BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau cinta kasih orang tua (Kartono dan Gulo, 2000: 456). Sibling rivalry sebagai pertentangan saudara kandung, adik dan kakak laki-laki, adik dan kakak perempuan atau adik perempuan dan laki-laki, pertengkaran antara saudara ini dapat disebabkan karena iri hati atau adanya perbedaan minat. Sibling rivalry sebagai suatu kompetisi antar saudara kandung, misalnya adik perempuan dengan kakak lakilaki, adik laki-laki dengan kakak perempuan, adik perempuan dengan kakak perempuan, dan antara adik laki-laki dengan kakak laki-laki. Pada pengertian ini, hanya ada satu hal yang ditonjolkan dalam persaingan bersaudara yaitu unsur kompetisi, dalam unsur ini tercakup perasaan ingin bersaing, tidak mau kalah dengan saudaranya ingin mendapatkan apa yang didapat sudaranya dan perasaan cemburu. Perasaan iri pada saudara kandung yang menetap hingga masa remaja akan mempersulit keadaan individu, karena pada saat yang sama pula seorang remaja dituntut untuk mampu melakukan penyesuaian dengan perubahan-perubahan pada dirinya dan lingkungan sosialnya. Hubungan antar saudara yang diwarnai dengan perselisihan akan membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial seluruh anggota keluarga, orang dewasa maupun anak-anak (Hurlock:1996: 207). 14

2 15 Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat bertahan hingga dewasa. Hubungan dengan saudara dapat memengaruhi perkembangan individu, secara positif maupun negatif tergantung pola hubungan yang terjadi. Pada masa kanak-kanak pola hubungan dengan sibling dipengaruhi oleh beberapa karakteristik, yaitu jumlah saudara, urutan kelahiran, dan jenis kelamin. Penelitian Powell dan Stelman menemukan bahwa kombinasi antara jumlah saudara dan jarak kelahiran yang dekat berpengaruh negatif terhadap prestasi akademik dibandingkan dengan memiliki jarak kelahiran yang jauh. Pola hubungan antara saudara kandung juga dipengaruhi oleh orangtua dalam memperlakukan mereka. Perlakuan orangtua yang berbeda terhadap anak dapat berpengaruh pada kecemburuan, gaya kelekatan, dan harga diri yang pada gilirannya bisa menimbulkan distres pada hubungan romantis dikemudian hari (Lestari, 2012: 20). Sibling rivalry terjadi karena adanya perbedaan reaksi dari orang-orang yang berada di sekelilingnya, termasuk reaksi ayah dan ibunya. Hal tersebut karena adanya anggapan bahwa orangtua pilih kasih. Sikap demikian menumbuhkan rasa iri hati dan permusuhan yang akan mempengaruhi hubungan antara saudara kandung yang negatif yaitu dengan munculnya berbagai pertentangan antar saudara kandung. Perasaan iri yang diwarnai dengan perselisihan yang akan mengakibatkan munculnya sibling rivalry, selalu berjalan pada suatu alasan yaitu anak sedang melakukan pencarian tentang siapa diri mereka dan pada prosesnya mereka melakukan persaingan untuk mendapatkan

3 16 bakat dan aktivitasnya, yang kedua anak merasa mereka mendapatkan jumlah perhatian yang tidak adil, disiplin atau pertanggungjawaban dari orangtua mereka (Hariyanti, 2016: 18-19). Walaupun hubungan saudara sekandung remaja menunjukkan tingkat konflik yang tinggi dibandingkan dengan hubungan remaja dengan agen sosial yang lain (contohnya, orangtua, teman sebaya, guru, dan pacar), ada bukti bahwa konflik saudara sekandung sebenarnya lebih ringan pada masa remaja daripada masa kanak-kanak. Dalam masa kanak-kanak ada ketidakseimbangan kekuatan dimana saudara sekandung yang lebih tua biasanya berperan sebagai bos atau perawat. Ketidakseimbangan kekuatan ini seringkali mengakibatkan konflik ketika salah seorang saudara kandung mencoba memaksa yang lain unuk memenuhi keinginannya (Santrock, 2003: 197). Perselisihan paling awal, paling sering dan paling intens diantara saudara kandung berkaitan dengan hak kepemilikan, siapa yang memiliki mainan dan yang berhak memainkannya. Walaupun orang dewasa yang jengkel tidak selalu melihat tersebut dengan cara yang sama, pertengkaran antara saudara kandung dan penyelesaiannnya dapat dipandang sebagai peluang sosialisasi, dimana anak belajar untuk berbicara atas nama prinsip moral. Dalam sebuah studi terhadap 40 pasangan saudara kandung berusia 2 dan 4 tahunan, rata-rata perebutan kepemilikan muncul setiap 15 menit sepanjang 9 jam periode observasi. Rivalitas saudara kandung bukanlah pola utama diawal kehidupan antara kakak dan adik. Pada saat rivalitas eksis, muncul pula afeksi, ketertarikan, persahabatan, dan pengaruh yang merupakan pola utama antara

4 17 kakak dan adik. Saudara yang lebih tua memulai lebih banyak perilaku, baik yang bersahabat maupun yang tidak bersahabat, saudara yang lebih muda cenderung meniru yang lebih tua. Pada saudara sekandung berdampingan dengan lebih baik ketika sang ibu tidak bersama mereka (Papalia, 2008: ). Menurut Dunn, pola hubungan antara saudara kandung dicirikan oleh tiga karakteristik, yaitu kekuatan emosi dan tidak terhambatnya pengungkapan dan emosi tersebut, keintiman yang membuat antar saudara kandung saling mengenal antar pribadi, dan adanya sifat pribadi yang mewarnai hubungan diantara saudara kandung. Sebagian memperlihatkan afeksi, kepedulian, kerja sama, dan dukungan. Sebagian yang lain menggambarkan adanya permusuhan, gangguan, dan perilaku agresif yang memperlihatkan adanya ketidaksukaan satu sama lain (Lestari, 2012 :20). Meidia Sari (2012:4) mengatakan sibling rivalry merupakan pengalaman umum yang terjadi ketika seorang ibu memiliki lebih dari satu anak. Kehadiran sibling bagi anak berpengaruh terhadap hubungannya dengan diri sendiri, orangtua, dan interaksi antar anggota keluarga. Hak kepemilikan yang paling mendasar pada anak-anak adalah bahwa setiap anak merasa memiliki orangtuanya. Kepemilikan tersebut diartikan bahwa segala hal yang berhubungan dengan orangtua adalah hak mereka sendiri. Selain itu sibling rivalry juga diartikan sebagai suatu bentuk dari persaingan antara saudara kandung, kakak, adik yang terjadi karena seseorang merasa takut kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tua, sehingga

5 18 menimbulkan berbagai pertentangan dan akibat pertentangan tersebut dapat membahayakan bagi penyesuaian pribadi dan sosial seseorang (Chaplin, 2009: 463). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sibling rivalry adalah kecemburuan atau ketidaksukaan kakak kepada adiknya ataupun sebaliknya karena merasa kasih sayang orangtuanya berkurang karena adanya kakak ataupun adik. 2. Ciri-Ciri Sibling Rivalry Munculnya sibling rivalry pada diri seseorang dikeluarganya dapat menimbulkan perilaku yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai kecemburuan dapat diekspresikan dengan berbagai macam cara. Terkadang dengan sebuah aduan kepada ibu atau ayah mengenai kesalahan adik atau kakak. Hal yang paling membahayakan ketika anak sudah bertindak agresif kepada adik nya, seperti mendorong, memukul, menendang. Ciri-ciri anak yang mengalami sibling rivalry yaitu sikap agresif pada saudara kandungnya, tidak mau berbagi dan membantu saudara, serta mudah marah. Ciri-ciri tersebut diperkuat oleh pendapat Hurlock (1996: 211) yang menyebutkan ciri-ciri sibling rivalry diantaranya: a. Tidak mau membantu saudara b. Tidak mau berbagi dengan saudara c. Tidak mau bermain dengan saudara atau mengasuh adik kecuali jika dipaksa d. Serangan agresif terhadap saudara, dan merusak milik saudara.

6 19 Pada satu sisi saudara kandung dapat dianggap sebagai pesaing dalam memanfaatkan sumber daya dari orangtua. Dalam perspektif ini seorang anak dapat mengalami kemunduran perkembangan (regresi) yang disebabkan oleh kelahiran adiknya. Regresi tersebut menjadi taktik bagi anak untuk memperoleh bagian sumber daya yang lebih besar. Selain itu terdapat suatu kecenderungan bahwa orangtua akan menginvestasikan sumber dayanya secara lebih besar pada anak sulung daripada anak yang lahir kemudian. Walaupun berbagai penelitian menunjukkan bahwa hal negatif dalam hubungan antar saudara yang dikenal dengan sebutan sibling rivalry, namun Lestari (2012, 20-21) menjelaskan bahwa keberadaan saudara kandung juga bermanfaat, antara lain: 1) Sebagai tempat uji coba (testing ground). Saat bereksperimen dengan perilaku baru anak akan mencobanya terhadap saudaranya sebelum menunjukkan pada orangtua atau teman sebayanya. 2) Sebagai guru. Biasanya anak yang lebih besar, karena memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak, akan banyak mengajari adiknya. 3) Sebagai mitra untuk melatih keterampilan negosiasi. Saat melakukan tugas dari orangtua atau memanfaatkan alokasi sumber daya keluarga, kakak beradik biasanya akan melakukan negosiasi mengenai bagian masing-masing. 4) Sebagai sarana untuk belajar mengenai konsekuensi dari kerja sama dan konflik.

7 20 5) Sebagai sarana untuk mengetahui manfaat dari komitmen dan kesetiaan. 6) Sebagai pelindung bagi saudaranya. 7) Sebagai penerjemah dari maksud orangtua dan teman sebaya terhadap adiknya. 8) Sebagai pembuka jalan saat ide baru tentang suatu perilaku diperkenalkan pada keluarga. 3. Aspek Sibling Rivalry Kehadiran seorang saudara akan memberikan kontribusi bagi perkembangan sosio emosional anak, serta hampir tidak pernah bisa dihindari adanya persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry). Dalam skripsi Putri (2013: 23) ia menjelaskan tentang aspek dari sibling rivalry yaitu: a. Bukti adanya rasa persaingan atau rasa iri hati terhadap saudara. Hal ini ditandai dengan upaya bersaing yang nyata antar saudara untuk merebut perhatian atau cinta orang tuanya. Untuk dikategorikan sibling rivalry maka harus ada perasaan negatif yang berlebihan yaitu misalnya kurangnya pandangan positif, sikap jahat, upaya menjegal, keengganan untuk berbagi dan kurangnya interaksi yang ramah. b. Sikap selama beberapa bulan setelah adik lahir c. Gangguan emosional melampaui taraf normal atau berkelanjutan dan berhubungan dengan masalah psikososial.

8 21 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Sibling Rivalry Kehadiran seorang saudara akan memberikan kontribusi bagi perkembangan sosio emosional anak, serta hampir tidak pernah bisa dihindari adanya persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry). Sibling rivalry pada seseorang akan meningkat sejalan dengan meningkatnya usia tetapi pada setiap usia kualitas sibling rivalry akan berbeda-beda. Menurut Santrock (2012:181) faktor-faktor yang mempengaruhi dalam hubungan saudara kandung yaitu jumlah saudara, usia saudara, urutan kelahiran, rentang usia dan jenis kelamin saudara. Selain itu temperamen anak dan perlakuan orang tua yang berbeda pada setiap anak mempengaruhi hubungan saudara kandung. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas sibling rivalry yang dapat menentukan apakah hubungan antar saudara kandung akan baik atau buruk (Hurlock, 1996: ) yaitu ; a. Sikap orang tua. Sikap orang tua pada anak dipengaruhi oleh sejauh mana anak dapat membanggakan orang tua dan memenuhi keinginan orang tua. Biasanya anak pertama yang memiliki waktu bersama orang tua lebih lama dimana asosiasi yang dibangun diantara mereka sangat erat cenderung akan memenuhi apa yang orang tua inginkan dibandingkan anak tengah atau anak bungsu. Dengan itu maka orang tua akan bersikap berbeda antara anak pertama, tangah ataupun terakhir dan hal itu menyebabkan rasa benci dan iri lalu terbentuklah permusuhan serta persaingan antara mereka. b. Urutan posisi. Dalam sebuah keluarga yang memiliki lebih dari satu anak maka pada setiap anak akan memiliki beban dan tugasnya masing-masing.

9 22 Apabila anak dapat menjalankan tugasnya dan perannya dengan mudah maka hal itu tidak akan menjadi masalah, namun ketika mereka tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai anak itu yang dapat menyebabkan perselisihan yang besar. Peran pada setiap anak dalam keluarga bukan dipilih sendiri melainkan sudah merupakan kodrat. Sebagai contoh ketika anak perempuan pertama memiliki stereotype pembantu ibu, ketika anak perempuan tertua ini menolak perannya sebagai pembantu ibu dan merasa bahwa adik-adiknya juga harus membantu dirinya maka hal ini dapat memperburuk hubungan orang tua dan anak. c. Jenis kelamin saudara kandung. Anak laki-laki dan perempuan bereaksi yang berbeda terhadap saudara kandung yang sama jenis kelaminnya atau berbeda jenis kelaminnya. Misalnya kakak perempuan akan lebih banyak mengatur adik perempuannya daripada adik laki-lakinya atau anak laki-laki lebih sering bertengkar dengan kakak atau adik nya yang juga berjenis kelamin laki-laki daripada dengan perempuan, biasanya mereka lebih cenderung melindungi kakak atau adik perempuannya. Ketika usia pada akhir masa anak-anak, antagonisme antar jenis kelamin akan semakin kuat dan menyebar dalam rumah lalu menjadikan konflik-konflik hebat antara mereka. Biasanya juga diperburuk apabila pada proses konflik tersebut orang tua ikut campur untuk mengakhiri konflik tersebut lalu orangtua biasanya akan dituduh membela salah satu, hal tersebut yang biasanya lebih merusak hubungan persaudaraan dan hubungan keluarga itu sendiri.

10 23 d. Perbedaan usia. Perbedaan usia antara saudara kandung mempengaruhi cara mereka dalam bereaksi satu terhadap lain dan cara orang tua memperlakukan mereka. Apabila usia mereka berdekatan biasanya hubungannya tidak kooperatif, tidak ramah dan saling bersaing mendapatkan kasih sayang. Ketika orang tua memiliki anak yang berdekatan usianya maka orang tua cenderung memperlakukan antara keduanya dengan sama. Anak yang lebih tua cenderung akan dipilih orang tua untuk menjadi contoh (model) untuk adiknya dan orang tua biasanya memaksakan hal tersebut. Sebaliknya, anak yang lebih muda harus meniru dan mematuhi anak yang lebih tua. Hubungan saudara kandung yang terbaik yaitu dimana tidak ada perbedaan usia diantara mereka yaitu anak kembar. Anak kembar biasanya lebih banyak mengungkapakan kasih sayang dan tidak seagresif hubungan saudara kandung yang memiliki perbedaan usia. e. Jumlah saudara. Ketika jumlah saudara dalam sebuah keluarga kecil maka akan meminimalisasi pertengkaran antara saudara kandung. Hal tersebut diakibatkan ketika keluarga dengan jumlah saudara sedikit maka akan banyak kualitas waktu berkumpul dan dengan hal tersebut banyak terjadi komunikasi antar saudara dan interaksi antar saudara berjalan dengan baik. Sedangkan pada keluarga besar maka jenis disiplin yang diterapkan merupakan disiplin otoriter dimana jarang adanya interaksi yang berkualitas antara saudara kandung dan ekspresi antar saudara saling dibatasi oleh orang tua.

11 24 f. Jenis disiplin. Terdapat tiga jenis disiplin yang sering diterapkan orang tua yaitu permisif, demokratis dan otoriter. Kelihatannya keluarga dengan jenis disiplin otoriter lebih rukun ketimbang keluarga dengan jenis disiplin permisif, karena pada keluarga dengan jenis disiplin otoriter orang tua mengendalikan secara ketat hubungan antara saudara dan bersifat memaksa sehingga bukan merupakan keinginan anak. Sedangkan apabila memakai disiplin permisif, maka anak akan sesuka hatinya tanpa ada kontrol dari siapa pun. Sehingga yang menjadi jenis disiplin yang paling bagus untuk menghindari adanya konflik antara saudara adalah jenis disiplin demokratis. Dimana anak lebih dapat menjalankan disiplin tersebut dengan sehat karena aturan-aturan dibuat bersama serta mereka dapat belajar mengenai arti member dan menerima serta arti bekerja sama satu sama lain. g. Pengaruh orang luar. Orang yang berada pada luar rumah juga dapat mempengaruhi hubungan antara saudara kandung. Terdapat tiga cara orang luar dapat mempengaruhi hubungan antar saudara kandung yaitu : kehadiran orang luar di rumah, tekanan orang luar pada anggota keluarga dan perbandingan anak dengan saudaranya oleh orang luar rumah. Orang lain diluar rumah tersebut dapat memperburuk suasana ketegangan di dalam rumah pada antara saudara kandung. Dimana ketika anak dibandingbandingkan dengan saudaranya oleh orang lain (dalam Meitasari Tjandrasa). Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sibling rivalry yaitu Sikap orang tua, karakter individu,

12 25 urutan posisi, jenis kelamin, perbedaan usia, jumlah saudara, jenis disiplin, dan pengaruh orang luar. 5. Penyelesaian Sibling Rivalry Saudara-saudara yang dihadapkan satu sama lain ketika mereka berusia 2 sampai 4 tahun, rata-rata memiliki konflik setiap 10 menit sekali. Konflik turun ketika berusia 5 sampai 7 tahun. sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa peningkatan konflik saudara dikaitkan dengan peningkatan gejala deprsi anak-anak, sedangkan peningkatan keintiman saudara berhubungan dengan peningkatan kompetensi teman sebaya anak. Santrock (2012) dalam bukunya memaparkan hal yang biasanya dilakukan orangtua ketika terjadinya pertengkaran antara saudara kandung, yaitu: a. Mengintervensi dan mencoba membantu menyelesaikan konflik tersebut b. Menegur dan mengancam mereka c. Tidak melakukan apa-apa B. Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai sibling rivalry sudah pernah dilakukan sebelumnya. Di antaranya oleh Putri (2013), melakukan penelitian dengan judul Dampak Sibling Rivalry Pada Anak Usia Dini. Hasil penelitian yang diperoleh Putri adalah dampak sibling yang dirasakan setiap anak itu berbeda tergantung dari kepribadian masing-masing anak.

13 26 Penelitian Hariyanti (2016), yang berjudul Sibling Rivalry Pada Anak yang Kesundulan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sibling rivalry yang muncul pada saudara kandung yang kesundulan di masa kanak-kanak awal, bagaimana kondisi yang dimunculkan, dan bagaimana bentuk perilaku yang muncul, serta bagaimana respon orangtua dalam menghadapi sibling rivalry. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Setiawati (2007), yang berjudul Sibling Rivalry Pada Anak Sulung yang Diasuh Oleh Single Father. Hasil dari penelitian yang ia lakukan adalah bahwa kedua subjek melakukan agresi fisik seperti memukul, mencubit, dan membanting pintu ketika sedang marah kepada adiknya. Kedua subjek merasa perbedaan usia mereka yang lebih besar membuat mereka selalu diminta mengalah untuk adiknya. Kedua subjek juga merasa adanya sikap pilih kasih dari ayah mereka, terutama masalah perhatian dan pembelaan karena mereka selalu diminta mengalah untuk adiknya. Studi yang peneliti lakukan ini yang berjudul Gambaran Sibling Rivalry di Nagari Ujung Gading Kabupaten Pasaman Barat. Penelitian sebelumnya mengkaji tentang dampak dari sibling rivalry dan juga sibling rivalry pada anak yang kesundulan. Penelitian ini lebih mengkaji kepada sibling rivalry di Nagari Ujung Gading, Pasaman Barat.

14 27 C. Kerangka Berfikir Saudara kandung Mengalami persaingan antar saudara Faktor yang menyebabkan munculnya sibling rivalry: 1. Sikap orangtua 2. Urutan pisisi 3. Jenis kelamin saudara kandung 4. Perbedaan usia 5. Jumlah saudara 6. Jenis disiplin 7. Pengaruh orang luar Orangtua sangat berperan penting dalam sebuah keluarga, terutama terhadap perkembangan anak. Orangtua harus dapat mengarahkan anak tanpa ada yang membela satu pihak sehingga salah satu anak tidak ada yang merasa tersisih dan merasa iri. Hubungan antar saudara kandung adalah hubungan paling dasar sebelum individu memasuki dunia masyarakat. Hubungan antar saudara dapat berdampak positif dan juga bermanfaat, diantaranya yaitu sebagai tempat uji coba, sebagai guru, sebagai mitra untuk melatih keterampilan negosiasi, sebagai sarana untuk belajar mengenai konsekuensi dari kerja sama dan konflik, sebagai sarana untuk mengetahui manfaat dari komitmen dan kesetiaan, sebagai pelindung bagi saudaranya, sebagai penerjemah dari maksud orangtua dan teman sebaya terhadap adiknya, serta sebagai pembuka jalan saat ide baru tentang suatu perilaku diperkenalkan pada keluarga.

15 28 Selain itu, hubungan antar saudara kandung juga dapat bersifat negatif, yaitu hubungan antar saudara yang diwarnai dengan perselisihan akan membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial seluruh anggota keluarga, orang dewasa, maupun anak-anak. Contohnya saja adanya dendam antar saudara kandung dikarenakan rasa iri yang berlanjut bahkan sampai remaja atau dewasa. Sibling rivalry adalah suatu bentuk dari persaingan antara saudara kandung, kakak, adik yang terjadi karena seseorang merasa takut kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tua, sehingga menimbulkan berbagai pertentangan dan akibat pertentangan tersebut dapat membahayakan bagi penyesuaian pribadi dan sosial seseorang (Chaplin, 2009: 463). Jadi adanya persaingan yang terjadi diantara saudara kandung dikenal dengan istilah sibling rivalry. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas sibling rivalry yang menentukan apakah hubungan antar saudara kandung akan baik atau buruk (Hurlock, 1996: ) yaitu ; Pertama yaitu sikap orangtua, dipengaruhi oleh sejauh mana anak dapat membanggakan orangtua dan memenuhi keinginan orangtua, Kedua urutan posisi, peran pada setiap anak dalam keluarga bukan dipilih sendiri melainkan sudah merupakan kodrat, Ketiga jenis kelamin saudara kandung, anak laki-laki dan perempuan bereaksi yang berbeda terhadap saudara kandung yang sama jenis kelaminnya atau berbeda jenis kelaminnya, Keempat perbedaan usia, perbedaan ini mempengaruhi cara mereka dalam bereaksi satu terhadap lain dan cara orangtua memperlakukan mereka, Kelima jumlah saudara, ketika jumlah saudara dalam sebuah keluarga kecil maka akan meminimalisir

16 29 pertengkaran antar saudara kandung, Keenam jenis disiplin, terdapat tiga jenis disiplin yang diterapkan orangtua yaitu permisif, demokratis dan otoriter, dan yang Ketujuh pengaruh orang luar, orang yang berada pada luar rumah juga dapat mempengaruhi hubungan antara saudara kandung. Oleh karena itu, dari pemaparan diatas terlihat bahwa hubungan antara saudara kandung dapat bersifat positif dan juga dapat bersifat negatif. Persaingan antar saudara kandung terjadi karena adanya perbedaan reaksi dari orang-orang yang berada di sekelilingnya, termasuk reaksi ayah dan ibunya. Hal tersebut karena adanya anggapan bahwa orangtua pilih kasih. Sibling rivalry ini dapat juga terjadi karena beberapa faktor yang mendorong terjadinya rivalry.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan dengan saudara merupakan jenis hubungan yang berlangsung dalam jangka panjang. Pola hubungan yang terbangun pada masa kanak-kanak dapat bertahan hingga

Lebih terperinci

DAMPAK SIBLING RIVALRY (PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG) PADA ANAK USIA DINI

DAMPAK SIBLING RIVALRY (PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG) PADA ANAK USIA DINI DAMPAK SIBLING RIVALRY (PERSAINGAN SAUDARA KANDUNG) PADA ANAK USIA DINI SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh Ayu Citra Triana Putri 1550408066 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan kecepatan tumbuh dan gaya penampilannya (Sujiono, 2007). Perbedaan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik diantara laki-laki maupun perempuan. Masing-masing dari mereka mempunyai tubuh yang berlainan, perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran anggota keluarga baru dalam keluarga akan memberikan pengaruh dalam perkembangan sosial dan emosional anak terutama anak prasekolah. Emosi yang rentan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sibling Rivalry pada remaja akhir. Persaingan antar saudara kandung oleh Amijoyo dalam Kamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sibling Rivalry pada remaja akhir. Persaingan antar saudara kandung oleh Amijoyo dalam Kamus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry pada remaja akhir 1. Pengertian sibling rivalry pada remaja akhir Persaingan antar saudara kandung oleh Amijoyo dalam Kamus Indonesia-Inggris (2009) disebut sebagai

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan dalam penelitian ini berisi gambaran sibling rivalry pada anak ADHD dan saudara kandungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agresivitas bukan merupakan hal yang sulit ditemukan di dalam kehidupan masyarakat. Setiap hari masyarakat disuguhkan tontonan kekerasan, baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak. Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak. Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Masa Akhir Kanak-Kanak 2.1.1. Pengertian Masa Akhir Kanak-Kanak Masa kanak-kanak (late chilhood) berlangsung dari usia 6 tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari,

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah dua orang atau lebih yang terhubung karena ikatan perkawinan yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dan satu sama lain saling bergantung. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri, dan juga anak serta terjadinya proses reproduksi. sebuah keruntuhan yang besar ketika hubungan antara saudara kandung tidak

BAB I PENDAHULUAN. istri, dan juga anak serta terjadinya proses reproduksi. sebuah keruntuhan yang besar ketika hubungan antara saudara kandung tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah suatu kelompok kecil yang mempunyai hubungan darah atau pertalian antara satu sama lain dan tinggal bersama, yang terdiri dari suami, istri,

Lebih terperinci

FENOMENA ANAK KEMBAR (TELAAH SIBLING RIVALRY)

FENOMENA ANAK KEMBAR (TELAAH SIBLING RIVALRY) FENOMENA ANAK KEMBAR (TELAAH SIBLING RIVALRY) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persayaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: YOGA WALUYO F. 100 060 177 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1),

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Santrock 2002: 56 ( dalam Arif 2013 : 1), keluarga adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Reiss (dalam Lestari, 2012;4), keluarga adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar. usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini atau disebut juga dengan awal masa kanak-kanak adalah masa yang paling penting dalam sepanjang hidupnya. Sebab masa itu adalah masa pembentukan pondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara

BAB I PENDAHULUAN. alami oleh seorang anak terhadap kehadiran atau kelahiran saudara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor lingkungan dan bawaan yang berbeda. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Selain itu, keluarga juga merupakan sekumpulan orang yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kitamenemukan pendamping yaitu suami atau istri. Hubungan dengan. saudarakandung adalah hubungan paling dasar sebelum kita memasuki

BAB I PENDAHULUAN. kitamenemukan pendamping yaitu suami atau istri. Hubungan dengan. saudarakandung adalah hubungan paling dasar sebelum kita memasuki 79 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain orang tua, orang terdekat yang dilihat seorang anak yaitusaudara kandung. Saudara kandung ialah teman terdekat kita hingga kitamenemukan pendamping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Sibling Rivalry BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal ini adalah saudara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran anak merupakan saat yang ditunggu-tunggu dan sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu peristiwa kunci dalam kehidupan adalah kelahiran adik baru. Kehamilan itu sendiri merupakan waktu yang ideal untuk memahami dari mana bayi berasal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL HUBUNGAN ATTACHMENT DAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL Shabrina Khairunnisa 16511716 3PA01 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa dimana individu mulai berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia

Lebih terperinci

Sibling Rivalry Pada Anak Usia Todler

Sibling Rivalry Pada Anak Usia Todler Sibling Rivalry Pada Anak Usia Todler Indanah 1*, Dewi Hartinah 2 1 Stikes Muhammadiyah Kudus 2 Stikes Muhammadiyah Kudus *Email: indanah@stikesmuhkudus.ac.id) Keywords: Sibling Rivalry, Todler Abstrak

Lebih terperinci

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA A. Gambaran Subjek Penelitian 1. Responden DW DW merupakan anak perempuan sulung yang lahir di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu keluarga kehadiran anak adalah kebahagiaan tersendiri bagi orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah amanah, titipan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SIBLING RIVALRY PADA BALITA DI KEMUKIMAN KANDANG KECAMATAN KLUET SELATAN ACEH SELATAN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SIBLING RIVALRY PADA BALITA DI KEMUKIMAN KANDANG KECAMATAN KLUET SELATAN ACEH SELATAN TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA SIBLING RIVALRY PADA BALITA DI KEMUKIMAN KANDANG KECAMATAN KLUET SELATAN ACEH SELATAN TAHUN 2014 ERVINA IRAWATI Mahasiswa D-IV Kebidanan Universitas Ubudiyah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak tumbuh bersama dengan setidaknya satu saudara kandung (Volling dan Blandon, 2003). Keterikatan dengan saudara kandung, baik itu kakak maupun adik merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Persaingan antara dua orang kakak beradik bukan sesuatu yang baru. Persaingan antara saudara kandung (sibling rivalry) biasanya muncul ketika selisih usia saudara kandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan akademik (kognitif) saja namun juga harus diseimbangkan dengan kecerdasan emosional, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cemburu merupakan emosi yang biasa ditemukan dan alami terjadi pada anak-anak. Cemburu pertama kali terlihat ketika sang kakak punya adik baru. Hal itu dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekerasan dalam pacaran bukan hal yang baru lagi, sudah banyak penelitian yang mencoba memahami fenomena ini (Milletich et. al, 2010; O Keefe, 2005; Capaldi et. al,

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Persiapan penelitian ini dimulai dengan menentukan tempat yang digunakan untuk penelitian. Sebelum

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Dalam sebuah keluarga, seorang anak akan lebih menyukai untuk mencurahkan pengalaman ataupun perasaan-perasaannya kepada kakak atau adiknya daripada orangtuanya (Papalia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pola Asuh orang tua 1. Pengertian Pola asuh orang tua Menurut Ahmad Tafsir (Djamarah 2014:51) Menyatakan bahwa pola asuh berarti pendidikan. Dengan demikian, pola asuh orang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diterapkan oleh orang tua subjek, dan tingkat sbling rivalry subjek.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diterapkan oleh orang tua subjek, dan tingkat sbling rivalry subjek. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Dari jumlah 76 sampel yang layak di analisis dari nilai beda minimal 3 pada tiap pola asuh berjumlah 62. Berikut ini akan diuraikan gambaran subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

SIBLING RIVALRY PADA ANAK KEMBAR YANG BERBEDA JENIS KELAMIN. Oleh : Nopijar ABSTRAK

SIBLING RIVALRY PADA ANAK KEMBAR YANG BERBEDA JENIS KELAMIN. Oleh : Nopijar ABSTRAK SIBLING RIVALRY PADA ANAK KEMBAR YANG BERBEDA JENIS KELAMIN Oleh : Nopijar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sibling rivalry yang terjadi pada anak kembar yang berbeda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Hurlock (1980) masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

ANGKET SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS

ANGKET SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS SS S TS STS ANGKET 1. Bila orangtua mendahulukan kepentingan kakak/ adik saya, saya akan marah. 2. Jika saya tidak setuju dengan pendapat orangtua, saya akan mengatakan tidak setuju. 3. Menceritakan kebodohan kakak/adik

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN

KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN KEMANDIRIAN PADA ANAK TENGAH DARI LATAR BELAKANG BUDAYA YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI HALAMAN SAMPUL DEPAN Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prasekolah dapat diartikan sebagai pendidikan sebelum sekolah, jadi berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prasekolah dapat diartikan sebagai pendidikan sebelum sekolah, jadi berarti 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolah Prasekolah dapat diartikan sebagai pendidikan sebelum sekolah, jadi berarti bukan atau belum merupakan pendidikan sekolah itu sendiri. Anak Prasekolah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1950 di Indonesia adalah Gereja Kristen Indonesia atau yang biasa disebut GKI. GKI adalah sekelompok gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan sangat menentukan bagi perkembangan serta kualitas diri individu dimasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan saat yang menggembirakan dan ditunggutunggu oleh setiap pasangan suami istri untuk melengkapi sebuah keluarga. Memiliki anak adalah suatu anugerah

Lebih terperinci

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PERKEMBANGAN SOSIAL : KELUARGA S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y PENGANTAR Keluarga adalah tempat dan sumber perkembangan sosial awal pada anak Apabila interaksi yang terjadi bersifat intens maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berpikir, kemampuan afektif merupakan respon syaraf simpatetik atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai tiga kemampuan yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan perilaku. Kemampuan kognitif merupakan respon perseptual atau kemampuan untuk berpikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial yang selalu hidup berdampingan dengan orang lain tentunya sering dihadapkan pada berbagai permasalahan yang melibatkan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI TK AISYIAH BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2017

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI TK AISYIAH BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2017 HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI TK AISYIAH BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2017 Sri Dinengsih 1 Melly Agustina 2 Program studi DIV Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BULLYING. I. Pendahuluan

BULLYING. I. Pendahuluan BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) menyebutkan bahwa setiap anak merupakan aset

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) menyebutkan bahwa setiap anak merupakan aset BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) menyebutkan bahwa setiap anak merupakan aset penting bagi sebuah keluarga dan bangsa yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas hidup anak yang diwakili oleh dimensi pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan cerminan kualitas bangsa dan peradaban dunia. Pertumbuhan anak, dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan bersama anak-anaknya dari pada ayah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengasuh anak merupakan tugas orang tua dalam sebuah keluarga yang berada di lingkungan masyarakat. Di dalam keluarga merupakan tempat utama, dimana anak berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan sosial ini berpangkal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan sosial ini berpangkal dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan sosial 2.1.1 Definisi kecerdasan sosial Kecerdasan sosial merupakan kemampuan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dan memahami orang lain. Konsep kecerdasan

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 Perilaku Agresif pada Anak A-2 Konformitas terhadap Teman Sebaya A-1 PERILAKU AGRESIF PADA ANAK Kelas / No. : Umur : Tanggal Pengisian : Sekolah : PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan, hal ini terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang paling mutlak dimiliki oleh semua orang. Pendidikan akan menjadi penentu agar bangsa kita dapat berkembang secara optimal. Dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : Nina Prasetyowati F

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KELURAHAN TLOGOMAS, KECAMATAN LOWOKWARU, KOTA MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KELURAHAN TLOGOMAS, KECAMATAN LOWOKWARU, KOTA MALANG ABSTRAK HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KELURAHAN TLOGOMAS, KECAMATAN LOWOKWARU, KOTA MALANG Vinsensia Kewa 1), Ni Luh Putu Eka Sudiwati 2), Vita Maryah Ardiyani

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, BAB II IBU DAN ANAK 2.1 Arti Ibu Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Sibling Rivalry (Persaingan Saudara Kandung)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Sibling Rivalry (Persaingan Saudara Kandung) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry (Persaingan Saudara Kandung) 1. Pengertian Sibling Rivalry Menurut Kastenbaum (1979) Sibling Rivalry merupakan peristiwa ketegangan dan konflik di antara saudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci