BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Virus hepatitis B (VHB) merupakan penyebab infeksi hepatitis B yang masih menjadi masalah kesehatan global dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi.hal ini ditunjukkan dengan tingginya kejadian sirosis hati dan karsinoma hepatoselular (KHS) yang diketahui mempunyai kaitan erat dengan infeksi VHB.Kurang lebih 2 milyar penduduk dunia terinfeksi oleh VHB dan 360 juta di antaranya berkembang menjadi infeksi kronis. Negara-negara di benua Asia dan Afrika tergolong sebagai daerah dengan prevalensi tinggi infeksi VHB, yaitu lebih dari 8% populasi (Lavanchy, 2004). Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan tingkat endemisitas infeksi VHB sedang sampai tinggi dengan carrier rate sebesar 5-20% populasi (Creati et al., 2007). Dalam 20 tahun terakhir, telah dikenal infeksi hepatitis B tersamar, yaitu individu dengan hasil pemerikasaan antigen permukaaan VHB atau hepatitis B surface antigen (HBsAg) negatif, tetapi didapatkan adanya DNA VHB pada pemeriksaan jaringan hati atau 1
2 serum (Raimondo et al., 2007; Allain, 2005). Beberapa kondisi yang berhubungan dengan infeksi tersamar ini adalah: (1) konsentrasi antigen virus berada di bawah ambang batas alat uji; (2) mutasi pada regio gena penyandi protein permukaan VHB; (3) terinfeksi oleh varian VHB yang mengekspresikan HBsAg yang mengalami modifikasi sehingga tidak dapat dideteksi oleh alat uji (Katsoulidou et al., 2007; Gerlich et al., 2010; Raimondo et al., 2007). Infeksi hepatitis B tersamar ditemukan pada berbagai kelompok individu, misalnya pendonor darah yang menunjukkan hasil negatif pada pemeriksaan penanda infeksi hepatitis B dengan metode konvensional, penderita penyakit hati kronis, termasuk KHS, dan pada reaktivasi virus akibat keadaan imunosupresif (Said, 2011). Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa pendonor darah yang memiliki infeksi hepatitis B tersamar merupakan sumber penularan VHB kepada penerima darah terutama penderita dengan penurunan status imun (Said, 2011; Allain, 2004;Raimondo et al., 2007).Selain itu, pendonor darah dengan infeksi hepatitis B tersamar diperkirakan dapat meningkatkan kejadian komplikasi infeksi hepatitis B seperti penyakit hati kronis,
3 sirosis hati, dan KHS pada penerima darah(raimondo et al., 2007). Salah satu penyebab terjadinya infeksi hepatitis B tersamar adalah adanya mutasi pada salah satu gena VHB. Sebuah penelitian melaporkan bahwa mutasi di gena penyandi core promoter berhubungan dengan konsentrasi virus yang rendah, sehingga dapat menunjukkan hasil negatif pada uji serologis (Huang et al., 2006). Namun demikian, penelitian yang berfokus pada mutasi gena penyandi core promoter pada pendonor darah dengan hepatitis B tersamar masih jarang dilakukan di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, sehingga masih membuka kesempatan dilakukan investigasi mengenai mutasi pada gena penyandi core promoter pada pendonor darah dengan infeksi hepatitis B tersamar. I.2. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Berapakah prevalensi infeksi hepatitis B tersamar pada pendonor darah di RSUP Dr. Sardjito? 2. Apakah terdapat mutasi spesifik di regio core promoter VHB pada pendonor darah dengan infeksi hepatitis B tersamar?
4 3. Berapa konsentrasi virus pada pendonor darah dengan infeksi hepatitis B tersamar yang ditemukan mutasi pada gena penyandi core promoter? I.3. KEASLIAN PENELITIAN 1. Huang et al. (2005) melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan mutasi pada gena penyandi core promoter dan regio precore dengan konsentrasi virus pada penderita hepatitis B kronisyang memiliki status HBeAg negatif di Taipei, Taiwan. 2. Thedja et al. (2010) melakukan penelitian tentang infeksi hepatitis B tersamar dan mutasi pada gena penyandi permukaan VHB (regio S) dengan mengambil subjek di kota Solo dan Medan. 3. Ayari el al. (2012) melakukan penelitian mengenai urutan basa nitrogen pada gena penyandi basal core promoter, precore, dan core di Tunisia. Penelitian ini bertujuan untukmengidentifikasi genotipe dan mengetahui ada-tidaknya mutasi pada gena penyandi basal core promoter dan precore. Penelitian saat ini berbeda dari penelitian terdahulu. Penelitian ini mengambil sampel pendonor darah dari Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. Penelitian saat ini berfokus
5 pada penentuan prevalensi infeksi hepatitis B tersamar dan identifikasi mutasi pada gena penyandi core promoter di Yogyakarta. I.4. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1. Memberikan informasi bagi masyarakat terutama individu dengan infeksi hepatitis B tersamar untuk melakukan pengelolaan lebih lanjut. 2. Memberikan informasi kepada pemerintah, terutama Kementrian Kesehatan, tentang prevalensi infeksi hepatitis B tersamar di Indonesia yang berguna untuk penyempurnaan prosedur skrining terutama pada unitunit pelayanan donor darah. 3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan memberi informasi tentang pengaruh mutasi pada gena penyandi core promoter terhadap absennya HBsAg. berikut: I.5. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dilakukannaya penelitian ini adalah sebagai
6 1. Mengetahui prevalensi infeksi hepatitis B tersamar pada pendonor darah di UPTD RSUP Dr. Sardjito. 2. Mengetahui ada-tidaknya mutasi pada gena penyandi core promoter pada pendonor darah dengan infeksi hepatitis B tersamar. 3. Mengetahui konsentrasi virus pada pendonor darah dengan infeksi hepatitis B tersamar yang memiliki mutasi pada gena penyandi core promoter.