BAB III MODEL KAPLAN. 3.1 Model Kaplan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENGEMBANGAN MODEL KAPLAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab III Model Awal Kecanduan Terhadap Rokok

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kestabilan Model Matematika AIDS dengan Transmisi. atau Ibu menyusui yang positif terinfeksi HIV ke anaknya.

BAB II LANDASAN TEORI

III PEMBAHASAN. μ v. r 3. μ h μ h r 4 r 5

IV PEMBAHASAN. jika λ 1 < 0 dan λ 2 > 0, maka titik bersifat sadel. Nilai ( ) mengakibatkan. 4.1 Model SIR

Model Matematika Penyebaran Internal Demam Berdarah Dengue dalam Tubuh Manusia

Kesimpulan serta Masalah yang masih Terbuka

Bab II Teori Pendukung

BAB IV ANALISIS MODEL 2

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si

Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk mengkaji model SIR dari penyebaran

III MODEL MATEMATIKA S I R. δ δ δ

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

ANALISIS KESTABILAN PADA MODEL TRANSMISI VIRUS HEPATITIS B YANG DIPENGARUHI OLEH MIGRASI

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

ANALISIS KESTABILAN DAN PROSES MARKOV MODEL PENYEBARAN PENYAKIT EBOLA

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER)

Analisis Angka Reproduksi Dasar Model Matematika Penyebaran HIV Melalui Jarum Suntik pada Populasi Pengguna Narkoba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

Analisis Kestabilan Pada Model Transmisi Virus Hepatitis B yang Dipengaruhi Oleh Migrasi

BAB II LANDASAN TEORI

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan

Model Matematika Penyebaran Eksternal Demam Berdarah Dengue

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)]

KENDALI OPTIMAL PADA PENCEGAHAN WABAH FLU BURUNG DENGAN ELIMINASI, KARANTINA DAN PENGOBATAN

III. MODEL MATEMATIK PENYEBARAN PENYAKIT DBD

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

BAB II LANDASAN TEORI

T - 1 PEMODELAN MATEMATIKA UNTUK MENSIMULASIKAN EFEK POPULASI KARANTINA TERHADAP PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS DI PAPUA

Suatu sistem persamaan diferensial dinyatakan sebagai berikut : Misalkan suatu sistem persamaan diferensial (SPD) dinyatakan sebagai

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

Eksistensi dan Kestabilan Model SIR dengan Nonlinear Insidence Rate

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS

Bab V Model Dengan Faktor Denda Bagi Para Perokok

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

Dinamik Model Epidemi SIRS dengan Laju Kematian Beragam

Bab III Model Matematika Transmisi Filariasis Tanpa Pengobatan

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

MODEL PENGENDALIAN PENYEBARAN HIV/AIDS DI KALANGAN IDUs (INJECTING DRUG USERS) DENGAN NEP (NEEDLE EXCHANGE PROGRAM)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Model Deterministik Masalah Kecanduan Narkoba dengan Faktor Kontrol Terhadap Pemakai dan Pengedar Narkoba

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI

SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA

BAB III PEMBAHASAN. tenggorokan, batuk, dan kesulitan bernafas. Pada kasus Avian Influenza, gejala

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang)

ANALISIS STABILITAS PENYEBARAN VIRUS EBOLA PADA MANUSIA

Oleh : Dinita Rahmalia NRP Dosen Pembimbing : Drs. M. Setijo Winarko, M.Si.

BAB II LANDASAN TEORI

Lampiran 1 Penentuan titik tetap Model Gyllenberg-Webb. 1 ln

ANALISIS KESTABILAN PADA MODEL PENYEBARAN HIV/AIDS DI KOTA PALU

Pengguna. Tugas Akhir. Diajukan untuk. Oleh : Utaminingsih PROGRAM STUDI MATEMATIKAA

Studi Penyebaran Penyakit Flu Burung Melalui Kajian Dinamis Revisi Model Endemik SIRS Dengan Pemberian Vaksinasi Unggas. Jalan Sukarno-Hatta Palu,

DINAMIKA PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINEAR SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS AND RECOVERED)

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BASIC REPRODUCTION NUMBER

Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka

BAB 4 MODEL DINAMIKA NEURON FITZHUGH-NAGUMO

Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa

Pengaruh Hukuman Mati terhadap Dinamika Jumlah Pengguna Narkoba di Indonesia

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA IMMUNOTERAPI BCG PADA KANKER KANDUNG KEMIH

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PEMBAHASAN. optimal dari model untuk mengurangi penyebaran polio pada dengan

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Kualitatif pada Model Penyakit Parasitosis

Analisis Kestabilan Global Model Epidemik SIRS menggunakan Fungsi Lyapunov

ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT DBD DI KABUPATEN JEMBER DENGAN METODE SIR STOKASTIK SKRIPSI. Oleh: Effendy

ANALISIS MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN KOINFEKSI MALARIA-TIFUS

Kestabilan Titik Ekuilibrium Model SIS dengan Pertumbuhan Logistik dan Migrasi

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik

Arisma Yuni Hardiningsih. Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si. Jurusan Matematika. Surabaya

MODEL SIR UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

MEMBANGUN MODEL PENYEBARAN PERILAKU MEROKOK BERDASARKAN FAKTOR BIOLOGIS DAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

Pengantar Proses Stokastik

BABAK PENYISIHAN SELEKSI TINGKAT PROVINSI BIDANG KOMPETISI

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, MODEL PENYEBARAN PENYAKIT POLIO DENGAN PENGARUH VAKSINASI. RR Laila Ma rifatun 1, Sugiyanto 2

MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DIABETES DENGAN PENGARUH TRANSMISI VERTIKAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari.

ANALISIS STABILITAS PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK DAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh Andy Setyawan NIM

ANALISIS KESTABILAN BEBAS PENYAKIT MODEL EPIDEMI CVPD (CITRUS VEIN PHLOEM DEGENERATION) PADA TANAMAN JERUK DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING TIPE II

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema

Prosiding Seminar Hasil-Hasil PPM IPB 2015 Vol. I : ISBN :

BAB II LANDASAN TEORI

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENULARAN PENYAKIT GONORE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis model epidemik beserta simulasinya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Transkripsi:

BAB III MODEL KAPLAN Pada bab ini akan dipaparkan model Kaplan secara terperinci sebelum memodifikasinya menjadi model yang lebih realistis pada bab selanjutnya. Kaplan memberikan suatu model deterministik untuk penyebaran HIV dan AIDS diantara pengguna narkoba dengan jarum suntik. 3.1 Model Kaplan Kaplan mengasumsikan bahwa populasi dimana penyebaran HIV/AIDS terjadi adalah sebesar n orang, dengan n berukuran besar. Populasi tersebut dianggap homogen dan narkoba hanya disuntikkan di galeri-galeri suntik. Suatu galeri suntik adalah sebuah tempat dimana para pengguna narkoba berkumpul untuk berbagi alat suntik narkoba. Kaplan membuat beberapa asumsi sebagai berikut: 1. Semua pertukaran alat suntik narkoba hanya terjadi di galeri-galeri suntik. Di dalam model, suatu galeri suntik didefinisikan sebagai sebuah lokasi dimana para pecandu secara rutin menyewa alat suntik narkoba yang sama. Terdapat m buah galeri suntik dan para pecandu memilih galeri suntik secara acak. Semua pecandu menyuntik satu kali per kunjungan ke galeri suntik. 8

2. Setiap pecandu mengunjungi galeri-galeri suntik berdasarkan Proses Poisson dengan laju kedatangan sebesar λ kali per hari dan kedatangan para pecandu saling bebas satu sama lain. 3. Peralatan menyuntik akan tercemar jika digunakan oleh pecandu yang terinfeksi. Ketika alat suntik yang tercemar digunakan oleh pecandu yang tidak terinfeksi, proses penyuntikan tersebut akan membilas alat suntik (membersihkan alat suntik dari darah yang terinfeksi) dengan peluang sebesar θ. Setiap pecandu yang tidak terinfeksi yang menggunakan alat suntik yang tercemar akan dianggap exposed terhadap HIV. 4. Pecandu yang exposed terhadap HIV akan menjadi terinfeksi dengan peluang sebesar α. Berbagi alat suntik adalah satu-satunya cara pecandu menjadi terinfeksi HIV. 5. Populasi pecandu dianggap konstan sebesar n. Pecandu yang terinfeksi yang lepas dari populasi (misalkan karena kematian atau perpindahan) akan segera tergantikan oleh pecandu yang susceptible. Dengan kata lain, laju kematian dan kelahiran pecandu dianggap sama sebesar μ. 6. Perubahan proporsi pecandu yang terinfeksi pada saat t dianggap cukup kecil sehingga dapat diabaikan. Asumsi 1 dan 2 menunjukkan bahwa populasi pecandu homogen dan para pecandu menyuntikkan narkoba di galeri suntik dengan laju sebesar λ. Asumsi 3 berarti bahwa alat suntik menjadi tercemar ketika digunakan oleh pecandu yang terinfeksi. Pecandu yang tidak terinfeksi mungkin membersihkan darah yang terinfeksi dari jarum yang tercemar ketika menggunakan alat tersebut. Oleh karena itu, pecandu yang tidak terinfeksi beresiko menjadi exposed terhadap HIV sekaligus membersihkan alat suntik untuk pemakai yang berikutnya. Asumsi 5 dan 6 memungkinkan untuk membangun suatu model persamaan diferensial. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, Kaplan mengkonstruksi model penyebaran HIV pada komunitas pecandu. Misalkan π () t menyatakan fraksi dari populasi 9

yang akan terinfeksi oleh HIV pada saat t, dan misalkan β () t menyatakan peluang bahwa seorang pecandu yang mengunjungi suatu galeri suntik pada saat t akan menjadi exposed terhadap HIV karena menggunakan alat suntik yang tercemar. Dengan mendefinisikan rasio galeri γ = n, diperoleh model berupa m persamaan diferensial yang menggambarkan penyebaran dari penyakit tersebut: dβ = λγπ () t λγβ ()1 t { [ 1 π () t ]( 1 θ )}, dt dπ = [ 1 π( t) ] λβ( t) α π( t) μ. dt (3.1) Bagian pertama dari persamaan 3.1 menunjukkan laju perubahan peluang yang menunjukkan seorang pecandu yang mengunjungi suatu galeri suntik menjadi exposed terhadap HIV karena menggunakan alat suntik yang tercemar per satuan waktu, sedangkan bagian kedua menunjukkan laju perubahan fraksi dari populasi yang akan terinfeksi oleh HIV per satuan waktu. 3.2 Titik Kesetimbangan dan Syarat Kestabilan Dari persamaan 3.1, akan dicari titik-titik kesetimbangan dan syarat kestabilan dari titik-titik tersebut. 3.2.1 Titik Kesetimbangan Model 3.1 memiliki dua titik kesetimbangan, yaitu E ( π β ) = =, = dan μθ μθ E 1 = π =, β = + μ μθ. Titik kesetimbangan E terjadi pada saat seluruh pecandu tidak ada yang terinfeksi, disebut titik kesetimbangan bebas penyakit. 1

Titik kesetimbangan E 1 terjadi ketika terdapat pecandu yang exposed terhadap HIV dan pecandu yang terinfeksi HIV. Eksistensi titik kesetimbangan E 1 adalah pada saat π > dan β >. Pandang penyebut dari π, yaitu μ μθ μ( 1 θ) + = +. Karena θ adalah peluang sehingga < θ < 1, maka + μ μθ >. Oleh karena itu, π > diperoleh jika dan hanya jika μθ >. Begitu juga dengan β > diperoleh jika dan hanya jika pembilangnya positif atau μθ >. Jadi, syarat eksistensi dari titik kesetimbangan E 1 adalah 1 μθ >. Dari syarat eksistensi E 1, diperoleh nilai Basic Reproduction Ratio dari model Kaplan, yaitu R = μθ Interpretasi biologis R adalah bahwa dengan masuknya satu pecandu yang terinfeksi ke dalam populasi pecandu yang susceptible dan populasi jarum suntik yang tidak tercemar akan menyebabkan kurang lebih R kasus baru infeksi HIV pada populasi tersebut. 3.2.2 Syarat Kestabilan Syarat kestabilan diperoleh dengan cara pelinieran di sekitar titik titik kesetimbangannya. Pelinieran mula-mula dilakukan dengan cara mencari matriks Jacobi dari persamaan 3.1 pada titik kesetimbangannya kemudian diperoleh persamaan karakteristiknya. Berdasarkan titik kesetimbangan model, syarat kestabilan terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Kestabilan pada Titik Kesetimbangan Non Endemik (Titik Kesetimbangan Bebas Penyakit) 11

Matriks Jacobi dari persamaan 3.1 terhadap waktu di titik kesetimbangan bebas penyakit E ( π β ) = =, = adalah λγθ λγ μ Persamaan karakteristik dari matriks Jacobi di titik kesetimbangan bebas penyakit adalah 2 as + bs + c, dengan (3.2) Model akan stabil apabila nilai eigen dari persamaan karakteristiknya bernilai negatif. Dari persamaan 3.2 terlihat bahwa a > dan b >, maka agar nilai eigennya bernilai negatif haruslah c >. c > diperoleh jika R < 1 dengan R = μθ Maka dapat diketahui bahwa titik kesetimbangan bebas penyakit dari persamaan 3.1 akan stabil asimtotik lokal jika dan hanya jika R < 1 dan tidak stabil untuk R > 1 a = 1, b = μ+ λγθ, c = λγ θμ ( ). 2. Kestabilan pada Titik Kesetimbangan Endemik Titik kesetimbangan endemiknya, yaitu E μθ 1 π, β μθ = = = + μ μθ dengan Matriks Jacobinya di titik tersebut adalah ( μθ )( 1 θ ) μθ λγ 1+ 1 ( 1 θ ) λγ 1 + μ μθ μθ 1 μ + μθ + μ μθ Persamaan karakteristik dari matrik Jacobi di titik kesetimbangan endemik adalah 2 ps + qs+ r, dengan 12

p = 1, + 2 2 + 2 + + q = + μ μθ 3 2 2 2 2 2 2 λ γα + λ γαμ 2λ γαμθ λγθμ + λγθ μ r =. + μ μθ 2 2 2 2 2 2 2 λ α μ μθ μ μ θ μ θ λ γα Selanjutnya dengan aturan Descartes akan ditentukan apakah akar dari polinom tersebut bernilai negatif. Dengan mensubstitusikan s = s ke dalam persamaan karakteristiknya, maka diperoleh persamaan koefisien-koefisien ˆp = p, ˆq = q, dan ˆr = r sehingga, 2 ˆ ˆ ˆ ps + qs+ r dengan pˆ = 1, 2 2 2 2 2 2 2 λ α μ μθ μ μ θ μ θ λ γα + 2 2 + 2 + + qˆ =, + μ μθ 3 2 2 2 2 2 2 λ γα + λ γαμ 2λ γαμθ λγθμ + λγθ μ rˆ =. + μ μθ (3.3) Agar memenuhi syarat akar-akar real negatif menurut aturan Descartes, maka haruslah terdapat dua kali pergantian tanda dari koefisien ˆp ke ˆq, dan dari ˆq ke ˆr. Dari persamaan 3.3 diketahui bahwa p ˆ > dan q ˆ <, maka aturan untuk akar-akar real negatif Descartes akan terpenuhi jika r ˆ > atau ( μθ ) λγ >. ( μθ ) λγ > jika dan hanya jika R > 1 dengan R = μθ Maka kestabilan titik kesetimbangan endemik persamaan 3.1 akan stabil asimtotik lokal jika dan hanya jika R > 1. 13