ketapel siswa lebih memahami materi ajar dan mampu mengerjakan soal dengan mudah. Selain itu terdapat 7 siswa atau 21,87% siswa menjawab tidak setuju dan 9 siswa atau 28,13% siswa menjawab sangat tidak setuju karena mereka tidak mengetahui ketapel yang bervariasi itulah sebuat alat permainan yang digunakan agar siswa mampu mengidentifikasi dan mencari tahu konsep yang ada pada permainan ketapel ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa setengahnya dari seluruh siswa eksperimen atau 50% siswa merasa semakin pintar setelah melakukan permainan ketapel. Pernyataan nomor 13 yang berisi belajar melalui media permainan kelereng, boyboyan dan ketapel membuat saya semakin semangat dalam belajar IPA. 18 siswa atau 56,25% siswa menjawab sangat setuju dan 10 siswa atau 31,25% siswa menjawab setuju karena dengan pembelajaran yang didesain seperti dunia anak sekolah dasar yaitu dunia bermain maka banyak sekali siswa yang semangat dan memiliki antusias yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran dengan permainan tradisional. Namun ada 4 siswa atau 12,50% siswa menjawab sangat tidak setuju karena siswa bermacam-macam cara belajarnya siswa ini termasuk siswa yang pendiam dan susah bergaul bersama teman kelompoknya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa seluruhnya 87,50% siswa bersemangat dalam belajar IPA dengan menggunakan permainan tradisional. Pernyataan nomor 14 yang berisi mulai sekarang, saya yakin IPA itu mudah dan menarik. Sebanyak 21 siswa atau 65,63% siswa menjawab sangat setuju dan 9 siswa atau 28,13% siswa menjawab setuju karena pembelajaran IPA

74 yang laksanakan adalah pembelajaran yang disesuaikan oleh minat siswa, sehingga selain benda konkret yang disuguhkan siswapun belajar diluar kelas, dengan begitu siswa tidak merasa jenuh serta menganggap bahwa pembelajaran IPA dengan permainan tradisional sangat mudah dalam mengerjakan soal dan menarik dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu terdapat 2 siswa atau 6,24% siswa menjawab sangat tidak setuju karena masi merasa kesulitan dalam mengerjakan soal dan merasa lelah dalam pembelajaran. Meskipun terdapat 2 orang siswa memberikan respon negatif, akan tetapi hampir seluruhnya atau 93,86% siswa merasa mudah dalam mengerjakan soal dan merasa menarik mengikuti pembelajaran IPA melalui permainan tradisional. Berdasarkan rincian pernyataan positif siswa terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan permainan tradisional dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya mereka menyukai pembelajaran IPA, mampu belajar IPA, tidak takut dalam menyelesaikan soal-soal IPA, menyenangi belajar IPA dengan menggunakan permainan tradisional, berani bertanya selama pembelajaran IPA, berani memberikan tanggapan tentang bagaimana cara bermain kelereng, bermain boyboyan dan bermain ketapel. Siswa tidak merasa jenuh karena kegiatan pembelajaran mereka tidak seperti biasanya. Setelah analisis mengenai rekapitulasi hasil angket siswa bagian pernyataan positif, dilanjukan kepada analisis mengenai rekapitulasi hasil angket siswa bagian pernyataan negatif untuk melihat kecenderungan siswa terhadap pernyataan negatif tersebut, setuju atau tidak setuju. Pernyataan negatif yang terdapat dalam angket ini sebanyak 7 pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Untuk tiap pernyataan, pilihan jawaban untuk pernyataan negatif yaitu diberi skor kebalikan dari pernyataan positif, maka jawaban dari pernyataan negatif diberi skor sebagai berikut. SS (sangat setuju) = 1 S (setuju) = 2 TS (tidak setuju) = 4 STS (sangat tidak setuju) = 5

75 Adapun rekapitulasi hasil angket siswa untuk pernyataan negatif dapat dilihat pada tabel 4.16 Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa dari Pernyataan Negatif No Pernyataan Positif Respon Rata-rata Skor SS S TS STS 3 Saya merasa pusing dan bingung ketika belajar IPA 8 11 11 2 25% 34,38% 34,37% 6,25% 2,88 4 Ketika belajar IPA di kelas saya merasa kurang semangat 2 10 15 5 6,25% 31,25% 46,88% 15,62% 3,53 5 Belajar dengan media permainan kelereng membosankan 4 3 21 4 12,50% 9,38% 56,25% 12,50% 3,66 6 Belajar dengan media permainan boyboyan membosankan 4 6 18 4 12,50% 18,75% 56,25% 12,50% 3,5 7 Belajar dengan media permainan ketapel membosankan 7 7 13 5 21,88% 21,88% 40,63% 15,62% 3,25 15 Soal yang diberikan oleh guru sangat sulit bagi saya 2 6 17 7 6,25% 18,75% 53,12% 21,88% 3,78 16 Selama proses pembelajaran saya merasa kurang semangat 4 3 17 8 12,50% 9,38% 53,12% 25% 3,75 Rata-rata Keseluruhan 3,48 Berdasarkan tabel 4.16 yang merupakan rekapitulasi persentase dan ratarata jawaban respon siswa terhadap pembelajaran IPA dengan permainan tradisional diketahui dari 7 pernyataan negatif memiliki rata-rata 3,48. Dari hasil tersebut, akan dirincikan pernyataannya sebagai berikut. Pernyataan nomor 3 yang berisi saya merasa pusing dan bingung ketika belajar IPA. Untuk pernyataan nomor 3, jika dilihat dari rata-rata skor pernyataan

76 siswa ternyata rata-ratanya kurang dari 3 yaitu sebesar 2,88 yang menunjukan bahwa siswa merespon negatif. Hal ini karena siswa yang menjawab setuju lebih banyak dari pada siswa yang menjawab tidak setuju. sebanyak 8 siswa atau 25% siswa menjawab sangat setuju dan 11 siswa atau 34,38 siswa menjawab setuju, karena permainan tradisional dalam pembelajaran IPA ini memiliki aturan sehingga siswa merasa pusing dan bingung ketika mengikuti permainan tradisional. Selain itu, hasil belajar (kemampuan) siswa diukur yaitu termasuk kedalam kemampuan tingkat sedang sampai tingkat tinggi yaitu mulai dari C2 sampai C6 sehingga siswa merasa bahwa IPA itu pelajaran yang sukar. Kemudian ada 11 siswa atau 34,38% siswa menjawab tidak setuju dan 2 siswa atau 6,25% siswa menjawab sangat tidak setuju, karena menurut mereka pembelajaran IPA itu membuat pusing dan bingung. Jadi dapat disimpulkan bahwa hampir setengahnya atau 40,63% siswa menyatakan tidak setuju bahwa IPA adalah pelajaran yang membuat pusing dan bingung. Pernyataan nomor 4 yang berisi ketika belajar IPA dikelas saya merasa kurang semangat. Sebanyak 2 siswa atau 6,25% siswa menjawab sangat setuju dan 10 siswa atau 31,25% siswa menjawab setuju, karena mereka merasa belajar IPA dengan permainan tradisional kurang semangat. Kemudian terdapat 15 siswa atau 46,88% siswa menjawab tidak setuju dan 5 siswa atau 15,62% siswa menjawab sangat tidak setuju, karena menurut mereka belajar IPA dengan menggunakan media permainan tradisional merasa sangat bersemangat sehingga mengikuti pembelajaran dengan baik. Jadi dapat disimpulkan sebagian besar siswa atau 62,50% siswa tidak setuju kalau pembelajaran IPA dengan menggunakan media permainan tradisional membuat mereka merasa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Pernyataan nomor 5 yang berisi belajar dengan permainan kelereng membosankan. Sebanyak 4 siswa atau 12,50% siswa menjawab sangat setuju, dan 3 siswa atau 9,38% siswa menjawab setuju, karena permainan tradisional kelereng ini dianggap permainan biasa-biasa saja tanpa mengetahui maksud dari permainan yang dilakukan dan untuk murid perempuan menganggap kalau permainan kelereng adalah permainan anak lelaki saja. Kemudian terdapat 21 siswa atau 65,62% siswa menjawab tidak setuju dan 4 siswa atau 12,50% siswa menjawab

77 sangat tidak setuju, karena menurut mereka sebuah permainan adalah hal yang menyenangkan bukan hal yang membosankan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya atau 78,12% siswa tidak setuju kalau pembelajaran IPA menggunakan media permainan tradisional kelereng membosankan. Pernyataan nomor 6 yang berisi belajar dengan menggunakan permainan boyboyan membosankan. Sebanyak 4 siswa atau 12,50% siswa menjawab sangat setuju dan 6 siswa atau 18,75% menjawab setuju, karena menurut mereka permainan boyboyan adalah permainan baru yang cara bermainnya hanya bergiliran menjadi penyerang dan penjaga saja sehingga merasa bahwa permainan boyboyan membosankan. Kemudian 18 siswa atau 56,25% menjawab tidak setuju dan 4 siswa atau 12,50% siswa menjawab sangat tidak setuju, karena mereka mengetahui cara bermain boyboyan dan tergolong siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi, sehingga menurut mereka pembelajaran IPA dengan menggunakan permainan tradisional boyboyan tidak menimbulkan rasa bosan. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa atau 68,75% siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan permainan tradisional boyboyan. Pernyataan nomor 7 yang berisi belajar dengan media permainan ketapel membosankan. Sebanyak 7 siswa atau 21,88% siswa menjawab sangat setuju dan 7 siswa atau 21,88% siswa menjawab setuju, karena menurut mereka permainan ketapel yang didesain khusus untuk pembelajaran IPA dianggap membosankan karena mereka cenderung pasif dikelas dan kurang berinteraksi dengan teman kelompoknya. Kemudian 13 siswa atau 40,63% siswa menjawab tidak setuju dan 15 siswa atau 15,62% siswa menjawab sangat tidak setuju, karena mereka menganggap bahwa pembelajaran IPA khususnya materi gaya dapat mempengaruhi gerak benda sangat cocok diajarkan dengan menggunakan permainan tradisional khususnya pada gaya pegas dengan menggunakan permainan ketapel. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa atau 56,25% siswa tidak merasa bosan belajar IPA dengan menggunakan permainan tradisional ketapel. Pernyataan nomor 15 yang berisi soal yang diberikan oleh guru sangat sulit oleh saya. Sebanyak 2 siswa atau 6,25% siswa menjawab sangat setuju dan 6

78 siswa atau 18,75% siswa menjawab setuju, hanya 8 siswa atau 25% siswa merespon bahwa soal yang berikan adalah sebuah soal yang sulit. Selain itu, hasil belajar (kemampuan) siswa yang diukur yaitu mulai dari C2 sampai C6 sehingga siswa merasa bahwa IPA itu pelajaran yang sukar. Kemudian 17 siswa atau 53,12% menjawab tidak setuju dan 7 siswa atau 21,88% menjawab sangat tidak setuju, karena menurut mereka soal yang berikan dapat dikerjakan dengan mudah sehingga merasa bahwa pelajaran IPA dengan menggunakan permainan tradisional itu dapat membantu untuk memudahkan menjawab soal. Jadi dapat disimpulkan bahwa setengahnya atau 56,25% siswa tidak merasa sulit dalam mengerjakan soal-soal tentang gaya dapat mempengaruhi gerak benda dengan melalui permainan tradisional. Pernyataan nomor 16 yang berisi selama proses pembelajaran saya merasa kurang nyaman. Sebanyak 4 siswa atau 12,50% siswa menjawab sangat setuju, karena empat orang siswa ini memiliki kecenderungan bahwa belajar harus dengan kondisi yang sunyi bukan yang ramai, mereka sangat kurang nyaman ketika pembelajaran harus keluar kelas dan bermain di halaman sekolah sehingga membuat mereka lelah dan berkeringat, dengan kondisi demikian siswa tersebut merasa kurang nyaman ketika mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan permainan tradisional. Selanjutnya 3 siswa atau 9,38% siswa menjawab setuju, karena mereka lebih menyukai cara belajar yang sunyi dan kurang menyukai keramaian, sedangkan permainan tradisional yang mereka ikuti itu membuat suasana kelas menjadi ramai dan belajar di halaman sekolah, sehingga membuat mereka merasa kurang nyaman untuk belajar, ketiga siswa ini tergolong siswa yang pasif dan kurang bekerjasama dengan kelompoknya sedangkan pada permainan tradisional siswa dituntut untuk aktif dan bekerjasama dengan kelompok sehingga membuat siswa cenderung diam dan hanya mengikuti temannya saja. Kemudian terdapat 17 siswa atau 53,12% siswa menjawab tidak setuju dan 8 siswa atau 25% menjawab sangat tidak setuju, karena mereka merasa bahwa suasana kelas dan halaman sekolah yang digunakan sebagai tempat belajar adalah hal baru, proses belajar dengan bermain permainan tradisional membuat suasana belajar menjadi tidak meneganggkan serta belajar sambil bermain itu adalah hal yang sangat digemari oleh siswa sehingga mereka merasa nyaman

79 ketika bermain permainan tradisional. Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh siswa atau 75% siswa menyatakan tidak setuju kalau pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisional kurang nyaman. Berdasarkan Tabel 4.15 dan Tabel 4.16, maka rata-rata skor sikap siswa adalah sebagai berikut. = = = 3,88 Persentase = x 100% = x 100% = 77,6% Dari hasil perhitungan diatas, diperoleh rata-rata skor sikap siswa secara keseluruhan terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan permainan tradisional mencapai 3,88 atau 77,6% siswa merespon positif. Secara keseluruhan siswa bersikap positif terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan media permainan tradisional. 3. Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen. Setelah diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa pada kedua kelas terhadap materi gaya dapat mempengaruhi gerak benda, selanjutnya adalah dianalisis perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini untuk mengetahui apakah pembelajaran pada materi gaya dapat mempengaruhi gerak benda dengan menggunakan permainan tradisional peningkatan hasil belajarnya lebih signifikan daripada pembelajaran konvensional sesuai dengan tujuan penelitian yang tercantum pada bagian pendahuluan. Gain dihitung untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dikelas kontrol dan kelas eksperimen. Berdasarkan hasil perhitungan gain yang dinormalisasi ( rata-rata nilai untuk kelas eksperimen adalah 0,82, dan untuk kelas kontrol rata-rata nilainya 0,76. Keduanya tergolong ke

80 dalam kategori tinggi. untuk kelas kontrol dan eksperimen termasuk dalam rentang tinggi. Peningkatan untuk kelas kontrol sama dengan kelas eksperimen berdasarkan perhitungan. Berikut ini adalah data hasil dari kelas kontrol dan eksperimen pada Tabel 4.17 dan Tabel 4.18. Tabel 4.17 Kelas Kontrol Siswa K1 0.7 K2 0.7 K3 0.6 K4 0 K5 0.9 K6 0.8 K7 1 K8 0.9 K9 0.5 K10 1 K11 1 K12 0.8 K13 0.7 K14 0.8 K15 0.7 K16 0.7 K17 0.8 K18 0.5 K20 0.6 K21 0.8 K22 0.6 K23 1 K24 0.5 K25 0.8 K26 0.6 K27 0.6 K28 0.8 K29 0.7 K30 0.8 K31 1 Rata-rata 0,76 Tabel 4.18 Kelas Eksperimen Siswa E2 0.6 E3 0.7 E4 0.8 E5 1 E6 1 E7 0.9 E8 0.7 E9 0.9 E10 0.8 E11 1 E12 0.7 E13 0.7 E14 0.8 E15 1 E16 0.9 E17 0.8 E18 0.7 E19 0.9 E20 0.6 E21 0.7 E22 0.7 E23 0.9 E24 0.7 E25 0.8 E26 0.9 E27 0.8 E28 1 E29 0.7 E30 1 E31 1 E32 0.6 Rata-rata 0,82 a. Uji Normalitas Pengujian normalitas secara statistik. Pasangan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya adalah: : berdistribusi normal : tidak berdistribusi normal Sampel pada penelitian ini berjumlah >30 siswa sehingga uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Menurut Uyanto (dalam Yuningsih, 2013: 34) Kriteria pengujiannya adalah

81 terima jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 dan tolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS 16 for windows, diperoleh hasil pada Tabel 4.19 sebagai berikut. Tabel 4.19 Uji Kolmogorov-Smirnov Data Kelas Kontrol dan Eksperimen Kelas Kolmogorov-Smirnov a Statistik df Sig. Eksperimen.166 32.200 Kontrol.140 30.115 Berdasarkan Tabel 4.19, diperoleh nilai P-value (Sig.) dari kelas kontrol adalah 0,115, dan untuk kelas eksperimen adalah 0,200. lebih dari 0,05 sehingga diterima, dan dapat diasumsikan nilai kelas kontrol berdistribusi normal. untuk kelas eksperimen bernilai lebih dari 0,05 sehingga diterima, maka kelas eksperimen berdistribusi normal juga. Hasil uji normalitas kelas kontrol dan eksperimen dapat digambarkan dalam Diagram 4.10 dan Diagram 4.11 Diagram 4.10 Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol

82 Diagram 4.11 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen Dengan demikian, penyebaran diterima, dan penyebaran nilai diterima. b. Uji Homogenitas kelas kontrol normal atau untuk kelas eksperimen normal atau Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan melihat homogenitas atau kesamaan beberapa bagian sampel atau seragam tidaknya variansi sampel-sampel yaitu apakah mereka berasal dari populasi yang sama. Karena kedua sampelnya berdistribusi normal maka dilakukan uji homogenitas dengan Levene s test. Interpretasi dilakukan dengan memilih salah satu statistik, yaitu statistik yang didasarkan pada rata-rata (Based on Mean). Hipotesis yang diuji ialah : terima : Variansi pada tiap kelas sama (homogen) : Variansi pada tiap kelas tidak sama (tidak homogen) Menurut Uyanto (Fauzan, 2012, hlm. 89) Kriteria pengujiannya adalah jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05, dan tolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS 16 for windows, diperoleh hasil pada Tabel 4.20 sebagai berikut.

83 Tabel 4.20 Uji Homogenitas Levene s Test Data Pretes Levene's Test for Equality of Variances F Sig. PRETES Equal variances assumed 1.434.236 Equal variances not assumed Berdasarkan Tabel 4.20 diketahui bahwa hasil uji homogenitas data memiliki P-value (Sig.) 0,236 Dengan demikian homogenitas Levene s lebih dari yang homogen. diterima, untuk hasil uji 0,05, sehingga data berasal dari populasi c. Uji Hipotesis Rumusan Masalah Ketiga Uji hipotesis rumusan masalah ketiga akan dilihat peningkatan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Selanjutkan, dilakukan analisis data uji perbedaan rata-rata karena data kelas kontrol dan eksperimen berdistribusi normal maka uji perbedaan rata-rata menggunakan Independent sample t-test dengan taraf signifikansi 0,5. Adapun bentuk hipotesis dari uji perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut ini. = Tidak terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol = Terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Kriteria pengujiannya adalah ditolak jika nilai P-value (Sig.1-tailed) lebih kecil dari 0,05. Perhitungan uji perbedaan rata-rata independent sample t-test menggunakan bantuan software SPSS 16 for Windows. Data hasil perhitungan independent sample t-test dapat dilihat pada Tabel 4.21 berikut ini.

84 Tabel 4.21 Uji Independent sample t-test Kelas Kontrol dan Eksperimen t-test for Equality of Means t Df Sig. (2-tailed) Equal variances assumed -1.383 63.172 Equal variances not assumed -1.364 48.705.179 Dari Tabel 4.21 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan perbedaan rata-rata data kelas kontrol dan eksperimen dengan menggunakan independent sample t-test dengan taraf signifikansi two tailed didapatkan nilai P-value (Sig.2- tailed) Equal variances assumed = 0,172. Karena yang dibutuhkan P-value (Sig.1-tailed) maka P-value (Sig.2-tailed) dibagi dua. P-value (Sig.1-tailed) = 0,172/2 = 0,086. Kondisi demikian menunjukkan bahwa diterima atau tidak terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini didasarkan pada nilai P-value (Sig.1-tailed) yang didapat yang nilainya lebih dari 0,05. Peningkatan hasil belajar IPA pada kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada diagram 4.12 100 80 60 40 20 0 42,1 87 45,3 88,9 Kontrol Eksperimen Pretes Postes Data Diagram 4.12 Kelas Kontrol dan Eksperimen Dengan demikian, tidak terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen dengan kata lain secara statistik

85 peningkatan kemampuan hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol dianggap sama. B. Pembahasan Pembahasan berisi tentang temuan pada saat pembelajaran di kelas kontrol maupun kelas eksperimen dan pengaitan temuan-temuan tersebut dengan teori belajar yang telah dibahas pada bab II. Pertama akan dijelaskan deskripsi pembelajaran di kelas kontrol, kemudian deskripsi pembelajaran di kelas eksperimen, dan yang terakhir perbandingan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai hasil dari pembelajaran. 1. Deskripsi Pembelajaran di Kelas Konvensional Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa diterapkan di sekolah yang dipilih untuk menjadi kelas kontrol. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru kelas IV pada kelas kontrol maka dibuatlah rencana pembelajaran. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa diterapkan di SD tempat penelitian untuk kelas kontrol dilakukan. Perolehan informasi mengenai pembelajaran yang biasa dilakukan diperoleh melalui cara wawancara kepada guru kelas IV A yang berjumlah 30 siswa. Pembelajaran konvensional dilakukan dua kali pertemuan. Pembelajaran pertemuan pertama di kelas IVA pada hari kamis 7 Mei 2015, dimulai dengan kegiatan awal berupa apersepsi dan tidak lupa tujuan pembelajaran dikemukakan terlebih dahulu. Setelah mengecek kehadiran siswa maka guru masuk pada kegiatan inti pembelajaran. Guru memperlihatkan media pembelajaran yaitu media papan seluncur yang memiliki alas berbeda dan karet gelang, guru membuat lima kelompok, masing-masing kelompok beranggota enam siswa. Guru menjelaskan cara menggunakan media tersebut lalu siswa mengerjakan soal yang ada pada LKS. LKS yang dikerjakan oleh siswa diperiksa secara bersama-sama. Masing-masing kelompok dapat mencoba alat peraga sambil mengerjakan LKS. Setalah selesai guru memerintahkan salah satu kelompok untuk menjawab salahsatu soal jika jawabannya benar maupun salah kelompok yang menjawab harus memberikan alasannya.