UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGMENT

UPAYA MENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA. Nelly Chandrawati Manalu

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

TEKNIK BERMAIN PERAN UNTUK MENGURANGI PERILAKU OFF- TASK DALAM LAYANAN INFORMASI. Slamet Riyadi SMA Negeri 1 Subah Batang, Jawa Tengah

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK. Rantiyan SMP 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan

UPAYA MENINGKATKAN EMPATI MELAUI LAYANAN INFORMASI DENGAN METODE DISKUSI KELOMPOK. Taruyi

PENINGKATAN MINAT SISWA MENGIKUTI LAYANAN BK DENGAN METODE ORIENTASI FORMAT KLASIKAL. Herna Mikawati SMP 4 Kajen Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN METODE SIMULASI. Wirahanteng SMP 2 Kajen Kabupaten Pekalongan

STRATEGI BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU PEMBIMBING

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Kustanti Prasetyaningtyas SMP Negeri 1 Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal, Jawa Tengah

MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK LATIHAN BERTANGGUNGJAWAB

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK HOME WORK ASSIGNMENT. Budi Sutrisno dan Heri Saptadi Ismanto

PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK GAME TES. Praptiningsih SMP 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

MENINGKATKAN MINAT MELANJUTKAN STUDI MELALUI BIMBINGAN KARIR DENGAN PENDEKATAN TRAIT AND FACTOR

PENINGKATAN KEDISIPLINAN TATA TERTIB MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN. Anik Marijani

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR AN PADA HUKUM BACAAN MAD LAZIM MELALUI METODE DRILL. Siti Sofiyah

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BERBAHASA JAWA DENGAN METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIIA SEMESTER II SMP NEGERI 4 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DRAMA BERDASARKAN ANEKDOT MELALUI TEKNIK LATIHAN TERBIMBING. Wiji Lestari

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KPK DAN FPB MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH GEGURITAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW. Sunandar

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI BIMBINGAN SOSIAL DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL. Richah Sofiyanti dan Heri Saptadi Ismanto

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENINGKATAN MENGHITUNG OPERASI BILANGAN BULAT DENGAN METODE EKSPOSITORY BERBANTUAN MEDIA GARIS BILANGAN. Sri Eti Ermawati

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB III METODE PENELITIAN. 176 Pekanbaru Kecamatan Tampan tahun pelajaran dengan. materi Kenampakan alam, sosial, dan budaya (Variabel Y).

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI. Mubarokah

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INSTRINSIK PADA CERPEN MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL. Yuni Setiarini

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS MELALUI METODE ROLE PLAYING. Khoirul Huda

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya, bangsa yang baik adalah

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V Sekolah

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA KELAS VIII MTSN 2 MEDAN

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN PIKIRAN POKOK TEKS BACAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA MELALUI METODE PRESENTASI DISKUSI. Eri Sutatik SMA Negeri 2 Tanggul Kabupaten Jember

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

Hadmin Luande, Nuraedah, dan Nurvita Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

PENINGKATAN KREATIVITAS BERMAIN MUSIK ANSAMBEL. Erlin Sofiyanti

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan PTK ini dilakukan di kelas V SDN 72 Kota Timur Kota Gorontalo.

I. PENDAHULUAN. Tentunya siswa banyak mengalami interaksi yang cukup leluasa dengan. yang dihuni oleh beberapa suku dan budaya.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME. Dina Hikmah Safariyah

PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN. Ani Yuliastuti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, April 2017, Volume 3 Nomor 1 (42-46)

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG BENDA-BENDA LANGIT. Sri Utami Ningtiyanti

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

Oleh: Sumirah SDN I Karanganyar, Gandusari, Trenggalek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sikap merupakan etika, sopan dan santun yang termasuk didalamnya

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

Penerapan Model Pembelajaran Bermain Peran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SDN Randomayang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelompok B Paud Hidayatul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah elemen yang sangat penting

CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL EVALUASI LAYANAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja,

BAB III MET0DE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo.

Al Ulum Vol.64 No.2 April 2015 halaman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

Oleh: Sulastri SD Negeri 02 Sembon Karangrejo Tulungagung

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL PENELITIAN. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD FKIP UNP Kediri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : WIKANINGSIH NPM P

Meningkatkan Kemampuan Hubungan Interpersonal Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama pada Siswa Kelas IX-1 SMP Negeri 1 Praya Barat Daya

UPAYA MENGURANGI PERILAKU AGRESIF NON-VERBAL DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PALU

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 002

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN PERISTIWA ROTASI BUMI MELALUI METODE BERMAIN PERAN. Sarotun

Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION. Siswandi

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

UPAYA MENINGKATKAN SOPAN SANTUN BERBICARA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK

Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Hubungan Interpersonal Siswa ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000)

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, Januari 2015 ISSN 2442-9775 UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA Ita Roshita SMP N 2 Wonopringgo Kabupaten Pekalongan - Jawa Tengah Abstrak Sopan santun adalah budi pekerti yg baik, tata karma, peradaban, dan kesusilaan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa. Subyek penelitian yaitu 10 siswa dari kelas VII C dengan metode pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tindakan deskriptif kuantitatif dan analisis observasi. Hasil pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa. Kata Kunci: Layanan Bimbingan Kelompok, Perilaku Sopan Santun, Teknik Sosiodrama PENDAHULUAN Pada era Globalisasi pada masa sekarang ini, arus informasi begitu deras masuk dari berbagai macam media, yang mana arus informasi ini tidak ada penyaringannya semua manusia bisa bebas mengaksesnya tanpa batas usia, seperti media Televisi, Media Masa dan Internet. Arus informasi tersebut semakin lama membuat cara pandang dan perilaku masyarakat sedikit demi sediki berubah meninggalkan perilaku asli leluhur bangsa Indonesia. Perubahan perilaku sangat terasa pada kalangan remaja. Remaja yang masih duduk pada bangku sekolah seharusnya memempunyai perilaku positif karena mereka masih dalam proses pendidikan dalam pembentukan karakter, tetapi seiringin dengan adanya pengaruh tayangan televisi, internet, majalah, gambar-gambar porno dan masih banyak lagi yang lain yang sangat mudah diakses oleh remaja, memberikan dampak negatif pada perilaku remaja. hal ini kalau dibiarkan terus menerus nantinya bisa merusak perkembangan generasi penerus bangsa. Dampak negatif dari arus informasi yang bebas sudah bisa dirasakan pada perubahan perilaku siswa sekolah, khususnya pada jenjang sekolah menengah pertama, seringkali siswa melakukan perbuatan yang kadang-kadang tidak pantas dan kurang sopan terhadap guru dan temantemannya, melalui perilaku yang tidak mempunyai etika sopan santun dan dari tutur kata yang kurang pantas diucapkan oleh seorang siswa. Sopan santun adalah budi pekerti yg baik, tata karma, peradaban, kesusilaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sopan santun juga dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku seseorang dalam kehidupan sehari-hari harus sesuai dengan kodratnya, tempat, waktu dan kondisi lingkungannya dimana siswa itu berada, sehingga membuat siswa itu akan sukses dalam pergaulannya atau dalam hubungan sosialnya dan akan sukses dalam kehidupan keseluruhannya. 64

Fenomena yang terjadi di sekolah, siswa banyak yang tidak mengerti sopan santun dalam pergaulan di lingkungan sekolah, hal ini dibuktikan dari kartu kasus, banyak siswa yang berkata jorok dan tidak sepantasnya diucapkan oleh seoang siswa kepada temannya, selain itu kasus yang terjadi dengan guru, banyak guru yang mengeluh dengan perilaku sopan santun siswa, khususnya siswa kelas VII, mereka tidak bisa berbicara sopan dengan gurunya, mereka menganggap berbicara dengan guru sama dengan berbicara dengan teman, dan ketika bertemu guru mereka hanya lewat saja tidak menunjukan etika sopan santun ketika bertemu dengan seorang guru. Peneliti melihat kenyataan di sekolah banyak siswa yang berperilaku kurang sopan santun dalam bersosialisasi baik itu dalam berkomunikasi dengan guru atau dengan temannya seperti yang banyak dilakukan oleh siswa, kalau di ajak berbicara baik dengan guru atau teman jawabnya tidak mengunakan bahasa yang baik dan siswa sering sekali berkata jorok dengan siswa lawan jenisnya. Menurut pengamatan penulis, siswa yang kurang sopan santun dalam pergaulan itu dibawa dari lingkungan rumah dimana orang tua itu kurang memperhatikan anak-anaknya karena mayoritas orang tua sibuk bekerja sebagai buruh, tempat tinggal yang lingkunganya juga tidak mendukung dan keluarga yang broken home dan pendidikan orang tuannya yang kurang, Hal itulah yang menyebabkan siswa kurang sopan santun dalam pergaulan baik dengan teman atau warga sekolah lain. Guru BK selaku agen o change mempunyai tugas dalam membentuk karakter siswa, dalam kasus ini perilaku yang dirubah adalah perilaku sopan santun siswa dalam pergaulannya. Dalam merubah perilaku siswa yang mempunyai perilaku kurang sopan, BK mempunyai berbaga jenis layanan yang bisa digunakan dalam membantu siswa dalam membentuk perilaku sopan santun. Pelayanan konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu siswa dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan siswa, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluangpeluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi siswa di sekolah. Jenis layanan konseling meliputi layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layanan konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, layanan mediasi dan layanan advokasi (Prayitno, 2012). Disini layanan yang bisa digunakan untuk membentuk perilaku sopan santun, peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok. Dengan menggunakan teknik sosiodrama, Winkel (1991) menjelaskan bahwa sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang lain termasuk konflik-konflik yang dialami dalam pergaulan sosial. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa teknik sosiodrama merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk memberikan layanan bimbingan kelompok di sekolah dengan cara memerapkan perilaku yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial. Pemilihan penggunaan teknik sosiodrama didasarkan pada alasan karena permasalahan yang muncul berkaitan dengan permasalahan sosial yaitu kurang mempunyai etika sopan santun dalam hubungannya lingkungan sekitar utamanya dengan lingkungan sekolah, sehingga sosiodrama dipandang tepat untuk meningkatkan sopan santun. Melalui teknik sosiodrama, siswa akan belajar melakukan berperilaku sopan dan santun kepada orang lain dalam bentuk kegiatan memainkan sebuah peran. Teknik tersebut melatih siswa berperilaku sopan santun dengan orang lain baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun di masyarakat. 65

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa? Sedangkan tujuan penelitian yaitu mengetahui apakah melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan perilaku sopan santun siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015 bertempat di SMP N 2 Wonopringgo dengan subjek penelitian yaitu 10 siswa dari kelas VII C. Metode pengumpulan datanya menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Dalam menganalisis data penelitian tindakan bimbingan dan konseling, peneliti membandingkan antara data yang diperoleh pada saat kondisi awal sebelum diadakan tindakan, dibandingkan dengan data yang diperoleh setelah melalui tindakan pada siklus pertama dengan melalui tindakan pada siklus kedua, disebut juga dengan menggunakan tindakan deskriptif kuantitatif dan analisis observasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan obsevasi yang dilakukan oleh peneliti pada kondisi awal sebelum penelitian, Perilaku sopan santun siswa pada subyek penelitian 10 siswa dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Observasi Sopan Santun pada Kondisi Awal Kategori Frekuensi % Rendah 6 60 Sedang 4 40 Tinggi 0 0 Jumlah 10 100 Banyaknya siswa yang kurang memiliki perilaku sopan santun dikarenakan dari lingkungan pergaulan tempat siswa yang banyak menggunakan bahasa yang kurang sopan dan kurang berperilaku yang sopan terhadap sesama, sehingga berimbas pada perilaku dan bahasa yang diucapkan siswa kepada orang tua dan juga pada guru di sekolah. Siklus I 1. Perencanaan Tindakan pada siklus I direncanakan selama tiga pertemuan. Pertemuan dilakukan di ruang bimbingan kelompok dan dilaksanakan pada siang hari. Pertemuan pertama untuk menyusun jadwal pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama, menentukan tempat untuk pelaksanaan tindakan, menyiapkan satuan layanan bimbingan kelompok, menyiapkan seluruh bahan dan sekenario, pertemuan kedua melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dan pertemuan ketiga membahas evaluasi dan tindak lanjut mengenai hasil yang dicapai. 66

2. Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I diantaranya: 42 a. Mengelompokkan siswa yang akan dijadikan obyek penelitian yaitu dikelompokkan menjadi 2 kelompok dari 10 siswa dan peneliti menjelaskan tujuan serta tata cara pelaksanaan teknik sosidorama. Tujuan teknik sosiodrama yaitu siswa belajar berperilaku sopan dan santun kepada orang lain dalam bentuk kegiatan memainkan sebuah peran. b. Subyek melaksanakan layanan bimbingan kelompok sesuai dengan tahapan layanan bimbingan kelompok yaitu (1) tahap pembentukan meliputi penerimaan, memimpin doa, menjelaskan pengertian dan tujuan layanan, menjelaskan cara pelaksanaan layanan, menjelaskan asas-asas layanan, kesepakatan waktu, dan permainan, (2) tahap kegiatan meliputi mengemukakan topik sopan santun di sekolah, anggota memainkan peran model seorang guru dan lain menjadi siswa, semua anggota memainkan peran dengan tuntas, (3) tahap penutupan meliputi menjelaskan kegiatan akan segera berakhir, melakukan penilaian keberhasilan layanan, kegiatan lanjutan dan ucapan terimakasih. 3. Observasi Observer melakukan pengamatan dalam sosiodrama yaitu observer mengamati siswa dalam memerankan tokoh yang harus dilakoninya, dan mengamati penghayatan siswa dalam melakukan peran tersebut. Dalam pelaksanaan tindakan sosiodrama, siswa masih merasa canggung dalam memerankan perilaku tokoh yang digelutinya. Meskipun begitu siswa sangat antusias dalam memerankan tokoh yang dimainkannya. 4. Refleksi Refleksi dilakukan dengan menggunakan hasil observasi dan menggunakan wawancara kepada siswa. Berdasar hasil pengamatan dan wawancara kepada siswa, catatan peneliti dan observasi pengamat diperoleh sebagai berikut: a. Keberhasilan peneliti, yaitu peneliti mampu mengelola kelompok, teknik yang digunakan mampu memberikan pembelajaran pada siswa mengenai bagaimana seharusnya berperilaku sopan santun terhadap teman, orang lain dan orang tua. Siswa terlihat cukup antusias melaksanakan layanan bimbingan kelompok meskipun awalnya masih banyak siswa yang canggung dalam memainkan peran. b. Hambatan yang dihadapi peneliti, yaitu masih ada 4 siswa yang belum aktif dan kurang antusias mengikuti layanan bimbingan kelompok. c. Rencana perbaikan, peneliti merencanakan kembali melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama. Agar siswa lebih aktif dan antusias maka pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan cara : (1) Temanya diperluas menjadi perilaku sopan santun di lingkungan masyarakat, dan (2) dan memberikan kebebasan siswa memilih peran atau karakter yang mereka ingin mainkan, hal ini supaya siswa lebih antusias melakukan permainan peran dan siswa lebih mengenai mengenai peran yang mereka mainkan. d. Perubahan perilaku sopan santun siswa dari kondisi awal dan setelah siklus I berdasar pengamatan saat siswa melaksanakan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama meningkat yang sebelumnya tidak ada siswa yang masuk kategori tinggi dalam berperilaku sopan santun, sekarang sudah ada 2 siswa yang masuk kategori tinggi, 4 siswa masuk kategori sedang, dan 4 siswa masih dalam kategori rendah. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut: 67

Tabel 2. Hasil observasi perilaku sopan santun siswa (Kondisi Awal dan Siklus I) Kategori Kondisi Awal Siklus I Frekuensi % Frekuensi % Rendah 6 80 4 40 Sedang 4 20 4 40 Tinggi 0 0 2 20 Jumlah 10 100 10 100 Siklus II 1. Perencanaan Pertemuan siklus II direncanakan 3 kali pertemuan dan kegiatan layanan bimbingan kelompok dilakukan pada siang hari hari. Rencana tindakan pada siklus II pada dasarnya sama dengan siklus I, hanya ada perbedaan yaitu tema sosiodrama lebih diperluas lagi, pada saat siklus pertama hanya melingkupi lingkungan sekolah, siklus II diperluas menjadi lingkup lingkungan masyarakat. 2. Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II diantaranya: a. Mengelompokkan siswa yang akan dijadikan obyek penelitian yaitu dikelompokkan menjadi 2 kelompok dari 10 siswa dan peneliti menjelaskan tujuan dan tata cara pelaksanaan teknik sosidorama. Tujuan teknik sosiodrama yaitu siswa belajar berperilaku sopan dan santun kepada orang lain dalam bentuk kegiatan memainkan sebuah peran. b. Subyek melaksanakan layanan bimbingan kelompok sesuai dengan tahapan layanan bimbingan kelompok yaitu (1) tahap pembentukan meliputi penerimaan, memimpin doa, menjelaskan pengertian dan tujuan layanan, menjelaskan cara pelaksanaan layanan, menjelaskan asas-asas layanan, kesepakatan waktu, dan permainan, (2) tahap kegiatan meliputi mengemukakan topik bebas sopan santun di masyarakat, anggota memainkan peran model bebas menjadi tokoh masyarakat yang berperilaku sopan, semua anggota memainkan peran dengan tuntas, (3) tahap penutupan meliputi menjelaskan kegiatan akan segera berakhir, melakukan penilaian keberhasilan layanan, kegiatan lanjutan dan ucapan terimakasih. 3. Observasi Di dalam hasil dari pengamatan jika pada siklus I masih dijumpai anak yang masih canggung dalam memainkan peran dan kurang aktif dalam kegiatan, pada siklus II ini sudah tidak ada. Dari hasil pengamatan siswa, siswa sudah antusias dan mulai terbiasa menanamkan perilaku sopan santun dalam memeran sosiodrama dalam kegiatan layanan bimbingan kelompok secara keseluruhan. 4. Refleksi Refleksi dilakukan dengan menggunakan hasil observasi dan menggunakan wawancara kepada siswa. Berdasar hasil pengamatan dan wawancara, catatan peneliti dan observasi pengamat diperoleh sebagai berikut: a. Keberhasilan peneliti, yaitu pada siklus II peneliti mampu memotivasi siswa agar mampu berperilaku sopan, tema yang diberikan menjadi menarik karena lingkupnya menjadi masyarakat jadi mereka berperan ke dalam karakter yang mereka inginkan, itu membuat siswa menjadi tertarik mengikuti kegiatan layanan bimbingan kelompok, serta anggota kelompok yang tergolong rendah merasakan dan mengerti akan perilaku sopan santun itu sendiri. b. Siswa yang dulunya masih canggung dan masih bersikap seenaknya sendiri tanpa melihat sopan santun, sekarang sudah tidak tampak lagi pada siklus II. 68

Perubahan perilaku sopan santun siswa setelah siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: 44 Tabel 3. Hasil observasi perilaku sopan santun (Siklus I dan Siklus II) Kategori Siklus I Siklus II Frekuensi % Frekuensi % Rendah 4 40 0 0 Sedang 4 40 6 60 Tinggi 2 20 4 40 Jumlah 10 100 10 100 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: Gambar 1. Perilaku Sopan Santun Siswa SIMPULAN Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat meningkatkan sopan santun siswa. Dari penelitian siklus I, terdapat 4 siswa yang berperilaku sopan santun yang rendah, 4 siswa yang berperilaku sopan santun sedang dan 2 siswa yang tinggi. Dari hasil pengamatan ini masih ada beberapa siswa yang mempunyai perilaku yang kurang sopan. Maka pada pelaksanaan siklus II diadakan beberapa perubahan diantaranya (1) Temanya diperluas menjadi perilaku sopan santun di lingkungan masyarakat, dan (2) dan memberikan kebebasan siswa memilih peran atau karakter yang mereka ingin mainkan, hal ini supaya siswa lebih antusias melakukan permainan peran dan siswa lebih mengenai mengenai peran yang mereka mainkan. Dari berbagai perubahan tersebut, pada siklus II dari hasil pengamatan terdapat peningkatan yang sangat signifikan yaitu siswa yang berperilaku sopan santun rendah menjadi 0 siswa, yang sedang menjadi 6 siswa dan yang tinggi menjadi 4 siswa. 69

UCAPAN TERIMAKASIH Kepala Sekolah, Guru, Karyawan dan Siswa kelas VII C SMP 2 Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2009. Peneitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Kamus Besar Bahasa Indonesia (online) Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Universitas Negeri Padang Winkel W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : PT Grasindo. 70