I. PENDAHULUAN. Sektor agribisnis kelapa sawit (elais guineensis jacq) di Indonesia tercatat memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. Sektor Agribisnis Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia tercatat memiliki

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

I. PENDAHULUAN. dibangun di Tanah Itam Ulu Sumatera Utara. Pada tahun 1977 Pabrik. Oleokimia pertama dibangun di Tanggerang dan pola PIR pertama

III.Fisiologi Benih Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013).

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. Guineensis berasal dari Guinea (pantai barat Atrika), Jacq berasal dari nama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

VI.SISTEM PRODUKSI BENIH

MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah:

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. dan tajam. bentuk daunnya menyirip, tersusun rozet pada ujung batang (Hartono,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus, adapun

II. TINJAUAN PUSTAKA

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

II. TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq). Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari Afrika Barat.

TINJAUAN PUSTAKA Botani

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

NB: KERANGKA EKSEKUTIF PROPOSAL PKL DISUSUN MAKSIMAL 5 HALAMAN 1 SPASI (kecuali cover dan lembar pengesahan)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Tanaman Kelapa Sawit. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Guineensis berasal dari Guinea (Pantai barat Afrika). Jacq berasal dari nama. Kelapa sawit memiliki 36 kromosom, sedangkan menurut

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

II. Tinjauan Pustaka. dikonsumsi oleh setengah dari penduduk yang ada di bumi ini. Menurut Chevalier

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan bagian generatif. yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan,

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

= pemanen. Sistem Penunasan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Produksi Kelapa Sawit (Elaesis guineensis Jacq) hal yang memiliki potensi tertentu untuk di manfaatkan secara maksimal.

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit dalam sistematika diklasifikasikan dalam Ordo

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor agribisnis kelapa sawit (elais guineensis jacq) di Indonesia tercatat memiliki perkembangan yang sangat pesat. Hal ini terlihat dari luas areal kelapa sawit yang meningkat tajam sejak tahun 1968 hingga tahun 1997. Dimana pada periode tahun 1968-1997 tersebut, luas areal kelapa sawit meningkat hampir 21 kali lipat yaitu dari 120.000 ha pada tahun 1968 menjadi 2.516.079 ha pada tahun 1997. (Wijaksana dkk, 2003). Perkebunan kelapa sawit di Indonesia akan terus berkembang. Bahkan data terakhir menyebutkan, jumlah perkebunan kelapa sawit di Indonesia sudah mencapai 7,3 juta ha lebih. Dari jumlah itu, mampu menghasilkan sedikitnya 2.5 juta ton crude palm oil (CPO) per tahunnya. Perkembangan perkebunan kelapa sawit terjadi sejak dua tahun terahir, diperkirakan kedepannya akan jauh lebih pesat lagi. Bahkan, pada 2014 mendatang, jumlahnya bisa mencapai 10 juta ha lebih. (PPKS, Medan). Tanaman kelapa sawit akan berproduksi optimal tentunya tidak terlepas dari adanya pemeliharaan tanaman yang baik sejak dari fase dari Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) sampai pada fase Tanaman Menghasilkan (TM). Tanaman belum menghasilkan adalah tanaman yang dipelihara sejak bulan pertama penanaman sampai dipanen pada umur 30-36 bulan. Pemeliharaan masa tanaman belum menghasilkan merupakan lanjutan dan penyempurnaan dari pekerjaan pembukaan lahan dan persiapan untuk mendapatkan tanaman yang berkualitas prima. Selama masa tanaman belum menghasilkan diperlukan beberapa jenis pekerjaan pemeliharaan yang secara teratur harus dilaksanakan, diantaranya adalah penunasan dan kastrasi. Tanaman kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur 14 bulan, tergantung pertumbuhannya. Pada saat tersebut, bunga yang dihasilkan masih belum membentuk buah 1

sempurna sampai tanaman berumur sekitar 24 bulan sehingga tidak ekonomis untuk diolah oleh karena itu, semua bunga maupun buah yang keluar sampai dengan umur 24 bulan ini perlu di buang atau ablasi. Kastrasi merupakan pembuangan bunga jantan dan betina yang masih muda pada tahap pembaungan awal pada TBM, pada umur 14 20 bulan. Pemotongan bunga berlangsung selama 10 12 bulan dengan rotasi satu bulan sekali sebelum panen perdana. Bunga muda umumnya masih kecil dan belum sempurna (intermedier), sering gugur atau aborsi. Bunga ini tidak menguntungkan bila dipertahankan. (Soepadiyo) B. Perumusan Masalah Kastrasi merupakan aktifitas membuang semua produk generatif, yaitu bunga jantan/ betina pada saat masih berbentuk dompet untuk mendukung pertumbuhan vegetatif kelapa sawit. Terakhir tanaman dikastrasi adalah enam bulan sebelum pokok dipanen. Tindakan ini dimaksudkan untuk memulihkan penyerapan zat zat hara bagi pertumbuhan vegetatif, disamping tanaman akan menjadi lebih bersih dan mengurangi adanya serangan hama dan penyakit. Dengan adanya kastrasi ini maka, semua hasil zat zat unsur hara atau nutrisi tanaman yang diserap tanah oleh akar dari tanah, maka dapat dialihkan ke pertumbuhan vegetatif tanaman, sehingga tanaman lebih jagur dan seragam pertumbuhannya. Pada saat ini kastrasi sudah mulai ditinggalkan oleh perusahaan perkebunan karena biaya cukup besar dan dipakainya Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit (SPKS) Elaeidobius kamerucinus. Di Indonesia serangga tersebut mulai dilepas dengan izin pertanian pada tahun 2

1983. Meski demikian kastrasi dapat dilakukan secara selektif, misalnya hanya dilakukan pada tanaman yang pertumbuhannya terlambat, agar dapat mengejar ketertinggalanya. Dari hal tersebut diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang kajian biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan Kastrasi tanaman kelapa sawit (Elais guineensis Jacq). C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui biaya kastrasi pada tanaman kelapa sawit (Elais guineensis Jacq). D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi para pembaca dan penulis mengenai biaya untuk melakukan Kastrasi pada perkebunan kelapa sawit. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi Subdivisi Kelas Subkelas Ordo Famili : Tracheophyta : Pteropsida : Angiospermae : Monocotyledoneae : Spadiciplorae (Arecales) : Palmae (Aracaceae) 3

Subfamili Genus Spesies : Cocoideae : Elais : Elaeis guineensis Jacq. Varietas dari kelapa sawit cukup banyak dan diklasifikasikan dalam berbagai hal, antara lain : tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, warna buah, potensi produksi, rendemen minyak, dll. Berdasarkan tipe buah, spesies Elais guineensis Jacq dibedakan menjadi 3 tipe, sebagai berikut : 1. Nigrescens yaitu buahnya berwarna violet/ungu sampai hitam pada waktu muda dan menjadi jingga kehitaman pada waktu matang. 2. Virescens yaitu buahnya berwarna hijau pada waktu masih muda dan menjadi jingga kemerahan pada waktu matang, tetapi ujungnya tetap kehijau hijauan. 3. Albescens yaitu buah muda berwarna kuning pucat (keputih putihan), tembus cahaya karena mengandung sedikit karotein dan tetap menjadi kekuning kuningan sesudah matang dan ujungnya berwarna ungu kehitaman. (Lubis,2008) Berdasarkan tebal tipisnya cangkang (tempurung) dan daging buah (mesocarp), spesies Elais guineensis Jacq dapat dibedakan menjadi beberapa varietas, yaitu : 1. Dura yaitu buah dengan cangkang cukup tebal antara 2,0 8,0 mm dan tidak terdapat lingkaran cincin serat pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis dengan perbandingan daging buah terhadap buah antara 20% - 65%. Sedangkan kernel berukuran besar tetapi kandungan minyaknya rendah. 2. Pisifera yaitu buah dengan cangkang tipis (bahkan hampir tidak ada) sedangkan daging buahnya tebal. Perbandingan daging buah terhadap buah cukup tinggi. Kernel berukuran kecil dengan kandungan minyak yang rendah. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa 4

menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal dengan tanaman betina sebab bunga betina gugur pada fase ini. 3. Tenera yaitu buah yang memiliki sifat sifat yang berasal dari Dura dan Pisifera. Cangkang tipis dengan ketebalan antara 1,0 2,5 mm dan terdapat lingkaran cincin serat disekelilingnya. Perbandingan daging buah terhadap buah cukup tinggi antara 60% - 90%. Tandan buah yang dihasilkan Varietas Tenera lebih banyak dari pada Varietas Dura dan Pisifera tetapi ukuran tandanya relatif lebih kecil. 4. Macrocarya yaitu buah dengan cangkang sangat tebal, sekitar 6,0 8,5 mm, sedangkan daging buahnya tipis hanya 0,75 2,5 mm. Varietas ini jarang sekali digunakan untuk pemuliaan tanaman (bukan merupakan faktor genetik yang signifikan). 5. Diwakka-Wakka yaitu buah memiliki dua lapisan daging buah. Ketebalan daging buah tergantung hasil persilangan, yaitu Diwakka-wakka-Dura, Diwakka-wakka-Pisifera, Diwakka-wakka-Tenera. Tipe buah ini merupakan buah abnormal. Macrocarya dan Diwakka-Wakka atau dikenal sebagai Caiaue yang banyak terdapat di negara Brasil, Suriname, Colombia dan lain lain merupakan spesies lain yang sudah mulai dimanfaatkan. Pemulia tertarik menggunakannya spesies ini karena memiliki beberapa sifat unik seperti : 1. Pertumbuhan meninggi lambat hanya 20 cm/tahun dibandingkan dengan Elais guineensen Jacq 45 cm/tahun. 2. Memiliki kanopi/tajuk relatif lebih kecil, sehingga populasi tanaman per hektar lebih banyak. 3. Memiliki sex ratio tinggi dan sedikit sekali tandan bunga jantan. 4. Memiliki asam lemak tidak jenuh yang sangat tinggi. 5

5. Tingkat aborsi pembungaan sangat tinggi sehingga banyak terjadi kegagalan tandan matang, menyebabkan produksi tandan rendah. 6. Buah pada satu tandan tidak serentak matang. 7. Ketahanan terhadap keadaan tergenang lebih baik sehingga pada daerah sering banjir dapat beradaptasi. 8. Umur ekonomis lebih lama,namun secara komersil masih belum diusahakan karena belum terbukti menguntungkan. (Provident Agro Group, 2011) Secara ringkas, klasifikasi Varietas Elais Guineensis Jacq berdasarkan ketebalan cangkang, daging buah dan kernel dapat disajikan pada tabel berikut : Tabel 1. Perbedaan Tebal Cangkang Beberapa Varietas. Presentase Tebal Tebal Varietas Cangkang/ Cangkang pericarp Buah (mm) (mm) (%) Presentase Mesocarp/ Buah (%) Presentase Inti/Buah (%) Dura 2,0 8,0 2,0 6,0 25 50 20 65 4 20 Tenera 1,0 2,5 3,0 10,0 3 20 60 90 3 15 Pisifera 0 5,0 10,0 0 92 97 3 8 Diwaka-waka Beragam Beragam Beragam Beragam Beragam Macrocarya 4,0 8,5 0,75 2,5 40 70 10 30 2 8 Sumber data: Provident Agro Group (2011) Tingkat aborsi pembungan sangat tinggi sehingga banyak terjadi kegagalan tandan matang, menyebabkan produksi tandan rendah demikian pula rendemennya. Buah pada satu tandan tidak serentak matang. Bentuk batang dan susunan anak daun juga berbeda. Ketahanan terhadap keadaan tergenang lebih banyak sehingga pada daerah sering banjir mungkin akan berguna. Disamping itu karena pertumbuhan tinggi lambat maka umur ekonomisnya mungkin lebih lama. (Lubis, 2008). 6

B. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 20 m. Tanaman ini berumah satu atau monocious dimana bunga jantan dan betina terdapat satu pohon. Bunga jantan dan betina terdapat masing masing pada tandan bunganya dan terletak terpisah yang keluar dari ketiak pelepah daun. Tanaman ini dapat menyerbuk sendiri dan dapat menyerbuk silang. 1. Bagian Vegetatif Tanaman a. Akar (Radix) Kecambah kelapa sawit yang baru tubuh memiliki akar tunggang, tetapi akar ini mudah mati dan segera diganti dengan akar serabut. Akar serabut memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah (vertikal) dan sebagian tumbuh mendatar kesamping. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit dapat menembus kedalaman 8 m didalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke samping bisa mencapai radius 16 meter. Keadaan ini tergantung pada umur tanaman, sistem pemeliharaan, dan areal tanah. Sistem perakaran seperti ini menyebabkan tanaman mudah tumbang. Kelapa sawit termaksut sebagai tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula (bakal akar) dan plumula (bakal batang). Selanjutnya akar ini akan mati dan kemudian disusul dengan tumbuhnya sejumlah akar yang berasal dari pangkal batang. Akar ini disebut akar serabut atau radic adventicia. (Wahyuni. 2007). Berdasarkan diameternya pengelompokan akar dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Diameter Akar Kelapa Sawit NAMA AKAR Primer DIAMETER 5 10 mm 7

Sekunder Tertier Kuarter Sumber data: Wahyuni. (2007) 2 4 mm 1 2 mm 0,1 0,3 mm Akar primer tumbuh ke bawah sampai kedalaman 1,5 m, pertumbuhan kesamping akar ini sampai ± 6 m dari pangkal pohon. Jumlah terbanyak terdapat pada jarak 2 2,5 m dari pohon dan pada kedalaman 20 25 cm. Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tertier dan kuartener yang berada pada kedalaman 0 60 cm dan jarak 2 2,5 m dari pangkal pohon. b. Batang (Caulis) Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium, tumbuh tegak lurus (phototropi) dan pada umumnya tidak bercabang. Batang berbentuk silinder dengan diameter antara 20 75 cm. Selama beberapa tahun batang tertutup rapat oleh pelepah daun dan pelepah akan gugur karena membusuk dimulai dari bagian bawah mulai umur 10 11 tahun. Bagian bawah batang umumnya lebih besar (disebut bongkol batang = bowl). Pertumbuhan meninggi batang berbeda beda tergantung dari varietas dan tipenya, tetapi pada umumnya tinggi batang bertambah 25 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang sesuai pertambahan tinggi dapat mancapai 100 cm per tahun. Tinggi pohon maksimum yang ditanam di perkebunan berkisar antara 15 18 m. (Provident Agro Group, 2011). Perkembangan tinggi batang yang normal dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Tinggi Batang Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Umur Umur (thn) Tinggi (m) Umur (thn) Tinggi(m) 3 1,6 15 10,0 4 2,2 16 10,5 5 2,6 17 11,0 8

6 3,8 18 11,3 7 4,5 19 11,5 8 5,4 20 11,9 9 5,7 21 12,2 10 6,7 22 12,4 11 7,5 23 13,0 12 8,4 24 13,3 13 8,9 25 14,0 14 9,8 Sumber data: PPKS Berdasarkan pertumbuhan tinggi batangnya, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai produsen benih mengadakan pengelompokan sebagai berikut: a. Sangat cepat 80 cm/tahun: 01-04 BJ, 05-17/30/31 SP, 12-57 DS x BJ, 13-69 SP x DS, 22-71 SP x BJ, DS-SP 540 b. Cepat : 70-80 cm/tahun : 03-65 MA, 04-14 CM, 05-27/28 SP,12-37/56/70 DS x BJ c. Lambat 60-70 cm/tahun : 02-43/50 DS, 04-16/17/21/64 CM, 09-15/19/21 d. Sangat lambat 60 cm/tahun : 03-5/48-MA, 04/16/17/21/64/LM, 10-36 SP x Ni, DY x P Dumpy. C. Daun (folium) Daun merupakan pabrik yang sebenarnya bagi produksi minyak dan inti kelapa sawit. Titik tumbuh aktif menghasilkan bakal daun setiap 2 minggu, memerlukan waktu 2 tahun untuk berkembang dari proses inisiasi menjadi daun dewasa pada pusat tajuk dan dapat berfotosintesis sampai 2 tahun lagi. Proses inisiasi daun sampai layu (senescence) kira kira 4 tahun. Pada kerapatan 140 150 pk/ha dengan tanpa penunasan daun, senencence umumnya terjadi pada daun 48 50. (Standard Operasional Perusahaan, PTPN IV). 9

Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 3/8. Lingkaran atau spiralnya ada yang berputar ke kiri dan kanan tetapi kebanyakan putar kanan. Hal ini penting diketahui agar dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lain lain yang dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengukuran contoh daun. Produksi pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20 30 pelepah, kemudian berkurang sesuai umur menjadi 18 25 pelepah atau kurang. Panjang pelepah dapat mencapai 7,5 9,0 m pada tanaman dewasa. Pada tiap pelepah diisi oleh anak daun di kiri dan kanan rachis. Jumlah anak daun pada setiap sisi dapat mencapai 125 200. Anak daun yang ditengah dapat mencapai 1,2 m. Pada satu pohon dewasa dapat dijumpai 40 50 pelepah. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. (Provident Agro Group, 2011). Luas permukaan sering dipakai untuk tujuan pengamatan pertumbuhan dengan rumus. L = 2 k ( d x l p) L = Luas permukaan daun k = faktor koreksi (0,55) d = jumlah anak daun satu sisi l = lebar anak daun rata rata sampel p = panjang anak daun rata rata sampel. 2. Bagian Generatif Tanaman a. Bunga Bunga kelapa sawit merupakan karangan bunga (inflorescense) yang berkelamin tunggal (uni sexual) dan berumah satu. Karangan bunga jantan dan betina terdapat pada ketiak daun (leaf 10

axil). Bunga ini letaknya pada satu tandan yang disebut tandan bunga. Tandan bunga muncul sekitar tanaman berumur 3 4 tahun. (Sembiring, 2008) Tanaman kelapa sawit dilapangan mulai berbunga pada umur 12 14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2,5 tahun. Sebagian dari tandan bunga ini akan gugur (absorsi) sebelum anthesis dan sesudah anthesis. Pada tanaman muda sering dijumpai bunga abnormal seperti bunga banci (hermafrodit) yaitu tandan bunga memiliki 2 jenis kelamin, bunga andromorphic (androgynous) yaitu secara morfologi adalah bunga jantan tetapi pada sebagian spikeletnya dijumpai pula bunga betina yang dapat membentuk bunga sawit kecil. Sex difrensiasi terjadi 17 25 sebulan sebelum anthesis dan setelah anthesis membutuhkan waktu 5 6 bulan baru matang panen. Secara visual tandan bunga jantan atau betina baru dapat diketahui setelah muncul dari ketiak pelepah daun yaitu 7 8 bulan sebelum matang atau 1 2 bulan sebelum anthesis. Lamanya matang tandan sejak anthesis adalah 158 160 hari berdasarkan pengamatan. Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah 15 30 hari sebelum anthesis. Satu tandan buah bunga betina memiliki 100 200 sepikelet dan setiap sepikelet memiliki 15 20 bunga betina. Bunga betina yang kecil inilah yang akan diserbuki tepung sari. Tidak semua bunga betina tersebut akan berhasil membentuk bunga yang sempurna yang matang, terutama bagian dalam. Pada tanaman dewasa dapat diperoleh 600 2000 buah tergantung pada besarnya tandan dan setiap pohon dapat menghasilkan 15 25 tandan/pohon/tahun pada tanaman muda dan pada tanaman dewasa atau tua berkisar 8 12 tandan. Bunga betina ini tidak serentak anhtesisnya. Pada satu tandan umumnya membutuhkan waktu 3 5 hari atau lebih. Tandan bunga jantan (infloresensia) juga dibungkus oleh seludang 11

bunga yang pecah jika akan anthesis seperti bunga betina. Tiap tandan bunga 100 200 spikelet yang panjangnya 10 20 cm dan diameter 1 1,5. Sepikelet berisi 500 1500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari jutaan banyaknya. Tandan bunga yang sedang anthesis ini berbau amis (kas). Tiap tandan bunga jantan akan dapat menghasilkan tepung sari sebanyak 40 60 gr. Pada tanaman muda jumlah bunga jantan per pokok sedikit dibanding dengan tandan bunga betina dan perbandingan ini akan berubah sesuai peningkatan umur tanaman. Perbandingan antara jumlah tandan bunga betina dengan jumlah tandan bunga jantan + tandan bunga betina + tandan bunga hermaprodit dan lain lain dikenal sebagai sex ratio dan dinyatakan dalam %. Angka sex ratio penting diketahui untuk perhitungan bunga dalam estimasi produksi, poliinas bantuan, pelepasan serangga dan penyerbukan lain lain. Pada tipe D x P tertentu pada tanaman mudah sex ratio ini dapat mencapai 90% pada tahun pertama menghasilkan. Misalnya pengamatan pada tahun 1988 tanaman muda di bahjambi menunjukkan angka berikut.( Lubis, Adlin U 2008). Pada tabel 4 dijelaskan perkembangan bunga betina menurut umur tanaman. Tabel 4. Perkembangan Bunga Betina. Umur (tahun) 3 4 5 6 7 8 9 10 Sex ratio (%) 95 92 76 50 65 57 54 50 Sumber : Lubis, Adilin U (2008) Perkembangan tandan bunga betina sejak anthesis sampai matang hasil pengamatan di Marihat menunjukkkan hasil berikut: 1. Daging buah (Mesocarpinum) Sampai 3 bulan setelah anthesis warnanya masih putih kehijauan menunjukkan bahwa masih terdiri air, serat dan klorofil dan minyak sebelum terbentuk. 2. Cangkang atau Tempurung 12

Sebulan sesudah penyerbukan cangkang telah terbentuk meski masih sangat tipis dan lembut. Inti (endocarpium atau nunleos seminis). Pada umur 2 bulan terjadi perubahan dari bentuk cair menjadi agar agar dan pada umur 3 bulan inti sudah berbentuk padatan yang agak keras. 3. Lembaga atau Embrio Sampai 3 bulan belum terlihat dengan mata. Selanjutnya akan tampak seperti titik putih sepanjang 1,5 mm dengan cepat bertambah besar. Pada umur 3 bulan telah mencapai 3 mm dan terbentuknya bagian yang berwarna kuning dan putih pada umur 3,5 bulan panjangnya mencapai 3,5 mm yaitu ukuran normal. ( Lubis, Adlin U 2008). b. Buah (fructus) Buah kelapa sawit termaksut jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Panjang buah 2 5 cm, beratnya sampai 30 gram. Bagian bagian buah terdiri dari atas eksocarp atau kulit buah, mesokarp atau sabut, dan biji. Eksocarp dan mesocarp disebut pericarp. Biji terdiri atas endocarp atau cangkang dan inti (kernel), sedangkan inti sendiri terdiri atas endosperm atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), haustorium, dan bakal akar (radikula). (Soepandiyo, 2008) Bunga betina telah dibuahi akan berkembang pada sepikelet. Karena kondisi terjepit maka buah yang terletak bagian dalam yang akan lebih kecil dan akan kurang sempurna bentuknya dibandingkan dengan yang terletak dibagian luar, sehingga dikenal istilah buah luar dan buah dalam. Berat satu buah yang sudah matang tergantung pada tipe bentuk induknya. Pada tipe tertentu buahnya rata rata 13 gr pada tipe lainya ada yang mencapai 18 20 gr, bahkan ada yang mencapai 30 gr dengan panjang buah 5. Buah luar yang telah lepas dari tandan dan jatuh 13

ketanah dipakai untuk tanda atau kriteria kematangan tandan dalam pemanenan. Istilah yang digunakan adalah fraksi. Fraksi tandan yang baik adalah 2 dan 3, tetapi tidak akn diperoleh 100 %. Panen dikatakan baik jika dapat mengumpulkan fraksi 2 dan 3 sebanyak 65 %, fraksi 1 maksimum 20 % dan fraksi 4 maksimum 15 %. Perkembangan dari satu fraksi ke fraksi berikutnya sangat cepat dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Satu Fraksi ke Fraksi Berikutnya. Hari 2,8 2,97 1,64 1,22 1 Fraksi 0 1 2 3 4 Sumber data : Provident Agro Group (2011) Dari sini dihitung pusingan panen yan baik adalah 2,97 + 1,64 + 1,22 + 1,0 = 6,83 hari atau dibulatkan 7 hari. Daging buah terdiri atas minyak air dan serat. Buah terutama terdiri atas cellulosa dan lignin. Kadar air dan minyak berubah menurut kematangan buah sedang kadar serat pada daging buah hampir tetap 13 % terhadap buah sejak 3 bulan sesudah anthesis sampai buah matang. Semakin tinggi kadar serat pada daging buah akan memberi peluang lebih besar kehilangan minyak saat pengolahan. (Provident Agro Group, 2011). Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap daun tumbuh sekitar 20 24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunya semakin sedikit, sehingga buah yang terbentuk semakin menurun. Meskipun demikian bukan berarti hasil produksi minyaknya menurun. (Sastrosayono, 2003) C. Produktivis Tanaman Kelapa Sawit Umur ekonomis kelapa sawit yang dibudidayakan umumhya 25 tahun. Pada umur diatas 25 tahun tanaman sudah tinggi sehingga sulit dipanen, jumlah tandan buah juga sedikit tidak ekonomis lagi. 14

Produktivitas tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman. Pengelompokan tanaman berdasarkan umur tanaman dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu : 3 8 tahun 9 13 tahun 14 20 tahun Diatas 20 tahun : Tanaman Muda : Tanaman Remaja : Tanaman dewasa : Tanaman Tua Potensi produksi tanaman kelapa sawit juga ditentukan oleh jumlah curah hujan setahun. Jika terjadi kemarau panjang, akan menyebabkan gagalnya pembentukan bakal bunga 19 21 bulan berikutnya (abortus bunga) dan keguguran buah 5 6 bulan berikutnya. Tabel 6. Pengaruh Curah Hujan Terhadap Persentase Potensi Produksi. Curah Hujan per Tahun Potensi Produksi Lebih dari 2500 mm 100 % 2500 2000 mm 80 % 2000 1500 mm 70 % Kurang dari 1500 mm 60 % Sumber : PPKS Produktivitas tanaman kelapa sawit varietas tenera (128 pohon/ha) secara umum pada lahan kelas S1, S2 dan S3 disajikan pada tabel 7 dibawah ini. Tabel 7. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit. Umur(th) Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3 T RBT TBS T RBT TBS T RBT TBS 3 22 3,2 9 18 3 7 17 3 7 4 19 6 15 18 6 14 17 5 12 5 19 7,5 18 17 7 16 16 7 14 6 16 10 21 15 9,4 18 15 8,5 17 7 16 12,5 26 15 11,8 23 15 11,1 22 8 15 15,1 30 15 13,2 26 15 13 25 15

9 14 17 31 13 16,5 28 13 15,5 26 10 13 18,5 31 12 17,5 28 12 16 26 11 12 19,6 31 12 18,5 28 12 17 26 12 12 20,5 31 11 19,5 28 11 18,5 26 13 11 21,1 31 11 20 28 10 20 26 14 10 22,5 30 10 21,8 27 10 20 25 15 9 23 28 9 23,1 16 9 21 24 16 8 24,5 27 8 23,1 25 8 22 24 17 8 25 26 8 24,1 25 7 23 22 18 7 26 25 7 25,2 24 7 24 21 19 7 27,5 24 7 26,4 22 6 25 20 20 6 28,5 23 6 27,8 22 5 27 19 21 6 29 22 6 28,6 22 5 27 18 22 5 30 20 5 29,4 19 4 28 17 23 5 30,5 19 5 30,1 18 4 29 16 24 4 31,9 18 4 31 17 4 30 15 25 4 32,4 17 4 32 16 4 34 14 Rata rata 11 21 24 10 20 22 10 19 20 Sumber data : PPKS Medan Keterangan : T = Jumlah tandan/pohon/tahun; RBT = Rata rata berat tandan (Kg); TBS = Ton TBS/ha/tahun. D. Kastrasi 1. Pengertian Umum Kastrasi merupakan pengambilan/pembuangan dari bunga jantan (male flower) dan bunga betina (female inflorescenses) baik senidiri sendiri atau secara bersamaan. Didalam pelaksanaan pembuangan bunga betina, juga diartikan pembuangn buah yang sudah terbentuk (untuk periode pembentukan buah pertama). Keguanaan atau effect secara umum dari kastrasi adalah: 16

a. Perbaikan atau mendorong pertumbuahan vegetatif yaitu suatu pertambahan jumlah dan panjang daun dan juga pertambahan lilit batang. Juga diyakini perbaikan sistem perakaran. b. Bentuk tanaman yang lebih seragam sesudah masa kastrasi, terutama untuk masa panen permulaan c. Ukuran tandan buah yang lebih besar dan seragam dan juga ukuran berat tandan buah yang lebih besar, memberi hasil ganda yang lebih baik untuk pengaturan panen dan juga processing. d. Dengan keseragaman pertumbuhan dan perkembangan buah yang lebih besar secara praktis akan memberi hasil panen per orang yang lebih tinggi dan juga waktu panen yang lebih pendek. e. Pertumbuahan vegetatif yang lebih baik akan menghasilkan naungan yang lebih cepat sehingga lingkaran dan gawangan akan lebih cepat tertutup dengan demikian akan menurunkan cost weeding. f. Penyesuaian waktu yang bermanfaat untuk masa persiapan pembangunan baru suatu pabrik. g. Sebelum pemanfaatan serangga penyerbuk, penyerbukan bantuan secara manual akan memudahkan pelaksanaan dan pengaturanya. (Sembiring, 2008). 2. Pelaksanaan Kastrasi Kastrasi mulai dilakukan jika lebih dari 50% pohyon kelapa sawit dalam satu blok telah mengeluarkan bunga (masih berbentuk dompet atau seludang bunga belum membuka). Pada kondisi bunga seperti ini belum bisa diketahui apakah bunga tersebut jantan dan betina, pangkal bunga masih lunak dan bunga lebih mudah dibuang/kastrasi. Semakin bertambah umur semakin sulit bunga dilepas karena pangkal bunga semakin keras dan harus menggunakan alat. Kastrasi 17

dikatakan terlambat bila dilakukan sesudah seludang terbuka. Kastrasi dilakukan dengan pusingan setiap 1 bulan sekali. (Standard Operasional Perusahaan, PTPN IV). Pada pelaksanaan pembuangan male flower dan female inflorescenses harus dilakukan secara cermat dan hati hati agar frond (pelepah) tidak terpotong atau rusak. Bunga yang dipotong dapat ditempatkan ditengah gawangan untuk memudahkan perhitungan jumlah bunga betina. Bila pada areal tertentu diikuti serangan Tirathaba dan Marasmius maka bekas potongan bunga dan tandan buah tersebut dapat dikumpulkan kebahagian kebun tertentu untuk diamati dan bila perlu dapat segera dimusnahkan (dibakar). Pemakaian tenaga untuk kastrasi tergantung terhadap keseragaman. (Sembiring, 2008) Resiko dalam tindakan kastrasi adalah memerlukan tenaga yang cukup banyak dan dapat memperlambat pertambahan populasi serangan penyerbuk kalapa sawit. (Lubis, 2012). Berikut merupakan gambar bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit yang dikastrasi dan cara pelaksanaan kastrasi. Bunga yang di Kastrasi Gambar 1. Kondisi 3. Peralatan Kastrasi Alat yang digunakan untuk kastrasi yaitu pengait besi yang ukurannya disesuaikan dengan besarnya bunga dilapangan. Menggunakan dodos untuk kastrasi dapat melukai pangkal pelepah daun (apabila ukuran/lebar dodos 5cm) dan dapat menurunkan kapasitas petugas 18

kastrasi (karena alat tidak cocok). Penggunaan dodos sebagai alat kastrasi adalah tidak benar karena hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan kastrasi sudah terlambat. Norma tenaga kastrasi yaitu 1,0 1,5 ha/us atau 0,7 1,0 ha/us. Gamba r 3. Bebera pa Peralat an Kastra si 19

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Afdeling Hotel Kebun Langgam PT.PROVIDENT AGRO. Kegiatan tersebut dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan Juni 2013. B. Metode Penelitian Metode Penelitian yang dilaksanakan adalah dengan menggunakan metode pengumpulan data dan analisa deskriptif, yang dilakukan dengan mengumpulkan data mengenai kajian biaya Kastrasi C. Pengamatan Parameter Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah: 1. Informasi Umum kebun Langgam PT. PROVIDENT AGRO 2. Ketentuan perusahaan tentang kastrasi 3. Kebutuhan alat dan tenaga 4. Kajian biaya kastrasi 20