BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIMALUNGUN

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

Mulai. Pengumpulan Data. Tidak. Cukup. Ya Formulasi Masalah. Evaluasi Aspek. Selesai

PENDAHULUAN. mengenal batas batas administrasi wilayah, sehingga sudah waktunya strategi

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

PENDAHULUAN. dengan sektor pertanian karena merupakan sumber pangan pokok.

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari

PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan dan peran serta petani dan

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Simalungun Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. B. Latar Belakang. Di era perkembangan jaman ini semua serba dituntut cepat dan tepat

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BERITA RESMI STATISTIK

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan pemekaran kabupaten Simalungun. Adanya pergantian anggota dewan untuk 5 tahun ke depan pasca

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan faktor-faktor alam yang satu dengan yang lainnya. Kabupaten Simalungun memiliki 4 daerah kecamatan yang wilayahnya

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN. II.1. Letak Geografis dan Sejarah Kabupaten Simalungun

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DATA PENGUJIAN

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

BAB I PENDAHULUAN. ada dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama,

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

BAB II GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

CRITICAL REVIEW : DAMPAK RELOKASI PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN SIMALUNGUN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN RAYA

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 1. Sampel. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

ANALISIS PERKEMBANGAN KAKAO RAKYAT PADA TIGA KABUPATEN SENTRA PRODUKSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

DAFTAR PENERIMA SURAT Kelompok I

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, maka wewenang pusat

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sehingga dinilai lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat dan perbaikan lingkungannya agar lebih baik dari sebelumnya. Indikator taraf hidup masyarakat biasanya digunakan indikator ekonomi melalui besarnya pendapatan per kapita di wilayah tersebut. Sedang indikator lingkungan dinilai melalui keberlanjutannya (sustainability). Agar tercapai keberhasilan pembangunan, setiap wilayah yang melakukan pembangunan akan mengikuti strategi pembangunan wilayah yang ditentukan sebelumnya dalam bentuk tujuan pembangunan wilayah dan merupakan paradigma pembangunan. Pada umumnya tujuan pembangunan wilayah adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat pada wilayah bersangkutan. Di lain pihak akibat kurang tepatnya orientasi pembangunan, ternyata menimbulkan adanya ketimpangan dalam hasil pembangunan yang dinikmati masyarakat. Ketimpangan pembangunan antara desa sebagai produsen pertanian dengan kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi telah mendorong aliran sumberdaya dari wilayah perdesaan ke kawasan perkotaan secara tidak seimbang. Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta kemiskinan di perdesaan kemudian telah mendorong upaya-upaya pembangungan di kawasan perdesaan. Meskipun demikian, pendekatan pengembangan kawasan perdesaan

2 seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini telah mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu pengembangan kawasan perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan kawasan kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya yaitu tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumberdaya manusia, alam, bahkan modal (Douglas, 1986 dalam Djakapermana, 2003). Salah satu upaya untuk mewujudkan kemandirian pembangunan perdesaan adalah melalui konsep Agropolitan. Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Agropolitan menjadi relevan diterapkan di Indonesia karena pada umumnya sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian utama dari sebagian besar masyarakat perdesaan. Pembangunan nasional berwawasan agribisnis perlu difasilitasi sedikitnya oleh dua strategi dasar yaitu: pendekatan agropolitan dalam pengembangan agribisnis dan restrukturisasi dan konsolidasi agribisnis. Disamping itu, dalam operasionalisasinya paradigma pembangunan nasional berbasis agribisnis juga perlu difasilitasi dengan sejumlah kebijaksanaan strategis pengembangan agribisnis. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat diselaraskan dimensi pertumbuhan, pemerataan, dan keberlanjutan pembangunan dalam arti luas. Sehubungan upaya mempercepat pembangunan perdesaan yang berbasis agribisnis serta meningkatkan daya saing produk - produk pertanian yang dihasilkan, Pemerintah Daerah Sumatera Utara dengan dukungan Pemerintah Pusat, khususnya Departemen Pertanian, Kimpraswil beserta Departemen terkait

3 lainnya sepakat untuk mempromosikan pengembangan kawasan agropolitan di Sumatera Utara. Untuk tahap pertama, pengembangan kawasan dimulai di daerah Dataran Tinggi Sumatera Utara yang mencakup Kabupaten Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Simalungun, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Samosir, Toba Samosir dan Kota Pematang Siantar. Penetapan kawasan tersebut didasari dengan nota kesepakatan antara lima bupati tersebut yang dikenal dengan Kesepakatan Berastagi yang ditandatangani tanggal 28 September 2002. Untuk mempercepat implementasi, Gubernur Sumatera Utara membentuk Kelompok Kerja (POKJA) dan Tim Teknis Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan (KADTBB) Sumatera Utara melalui Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 050 / 1467.K, Tanggal 3 Desember 2002 dan diperbaharui dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 050/286.K tentang pembentukan Badan Koordinasi dan Tim Teknis Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara, tanggal 26 April 2005. Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan (KADTBB) Sumatera Utara adalah pengelompokan wilayah di 9 (sembilan) Kabupaten/Kota (Karo, Dairi, Simalungun, Toba Samosir, Humbang Hasundutan, Samosir, Pakpak Bharat, Tapanuli Utara, dan Pematang Siantar) yang disesuaikan pada kesamaan agrobiofisik dan sosial ekonomi, tanpa dibatasi oleh batas - batas administrasi. Dari total luas Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan (KADTBB) yang mencapai 27.268,35 km 2 yang terdiri dari 126 kecamatan dan 1572 desa/kelurahan, maka KADTBB yang paling luas terdapat di Kabupaten Simalungun (4.368,60 km 2 ), diikuti secara berturut - turut oleh Tapanuli Utara

4 (3.764,65 km 2 ), Samosir (2.433,50 km 2 ), Toba Samosir (2.352,35 km 2 ), Humbang Hasundutan (2.297,20 km 2 ), Karo (2.127,25 km 2 ), Dairi (1.927,80 km 2 ), Pakpak Bharat (1.218,30 km 2 ) dan Kota Pematang Siantar (7.997 km 2 ). Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2005 kemudian menyusun Master Plan Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara. Namun dalam perkembangannya kemudian dirasakan perlu adanya penekanan pada pengembangan komoditi tertentu pada Lokalita yang telah ditentukan sehingga pada tahun 2008 disusun Rancang Bangun Lokalita KADTBB. Rancang bangun adalah perencanaan pembangunan yang meliputi ruang, kelembagaan, infrastuktur serta sarana dan prasarana lainnya yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan (multi tahun) pada Lokalita percontohan di Kawasan Agropolitan Dataran Tinggi Bukit Barisan (KADTBB) Sumatera Utara. Kegiatannya meliputi pengembangan komoditi unggulan dan pembangunan sarana dan prasarana pendukung yang dibutuhkan sehingga pembangunan wilayah agroekosistem dengan komoditi unggulannya akan dapat mencapai sasaran, yaitu peningkatan kesejahteraan petani dan pertumbuhan ekonomi wilayah, (BPTP dan Bappeda Provinsi Sumatera Utara, 2008). Fungsi dan peranan agropolitan adalah untuk melayani kawasan industri pertanian di sekitarnya dimana berlangsung kegiatan agribisnis oleh para petani setempat. Fasilitas pelayanan yang diperlukan untuk memberikan kemudahan produksi dan pemasaran antara lain adalah berupa: input sarana produksi (benih, pupuk, pestisida, alat alat pertanian dsb), sarana penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi, listrik, dsb) dan sarana pemasaran (pasar, terminal angkutan,

5 sarana transportasi, dsb). Dengan adanya peningkatan akses kepada faktor faktor produksi dan pemasaran tersebut, maka biaya produksi dan biaya pemasaran dapat diperkecil sehingga hasil pertanian dapat lebih kompetitif di pasar. Untuk mensinergikan berbagai potensi daerah yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah. Tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya sistem usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan dan berkelanjutan dan terdesentralisasi di kawasan agropolitan. Sasaran dalam mengembangkan kawasan pertanian yang berpotensi menjadi kawasan agropolitan, melalui: 1. Pemberdayaan masyarakat 2. Penguatan kelembagaan petani 3. Pengembangan kelembagaan sistem agribisnis 4. Peningkatan sarana dan prasarana 5. Pengembangan iklim yang kondusif bagi investor 6. Peningkatan sarana dan prasarana kesejahteraan sosial Program Agropolitan di Sumatera Utara telah berjalan walaupun belum secara keseluruhan, dimana petani merupakan salah satu subjek pelaku Program Agropolitan.

6 Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten penghasil kopi di Sumatera Utara. Di Kabupaten Simalungun, produktivitas kopi tergolong tinggi. Jenis kopi yang terdapat di Simalungun yaitu jenis Robusta dan Arabika. Untuk jenis Robusta sudah ditanam di Kabupaten Simalungun sejak lama pada saat masyarakat mulai bertani di daerah tersebut. Sedangkan untuk Kopi Arabika ditanam sekitar 50-an tahun yang lalu. Dari data program intensifikasi kopi di Sumatera Utara, 11 di antaranya dilakukan di kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun dengan luas sekitar 1.000 Ha yang akan melibatkan 1.199 petani. Di Simalungun sendiri, terdapat 8.000 Ha tanaman kopi. Dalam program ini, petani diberikan bantuan-bantuan berupa peralatan, obat-obatan pemberantas hama, pembenah tanah organik, pupuk, benih, gunting pangkas, dan kebutuhan lainnya Kita terus memberikan sosialisasi kepada petani kopi bagaimana pola penanaman yang baik kata Dewantoro (Anonimous b, 2014). Berikut disajikan tabel luas tanam dan produksi Kopi Arabika di Kabupaten Simalungun ada pada tabel 1.1. berikut.

7 Tabel 1.1. Luas Tanam dan Produksi Kopi Arabika Tanaman Perkebunan Rakyat di Kabupaten Simalungun No Kecamatan TBM (Ha) TM (Ha) TTM (Ha) Jumlah (Ha) Produksi (Ton) Jumlah Petani (KK) 1 Silimakuta 36,95 486,92 30,14 554,01 767,07 824 2 Pamatang Silimahuta 49,23 885,72 37,08 972,03 1.390,16 1.074 3 Purba 114,53 1.106,18 46,23 1.266,94 1733,47 1.515 4 Haranggaol Horison 13,00 42,00-55.00 50,52 100 5 Dolok Pardamean 70,34 775,38 32,12 877.84 1.260,10 1.518 6 Sidamanik 155,10 385,05 15,40 555,55 583,07 1.301 7 Pamatang Sidamanik 123,41 265,53-388,94 402,03 842 8 Girsang Sipangan Bolon -56,55 330,70 32,12 404,28 502,17 1.035 9 Tanah Jawa - 9,15 15,40 9,15 13,38 87 10 Hatonduhon - 15,25 17,03 15,25 21,72 115 11 Dolok Panribuan 13,86 133,03-146,89 201,69 697 12 Jorlang Hataran - 83,21-83,21 125,08 998 13 Panei 28,59 158,38-186,97 247,76 1.165 14 Panombeian Panei - 47,88-47,88 70,90 533 15 Raya 127,76 1038,58 22,16 1.188,50 1.593,26 3.894 6 Dolok Silou 134,41 593,28 24,32 752,01 808,07 1.574 17 Silou kahean 10,63 - - 18,63-15 18 Raya Kahean - 18,64-18,64 24,07 236 19 Tapian Dolok 2,00 53,00-55,00 71,13 44 20 Dolok Bau Nanggar - - - - - - 21 Siantar 0,63 - - 0,63-1 22 Gunung Malela - - - - - - 23 Gunung Maligas - - - - - - 24 Hutabayu Raja - - - - - - 25 Jawa Maraja bah Jambi - - - - - - 26 Pamatang Bandar - - - - - - 27 Bandar Huluan - - - - - - 28 Bandar - - - - - - 29 Bandar Masilam - - - - - - 30 Bosar Maligas - - - - - - 31 Ujung Padang - - - - - - Kab. Simalungun 936,99 6427,88 224,48 7.589,35 9.865,85 17.568 Sumber: BPS Sumatera Utara tahun 2014 Tabel 1.1. di atas memperlihatkan bahwa dari 31 kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Raya merupakan kecamatan yang paling luas lahan tanaman Kopi Arabikanya. Untuk Tanaman Menghasilkan (TM) luas lahan sebesar 1038,58 Ha, tanaman belum menghasilkan seluas 127,76 Ha, dengan hasil 1.593,26 ton per tahun, dan jumlah petani sebanyak 3.894 KK, hal ini didukung

8 oleh letaknya yang strategis dan menjadi salah satu sentra kegiatan ekonomi di Simalungun. Adapun jumlah rumah tangga usaha perkebunan tanaman tahunan di Sumatera Utara menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013 adalah sebagai berikut. Tabel 1.2. Tabel Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Tanaman Tahunan Menurut Provinsi dan Beberapa Jenis Tanaman No Kabupaten/ Kota Kopi Aren Kemiri Kelapa Karet 1 Nias 70 153 4 3,271 18,532 2 Mandailing Natal 1,488 1,160 507 5,990 35,928 3 Tapanuli Selatan 6,715 3,223 949 4,089 30,133 4 Tapanuli Tengah 214 158 13 6,771 22,050 5 Tapanuli Utara 30,505 684 499 1,408 8,808 6 Toba Samosir 15,034 633 2,360 491 2,040 7 Labuhan Batu 14 98 0 2,153 7,610 8 Asahan 141 144 7 15,600 4,380 9 Simalungun 30,769 3,985 2,022 11,697 11,521 10 Dairi 34,460 1,375 6,472 4,188 819 11 Karo 27,166 267 5,965 3,810 178 12 Deli Serdang 815 907 883 6,494 8,400 13 Langkat 333 575 369 17,242 31,135 14 Nias Selatan 420 1 1 12,954 30,368 15 Humbang Hasundutan 22,011 178 174 623 6,717 16 Pakpak Bharat 3,844 15 22 293 2,174 17 Samosir 14,338 99 4,090 894 2 18 Serdang Bedagai 53 127 16 9,642 9,227 19 Batu Bara 36 4 1 7,291 860 20 Padang Lawas Utara 342 79 257 1,376 26,270 21 Padang Lawas 832 17 95 1,584 15,373 22 Labuhan Batu Selatan 9 16 0 1,014 13,233 23 Labuhan Batu Utara 92 25 1 3,755 10,273 24 Nias Utara 104 60 0 4,785 21,432 25 Nias Barat 46 102 0 4,299 13,835 26 Kota Sibolga 4 0 0 14 70 27 Kota Tanjung Balai 10 0 0 853 15 28 Kota Pematang Siantar 133 11 105 155 85 29 Kota Tebing Tinggi 10 1 1 144 105 30 Kota Medan 169 5 22 166 94 31 Kota Binjai 14 1 2 368 121 32 Kota Padangsidimpuan 108 3 51 655 5,000 33 Kota Gunungsitoli 153 73 3 4,466 11,047 Jumlah 190,452 14,179 24,891 138,535 347,835 Sumber: BPS Sumatera Utara (Sensus Pertanian, 2013)

9 Tabel 1.2. di atas memperlihatkan bahwa dari beberapa kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten yang memiliki jumlah rumah tangga usaha perkebunan kopi yang paling banyak yaitu 30.769 usaha perkebunan rakyat. Produksi kopi Simalungun dari 11 kecamatan yakni: Raya, Purba, Haranggaol Horizon, Dolok Silau, Pematang Silimakuta, Dolok Pardamean, Pamatang Sidamanik, Sidamanik, Jorlang Hataran, Pane, Girsang Sipangan Bolon, mencapai 9260 ton per tahun, dari luas areal tanaman kopi 11.740 Ha, dan biasa dipanen setiap bulan, sebanyak 63 % diekspor ke luar negeri. Berdasarkan data di atas, penulis merasa perlu melaksanakan penelitian mengenai Dampak Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap Pendapatan Petani Kopi Arabika di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan kajian tentang latar belakang penelitian ini, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana ketersediaan sarana produksi dan alat-alat mesin pertanian sebelum dan sesudah Program Pengembangan Kawasan Agropolitan di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun? 2. Bagaimana tingkat keberhasilan Program Pengembangan Kawasan Agropolitan (ditinjau dari segi kelembagaan) di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun?

10 3. Bagaimana dampak Program Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap pendapatan petani Kopi Arabika di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis menetapkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ketersediaan sarana produksi dan alat-alat mesin pertanian sebelum dan sesudah Program Pengembangan Kawasan Agropolitan di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. 2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan Program Pengembangan Kawasan Agropolitan (ditinjau dari segi kelembagaan) di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. 3. Untuk menganalisis dampak Program Pengembangan Kawasan Agropolitan terhadap pendapataan petani Kopi Arabika di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan informasi bagi para petani Kopi Arabika di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. 2. Memberikan bahan masukan/ rekomendasi bagi pemerintah Kabupaten Simalungun dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk peningkatan Pengembangan Kawasan Agropolitan di Sumatera Utara.

11 3. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya, khususnya tentang Pengembangan Kawasan Agropolitan. 4. Penelitian ini juga diharapkan mampu menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi para akademisi masyarakat umum yang tertarik pada topik.