BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sibling Rivalry pada remaja akhir. Persaingan antar saudara kandung oleh Amijoyo dalam Kamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORITIS Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak. Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6

BAB I PENDAHULUAN. alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SIBLING RIVALRY PADA BALITA DI KEMUKIMAN KANDANG KECAMATAN KLUET SELATAN ACEH SELATAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

Sibling Rivalry Pada Anak Usia Todler

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

PENGETAHUAN IBU DAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) DI KOMUNITI INDONESIA MESAIEED QATAR 2012 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari,

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja

BAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diterapkan oleh orang tua subjek, dan tingkat sbling rivalry subjek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Sibling Rivalry (Persaingan Saudara Kandung)

DAMPAK SIBLING RIVALRY (PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG) PADA ANAK USIA DINI

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saudara adopsi. Hubungan antar sibling adalah yang abadi, sibling berbagi

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya

suatu kesatuan dalam tujuan tersebut (Walgito, 2000).

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

Sosialisasi Bahasa dalam Pembentukkan Kepribadian Anak. Sosialisasi bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu di

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI TK AISYIAH BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2017

HUBUNGAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA TODDLER DI DESA GENDONG KULON BABAT LAMONGAN TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KELURAHAN TLOGOMAS, KECAMATAN LOWOKWARU, KOTA MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG POLA ASUH DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

Hubungan Antara Sibling Rivarly dengan Kemampuan Penyesuaian Sosial Anak Usia Pra Sekolah di Tk Ulil Albab Mertoyudan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. kitamenemukan pendamping yaitu suami atau istri. Hubungan dengan. saudarakandung adalah hubungan paling dasar sebelum kita memasuki

FAKTOR DOMINAN PADA KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, hubungan sosial mengambil peran yang penting. Mereka

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

Jurnal Kebidanan 08 (02) Jurnal Kebidanan http : //www. journal.stikeseub.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. istri, dan juga anak serta terjadinya proses reproduksi. sebuah keruntuhan yang besar ketika hubungan antara saudara kandung tidak

NASKAH PUBLIKASI TWIBLING RIVALRY

Transkripsi:

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal ini adalah saudara yang dilahirkan oleh ibunya yang dianggap mengancam posisi anak sebelumnya, ditujukan dengan perasaan iri hati) (Ranuh, 2005). Kecemburuan atau ketidaksukaan anak yang alamiah terhadap anak baru dalam keluarga dinamakan persaingan sibling (Wong, 2008). Persaingan dengan saudara kandung adalah perasaan cemburu atau benci yang pada umumnya terjadi pada anak karena adanya saudara kandung (Nursalam, 2005). Menurut Keyla (2008), persaingan saudara kandung adalah kecemburuan, kompetisi, dan berkelahi antara saudara. Persaingan ini dimulai segera setelah kelahiran anak yang kedua. Persaingan saudara kandung biasanya terjadi sepanjang masa anak-anak dan hal ini dapat membuat frustasi dan stress dari orangtua. Sibling rivalry adalah konflik atau perselisihan yang terjadi pada anak atau perselisihan antara kakak adik (Kozier, 2010). Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih (Lusa, 2010). Sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua (Setiawati, 2008). 9

10 Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sibling rivalry dapat diartikan sebagai kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. 2. Faktor yang Mempengaruhi Sibling Rivalry (Judarwanto, 2005) a. Lingkungan Orang tua mempunyai peran aktif yang penting sehingga anak mampu melewati sibling dengan positif, agar hubungan antara anggota keluarga dapat terbina dan terpelihara dengan baik. Peranan orang tua sangat penting untuk menjalankan fungsinya sebagai top management. Hubungan dalam keluarga yaitu dengan pergaulan/ komunikasi yang terjadi di dalam suatu keluarga dengan jalinan hubungan keluarga yang akrab, mesra dan harmonis antara ayah dan ibu, anak serta anggota keluarga yang lain sesuai fungsinya masingmasing. b. Psikis Perkembangan emosi dan kejiwaan seorang anak berjalan maju bersamaan dengan pertumbuhan kematangan biologisnya. Pada seorang anak yang perasaannya ditolak, baik karena diacuhkan maupun dimarahi terus menerus dapat menyebabkan gangguan kejiwaan yang serius. c. Kemampuan (skill) Melalui proses perkembangan dan pertumbuhan sistem saraf pada anak juga akan mempunyai peningkatan ketrampilan. Kemampuan untuk mempergunakan ketrampilan ini menciptakan interaksi dengan lingkungan. Menurut Nasution (2003) kemampuan terdiri dari : 10

11 1) Tingkat pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima dan menyesuaikan hal yang baru informasi. 2) Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas. 3) Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan. 4) Kultur budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam pengetahuan karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. d. Pengetahuan Pengetahuan orang tua tentang reaksi sibling rivalry dimana orang tua harus tahu tentang hal-hal negatif yang dilakukan oleh anak kepada kakak maupun adiknya baik di rumah maupun di sekolah. Ibu harus mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anaknya. 3. Kondisi yang mempengaruhi hubungan antar-saudara kandung (Hurlock, 2002) a. Sikap orang tua Sikap orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh sejauh mana anak mendekati keinginan dan harapan orang tua. Sikap orang tua juga dipengaruhi oleh sikap dan perilaku anak terhadap anak yang lain dan terhadap orang tuanya. Bila terdapat rasa persaingan dan permusuhan, sikap orang tua terhadap semua anak kurang menguntungkan dibandingkan bila mereka satu sama lain bergaul cukup baik. 11

12 b. Urutan dalam posisi Semua keluarga, kecuali keluarga satu anak, semua anak diberi peran menurut urutan kelahiran dan mereka diharapkan memerankan peran tersebut. Jika anak menyukai peran yang diberikan padanya, semua berjalan dengan baik. Tetapi peran itu peran yang diberikan dan bukan yang dipilih sendiri, maka kemungkinan terjadi perselisihan besar sekali. Sebagai contoh, anak perempuan yang lebih tua mungkin menolak perannya sebagai pembantu ibu dan merasa bahwa adiknya harus berbagi beberapa tanggung jawab yang diberikan padanya. Hal ini dapat menyebabkan memburuknya hubungan orang tua-anak maupun hubungan antar saudara. c. Jenis Kelamin Saudara Kandung Anak laki-laki dan perempuan bereaksi sangat berbeda terhadap saudara laki-laki dan perempuannya. Misalnya, dalam kombinasi perempuan-perempuan, terdapat lebih banyak iri hati daripada dalam kombinasi laki-perempuan atau laki-laki. Seorang kakak perempuan kemungkinan lebih cerewet dan suka mengatur terhadap adik perempuannya daripada adik lakinya. Anak laki-laki lebih banyak berkelahi dengan kakak laki-laki daripada dengan kakak perempuannya, untuk sebagian karena orang tua tidak akan membiarkan agresivitas yang berlebihan terhadap kakak perempuan. Selama usia yang pada akhir masa kanak-kanak, antagonisme antar jenis kelamin yang sering berkembang dalam yang menyebar ke rumah, dan menimbulkan konflik-konflik yang tidak ada habishabisnya antara kakak laki-laki dan kakak perempuan. Hubungan antar saudara kedua jenis biasanya mencapai titik terendah pada saat ini. Hal ini sering dapat mempunyai pengaruh yang sangat buruk pada hubungan keluarga, terutama bila orang tua turut campur dan berusaha mengakhiri perperangan antar jenis tersebut. Orang tua 12

13 kemudian dituduh pilih kasih, suatu tuduhan yang lebih merusak hubungan keluarga. d. Perbedaan Usia Jika perbedaan usia antarsaudara besar, hubungan antara orang tua dan anak secara keseluruhan berbeda dari hubungan dengan perbedaan usia antarsaudara yang kecil. Bila anak-anak berdekatan usia, orang tua cenderung memperlakukan mereka dengan cara yang sama. Tetapi orang tua cenderung mengharapkan anak yang lebih tua menjadi model yang baik dan mereka mengecamnya bila ia gagal melakukan itu. Sebaliknya, anak yang lebih muda, diharapkan meniru anak yang lebih tua dan mematuhinya. Harapan orang tua ini ikut memperburuk hubungan antarsaudara kandung. e. Jumlah Saudara Jumlah saudara yang kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang besar. Untuk itu terdapat dua alasan. Pertama, bila hanya ada dua atau tiga anak dalam keluarga, mereka lebih sering bersama daripada jika jumlahnya besar. Karena perbedaan usia juga mungkin sekali kecil, orang tua mengharapkan mereka bermain dan melakukan berbagai hal bersama-sama. Kedua, bila ada banyak anak, disiplin cenderung otoriter. Bahkan bila ada antagonisme dan permusuhan, ekspresi terbuka perasaan ini dikendalikan dengan ketat. Pengawasan orang tua yang santai, permisif terhadap perilaku anak, memungkinkan antagonisme dan permusuhan ini dinyatakan dengan terbuka, sehingga tercipta suasana yang diwarnai perselisihan. f. Jenis Disiplin Hubungan antarsaudara kandung tampak jauh lebih rukun dalam keluarga yang menggunakan disiplin otoriter dibandingkan dengan keluarga yang mengikuti pola permisif. Bila anak dibiarkan 13

14 bertindak sesuka hati, hubungan antarsaudara sering tidak terkendalikan lagi. Disiplin yang demokratis dapat mengatasi sebagian kekacauan akibat disiplin permisif, tetapi dampaknya tidak sebesar dampak disiplin otoriter. Dengan sistem demokratis, anak belajar mengapa mereka harus memberi dan menerima atas dasar kerja sama pada sistem otoriter, mereka dipaksa melakukannya dan hal ini menimbulkan rasa benci. g. Pengaruh Orang Luar Orang lain baik anggota keluarga maupun teman orang tua atau guru dapat menimbulkan atau memperhebat ketegangan yang telah ada antara saudara kandung dengan membandingkan anak yang satu dengan yang lain. Bilamana perbandingan menguntungkan anak tertentu, maka akan timbul permusuhan di pihak saudara yang lain terhadap anak tersebut. Sebaliknya, bilamana perbandingan merugikan anak itu, sudah hampir pasti anak itu akan mulai memusuhi saudaranya yang dinilai lebih baik. 4. Reaksi sibling rivalry yang sering terjadi pada anak-anak (Priatna C dan Yulia A, 2006) a. Agresif b. Membangkang c. Rewel d. Mengalami kemunduran (misalnya semula tidak mengompol sekarang mengompol lagi) e. Sering marah yang meledak-ledak f. Sering menangis tanpa sebab g. Menjadi lebih manja atau lengket kepada ibu 14

15 B. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun atau segala sesuatu yang diketahui orang dan pengalaman hidupnya (Patmonodewo, 2000). Pengetahuan merupakan berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan (knowledge) adalah hal-hal yang kita ketahui tentang kebenaran yang ada di sekitar kita tanpa harus menguji kebenarannya, didapat melalui pengamatan yang lebih mendalam (Wasis, 2008). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dapat diartikan sebagai hal-hal yang kita ketahui tentang kebenaran melalui pancaindra atas segala sesuatu yang diketahui orang dan pengalaman hidupnya tanpa harus menguji kebenarannya. 2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Green dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada 5, yaitu : a. Tingkat pendidikan Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka ia akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal tersebut. 15

16 b. Paparan media massa (akses informasi) Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas. Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi yang dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamphlet dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak di bandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang. c. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi-informasi baru akan disaring kira-kira sesuai atau tidaknya dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut. d. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedangkan umur semakin bertambah tua. e. Sosial ekonomi Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan daya pendidikan yang ditempuh seseorang sehingga memperluas pengetahuan seseorang. 3. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall ) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab 16

17 itu, tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 4. Macam Pengetahuan a. Pengetahuan fisis didapatkan dari abstraksi seseorang terhadap objek secara langsung. 17

18 b. Pengetahuan matematis-logis didapatkan dari abstraksi seseorang terhadap relasi dan fungsi objek secara tidak langsung. c. Pengetahuan sosial didapatkan dari interaksi seseorang dengan masyarakat, lingkungan dan budaya yang ada. 5. Sumber Pengetahuan Rahman (2003) mengatakan bahwa proses terjadinya pengetahuan dilihat dari sifatnya yaitu apriori dan aposteriori. Pengetahuan apriori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya pengalaman yang baik, pengalaman indra maupun batin. Pengetahuan aposteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman. 6. Alat Ukur Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan isi materi yang ingin di ukur dari responden (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan responden akan ditentukan dengan seberapa jauh kemampuannya dalam menjawab pertanyaan mengenai reaksi sibling rivalry pada kuesioner. 18

19 C. Kerangka Teori Penelitian Faktor pengetahuan: 1. Tingkat pendidikan 2. Paparan media massa (akses informasi) 3. Budaya 4. Pengalaman 5. Sosial ekonomi Pengetahuan ibu Sibling rivalry Reaksi sibling rivalry : 1. Agresif 2. Membangkang 3. Rewel 4. Suka mengompol 5. Sering marah 6. Sering menangis 7. Lebih manja Tingkatan pengetahuan : 1. Tahu 2. Memahami 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi Faktor yang mempengaruhi sibling rivalry: 1. Lingkungan 2. Psikis 3. Kemampuan (skill) 4. Penggetahuan Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian Sumber : Elizabeth B. Hurlock (2002), Judarwanto (2005), Priatna C dan Yulia A (2006) 19

20 D. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen Variabel Dependen Tingkat pengetahuan ibu Reaksi sibling rivalry Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian E. Hipotesis Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan reaksi sibling rivalry pada anak usia pra sekolah di Desa Jampirejo Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. F. Variabel Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggotaanggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. (Notoatmodjo, 2005). 1. Variabel Independent (variabel bebas) Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat), variabel ini dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain. Variabel bebasnya adalah tingkat pengetahuan ibu. 2. Variabel Dependent (variabel terikat) Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel terikatnya adalah reaksi sibling rivalry. 20