BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

dokumen-dokumen yang mirip
Penerjemahan Metafora

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

Strategi Penerjemahan Metafora Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris dalam Antologi Puisi On Foreign Shores: American Image in Indonesian Poetry

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertentangkan aspek-aspek dua bahasa yang berbeda untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terjemahan sebagai berikut: Translation is the superordinate term for converting the

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. novel Eomma-reul Buthakhae (2008). Terdapat enam kalimat bermajas metonimia

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunakan majas pada percakapan sehari-hari merupakan hal

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara tertentu. Pada awalnya majas lebih sering digunakan didalam karya

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya metafora dan simile sebagai yang paling populer pada hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang orang menghadapi kesulitan dalam memahami isi atau makna

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY

BAB I PENDAHULUAN. sasaran. Hatim dan Mason (1997:1) mendefinisikan penerjemahan sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dalam karya sastra yang lazim bermediumkan bahasa (Ali. Imron, 2009:1). Karya sastra merupakan kreativitas manusia yang

PENILAIAN PENERJEMAHAN EKSPLISIT ARTIKEL KLASIK DALAM MAJALAH TRIWULAN EDISI 39 TAHUN 2006 (Studi Penerjemahan Bahasa) Dance Wamafma

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

PROSEDUR DAN METODE PENERJEMAHAN LIRIK LAGU DALAM FILM FROZEN

BAB V PENUTUP. temuan dan hasil analisis. Subbab kedua membahas mengenai saran-saran dari

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

Penggunaan bahasa kias yang terdapat dalam novel AW karya Any Asmara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

2015 METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM : KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)

BAB I PENDAHULUAN. Humor merupakan suatu budaya yang bersifat universal. Humor adalah

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. fungsional, (3) fungsi bahasa adalah membuat makna- makna, (4) bahasa adalah

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara tanda - tanda linguistik atau tanda-tanda lingual dengan hal yang

KISI-KISI SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS Tahun 2012/2013

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. variasi di dalamnya, yaitu memperhatikan konteks saja (tanpa strategi atau alat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat berkomunikasi, manusia menggunakan bahasa sebagai sarananya.

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang penerjemah karya sastra selain harus menguasai aspek-aspek kebahasaan antara

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB I PENDAHULUAN. penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih padanan kata bukanlah pekerjaan yang mudah bagi seorang penerjemah. Seorang penerjemah harus mampu menggunakan strategi penerjemahan dalam mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih padanan kata dari Bahasa Sumber (BSu) ke dalam Bahasa Sasaran (BSa). Sebelum menerjemahkan teks, penerjemah hendaklah mengetahui hasil terjemahan itu untuk siapa (audience design) dan untuk tujuan apa (need analysis), sehingga penerjemah dapat menentukan strategi penerjemahan yang paling tepat untuk dilakukan. Dalam praktik penerjemahan, bahasa figuratif atau kiasan merupakan suatu tantangan yang cenderung sulit bagi penerjemah dalam menerjemahkannya ke bahasa lain khususnya menerjemahkan metafora. Metafora adalah suatu bentuk perluasan makna yang digunakan saat berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Menurut Zen (2014), di dalam berbahasa, metafora digunakan untuk membuat makna yang dihasilkan dari ujaran seseorang dapat tersampaikan dengan singkat, padat serta berisi dan yang paling penting adalah dapat dimengerti oleh mitra tutur sehingga tercipta kesan dan kepiawaian berbahasa seseorang. Menurut Knowles dan Moon (2006:5), metafora adalah bahasa non-literal atau figuratif yang mengungkapkan perbandingan antara dua hal secara implisit. Oleh karena itu, penerjemah harus mengetahui dengan baik makna sebenarnya dari metafora BSu tersebut sebelum menerjemahkannya ke dalam BSa. Newmark (1998:104) menyatakan masalah penerjemahan yang paling sulit secara khusus adalah penerjemahan metafora: the most important particular problem is the

translation of metaphor. Kesulitan menerjemahkan metafora pada hakikatnya berkaitan dengan struktur metafora yang bervariatif dan unsur pembangunnya yang kompleks. Newmark (1998:105) mendefinisikan metafora sebagai the figurative word used, which may be one-word, or extended over any stretch of language from collocation to the whole text. Berdasarkan pendapat Newmark, bahasa kiasan yang digunakan pada metafora dapat berupa kata atau kata yang diperluas kepada bentuk bahasa dari kolokasi hingga ke seluruh teks. Dilihat dari unsurnya, metafora dibentuk oleh komponen topik (topic), citra (image), dan titik kesamaan (point of similarity). Namun ketiga komponen ini tidak selalu disebutkan secara eksplisit. Kadang-kadang satu atau dua dari ketiga komponen itu bersifat implisit. Akibatnya, metafora seperti ini hanya dapat dipahami setelah konteks internal ungkapan maupun konteks situasional (eksternal) ungkapan tersebut terlebih dahulu dipahami. Kadang-kadang komponen citra sebuah metafora tidak lazim dalam BSa, sehingga penerjemah harus menemukan citra pengganti yang sepadan dan lazim dalam Bsa tersebut. Selain itu, sebagai sebuah ungkapan bahasa, metafora sarat dengan nilai-nilai budaya sehingga penerjemahannya hanya dapat dilakukan setelah nilai-nilai budaya yang terkait dengan ungkapan tersebut dipahami. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerjemahan metafora telah memunculkan dua pandangan yang kontradiktif mengenai masalah apakah metafora dapat diterjemahkan atau tidak. Dagut (1987: 25) memaparkan bahwa, di satu pihak, tidak sedikit ahli penerjemahan, seperti Nida (1964), Vinay and Darbelnet (1958), yang menganggap metafora tidak dapat diterjemahkan. Di pihak lain, beberapa tokoh, seperti Kloepfer (1965 dalam Dagut, 1976) dan Reiss (1971 dalam Dagut, 1976), menganggap bahwa metafora, sebagai suatu ungkapan lingusitis, metafora dapat diterjemahkan. Praktik penerjemahan cenderung mendukung translatibilitas metafora. Hal ini dibuktikan oleh begitu banyaknya puisi yang mengandung berbagai ungkapan metaforis karya penyair kenamaan seperti Robert Frost, William Shakespeare, Langston Hughes, Pablo Neruda, Emily

Dickinson dan Li Po berhasil diterjemahkan dengan baik ke dalam berbagai bahasa. Jadi, meskipun sebagian metafora harus diterjemahkan secara ekstra hati-hati, sebagai salah satu bentuk ekspresi linguistis, metafora tetap dapat diterjemahkan. Jika penerjemah tidak dapat memahami makna metafora dalam teks sumber dan gagal menganalisisnya dengan benar, maka akan terjadi kesalahpahaman. Tidak semua metafora dapat diartikan dengan mudah. Jika metafora diterjemahkan secara harfiah, kata per kata sering terjadi salah pengertian. Sebagai contoh He is a book worm. Jika kalimat tersebut diterjemahkan secara harfiah menjadi Ia adalah cacing buku maka makna metafora yang disampaikan tidak akurat. Oleh karena itu, penerjemah harus dapat menggunakan penggambaran metaforik yang sepadan dalam bahasa Indonesia. Seperti He is a book worm diterjemahkan menjadi Ia adalah kutu buku atau orang yang suka sekali membaca. Dalam masalah di atas, strategi penerjemahan yang dapat digunakan adalah menerjemahkan metafora ke dalam metafora yang berbeda dengan bahasa sasaran atau dengan menerjemahkan metafora menjadi ungkapan non metaforis (TSa berubah menjadi ungkapan dengan makna harfiah). Strategi penerjemahan itu digunakan karena adanya pengaruh perbedaan budaya antara bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia. Metafora digunakan dalam segala bentuk komunikasi, seperti dalam percakapan sehari-hari, artikel di surat kabar, iklan, puisi, novel dan lain sebagainya. Dalam sebuah novel, penulis banyak menggunakan metafora agar cerita yang dihasilkan lebih imajinatif dan menarik. Sebagai contoh dalam novel The Fault in Our Stars yang ditulis oleh Jhon Green dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia oleh Inggrid Dwijani Nimpoen ditemukan banyak penggunaan metafora. Contoh metafora yang terdapat dalam novel The Fault in Our Stars adalah sebagai berikut: Gus has taken to calling Caroline HULK SMASH, which resonates with the doctors. (hlm. 101)

Kalimat diatas diterjemahkan menjadi Gus mulai menjuluki Caroline MESIN PENGHANCUR, dan ini diikuti oleh para dokter (hlm. 138). Berdasarkan konteks cerita, seorang tokoh bernama Caroline penderita kanker otak diberikan julukan sebagai HULK SMASH karena penyakitnya telah mengubah dirinya menjadi seorang pemarah sehingga dia dianggap dapat menghancurkan atau melukai orang-orang yang berada didekatnya. Strategi yang digunakan untuk menerjemahkan HULK SMASH yaitu metafora BSu diterjemahkan dalam bentuk metafora yang lain. Penerjemah menerjemahkan metafora HULK SMASH dengan menggunakan citra yang lain menjadi MESIN PENGHANCUR karena apabila metafora HULK SMASH diterjemahkan secara harfiah maka maknanya tidak akan dipahami oleh penutur asli bahasa Indonesia. Terjemahan metafora ini dinilai akurat karena makna metafora tersampaikan dengan baik dengan menngunakan istilah yang lebih mudah dipahami dalam BSa. Contoh lainnya seperti: I was veritably swimming in paralyzing and totally clinical depression, (hlm. 4) Metafora di atas diterjemahkan menjadi metafora yang berbeda dengan BSu yaitu Aku jelas berkubang dalam depresi yang melumpuhkan dan benar-benar klinis (hlm. 10). Terjemahan metafora ini kurang akurat karena penerjemah seharusnya mempertahankan bentuk metafora BSu sepanjang metafora tersebut dapat dipahami oleh penutur bahasa BSa. Pengubahan citra verba swimming menjadi berkubang membawa dampak terhadap makna metafora yang ingin disampaikan. Masalah makna dan bentuk metafora inilah yang menjadi tantangan bagi penerjemah ketika ia harus menerjemahkan metafora agar maknanya tersampaikan dengan baik dalam bahasa sasaran dan sedapat mungkin mempertahankan bahasa kiasan yang terdapat pada metafora tersebut. Menurut Pardede (2013), kesulitan dalam menerjemahkan metafora disebabkan oleh tiga faktor utama. Pertama, metafora memiliki struktur yang variatif dan unsur pembangun yang kompleks. Akibatnya, di samping prosedur dan konsep kesepadanan yang lazim

digunakan dalam menerjemahkan ungkapan-ungkapan linguistik lainnya, penerjemahan metafora memerlukan strategi khusus (Van den Broeck, 1981). Kedua, metafora sarat dengan nilai-nilai budaya. Oleh karena itu, penerjemah harus benar-benar memahami nilai-nilai budaya yang terkait dengan metafora BSu secara mendalam dan melakukan pemetaan konseptual agar dapat menentukan padanan yang berterima dalam BSa (Al-Hasnawi, 2007). Ketiga, karena berbagai kerumitan yang ditemukan dalam penerjemahan metafora, hanya sedikit jumlah pakar penerjemahan yang mau menggumuli persoalan tersebut (ProZ.com, 2008). Akibatnya, teori dan kajian tentang penerjemahan metafora yang tersedia relatif terbatas. Berdasarkan fenomena yang terjadi dalam permasalahan penerjemahan metafora di atas, penelitian yang ekstensif perlu dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang penerjemahan metafora. Peneliti tertarik untuk meneliti strategi yang digunakan dalam terjemahan metafora pada novel The Fault in Our Stars dalam bahasa Indonesia. Di samping itu, penelitian ini juga fokus melihat kualitas terjemahan pada novel The Fault in Our Stars dari sisi keakuratan terjemahannya karena menurut asumsi peneliti suatu novel terjemahan yang sudah diterbitkan tidak menjadi jaminan bahwa makna metafora sudah disampaikan secara akurat dalam BSa. Apabila metafora pada novel BSu tersebut tidak diterjemahkan secara akurat ke BSa maka dikhawatirkan makna metafora tersebut tidak tersampaikan. Novel The Fault in Our Stars dipilih sebagai sumber data penelitian ini karena setelah membaca novel tersebut peneliti menemukan banyak ungkapan metaforis yang layak untuk dikaji dari segi penerjemahan. Selain itu, terdapat beberapa alasan tertentu dalam penentuan novel The Fault in Our Stars sebagai sumber data antara lain: (1) Novel The Fault in Our Stars merupakan novel yang menarik karena menceritakan kehidupan keluarga, persahabatan, serta kisah cinta yang mengharukan, dan mampu memberikan motivasi khususnya bagi penderita kanker. (2) Ketersediaan novel asli dan terjemahannya di pasar. (3) Kepopuleran

novel tersebut karena tercatat menjadi novel yang Best seller (4) Jumlah serta ragam penghargaan dan apresiasi positif yang diberikan pada novel tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Strategi penerjemahan apa sajakah yang digunakan dalam terjemahan metafora pada novel The Fault in Our Stars? 2. Bagaimanakah tingkat keakuratan terjemahan metafora pada terjemahan novel tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. mengidentifikasi strategi apa saja yang digunakan dalam menerjemahkan metafora pada The Fault in Our Stars dalam bahasa Indonesia. 2. mengevaluasi tingkat keakuratan terjemahan metafora pada novel tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. 1. Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam bidang ilmu kajian terjemahan yang tertuang dalam karya sastra sehingga bermanfaat bagi usaha pengembangan teori-teori mengenai disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan teori linguistik dan terjemahan dalam penggunaan dan penerjemahan metafora bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. 2. Manfaat praktis

a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai acuan dalam menerjemahkan metafora dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia menjadi lebih baik b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah hasil penelitian dan pengetahuan tentang terjemahan metafora yang terdapat pada novel The Fault in Our Stars ke dalam bahasa Indonesia. 1.5 Definisi Istilah Istilah merupakan satu makna yang dapat diartikan dengan banyak pengertian, untuk menghindari terjadikan kesalahan dalam mengartikan istilah yang ada, maka definisi dari istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini perlu dijelaskan sebagai berikut. 1. Terjemahan adalah produk atau hasil yang disajikan oleh seorang penerjemah melalui proses penerjemahan (Machali, 2009). 2. Penerjemahan adalah proses pengalihan makna TSu ke dalam TSa. 3. Bahasa Sumber (BSu) adalah bahasa teks asal yang diterjemahan. Dalam penelitian ini bahasa sumber adalah bahasa Inggris 4. Bahasa Sasaran (BSa) adalah bahasa yang menjadi tujuan penerjemahan. Bahasa Sasaran adalah bahasa Indonesia. 5. Teks Sumber (TSu) adalah teks asal yang diterjemahkan 6. Teks Sasaran (TSa) adalah teks yang menjadi tujuan penerjemahan. 7. Bahasa figuratif atau kiasan merupakan penyimpangan dari bahasa yang digunakan sehari-hari, penyimpangan dari bahasa baku atau standar, penyimpangan makna, dan penyimpangan susunan (rangkaian) kata-kata supaya memperoleh efek tertentu atau makna khusus (Abrams,1981:63). 8. Metafora (Metaphor) ialah bahasa non-literal atau figuratif yang mengungkapkan perbandingan antara dua hal secara implisit (Knowles and Moon, 2006:5)

9. Metafora mati (Dead Metaphor) merupakan bagian dari konstruksi idiomatis dalam leksikon sebuah bahasa. Ketika sebuah metafora mati digunakan, pendengar atau pembaca tidak memikirkan makna literal kata-kata pembentuknya, tetapi langsung memikirkan makna idiomatik ungkapan tersebut secara langsung. 10. Metafora hidup (Live metaphor) metafora yang dibentuk oleh penulis atau pembicara pada saat dia ingin menjelaskan sesuatu yang kurang dikenal dengan membandingkannya kepada sesuatu yang sudah dipahami. 11. Topik (topic) adalah benda atau hal yang dibicarakan. 12. Citra (image) adalah bagian metaforis dari majas tersebut yang digunakan untuk mendeskripsikan topik dalam rangka perbandingan. 13. Titik kesamaan (the point of similiarity) adalah bagian yang memperlihatkan persamaan antara topik dan citra. 14. Keakuratan (accuracy) adalah kesesuaian makna bahasa sumber dalam bahasa sasaran. 15. Strategi penerjemahan merujuk kepada cara penerjemah dalam mengatasi persoalan penerjemahan yang terkait dengan ketidaksepadanan (non-equivalence) baik yang disebabkan oleh perbedaan sistem kebahasaan maupun oleh perbedaan budaya antara bahasa sumber dan bahasa sasaran.