KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

dokumen-dokumen yang mirip
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN

LAPORAN TAHUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016

93% 98% 97% 98% 98% 98% 98% Laporan Tahunan 2015 ii

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT

pengembangan PHT dan penggunaan program SIM OPT versi 2.1 yang telah disempurnakan, pemberdayaan THL Tenaga Bantu POPT-PHP, penyediaan dan

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun KATA PENGANTAR

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 392/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

1

PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN

Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN GERAKAN PENGENDALIAN OPT KEDELAI

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2012

L A K I P B B P O P T 2. LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 80/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2010 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2010

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

KATA PENGANTAR. Rencana Kinerja Tahunan Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2014

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Dihasilkan : 23-Feb-2013

LAPORAN KINERJA DITJEN TANAMAN PANGAN 2015

PENDAHULUAN II. UJICOBA ASURANSI PERTANIAN:

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

Laporan Kinerja KATA PENGANTAR

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG


KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 393/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN MENTERI PERTANIAN,

Budidaya tanaman sehat. Banjir. Kekeringan. Pengamatan. Pelestarian musuh alami. Petani ahli

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

Dihasilkan : 23-Feb-2013

Keragaan Data Iklim, Organisme Pengganggu Tanaman dan Bencana Alam

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 1

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013

Dihasilkan : 23-Feb

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; c. Kepala Seksi Proteksi Tanaman Pangan; d. Kepala Seksi Proteksi Hortikultura; e. Kelompok Jabatan

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 285/Kpts/OT.210/4/2002

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN

KATA PENGANTAR. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

RENCANA KINERJA TAHUNAN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan TAHUN 2013

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang


GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan i

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN II TAHUN 2014)

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

Dicetak : 19-Sep-2013

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas mengamankan produksi dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) sehingga produksi tercapai baik secara kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Sesuai dengan tugas tersebut Tahun 2014 telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang telah direncanakan. Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan kegiatan tersebut perlu disusun Laporan Tahunan sebagai bahan evaluasi dan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, yang dijabarkan dalam visi, misi dan tujuan serta sasaran program dan kegiatan. Secara garis besar laporan ini menyajikan capaian pelaksanaan program dan kegiatan, permasalahan dan capaian yang telah diperoleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Harapan kami laporan ini dapat memberikan informasi dan sebagai bahan pemantapan program pembangunan tanaman pangan, khususnya dalam upaya pengamanan produksi pada periode mendatang. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas partisipasinya. Jakarta, Maret 2014 Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Ir.Pending Dadih Permana, M.Ec.Dev NIP 196005081986031026 i

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Dalam rangka mewujudkan sasaran produksi tanaman pangan, telah ditetapkan strategi peningkatan produksi, yaitu peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, pengamanan produksi, dan pemberdayaan kelembagaan pertanian dan dukungan pembiayaan usahatani. 2. Pengamanan produksi tanaman pangan yang terkait erat dengan perlindungan terhadap gangguan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI), dilaksanakan melalui berbagai kegiatan perlindungan tanaman pangan. Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia, pada Tahun 2014 telah dilakukan kegiatan yang meliputi penyusunan naskah buku, pendidikan dan latihan, pengembangan sistem informasi manajemen (SIM), rapatrapat koordinasi, pengembangan kelembagaan, penanggulangan organism pengganggu tumbuhan (OPT), pengembangan proteksi tanaman, penguatan pelaksanaan SLPHT, serta pembinaan dan penilaian jabatan fungsional pengendali OPT. 3. Luas banjir pada tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar) selama Tahun 2014 seluas 353.248 ha (puso: 146.568 ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: 433.660 ha, puso: 98.815 ha) menurun seluas 80.412 ha (terkena) atau 18,54% sedangkan pusonya meningkat seluas 47.753 ha atau 0,49%. Selama tahun 2014 luas banjir tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat (terkena: 96.004 ha, puso: 51.647 ha), Jawa Tengah (terkena: 62.131 ha, puso: 34.447 ha), dan Aceh (terkena: 56.821 ha, puso: 24.897 ha). ii

Rasio luas banjir terhadap luas tanam (19.933.766 ha) pada Tahun 2014 adalah terkena 1,77% dan puso 0,74%. 4. Luas Kekeringan pada tanaman pangan selama Tahun 2014 seluas 242.789 ha (puso: 38 ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: 61.405 ha, puso: 4.094 ha) meningkat seluas 181.384 ha (terkena) atau 295,39% dan pusonya seluas 34.049 ha atau 831,77%. Selama tahun 2014 luas kekeringan tertinggi terjadi di Provinsi Aceh (terkena: 67.998 ha, puso: 6.444 ha), Kalimantan Barat (terkena: 19.975 ha, puso: 9.161 ha), dan Sulawesi Tenggara (terkena: 18.946 ha, puso: 2.938 ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam (19.933.766 ha) pada Tahun 2014 adalah terkena 1,77% dan puso 0,74%. 5. Luas serangan pada tanaman pangan selama Tahun 2014 seluas 488.670 ha (puso: 2.511 ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: 553.231 ha, puso: 4.559 ha) menurun seluas 64.561 ha (terkena) atau 11,67% dan pusonya seluas 2.048 ha atau 44,92%. Selama tahun 2014 luas serangan tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah (terkena: 124.080 ha, puso: 1.014 ha), Jawa barat (terkena: 115.780 ha, puso: 9 ha), dan Jawa Timur (terkena: 63.198 ha, puso: 147 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam (19.933.766 ha) pada Tahun 2014 adalah terkena 2,45% dan puso 0,01%. 6. Luas tanam pangan Tahun 2014 (19.933.766 ha) menurun seluas 419.205 ha atau 2,06% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 (20.352.971 ha). Luas tanam padi Tahun 2014 seluas 13.569.481 ha, menurun seluas 337.767 ha (2,43%) apabila dibandingkan Tahun 2013 (13.907.248) ha; jagung seluas 3.960.885 ha meningkat 21.414 ha (0,54%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (3.939.471 ha); kedelai seluas 610.359 ha meningkat 22.874 ha (3,89%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (587.485 ha); kacang tanah seluas 492.938 ha menurun 16.468 ha (3,23%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (509.406 ha); kacang hijau seluas 211.768 ha meningkat 28.390 ha (15,48%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (183.378 ha); ubi kayu seluas 968.856 ha menurun 98.465 ha (9,23%) apabila dibandingkan dengan Tahun iii

2013 (1.067.321 ha); ubi jalar seluas 119.479 ha menurun 39.183 ha (24,70%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (158.662 ha). 7. Selama Tahun 2014, telah dilakukan upaya pengendalian OPT pada tanaman pangan seluas 1.370.045 ha, meningkat seluas 295.507 (27,50%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (1.074.538 ha). Pengendalian OPT dilakukan dengan berbagai cara, yaitu secara mekanik fisik, aplikasi pestisida, dan dengan cara lain. Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT utama Tanaman Pangan, berasal dari swadaya petani dan pemerintah (kecamatan, kabupaten/kota, propinsi), serta bantuan pengadaan pemerintah pusat maupun dari stok cadangan nasional yang dialokasikan ke propinsi. 8. Pada Tahun 2014, kegiatan SLPHT dapat direalisasikan sebanyak 910 unit (95,39%) dari 954 unit yang direncanakan hampir di seluruh provinsi, sedangkan SLI dapat direalisasikan sebanyak 95 unit (88,8%) dari 95 unit yang direncanakan dan tersebar di 29 provinsi. 9. Pada tanaman terserang telah dilakukan upaya pengendalian oleh petani secara swadaya maupun memanfaatkan bantuan sarana pengendalian dari pemerintah (kecamatan, kabupaten, provinsi, dan pusat/cadangan nasional). Pengendalian OPT utama pada tanaman pangan Tahun 2013 seluas 1.074.538 ha, terdiri dari pemusnahan, penggunaan pestisida, dan cara lain, berupa gropyokan dan pemanfaatan agens hayati. 10. Pelaksanaan SLPHT yang direncanakan di seluruh provinsi sejumlah 2.500 unit, selama Tahun 2013 dapat direalisasikan sebanyak 2.421 unit (96,84%), sedangkan SLI yang direncanakan sejumlah 192 unit yang tersebar di 29 provinsi dapat direalisasikan sebanyak 179 unit (93,2%). 11. Disamping kegiatan yang telah dilakukan diatas, untuk penanganan banjir, kekeringan dan menekan luas dan intensitas serangan OPT utama, juga dilakukan berbagai kegiatan antara lain pengiriman informasi prakiraan iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kepada Gubernur, pengiriman surat kewaspadaan peningkatan serangan OPT, dan langkah operasional penanganannya kepada Gubernur, konsolidasi petugas, pembentukan POSKO iv

Pengendalian OPT (tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan desa), menurunkan tim pemantauan dan bimbingan teknis (provinsi, kabupaten, kecamatan), dan penyediaan bantuan pestisida cadangan nasional. 12. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan yaitu beragamnya kelembagaan perlindungan tanaman di daerah, terbatasnya kuantitas dan kualitas THL Tenaga Bantu POPT-PHP, ketergantungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, kurang lancarnya arus informasi/pelaporan, belum optimalnya koordinasi penanganan OPT, perubahan iklim dan faktor lingkungan yang kurang mendukung, dan belum optimalnya pemberdayaan kelembagaan PHT di tingkat lapangan (LPHP, BPT, PPAH, dan alumni SLPHT). 13. Dukungan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan pengamanan produksi pada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014 berjumlah Rp 192.288.141.000,- (seratus sembilan puluh dua milyar dua ratus delapan puluh delapan juta seratus empat puluh satu ribu rupiah) dan dilakukan penghematan sehingga anggaran menjadi Rp 117.864.716.000 (seratus tujuh belas milyar delapan ratus enam puluh empat juta tujuh ratus enam belas ribu rupiah) yang terdiri dari anggaran: 1) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebesar Rp 11.534.911.000 dan 2) Balai Pengujian Mutu Produk sebesar Rp 3.765.860.000,- dan 3) Dekonsentrasi sebesar Rp 102.563.589.945,-.. Berdasarkan alokasi anggaran, secara umum, kegiatan yang direncanakan pada Tahun 2014 dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, sasaran, dan waktu. v

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... RINGKASAN EKSEKUTIF... DAFTAR ISI.... DAFTAR TABEL...... DAFTAR GAMBAR.............. DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang....... 1 B. Tujuan dan Sasaran......... 1 II. KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN 2 A. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan... 2 B. Sumber Daya Manusia... 7 C. Dukungan Anggaran... 8 III. EVALUASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM (DPI), LUAS SERANGAN DAN PENGENDALIAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PANGAN.... A. Dampak Perubahan Iklim (Banjir dan Kekeringan)... 9 B. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Pangan... 17 C. Luas Pengendalian OPT Utama pada Tanaman Pangan... 21 IV. CAPAIAN RENCANA STRATEGIS... 24 A. Capaian Rencana Strategi..... 24 B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja... 24 V. CAPAIAN PELAKSANAAN KEGIATAN... 31 A. Capaian Pengamanan Produksi Tanaman Pangan... 31 B. Capaian Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan... 35 i ii vi vii viii ix 9 vi

VI. KEGIATAN LAIN... 55 A. Komisi-Komisi... 55 B. Food Agriculture Organization (FAO)... 55 C. Koperasi Daya Guna.... 57 D. Ikawati......... 58 VII. PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA... 59 VIII. PENUTUP... 61 LAMPIRAN.......... 64 vii

DAFTAR TABEL Tabel Hal 1. Daftar Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan... 7 2. Rasio Luas Banjir terhadap Luas Tanam pada Tanaman Pangan Tahun 2014 dan 2013... 13 3. Rasio Luas Kekeringan terhadap Luas Tanam pada Tanaman Pangan Tahun 2014 dan 2013... 16 4. Rasio Luas Serangan terhadap Luas Tanam pada Tanaman Pangan Tahun 2014 dan 2013... 20 5. Luas Pengendalian OPT Utama pada Tanaman Pangan Tahun 2014 dan 2013... 22 6. Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2014... 24 7. Capaian Pengamanan Areal Tanam dari Serangan OPT Utama dan DPI Tahun 2014... 25 8. Kegiatan pendukung pengamanan areal tanam padi Tahun 2014... 28 viii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pola Luas Banjir Pada Tanaman Pangan Tahun 2014 dan 2013... 14 2. Pola Luas Kekeringan Pada Tanaman Pangan Tahun 2014 dan 2013... 17 3. Pola Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Pangan Tahun 2014 dan 2013... 21 Hal ix

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Hal 1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Berdasarkan Permentan No.61/Permentan/OT.140/10/2010.. 65 2. Rasio Luas Banjir Terhadap Luas Tanam Pada Tanaman Pangan Tahun 2014 Dan Tahun 2013... 66 3. Rasio Luas Kekeringan Terhadap Luas Tanam Pada Tanaman Pangan Tahun 2014 Dan Tahun 2013... 74 4. Rasio Luas Serangan Terhadap Luas Tanam Pada Tanaman Pangan Tahun 2014 Dan Tahun 2013... 82 5. Rasio Luas Serangan Terhadap Luas Tanam Pada Tanaman Pangan Tahun 2014 Dan Tahun 2013 (Nasional)... 90 6. Luas Pengendalian Pada Tanaman Pangan Tahun 2014... 91 7. Realisasi Pelaksanaan SLPHT Pada Tanaman Pangan Tahun 2014... 92 8. Realisasi Pelaksanaan SLI Pada Tanaman Pangan Tahun 2014... 93 9. Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Tahun 2014... 94 10. Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Tahun 2014... 95 11. Daftar Inventaris Kendaraan Roda 2 dan 4 Tahun 2014... 96 12. Daftar Pegawai Yang Naik Pangkat Pada Tahun 2014... 97 x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka pencapaian 4 (empat) target sukses Kementerian Pertanian yaitu pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor serta peningkatan kesejahteraan petani, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menargetkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta kedelai pada Tahun 2015. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan mempunyai tugas mengamankan produksi dari gangguan Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI). Target sasaran kinerja 93% areal tanam pangan aman dari gangguan OPT dan DPI. Pengamanan produksi diupayakan melalui sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT), sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1995. Tambahan Lembaran Negara Nomor 258.6) dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 887/Kpts/OT.210/9/1997 tentang Pedoman Pengendalian OPT. Pelaksanaannya menjadi tanggungjawab masyarakat bersama pemerintah. Upaya pengamanan luas areal tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI dilakukan dengan meningkatkan: 1) pengamatan dan sistim peringatan dini OPT/DPI; 2) gerakan pengendalian OPT dan adaptasi DPI; 3) kualitas dan kuantitas sumber daya manusia perlindungan tanaman; 4) peran dan fungsi kelembagaan serta sumberdaya manusia perlindungan tanaman; dan 5) menyediakan sarana penanggulangan OPT/DPI. Hal tersebut diharapkan dapat mendukung pelaksanaan gerakan pengamatan dan pengendalian dini (SPOT- STOP) sehingga kehilangan hasil dapat ditekan. B. Tujuan dan Sasaran Laporan Tahunan disusun sebagai bahan evaluasi dan pertanggungjawaban dari seluruh kegiatan perlindungan tanaman pangan selama Tahun 2015. Dari evaluasi tersebut digunakan sebagai bahan masukan penyusunan kegiatan pada tahun berikutnya. 1

II. KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN A. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan tanaman pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 2

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, ditetapkan bahwa Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan terdiri dari: a. Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan, b. Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, c. Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, d. Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, e. Subbagian Tata Usaha, dan f. Kelompok Jabatan Fungsional Adapun tugas masing-masing bagian organisasi adalah sebagai berikut : a. Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan. b. Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang dampak perubahan iklim. 3

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim. c. Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. d. Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan. 4

Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan. e. Subbagian Tata Usaha, Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. f. Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di bidang peramalan OPT, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan didukung oleh 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) yang berkedudukan di Jatisari, Karawang, Jawa Barat. Sedangkan untuk pengujian mutu dan residu pestisida serta pupuk, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan didukung oleh 1 (satu) unit UPT yaitu Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) yang berkedudukan di Jakarta. BBPOPT dan BPMPT secara teknis operasional dibina oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan. Struktur organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan seperti tercantum dalam Bagan pada Lampiran 1. g. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan. 5

Secara teknis dibina oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan dan Direktur Perlindungan Tanaman Hortikultura. BBPOPT mempunyai tugas melaksanakan dan mengembangkan peramalan OPT serta rujukan proteksi di bidang perlindungan tanaman pangan dan hortikultura. Dalam melaksanakan tugas dimaksud Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi : 1. Penyusunan program dan evaluasi peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura. 2. Pelaksanaan analisis data dan informasi serangan OPT, dan faktor penentu perkembangan OPT. 3. Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT berdasarkan sistem PHT. 4. Pelaksanaan perumusan peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT. 5. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan teknologi peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT. 6. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu dan standar Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit. 7. Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan peramalan OPT, serta rujukan Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. 8. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BBPOPT. h. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman adalah unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 393/Kpts/OT.130/6/2004 tanggal 9 Juni 2004, BPMPT mempunyai tugas melaksanakan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman, hortikultura dan perkebunan. Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman menyelenggarakan fungsi: 1. Pengelolaan sampel pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 6

2. Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 3. Pelaksanaan perumusan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 4. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 5. Pelaksanaan pemantauan mutu pestisida dan pupuk yang beredar serta produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 6. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman. i. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) Upaya pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi perlindungan tanaman pangan di daerah dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) dan Bidang yang menangani perlindungan tanaman pangan. Dengan perangkat tersebut diharapkan segala permasalahan perlindungan tanaman yang timbul di daerah dapat diatasi secara cepat. B. Sumber Daya Manusia Pada Tahun 2015, jumlah sumber daya manusia lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebanyak 68 orang pegawai dan 10 orang Tenaga Harian Lepas. Secara rinci, keadaan pegawai di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. No. Unit Golongan IV III II I THL Jml 1 Direktur 1 - - - - 1 2 Sub Bagian Tata Usaha - 9 9-11 29 3 Subdit. Pengelolaan Data OPT 1 9 2 - - 12 4 Subdit. DPI 4 9 - - - 13 5 Subdit. Pengelolaan PHT 1 10 1 - - 12 6 Subdit. Teknologi Pengendalian OPT 1 10 1 - - 12 Jumlah 8 47 13-11 79 7

C. Dukungan Anggaran Jumlah anggaran untuk kegiatan Penguatan Sistem Perlindungan Tanaman dari Gangguan Serangan OPT dan DPI pada Tahun 2015 sebesar Rp 192.288.141.000,- (seratus sembilan puluh dua milyar dua ratus delapan puluh delapan juta seratus empat puluh satu ribu rupiah) dan dilakukan penghematan sehingga anggaran menjadi Rp 117.864.716.000 (seratus tujuh belas milyar delapan ratus enam puluh empat juta tujuh ratus enam belas ribu rupiah) yang terdiri dari anggaran: 1) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebesar Rp 11.534.911.000 dan 2) Balai Pengujian Mutu Produk sebesar Rp 3.765.860.000,- dan 3) Dekonsentrasi sebesar Rp 102.563.589.945,-. 8

III. EVALUASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM (DPI), LUAS SERANGAN DAN PENGENDALIAN OPT UTAMA PADA TANAMAN A. Dampak Perubahan Iklim (Banjir dan Kekeringan) 1. Evaluasi Musim Produksi maupun produktivitas mempunyai peranan penting dalam proses budidaya tanaman dan dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Oleh karena itu seyogyanya kegiatan budidaya tanaman harus mempertimbangkan kondisi iklim dan cuaca yang terjadi berdasarkan informasi prakiraan musim dan iklim yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai salah satu sumber informasi iklim dan cuaca. Berdasarkan informasi prakiraan musim yang dikeluarkan oleh BMKG, evaluasi Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK) sebagai berikut : a. Musim Hujan (MH) 2013/2014 Berdasarkan informasi dari BMKG, diketahui bahwa MH 2013/2014 umumnya dimulai bulan September 2013 hingga Desember 2014. Sebanyak 120 ZOM (35,1%) memasuki awal Musim Hujan pada bulan Oktober 2013, dan 98 ZOM (28,7%) pada bulan November 2013. Sedangkan beberapa daerah lainnya awal Musim Hujan terjadi pada Juli 2013 sebanyak 3 ZOM (0,9%), Agustus 2013 sebanyak 10 ZOM (2,9%), September 2013 sebanyak 71 ZOM (20,8%), Desember 2013 sebanyak 28 ZOM (8,2%), Januari 2014 sebanyak 1 ZOM (0,3%), Maret 2014 sebanyak 8 ZOM (2,3%), April 2014 sebanyak 1 ZOM (0,3%) dan Mei 2014 sebanyak 1 ZOM (0,3%) Apabila dibandingkan dengan rata-rata 30 tahun (1981-2010), sebagian besar wilayah Zona Musim (ZOM) memasuki awal Musim Hujan 2013/2014 maju dengan reratanya, sedangkan 107 ZOM (31,3%) sama dengan reratanya, dan 43 ZOM (12,6) lainnya mundur dari reratanya. Pada Musim Hujan 2012/2013 sebagian besar ZOM mempunyai sifat hujan Normal, sedangkan 128 ZOM (37,4%) bersifat di Atas Normal dan 22 ZOM (6,4%) bersifat di Bawah Normal. 9

b. Musim Kemarau (MK) 2014 Berdasarkan informasi dari BMKG, diketahui bahwa MK 2014 umumnya dimulai bulan Mei hingga April 2014. Sebanyak 120 ZOM (35,1%) memasuki awal Musim Hujan pada bulan Mei 2014, dan 89 ZOM (26,0%) pada bulan April 2014. Sedangkan beberapa daerah lainnya awal Musim Kemarau terjadi pada Januari 2014 sebanyak 2 ZOM (0,6%), Februari 2014 sebanyak 1 ZOM (0,3%), Maret 2014 sebanyak 14 ZOM (4,1%), Juni 2014 sebanyak 77 ZOM (22,5%), Juli 2014 sebanyak 26 ZOM (7,6%), Agustus 2014 sebanyak 9 ZOM (2,6%), September 2014 sebanyak 2 ZOM (0,6%), Oktober 2014 sebanyak 1 ZOM (0,3%) dan November 2014 sebanyak 1 ZOM (0,3%) Apabila dibandingkan dengan rata-rata 30 tahun (1981-2013), sebagian besar wilayah Zona Musim (ZOM) memasuki awal Musim Kemarau 2014 sama dengan reratanya, sedangkan 94 ZOM (27,5%) maju, dan 96 ZOM (28,1%) lainnya mundur. Pada Musim Kemarau 2013 sebagian besar ZOM bersifat hujan Normal, sedangkan 28 ZOM (8,2%) bersifat Atas Normal dan 28 ZOM (24,8%) bersifat di Bawah Normal. 2. Luas Banjir dan Kekeringan a. Banjir Luas banjir pada tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar) selama Tahun 2015 seluas 353.248 ha (puso: 146.568 ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: 433.660 ha, puso: 98.815 ha) menurun seluas 80.412 ha (terkena) atau 18,54% sedangkan pusonya meningkat seluas 47.753 ha atau 0,49%. Selama Tahun 2015 luas banjir tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat (terkena: 96.004 ha, puso: 51.647 ha), Jawa Tengah (terkena: 62.131 ha, puso: 34.447 ha), dan Aceh (terkena: 56.821 ha, puso: 24.897 ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam (19.933.766 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 1,77% dan puso 0,74%. Luas tanam pangan menurun seluas 419.205 ha atau 2,06% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 (20.352.971 ha). Rincian luas serangan dapat dilihat pada lampiran 2. 10

Padi Luas banjir pada tanaman padi terkena seluas 338.378 ha diantaranya puso seluas 141.045 ha, terkena menurun seluas 70.434 ha (17,23%) sedangkan puso meningkat seluas 52.779 ha (59,80%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 408.812 ha, puso: 88.265 ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam (13.569.481 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 2,49% dan puso 1,04%. Luas tanam padi menurun seluas 337.767 ha atau 2,43% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 (13.907.248 ha). Banjir terluas terjadi di Provinsi Jawa Barat (terkena: 96.004 ha, puso: 51.647 ha), Jawa Tengah (terkena: 60.514 ha, puso: 33.792 ha) dan Aceh (terkena: 52.460 ha, puso: 23.210 ha). Jagung Luas banjir pada tanaman jagung terkena seluas 10.693 ha diantaranya puso seluas 3.300 ha, terkena menurun seluas 7.402 ha (40,91%) dan puso seluas 4.536 ha (59,44%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 18.095 ha, puso: 8.136 ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam (3.960.885 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,27% dan puso 0,08%. Luas tanam jagung meningkat seluas 21.414 ha atau 0,54% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 (3.939.471 ha). Banjir terluas terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara (terkena: 4.735 ha, puso: 1.692 ha), Aceh (terkena: 2.019 ha, puso: 518 ha), dan Nusa Tenggara Barat (terkena: 1.160 ha, puso: 6 ha). Kedelai Luas banjir pada tanaman kedelai terkena seluas 3.523 ha diantaranya puso seluas 2.031 ha, terkena menurun seluas 1.588 ha (31,07%) sedangkan puso meningkat seluas 241 ha (13,48%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 5.112 ha, puso: 1.790 ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam (610.359 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,58% dan puso 0,33%. Luas tanam kedelai meningkat seluas 22.874 ha atau 3,89% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 (587.485 ha). Banjir terluas terjadi di Provinsi Aceh (terkena: 2.259 ha, puso: 1.164 ha), Jawa Tengah (terkena: 406 ha, puso: 319 ha), dan Sumatera Utara (terkena: 194 ha, puso: 140 ha). 11

Kacang Tanah Luas banjir pada tanaman kacang tanah terkena seluas 243 ha diantaranya puso seluas 37 ha, terkena menurun seluas 202 ha (45,31%) dan puso seluas 96 ha (72,32%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 445 ha, puso: 133 ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam (492.9389 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,05% dan puso 0,01%. Luas tanam kacang tanah menurun seluas 16.468 ha atau 3,23% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 (509.406 ha). Banjir terluas terjadi di Provinsi Aceh (terkena: 66 ha, puso: 3 ha), Sumatera Utara (terkena: 54 ha, puso: 12 ha), dan Jawa Tengah (terkena: 43 ha, puso: 1 ha). Kacang Hijau Luas banjir pada tanaman kacang hijau terkena seluas 36 ha diantaranya puso seluas 33 ha, terkena menurun seluas 755 ha (95,43%) dan puso seluas 200 ha (85,82%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 791 ha, puso: 233 ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam (211.768 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,02% dan puso 0,02%. Luas tanam kacang hijau meningkat seluas 28.390 ha atau 15,48% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 (183.378 ha). Banjir terluas terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara (terkena: 32 ha, puso: 32 ha), Riau (terkena: 2 ha, puso: 1 ha), dan Aceh (terkena: 1 ha). Ubi Kayu Luas banjir pada tanaman ubi kayu terkena seluas 259 ha diantaranya puso seluas 123 ha, terkena menurun seluas 136 ha (34,34%) dan puso seluas 136 ha (52,65%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 395 ha, puso: 259 ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam (968.856 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,03% dan puso 0,01%. Luas tanam kacang hijau menurun seluas 98.465 ha atau 9,23% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 (1.067.321 ha). Banjir terluas terjadi di Provinsi Lampung (terkena: 117 ha, puso: 40 ha), Riau (terkena: 91 ha, puso: 62ha), dan Sumatera Utara (terkena: 18 ha, puso: 14 ha). 12

Ubi Jalar Luas banjir pada tanaman ubi jalar terkena seluas 115 ha diantaranya puso seluas 1 ha, terkena meningkat seluas 104 ha (940,91%) dan puso seluas 1 ha ( %), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 11 ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam (119.479 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,10% dan puso 0,00%. Luas tanam kacang hijau menurun seluas 39.183 ha atau 24,70% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 (158.662 ha). Banjir terluas terjadi di Provinsi Jawa Tengah (terkena: 109 ha), Jambi (terkena: 2 ha), dan Riau (terkena: 1 ha, puso: 1 ha). Tabel 2. Rasio Luas Banjir terhadap Luas Tanam pada Tanaman Pangan Tahun 2015 dan 2013 Ha 1 Padi T P T P Absolute % Absolute % % % Luas banjir (Lb) 338.378 141.045 408.812 88.265 (70.434) (17,23) 52.779 59,80 Luas tanam (Lt) 13.569.481 13.907.248 (337.767,00) (2,43) 2,49 1,04 2 Jagung Luas banjir (Lb) 10.693 3.300 18.095 8.136 (7.402) (40,91) (4.836) (59,44) Luas tanam (Lt) 3.960.885 3.939.471 21.414,00 0,54 0,27 0,08 3 Kedelai Luas banjir (Lb) 3.523 2.031 5.112 1.790 (1.588) (31,07) 241 13,48 Luas tanam (Lt) 610.359 587.485 22.874,00 3,89 0,58 0,33 4 Kacang tanah Luas banjir (Lb) 243 37 445 133 (202) (45,31) (96) (72,32) Luas tanam (Lt) 492.938 509.406 (16.468,00) (3,23) 0,05 0,01 5 Kacang hijau Luas banjir (Lb) 36 33 791 233 (755) (95,43) (200) (85,82) Luas tanam (Lt) 211.768 183.378 28.390,00 15,48 0,02 0,02 6 Ubi kayu Luas banjir (Lb) 259 123 395 259 (136) (34,34) (136) (52,65) Luas tanam (Lt) 968.856 1.067.321 (98.465,00) (9,23) 0,03 0,01 7 Ubi jalar Luas banjir (Lb) 115 1 11-104 940,91 1 - Luas tanam (Lt) 119.479 158.662 (39.183,00) (24,70) 0,10 0,00 Total Pangan Luas banjir (Lb) No Komoditas Thn 2014 Thn 2013 Perbandingan (+/-) Total Luas banjir (Lb) 353.248 146.568 433.660 98.815 (80.412) (18,54) 47.753 48,33 T P % Lb terhadap Lt Tahun 2014 T P Total Luas tanam (Lt) 19.933.766 20.352.971 (419.205,00) (2,06) 1,77 0,74 13

Luas (Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Pola luas banjir pada tanaman pangan pada Tahun 2015 sama dengan Tahun 2013 berfluktuatif, puncak banjir terjadi pada bulan Januari. Seperti terlihat pada grafik berikut ini. 1.000.000 227.640 100.000 10.000 1.000 140.001 18.848 28.075 3.549 3.920 4.232 39.708 15.978 3.621 8.103 14.238 3.466 64.085 5.573 3.050 1.201 688 3.262 4.667 15.232 5.829 58.521 113.572 100 10 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2014 2013 Gambar 1. Pola Luas Banjir pada Tanaman Pangan Tahun 2015 dan 2013 b. Kekeringan Luas Kekeringan pada tanaman pangan selama Tahun 2015 seluas 242.789 ha (puso: 38 ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: 61.405 ha, puso: 4.094 ha) meningkat seluas 181.384 ha (terkena) atau 295,39% dan pusonya seluas 34.049 ha atau 831,77%. Selama Tahun 2015 luas kekeringan tertinggi terjadi di Provinsi Aceh (terkena: 67.998 ha, puso: 6.444 ha), Kalimantan Barat (terkena: 19.975 ha, puso: 9.161 ha), dan Sulawesi Tenggara (terkena: 18.946 ha, puso: 2.938 ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam (19.933.766 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 1,77% dan puso 0,74%. Luas tanam pangan menurun seluas 419.205 ha atau 2,06% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 (20.352.971 ha). Rincian luas serangan dapat dilihat pada lampiran 3. 14

Padi Luas kekeringan pada tanaman padi terkena seluas 216.345 ha diantaranya puso seluas 35.423 ha, terkena meningkat seluas 166.956 ha (338,04%) sedangkan puso meningkat seluas 31.705 ha (852,66%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 49.389 ha, puso: 3.718 ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam (13.569.481 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 1,59% dan puso 0,26%. Kekeringan terluas terjadi di Provinsi Ace (terkena: 96.004 ha, puso: 51.647 ha), Jawa Tengah (terkena: 60.514 ha, puso: 33.792 ha) dan Aceh (terkena: 52.460 ha, puso: 23.210 ha). Jagung Luas kekeringan pada tanaman jagung terkena seluas 20.581 ha diantaranya puso seluas 2.306 ha, terkena meningkat seluas 8.849 ha (75,43%) dan puso seluas 1.941 ha (531,52%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 11.731 ha, puso: 365 ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam (3.960.885 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,52% dan puso 0,06%. Kedelai Luas kekeringan pada tanaman kedelai terkena seluas 4.969 ha diantaranya puso seluas 395 ha, terkena meningkat seluas 4.847 ha (3.956,53%) sedangkan puso meningkat seluas 385 ha (3.845,00%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 4.969 ha, puso: 395 ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam (610.359 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,81% dan puso 0,06%. Kacang Tanah Luas kekeringan pada tanaman kacang tanah terkena seluas 353 ha diantaranya puso seluas 18 ha, terkena meningkat seluas 203 ha (134,76%) dan puso seluas 18 ha ( %), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 151 ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam (492.9389 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,07% dan puso 0,00%. Kacang Hijau Luas kekeringan pada tanaman kacang hijau terkena seluas 6 ha, terkena menurun seluas 3 ha (31,25%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 8 ha). 15

Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam (211.768 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,00%. Ubi Kayu Luas kekeringan pada tanaman ubi kayu terkena seluas 434 ha, terkena menurun seluas 433 ha (39.354,55%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 1ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam (968.856 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,04%. Ubi Jalar Luas kekeringan pada tanaman ubi jalar terkena seluas 101 ha, terkena meningkat seluas 99 ha (6.600,00%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 2 ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam (119.479 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,08%. Tabel 3. Rasio Luas Kekeringan terhadap Luas Tanam pada Tanaman Pangan Tahun 2015 dan 2013 Ha Luas kekeringan (Lk) % Lk terhadap Lt Perbandingan (+/-) Tahun 2014 No Komoditas Thn 2014 Thn 2013 T P T P T P T P Absolute % Absolute % % % 1 Padi Luas kekeringan (Lk) 216.345 35.423 49.389 3.718 166.956 338,04 31.705 852,66 Luas tanam (Lt) 13.569.481 13.907.248 (337.767,00) (2,43) 1,59 0,26 2 Jagung Luas kekeringan (Lk) 20.581 2.306 11.731 365 8.849 75,43 1.941 531,52 Luas tanam (Lt) 3.960.885 3.939.471 21.414,00 0,54 0,52 0,06 3 Kedelai Luas kekeringan (Lk) 4.969 395 123 10 4.847 3.956,53 385 3.845,00 Luas tanam (Lt) 610.359 587.485 22.874,00 3,89 0,81 0,06 4 Kacang tanah Luas kekeringan (Lk) 353 18 151-203 134,76 18 - Luas tanam (Lt) 492.938 509.406 (16.468,00) (3,23) 0,07 0,00 5 Kacang hijau Luas kekeringan (Lk) 6-8 - (3) (31,25) - - Luas tanam (Lt) 211.768 183.378 28.390,00 15,48 0,00-6 Ubi kayu Luas kekeringan (Lk) 434-1 - 433 39.354,55 - - Luas tanam (Lt) 968.856 1.067.321 (98.465,00) (9,23) 0,04-7 Ubi jalar Luas kekeringan (Lk) 101-2 - 99 6.600,00 - - Luas tanam (Lt) 119.479 158.662 (39.183,00) (24,70) 0,08 - Total Pangan Total Luas kekeringan (Lk) 242.789 38.143 61.405 4.094 181.384 295,39 34.049 831,77 Total Luas tanam (Lt) 19.933.766 20.352.971 (419.205,00) (2,06) 1,22 0,19 16

Luas (Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Pola luas kekeringan pada tanaman pangan pada Tahun 2015 sama dengan Tahun 2013 berfluktuatif. Puncak kekeringan pada Tahun 2015 terjadi pada bulan Februari, sedangkan pada Tahun 2013 puncak serangan terjadi pada September. Seperti terlihat pada grafik berikut ini. 100.000 64.637 15.151 26.587 22.638 26.864 43.531 19.590 20.789 16.432 10.000 5.764 5.582 1.548 5.183 11.481 5.475 6.094 3.431 1.000 724 1.313 377 856 950 100 126 10 25 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2014 2013 Gambar 2. Pola Luas Kekeringan pada Tanaman Pangan Tahun 2015 dan 2013 B. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Pangan Luas serangan pada tanaman pangan selama Tahun 2015 seluas 488.670 ha (puso: 2.511 ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: 553.231 ha, puso: 4.559 ha) menurun seluas 64.561 ha (terkena) atau 11,67% dan pusonya seluas 2.048 ha atau 44,92%. Selama Tahun 2015 luas serangan tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah (terkena: 124.080 ha, puso: 1.014 ha), Jawa barat (terkena: 115.780 ha, puso: 9 ha), dan Jawa Timur (terkena: 63.198 ha, puso: 147 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam (19.933.766 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 2,45% dan puso 0,01%. Rincian luas serangan dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5. Padi Luas serangan pada tanaman padi terkena seluas 445.001 ha diantaranya puso seluas 2.424 ha, terkena menurun seluas 65.090 ha (12,76%) dan puso 17

seluas 1.997 ha (45,17%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 510.090 ha, puso: 4.422 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam (13.569.481 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 3,28% dan puso 0,02%. Serangan terluas disebabkan oleh tikus (terkena: 137.860 ha, puso: 1.093 ha) diikuti penggerek batang padi (terkena: 107.725 ha, puso: 30 ha), wereng batang coklat (terkena: 87.318 ha, puso: 1.018 ha), BLB/kresek (terkena: 65.294 ha, puso: 19 ha), blas (terkena: 37.487 ha, puso: 37 ha), dan tungro (terkena: 9.317 ha, puso: 228 ha). Jagung Luas serangan pada tanaman jagung terkena seluas 24.971 ha diantaranya puso seluas 42 ha, terkena menurun seluas 1.331 ha (5,06%) dan puso seluas 85 ha (67,25%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 26.302 ha, puso: 127 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam (3.960.885 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,63% dan puso 0,00%. Serangan terluas disebabkan oleh tikus (terkena: 6.261 ha), penggerek batang (terkena: 5.654 ha), bulai (terkena: 5.155 ha), penggerek tongkol (terkena: 3.902 ha, puso: 1 ha), ulat grayak (terkena: 2.398 ha, puso: 14 ha), dan lalat bibit (terkena: 2.398 ha, puso: 14 ha). Kedelai Luas serangan pada tanaman kedelai terkena seluas 9.444 ha diantaranya puso seluas 29 ha, terkena meningkat seluas 1.108 ha (13,29%) dan puso seluas 28 ha (2.775,00%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 8.336 ha, puso: 1 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam (610.359 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 1,55% dan puso 0,00%. Serangan terluas disebabkan oleh ulat grayak (terkena: 2.743 ha), penggulung daun (terkena: 2.079 ha, puso: 9 ha), penggerek polong (terkena: 1.832 ha), ulat jengkal (terkena: 1.075 ha), tikus (terkena: 930 ha, puso: 20 ha), dan lalat kacang (terkena: 785 ha). Kacang Tanah Luas serangan pada tanaman kacang tanah terkena seluas 3.101 ha diantaranya puso seluas 3 ha, terkena menurun seluas 627 ha (16,81%) sedangkan puso meningkat seluas 1 ha (62,35%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 3.728 ha, puso: 2 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam (492.938 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,63% dan puso 0,01%. 18

Serangan terluas disebabkan oleh bercak daun coklat (terkena: 905 ha), karat (terkena: 783 ha, puso: 3 ha), tikus (terkena: 588 ha), ulat grayak (terkena: 397 ha), pelipat daun (terkena: 234 ha), dan babi (terkena: 194 ha). Kacang Hijau Luas serangan pada tanaman kacang hijau terkena seluas 955 ha, terkena menurun seluas 42 ha (4,22%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 997 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam (211.768 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,45%. Serangan terluas disebabkan oleh penggerek polong (terkena: 373 ha), ulat grayak (terkena: 270 ha), tikus (terkena: 199 ha), dan lalat kacang (terkena: 113 ha). Ubi Kayu Luas serangan pada tanaman ubi kayu terkena seluas 4.613 ha diantaranya puso seluas 14 ha, terkena meningkat seluas 1.371 ha (42,28%) dan puso seluas 6 ha (69,47%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 3.242 ha, puso: 8 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam (968.856 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,48%. Serangan terluas disebabkan oleh bercak daun coklat (terkena: 1.385 ha), babi hutan (terkena: 1.303 ha, puso: 12 ha), tungau merah (terkena: 1.095 ha), dan tikus (terkena: 830 ha, puso: 2 ha). Ubi Jalar Luas serangan pada tanaman ubi jalar terkena seluas 585 ha, terkena meningkat seluas 50 ha (9,26%), apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (terkena: 536 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam (119.479 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 0,49%. Serangan terluas disebabkan oleh tikus (terkena: 392 ha), babi hutan (terkena: 102 ha), hama boleng (terkena: 68 ha), dan bercak daun coklat (terkena: 23 ha). 19

Tabel 4. No 1 Padi Rasio Luas Serangan terhadap Luas Tanam pada Tanaman Pangan Tahun 2015 dan 2013 T P T P Absolute % Absolute % % % Luas serangan (Ls) 445.001 2.424 510.090 4.422 (65.090) (12,76) (1.997) (45,17) Luas tanam (Lt) 13.569.481 13.907.248 (337.767,00) (2,43) 3,28 0,02 2 Jagung Luas serangan (Ls) 24.971 42 26.302 127 (1.331) (5,06) (85) (67,25) Luas tanam (Lt) 3.960.885 3.939.471 21.414,00 0,54 0,63 0,00 3 Kedelai Luas serangan (Ls) 9.444 29 8.336 1 1.108 13,29 28 2.775,00 Luas tanam (Lt) 610.359 587.485 22.874,00 3,89 1,55 0,00 4 Kacang tanah Luas serangan (Ls) 3.101 3 3.728 2 (627) (16,81) 1 62,35 Luas tanam (Lt) 492.938 509.406 (16.468,00) (3,23) 0,63 0,00 5 Kacang hijau Luas serangan (Ls) 955-997 - (42) (4,22) - - Luas tanam (Lt) 211.768 183.378 28.390,00 15,48 0,45-6 Ubi kayu Luas serangan (Ls) 4.613 14 3.242 8 1.371 42,28 6 69,47 Luas tanam (Lt) 968.856 1.067.321 (98.465,00) (9,23) 0,48 0,00 7 Ubi jalar Komoditas Luas serangan (Ls) 585-536 0 50 9,26 (0) (100,00) Luas tanam (Lt) 119.479 158.662 (39.183,00) (24,70) 0,49 - Total Pangan Luas serangan (Ls) Thn 2014 Thn 2013 Total Luas serangan (Ls) 488.670 2.511 553.231 4.559 (64.561) (11,67) (2.048) (44,92) Total Luas tanam (Lt) 19.933.766 20.352.971 (419.205,00) (2,06) 2,45 0,01 T Perbandingan (+/-) P % Ls terhadap Lt Tahun 2014 T P Ha 20

Luas (Ha) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Pola luas serangan pada tanaman pangan pada Tahun 2015 sama dengan Tahun 2013, puncak serangan terjadi pada bulan Februari. Seperti terlihat pada grafik berikut ini. 100.000 10.000 51.991 69.745 87.538 64.874 69.610 40.414 55.558 40.705 36.372 53.322 47.941 52.596 48.960 36.879 46.361 41.765 28.501 27.460 16.651 19.859 29.960 17.488 20.413 36.938 1.000 100 10 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2014 2013 Gambar 3. Pola Luas Serangan pada Tanaman Pangan Tahun 2015 dan 2013 C. Luas Pengendalian OPT Utama pada Tanaman Pangan Selama Tahun 2015, telah dilakukan upaya pengendalian OPT pada tanaman pangan seluas 1.370.046 ha, menurun meningkat seluas 295.506 ha (27,50%). Pengendalian OPT dilakukan dengan berbagai cara, yaitu secara mekanik fisik, aplikasi pestisida, dan dengan cara lain. Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT utama Tanaman Pangan, berasal dari swadaya petani dan pemerintah (kecamatan, kabupaten/kota, propinsi), serta bantuan pengadaan pemerintah pusat maupun dari stok cadangan nasional yang dialokasikan ke propinsi. Rincian luas pengendalian OPT utama pada tanaman pangan Tahun 2015 dapat dilihat pada lampiran 6. 21

Tabel 5. Luas Pengendalian OPT Utama pada Tanaman Pangan Tahun 2015 dan 2013 Ha No Komoditas 2014 2013 Perubahan (+/-) Absolute % I Padi 1 Pgr batang padi 247.301 204.201 43.100 21,11 2 WBC 343.545 171.119 172.427 100,76 3 Tikus 550.667 486.124 64.543 13,28 4 Blas 58.960 89.358 (30.398) (34,02) 5 BLB 99.543 82.636 16.907 20,46 6 Tungro 15.291 12.921 2.370 18,34 Jumlah 1.315.308 1.046.359 268.949 25,70 II Jagung 1 Pgr tongkol 4.389 2.283 2.106 92,27 2 Pgr batang 5.401 2.430 2.971 122,29 3 Ulat grayak 1.441 1.049 392 37,34 4 Lalat bibit 1.499 1.480 19 1,27 5 Bulai 6.528 3.836 2.693 70,21 6 Tikus 11.401 10.292 1.109 10,77 Jumlah 30.659 21.370 9.290 43,47 III Kedelai 1 Ulat grayak 6.649 1.573 5.076 322,61 2 Pgl daun 2.218 417 1.801 432,48 3 Lalat kacang 807 129 677 523,77 4 Tikus 1.188 708 481 67,91 5 Pgr polong 2.280 280 2.000 713,72 6 Ulat jengkal 2.234 775 1.460 188,47 Jumlah 15.375 3.881 11.494 296,13 IV Kacang Tanah 1 Ulat grayak 368 57 311 545,23 2 Pelipat daun 103 57 46 79,91 3 Bck daun coklat 1.112 417 695 166,77 4 Babi 174 162 12 7,54 5 Tikus 510 232 278 119,75 6 Karat 714 366 348 95,14 Jumlah 2.981 1.291 1.690 130,91 V Kacang Hijau 1 Penggerek polong 421 138 283 205,07 2 Lalat kacang 84 101 (17) (16,83) 3 Ulat grayak 422 39 383 982,05 4 Tikus 589 89 500 561,80 Jumlah 1.516 367 1.149 313,08 VI Ubi Kayu 1 Babi hutan 1.217 782 435 55,57 2 Tungau merah 397 45 352 790,13 3 Bercak daun coklat 276 67 209 310,18 4 Tikus 1.272 150 1.122 747,83 Jumlah 3.162 1.044 2.118 202,81 VII Ubi Jalar 1 Babi hutan 121 28 93 332,14 2 Bercak daun coklat 32 12 20 166,67 3 Hama boleng 66 33 33 100,00 4 Tikus 825 155 670 432,26 Jumlah 1.044 228 816 357,89 Total pengendalian 1.370.046 1.074.540 295.506 27,50 22

1. Padi Luas pengendalian OPT utama pada tanaman padi selama Tahun 2015 mencapai 1.315.308 ha. Pengendalian OPT utama tersebut lebih rendah 268.949 ha (25,70%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (1.046.359 ha). 2. Jagung Luas pengendalian OPT utama jagung pada Tahun 2015 seluas 30.659 ha lebih tinggi 9.290 ha (43,47 %) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (21.370 ha). 3. Kedelai Luas pengendalian OPT utama kedelai pada Tahun 2015 seluas 15.375 ha lebih tinggi 11.949 ha (296,13%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (3.881 ha). Rincian luas pengendalian tersebut tercantum pada tabel 2 di bawah ini. 4. Kacang tanah Luas pengendalian OPT utama kacang tanah pada Tahun 2015 seluas 2.981 ha lebih tinggi 1.690 ha (130,91%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (1.291 ha). 5. Kacang hijau Luas pengendalian OPT utama kacang hijau pada Tahun 2015 seluas 1.516 ha lebih tinggi 1.149 ha (313,08%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (367 ha). 6. Ubi Kayu Luas pengendalian OPT utama ubi kayu pada Tahun 2015 seluas 3.162 ha lebih tinggi 2.118 ha (202,81%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (1.044 ha). 7. Ubi Jalar Luas pengendalian OPT utama ubi jalar pada Tahun 2015 seluas 1.044 ha lebih tinggi 816 ha (357,89%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (228 ha). 23

IV. CAPAIAN RENCANA STRATEGIS A. Capaian Rencana Strategis Sesuai dengan tugas perlindungan tanaman pangan untuk mengamankan produksi dari serangan OPT dan gangguan akibat DPI untuk mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan melalui penekanan kehilangan maka ditetapkan indikator kinerja utama. Berdasarkan indikator kinerja utama perlindungan tanaman pangan Tahun 2015 telah ditetapkan target indikator sasaran strategis. Capaian kinerja strategis adalah 97,51% - 104,77% dengan kategori capaian berhasil - sangat berhasil dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6. Capaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Direktorat Mengamankan produksi tanaman pangan dari serangan OPT dan terkena DPI Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015. Rencana Persentase Tingkat Pencapaian Sasaran Strategis Indikator Kinerja Realisasi Keterangan Capaian Rencana (Target) Tingkat Luas areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI, meliputi komoditas: - Padi 95 % 92,63 % 97,51 % berhasil - Jagung 95 % 98,58 % 103,77 % sangat berhasil - Kedelai 95 % 97,06 % 102,17 % sangat berhasil - Kacang Tanah 95 % 99,25 % 104,47 % sangat berhasil - Kacang Hijau 95 % 99,53 % 104,77 % sangat berhasil - Ubi Kayu 95 % 99,45 % 104,68 % sangat berhasil - Ubi Jalar 95 % 99,33 % 104,56 % sangat berhasil B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja 1. Capaian Pengamanan Areal Tanam Pangan dari Serangan OPT Utama dan Terkena DPI Tahun 2015 Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman padi Tahun 2015 seluas 1.084.707 ha atau 5,98% dari luas tanam (18.140.725 ha) dan puso seluas 187.222 ha atau 1,03% dari luas tanam. Dengan demikian, luas areal pertanaman pangan yang dapat diamankan dari serangan OPT, banjir 24

dan kekeringan pada Tahun 2015 seluas 94,02% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 98,97% dengan kategori berhasil. Tabel 7. Capaian Pengamanan Areal Tanam dari Serangan OPT Utama dan DPI Tahun 2015. No Komoditas Keterangan Tahun 2014 (Ha) OPT Banjir Kekeringan OPT & DPI % OPT & DPI thd LT Areal yang diamankan (%) Tingkat capaian kinerja (%) 1 Padi Terkena 445.001 338.378 216.345 999.724 7,37 92,63 97,51 Puso 2.424 141.045 35.423 178.892 1,32 98,68 103,88 Luas Tanam 13.569.481 2 Jagung Terkena 24.971 10.693 20.581 56.245 1,42 98,58 103,77 Puso 42 3.300 2.306 5.648 0,14 99,86 105,11 Luas Tanam 3.960.885 3 Kedelai Terkena 9.444 3.523 4.969 17.937 2,94 97,06 102,17 Puso 29 2.031 395 2.454 0,40 99,60 104,84 Luas Tanam 610.359 4 Kc. Tanah Terkena 3.101 243 353 3.698 0,75 99,25 104,47 Puso 3 37 18 58 0,01 99,99 105,25 Luas Tanam 492.938 5 Kc. Hijau Terkena 955 36 6 996 0,47 99,53 104,77 Puso - 33-33 0,02 99,98 105,25 Luas Tanam 211.768 6 Ubi Kayu Terkena 4.613 259 434 5.307 0,55 99,45 104,69 Puso 14 123-136 0,01 99,99 105,25 Luas Tanam 968.856 7 Ubi Jalar Terkena 585 115 101 800 0,67 99,33 104,56 Puso - 1-1 0,00 100,00 105,26 Luas Tanam 119.479 Total Terkena 488.670 353.248 242.789 1.084.707 5,44 94,56 99,54 Puso 2.511 146.568 38.143 187.222 0,94 99,06 104,27 Luas Tanam 19.933.766 a. Padi Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada tanaman padi Tahun 2015 seluas 999.724 ha atau 7,37% dari luas tanam (13.569.481 ha) dan puso seluas 178.892 ha atau 1,32% dari luas tanam. Dengan demikian, luas areal tanaman padi yang dapat diamankan dari serangan OPT, banjir dan kekeringan pada Tahun 2015 seluas 92,63% dari target 95%. 25

Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 97,51% dengan kategori berhasil. b. Jagung Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman jagung Tahun 2015 seluas 56.245 ha atau 1,42% dari luas tanam (3.960.885 ha) dan puso seluas 5.648 ha atau 0,14% dari luas tanam. Dengan demikian, luas areal tanaman jagung yang dapat diamankan dari serangan OPT utama, banjir dan kekeringan pada Tahun 2015 seluas 98,58% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 103,77% dengan kategori sangat berhasil. c. Kedelai Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman kedelai Tahun 2015 seluas 17.937 ha dan 2.454 ha diantaranya mengalami puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam (610.359 ha) maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 2,94% dan puso sebesar 0,40%. Dengan demikian, luas areal tanaman kedelai yang dapat diamankan sebesar 97,06% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 102,17% dengan kategori sangat berhasil. d. Kacang Tanah Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman kacang tanah Tahun 2015 seluas 3.698 ha dan 58 ha diantaranya mengalami puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam (492.938 ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan serangan OPT utama, banjir dan kekeringan seluas 0,75% dan puso sebesar 0,01%. Dengan demikian, luas areal tanaman kacang tanah yang dapat diamankan sebesar 99,25% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 104,47% dengan kategori sangat berhasil. e. Kacang Hijau Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman kacang hijau Tahun 2015 seluas 996 ha dan 33 ha diantaranya mengalami puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam (211.768 ha), maka areal pertanaman yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan sebesar 0,47% dan puso sebesar 0,02%. Dengan demikian, luas areal tanaman kacang hijau yang dapat diamankan sebesar 99,53% dari target 26

95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 104,77% dengan kategori sangat berhasil. f. Ubi Kayu Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman ubi kayu Tahun 2015 seluas 5.307 ha dan 136 ha diantaranya mengalami puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam (968.856 ha), maka areal tanaman yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan sebesar 0,55% dan puso sebesar 0,01%. Dengan demikian, luas areal tanaman ubi kayu yang dapat diamankan sebesar 99,45% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 104,69% dengan kategori sangat berhasil. g. Ubi Jalar Luas serangan OPT, banjir dan kekeringan pada areal tanaman ubi jalar Tahun 2015 seluas 800 ha dan 1 ha diantaranya mengalami puso. Jika dibandingkan dengan luas tanam (119.479 ha), maka areal tanaman yang terkena serangan OPT utama, banjir dan kekeringan sebesar 0,67%. Dengan demikian, luas areal tanaman ubi jalar yang dapat diamankan sebesar 99,33% dari target 95%. Tingkat capaian kinerja Tahun 2015 sebesar 104,56% dengan kategori sangat berhasil. 2. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari Gangguan OPT dan DPI Tahun 2015 Dalam rangka mendukung upaya peningkatan produksi, perlindungan tanama pangan sesuai dengan tugas dan fungsinya menetapkan indikator kinerja perlindungan tanaman pangan yaitu keluaran (output) adalah sekolah lapangan pengendalian hama terpadu (SLPHT), sekolah lapangan iklim (SLI) dan bahan sarana pengendalian OPT dan DPI. Hasil (outcome) adalah 95% luas areal tanaman pangan yang menerapkan budidaya tanaman sehat tepat, aman dari gangguan OPT dan DPI. Pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan dalam rangka mendukung upaya peningkatan produksi dilakukan dengan dukungan anggaran pusat APBN maupun anggaran Dekonsentrasi. Beberapa kegiatan utama yang dilaksanakan dalam rangka mencapai sasaran kinerja Tahun 2015 pada tanaman pangan, sebagai berikut: 27

Tabel 8. Kegiatan pendukung pengamanan areal tanam padi Tahun 2015 Fisik Kegiatan No. Kegiatan/Sub Kegiatan/Uraian/Indikator Output Target Realisasi Volume Satuan Volume % 1 Sekolah Lapangan Pengamatan Hama Terpadu (SLPHT) 954 Unit 910 95,39 Sekolah Lapangan Pengamatan Hama Terpadu (SLPHT) padi 848 Unit 806 95,05 Sekolah Lapangan Pengamatan Hama Terpadu (SLPHT) jagung 57 Unit 56 98,25 Sekolah Lapangan Pengamatan Hama Terpadu (SLPHT) kedelai 49 Unit 48 97,96 2 Sekolah Lapangan Iklim (SLI) 107 Unit 103 96,26 Sekolah Lapangan Iklim (SLI) padi 107 Unit 103 96,26 3 Gerakan Pengendalian OPT dan DPI 114 kali 114 100,00 Gerakan Pengendalian OPT 106 kali 106 100,00 Gerakan Pengendalian OPT kerjasama TNI (padi) 8 kali 8 100,00 4 Pengadaan Musuh alami 6 paket 6 100,00 Pengadaan Burung Hantu (Tyto alba) 6 paket 6 100,00 a. Pelaksanaan SLPHT Padi, Jagung dan Kedelai Peningkatan pengetahuan dan kemampuan petani dalam mengelola pertanamannya menggunakan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) diantaranya dilaksanakan melalui kegiatan SLPHT. Pelaksanaan SLPHT diharapkan mampu mewujudkan kemandirian petani dalam mengambil keputusan di lahan usahataninya. SLPHT harus mempunyai dampak yang luas yaitu tidak hanya merubah paradigma pola pikir para petani alumni SLPHT saja, namun juga harus dapat membuat perubahan terhadap petani non SLPHT dan generasi petani selanjutnya untuk melaksanakan PHT. Saat ini, SLPHT telah banyak dilaksanakan, namun belum memberikan hasil yang optimal. Hal ini disebabkan SLPHT yang dilaksanakan masih belum merata, dalam skala kecil, dan belum melibatkan kelompokkelompok dalam satu hamparan. Oleh karena itu, pada Tahun 2015, dilaksanakan SLPHT Skala Luas yang merupakan suatu pendekatan SLPHT dalam skala yang lebih luas (satu hamparan) dengan melibatkan beberapa kelompok tani hamparan sehingga terjalin komunikasi dan koordinasi yang baik dalam pengelolaan OPT di lapangan. SLPHT Skala Luas ini dilaksanakan khusus untuk komoditas padi. 28

Dampak dari pelaksanaan SLPHT antara lain meningkatnya kemampuan dan kemandirian 20.150 orang petani dalam penanganan OPT sesuai dengan prinsip PHT. Para petani alumni SLPHT tersebut diharapkan dapat secara konsisten dan berkelanjutan menerapkan PHT di lahan usahataninya, serta menyebarluaskan kepada petani sekitarnya, sehingga PHT akan semakin memasyarakat dan melembaga di tingkat petani. Secara rinci realisasi pelaksanaan SLPHT dapat dilihat pada lampiran 7. a.1. Padi Target SLPHT Skala Luas padi pada Tahun 2015 sebanyak 848 unit yang tersebar di 33 provinsi. Realisasi pelaksanaan SLPHT Skala Luas Padi sebanyak 806 unit atau 95,05% (berhasil) dengan peserta 20.150 orang petani dari target 21.200 orang petani. Beberapa unit SLPHT Skala Luas tidak dapat dilaksanakan di beberapa provinsi : Riau sebanyak (2 unit), Sulawesi Selatan (37 unit), Papua (3 unit). a.2. Jagung Target SLPHT jagung pada Tahun 2015 sebanyak 57 unit yang tersebar di 23 provinsi. Realisasi pelaksanaan SLPHT jagung sebanyak 56 unit atau 98,25% (berhasil). Di Provinsi Sulawesi Selatan, satu unit SLPHT jagung terealisasi, tetapi tidak dapat dilaksanakan sampai akhir kegiatan karena adanya penghematan anggaran di Tahun 2015. a.3. Kedelai Target SLPHT Skala kedelai pada Tahun 2015 sebanyak 49 unit yang tersebar di 15 provinsi. Realisasi pelaksanaan SLPHT kedelai sebanyak 48 unit atau 97,96% (berhasil). Di Provinsi Sulawesi Selatan tidak dapat dilaksanakan sampai akhir kegiatan. b. Pelaksanaan SLI Peningkatan kemampuan, keahlian dan pemberdayaan petani dalam memanfaatkan informasi prakiraan iklim dilaksanakan melalui kegiatan 29

Sekolah Lapangan Iklim (SLI). Kegiatan ini terutama dilaksanakan di daerah yang sering mengalami dampak perubahan iklim (banjir dan kekeringan). Kegiatan SLI Tahun 2015 awalnya dialokasikan sebanyak 120 unit di 30 provinsi (kecuali Provinsi Kep. Bangka Belitung, Kep. Riau dan DKI Jakarta). Terdapat 13 unit SLI yang mengalami penghematan, realisasi pelaksanaan SLI 103 unit atau 96,30% (berhasil). Secara rinci realisasi pelaksanaan SLI dapat dilihat pada lampiran 8. c. Gerakan pengendalian OPT Upaya menekan perkembangan populasi OPT diantaranya dilakukan dengan gerakan pengendalian dalam rangka mengamankan pertanaman dari serangan OPT. Kegiatan gerakan pengendalian OPT pada tanaman padi telah dilaksanakan melalui anggaran dekonsentrasi sebanyak 106 kali atau 100% dari rencana 106 kali. Tindakan pengendalian dilaksanakan apabila serangan OPT sudah di atas ambang pengendalian. Luas pengendalian OPT yang dilaksanakan pada tanaman padi Tahun 2015 yaitu 1.315.308 ha. Luas tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 seluas 1.046.359 ha. Selain gerakan pengendalian secara reguler, upaya mengamankan produksi juga dilakukan dengan pencanangan gerakan pengendalian bekerjasama dengan TNI. Pencanangan gerakan pengendalian OPT bersama TNI pada tanaman padi dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran, dan motivasi, petani dalam bidang pengendalian OPT. Dengan demikian, diharapkan petani dapat melaksanakan tindakan pengendalian OPT di lahannya masing-masing. Pada Tahun 2015, telah dilaksanakan gerakan pengendalian bersama TNI di 8 provinsi dengan tingkat capaian 100% dari target 8 provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan). 30

V. CAPAIAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Capaian Pengamanan Produksi Tanaman Pangan Dalam rangka pencapaian produksi tanaman pangan, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menetapkan strategi pokok perlindungan tanaman pangan meliputi: 1) pengembangan sistem deteksi dan peringatan dini serangan OPT dan DPI dalam rangka menekan tingkat kerusakan dan kerugian/kehilangan hasil; 2) peningkatan kemampuan teknis SDM perlindungan tanaman pangan sejalan dengan perkembangan teknologi pengendalian OPT dan penanganan DPI, 3) penyediaan sarana dan prasarana pengendalian OPT dan DPI, 4) peningkatan kemandirian petani dalam rangka mengatasi permasalahan OPT dan DPI, 5) peningkatan koordiansi hubungan kerja dalam rangka mewujudkan sinergisitas antara kelembagaan perlindungan tanaman pangan di tingkat pusat dan daerah. Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mewujudkan tercapainya kuantitas, kualitas, kontinuitas hasil sesuai dengan sasaran produksi tanaman pangan. Pelaksanaannya dengan mendorong kemandirian petani dalam penanganan OPT dan DPI, sedangkan pemerintah berperan dalam memberikan informasi teknologi, dan bantuan saran dalam keadaan eksplosi. Mengacu kepada visi, strategi dan kebijakan perlindungan tanaman pangan, progam perlindungan tanaman pangan mencakup 5 (lima) subsistem perlindungan sebagai fokus kegiatan, yaitu 1) penguatan pengamatan dan pengendalian dini, 2) gerakan pengendalian OPT secara dini, 3) penguatan kelembagaan, 4) penguatan SDM, dan 5) penyediaan sarana pengendalian OPT. 1. Capaian Penguatan Pengamatan Pengendalian Dini Berdasarkan sasaran produksi yang telah ditetapkan pada Tahun 2015, tugas dan fungsi perlindungan tanaman pangan semakin berat. Perlindungan tanaman pangan berperan dalam menjaga kuantitas, kualitas, dan kontinuitas hasil dari gangguan OPT dan DPI. Untuk itu, perlu upaya untuk menekan kehilangan hasil dari kerusakan yang diakibatkan oleh OPT dan DPI, upaya yang telah dilakukan oleh perlindungan tanaman melalui kelembagaan perlindungan ditingkat kabupaten/kota adalah : a. Pengamatan, identifikasi, pemetaan pengendalian dan analisis dampak kerugian karena OPT 31

b. Bimbingan pengamatan, peramalan dan pengendalian dini OPT c. Pengumpulan dan pengolahan data OPT dan DPI d. Penyebaran informasi keadaan serangan OPT dan peringatan serta rekomendasi pengendaliaanya e. Pengamatan dan pemantauan daerah yang dicurigai sebagai sumber serangan OPT serta menancapkan bendera spot stop sebagai tanda agar dikendalikan. 2. Capaian Penerapan Teknologi Sampai saat ini penerapan teknologi pengendalian OPT dan penanganan DPI lokal spesifik belum berjalan optimal. Oleh karena itu akan dilakukan upaya peningkatan kaji terap teknologi spesifik lokasi pengendalian OPT dan penanganan DPI, meliputi: a. Studi dinamika populasi OPT, untuk mengetahui perkembangan populasi/serangan OPT dalam mendukung penerapan (SPOT-STOP) pengendalian OPT b. Uji biotipe WBC, untuk mengetahui jenis biotipe WBC yang berkembang di lapangan pada musim tanam berjalan. c. Rice Garden, untuk mengetahui reaksi varietas terhadap perkembangan OPT. d. Taksasi kehilangan hasil, untuk mengetahui potensi kehilangan hasil akibat serangan OPT e. Uji adaptasi pola tanam terhadap dampak perubahan iklim, untuk memperoleh rekomendasi pola dan waktu tanam dalam rangka meminimalkan dampak perubahan iklim. f. Uji toleransi tanaman terhadap dampak perubahan ilkim, untuk memperoleh rekomendasi teknologi budidaya tanaman yang adaptif terhadap dampak perubahan iklim. 3. Capaian Penguatan Kelembagaan Peran dan fungsi kelembagaan perlindungan tanaman pangan baik di tingkat pusat maupun daerah sampai dengan 2014 belum optimal, oleh karena itu perlu diupayakan revitalisasi kelembagaan perlindungan tanaman melalui penguatan SDM, perbaikan prasarana dan sarana serta pemantapan Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga eksekusi pengendalian OPT dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat. Kelembagaan perlindungan yang perlu direvitalisasi sebagai berikut : 32

a. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, melakukan pengembangan model peramalan di tingkat provinsi dan kabupaten, mengembangkan sistem penyampaian informasi prakiraan serangan OPT secara cepat dan tepat untuk mendukung operasional upaya-upaya preemtif dan responsif pengendalian OPT di lapangan. b. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman melakukan pengujian mutu pestisida, pupuk, dan produk tanaman c. Unit Pelaksana Teknis Daerah - Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH) melaksanakan fungsi koordinasi dan pendampingan kegiatan peramalan, pengamatan dan pengendalian OPT di tingkat wilayah/kabupaten. dengan memberikan fasilitasi terhadap fungsi LPHP. Setiap UPTD di setiap provinsi, dilengkapi dengan Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP)/Laboratorium Agens Hayati (LAH), Brigade Proteksi Tanaman (BPT), dan Laboratorium Pestisida di 6 (enam) Provinsi. d. Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit-Laboratorium Agens Hayati (LPHP-LAH), melaksanakan pengembangan teknologi terapan spesifik lokasi (klinik tanaman), pengembangan agens hayati, melaksanakan pengamatan, peramalan, pengendalian OPT dan bimbingan pengendalian OPT di tingkat Kelompok Tani di wilayah kerjanya. Sampai dengan Tahun 2015, terdapat 98 unit LPHP dan diharapkan jumlah tersebut akan meningkat di masa yang akan datang. e. Brigade Proteksi Tanaman (BPT), melaksanakan pengelolaan sarana pengendalian OPT, gerakan pengendalian sumber serangan OPT (SPOT- STOP), dan membina Regu Pengendali Hama (RPH) dengan memberdayakan alumni SLPHT. Sampai dengan Tahun 2015, terdapat 78 unit BPT yang berada di 32 propinsi. Sebanyak 15 propinsi pengelolaan BPT langsung berada di UPTD-BPTPH. Kedepannya diharapkan seluruh pengelolaan BPT langsung di bawah UPTD-BPTPH. f. Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP), melaksanakan pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT, penanganan DPI serta pemberian rekomendasi pengendalian. Apabila dalam pengamatan menemukan titik serangan (SPOT) maka POPT-PHP disamping memberikan laporan peringatan dini kepada Mantri Tani dan PPL, juga memberikan tanda bendera berwarna merah yang bertuliskan SPOT-STOP sebagai peringatan bagi 33

kelompok tani untuk segera melakukan pengendalian OPT. Apabila tidak ada respon dari kelompok tani dalam waktu 3 (tiga) hari dan berdasarkan analisis POPT-PHP sumber serangan tersebut membahayakan, maka segera melaporkan kepada BPT untuk dilakukan gerakan pengendalian sumber serangan (SPOT-STOP). g. Regu Pengendali Hama (RPH), melakukan gerakan pengendalian OPT di tingkat kelompok dan membantu brigade dalam gerakan pengendalian OPT (SPOT-STOP). h. Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH), melaksanakan perbanyakan, pemanfaatan dan pengembangan agens hayati dan pestisida nabati yang digunakan dalam pengendalian OPT di tingkat lapangan. Jumlah PPAH saat ini sebanyak 1009 kelompok, dan diharapkan akan berkembang di masa yang akan datang. i. Laboratorium Pestisida melaksanakan pengawasan mutu pestisida yang beredar di masyarakat dan kandungan residu pestisida yang terkandung pada produk hasil pertanian. Sampai dengan Tahun 2015, terdapat 11 unit Laboratorium Pestisida yang berada di 11 propinsi dan 1 unit di BPMPT. 4. Capaian Penguatan SDM Dalam rangka memperkuat SDM perlindungan, terus diupayakan pengangkatan petugas POPT-PHP sehingga memadai dengan jumlah wilayah pengamatan yang ada. Seiring dengan upaya penambahan jumlah POPT- PHP, juga diupayakan peningkatan kapasitas SDM bagi petani maupun petugas. Pelatihan bagi petani antara lain magang kelompok tani di LPHP, pelatihan petani pemandu, dan pelatihan petani pengamat. Pelatihan teknis bagi petugas antara lain mencakup penyegaran bagi POPT-PHP senior, pelatihan pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT (P3OPT) dan DPI bagi POPT-PHP yunior. 5. Sarana Pengendalian OPT Perubahan iklim ekstrim akhir-akhir ini yang sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan OPT dan meluasnya kejadian banjir/kekeringan serta merupakan kendala utama dalam upaya peningkatan produksi. Sarana pengendalian OPT dan penanganan DPI yang tersedia saat ini belum memadai baik jumlah maupun pengelolaannya, sebagai akibat belum seragamnya pemahaman terhadap pentingnya tindakan cepat pengamanan produksi dari serangan OPT dan DPI. Oleh karena itu, perlu diupayakan penyediaan sarana dan prasarana pengendalian 34

OPT (agens hayati, pestisida nabati, pestisida kimiawi dan alat aplikasinya, gudang penyimpanan sarana pengendalian, kendaraan operasional BPT dan LPHP) dan penanganan DPI dengan menggunakan teknologi iklim terapan (Kalender Tanam/KATAM, varietas tahan banjir dan kekeringan). Terkait kegiatan pengumpulan data unsur-unsur iklim untuk mendapatkan prakiraan awal musim tanam diupayakan kerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). B. Capaian Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan 1. Rancangan Pengembangan Perlindungan Sebagai acuan dalam pelaksanaan Kegiatan Penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari gangguan OPT dan DPI, telah dicetak buku Rencana Strategis Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015-2019 sebanyak 300 eksemplar. Yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan. Buku akan didistribusikan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, eselon II lingkup Direktorat Jendaral Tanaman Pangan, subdit lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan BPTPH seluruh Indonesia. 2. Pedoman Perlindungan Tanaman Pangan a. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Untuk mendukung kegiatan SLI telah disusun dan dicetak 3 (tiga) pedoman teknis yaitu : 1) Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Iklim Pada Tahun 2015 telah disusun dan dicetak pedoman teknis SLI sebagai acuan pelaksanaan SLI di lapangan sebanyak 500 eksemplar, yang akan didistribusikan ke petugas perlindungan tanaman pangan baik pusat maupun daerah. 2) Modul Dasar Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Untuk mendukung pelaksanaan SLI dilapangan pada Tahun 2015 telah disusun dan dicetak modul dasar SLI sebanyak 450 eksemplar yang didistribusikan kepada Eselon I (Litbang, Badan SDM), Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, Unit Pelaksana Teknis/BPTPH, POPT/Pemandu SLI, Perguruan Tinggi, IPPHTI. 35

3) Modul Pengetahuan Dasar Pemandu SLI Bervariasinya tingkat pengetahuan pemandu dan kondisi iklim yang berbeda di setiap daerah, dibutuhkan pegangan pemandu pada saat pemanduan SLI. Pada Tahun 2015 telah disusun dan dicetak modul pengetahuan dasar pemandu SLI sebanyak 675 eksemplar, yang telah didistribusikan kepada kepada Eselon I (Litbang, Badan SDM), Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, Unit Pelaksana Teknis/BPTPH, POPT/Pemandu SLI, Perguruan Tinggi, IPPHTI. b. Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Dalam upaya meningkatkan kinerja perlindungan tanaman pangan serta efektivitas dan efisiensi penanganan gangguan OPT dan DPI di lapangan, perlu didukung pedoman pelaksanaan kegiatan. Agar kegiatan yang telah disusun dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, perlu adanya buku pedoman pelaksanaan sebagai acuan bagi pelaksana/penanggung jawab kegiatan. Untuk mendukung terlaksananya kegiatan perlindungan secara optimal dilakukan Cetak Buku Pedoman Pelaksanaan Kegiatan penguatan Perlindungan Tanaman Pangan dari gangguan OPT dan DPI tahun 2015 sebanyak 350 eksemplar. c. Pedoman Teknis Kelembagaan PHT Untuk mendukung kegiatan kelembagaan PHT telah disusun dan dicetak 3 (tiga) pedoman teknis yaitu : 1) Pedoman Teknis SLPHT Tanaman Pangan sebanyak 386 eks 2) Pedoman Teknis Kecamatan PHT sebanyak 111 eks 3) Pegangan Pemandu SLPHT sebanyak 582 eks 3. Dokumen Perencanaan Perlindungan Tanaman Pangan Dalam rangka mengoptimalkan peranan perlindungan tanaman pangan, perlu didukung dengan rancangan program dan kegiatan yang dimantapkan melalui Pelaksanaan pertemuan Pra RKA-K/L Pagu Sementara Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015. Dari pertemuan tersebut dapat disusun dan dicetak dokumen perencanaan sebanyak 350 eksemplar. 36

4. Database Perlindungan Tanaman Pangan a. Bimbingan dan Pengawalan SLI SLI merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petani dalam proses kegiatan budidaya pertanian dengan memanfaatkan informasi iklim. SLI lebih diarahkan pada pengamanan produksi dari DPI dengan menyiasati kondisi iklim setempat sesuai pola usahataninya sehingga kehilangan hasil dapat diminimalisasi. Perjalanan monitoring pelaksanaan SLI, dilaksanakan dengan melakukan bimbingan teknis pelaksanan SLI dan evaluasi pelaksanaan SLI. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, maka SLI dapat terlaksana dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, juga untuk mengidentifikasi kendala-kendala di lapangan, sehingga dapat diperbaiki untuk tahun berikutnya. b. Bimbingan Pengelolaan Data DPI Pengelolaan data DPI merupakan salah satu upaya untuk menyediakan serta mendokumentasikan data DPI secara seri, lengkap dan akurat sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambil keputusan dalam hal meminimalkan dampak negatif dari perubahan iklim. Pengelolaan data DPI dilakukan dengan melakukan bimbingan pengelolaan dan analisis data DPI, melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan instansi terkait serta meningkatkan pengetahuan para petugas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dampak perubahan iklim. c. Data Penguatan Kelembagaan PHT Dalam rangka penguatan kelembagaan PHT telah dilaksanakan pemutakhiran data base kelembagaan PHT. Data base tersebut diperlukan dalam rangka optimalisasi peran kelembagaan PHT dalam mendorong kegiatan penerapan dan pemasyarakatan PHT. Berkas data tersebut telah diperbanyak sebanyak 10 eksemplar. 5. Bahan Informasi a. Buku Data Dampak Perubahan Iklim Pada Tanaman Pangan Buku Data Dampak Perubahan Iklim Pada Tanaman Pangan (Banjir dan Kekeringan) berisi informasi data perkembangan banjir dan kekeringan pada tanaman pangan di Indonesia terutama padi, Jagung dan Kedelai. 37

Buku ini telah dicetak sebanyak 85 eksemplar dan didistribusikan kepada Eselon II Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Eselon I terkait Lingkup Kementerian Pertanian dan Instansi Terkait lainnya. b. Buku Peta Daerah Rawan Banjir dan Kekeringan Buku Peta Daerah Rawan Banjir dan Peta Daerah Rawan Kekeringan bertujuan untuk memberikan informasi daerah-daerah rawan bencana alam banjir dan kekeringan terutama di daerah sentra produksi tanaman pangan. Buku ini telah dicetak masing-masing sebanyak 40 eksemplar dan didistribusikan kepada Eselon II Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Eselon I terkait Lingkup Kementerian Pertanian dan Instansi Terkait lainnya. c. Buku Informasi Pengendalian OPT Tanaman Pangan 1) Petunjuk Teknis Pengendalian Hama Tikus dengan Musuh Alami Pengendalian tikus dilakukan dengan pengendalian populasi awal untuk menurunkan dan mempertahankan populasi tikus di bawah ambang pengendalian. Pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Salah satu teknologi pengendalian tikus adalah dengan pemanfaatan musuh alami. Agar pengendalian tikus dengan musuh alami efektif, perlu disusun pedoman sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Buku ini ditujukan untuk petugas perlindungan tanaman pangan di pusat dan daerah serta masyarakat petani. Buku Petunjuk Teknis Pengendalian Hama Tikus dengan Musuh Alami telah didistribusikan ke BPTPH di 32 provinsi di Indonesia. 2) Petunjuk Teknis Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) di Daerah Endemis. Daerah endemis serangan OPT adalah daerah yang serangannya terjadi pada setiap musim tanam dengan luas serangan di atas ratarata. Daerah endemis OPT berkorelasi positif dengan budaya masyarakat petani setempat, yang umumnya tidak menggunakan prinsip PHT dan luas kepemilikan lahan sawah. Oleh karena itu perlu perbaikan budidaya dan sosial budaya setempat, diharapkan pengendalian OPT dapat dilakukan dengan efektif. 38

Agar tujuan pengendalian OPT di daerah endemis efektif, perlu dicetak pedoman bagi petugas perlindungan tanaman pangan maupun masyarakat petani yang memerlukan. Petunjuk Teknis Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) di Daerah Endemis telah didistribusikan ke 32 provinsi. 3) Pedoman Teknis Penggunaan Bahan dan Sarana Pengendalian OPT Buku Pedoman Teknis Penggunaan Bahan dan Sarana Pengendalian OPT merupakan buku yang akan dijadikan acuan dalam upaya pengelolaan bantuan bahan dan sarana pengendali OPT terutama pengelolaan pestisida. Dengan adanya buku pedoman ini dapat membantu penerapan administrasi maupun teknis penanganan secara tertib, benar dan tepat sasaran. Buku Pedoman Teknis Penggunan Bahan dan Sarana Pengendalian OPT telah didistribusikan ke 32 provinsi. d. Informasi Pelaksanaan PHT Dalam rangka mensosialisasikan kegiatan SLPHT dan Rintisan Kecamatan PHT kepada masyarakat luas, telah disusun dan dicetak : - Leaflet SLPHT dalam bahasa Inggris sebanyak 1.400 eksemplar - Leaflet Rintisan Kecamatan PHT sebanyak 1.400 eksemplar. e. Informasi Perkembangan Serangan OPT 1) Informasi Perkembangan Serangan OPT Padi Tahun 2013, Tahun 2012 dan rerata 5 tahun (2007-2011) Buku informasi perkembangan serangan OPT padi Tahun 2013, 2012, dan rerata 5 tahun (2007-2011) bertujuan untuk memberikan informasi data perkembangan luas serangan OPT Padi Tahun 2013, 2012, dan rerata 5 tahun (2007-2011). Buku tersebut telah diperbanyak dan didistribusikan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, eselon II lingkup Direktorat Jendaral Tanaman Pangan, subdit lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, dan BPTPH seluruh Indonesia. 2) Data dan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2013 Penyusunan Buku Data dan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2013 bertujuan untuk memberikan informasi tentang perlindungan tanaman pangan. Buku tersebut telah diperbanyak dan didistribusikan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, eselon II lingkup Direktorat 39

Jendaral Tanaman Pangan, subdit lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, dan BPTPH seluruh Indonesia. f. Informasi Sebaran Daerah Serangan OPT Penilaian kriteria daerah serangan OPT setiap provinsi dilakukan terhadap 3 (tiga) aspek, yaitu luas serangan, frekuensi kejadian serangan dan rasio puso terhadap luas serangan. Daerah sebar serangan OPT utama tanaman pangan dibagi menjadi endemis, sporadis, potensial dan aman. Buku daerah sebaran OPT utama tanaman padi telah diperbanyak dan didistribusikan ke Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. g. Penyusunan dan Pengelolaan Warta Perlintan (Fungsional) Warta Perlintan merupakan wadah bagi pejabat fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) dalam pengembangan kegiatan profesi melalui tulisan ilmiah populer maupun liputan berita. Jumlah edisi Warta Perlintan Tahun 2015 yang diterbitkan sebanyak 6 edisi. Peliputan kegiatan perlindungan tanaman pangan, dilaksanakan sebanyak 4 kali kegiatan. Warta Perlintan Tahun 2015 didistribusikan ke eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, subdit lingkup Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Dinas Pertanian serta BPTPH di seluruh Indonesia. 6. Visualisasi Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan a. Video Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Video SLI sebagai salah satu bahan informasi kegiatan SLI Tanaman Pangan. Telah diperbanyak sebanyak 836 keping dan didistribusikan kepada Eselon I (Litbang, Badan SDM), Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, Unit Pelaksana Teknis/BPTPH, POPT/Pemandu SLI, Perguruan Tinggi dan Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu Indonesia (IPPHTI). b. Pameran Perlindungan Tanaman Pangan Pertemuan Masyarakat Perlindungan Tumbuhan dan Hewan Indonesia (MPTHI) diselenggarakan atas kerjasama beberapa unit Eselon I Kementrian Pertanian (Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen Perkebunan, dan Ditjen Peternakan serta Badan Karantina Pertanian) dan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tengah, serta stakeholders terkait lainnya (pengusaha, asosiasi pengguna, peneliti, 40

akademisi/perguruan tinggi, mahasiswa, himpunan profesi, kelembagaan masyarakat, kelembagaan tani/petani, LSM/pemerhati bidang perlindungan, dll) Tujuan pertemuan MPTHI yaitu : 1). Menguatkan peran serta seluruh stakeholders di bidang perlindungan tanaman dan hewan Indonesia, 2). Mengekspose berbagai teknologi dan sarana perlindungan tanaman dan hewan, baik yang dikembangkan oleh pemerintah, swasta, maupun petani, 3). Mensosialisasikan perlindungan tanaman ramah lingkungan yang berkelanjutan dan hewan yang ASUH (aman, sehat, utuh dan halal) kepada masyarakat, serta mensosialisasikan peran MPTHI dalam mewujudkan kemandirian pangan dan daya saing produk pertanian. Pertemuan dibuka oleh Wakil Menteri Pertanian dan dihadiri Ketua Umum MPTHI Ir. Sutarto Alimoeso, Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian, Gubernur Jawa Tengah, wakil dari perguruan tinggi, petugas perlindungan tanaman, petani serta undangan lainnya. Peserta sebanyak 1400 orang. Pada Pertemuan tersebut diserahkan penghargaan bagi Petugas Perlindungan, Petani/Kelompok Tani, dan LPHP berprestasi. c. Video Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Untuk dapat lebih memasyarakatkan PHT melalui SLPHT kepada pemangku kepentingan/stake holder, dan masyarakat umum lainnya, telah dilaksanakan pembuatan visualisasi kegiatan SLPHT Tanaman Pangan pada Tahun 2013. Visualisasi (video) kegiatan SLPHT Tanaman Pangan diwujudkan dalam bentuk VCD, bertujuan mensosialisasikan dan mengoptimalkan penyebaran informasi kegiatan SLPHT serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya PHT dalam pembangunan pertanian berkelanjutan. Video SLPHT telah diperbanyak sebanyak 836 keping dan didistribusikan kepada Unit Pelaksana Teknis/BPTPH. 7. Rumusan Paket Teknologi Pengendalian OPT Berwawasan PHT (Kumpulan Teknologi Pengendalian OPT Berwawasan PHT) Berdasarkan hasil identifikasi dan verifikasi yang dilakukan di beberapa provinsi, teknologi pengendalian OPT berwawasan PHT yang diterapkan oleh petani di daerah dapat dikelompokkan sebagai berikut : 41

a. Pengendalian Hayati Pengendalian hayati adalah teknik pengelolaan OPT dengan memanfaatkan musuh alami dan sumber daya alam lainnya untuk mengendalikan populasi OPT. Musuh alami dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu predator (burung hantu dan anjing), parasitoid (Trichogramma spp) dan pathogen (Metarhizum anisopliae). b. Pengendalian dengan Pestisida Nabati Pestisida nabati merupakan pestisida dengan bahan aktif yang bersumber dari tumbuhan, mekanisme kerja pestisida nabati dalam mengendalikan OPT dapat berupa penolak, penarik, antifertilitas, pembunuh, dan lain-lain. c. Pengendalian Fisik dan Mekanik Pengendalian fisik dan mekanik adalah teknik pengendalian OPT dengan cara mematikan hama, mengganggu aktivitas fisiologis OPT serta mengubah lingkungan fisik menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangan OPT. Pengendalian fisik dan mekanik antara lain gropyokan, gerakan massal pengumpulan kelompok telur penggerek batang padi (PBP), memasang perangkap hama, lampu perangkap (light trap), dan eradikasi. d. Pengelolaan Agroekosistem Pengelolaan agroekosistem digunakan untuk menghambat peningkatan populasi/serangan OPT diantaranya adalah 1) penanaman serentak untuk mengendalikan hama wereng coklat, penggerek padi dan hama lainnya, 2) pemberaan lahan untuk menghilangkan sumber makanan, 3) Pergiliran tanaman, yaitu dengan memutuskan kesinambungan tersedianya makanan bagi hama pada suatu tempat dengan cara menanam jenis tanaman yang berbeda dari musim ke musim, 4) Penanaman tanaman refugia seperti kembang tahi ayam (Tagetes erecta) di pematang sawah dapat menciptakan perbaikan habitat bagi OPT dan musuh alami, 5) Metode budidaya tanaman diantaranya adalah metode HAZTON dengan menanam benih padi sekitar 20 30 batang perlubang dengan umur benih yang lebih tua (25 30 HSS). Hasil produksi yang diperoleh sekitar 10 12 ton/ha. 42

8. POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok Tani Berprestasi a. Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi dan memberikan apresiasi terhadap prestasi kerja POPT, POPT-PHP, LPHP, dan meningkatkan peran Petani/Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati, dilaksanakan pemberian penghargaan kepada POPT, POPT-PHP, LPHP/LAH dan Petani/Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan Tingkat Nasional. Selain dinilai dari kuisioner, karya tulis dan profil, penilaian juga dilakukan melalui verifikasi oleh Tim Penilai Pusat. Verifikasi dilaksanakan di 16 provinsi. Sebagai acuan penilaian kegiatan tersebut telah disusun dan dicetak : Pedoman Penilaian Petani dan Kelompok Tani Pengembang AH Teladan sebanyak 135 eksemplar Pedoman Penilaian LPHP Teladan sebanyak 142 eksemplar Pedoman Penilaian POPT dan POPT-PHP Teladan sebanyak 135 eksemplar Penghargaan diberikan dalam 2 (dua) kategori yaitu Teladan Nasional dari Menteri Pertanian dan Berprestasi dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Penerima Penghargaan Teladan Tingkat Nasional Tahun 2015 dari Menteri Pertanian R.I. yaitu 1 (satu) POPT, 1 (satu) POPT-PHP, 3 (tiga) unit Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP), 3 (tiga) Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati (PAH), dan 3 (tiga) orang Petani Pengembang. Penerima Penghargaan Berprestasi Tahun 2015 dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan diberikan kepada POPT berprestasi sebanyak 17 orang, POPT-PHP sebanyak 27 orang, Keltan PAH sebanyak 14 unit, Petani Pengembang PHT sebanyak 13 orang. b. Sertifikasi Profesi POPT 1) Sertifikasi profesi POPT yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme POPT dilaksanakan dengan mengacu pada Keputusan Menakertrans No.KEP.08/MEN/I/2011 tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Sektor Pertanian Bidang Pengendalian OPT. 43

2) Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan/keahlian dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan. Sedangkan manfaat SKKNI adalah sebagai acuan baku kompetensi kerja bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam rangka mewujudkan SDM yang professional. c. Pelaksanaan Sertifikasi POPT Sertifikasi profesi adalah proses pemberian sertifikasi kepada POPT yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui asesmen/uji kompetensi yaitu pembuktian kompetensi kerja, dengan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Bidang Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) sesuai syarat keprofesian. Jumlah Asesor Kompetensi Sertifikasi POPT adalah 7 Orang yang berasal dari Ditlinbun, Ditlin.TP, BBPOPT, dan dari Badan P2SDMP. 9. Rapat Koordinasi Perlindungan Tanaman a. Rapat Koordinasi Teknis Pelaksanaan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015 Rapat Teknis Perlindungan Tanaman Pangan antara pusat dan daerah membahas kebijakan, strategi, program dan kegiatan serta langkahlangkah operasional dalam rangka mengamankan sasaran produksi tanaman pangan Tahun 2015. Tujuan dari pertemuan ini yaitu 1). Meningkatkan koordinasi dan sinergitas pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan antara pusat dan daerah (Diperta Propinsi dan BPTPH) upaya peningkatan ketahanan pangan, dan 2). Mensinkronkan kegiatan perlindungan tanaman pangan Tahun 2015 untuk pusat dan daerah. Hasil Pertemuan sebagai berikut : Sasaran produksi padi Tahun 2015 ditetapkan sebesar 76,6 juta ton GKG, sedangkan sasaran produksi padi tahun 2013 sebesar 71,24 juta ton GKG. Sasaran produksi tahun ini naik 6,9% dari pencapaian produksi tahun 2013. Pencapaian sasaran tersebut dihadapkan pada beberapa tantangan, antara lain alih fungsi lahan, degradasi lahan, kelangkaan sumber daya lahan potensial, stagnasi teknologi produksi, dan perubahan iklim. Keberhasilan pengamanan produksi dari serangan OPT dan DPI perlu didukung tenaga Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan- 44

Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP) yang memadai, yaitu secara ideal dalam satu kecamatan ditempatkan satu POPT. Saat ini jumlah POPT- PHP 2.594 orang dan pada tahun-tahun mendatang akan semakin berkurang. Dibandingkan dengan jumlah kecamatan pada saat ini kekurangan POPT-PHP diperkirakan sekitar 4.000 orang. Untuk memenuhi kekurangan tersebut daerah perlu mengupayakan perekrutan THL POPT-PHP melalui dana APBD, mengajukan formasi POPT sesuai dengan Permentan No. 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Formasi Jabatan Fungsional POPT, serta pemberdayaan petani pengamat untuk membantu tugas POPT-PHP. b. Pertemuan Koordinasi Komisi Perlindungan Tanaman (KPT) Komisi Perlindungan Tanaman (KPT) yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian No.449/Kpts/OT.160/7/2006 tanggal 12 Juli 2006 adalah lembaga penasihat yang mempunyai tugas memberikan saran dan masukan kepada Menteri Pertanian tentang berbagai isu, kebijakan, dan teknologi perlindungan tanaman atas dasar pertimbangan ilmiah dan profesi perlindungan tanaman. Untuk melaksanakan tugas tersebut di atas, KPT melaksanakan pertemuan dan apabila dipandang perlu melakukan kunjungan lapangan untuk menginventarisasi permasalahan yang ada. 1) Pertemuan KPT yang pertama Tahun 2015, membahas perkembangan wereng batang coklat. 2) Pertemuan KPT yang kedua membahas Tugas, Keanggotaan, dan Mekanisme Kerja KPT, serta Agens Pengendali Hayati (APH). 3) Pertemuan KPT yang ketiga membahas Regulasi dan Kebijakan Perlindungan Tanaman, Revitalisasi Perlindungan Tanaman, Swasembada Pangan, dan Kelembagaan KPT (peran dan fungsi). c. Pertemuan Pemantapan Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan merupakan acuan yang menjadi pedoman petugas POPT-PHP dalam melakukan pengamatan OPT dan mekanisme pelaporannya ke Pusat. Pertemuan bertujuan untuk merumuskan metode pengamatan dan mekanisme pelaporan dan meningkatkan pengetahuan petugas POPT- PHP dalam menerapkan metode pengamatan dan pelaporan perlindungan tanaman pangan. Berdasarkan hasil diskusi dan masukan dari narasumber dan peserta dapat disimpulkan sebagai berikut: 45

1) Tanaman dinyatakan sembuh apabila intensitas serangan/kepadatan populasi menurun di bawah ambang pengendalian atau tidak meningkat intensitasnya dari periode sebelumnya setelah dilakukan tindakan pengendalian dan dilaporkan pada periode berikutnya. 2) Apabila terjadi serangan OPT kompleks pada suatu lokasi pengamatan maka yang dilaporkan adalah serangan OPT yang dominan. Namun perlu dipertimbangkan kemungkinan terjadinya eksplosi OPT yang tidak dominan di lokasi tersebut. 3) Perbedaan kriteria antara terkena dan puso pada banjir dan kekeringan, meliputi: - Terkena sudah termasuk puso - Apabila terjadi perubahan status pada awal bulan maka perlu ada keterangan bahwa ada perubahan status - Kumulatif puso adalah luas tambah (LT) ditambah perubahan status - Sisa periode sebelumnya dilaporkan pada periode laporan sesudah kejadian. d. Evaluasi Perlindungan Tanaman Pangan Pertemuan Evaluasi Perlindungan Tanaman Pangan, bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2015. Pertemuan dihadiri oleh jajaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi, dan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) seluruh Indonesia. Beberapa rumusan penting hasil pertemuan adalah sebagai berikut: 1) Strategi pengamanan produksi diimplementasikan dengan berbagai kegiatan yang memiliki output langsung terhadap penekanan luas serangan OPT dan DPI serta dialokasikan secara proporsional sesuai dengan potensi,kebutuhan dan dukungan pendanaan dari APBN dan APBD. 2) Pada umumnya SLPHT dan SLI telah dilaksanakan secara baik, namun pada beberapa provinsi tidak dapat dilaksanakan. Hal ini disebabkan adanya pemotongan anggaran serta terjadinya kekeringan. 46

10. Laporan Kegiatan Perlindungan a. Forum Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Forum SLI merupakan sarana kerjasama dan tukar-menukar informasi iklim serta teknologi budidaya antar anggota Forum SLI. Pelaksanaan Pertemuan Forum Sekolah Lapangan Iklim (SLI) bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan SLI dan mempersiapkan/merencanakan pelaksanaan kegiatan Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI) sebagai kelanjutan kegiatan Sekolah Lapangan Iklim (SLI) di lapangan dan mengevaluasi peran dari Forum Sekolah Lapangan Iklim dalam kegiatan Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI) di lapangan b. Sosialisasi Informasi Iklim dan Penanganan Dampak Perubahan Iklim bagi Pemandu Lapangan SLI Kegiatan sosialisasi Informasi Iklim dan Penanganan Dampak Perubahan Iklim untuk Pemandu Sekolah Lapangan Iklim (SLI) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas dalam penerapan teknologi adaptasi dan mitigasi penanganan dampak perubahan iklim sesuai spesifik lokasi atau kearifan lokal. Dalam kegiatan tersebut mengundang narasumber yang dapat mendukung kegiatan Sekolah Lapangan Iklim antara lain: Universitas Brawijaya, Balai Penelitian Klomatologi dan Hidrologi Badan Litbang Pertanian, Community Climate Change Specialist Field Indonesia, IPPHTI dan Stasiun Klimatologi Karang Ploso Malang. Sedangkan sebagai fasilitator/pemandu adalah pemandu lapangan I (PL I) SLI yang berpengalaman dalam memandu SLI dari BPTPH DI. Yogyakarta dan BPTPH Jawa Timur. c. Pemantapan Kepemanduaan Iklim bagi Petugas Lapangan Iklim Pemantapan Kepemanduan Iklim bagi Petugas Lapangan SLI bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para petugas lapangan SLI untuk menjadi fasilitator dalam kegiatan SLI di kelompok tani yang mengikuti SLI terutama yang wilayah kerjanya termasuk kategori daerah rawan banjir/kekeringan. Narasumber berasal dari dari BPTPH Jawa Timur, Stasiun Klimatologi Kelas II Karang Ploso Malang, Balai Agroklimat dan Hidrologi Kementerian Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dan Departemen Agrometeorologi Institut Pertanian Bogor. Sedangkan 47

pemandu/fasilitator merupakan pemandu senior dari BPTPH Jawa Timur. d. Workshop Evaluasi Pemanfaatan Automatic Weather Station Kegiatan Workshop Evaluasi Pemanfaatan Automatic Weather Station (AWS) ini bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan sarana prasarana berupa AWS yang sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran kegiatan penanganan dampak perubahan iklim. Dengan adanya pengembangan sarana pengolah data tersebut, diharapkan pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan dampak perubahan iklim dapat tercapai secara optimal. Narasumber berasal dari Balai Hidrologi dan Klimatologi Badan Litbang Pertanian (Balitklimat), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. e. Laporan Pendampingan Gerakan SPOT STOP Pengendalian OPT Gerakan SPOT STOP merupakan kebijakan yang ditetapkan dalam upaya perlindungan tanaman. Gerakan SPOT STOP adalah upaya pengendalian responsif untuk menghentikan sumber serangan / gejala awal agar serangan tidak berkembang lebih lanjut. Sebelum terjadi spot dilakukan upaya preemtif yaitu melakukan budidaya tanaman sehat serta pengaturan pola tanam secara serentak, kemudian diikuti dengan pengamatan secara intensif dan melakukan pengendalian secara dini bila ditemukan adanya SPOT serangan OPT, sehingga serangan tidak meluas. f. Evaluasi Penerapan Teknologi Pengendalian OPT Spesifik Lokasi Untuk meningkatkan kualitas/mutu dari Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) perlu mempersiapkan akreditasi laboratorium agar mampu bersaing di tingkat nasional. Akreditasi perlu dilakukan karena akreditasi adalah suatu bentuk standarisasi, dalam rekayasa teknologi dengan penggunaan standard yang sama sehingga produk (agens hayati, pestisida nabati) yang dihasilkan dari berbagai LPHP akan mempunyai efektifitas dan mutu yang sama. g. Pengembangan dan Penerapan Teknologi Pengendalian OPT Ramah Lingkungan Kegiatan ini bertujuan : a) Mengevaluasi pengembangan dan penerapan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan, b) Menghimpun informasi tentang teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan yang 48

telah digunakan dan dimasyarakatkan, c) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas dalam hal pengendalian OPT, terutama teknologi pengendalian OPT yang ramah lingkungan. Teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan yang telah dikembangkan dan diterapkan di berbagai tempat dan mampu mengendalikan OPT secara efektif perlu dimasyarakatkan, tetapi informasi mengenai hal tersebut masih relatif sedikit dan belum tersebar luas, sehingga perlu dilakukan monitoring dan evaluasi penerapannya. Hasil monitoring dan evaluasi tersebut disusun dan disebarluaskan ke petugas lapangan dan masyarakat pertanian. h. Pencanangan Gerakan Pengendalian OPT Tanaman Pangan Pencanangan gerakan pengendalian OPT pada tanaman padi ini bertujuan ; 1) memberdayakan dan meningkatkan kepedulian masyarakat tani akan pentingnya pengendalian OPT pada tanaman padi. 2) menggerakkan dan memotivasi masyarakat tani untuk ikut aktif dalam pengendalikan serangan OPT secara bersama-sama di daerah endemis serangan OPT di sentra produksi padi. 3) memupuk kerjasama antar kelompok tani dalam upaya pengendalian hama padi. Pencanangan gerakan pengendalian OPT pada tanaman padi dilaksanakan di 4 provinsi yaitu Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan untuk pengendalian tikus dengan menggunakan predator anjing. Pada pencanangan gerakan ini mendatangkan pasukan anjing Epen dari Subang untuk memperkenalkan pengendalian dengan pemanfaatan musuh alami anjing pemburu. Di Provinsi NTT dilaksanakan di Kabupaten Manggarai Barat, yang merupakan daerah endemis penyakit tungro. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan pestisida dan menyerahkan bantuan sarana berupa : 10 unit hand sprayer, 200 liter agens hayati Beauveria bassiana, 60 liter agens hayati EM-Mor dan 60 liter agens hayati Trichoderma. Di Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengh dilaksanakan gerakan pengendalian tikus pratanam dengan cara gropyokan, membongkar sarang tikus, menggenangi lubang tikus dengan air dan pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan bahan pengasapan. 49

i. Sosialisasi Pemanfaatan Musuh Alami dalan Pengendalian Hama Tikus Kegiatan ini bertujuan adalah : 1) meningkatkan kepedulian petani dan masyarakat akan pentingnya pengendalian tikus dengan musuh alami; 2) meningkatkan kerjasama kelompok tani dalam mengembangkan dan memasyarakatkan pengendalian tikus dengan musuh alami. Peserta pertemuan sebanyak 45 orang terdiri dari Petugas BPTPH/LPHP, Petani/Penangkar dan Petani Penerima Alokasi Bantuan burung hantu (Tyto Alba) yang berasal dari Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan serta narasumber. Pertemuan dibuka oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan kemudian dilanjutkan pengarahan dan pemaparan materi dari para narasumber. Selain materi di kelas juga dilaksanakan kunjungan lapangan ke Desa Wisata Pengembang Burung Hantu di Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. j. Laporan Pemantapan Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman Pangan Pertemuan Pemantapan Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman (BPT) Pangan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan ketrampilan petugas Brigade Proteksi Tanaman dalam upaya pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan menggunakan pestisida/agens hayati secara aman dan bijaksana. Disamping penyampaian materi dikelas juga dilaksanakan praktek lapangan tentang penyemprotan yang aman dan efektif yang terdiri dari menakar, mencampur, membersihkan alat semprot dan membersihkan diri dari sisa-sisa semprotan, serta kalibrasi. Petugas BPT harus mengetahui dan memahami penyimpanan pestisida yang benar, penggunaan pestisida dengan memahami label yang ada pada kemasan, aplikasi pestisida dengan 6 tepat, pemusnahan limbah pestisida, penggunaan, pemeliharaan alat aplikasi yang benar. k. Pemantapan Pemanfaatan Sarana Pengamatan Peramalan dan Pengendalian OPT 1) Kegiatan bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas Koordinator Tingkat Kabupaten (Koortikab) POPT-PHT dan petugas LPHP di seluruh Indonesia dalam pemanfaatan sarana 50

pengamatan, peramalan, dan pengendalian OPT dan penanggulangan DPI. 2) Ringkasan materi hasil kegiatan sebagai berikut: PHT merupakan filosofi perlindungan tanaman, pendekatannya luas, lebih menekankan strategi daripada teknologi dalam mendukung pertanian berkelanjutan. Agroekosistem seharusnya dirancang ulang melalui rekayasa ekosistem yang semula hanya melibatkan hubungan antara hama target dan pengelolaan taktik tertentu, diubah menjadi jaring-jaring hubungan timbal balik antara serangga hama, musuh alami terkait dan skema diversifikasi tanaman. Untuk solusi jangka panjang tentang masalah hama hanya dapat dicapai melalui restrukturisasi dan pengelolaan agroekosistem dengan cara yang memaksimalkan kekuatan preemptif. Fungsi utama Light Trap adalah untuk monitoring yang dapat dimanfaatkan sebagai berikut : - Mengetahui datangnya hama imigran dan puncak tangkapan populasi suatu hama sebagai dasar dalam peringatan dini Early Warning System. - Merekomendasikan waktu semai atau tanam setelah puncak tangkapan. - Rekomendasi pengendalian setelah adanya penerbangan (hasil tangkapan). - Memantau perkembangan populasi serangga hama pada saat kondisi lahan sedang bera atau pengolahan tanah. - Mengkaji dinamika populasi hama, keragaman hayati dll. Berdasarkan data di lapangan saat aplikasi pestisida (bio/sintetik) bahan semprot hilang 70% s.d. 90% yang mengakibatkan pemborosan dan pencemaran lingkungan. Beberapa faktor yang mengakibatkan kehilangan bahan semprot tersebut antara lain: 1) ukuran butiran semprot; 2) volume semprot; 3) kecepatan jalan; 4) arah nozzle/bentuk nozzle; 5) suhu udara; 6) kelembaban udara, dan 7) kecepatan angin. Dalam konsep PHT, penggunaan pestisida harus berdasarkan enam tepat. 51

m. Pemantapan Penerapan PHT Pertemuan bertujuan untuk peningkatan kemampuan petugas LPHP dalam menentukan kualitas isolat agens hayati, mengeksplorasi, mengidentifikasi dan memperbanyak agens hayati sesuai standar laboratorium. Pada kegiatan ini peserta dibekali pengenalan mengenai agens hayati dari jenis jamur, bakteri serta mikoriza yang diikuti dengan praktikum. Materi praktikum yang dilaksanakan meliputi : - Eksplorasi Jamur dan Bakteri Agens Hayati - Eksplorasi Mikoriza - Perbanyakan Agens Hayati Kegiatan eksplorasi agens hayati lebih mudah dilakukan jika ditunjang dengan sarana yang memadai misalnya mikroskop digital (terkomputerisasi). Namun demikian kondisi dan sarana LPHP saat ini relatif terbatas. Mengingat hal tersebut, perlu upaya perbaikan dan perlengkapan sarana untuk mendukung kinerjanya. n. Pemantapan Kepemanduan SLPHT Pemantapan Kepemanduan SLPHT ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas POPT/POPT-PHP dalam kepemanduan SLPHT agar kegiatan SLPHT dapat dilaksanakan sesuai dengan konsep dasarnya. Setiap petugas perlindungan tanaman seyogyanya dapat memahami orientasi, tujuan utama, kombinasi cara yang dipilih, dan filosofi dalam penerapan PHT. o. Perkembangan Luas Serangan OPT Data dan informasi perlindungan tanaman pangan meliputi perkembangan pelaksanaan kegiatan-kegiatan perlindungan tanaman pangan, perkembangan serangan OPT yang diperoleh dari hasil pengamatan tetap maupun pengamatan keliling, serta berdasarkan hasil tangkapan lampu perangkap (light trap), serta data dan informasi lainnya. Data dan informasi yang telah diolah, dianalisis, dan dievaluasi, diharapkan dapat tersedia secara cepat, akurat, tepat waktu, dan berkesinambungan. Hasil analisis dan evaluasi data tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan-laporan, bahan rapat, atau bahan informasi lain, baik yang bersifat periodik maupun insidentil, sehingga 52

dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau evaluasi bagi penentu kebijakan atau pihak yang berkepentingan pada masa mendatang. Sehubungan dengan itu, agar penyusunan laporan-laporan tersebut sesuai pedoman yang telah ditetapkan namun tetap menghasilkan data dan informasi yang lengkap dan akurat, maka dipandang perlu untuk melakukan monitoring serangan OPT serta supervisi pengelolaan data luas serangan OPT maupun hasil tangkapan lampu perangkap (light trap) secara berkesinambungan. p. Laporan Tahunan dan LAKIP Perlindungan Tanaman Pangan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan merupakan laporan pelaksanaan kegiatan dan program Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan selama satu Tahun Anggaran. Laporan berisi informasi struktur organisasi dan ketatausahaan, evaluasi pelaksanaan kegiatan pengamatan, pengelolaan database OPT/ DPI, upaya pengendalian OPT dan penanganan DPI, serta evaluasi pelaksanaan kegiatan pendukung lainnya secara komprehensif. Berdasarkan evaluasi tersebut dapat disimpulkan kendala dan permasalahan yang terjadi sehingga dapat dirumuskan upaya pemecahannya. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi. Laporan Akuntabilitas Kinerja berisi ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan, yaitu menyajikan informasi tentang pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi pencapaian indikator kinerja utama organisasi, penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja, dan pembandingan capaian indikator kinerja sampai dengan tahun berjalan dengan target kinerja yang direncanakan. Hasil analisis dan evaluasi kegiatan tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan-laporan atau bahan informasi lain, baik yang bersifat periodik maupun insidentil, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi atau evaluasi bagi penentu kebijakan atau pihak yang berkepentingan pada masa mendatang. Sehubungan dengan itu, agar penyusunan Laporan Tahunan dan LAKIP tersebut menghasilkan data dan informasi yang lengkap dan akurat, maka dipandang perlu melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan Tahun Anggaran 2014. 53

q. Pengembangan Jabatan Fungsional dan Sertifikasi POPT Tantangan dan kendala jajaran perlindungan tanaman semakin berat dan beragam, terutama akibat terjadinya dampak perubahan iklim (DPI) global. Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) yang bertugas mengamankan produksi dituntut lebih inovatif, kreatif, cerdas, profesional dan kompeten untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara optimal. Seiring dengan hal tersebut, kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki kompetensi di bidang pengendalian mendorong Pemerintah dan instansi terkait menyediakan wadah/lembaga sertifikasi untuk menguji kompetensi tenaga kerja tersebut untuk dapat memperoleh pengakuan secara legal dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Untuk mengoptimalkan kinerja serta meningkatkan kompetensi dan profesionalisme POPT, baik di pusat maupun daerah, perlu diupayakan pengembangan jabatan fungsional dan sertifikasi POPT. Dalam rangka pengembangan jabatan fungsional dan sertifikasi POPT, upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain bimbingan pengembangan jabatan fungsional dan sertifikasi POPT, workshop revisi petunjuk teknis, sosialisasi SKKNI dan sertifikasi profesi POPT, serta pelaksanaan dan pendampingan sertifikasi POPT. 54

VI. KEGIATAN LAIN A. Komisi-Komisi Sesuai dengan tugas dan fungsi Perlindungan Tanaman Pangan, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan menjadi anggota dalam berbagai komisi/kelembagaan antara lain: 1. Anggota Komisi Pestisida Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1973 tentang Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida, bahwa pestisida yang digunakan harus mendapat izin dari Menteri Pertanian. Dalam rangka pendaftaran pestisida yang telah terdaftar, pendaftaran baru maupun perpanjangan izin, perlu dilakukan evaluasi. 2. Anggota Komisi Ahli Karantina Tumbuhan Dalam rangka mendukung tugas Organisasi Perlindungan Tanaman Nasional (National Plant Protection Organization), dibentuk Komisi Ahli Karantina Tumbuhan yang mempunyai tugas memberikan saran dan solusi pemecahan terhadap permasalahan di dalam pelaksanaan tugas perlindungan tanaman dan perkarantinaan, serta melakukan kajian dan analisis terhadap perkembangan perlindungan tanaman dan perkarantinaan secara reguler atau insidentil. Anggota komisi terdiri dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan praktisi perlindungan. B. Food Agriculture Organization (FAO) Proyek Strengthening and Revitalization of Integrated Pest Management Implementation and Pesticides Management System in Indonesia (TCP/INS/3403) merupakan proyek kerja sama antara Food Agriculture Organization (FAO) dengan Pemerintah Indonesia melalui Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan pada Bulan Januari 2014. Proyek ini dilaksanakan selama 2 (dua) tahun, dimulai bulan Januari 2014 sampai dengan Bulan Desember 2015, di 3 (tiga) provinsi, 6 (enam) lokasi, yaitu Kabupaten Karawang dan Indramayu (Provinsi Jawa Barat), Kabupaten Banyumas dan Klaten (Provinsi Jawa Tengah), serta 55

Kabupaten Bojonegoro dan Banyuwangi (Provinsi Jawa Timur). Penentuan lokasi ini berdasarkan daerah endemis serangan OPT, terutama WBC selama 5 tahun terakhir. Proyek TCP/INS/3403 ini meliputi 5 (lima) bidang, yaitu Pesticide Management, Integrated Pest Management (IPM), Bio-control Agents Production and Management, Eco-toxicity, dan Pest Surveillance. Koordinator konsultan proyek atau Lead Technical Officer (LTO), yaitu Mr. Piao Yongfan, yang merupakan personil FAO-RAP Bangkok. LTO berwenang menentukan dan memberikan supervisi kepada konsultan proyek atau Technical Cooperation between Developing Countries (TCDC) Consultant. TCDC Consultant terdiri dari 3 (tiga) orang, yaitu Mr. Govindan dari India untuk Pesticide Management Consultant, Mrs. Lawan Anantiko (dari Thailand) untuk Integrated Pest Management/IPM Consultant, dan Dr. O.R. Reddy (dari India) untuk E-Pest Surveillance Consultant. TCDC Consultant bertanggungjawab menyusun serta mereview rencana kerja proyek bersama dengan National Consultant (NC) dan National Project Coordinator (NPC). National Consultant (NC) dalam proyek ini, untuk Pesticide Management yaitu Prof. Dr. Andy Trisyono, untuk Integrated Pest Management (IPM) yaitu Prof. Dr. Edhi Martono, untuk Bio-control Agents Production and Management akan ditentukan kemudian, untuk Eco-toxicity yaitu Prof. Dr. Dadang, dan untuk Pest Surveillance yaitu Dr. Riyaldi. National Project Coordinator (NPC) atau koordinator pelaksanaan proyek dari internal Pemerintah, yaitu Ir. Deddy Ruswansyah, MM. Kegiatan yang sudah mulai dilaksanakan adalah Pesticide Management, IPM dan E-Pest Surveillance. Pada bidang Pesticide Management akan disusun leaflet pengelolaan pestisida dan rencana training kepada petugas dan petani. Pada bidang IPM, beberapa kegiatan yang dilaksanakan antara lain : Pelatihan Petugas dan Petani, Penerapan PHT Skala Luas di lapangan, Pelatihan Petani Pemandu, Farmer s Field Day (FFD), dan Workshop Nasional Penerapan PHT Skala Luas. Lokasi kegiatan Penerapan PHT Skala Luas yang didanai oleh FAO ini sebagai berikut: Provinsi Jawa Barat : Desa Ujunggebang, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Tengah : Desa Pliken, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas 56

Desa Juwiran, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Timur : Desa Gumirih, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi Desa Bendo, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro Proyek TCP/INS/3403 ini merupakan trigger dan pelengkap kegiatan pengembangan PHT di Indonesia. Oleh karena itu berbagai kegiatan yang tercakup dalam proyek ini secara keseluruhan, pada akhirnya diharapkan dapat diadopsi maupun dilanjutkan oleh Pemerintah. Berbagai kendala yang terjadi dalam pelaksanaan proyek diinventarisasi sebagai masukan untuk lebih mengoptimalkan pelaksanaannya di masa mendatang. C. Koperasi Daya Guna Koperasi Daya Guna (KDG) dengan Badan Hukum nomor: 1087/B.H/I merupakan koperasi karyawan/karyawati Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Direktorat Perlindungan Hortikultura yang berfungsi memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anggota. KDG berupaya memberikan pelayanan maksimal untuk mencapai kesejahteraan anggota, oleh karena itu manajemen Koperasi Daya Guna senantiasa berusaha menjalin hubungan yang sebaik-baiknya dengan pejabat dan pimpinan Direktorat. 1. Keanggotaan Keanggotaan Koperasi mencakup dua Direktorat, yaitu Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Perlindungan Hortikultura, Direktorat Jenderal Tanaman Hortikultura. Jumlah anggota pada Tahun 2015 sebanyak 125 orang yang terdiri dari : a. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan : 90 orang b. Direktorat Perlindungan Hortikultura : 26 orang c. Anggota luar biasa : 5 orang d. Anggota tidak aktif : 4 orang 2. Usaha Kegiatan koperasi adalah simpan pinjam, toko dan aneka usaha. 3. Pelayanan Koperasi Daya Guna secara konsisten melaksanakan fungsi sosialnya melalui berbagai kegiatan antara lain santunan-santunan (kelahiran, kematian dan lain-lain), pasar murah bersubsidi dalam rangka Idul Fitri dan sebagainya. 57

D. Ikawati Kepengurusan Ikatan Karyawati (Ikawati) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan periode 2011-2014 dengan susunan sebagai berikut: Pembina : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Ketua : Trias Retno Wardhani Wakil Ketua : Abriani Fensionita Sekretaris : Syanti Asviatuti : Nurbayana Bendahara : Andriati Kusumawardhani Seksi Pendidikan : 1. Maunah Ambarwati 2. Hastari Kusumawardhani 3. Fitria Yulianti 4. Rhonda Hesti E. Seksi Umum : 1. Eka Widiyastuti 2. Marwanti 3. Ade Ratna Yulinar a. Seksi Usaha : 1. Yoyoh Rokayah 2. Sri Hidayanti 3. Puspitasari 4. Indah Nur Rokhmah 5. Teguh Puji Sri Lestari Selama Tahun 2015, berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan Ikawati adalah sebagai berikut : 1. Mengadakan pertemuan rutin setiap empat bulan diantaranya arisan, berbagi pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan dari karyawati untuk karyawati. 2. Menghadiri dan mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Ikawati Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Dharma Wanita Sub Unit Direktorat Jenderal Tanaman Pangan serta Kementerian Pertanian 3. Melaksanakan kegiatan pengajian dan ceramah agama pada bulan Ramadhan untuk lebih meningkatkan kecerdasan spiritual karyawati. 4. Dalam rangka menghimpun dana untuk menambah modal usaha, Seksi Usaha melaksanakan kegiatan antara lain pengadaan barang dengan angsuran. 58

VII. PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA TAHUN 2015 Berbagai kendala baik teknis maupun non teknis dalam pelaksanaan kegiatan yang mempengaruhi target yang telah ditetapkan antara lain : 1. Kelembagaan Perlindungan Tanaman di daerah Implementasi dari PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, menyebabkan kelembagaan perlindungan tanaman di daerah cukup bervariasi sehingga peran dan fungsinya cenderung menurun. Lembaga perlindungan di daerah diantaranya LPHP/LAH sebagai pusat pengembangan teknologi perlindungan tanaman masih bervariasi, baik sarana prasarana, SDM, maupun kegiatannya.. Untuk itu, diperlukan advokasi kepada pemerintah Provinsi agar dapat ditingkatkan koordinasi dan sinergi dengan instansi terkait di daerah. 2. Pemberdayaan kelembagaan PHT di tingkat lapangan Alumni SLPHT berperan penting dalam penerapan, pengembangan, dan pemasyarakatan PHT. Diantaranya melalui pengembangan Pos Pengembang Agens Hayati (PPAH), namun aktivitasnya belum optimal karena terbatasnya dukungan sarana dan prasarana, teknologi, pendampingan, pembinaan dan dukungan dana dari daerah. Petani alumni SLPHT di beberapa daerah tidak berperan optimal dalam memperbanyak unit-unit SLPHT swadana, sehingga masih diperlukan dukungan dana melalui APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota untuk pengembangan unit-unit SLPHT. 3. Ketergantungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota Pada era Otonomi Daerah, pemenuhan kebutuhan SDM dan sarana prasarana perlindungan tanaman adalah tanggungjawab pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) bukan tanggunggjawab pusat. Untuk itu, perlu dilakukan advokasi kepada Gubernur, Bupati/Walikota, dan lembaga legislatif serta pemangku kepentingan perlindungan tanaman di daerah. 4. Perubahan iklim dan faktor lingkungan yang kurang mendukung Perubahan iklim sudah dirasakan dan berpengaruh sangat nyata, antara lain curah hujan di atas rata-rata, pergeseran musim hujan dan musim kemarau, 59

rusaknya daerah tangkapan air, dan rusaknya sarana irigasi. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya luas, frekuensi dan durasi DPI berupa banjir dan kekeringan serta berpengaruh terhadap dinamika populasi OPT, peningkatan patogenitas penyakit dan pola distribusi serangannya. Oleh karena itu, upaya antisipasi, mitigasi, serta penanganan OPT/DPI perlu mendapat perhatian terkait dengan kelembagaan, penelitian, pengembangan, dan penanganannya. Upaya-upaya tersebut ditingkatkan melalui peningkatan diseminasi prakiraan serangan OPT/DPI, pemanfaatan informasi prakiraan iklim di tingkat lapangan, penyebarluasan rekomendasi penyesuaian pola tanam dan kalender tanam, rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, penanganan secara spesifik lokasi, serta pemberdayaan petani melalui SLI dan SLPHT. 5. SLI tidak dapat dilaksanakan secara spesifik komoditas Sampai saat ini, SLI tidak dapat dilaksanakan secara spesifik komoditas karean lahan yang dipergunakan untuk kegiatan SLI merupakan lahan yang sudah mempunyai pola tanaman padi-palawija serta modul yang disampaikan didalamnya mencakup teknologi budidaya khususnya teknologi yang digunakan dalam menyikapi perubahan iklim di wilayah setempat. 6. Koordinasi penanganan OPT Penanganan OPT, terutama pada daerah sumber serangan dan sumber infeksi di daerah perbatasan antar provinsi/kabupaten/kota belum dilaksanakan secara optimal. Hal tersebut karena kurangnya koordinasi dan sinkronisasi antar wilaya sejak diberlakukan otonomi daerah. Sehubungan denggan hal tersebut, perlu diupayakan koordinasi dan sinkronisasi secara vertikal dan horizontal. 60

VIII. PENUTUP 1. Dalam rangka pencapaian produksi tanaman pangan, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menetapkan strategi pokok perlindungan tanaman pangan meliputi: 1) Pengembangan sistem deteksi dan peringatan dini serangan OPT dan DPI dalam rangka menekan tingkat kerusakan dan kerugian/kehilangan hasil; 2) peningkatan kemampuan teknis SDM perlindungan tanaman pangan sejalan dengan perkembangan teknologi pengendalian OPT dan penanganan DPI, 3) penyediaan sarana dan prasarana pengendalian OPT dan DPI, 4) Peningkatan kemandirian petani dalam rangka mengatasi permasalahan OPT dan DPI, 5) peningkatan koordiansi hubungan kerja dalam rangka mewujudkan sinergistas antara kelembagaan perlindungan tanaman pangan di tingkat pusat dan daerah. 2. Luas banjir pada tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar) selama Tahun 2015 seluas 353.248 ha (puso: 146.568 ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: 433.660 ha, puso: 98.815 ha) menurun seluas 80.412 ha (terkena) atau 18,54% sedangkan pusonya meningkat seluas 47.753 ha atau 0,49%. Selama Tahun 2015 luas banjir tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat (terkena: 96.004 ha, puso: 51.647 ha), Jawa Tengah (terkena: 62.131 ha, puso: 34.447 ha), dan Aceh (terkena: 56.821 ha, puso: 24.897 ha). Rasio luas banjir terhadap luas tanam (19.933.766 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 1,77% dan puso 0,74%. 3. Luas Kekeringan pada tanaman pangan selama Tahun 2015 seluas 242.789 ha (puso: 38 ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: 61.405 ha, puso: 4.094 ha) meningkat seluas 181.384 ha (terkena) atau 295,39% dan pusonya seluas 34.049 ha atau 831,77%. Selama Tahun 2015 luas kekeringan tertinggi terjadi di Provinsi Aceh (terkena: 67.998 ha, puso: 6.444 ha), Kalimantan Barat (terkena: 19.975 ha, puso: 9.161 ha), dan Sulawesi Tenggara (terkena: 18.946 ha, puso: 2.938 ha). Rasio luas kekeringan terhadap luas tanam (19.933.766 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 1,77% dan puso 0,74%. 4. Luas serangan pada tanaman pangan selama Tahun 2015 seluas 488.670 ha (puso: 2.511 ha). Apabila dibandingkan dengan tahun 2013 (terkena: 553.231 61

ha, puso: 4.559 ha) menurun seluas 64.561 ha (terkena) atau 11,67% dan pusonya seluas 2.048 ha atau 44,92%. Selama Tahun 2015 luas serangan tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Tengah (terkena: 124.080 ha, puso: 1.014 ha), Jawa barat (terkena: 115.780 ha, puso: 9 ha), dan Jawa Timur (terkena: 63.198 ha, puso: 147 ha). Rasio luas serangan terhadap luas tanam (19.933.766 ha) pada Tahun 2015 adalah terkena 2,45% dan puso 0,01%. 5. Luas tanam pangan Tahun 2015 (19.933.766 ha) menurun seluas 419.205 ha atau 2,06% apabila dibandingkan dengan luas tanam Tahun 2013 (20.352.971 ha). Luas tanam padi Tahun 2015 seluas 13.569.481 ha, menurun seluas 337.767 ha (2,43%) apabila dibandingkan Tahun 2013 (13.907.248) ha; jagung seluas 3.960.885 ha meningkat 21.414 ha (0,54%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (3.939.471 ha); kedelai seluas 610.359 ha meningkat 22.874 ha (3,89%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (587.485 ha); kacang tanah seluas 492.938 ha menurun 16.468 ha (3,23%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (509.406 ha); kacang hijau seluas 211.768 ha meningkat 28.390 ha (15,48%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (183.378 ha); ubi kayu seluas 968.856 ha menurun 98.465 ha (9,23%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (1.067.321 ha); ubi jalar seluas 119.479 ha menurun 39.183 ha (24,70%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (158.662 ha). 6. Selama Tahun 2015, telah dilakukan upaya pengendalian OPT pada tanaman pangan seluas 1.370.045 ha, meningkat seluas 295.507 (27,50%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2013 (1.074.538 ha). Pengendalian OPT dilakukan dengan berbagai cara, yaitu secara mekanik fisik, aplikasi pestisida, dan dengan cara lain. Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT utama Tanaman Pangan, berasal dari swadaya petani dan pemerintah (kecamatan, kabupaten/kota, propinsi), serta bantuan pengadaan pemerintah pusat maupun dari stok cadangan nasional yang dialokasikan ke propinsi. 7. Pada Tahun 2015, kegiatan SLPHT dapat direalisasikan sebanyak 910 unit (95,39%) dari 954 unit yang direncanakan hampir di seluruh provinsi, sedangkan SLI dapat direalisasikan sebanyak 95 unit (88,8%) dari 95 unit yang direncanakan dan tersebar di 29 provinsi. 8. Untuk penanganan banjir, kekeringan dan menekan luas serta intensitas serangan OPT utama, telah dilakukan berbagai kegiatan antara lain pengiriman informasi prakiraan iklim dari BMKG kepada Gubernur, 62

pengiriman surat kewaspadaan peningkatan serangan OPT dan langkah operasional penanganannya kepada Gubernur, konsolidasi petugas, pembentukan POSKO Pengendalian OPT (tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan Desa), menurunkan tim pemantauan dan bimbingan teknis (Provinsi, Kabupaten, Kecamatan), dan penyediaan bantuan pestisida cadangan nasional. 9. Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan perlindungan tanaman ke depan, diperlukan penguatan SDM dan kelembagaan perlindungan baik di pusat maupun di daerah, database yang akurat dan mekanisme pelaporan yang sistematis. 10. Agar pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman dapat diimplementasikan dengan baik, sangat diperlukan sinkronisasi dan koordinasi yang baik antara pusat dengan daerah maupun instansi terkait lintas sektor. 63

64

Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Berdasarkan Permentan No. 61/Permentan/OT.140/10/2010 DIREKTUR PERLINDUNGAN SUB BAGIAN TATA USAHA SUBDIT PENGELOLAA N DATA OPT SUBDIT DAMPAK PERUBAHAN SUBDIT TEKNOLOGI PENGENDALI SUBDIT PENGELOLAAN PHT SEKSI MONITORIN G DAN SEKSI ADAPTASI SEKSI IDENTIFIKASI SEKSI PEMASYARAKA TAN SEKSI EVALUASI DAN SEKSI MITIGASI SEKSI VERIFIKASI SEKSI KELEMBAGAAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL 65

Lampiran 2. RASIO LUAS BANJIR TERHADAP LUAS TANAM PADA TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 DAN TAHUN 2013 (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) 2014 Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 439.533 52.460 23.210 11,94 5,28 397.887 39.574 9.933 9,95 2,50 2 Sumatera Utara 724.592 9.987 1.165 1,38 0,16 739.040 18.581 3.879 2,51 0,52 3 Sumatera Barat 498.853 2.314 351 0,46 0,07 491.379 3.276 457 0,67 0,09 4 R i a u 116.430 4.497 1.384 3,86 1,19 124.777 6.532 1.181 5,23 0,95 5 J a m b i 139.580 4.321 905 3,10 0,65 156.528 10.036 2.667 6,41 1,70 6 Sumatera Selatan 794.645 27.229 4.558 3,43 0,57 786.313 13.312 1.740 1,69 0,22 7 Bengkulu 132.852 46-0,03-147.930 382 117 0,26 0,08 8 Lampung 611.890 8.625 4.709 1,41 0,77 655.962 17.507 5.289 2,67 0,81 9 Kep. Bangka Belitung 12.336 290-2,35-10.228 - - - - 10 Kep. Riau 218 - - - - 434 - - - - 11 DKI Jakarta 1.505 263 140 17,48 9,30 1.672 121 77 7,24 4,61 12 Jawa Barat 1.967.126 96.004 51.647 4,88 2,63 1.987.484 39.529 4.996 1,99 0,25 13 Jawa Tengah 1.804.697 60.514 33.792 3,35 1,87 1.815.981 43.789 13.310 2,41 0,73 14 DI Yogyakarta 154.019 178 24 0,12 0,02 164.596 911 72 0,55 0,04 15 Jawa Timur 2.029.115 16.179 5.263 0,80 0,26 2.074.500 54.962 12.017 2,65 0,58 16 Banten 368.237 16.572 5.789 4,50 1,57 376.014 30.411 8.454 8,09 2,25 17 B a l i 134.409 - - - - 146.284 44 7 0,03 0,00 18 Nusa Tenggara Barat 417.075 4.207 350 1,01 0,08 446.406 4.547 1.912 1,02 0,43 19 Nusa Tenggara Timur 241.015 37 24 0,02 0,01 246.281 1.026 676 0,42 0,27 20 Kalimantan Barat 451.589 202 98 0,04 0,02 480.594 15.056 317 3,13 0,07 21 Kalimantan Tengah 243.406 1.719 15 0,71 0,01 246.549 4.011 613 1,63 0,25 22 Kalimantan Selatan 493.198 10.049 1.722 2,04 0,35 467.610 17.629 2 3,77 0,00 23 Kalimantan Timur 114.974 1.750 659 1,52 0,57 137.994 2.123 502 1,54 0,36 24 Sulawesi Utara 121.445 - - - - 127.501 - - - - 25 Sulawesi Tengah 212.541 384 29 0,18 0,01 224.916 127 27 0,06 0,01 26 Sulawesi Selatan 982.335 4.871 215 0,50 0,02 1.036.114 123 16 0,01 0,00 27 Sulawesi Tenggara 135.907 15.066 4.925 11,09 3,62 148.705 66.410 19.029 44,66 12,80 28 Gorontalo 62.276 336 74 0,54 0,12 60.396 15.939 914 26,39 1,51 29 Sulawesi Barat 84.669 244-0,29-94.634 2.284 12 2,41 0,01 30 M a l u k u 19.010 - - - - 28.070 - - - - 31 Maluku Utara 15.979 20-0,13-22.821 535 33 2,34 0,14 32 Papua Barat 6.271 16-0,25-7.664 37 18 0,48 0,24 33 Papua 37.754 - - - - 53.984 - - - - Jumlah 13.569.481 338.378 141.045 2,49 1,04 13.907.248 408.812 88.265 2,94 0,63 Padi 2013 66

Lanjutan lampiran 2. (Ha) Jagung 2014 2013 No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 52.326 2.019 518 3,86 0,99 46.281 913 175 1,97 0,38 2 Sumatera Utara 230.697 393 92 0,17 0,04 218.319 521 78 0,24 0,04 3 Sumatera Barat 94.765 135 10 0,14 0,01 88.427 444 167 0,50 0,19 4 R i a u 13.311 92 15 0,69 0,12 14.071 108 21 0,77 0,15 5 J a m b i 9.517 150 74 1,58 0,78 7.378 100 49 1,35 0,66 6 Sumatera Selatan 35.545 208 34 0,59 0,10 29.798 152 25 0,51 0,08 7 Bengkulu 16.638 - - - - 22.867 5-0,02-8 Lampung 339.657 26 5 0,01 0,00 351.523 388 51 0,11 0,01 9 Kep. Bangka Belitung 657 - - - - 771 - - - - 10 Kep. Riau 594 - - - - 573 - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 158.306 - - - - 156.268 - - - - 13 Jawa Tengah 554.237 1.057 335 0,19 0,06 527.740 444 125 0,08 0,02 14 DI Yogyakarta 71.481 - - - - 76.684 - - - - 15 Jawa Timur 1.213.360 530 444 0,04 0,04 1.203.661 4.449 1.930 0,37 0,16 16 Banten 6.182 - - - - 6.093 - - - - 17 B a l i 19.355 - - - - 19.868 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 141.475 1.160 6 0,82 0,00 134.952 508 129 0,38 0,10 19 Nusa Tenggara Timur 289.747 94 45 0,03 0,02 276.230 1.525 1.326 0,55 0,48 20 Kalimantan Barat 38.339 - - - - 44.434 - - - - 21 Kalimantan Tengah 4.748 - - - - 3.687 4 4 0,09 0,09 22 Kalimantan Selatan 20.578 45 11 0,22 0,05 20.667 517-2,50-23 Kalimantan Timur 7.221 - - - - 6.561 - - - - 24 Sulawesi Utara 127.655 - - - - 128.974 - - - - 25 Sulawesi Tengah 39.813 28 14 0,07 0,04 42.472 1 0 0,00 0,00 26 Sulawesi Selatan 277.711 21 7 0,01 0,00 284.191 23 3 0,01 0,00 27 Sulawesi Tenggara 25.980 4.735 1.692 18,23 6,51 31.559 7.094 3.682 22,48 11,67 28 Gorontalo 135.307 - - - - 142.030 390 330 0,27 0,23 29 Sulawesi Barat 23.026 - - - - 30.726 508 40 1,65 0,13 30 M a l u k u 3.570 - - - - 5.800 - - - - 31 Maluku Utara 3.476 - - - - 11.117 - - - - 32 Papua Barat 1.660 - - - - 1.966 2 2 0,10 0,10 33 Papua 3.951 - - - - 3.783 - - - - Jumlah 3.960.885 10.693 3.300 0,27 0,08 3.939.471 18.095 8.136 0,46 0,21 67

Lanjutan lampiran 2. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Kedelai 2014 2013 Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 50.765 2.259 1.164 4,45 2,29 41.270 211 74 0,51 0,18 2 Sumatera Utara 4.987 194 140 3,88 2,80 4.175 736 282 17,63 6,74 3 Sumatera Barat 662 3 0 0,38 0,04 858 - - - - 4 R i a u 2.075 109 27 5,25 1,30 2.231 425 386 19,06 17,30 5 J a m b i 6.354 172 89 2,70 1,40 2.969 60 48 2,02 1,62 6 Sumatera Selatan 8.625 - - - - 6.447 19 19 0,29 0,29 7 Bengkulu 5.225 - - - - 4.795 - - - - 8 Lampung 9.513 5 5 0,05 0,05 5.479 - - - - 9 Kep. Bangka Belitung 3 - - - - - - - - - 10 Kep. Riau 24 - - - - 26 - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 77.739 - - - - 45.131 226 30 0,50 0,07 13 Jawa Tengah 70.485 406 319 0,58 0,45 68.601 767 2 1,12 0,00 14 DI Yogyakarta 15.869 - - - - 20.336 52 14 0,26 0,07 15 Jawa Timur 209.071 45 38 0,02 0,02 203.083 225 1 0,11 0,00 16 Banten 6.679 21 8 0,31 0,12 10.003 - - - - 17 B a l i 5.508 - - - - 5.645 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 66.979 - - - - 89.710 781 685 0,87 0,76 19 Nusa Tenggara Timur 3.624 - - - - 1.551 - - - - 20 Kalimantan Barat 2.612 - - - - 1.628 - - - - 21 Kalimantan Tengah 1.443 - - - - 1.565 40 10 2,56 0,64 22 Kalimantan Selatan 7.595 59 46 0,77 0,60 2.407 14-0,56-23 Kalimantan Timur 1.026 - - - - 1.023 - - - - 24 Sulawesi Utara 5.281 - - - - 5.969 - - - - 25 Sulawesi Tengah 3.637 28-0,77-8.431 - - - - 26 Sulawesi Selatan 26.930 40 35 0,15 0,13 40.073 - - - - 27 Sulawesi Tenggara 7.557 179 156 2,37 2,06 3.681 1.542 226 41,89 6,14 28 Gorontalo 2.269 5 5 0,22 0,22 3.187 12 12 0,38 0,38 29 Sulawesi Barat 3.358 - - - - 1.644 - - - - 30 M a l u k u 316 - - - - 339 - - - - 31 Maluku Utara 394 - - - - 822 - - - - 32 Papua Barat 826 - - - - 570 2 2 0,31 0,31 33 Papua 2.928 - - - - 3.836 - - - - Jumlah 610.359 3.523 2.031 0,58 0,33 587.485 5.112 1.790 0,87 0,30 68

Lanjutan lampiran 2. (Ha) Kacang tanah 2014 2013 No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 2.322 66 3 2,84 0,13 3.130 158 29 5,05 0,93 2 Sumatera Utara 8.072 54 12 0,67 0,15 9.204 2 2 0,02 0,02 3 Sumatera Barat 5.028 4 2 0,08 0,03 5.990 59 4 0,99 0,07 4 R i a u 1.196 6 3 0,47 0,29 1.202 14 13 1,16 1,08 5 J a m b i 1.267 34 13 2,65 0,99 1.114 5 1 0,40 0,07 6 Sumatera Selatan 2.172 1 1 0,02 0,02 2.257 - - - - 7 Bengkulu 4.251 - - - - 4.618 - - - - 8 Lampung 6.264 - - - - 8.476 - - - - 9 Kep. Bangka Belitung 182 - - - - 302 - - - - 10 Kep. Riau 103 - - - - 145 - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 49.248 - - - - 51.046 - - - - 13 Jawa Tengah 92.340 43 1 0,05 0,00 88.552 79 13 0,09 0,01 14 DI Yogyakarta 69.110 - - - - 67.854 2 2 0,00 0,00 15 Jawa Timur 142.914 32-0,02-146.804 - - - - 16 Banten 8.785 - - - - 7.815 - - - - 17 B a l i 7.593 - - - - 8.159 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 24.478 - - - - 28.258 7 5 0,02 0,02 19 Nusa Tenggara Timur 13.222 - - - - 14.205 - - - - 20 Kalimantan Barat 1.043 - - - - 1.099 - - - - 21 Kalimantan Tengah 538 - - - - 511 - - - - 22 Kalimantan Selatan 7.680 - - - - 8.913 28 10 0,32 0,11 23 Kalimantan Timur 1.356 - - - - 1.336 - - - - 24 Sulawesi Utara 4.934 - - - - 7.047 - - - - 25 Sulawesi Tengah 3.673 5 3 0,12 0,07 3.883 - - - - 26 Sulawesi Selatan 23.272 - - - - 20.315 - - - - 27 Sulawesi Tenggara 5.524 - - - - 7.290 32-0,44-28 Gorontalo 912 - - - - 1.118 50 50 4,47 4,47 29 Sulawesi Barat 489 - - - - 461 5-1,00-30 M a l u k u 1.079 - - - - 1.308 - - - - 31 Maluku Utara 1.638 - - - - 4.071 - - - - 32 Papua Barat 487 - - - - 784 4 4 0,51 0,51 33 Papua 1.766 - - - - 2.139 - - - - Jumlah 492.938 243 37 0,05 0,01 509.406 445 133 0,09 0,03 69

Lanjutan lampiran 2. (Ha) Kacang hijau 2014 2013 No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 1.218 1-0,08-949 6 2 0,63 0,21 2 Sumatera Utara 2.558 1-0,04-2.394 120 75 5,00 3,12 3 Sumatera Barat 433 - - - - 518 - - - - 4 R i a u 618 2 1 0,35 0,16 546 2 2 0,38 0,38 5 J a m b i 160 - - - - 226 - - - - 6 Sumatera Selatan 814 - - - - 1.318 16 10 1,21 0,76 7 Bengkulu 1.118 - - - - 1.358 - - - - 8 Lampung 2.510 - - - - 2.737 - - - - 9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - 10 Kep. Riau - - - - - - - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 10.576 - - - - 7.710 - - - - 13 Jawa Tengah 83.349 - - - - 59.584 99-0,17-14 DI Yogyakarta 427 - - - - 526 - - - - 15 Jawa Timur 49.793 - - - - 48.013 - - - - 16 Banten 1.151 - - - - 838 - - - - 17 B a l i 774 - - - - 820 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 16.739 - - - - 19.579 - - - - 19 Nusa Tenggara Timur 10.926 - - - - 11.678 509 112 4,36 0,96 20 Kalimantan Barat 1.207 - - - - 1.133 - - - - 21 Kalimantan Tengah 93 - - - - 91 - - - - 22 Kalimantan Selatan 695 - - - - 679 5-0,74-23 Kalimantan Timur 421 - - - - 417 - - - - 24 Sulawesi Utara 932 - - - - 1.305 - - - - 25 Sulawesi Tengah 684 - - - - 1.029 - - - - 26 Sulawesi Selatan 21.577 - - - - 15.543 - - - - 27 Sulawesi Tenggara 1.327 32 32 2,41 2,41 1.759 34 32 1,93 1,82 28 Gorontalo 98 - - - - 123 - - - - 29 Sulawesi Barat 276 - - - - 374 - - - - 30 M a l u k u 462 - - - - 883 - - - - 31 Maluku Utara 404 - - - - 272 - - - - 32 Papua Barat 151 - - - - 228 - - - - 33 Papua 277 - - - - 748 - - - - Jumlah 211.768 36 33 0,02 0,02 183.378 791 233 0,43 0,13 70

Lanjutan lampiran 2. (Ha) Ubi kayu 2014 2013 No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 2.210 16 2 0,72 0,09 2.898 10-0,35-2 Sumatera Utara 41.533 18 14 0,04 0,03 54.292 30 14 0,06 0,03 3 Sumatera Barat 5.520 1 1 0,02 0,02 5.585 2 2 0,03 0,03 4 R i a u 3.784 91 62 2,42 1,63 4.236 24 11 0,57 0,26 5 J a m b i 2.418 3 1 0,12 0,04 2.214 39 3 1,76 0,15 6 Sumatera Selatan 10.172 2 2 0,01 0,01 9.579 - - - - 7 Bengkulu 4.381 - - - - 4.947 - - - - 8 Lampung 287.811 117 40 0,04 0,01 344.929 2-0,00-9 Kep. Bangka Belitung 1.852 - - - - 980 - - - - 10 Kep. Riau 500 - - - - 707 - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 89.829 - - - - 93.083 - - - - 13 Jawa Tengah 152.634 1 1 0,00 0,00 151.728 3-0,00-14 DI Yogyakarta 56.026 - - - - 55.924 - - - - 15 Jawa Timur 152.644 - - - - 163.087 - - - - 16 Banten 5.208 - - - - 5.834 - - - - 17 B a l i 7.899 - - - - 8.238 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 5.015 - - - - 4.018 - - - - 19 Nusa Tenggara Timur 62.263 6 1 0,01 0,00 71.649 275 219 0,38 0,31 20 Kalimantan Barat 12.812 - - - - 11.325 - - - - 21 Kalimantan Tengah 3.203 - - - - 3.666 - - - - 22 Kalimantan Selatan 3.756 5-0,12-4.410 - - - - 23 Kalimantan Timur 4.732 - - - - 4.939 - - - - 24 Sulawesi Utara 2.925 - - - - 4.175 - - - - 25 Sulawesi Tengah 3.719 - - - - 3.800 - - - - 26 Sulawesi Selatan 22.287 - - - - 20.396 - - - - 27 Sulawesi Tenggara 7.937 - - - - 9.958 - - - - 28 Gorontalo 229 - - - - 376 10 10 2,66 2,66 29 Sulawesi Barat 1.278 - - - - 1.603 - - - - 30 M a l u k u 4.807 - - - - 4.864 - - - - 31 Maluku Utara 4.695 - - - - 9.232 - - - - 32 Papua Barat 918 - - - - 1.481 - - - - 33 Papua 3.859 - - - - 3.168 - - - - Jumlah 968.856 259 123 0,03 0,01 1.067.321 395 259 0,04 0,02 71

Lanjutan lampiran 2. (Ha) Ubi jalar 2014 2013 No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 788 - - - - 1.085 - - - - 2 Sumatera Utara 850 - - - - 10.042 - - - - 3 Sumatera Barat 10.453 - - - - 4.598 - - - - 4 R i a u 5.513 1 1 0,01 0,01 1.031 - - - - 5 J a m b i 987 2-0,19-2.673 - - - - 6 Sumatera Selatan 2.952 - - - - 2.019 - - - - 7 Bengkulu 1.943 - - - - 3.649 - - - - 8 Lampung 3.667 - - - - 4.548 - - - - 9 Kep. Bangka Belitung 4.075 - - - - 376 - - - - 10 Kep. Riau 337 - - - - 215 - - - - 11 DKI Jakarta 165 - - - - - - - - - 12 Jawa Barat - - - - - 25.561 - - - - 13 Jawa Tengah 25.577 109-0,43-9.474 - - - - 14 DI Yogyakarta 7.881 - - - - 446 - - - - 15 Jawa Timur 406 - - - - 16.365 - - - - 16 Banten 13.951 - - - - 2.272 - - - - 17 B a l i 1.841 - - - - 4.688 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 4.093 - - - - 957 - - - - 19 Nusa Tenggara Timur 1.187 - - - - 9.092 - - - - 20 Kalimantan Barat 8.449 - - - - 1.796 - - - - 21 Kalimantan Tengah 1.788 - - - - 1.328 - - - - 22 Kalimantan Selatan 1.227 3-0,24-1.499 11-0,73-23 Kalimantan Timur 1.696 - - - - 1.549 - - - - 24 Sulawesi Utara 1.440 - - - - 3.483 - - - - 25 Sulawesi Tengah 3.084 - - - - 2.036 - - - - 26 Sulawesi Selatan 1.750 - - - - 4.884 - - - - 27 Sulawesi Tenggara 4.817 - - - - 3.107 - - - - 28 Gorontalo 2.447 - - - - 219 - - - - 29 Sulawesi Barat 176 - - - - 688 - - - - 30 M a l u k u 535 - - - - 1.950 - - - - 31 Maluku Utara 1.756 - - - - 3.766 - - - - 32 Papua Barat 2.748 - - - - 1.785 - - - - 33 Papua 900 - - - - 31.481 - - - - Jumlah 119.479 115 1 0,10 0,00 158.662 11-0,01-72

Lanjutan lampiran 2. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Pangan 2014 2013 Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 549.162 56.821 24.897 10,35 4,53 493.500 40.872 10.213 8,28 2,07 2 Sumatera Utara 1.013.289 10.646 1.422 1,05 0,14 1.037.466 19.990 4.329 1,93 0,42 3 Sumatera Barat 615.714 2.457 364 0,40 0,06 597.355 3.781 630 0,63 0,11 4 R i a u 142.927 4.798 1.493 3,36 1,04 148.094 7.105 1.614 4,80 1,09 5 J a m b i 160.283 4.681 1.081 2,92 0,67 173.102 10.239 2.767 5,91 1,60 6 Sumatera Selatan 854.925 27.439 4.594 3,21 0,54 837.731 13.499 1.794 1,61 0,21 7 Bengkulu 166.408 46-0,03-190.164 387 117 0,20 0,06 8 Lampung 1.261.312 8.772 4.758 0,70 0,38 1.373.654 17.897 5.340 1,30 0,39 9 Kep. Bangka Belitung 19.105 290-1,52-12.657 - - - - 10 Kep. Riau 1.776 - - - - 2.100 - - - - 11 DKI Jakarta 1.670 263 140 15,75 8,38 1.672 121 77 7,24 4,61 12 Jawa Barat 2.352.824 96.004 51.647 4,08 2,20 2.366.283 39.755 5.026 1,68 0,21 13 Jawa Tengah 2.783.319 62.131 34.447 2,23 1,24 2.721.660 45.181 13.450 1,66 0,49 14 DI Yogyakarta 374.813 178 24 0,05 0,01 386.366 965 88 0,25 0,02 15 Jawa Timur 3.797.303 16.786 5.745 0,44 0,15 3.855.513 59.636 13.947 1,55 0,36 16 Banten 410.193 16.593 5.797 4,05 1,41 408.869 30.411 8.454 7,44 2,07 17 B a l i 177.379 - - - - 193.702 44 7 0,02 0,00 18 Nusa Tenggara Barat 675.854 5.367 355 0,79 0,05 723.880 5.843 2.731 0,81 0,38 19 Nusa Tenggara Timur 621.984 137 69 0,02 0,01 630.686 3.335 2.333 0,53 0,37 20 Kalimantan Barat 516.051 202 98 0,04 0,02 542.009 15.056 317 2,78 0,06 21 Kalimantan Tengah 255.219 1.719 15 0,67 0,01 257.397 4.054 626 1,58 0,24 22 Kalimantan Selatan 534.729 10.160 1.778 1,90 0,33 506.185 18.203 12 3,60 0,00 23 Kalimantan Timur 131.426 1.750 659 1,33 0,50 153.819 2.123 502 1,38 0,33 24 Sulawesi Utara 264.612 - - - - 278.454 - - - - 25 Sulawesi Tengah 267.151 445 46 0,17 0,02 286.567 128 27 0,04 0,01 26 Sulawesi Selatan 1.355.862 4.932 257 0,36 0,02 1.421.516 146 19 0,01 0,00 27 Sulawesi Tenggara 189.049 20.012 6.805 10,59 3,60 206.059 75.112 22.969 36,45 11,15 28 Gorontalo 203.538 341 79 0,17 0,04 207.449 16.401 1.316 7,91 0,63 29 Sulawesi Barat 113.272 244-0,22-130.130 2.797 52 2,15 0,04 30 M a l u k u 29.779 - - - - 43.214 - - - - 31 Maluku Utara 28.342 20-0,07-52.101 535 33 1,03 0,06 32 Papua Barat 13.061 16-0,12-14.478 45 26 0,31 0,18 33 Papua 51.435 - - - - 99.139 - - - - Jumlah 19.933.766 353.248 146.568 1,77 0,74 20.352.971 433.660 98.815 2,13 0,49 73

Lampiran 3. RASIO LUAS KEKERINGAN TERHADAP LUAS TANAM PADA TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 DAN TAHUN 2013 (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) 2014 Luas kekeringan Luas kekeringan % Lk thdp Lt Luas Tanam % Lk thdp Lt (Lk) (Lk) (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 439.533 65.934 6.389 15,00 1,45 397.887 5.114 502 1,29 0,13 2 Sumatera Utara 724.592 12.878 282 1,78 0,04 739.040 4.550-0,62-3 Sumatera Barat 498.853 6.210 1.093 1,24 0,22 491.379 373 6 0,08 0,00 4 R i a u 116.430 4.633 19 3,98 0,02 124.777 702 83 0,56 0,07 5 J a m b i 139.580 5.161 385 3,70 0,28 156.528 138-0,09-6 Sumatera Selatan 794.645 701 15 0,09 0,00 786.313 - - - - 7 Bengkulu 132.852 10-0,01-147.930 - - - - 8 Lampung 611.890 2.667 138 0,44 0,02 655.962 2.783 14 0,42 0,00 9 Kep. Bangka Belitung 12.336 61-0,49-10.228 - - - - 10 Kep. Riau 218 - - - - 434 - - - - 11 DKI Jakarta 1.505 - - - - 1.672 - - - - 12 Jawa Barat 1.967.126 12.995 1.770 0,66 0,09 1.987.484 8.997 168 0,45 0,01 13 Jawa Tengah 1.804.697 13.507 3.455 0,75 0,19 1.815.981 3.145 224 0,17 0,01 14 DI Yogyakarta 154.019 1.077 111 0,70 0,07 164.596 390 57 0,24 0,03 15 Jawa Timur 2.029.115 8.082 727 0,40 0,04 2.074.500 8.727 1.806 0,42 0,09 16 Banten 368.237 941 302 0,26 0,08 376.014 188 114 0,05 0,03 17 B a l i 134.409 1.720 67 1,28 0,05 146.284 182-0,12-18 Nusa Tenggara Barat 417.075 12.711 557 3,05 0,13 446.406 5.242 180 1,17 0,04 19 Nusa Tenggara Timur 241.015 5.840 822 2,42 0,34 246.281 799 4 0,32 0,00 20 Kalimantan Barat 451.589 19.975 9.161 4,42 2,03 480.594 1.830-0,38-21 Kalimantan Tengah 243.406 5.941 506 2,44 0,21 246.549 1.028 31 0,42 0,01 22 Kalimantan Selatan 493.198 2.403 598 0,49 0,12 467.610 5-0,00-23 Kalimantan Timur 114.974 505 52 0,44 0,05 137.994 58-0,04-24 Sulawesi Utara 121.445 - - - - 127.501 - - - - 25 Sulawesi Tengah 212.541 106 9 0,05 0,00 224.916 9-0,00-26 Sulawesi Selatan 982.335 4.615 1.263 0,47 0,13 1.036.114 199 65 0,02 0,01 27 Sulawesi Tenggara 135.907 18.769 2.910 13,81 2,14 148.705 4.214 346 2,83 0,23 28 Gorontalo 62.276 5.716 3.099 9,18 4,98 60.396 712 119 1,18 0,20 29 Sulawesi Barat 84.669 1.114 351 1,32 0,41 94.634 3-0,00-30 M a l u k u 19.010 99 10 0,52 0,05 28.070 - - - - 31 Maluku Utara 15.979 1.339 1.319 8,38 8,25 22.821 - - - - 32 Papua Barat 6.271 549 15 8,75 0,24 7.664 1-0,01-33 Papua 37.754 91-0,24-53.984 - - - - Jumlah 13.569.481 216.345 35.423 1,59 0,26 13.907.248 49.389 3.718 0,36 0,03 Padi 2013 74

Lanjutan lampiran 3. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas kekeringan Luas kekeringan % Lk thdp Lt Luas Tanam % Lk thdp Lt (Lk) (Lk) (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 52.326 1.232-2,35-46.281 362-0,78-2 Sumatera Utara 230.697 2.762-1,20-218.319 2.095-0,96-3 Sumatera Barat 94.765 66 16 0,07 0,02 88.427 - - - - 4 R i a u 13.311 2-0,02-14.071 26-0,18-5 J a m b i 9.517 38-0,40-7.378 - - - - 6 Sumatera Selatan 35.545 2-0,01-29.798 - - - - 7 Bengkulu 16.638 - - - - 22.867 - - - - 8 Lampung 339.657 160 6 0,05 0,00 351.523 364-0,10-9 Kep. Bangka Belitung 657 - - - - 771 - - - - 10 Kep. Riau 594 - - - - 573 - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 158.306 - - - - 156.268 - - - - 13 Jawa Tengah 554.237 1.987 4 0,36 0,00 527.740 5.865-1,11-14 DI Yogyakarta 71.481 96-0,13-76.684 11-0,01-15 Jawa Timur 1.213.360 694 369 0,06 0,03 1.203.661 1.170 212 0,10 0,02 16 Banten 6.182 - - - - 6.093 - - - - 17 B a l i 19.355 89 32 0,46 0,16 19.868 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 141.475 1.133 1 0,80 0,00 134.952 667 23 0,49 0,02 19 Nusa Tenggara Timur 289.747 5.213 45 1,80 0,02 276.230 1.148 130 0,42 0,05 20 Kalimantan Barat 38.339 - - - - 44.434 8-0,02-21 Kalimantan Tengah 4.748 1-0,02-3.687 - - - - 22 Kalimantan Selatan 20.578 56-0,27-20.667 6-0,03-23 Kalimantan Timur 7.221 22 15 0,30 0,20 6.561 - - - - 24 Sulawesi Utara 127.655 - - - - 128.974 - - - - 25 Sulawesi Tengah 39.813 84-0,21-42.472 9-0,02-26 Sulawesi Selatan 277.711 1.151 252 0,41 0,09 284.191 - - - - 27 Sulawesi Tenggara 25.980 177 28 0,68 0,11 31.559 - - - - 28 Gorontalo 135.307 - - - - 142.030 - - - - 29 Sulawesi Barat 23.026 5.602 1.539 24,33 6,68 30.726 - - - - 30 M a l u k u 3.570 - - - - 5.800 - - - - 31 Maluku Utara 3.476 - - - - 11.117 - - - - 32 Papua Barat 1.660 13-0,78-1.966 2-0,10-33 Papua 3.951 2-0,04-3.783 - - - - Jagung 2014 2013 Jumlah 3.960.885 20.581 2.306 0,52 0,06 3.939.471 11.731 365 0,30 0,01 75

Lanjutan lampiran 3. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Kedelai 2014 2013 Luas kekeringan Luas kekeringan % Lk thdp Lt Luas Tanam % Lk thdp Lt (Lk) (Lk) (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 50.765 832 55 1,64 0,11 41.270 4-0,01-2 Sumatera Utara 4.987 87-1,74-4.175 - - - - 3 Sumatera Barat 662 - - - - 858 - - - - 4 R i a u 2.075 175 56 8,43 2,70 2.231 51-2,29-5 J a m b i 6.354 63 2 0,98 0,02 2.969 - - - - 6 Sumatera Selatan 8.625 270 15 3,13 0,17 6.447 - - - - 7 Bengkulu 5.225 - - - - 4.795 - - - - 8 Lampung 9.513 165-1,73-5.479 - - - - 9 Kep. Bangka Belitung 3 - - - - - - - - - 10 Kep. Riau 24 - - - - 26 - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 77.739 - - - - 45.131 - - - - 13 Jawa Tengah 70.485 432 9 0,61 0,01 68.601 37 10 0,05 0,01 14 DI Yogyakarta 15.869 - - - - 20.336 25-0,12-15 Jawa Timur 209.071 60-0,03-203.083 - - - - 16 Banten 6.679 10 8 0,15 0,12 10.003 - - - - 17 B a l i 5.508 - - - - 5.645 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 66.979 2.354 29 3,51 0,04 89.710 - - - - 19 Nusa Tenggara Timur 3.624 - - - - 1.551 - - - - 20 Kalimantan Barat 2.612 - - - - 1.628 - - - - 21 Kalimantan Tengah 1.443 59 50 4,09 3,47 1.565 - - - - 22 Kalimantan Selatan 7.595 111 2 1,46 0,03 2.407 3-0,10-23 Kalimantan Timur 1.026 - - - - 1.023 - - - - 24 Sulawesi Utara 5.281 - - - - 5.969 - - - - 25 Sulawesi Tengah 3.637 2-0,05-8.431 - - - - 26 Sulawesi Selatan 26.930 44 44 0,16 0,16 40.073 - - - - 27 Sulawesi Tenggara 7.557 - - - - 3.681 - - - - 28 Gorontalo 2.269 306 125 13,49 5,51 3.187 - - - - 29 Sulawesi Barat 3.358 - - - - 1.644 - - - - 30 M a l u k u 316 - - - - 339 - - - - 31 Maluku Utara 394 - - - - 822 - - - - 32 Papua Barat 826 - - - - 570 3-0,53-33 Papua 2.928 - - - - 3.836 - - - - Jumlah 610.359 4.969 395 0,81 0,06 587.485 123 10 0,02 0,00 76

Lanjutan lampiran 3. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Kacang tanah 2014 2013 Luas kekeringan Luas kekeringan % Lk thdp Lt % Lk thdp Lt (Lk) Luas Tanam (Lk) (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 2.322 - - - - 3.130 11-0,35-2 Sumatera Utara 8.072 27-0,33-9.204 - - - - 3 Sumatera Barat 5.028 - - - - 5.990 - - - - 4 R i a u 1.196 - - - - 1.202 63-5,24-5 J a m b i 1.267 - - - - 1.114 - - - - 6 Sumatera Selatan 2.172 - - - - 2.257 - - - - 7 Bengkulu 4.251 - - - - 4.618 - - - - 8 Lampung 6.264 - - - - 8.476 - - - - 9 Kep. Bangka Belitung 182 1 1 0,55 0,27 302 - - - - 10 Kep. Riau 103 - - - - 145 - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 49.248 - - - - 51.046 - - - - 13 Jawa Tengah 92.340 1-0,00-88.552 13-0,01-14 DI Yogyakarta 69.110 182 11 0,26 0,02 67.854 42-0,06-15 Jawa Timur 142.914 53-0,04-146.804 - - - - 16 Banten 8.785 - - - - 7.815 - - - - 17 B a l i 7.593 64 5 0,85 0,07 8.159 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 24.478 19-0,08-28.258 19-0,07-19 Nusa Tenggara Timur 13.222 - - - - 14.205 - - - - 20 Kalimantan Barat 1.043 - - - - 1.099 - - - - 21 Kalimantan Tengah 538 - - - - 511 - - - - 22 Kalimantan Selatan 7.680 1-0,01-8.913 2-0,02-23 Kalimantan Timur 1.356 3 2 0,22 0,11 1.336 - - - - 24 Sulawesi Utara 4.934 - - - - 7.047 - - - - 25 Sulawesi Tengah 3.673 - - - - 3.883 - - - - 26 Sulawesi Selatan 23.272 - - - - 20.315 - - - - 27 Sulawesi Tenggara 5.524 - - - - 7.290 - - - - 28 Gorontalo 912 - - - - 1.118 - - - - 29 Sulawesi Barat 489 - - - - 461 - - - - 30 M a l u k u 1.079 - - - - 1.308 - - - - 31 Maluku Utara 1.638 - - - - 4.071 - - - - 32 Papua Barat 487 2-0,45-784 1-0,13-33 Papua 1.766 - - - - 2.139 - - - - Jumlah 492.938 353 18 0,07 0,00 509.406 151-0,03-77

Lanjutan lampiran 3. (Ha) Kacang hijau 2014 2013 No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas kekeringan Luas kekeringan % Lk thdp Lt Luas Tanam % Lk thdp Lt (Lk) (Lk) (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 1.218 - - - - 949 - - - - 2 Sumatera Utara 2.558 - - - - 2.394 - - - - 3 Sumatera Barat 433 - - - - 518 - - - - 4 R i a u 618 - - - - 546 - - - - 5 J a m b i 160 - - - - 226 - - - - 6 Sumatera Selatan 814 - - - - 1.318 - - - - 7 Bengkulu 1.118 - - - - 1.358 - - - - 8 Lampung 2.510 - - - - 2.737 - - - - 9 Kep. Bangka Belitung - - - - - - - - - - 10 Kep. Riau - - - - - - - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 10.576 - - - - 7.710 4-0,05-13 Jawa Tengah 83.349 - - - - 59.584 4-0,01-14 DI Yogyakarta 427 1-0,12-526 - - - - 15 Jawa Timur 49.793 5-0,01-48.013 - - - - 16 Banten 1.151 - - - - 838 - - - - 17 B a l i 774 - - - - 820 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 16.739 - - - - 19.579 - - - - 19 Nusa Tenggara Timur 10.926 - - - - 11.678 - - - - 20 Kalimantan Barat 1.207 - - - - 1.133 - - - - 21 Kalimantan Tengah 93 - - - - 91 - - - - 22 Kalimantan Selatan 695 - - - - 679 - - - - 23 Kalimantan Timur 421 - - - - 417 - - - - 24 Sulawesi Utara 932 - - - - 1.305 - - - - 25 Sulawesi Tengah 684 - - - - 1.029 - - - - 26 Sulawesi Selatan 21.577 - - - - 15.543 - - - - 27 Sulawesi Tenggara 1.327 - - - - 1.759 - - - - 28 Gorontalo 98 - - - - 123 - - - - 29 Sulawesi Barat 276 - - - - 374 - - - - 30 M a l u k u 462 - - - - 883 - - - - 31 Maluku Utara 404 - - - - 272 - - - - 32 Papua Barat 151 - - - - 228 - - - - 33 Papua 277 - - - - 748 - - - - Jumlah 211.768 6-0,00-183.378 8-0,00-78

Lanjutan lampiran 3. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Ubi kayu 2014 2013 Luas kekeringan Luas kekeringan % Lk thdp Lt % Lk thdp Lt (Lk) Luas Tanam (Lk) (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 2.210 - - - - 2.898 - - - - 2 Sumatera Utara 41.533 37-0,09-54.292 - - - - 3 Sumatera Barat 5.520 - - - - 5.585 - - - - 4 R i a u 3.784 - - - - 4.236 - - - - 5 J a m b i 2.418 - - - - 2.214 - - - - 6 Sumatera Selatan 10.172 - - - - 9.579 - - - - 7 Bengkulu 4.381 - - - - 4.947 - - - - 8 Lampung 287.811 - - - - 344.929 - - - - 9 Kep. Bangka Belitung 1.852 - - - - 980 - - - - 10 Kep. Riau 500 - - - - 707 - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 89.829 - - - - 93.083 - - - - 13 Jawa Tengah 152.634 - - - - 151.728 - - - - 14 DI Yogyakarta 56.026 - - - - 55.924 - - - - 15 Jawa Timur 152.644 - - - - 163.087 - - - - 16 Banten 5.208 - - - - 5.834 - - - - 17 B a l i 7.899 - - - - 8.238 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 5.015 - - - - 4.018 - - - - 19 Nusa Tenggara Timur 62.263 395-0,63-71.649 - - - - 20 Kalimantan Barat 12.812 - - - - 11.325 - - - - 21 Kalimantan Tengah 3.203 - - - - 3.666 - - - - 22 Kalimantan Selatan 3.756 - - - - 4.410 - - - - 23 Kalimantan Timur 4.732 - - - - 4.939 - - - - 24 Sulawesi Utara 2.925 - - - - 4.175 - - - - 25 Sulawesi Tengah 3.719 - - - - 3.800 1-0,03-26 Sulawesi Selatan 22.287 - - - - 20.396 - - - - 27 Sulawesi Tenggara 7.937 - - - - 9.958 - - - - 28 Gorontalo 229 - - - - 376 - - - - 29 Sulawesi Barat 1.278 - - - - 1.603 - - - - 30 M a l u k u 4.807 2-0,04-4.864 - - - - 31 Maluku Utara 4.695 - - - - 9.232 - - - - 32 Papua Barat 918 - - - - 1.481 - - - - 33 Papua 3.859 - - - - 3.168 - - - - Jumlah 968.856 434-0,04-1.067.321 1-0,00-79

Lanjutan lampiran 3. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Ubi jalar 2014 2013 Luas kekeringan Luas kekeringan % Lk thdp Lt Luas Tanam % Lk thdp Lt (Lk) (Lk) (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 788 - - - - 1.085 - - - - 2 Sumatera Utara 850 100-11,76-10.042 - - - - 3 Sumatera Barat 10.453 1-0,00-4.598 - - - - 4 R i a u 5.513 - - - - 1.031 - - - - 5 J a m b i 987 - - - - 2.673 - - - - 6 Sumatera Selatan 2.952 - - - - 2.019 - - - - 7 Bengkulu 1.943 - - - - 3.649 - - - - 8 Lampung 3.667 - - - - 4.548 - - - - 9 Kep. Bangka Belitung 4.075 - - - - 376 - - - - 10 Kep. Riau 337 - - - - 215 - - - - 11 DKI Jakarta 165 - - - - - - - - - 12 Jawa Barat - - - - - 25.561 - - - - 13 Jawa Tengah 25.577 - - - - 9.474 - - - - 14 DI Yogyakarta 7.881 - - - - 446 - - - - 15 Jawa Timur 406 - - - - 16.365 - - - - 16 Banten 13.951 - - - - 2.272 - - - - 17 B a l i 1.841 - - - - 4.688 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 4.093 - - - - 957 - - - - 19 Nusa Tenggara Timur 1.187 - - - - 9.092 - - - - 20 Kalimantan Barat 8.449 - - - - 1.796 - - - - 21 Kalimantan Tengah 1.788 - - - - 1.328 - - - - 22 Kalimantan Selatan 1.227 - - - - 1.499 2-0,10-23 Kalimantan Timur 1.696 - - - - 1.549 - - - - 24 Sulawesi Utara 1.440 - - - - 3.483 - - - - 25 Sulawesi Tengah 3.084 - - - - 2.036 - - - - 26 Sulawesi Selatan 1.750 - - - - 4.884 - - - - 27 Sulawesi Tenggara 4.817 - - - - 3.107 - - - - 28 Gorontalo 2.447 - - - - 219 - - - - 29 Sulawesi Barat 176 - - - - 688 - - - - 30 M a l u k u 535 - - - - 1.950 - - - - 31 Maluku Utara 1.756 - - - - 3.766 - - - - 32 Papua Barat 2.748 - - - - 1.785 - - - - 33 Papua 900 - - - - 31.481 - - - - Jumlah 119.479 101-0,08-158.662 2-0,00-80

Lanjutan lampiran 3. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Pangan 2014 2013 Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt Luas Tanam Luas banjir (Lb) % Lb thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 549.162 67.998 6.444 12,38 1,17 493.500 5.491 502 1,11 0,10 2 Sumatera Utara 1.013.289 15.891 282 1,57 0,03 1.037.466 6.644-0,64-3 Sumatera Barat 615.714 6.277 1.110 1,02 0,18 597.355 373 6 0,06 0,00 4 R i a u 142.927 4.810 75 3,37 0,05 148.094 842 83 0,57 0,06 5 J a m b i 160.283 5.261 387 3,28 0,24 173.102 138-0,08-6 Sumatera Selatan 854.925 973 30 0,11 0,00 837.731 - - - - 7 Bengkulu 166.408 10-0,01-190.164 - - - - 8 Lampung 1.261.312 2.992 144 0,24 0,01 1.373.654 3.147 14 0,23 0,00 9 Kep. Bangka Belitung 19.105 62 1 0,32 0,00 12.657 - - - - 10 Kep. Riau 1.776 - - - - 2.100 - - - - 11 DKI Jakarta 1.670 - - - - 1.672 - - - - 12 Jawa Barat 2.352.824 12.995 1.770 0,55 0,08 2.366.283 9.001 168 0,38 0,01 13 Jawa Tengah 2.783.319 15.927 3.468 0,57 0,12 2.721.660 9.064 234 0,33 0,01 14 DI Yogyakarta 374.813 1.355 122 0,36 0,03 386.366 468 57 0,12 0,01 15 Jawa Timur 3.797.303 8.894 1.096 0,23 0,03 3.855.513 9.897 2.018 0,26 0,05 16 Banten 410.193 951 310 0,23 0,08 408.869 188 114 0,05 0,03 17 B a l i 177.379 1.873 104 1,06 0,06 193.702 182-0,09-18 Nusa Tenggara Barat 675.854 16.217 587 2,40 0,09 723.880 5.928 203 0,82 0,03 19 Nusa Tenggara Timur 621.984 11.448 867 1,84 0,14 630.686 1.947 134 0,31 0,02 20 Kalimantan Barat 516.051 19.975 9.161 3,87 1,78 542.009 1.838-0,34-21 Kalimantan Tengah 255.219 6.001 556 2,35 0,22 257.397 1.028 31 0,40 0,01 22 Kalimantan Selatan 534.729 2.571 600 0,48 0,11 506.185 16-0,00-23 Kalimantan Timur 131.426 530 69 0,40 0,05 153.819 58-0,04-24 Sulawesi Utara 264.612 - - - - 278.454 - - - - 25 Sulawesi Tengah 267.151 192 9 0,07 0,00 286.567 19-0,01-26 Sulawesi Selatan 1.355.862 5.810 1.559 0,43 0,11 1.421.516 199 65 0,01 0,00 27 Sulawesi Tenggara 189.049 18.946 2.938 10,02 1,55 206.059 4.214 346 2,05 0,17 28 Gorontalo 203.538 6.022 3.224 2,96 1,58 207.449 712 119 0,34 0,06 29 Sulawesi Barat 113.272 6.716 1.890 5,93 1,67 130.130 3-0,00-30 M a l u k u 29.779 101 10 0,34 0,03 43.214 - - - - 31 Maluku Utara 28.342 1.339 1.319 4,72 4,65 52.101 - - - - 32 Papua Barat 13.061 564 15 4,32 0,11 14.478 7-0,05-33 Papua 51.435 92-0,18-99.139 - - - - Jumlah 19.933.766 242.789 38.143 1,22 0,19 20.352.971 61.405 4.094 0,30 0,02 81

Lampiran 4. RASIO LUAS SERANGAN TERHADAP LUAS TANAM PADA TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 DAN TAHUN 2013 (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) 2014 Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 439.533 3.124-0,71-397.887 14.416 14 3,62 0,00 2 Sumatera Utara 724.592 5.917 15 0,82 0,00 739.040 5.589 4 0,76 0,00 3 Sumatera Barat 498.853 2.682 107 0,54 0,02 491.379 2.490 35 0,51 0,01 4 R i a u 116.430 1.426 4 1,22 0,00 124.777 2.333-1,87-5 J a m b i 139.580 612 22 0,44 0,02 156.528 905 5 0,58 0,00 6 Sumatera Selatan 794.645 14.346 362 1,81 0,05 786.313 19.854 44 2,53 0,01 7 Bengkulu 132.852 3.166-2,38-147.930 2.986 8 2,02 0,01 8 Lampung 611.890 15.963 37 2,61 0,01 655.962 14.071 5 2,15 0,00 9 Kep. Bangka Belitung 12.336 1.419 10 11,50 0,08 10.228 5.439 1 53,18 0,00 10 Kep. Riau 218 - - - - 434 - - - - 11 DKI Jakarta 1.505 45-2,96-1.672 408-24,41-12 Jawa Barat 1.967.126 111.679-5,68-1.987.484 102.286-5,15-13 Jawa Tengah 1.804.697 117.645 1.014 6,52 0,06 1.815.981 91.728 881 5,05 0,05 14 DI Yogyakarta 154.019 5.344 9 3,47 0,01 164.596 12.589-7,65-15 Jawa Timur 2.029.115 57.838 132 2,85 0,01 2.074.500 93.867 3.052 4,52 0,15 16 Banten 368.237 12.717 284 3,45 0,08 376.014 17.854 72 4,75 0,02 17 B a l i 134.409 3.285 1 2,44 0,00 146.284 5.042-3,45-18 Nusa Tenggara Barat 417.075 7.161-1,72-446.406 11.691 8 2,62 0,00 19 Nusa Tenggara Timur 241.015 4.974 70 2,06 0,03 246.281 11.673 12 4,74 0,00 20 Kalimantan Barat 451.589 2.370-0,52-480.594 4.485 61 0,93 0,01 21 Kalimantan Tengah 243.406 1.713 4 0,70 0,00 246.549 2.589 0 1,05 0,00 22 Kalimantan Selatan 493.198 3.708 1 0,75 0,00 467.610 1.021 1 0,22 0,00 23 Kalimantan Timur 114.974 5.670 89 4,93 0,08 137.994 3.733 16 2,71 0,01 24 Sulawesi Utara 121.445 2.322-1,91-127.501 3.075 38 2,41 0,03 25 Sulawesi Tengah 212.541 5.901-2,78-224.916 15.756-7,01-26 Sulawesi Selatan 982.335 21.915 46 2,23 0,00 1.036.114 25.651 10 2,48 0,00 27 Sulawesi Tenggara 135.907 19.062 120 14,03 0,09 148.705 20.008 131 13,45 0,09 28 Gorontalo 62.276 2.041-3,28-60.396 2.083-3,45-29 Sulawesi Barat 84.669 7.116 5 8,40 0,01 94.634 13.147 5 13,89 0,01 30 M a l u k u 19.010 460-2,42-28.070 901-3,21-31 Maluku Utara 15.979 1.016-6,36-22.821 629-2,76-32 Papua Barat 6.271 1.088 16 17,34 0,26 7.664 468 3 6,10 0,03 33 Papua 37.754 1.278 78 3,38 0,21 53.984 1.323 15 2,45 0,03 Jumlah 13.569.481 445.001 2.424 3,28 0,02 13.907.248 510.090 4.422 3,67 0,03 Padi 2013 82

Lanjutan lampiran 4. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 52.326 1.037-1,98-46.281 701-1,51-2 Sumatera Utara 230.697 1.022-0,44-218.319 850-0,39-3 Sumatera Barat 94.765 45-0,05-88.427 108 0 0,12 0,00 4 R i a u 13.311 236-1,77-14.071 186 2 1,32 0,01 5 J a m b i 9.517 52-0,55-7.378 58 0 0,78 0,00 6 Sumatera Selatan 35.545 277-0,78-29.798 244-0,82-7 Bengkulu 16.638 18-0,11-22.867 135-0,59-8 Lampung 339.657 1.762-0,52-351.523 1.447 2 0,41 0,00 9 Kep. Bangka Belitung 657 17-2,66-771 42-5,47-10 Kep. Riau 594 10-1,68-573 - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 158.306 1.462-0,92-156.268 1.322-0,85-13 Jawa Tengah 554.237 4.303-0,78-527.740 3.815 116 0,72 0,02 14 DI Yogyakarta 71.481 204-0,28-76.684 241-0,31-15 Jawa Timur 1.213.360 3.379 13 0,28 0,00 1.203.661 3.140 6 0,26 0,00 16 Banten 6.182 - - - - 6.093 - - - - 17 B a l i 19.355 1-0,01-19.868 10-0,05-18 Nusa Tenggara Barat 141.475 816-0,58-134.952 776-0,57-19 Nusa Tenggara Timur 289.747 1.981 28 0,68 0,01 276.230 1.322-0,48-20 Kalimantan Barat 38.339 148-0,38-44.434 465-1,05-21 Kalimantan Tengah 4.748 - - - - 3.687 5-0,13-22 Kalimantan Selatan 20.578 - - - - 20.667 5-0,02-23 Kalimantan Timur 7.221 224-3,10-6.561 414 1 6,31 0,01 24 Sulawesi Utara 127.655 972-0,76-128.974 1.261-0,98-25 Sulawesi Tengah 39.813 378-0,95-42.472 788-1,86-26 Sulawesi Selatan 277.711 1.146-0,41-284.191 2.577-0,91-27 Sulawesi Tenggara 25.980 870 1 3,35 0,00 31.559 1.040-3,29-28 Gorontalo 135.307 1.824-1,35-142.030 1.930-1,36-29 Sulawesi Barat 23.026 2.084-9,05-30.726 2.730-8,89-30 M a l u k u 3.570 114-3,18-5.800 84-1,45-31 Maluku Utara 3.476 140 0 4,03 0,00 11.117 61 0 0,55 0,00 32 Papua Barat 1.660 24-1,44-1.966 15-0,77-33 Papua 3.951 426-10,78-3.783 532-14,05 - Jumlah 3.960.885 24.971 42 0,63 0,00 3.939.471 26.302 127 0,67 0,00 Jagung 2014 2013 83

Lanjutan lampiran 4. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Kedelai 2014 2013 Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 50.765 3.534 10 6,96 0,02 41.270 911-2,21-2 Sumatera Utara 4.987 104-2,08-41.271 39-0,09-3 Sumatera Barat 662 0-0,06-41.272 5-0,01-4 R i a u 2.075 3-0,13-41.273 14-0,03-5 J a m b i 6.354 42-0,65-41.274 46-0,11-6 Sumatera Selatan 8.625 158-1,83-41.275 1-0,00-7 Bengkulu 5.225 1-0,02-41.276 2-0,00-8 Lampung 9.513 118-1,24-41.277 69-0,17-9 Kep. Bangka Belitung 3 - - - - 41.278 - - - - 10 Kep. Riau 24 - - - - 41.279 - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - 41.280 - - - - 12 Jawa Barat 77.739 935 9 1,20 0,01 41.281 274-0,66-13 Jawa Tengah 70.485 961-1,36-41.282 623-1,51-14 DI Yogyakarta 15.869 121-0,76-41.283 110-0,27-15 Jawa Timur 209.071 846-0,40-41.284 647-1,57-16 Banten 6.679 - - - - 41.285 - - - - 17 B a l i 5.508 14-0,25-41.286 7-0,02-18 Nusa Tenggara Barat 66.979 1.277 10 1,91 0,01 41.287 1.845-4,47-19 Nusa Tenggara Timur 3.624 79-2,18-41.288 146-0,35-20 Kalimantan Barat 2.612 201-7,70-41.289 103-0,25-21 Kalimantan Tengah 1.443 - - - - 41.290 - - - - 22 Kalimantan Selatan 7.595 - - - - 41.291 - - - - 23 Kalimantan Timur 1.026 3-0,29-41.292 11-0,03-24 Sulawesi Utara 5.281 18-0,34-41.293 2-0,00-25 Sulawesi Tengah 3.637 144-3,96-41.294 2.510-6,08-26 Sulawesi Selatan 26.930 307-1,14-41.295 113-0,27-27 Sulawesi Tenggara 7.557 340-4,50-41.296 637-1,54-28 Gorontalo 2.269 7-0,29-41.297 1-0,00-29 Sulawesi Barat 3.358 42-1,26-41.298 10-0,02-30 M a l u k u 316 - - - - 41.299 0-0,00-31 Maluku Utara 394 9-2,20-41.300 46 1 0,11 0,00 32 Papua Barat 826 78-9,48-41.301 1-0,00-33 Papua 2.928 103-3,52-41.302 165-0,40 - Jumlah 610.359 9.444 29 1,55 0,00 1.362.438 8.336 1 0,61 0,00 84

Lanjutan lampiran 4. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Kacang tanah 2014 2013 Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 2.322 275-11,84-3.130 497-15,88-2 Sumatera Utara 8.072 133-1,64-9.204 97-1,06-3 Sumatera Barat 5.028 20-0,41-5.990 32-0,53-4 R i a u 1.196 65-5,46-1.202 66 1 5,53 0,09 5 J a m b i 1.267 5 0 0,41 0,00 1.114 28 0 2,54 0,00 6 Sumatera Selatan 2.172 44-2,02-2.257 12-0,54-7 Bengkulu 4.251 28-0,66-4.618 20-0,43-8 Lampung 6.264 6-0,10-8.476 - - - - 9 Kep. Bangka Belitung 182 2-0,82-302 5-1,71-10 Kep. Riau 103 - - - - 145 - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 49.248 577-1,17-51.046 424-0,83-13 Jawa Tengah 92.340 223-0,24-88.552 108-0,12-14 DI Yogyakarta 69.110 279-0,40-67.854 254-0,37-15 Jawa Timur 142.914 715 3 0,50 0,00 146.804 1.176-0,80-16 Banten 8.785 1-0,01-7.815 - - - - 17 B a l i 7.593 8-0,11-8.159 37-0,45-18 Nusa Tenggara Barat 24.478 275-1,12-28.258 209-0,74-19 Nusa Tenggara Timur 13.222 15-0,11-14.205 140-0,98-20 Kalimantan Barat 1.043 - - - - 1.099 6-0,50-21 Kalimantan Tengah 538 - - - - 511 - - - - 22 Kalimantan Selatan 7.680 - - - - 8.913 - - - - 23 Kalimantan Timur 1.356 27-1,98-1.336 8-0,60-24 Sulawesi Utara 4.934 68-1,39-7.047 39 1 0,55 0,01 25 Sulawesi Tengah 3.673 - - - - 3.883 121-3,12-26 Sulawesi Selatan 23.272 22-0,09-20.315 13-0,06-27 Sulawesi Tenggara 5.524 154-2,79-7.290 227-3,11-28 Gorontalo 912 81-8,91-1.118 98-8,72-29 Sulawesi Barat 489 22-4,50-461 76-16,50-30 M a l u k u 1.079 11-0,99-1.308 4-0,28-31 Maluku Utara 1.638 18-1,11-4.071 - - - - 32 Papua Barat 487 2-0,31-784 1-0,08-33 Papua 1.766 25-1,42-2.139 30-1,41 - Jumlah 492.938 3.101 3 0,63 0,00 509.406 3.728 2 0,73 0,00 85

Lanjutan lampiran 4. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Kacang hijau 2014 2013 Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 1.218 - - - - 949 - - - - 2 Sumatera Utara 2.558 0-0,01-2.394 - - - - 3 Sumatera Barat 433 - - - - 518 1-0,16-4 R i a u 618 3-0,48-546 5-0,89-5 J a m b i 160 0-0,07-226 0-0,04-6 Sumatera Selatan 814 17-2,08-1.318 0-0,02-7 Bengkulu 1.118 - - - - 1.358 - - - - 8 Lampung 2.510 - - - - 2.737 - - - - 9 Kep. Bangka Belitung - 0 - - - - - - - - 10 Kep. Riau - - - - - - - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 10.576 101-0,95-7.710 210-2,72-13 Jawa Tengah 83.349 384-0,46-59.584 238-0,40-14 DI Yogyakarta 427 1-0,12-526 - - - - 15 Jawa Timur 49.793 106-0,21-48.013 56-0,12-16 Banten 1.151 - - - - 838 - - - - 17 B a l i 774 - - - - 820 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 16.739 64-0,38-19.579 4-0,02-19 Nusa Tenggara Timur 10.926 83-0,76-11.678 4-0,04-20 Kalimantan Barat 1.207 4-0,33-1.133 - - - - 21 Kalimantan Tengah 93 - - - - 91 - - - - 22 Kalimantan Selatan 695 - - - - 679 - - - - 23 Kalimantan Timur 421 - - - - 417 - - - - 24 Sulawesi Utara 932 11-1,13-1.305 12-0,92-25 Sulawesi Tengah 684 - - - - 1.029 1-0,10-26 Sulawesi Selatan 21.577 123-0,57-15.543 388-2,50-27 Sulawesi Tenggara 1.327 19-1,43-1.759 59-3,33-28 Gorontalo 98 - - - - 123 - - - - 29 Sulawesi Barat 276 39-13,99-374 18-4,70-30 M a l u k u 462 1-0,11-883 2-0,20-31 Maluku Utara 404 - - - - 272 - - - - 32 Papua Barat 151 1-0,66-228 - - - - 33 Papua 277 - - - - 748 - - - - Jumlah 211.768 955-0,45-183.378 997-0,54-86

Lanjutan lampiran 4. (Ha) No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Ubi kayu 2014 2013 Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 2.210 130-5,88-2.898 158-5,45-2 Sumatera Utara 41.533 204-0,49-54.292 69-0,13-3 Sumatera Barat 5.520 0-0,00-5.585 5-0,08-4 R i a u 3.784 289 1 7,64 0,01 4.236 182 6 4,29 0,14 5 J a m b i 2.418 37 1 1,54 0,03 2.214 71 2 3,20 0,10 6 Sumatera Selatan 10.172 293 11 2,88 0,10 9.579 151-1,58-7 Bengkulu 4.381 1-0,02-4.947 7-0,13-8 Lampung 287.811 - - - - 344.929 - - - - 9 Kep. Bangka Belitung 1.852 - - - - 980 - - - - 10 Kep. Riau 500 - - - - 707 - - - - 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 89.829 976-1,09-93.083 481-0,52-13 Jawa Tengah 152.634 481-0,32-151.728 75-0,05-14 DI Yogyakarta 56.026 6-0,01-55.924 30-0,05-15 Jawa Timur 152.644 299-0,20-163.087 180-0,11-16 Banten 5.208 - - - - 5.834 - - - - 17 B a l i 7.899 - - - - 8.238 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 5.015 - - - - 4.018 - - - - 19 Nusa Tenggara Timur 62.263 751-1,21-71.649 49-0,07-20 Kalimantan Barat 12.812 2-0,01-11.325 - - - - 21 Kalimantan Tengah 3.203 - - - - 3.666 - - - - 22 Kalimantan Selatan 3.756 - - - - 4.410 - - - - 23 Kalimantan Timur 4.732 230 2 4,86 0,04 4.939 281-5,69-24 Sulawesi Utara 2.925 202-6,90-4.175 227-5,44-25 Sulawesi Tengah 3.719 - - - - 3.800 - - - - 26 Sulawesi Selatan 22.287 3-0,01-20.396 33-0,16-27 Sulawesi Tenggara 7.937 642-8,09-9.958 603-6,05-28 Gorontalo 229 - - - - 376 - - - - 29 Sulawesi Barat 1.278 18-1,40-1.603 585-36,52-30 M a l u k u 4.807 50-1,03-4.864 48-0,99-31 Maluku Utara 4.695 - - - - 9.232 - - - - 32 Papua Barat 918 - - - - 1.481 8-0,51-33 Papua 3.859 0-0,01-3.168 - - - - Jumlah 968.856 4.613 14 0,48 0,00 1.067.321 3.242 8 0,30 0,00 87

Lanjutan lampiran 4. No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Ubi jalar 2014 2013 Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 788 18-2,28-1.085 9-0,83-2 Sumatera Utara 850 115-13,47-10.042 37-0,37-3 Sumatera Barat 10.453 - - - - 4.598 - - - - 4 R i a u 5.513 16-0,28-1.031 18-1,71-5 J a m b i 987 17-1,70-2.673 44 0 1,65 0,00 6 Sumatera Selatan 2.952 26-0,88-2.019 4-0,17-7 Bengkulu 1.943 - - - - 3.649 - - - - 8 Lampung 3.667 - - - - 4.548 - - - - 9 Kep. Bangka Belitung 4.075 - - - - 376 - - - - 10 Kep. Riau 337 - - - - 215 - - - - 11 DKI Jakarta 165 - - - - - - - - - 12 Jawa Barat - 50 - - - 25.561 42-0,16-13 Jawa Tengah 25.577 83-0,32-9.474 - - - - 14 DI Yogyakarta 7.881 - - - - 446 - - - - 15 Jawa Timur 406 16-4,05-16.365 4-0,02-16 Banten 13.951 - - - - 2.272 - - - - 17 B a l i 1.841 - - - - 4.688 - - - - 18 Nusa Tenggara Barat 4.093 - - - - 957 - - - - 19 Nusa Tenggara Timur 1.187 33-2,78-9.092 23-0,26-20 Kalimantan Barat 8.449 - - - - 1.796 - - - - 21 Kalimantan Tengah 1.788 - - - - 1.328 - - - - 22 Kalimantan Selatan 1.227 - - - - 1.499 - - - - 23 Kalimantan Timur 1.696 15-0,85-1.549 22-1,39-24 Sulawesi Utara 1.440 63-4,37-3.483 92-2,64-25 Sulawesi Tengah 3.084 - - - - 2.036 - - - - 26 Sulawesi Selatan 1.750 - - - - 4.884 - - - - 27 Sulawesi Tenggara 4.817 108-2,24-3.107 179-5,75-28 Gorontalo 2.447 - - - - 219 - - - - 29 Sulawesi Barat 176 2-1,34-688 34-5,01-30 M a l u k u 535 2-0,44-1.950 17-0,88-31 Maluku Utara 1.756 - - - - 3.766 - - - - 32 Papua Barat 2.748 22-0,78-1.785 6-0,32-33 Papua 900 0-0,03-31.481 6-0,02 - Jumlah 119.479 585-0,49-158.662 536 0 0,34 0,00 (Ha) 88

Lanjutan lampiran 4. No. Provinsi Luas Tanam (Lt) Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt Luas Tanam Luas serangan (Ls) % Ls thdp Lt (Lt) T P T P T P T P 1 Aceh 549.162 8.118 10 1,48 0,00 493.500 16.692 14 3,38 0,00 2 Sumatera Utara 1.013.289 7.494 15 0,74 0,00 1.074.562 6.682 4 0,62 0,00 3 Sumatera Barat 615.714 2.748 107 0,45 0,02 637.769 2.640 36 0,41 0,01 4 R i a u 142.927 2.037 5 1,43 0,00 187.136 2.803 9 1,50 0,00 5 J a m b i 160.283 765 23 0,48 0,01 211.407 1.152 8 0,54 0,00 6 Sumatera Selatan 854.925 15.160 373 1,77 0,04 872.559 20.267 44 2,32 0,01 7 Bengkulu 166.408 3.214-1,93-226.645 3.148 8 1,39 0,00 8 Lampung 1.261.312 17.849 37 1,42 0,00 1.409.452 15.587 7 1,11 0,00 9 Kep. Bangka Belitung 19.105 1.438 10 7,53 0,05 53.935 5.486 1 10,17 0,00 10 Kep. Riau 1.776 10-0,56-43.353 - - - - 11 DKI Jakarta 1.670 45-2,66-42.952 408 - - - 12 Jawa Barat 2.352.824 115.780 9 - - 2.362.433 105.039-4,45-13 Jawa Tengah 2.783.319 124.080 1.014 4,46 0,04 2.694.341 96.586 997 3,58 0,04 14 DI Yogyakarta 374.813 5.954 9 1,59 0,00 407.313 13.224-3,25-15 Jawa Timur 3.797.303 63.198 147 1,66 0,00 3.693.714 99.070 3.058 2,68 0,08 16 Banten 410.193 12.718 284 3,10 0,07 440.151 17.854 72 4,06 0,02 17 B a l i 177.379 3.308 1 1,86 0,00 229.343 5.096-2,22-18 Nusa Tenggara Barat 675.854 9.593 10 1,42 0,00 675.457 14.524 8 2,15 0,00 19 Nusa Tenggara Timur 621.984 7.916 97 1,27 0,02 670.423 13.358 12 1,99 0,00 20 Kalimantan Barat 516.051 2.724-0,53-581.670 5.058 61 0,87 0,01 21 Kalimantan Tengah 255.219 1.713 4 0,67 0,00 297.122 2.594 0 0,87 0,00 22 Kalimantan Selatan 534.729 3.708 1 0,69 0,00 545.069 1.026 1 0,19 0,00 23 Kalimantan Timur 131.426 6.169 91 4,69 0,07 194.088 4.469 17 2,30 0,01 24 Sulawesi Utara 264.612 3.656-1,38-313.778 4.708 39 1,50 0,01 25 Sulawesi Tengah 267.151 6.423-2,40-319.430 19.176-6,00-26 Sulawesi Selatan 1.355.862 23.517 46 1,73 0,00 1.422.738 28.775 10 2,02 0,00 27 Sulawesi Tenggara 189.049 21.195 121 11,21 0,06 243.674 22.751 131 9,34 0,05 28 Gorontalo 203.538 3.953-1,94-245.559 4.111-1,67-29 Sulawesi Barat 113.272 9.323 5 8,23 0,00 169.784 16.600 5 9,78 0,00 30 M a l u k u 29.779 636-2,14-84.174 1.056-1,25-31 Maluku Utara 28.342 1.183 0 4,17 0,00 92.579 736 1 0,80 0,00 32 Papua Barat 13.061 1.214 16 9,29 0,12 55.209 497 3 0,90 0,00 33 Papua 51.435 1.832 78 3,56 0,15 136.605 2.055 15 1,50 0,01 Pangan 2014 2013 Jumlah 19.933.766 488.670 2.511 2,45 0,01 21.127.924 553.231 4.559 2,62 0,02 (Ha) 89

Lampiran 5. RASIO LUAS SERANGAN TERHADAP LUAS TANAM PADA TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 DAN TAHUN 2013 (Nasional) (Ha) No I Komoditas Padi 2014 2013 Perubahan (+/-) 2012 dgn 2011 T P T P ha % ha % 1 Pgr batang padi 107.725 30 142.725 13 (35.001) (24,52) 17 136,23 2 WBC 87.318 1.018 64.408 2.764 22.910 35,57 (1.746) (63,17) 3 Tikus 137.860 1.093 151.684 1.423 (13.824) (9,11) (330) (23,19) 4 Blas 37.487 37 62.379 72 (24.892) (39,90) (36) (48,98) 5 BLB 65.294 19 78.644 7 (13.350) (16,97) 12 191,54 6 Tungro 9.317 228 10.250 144 (934) (9,11) 84 58,28 Jumlah 445.001 2.424 510.090 4.422 (65.090) (12,76) (1.997) (45,17) II Jagung 1 Pgr tongkol 3.902 1 4.430 0 (528) (11,91) 1 3.566,67 2 Pgr batang 5.654-6.207 1 (553) (8,91) (1) (100,00) 3 Ulat grayak 2.398 14 2.586 - (188) (7,28) 14-4 Lalat bibit 1.601-2.001 - (400) (20,01) - - 5 Bulai 5.155 26 4.401 110 754 17,13 (84) (76,22) 6 Tikus 6.261-6.677 16 (416) (6,23) (16) (100,00) Jumlah 24.971 42 26.302 127 (1.331) (5,06) (85) (67,25) III Kedelai 1 Ulat grayak 2.743-1.657-1.086 65,50 - - 2 Pgl daun 2.079 9 1.702 1 377 22,16 8 800,00 3 Lalat kacang 785-416 - 369 88,60 - - 4 Tikus 930 20 906-24 2,67 20 - Pgr polong 1.832-3.021 - (1.190) (39,37) - - Ulat jengkal 1.075-633 - 442 69,82 - - Jumlah 9.444 29 8.336 1 1.108 13,29 28 2.775,00 IV Kacang Tanah 1 Ulat grayak 397-235 1 163 69,30 (1) (100,00) 2 Pelipat daun 234-63 1 171 269,32 (1) (100,00) 3 Bck daun coklat 905-1.965 - (1.059) (53,92) - - 4 Babi 194 0 344 0 (150) (43,59) 0 50,00 5 Tikus 588-622 - (34) (5,47) - - 6 Karat 783 3 500-283 56,60 3 - Jumlah 3.101 3 3.728 2 (627) (16,81) 1 62,35 V Kacang Hijau 1 Penggerek polong 373-449 - (76) (16,92) - - 2 Lalat kacang 113-113 - (0) (0,32) - - 3 Ulat grayak 270-276 - (6) (2,35) - - 4 Tikus 199-159 - 41 25,67 - - Jumlah 955-997 - (42) (4,22) - - VI Ubi Kayu 1 Babi hutan 1.303 12 1.460 8 (156) (10,70) 4 45,05 2 Tungau merah 1.095-342 - 753 220,27 - - 3 Bercak daun coklat 1.385-736 - 650 88,34 - - 4 Tikus 830 2 705-125 17,66 2 - Jumlah 4.613 14 3.242 8 1.371 42,28 6 69,47 VII Ubi Jalar 1 Babi hutan 102-99 0 3 3,21 (0) (100,00) 2 Bercak daun coklat 23-44 - (22) (49,22) - - 3 Hama boleng 68-80 - (12) (14,71) - - 4 Tikus 392-312 - 80 25,65 - - Jumlah 585-536 0 50 9,26 (0) (100,00) 90

Lampiran 6. LUAS PENGENDALIAN PADA TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 (Ha) No. Provinsi Padi Jagung KedelaiKacang tanah Kacang hijau Ubi kayu Ubi jalar Total 1 Aceh 2.055 524 3.423 258 6 186 43 6.495 2 Sumatera Utara 44.311 2.389 63 439 0 950 725 48.878 3 Sumatera Barat 12.583 91 1 13-1 3 12.691 4 R i a u 9.691 593 17 67-419 28 10.816 5 J a m b i 739 39 34 5 0 16 11 844 6 Sumatera Selatan 14.374 184 190 14 12 104-14.878 7 Bengkulu 6.177 51 1 19-6 - 6.254 8 Lampung 23.551 2.583 353 - - 22-26.509 9 Kep. Bangka Belitung 2.657 26 - - - - - 2.683 10 Kep. Riau - - - - - - - - 11 DKI Jakarta 40 - - - - - - 40 12 Jawa Barat 451.745 1.745 1.485 669 198 303 63 456.208 13 Jawa Tengah 468.134 12.072 4.915 199 916 217 38 486.492 14 DI Yogyakarta 18.782 240 253 305 1 124-19.705 15 Jawa Timur 148.011 4.604 1.625 554 107 3-154.904 16 Banten 4.094 - - - - - - 4.094 17 Bali 7.938 1 13 9 - - - 7.961 18 Nusa Tenggara Barat 8.262 358 1.943 211 17 - - 10.792 19 Nusa Tenggara Timur 981 504-0 2 24 5 1.516 20 Kalimantan Barat 2.005 51 43 - - - - 2.099 21 Kalimantan Tengah 1.387 - - - - - - 1.387 22 Kalimantan Selatan 1.990 - - - - - - 1.990 23 Kalimantan Timur 20.492 143-0 - 27-20.661 24 Sulawesi Utara 2.187 163 3 10-85 - 2.448 25 Sulawesi Tengah 5.603 265 102 - - - - 5.970 26 Sulawesi Selatan 23.652 996 385 18 193 11-25.255 27 Sulawesi Tenggara 17.987 772 243 135 56 564 92 19.849 28 Gorontalo 2.480 1.397 14 40 - - - 3.930 29 Sulawesi Barat 6.850 571 14 4 7 64 2 7.512 30 Maluku 736 74-4 0 36 6 856 31 Maluku Utara 867 1 - - - - - 868 32 Papua Barat 2.899 116 77 - - - 27 3.119 33 Papua 2.048 107 178 8 - - - 2.341 Indonesia 1.315.308 30.659 15.375 2.981 1.516 3.162 1.043 1.370.045 91

Lampiran 7. REALISASI PELAKSANAAN SLPHT PADA TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 No. Propinsi Jumlah (Unit) Padi Jagung Kedelai Total Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % Rencana Realisasi % (Ha) 1 Aceh 41 41 100,00 3 3 100,00 6 6 100,00 50 50 100,0 2 Sumatera Utara 45 45 100,00 2 2 100,00 4 4 100,00 51 51 100,0 3 Sumatera Barat 28 28 100,00 3 3 100,00 - - - 31 31 100,0 4 R i a u 17 15 88,24 - - - - - 17 15 88,2 5 J a m b i 20 20 100,00 - - - - - - 20 20 100,0 6 Sumatera Selatan 47 47 100,00 2 2 100,00 - - - 49 49 100,0 7 Bengkulu 11 11 100,00 - - - - - 11 11 100,0 8 Lampung 29 29 100,00 2 2 100,00 1 1 100,00 32 32 100,0 9 Kep. Bangka Belitung 12 12 100,00 - - - - - - 12 12 100,0 10 Kep. Riau 1 1 100,00 - - - - - - 1 1 100,0 11 DKI Jakarta 2 2 100,00 - - - - - - 2 2 100,0 12 Jawa Barat 62 62 100,00 5 5 100,00 5 5 100,00 72 72 100,0 13 Jawa Tengah 63 63 100,00 3 3 100,00 5 5 100,00 71 71 100,0 14 DI. Yogyakarta 18 18 100,00 - - - 3 3 100,00 21 21 100,0 15 Jawa Timur 62 62 100,00 10 10 100,00 13 13 100,00 85 85 100,0 16 B a n t e n 34 34 100,00 2 2 100,00 1 1 100,00 37 37 100,0 17 B a l i 23 23 100,00 1 1 100,00 1 1 100,00 25 25 100,0 18 Nusa Tenggara Barat 26 26 100,00 2 2 100,00 2 2 100,00 30 30 100,0 19 Nusa Tenggara Timur 25 25 100,00 2 2 100,00 - - - 27 27 100,0 20 Kalimantan Barat 33 33 100,00 1 1 100,00 - - - 34 34 100,0 21 Kalimantan Tengah 16 16 100,00 1 1 100,00 - - - 17 17 100,0 22 Kalimantan Selatan 30 30 100,00 2 2 100,00 3 3 100,00 35 35 100,0 23 Kalimantan Timur 23 23 100,00 1 1 100,00 1 1 100,00 25 25 100,0 24 Sulawesi Utara 24 24 100,00 2 2 100,00 - - - 26 26 100,0 25 Sulawesi Tengah 30 30 100,00 1 1 100,00 - - - 31 31 100,0 26 Sulawesi Selatan ** 44 7 15,91 1 - - 1 - - 46 7 15,2 27 Sulawesi Tenggara 12 12 100,00 3 3 100,00 2 2 100,00 17 17 100,0 28 Gorontalo 12 12 100,00 4 4 100,00 - - - 16 16 100,0 29 Sulawesi Barat 26 26 100,00 2 2 100,00 1 1 100,00 29 29 100,0 30 Maluku 8 8 100,00 2 2 100,00 - - - 10 10 100,0 31 Maluku Utara 3 3 100,00 - - - - - - 3 3 100,0 32 Papua 13 10 76,92 - - - - - - 13 10 76,9 33 Papua Barat 8 8 100,00 - - - - - - 8 8 100,0 Jumlah (Unit) 848 806 95,05 57 56 98,25 49 48 97,96 954 910 95,39 92

Lampiran 8. REALISASI PELAKSANAAN SLI (SEKOLAH LAPANG IKLIM) PADA TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 No Propinsi Rencana Satu Tahun 2014 (unit) Realisasi s.d. Okt 2014 (unit) % Capaian Permasalahan 1 Aceh 5 5 100,0 2 Sumatera Utara 5 5 100,0 3 Sumatera Barat 5 5 100,0 4 R i a u 3 3 100,0 5 J a m b i 3 3 100,0 6 Sumatera Selatan 1 1 100,0 Penghematan 2 unit 7 Bengkulu 1 1 100,0 Penghematan 2 unit 8 Lampung 3 3 100,0 9 Kep. Bangka Belitung 0 0 0,0 10 Kep. Riau 0 0 0,0 11 DKI Jakarta 0 0 0,0 12 Jawa Barat 11 11 100,0 13 Jawa Tengah 11 11 100,0 14 DI. Yogyakarta 4 4 100,0 15 Jawa Timur 5 5 100,0 16 B a n t e n 7 7 100,0 17 B a l i 2 2 100,0 18 Nusa Tenggara Barat 3 3 100,0 Penghematan 2 unit 19 Nusa Tenggara Timur 4 4 100,0 20 Kalimantan Barat 4 4 100,0 21 Kalimantan Tengah 4 4 100,0 22 Kalimantan Selatan 2 2 100,0 23 Kalimantan Timur 5 2 40,0 3 unit tidak dilaksanakan 24 Sulawesi Utara 2 2 100,0 25 Sulawesi Tengah 3 3 100,0 26 Sulawesi Selatan ** 3 3 100,0 Penghematan 6 unit 27 Sulawesi Tenggara 2 2 100,0 Penghematan 1 unit 28 Gorontalo 4 4 100,0 29 Sulawesi Barat 1 1 100,0 30 Maluku 1 1 100,0 31 Maluku Utara 1 1 100,0 32 Papua 1 0 0,0 tdak berjalan 33 Papua Barat 1 1 100,0 Indonesia 107 103 96,3 93

Lampiran 9. PENGADAAN PERANGKAT PENGOLAH DATA DAN KOMUNIKASI TAHUN 2015 No Kegiatan I Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 1 Pengadaan sarana pendukung pengelolaan data DPI DPI 2 Sarana Pendukung Pengelolaan Data Teknologi Pengendalaian OPT POPT 3 Sarana pendukung pengelolaan ketatausahaan TU 4 Sarana Pendukung Pengolah Data Pengelolaan PHT PHT 5 Pengadaan Sarana Pendukung Pengolah Data OPT Data Penanggung Jawab 6 Pengadaan Sarana Pendukung Pengolah Data Fungsional POPT Fungsional Sarana Jumlah Laser Pointer 1 Laptop 2 Notebook 1 PC 2 Eksternal Hardisk 4 Kamera Digital 3 Printer portable 1 PC 6 Printer 3 Eksternal Hardisk 8 PC 2 Printer 1 Kamera 1 PC 1 Printer 1 Notebook 1 Eksternal Hardisk 2 94

Lampiran 10. PENGADAAN PERALATAN DAN FASILITAS PERKANTORAN TAHUN 2015 No II Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Kegiatan 1 Inventaris kantor penunjang kegiatan subdit DPI DPI Penanggung Jawab Sarana Jumlah Lemari arsip sliding kaca 1 Lemari arsip 1 TV 1 2 Inventaris Kantor Tim Perencanaan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan 3 Pengadaan Inventaris Kantor subdit TPOPT POPT Perencanaan 4 Sarana prasarana dan inventaris kantor Tata Usaha 5 Inventaris kantor penunjang kegiatan subdit Data OPT Data Lemari arsip 3 TV 1 Lemari 2 pintu 7 TV 40" 1 TV 30" 1 Dispenser 1 Mesin potong rumput 1 Vacum cleaner 1 AC Spilit 6 Lemari kaca 2 pintu 5 Lemari kaca 4 pintu 2 Lemari arsip 2 95

Lampiran 11. DAFTAR INVENTARIS KENDARAAN RODA 2 DAN 4 DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN No Jenis /Merk No Polisi Keterangan M O B I L 1 Minibus / Ford Escape B. 1850 SQO 2 Minibus / Toyota Kijang Innova B. 1158 SQP 3 Minibus / Toyota Kijang B. 2077 FQ 4 Minibus / Daihatsu Xenia B. 1699 WQ 5 Sedan / Toyota Soluna B. 2474 LQ 6 Dobel Kabin Isuzu D Max B. 9266 WQ 7 Dobel Kabin Isuzu D Max B. 9285 WQ M O T O R 1 Sepeda Motor / Honda GL 100 B. 8483 XP 2 Sepeda Motor / Honda GL 100 B. 8477 XP 3 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B. 6166 SQK 4 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B. 6412 SQL 5 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B. 6415 SQL 6 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B. 6121 SQK 7 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport B. 6413 SQL 8 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B. 6195 SQM 9 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B. 6358 SQK 10 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B. 6324 SQK 11 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B. 6364 SQK 12 Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek B. 6320 SQK 13 Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek T. 3061 FF Pinjam pakai BBPOPT 14 Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek T. 3062 FF Pinjam pakai BBPOPT 15 Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek T. 3063 FF Pinjam pakai BBPOPT 17 Sepeda Motor / Suzuki shogun 125 Bebek T. 3064 FF Pinjam pakai BBPOPT 18 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T. 3065 FF Pinjam pakai BBPOPT 19 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T. 3066 FF Pinjam pakai BBPOPT 20 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T. 3067 FF Pinjam pakai BBPOPT 21 Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport T. 3068 FF Pinjam pakai BBPOPT 96

Lampiran 12. DAFTAR PEGAWAI YANG NAIK PANGKAT PADA TAHUN 2015 Kenaikan Pangkat No Nama/NIP Dari Gol. Ke Gol. 1. Abriani Fensionita, SP, M.Si III/d IV/a 196910051998032000 01/04/2010 01/04/2014 2. Andriarti Kusumawardani, SP, MP III/c III/d 197509242002122000 01/04/2010 01/04/2014 3. Dwi Astuti Yuniasih, SP III/b III/c 197306142006042000 01/04/2010 01/04/2014 4. Yunita Fauziah Rahim, SP III/b III/c 197306262006042000 01/04/2010 01/04/2014 5. Nur Rahmi Endah Utami, SP III/b III/c 197905262006042000 01/04/2010 01/04/2014 6. Siti Haryati, SP III/b III/c 198204252006042000 01/04/2010 01/04/2014 7. Triana III/a III/b 196804061995032000 01/04/2010 01/04/2014 8. Yanti Suryanti II/c II/d 196803082001122000 01/04/2010 01/04/2014 9. Sri Hidayanti II/c II/d 197502192001122000 01/04/2010 01/04/2014 10. Hendri Sutrisno, A.Md II/c III/d 197904112009121000 01/04/2010 01/04/2014 11. Badra Eka Saputra II/b II/c 197606112006041000 01/04/2010 01/04/2014 12. Acep Herdiana, SP III/a III/b 197703072009011000 01/03/2010 01/04/2014 13. Santi Dewi Sri Irmayanti, SP III/a III/b 198103232009122000 01/04/2011 01/04/2014 14. Widiya Nawir, SP III/a III/b 198208152009122000 01/04/2011 01/04/2014 15. Nurbayana, S.P. III/a III/b 197401162000032000 01/10/2010 01/10/2014 16. Eko Setiyoko, S.P. III/a III/b 197510292003121000 01/10/2010 01/10/2014 17. Ahmad Jais, S.E. II/c III/a 196704042002121000 01/04/2011 01/10/2014 18 Ma unah Ambarwati, S.P, M.P. III/c III/d 197201291999032000 01/04/2011 01/10/2014 19 Syarifah, S.P. III/a III/b 198206252009122000 01/12/2009 01/10/2014 20 Mochamad Nurhidayat, S.P. III/b III/b 198002132009011000 Ahli Pertama Ahli Muda 97