Rumus eksplisit untuk sudut antara dua subruang dari suatu ruang hasilkali dalam 1. Hendra Gunawan 2

dokumen-dokumen yang mirip
Ketaksamaan Cauchy-Schwarz, Ketaksamaan Bessel, dan Kesamaan Parseval di Ruang n-hasilkali Dalam Baku. Hendra Gunawan

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga

TEOREMA TITIK TETAP DI RUANG BARISAN p-summable DALAM NORM-n

PIDATO ILMIAH. HENDRA GUNAWAN, Ph.D.

FUNGSIONAL LINEAR-2 DALAM RUANG NORM-2 2-LINEAR FUNCTIONALS IN 2-NORMED SPACE

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

Edisi Juni 2011 Volume V No. 1-2 ISSN SIFAT-SIFAT RUANG HASIL KALI DALAM-n KOMPLEKS

Ruang Norm-2 dan Ruang Hasil Kali Dalam-2

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

JMP : Volume 1 Nomor 1, April 2009 KETAKSAMAAN CAUCHY SCHWARZ PADA RUANG HASIL KALI DALAM-2

Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n

UNIVERSITAS INDONESIA. SUDUT ANTARA DUA SUBRUANG DARI SUATU RUANG HASIL KALI DALAM-n TESIS DEBBY SANJAYA

Ekuivalensi Norm-n dalam Ruang R d

MODEL VEKTOR DAN MATRIKS DARI DOKUMEN SERTA SUDUT ANTARA DUA VEKTOR DAN DUA SUBRUANG UNTUK MENDUGA DINI PLAGIARISME DOKUMEN

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

BEBERAPA KONSEP ORTOGONALITAS DI RUANG NORM

ANALISIS NUMERIK LANJUT. Hendra Gunawan, Ph.D. 2006/2007

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG NORM-n STANDAR. Shelvi Ekariani KK Analisis dan Geometri FMIPA ITB

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT

Ruang Vektor Euclid R n

Aljabar Linier Elementer. Kuliah ke-9

Euclidean n & Vector Spaces. Matrices & Vector Spaces

REPRESENTASI FUNGSIONAL-2 DI l p. Yosafat Eka Prasetya Pangalela Institut Teknologi Bandung

ITERASI TIGA LANGKAH PADA PEMETAAN ASIMTOTIK NON- EKSPANSIF

Kekontraktifan Pemetaan pada Ruang Metrik Kerucut

Chapter 5 GENERAL VECTOR SPACE 5.1. REAL VECTOR SPACES 5.2. SUB SPACES

ON SOLUTIONS OF THE DISCRETE-TIME ALGEBRAIC RICCATI EQUATION. Soleha Jurusan Matematika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Aljabar Linear Elementer

ORTOGONALITAS-P DI RUANG NORM-n

Beberapa Pertidaksamaan Tipe Ostrowski

Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik

ALJABAR LINEAR SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga SIFAT JARAK PADA RUANG METRIK SKRIPSI SITI MAISYAROH

RUANG VEKTOR BAGIAN RANK KONSTAN DARI BEBERAPA RUANG VEKTOR MATRIKS CONSTANT RANK VECTOR SUBSPACE OF SOME VECTOR SPACE MATRICES

SUATU KAJIAN TITIK TETAP PEMETAAN k-pseudononspreading SEJATI DI RUANG HILBERT

HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DAN KUBUS DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

8.1 Transformasi Linier Umum. Bukan lagi transformasi R n R m, tetapi transformasi linier dari

BIMODUL-C* HILBERT. Oleh: Raden Muhammad Hadi. Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia

SEBUAH TELAAH ELIPS DAN LINGKARAN MELALUI SEBUAH PENDEKATAN ALJABAR MATRIKS

ORTOGONALITAS DI RUANG BERNORM

MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

HUBUNGAN ANTARA MAYORISASI NILAI EIGEN EUCLIDEAN DISTANCE MATRIX (EDM) DENGAN MATRIKS SEMIDEFINIT POSITIF YANG BERSESUAIAN

Ruang Vektor Euclid R 2 dan R 3

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI-

KAJIAN KONSEP RUANG NORMA-2 DENGAN DOMAIN PEMETAAN BERUPA RUANG BERDIMENSI HINGGA

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks atas Ring Komutatif

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N

KAJIAN TEORI PENYELESAIAN MASALAH JARAK DAN SUDUT PADA BANGUN RUANG DIMENSI TIGA MENGGUNAKAN PENDEKATAN VEKTOR

SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL

BARISAN SIMBOL DAN UKURAN INVARIAN FUNGSI MONOTON SEPOTONG-SEPOTONG KONTINU

9. Teori Aproksimasi

FUNGSI DELTA DIRAC. Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi 2)

Konstruksi Pelabelan- Pada Line Digraph dari Graf Lingkaran Berarah dengan Dua Tali Busur

Sifat-sifat Ruang Banach

KETERBATASAN OPERATOR INTEGRAL FRAKSIONAL PADA RUANG KUASI METRIK TAK HOMOGEN TERBOBOTI

KAJIAN OPERATOR ACCRETIVE DAN SIFAT KETERBATASAN PADA RUANG HILBERT

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO

MA Analisis dan Aljabar Teori=4 Praktikum=0 II (angka. 17 Juli

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE

TRANSFORMASI LINIER (Kajian Fungsi antar Ruang Vektor)

SYARAT SYARAT FUNGSI DI RUANG METRIK AGAR RUANG METRIKNYA MEMILIKI ATSUJI COMPLETION

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1

HUBUNGAN DERIVASI PRIME NEAR-RING DENGAN SIFAT KOMUTATIF RING

TEORI PERRON-FROBENIUS UNTUK MATRIKS STOKASTIK

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1

PROSIDING ISSN: MU-1 KONSEPSUDUT ANTARA DUA SUBRUANG DAN POTENSIAPLIKASINYA

Konvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap

REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA

ISSN: X 35 SEMI HASIL KALI DALAM ATAS DAN BAWAH

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional

Vektor-Vektor. Ruang Berdimensi-2. Ruang Berdimensi-3

RUANG FAKTOR. Oleh : Muhammad Kukuh

Latihan 5: Inner Product Space

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

Aljabar Linier. Kuliah 3. 5/9/2014 Yanita FMIPA Matematika Unand

KETAKSAMAAN TIPE LEMAH UNTUK OPERATOR INTEGRAL FRAKSIONAL DI RUANG MORREY ATAS RUANG METRIK TAK HOMOGEN

SIFAT-SIFAT KESETARAAN PADA MATRIKS SECONDARY NORMAL ABSTRACT

PENGHITUNGAN VEKTOR-KHARAKTERISTIK SECARA ITERATIF MENGGUNAKAN TITIK TETAP BROUWER

Vektor di ruang dimensi 2 dan ruang dimensi 3

SECOND ORDER CONE (SOC) DAN SIFAT-SIFAT KENDALA SECOND ORDER CONE PROGRAMMING DENGAN NORMA 1

CHAPTER 6. Ruang Hasil Kali Dalam

PROYEKSI ORTOGONAL PADA RUANG HILBERT. Skripsi

PROGRAMMING DENGAN NORMA

REDUKSI RANK PADA MATRIKS-MATRIKS TERTENTU

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: DUA TIPE PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE

SUBRUANG MARKED. Suryoto Jurusan Matematika, FMIPA-UNDIP Semarang. Abstrak

Pengantar Vektor. Besaran. Vektor (Mempunyai Arah) Skalar (Tidak mempunyai arah)

PENGANTAR ANALISIS REAL

KEKONVEKSKAN DAERAH FISIBEL SECOND ORDER CONE PROGRAMMING DENGAN NORMA 1

Transkripsi:

Rumus eksplisit untuk sudut antara dua subruang dari suatu ruang hasilkali dalam 1 Hendra Gunawan 2 Departemen Matematika Institut Teknologi Bandung Bandung 40132, Indonesia 1 Dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika XII, Bali, 23-27 Juli 2004. 2 Bekerjasama dengan O. Neswan dan W. Setya-Budhi 1

Abstrak Konsep sudut antara dua subruang dari ruang Euclid R d telah menarik perhatian matematikawan sejak tahun 1950-an [3]. Dalam statistika, misalnya, dikenal sudut kanonis yang merupakan ukuran ketergantungan suatu himpunan peubah acak pada himpunan peubah acak lainnya [1]. Beberapa hasil penelitian terakhir tentang sudut antara dua subruang dan topik yang terkait dapat ditemui misalnya di [4, 8, 12, 13, 14]. Khususnya, di [13], Risteksi dan Trenčevski menawarkan suatu definisi sudut antara dua subruang dari R d yang lebih bersifat geometris dan menjelaskan kaitannya dengan sudut kanonis. Definisi mereka, sayangnya, dirumuskan berdasarkan pada suatu perumuman ketaksamaan Cauchy-Schwarz yang salah. Dalam makalah ini, definisi mereka akan ditinjau ulang dan diperbaiki. Pada saat yang sama, ruang semestanya akan diperluas menjadi ruang hasilkali dalam sebarang. Suatu perumuman ketaksamaan Cauchy-Schwarz yang merupakan perbaikan dari ketaksamaan yang ada di [13] juga diperoleh. 2

Abstract The notion of angles between two subspaces of the Euclidean space R d has been studied by many researchers since the 1950 s or even earlier (see [3]. In statistics, canonical (or principal) angles are studied as measures of dependency of one set of random variables on another (see [1]). Some recent works on angles between subspaces and related topics can be found in, for examples, [4, 8, 12, 13, 14]. Particularly, in [13], Risteski and Trenčevski introduced a more geometrical definition of angle between two subspaces of R d and explained its connection with canonical angles. Their definition of the angle, however, is based on a generalized Cauchy- Schwarz inequality which we found incorrect. In this paper, their definition will be reviewed and refined. At the same time, the ambient space is extended to any real inner product space. A generalization of the Cauchy- Schwarz inequality that serves as a correction for the one in [13] is also obtained. 3

Pendahuluan Misalkan (X,, ) suatu ruang hasilkali dalam real. Diberikan dua subruang U dan V dari X, yang tak kosong dan berdimensi hingga, dengan dim(u) dim(v ), kita ingin mendefinisikan sudut θ antara U dan V. Definisi sudut tersebut harus dapat dipandang sebagai perumuman dari definisi sudut yang biasa antara (a) subruang berdimensi 1 dan subruang berdimensi q, dan (b) dua subruang berdimensi p yang beririsan pada suatu subruang berdimensi (p 1) yang sama. Di sini kita asumsikan bahwa θ [0, π 2 ]. 4

Dengan memisalkan U = span{u 1,..., u p } dan V = span{v 1,..., v q } dengan p q, Risteski dan Trenčevski mendefinisikan sudut θ antara U dan V melalui cos 2 θ := det(mm T ) det[ u i, u j ]. det[ v k, v l ]. (1) Rumus ini didasarkan pada ketaksamaan Cauchy-Schwarz yang diperumum det(mm T ) det[ u i, u j ]. det[ v k, v l ], (2) dengan M := [ u i, v k ]. Namun, ketaksamaan ini benar hanya dalam kasus (a) p = q, di mana (2) tereduksi menjadi ketaksamaan Cauchy-Schwarz diperumum versi Kurepa [9], dan (b) {v 1,..., v q } ortonormal. 5

Secara umum, rumus (1) tidak masuk akal karena bentuk di ruas kanan tidak selalu merupakan bilangan di [0, 1]. Untuk memperlihatkan bahwa (2) salah secara umum, ambil sebagai contoh X = R 3 (dengan hasilkali dalam biasa), U = span{u} dengan u = (1, 0, 0), dan V = span{v 1, v 2 } dengan v 1 = ( 1 2, 1 2, 0) dan v 2 = ( 1 2, 1 2, 2 1 ). Menurut (2), kita mempunyai ketaksamaan u, v 1 2 + u, v 2 2 u 2 det[ v i, v j ] yang setara dengan 1 2 3 8. Contoh ini memperlihatkan bahwa (2) salah sekalipun dalam kasus {u 1,..., u p } ortonormal dan {v 1,..., v q } ortogonal. 6

Revisi Rumus Risteski dan Trenčevski Untuk merivisi rumus (1), kita perlu mengingat kembali bahwa definisi sudut yang kita inginkan harus merupakan perumuman definisi sudut yang biasa antara (a) subruang berdimensi 1 dan subruang berdimensi q, dan (b) dua subruang berdimensi p yang beririsan pada suatu subruang berdimensi (p 1) yang sama. Oleh karena itu, marilah kita tinjau bagaimana sudut antara dua subruang dalam kasus (a) dan (b) biasanya didefinisikan. 7

Dalam kasus (a), jika U = span{u} subruang berdimensi 1 dan V = span{v 1,..., v q } subruang berdimensi q, maka sudut θ antara U dan V didefinisikan melalui cos 2 θ := u, u V 2 u 2 u V 2 (3) dengan u V menyatakan proyeksi (ortogonal) dari u pada V dan :=, 2 1 menyatakan norm pada X. Dalam kasus (b), jika U = span{u, w 2,..., w p } dan V = span{v, w 2,..., w p } dua subruang berdimensi p (p 2) yang beririsan pada subruang W = span{w 2,..., w p } yang berdimensi p 1, maka sudut θ antara U dan V didefinisikan melalui cos 2 θ := u W, v W 2 u W 2 v W 2 (4) dengan u W dan v W menyatakan komplemen ortogonal dari u dan v terhadap W. 8

Perhatikan bahwa dalam (a), kita dapat menuliskan u = u V + u V dengan u V menyatakan komplemen ortogonal dari u terhadap V, sehingga (3) menjadi cos 2 θ = u V 2 u 2. Ini mengatakan bahwa nilai cos θ sama dengan rasio antara panjang proyeksi u pada V dan panjang u sendiri. Serupa dengan itu, dalam (b), kita dapat menunjukkan bahwa cos θ sama dengan rasio antara volume paralelpipedium berdimensi p yang direntang oleh proyeksi dari u, w 2,..., w p pada V dan volume paralelpipedium berdimensi p yang direntang oleh u, w 2,..., w p. 9

Menggunakan p-norm baku pada X, sudut θ antara subruang U = span{u 1,..., u p } dan V = span{v 1,..., v q } (dengan p q) kita definisikan melalui cos 2 θ := proj V u 1,..., proj V u p 2 u 1,..., u p 2, (5) dengan,..., menyatakan p-norm baku pada X. (Secara geometris, u 1,..., u p menyatakan volume paralelpipedium berdimensi p yang direntang oleh u 1,..., u p ; lihat apendiks). Fakta. Rasio di ruas kanan (5) merupakan bilangan di [0, 1] dan tak bergantung pada pemilihan basis untuk U dan V. 10

Bukti. Pertama perhatikan bahwa proyeksi u i pada V tak bergantung pada pemilihan basis untuk V. Lalu, karena proyeksi bersifat linear, rasio (5) tidak berubah jika kita (a) menukar u i dan u j, (b) mengganti u i dengan u i + αu j, atau (c) mengganti u i dengan αu i with α 0. Karena itu rasio (5) invarian terhadap perubahan basis untuk U. Selanjutnya, dengan asumsi bahwa {u 1,..., u p } ortonormal, kita punyai u 1,..., u p = 1 dan proj V u 1,..., proj V u p 1 sebab proj V u i u i = 1 untuk tiap i = 1,..., p. Jadi, rasio (5) merupakan suatu bilangan di [0, 1]. 11

Rumus Eksplisit untuk cos θ Dari (5), kita dapat memperoleh rumus eksplisit untuk cos θ dinyatakan dalam u 1,..., u p and v 1,..., v q. Khususnya, jika {u 1,..., u p } dan {v 1,..., v q } ortonormal, maka (5) menjadi cos 2 θ = det(mm T ). (6) Jika {v 1,..., v q } saja yang ortonormal, maka (5) menjadi cos 2 θ = det(mmt ) det[ u i, u j ]. (7) Perhatikan bahwa dalam hal p = q, kita punya det(mm T ) = det M. det M T = det 2 M, sehingga (6) dapat disederhanakan menjadi cos θ = det M. (8) Catatan. Di sini M := [ u i, v k ] merupakan matriks p q. 12

Secara umum, kita mempunyai rumus cos 2 θ = dengan M = [ u i, v k ] dan det(m M T ) det[ u i, u j ]. det p [ v k, v l ], (9) M := [ u i, v k v i2 (k),..., v i q (k) ] (10) di mana {i 2 (k),..., i q (k)} = {1, 2,..., q} \ {k}, k = 1, 2,..., q. Di sini,,..., menyatakan hasilkali dalam-q baku (lihat apendiks). Rumus (9) merupakan revisi dari Rumus (1). Perhatikan bahwa dalam hal {v 1,..., v q } ortonormal, kita peroleh Rumus (7). 13

Sebagai akibat dari Rumus (9) dan Fakta sebelumnya, kita peroleh ketaksamaan berikut yang merupakan perumuman dari Ketaksamaan Cauchy-Schwarz, dan merupakan revisi dari Ketaksamaan (2). Teorema. Untuk dua himpunan bebas linear sebarang {u 1,..., u p } dan {v 1,..., v q } di X dengan p q berlaku det(m M T ) det[ u i, u j ].det p [ v k, v l ], di mana M = [ u i, v k ] dan M sebagaimana diberikan dalam Rumus (10). Lebih jauh, kesamaan berlaku jika dan hanya jika subruang yang direntang oleh {u 1,..., u p } termuat dalam subruang yang direntang oleh {v 1,..., v q }. 14

Apendiks Pada X, hasilkali dalam-n baku,,..., didefinisikan sebagai x 0, x 1 x 0, x 2... x 0, x n x 0, x 1 x 2,..., x n := x 2, x 1 x 2, x 2... x 2, x n......, x n, x 1 x n, x 2... x n, x n dan norm-n baku,..., didefinisikan sebagai x 1, x 2,..., x n := x 1, x 1 x 2,..., x n 1 2 (lihat [6] atau [10]). Jika n = 1, hasilkali dalam-1 baku dipahami sebagai hasilkali dalam, sementara norm- 1 baku merupakan norm pada X. Catat bahwa x 1, x 1 x 2,..., x n = det[ x i, x j ] tak lain merupakan determinan Gram yang dibangun oleh x 1, x 2,..., x n (lihat [5] dan [11]). Secara geometris, x 1,..., x n menyatakan volume paralelpipedium berdimensi n yang direntang oleh x 1,..., x n. Diberikan u X dan V = span{v 1,..., v q } subruang dari X, proyeksi dari u pada V dapat dinyatakan sebagai q u, v k v i2 (k),..., v iq (k) proj V u = v v 1, v 2,..., v q 2 k k=1 dengan {i 2 (k),..., i q (k)} = {1,..., q} \ {k}, k = 1,..., q. 15

Referensi [1] T.W. Anderson, An Introduction to Multivariate Statistical Analysis, John Wiley & Sons, Inc., New York, 1958. [2] A.L. Brown and A. Page, Elements of Functional Analysis, Van Nostrand Reinhold Co., London, 1970. [3] C. Davies and W. Kahan, The rotation of eigenvectors by a perturbation. III, SIAM J. Numer. Anal. 7 (1970), 1 46. [4] S. Fedorov, Angle between subspaces of analytic and antianalytic functions in weighted L 2 space on a boundary of a multiply connected domain in Operator Theory, System Theory and Related Topics, Beer- Sheva/Rehovot, 1997, 229 256. [5] F.R. Gantmacher, The Theory of Matrices, Vol. I, Chelsea Publ. Co., New York (1960), 247 256. [6] H. Gunawan, On n-inner products, n-norms, and the Cauchy-Schwarz inequality, Sci. Math. Jpn. 5 (2001), 47 54. [7] H. Gunawan, The space of p-summable sequences and its natural n-norm, Bull. Austral. Math. Soc. 64 (2001), 137 147. 16

[8] A.V. Knyazev and M.E. Argentati, Principal angles between subspaces in an A-based scalar product: algorithms and perturbation estimates, SIAM J. Sci. Comput. 23 (2002), 2008 2040. [9] S. Kurepa, On the Buniakowsky-Cauchy-Schwarz inequality, Glasnik Mat. Ser. III 1(21) (1966), 147 158. [10] A. Misiak, n-inner product spaces, Math. Nachr. 140 (1989), 299 319. [11] D.S. Mitrinović, J.E. Pečarić and A.M. Fink, Classical and New Inequalities in Analysis, Kluwer Academic Publishers, Dordrecht (1993), 595 603. [12] V. Rakočević and H.K. Wimmer, A variational characterization of canonical angles between subspaces, Preprint. [13] I.B. Risteski and K.G. Trenčevski, Principal values and principal subspaces of two subspaces of vector spaces with inner product, Beiträge Algebra Geom. 42 (2001), 289 300. [14] H.K. Wimmer, Canonical angles of unitary spaces and perturbations of direct complements, Linear Algebra Appl. 287 (1999), 373 379. 17