BAB I PENDAHULUAN. dalamnya metafora dan simile sebagai yang paling populer pada hampir semua
|
|
- Shinta Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simbol merupakan salah satu dari tiga jenis bahasa kiasan termasuk di dalamnya metafora dan simile sebagai yang paling populer pada hampir semua bahasa. Jika ketiganya dibandingkan, simbol termasuk yang kurang populer dibandingkan dengan dua lainnya. Apabila ditelusuri akar katanya, simbol berasal dari bahasa Yunani, yaitu symbollein, berfungsi sebagai verba yang artinya ialah mencocokkan. Lambat laun arti mencocokkan dalam konteks tanda atau materai perjanjian tersebut berubah arti menjadi tanda pengenal. Jadi, sesuatu dikenali melalui simbol. Tarigan (2009) menyatakan bahwa dalam keragaman pemikiran mengenai simbol ada dua refren utama yang disepakati bersama. Pertama, simbol telah dan sampai detik ini masih mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kedua, simbol merupakan alat yang kuat untuk memperluas pengetahuan, merangsang daya imajinasi, dan memperdalam pemahaman. Selama manusia masih mencari arti dari sebuah kehidupan maka manusia tidak akan pernah bisa lepas dari simbol. Pentingnya simbol dalam kehidupan manusia ditandai dengan munculnya aliran simbolisme di Perancis pada tahun Akan tetapi, seribu tahun sebelum munculnya aliran ini orang sudah menggunakan simbol untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka tentang fenomena, kehidupan, dan kematian. Encyclopedia Britannica mendefinisikan simbol sebagai elemen komunikasi yang mewakili kelompok orang, objek atau ide, yaitu semacam kiasan 1
2 2 yang digunakan untuk meningkatkan keindahan teks dan memiliki arti kiasan selain arti harfiahnya. Sejalan dengan itu, Shaw (1881:367) menyajikan definisi simbol sebagai sesuatu yang digunakan untuk, atau dianggap mewakili sesuatu yang lain. Atau, lebih khusus lagi, simbol adalah sebuah kata, frasa atau ekspresi lainnya yang memiliki makna kompleks yang saling terkait; dalam pengertian ini, simbol dipandang memiliki nilai-nilai yang berbeda dari apa pun yang diwakilinya. Definisi lain yang cukup menarik mengenai simbol dicetuskan oleh Ricoeur (1974) yang menyatakan bahwa simbol adalah struktur makna yang arti langsung, primer, atau harfiahnya menunjukkan arti lain yang tidak langsung, sekunder, dan figuratif yang hanya dapat dipahami melalui makna harfiahnya. Mengacu pada berbagai pemahaman yang ada tentang simbol, berikut adalah uraian mengenai fungsi simbol menurut pendapat beberapa filsuf terkenal yang terangkum dalam Dillistone (2002), yaitu: (a) mengungkapkan yang universal bukan sebagai impian atau bayangan, melainkan sebagai wahyu yang hidup (Goethe); (b) memperluas pengetahuan, merangsang daya imajinasi dan memperdalam pemahaman manusia, serta membuka dimensi-dimensi roh batiniah manusia sehingga terwujudlah suatu korespondensi dengan segi-segi realitas tertinggi (Tillich); dan (c) menyatakan suatu realitas suci atau kosmologis yang tidak dapat dinyatakan oleh manifestasi lainnya. Dalam hal ini, simbol menciptakan solidaritas tetap antara manusia dan Yang Kudus (Eliade) Pentingnya peranan simbol dalam kehidupan manusia khususnya menyangkut hal-hal yang bersifat rohaniah, dari sejak zaman dahulu,
3 3 menyebabkan jenis bahasa kiasan ini mendapat tempat khusus pada hampir seluruh bagian Kitab Suci umat Kristiani, baik pada Perjanjian Lama (PL) maupun Perjanjian Baru (PB). Bahkan, Kitab Wahyu sebagai kitab terakhir dari PB mengandung paling sedikit 130 buah simbol sehingga kitab ini dijuluki sebagai kitab simbol. Oleh karenanya, kitab ini cenderung untuk dikesampingkan oleh sebagian besar umat karena sulit untuk dimengerti. Sehubungan dengan ini pula, Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang memiliki beberapa ciri yaitu selain banyak memanfaatkan bahasa simbolis juga menekankan pada aspek supranatural dan sering berkonsentrasi pada hal-hal yang akan datang dan terutama akhir zaman (Chapman dan Emeritus, 2009). Terkait dengan cara menerjemahkan Kitab Wahyu, Bratcher dan Hatton (1993) menyatakan dua hal yang bertentangan yaitu bahwa penerjemah tidak perlu sepenuhnya memahami makna dari semua simbol yang terdapat pada Kitab Wahyu, tetapi hanya menerjemahkannya secara harfiah, jelas dan spesifik tanpa perlu menginterpretasinya. Namun, di lain sisi, terjemahan dinamis yang merupakan salah satu dari dua ideologi dalam penerjemahan Alkitab dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan pembaca akan pemahaman yang lebih mendalam tentang teks Kitab Suci seperti pada pembaca aslinya. Oleh karena itu penerjemah versi dinamis dituntut untuk memberikan beberapa petunjuk sehubungan dengan makna simbol yang terdapat pada Kitab Wahyu. Lebih jauh dikatakan bahwa yang menjadi hambatan untuk melakukan anjuran di atas adalah bahwa para penerjemah sendiri tidak tahu pasti arti simbolsimbol tersebut. Dengan memasukkan penafsiran ke dalam terjemahan, mungkin
4 4 sekali justru bisa menimbulkkan kesalahpahaman bagi pembacanya. Salah satu contoh adalah penerjemahan simbol darah dalam hubungan dengan karya penebusan Kristus pada Kitab Wahyu yang dalam Alkitab versi BIMK (Bahasa Indonesia Masa Kini) diterjemahkan menjadi kematian. Hal ini menimbulkan kontroversi hingga muncul pernyataan bahwa pendekatan kesepadanan dinamis bukanlah metode penerjemahan Alkitab tetapi semata-mata hanya interpretasi atau penafsiran Alkitab. Jadi, metode penerjemahan dinamis tidak menerjemahkan dari kata dalam bahasa aslinya tetapi menafsirkan menurut pikiran atau pandangan teologi kelompok tertentu, yaitu suatu sistem pemahaman teologi yang dikembangkan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Aliran teologi ini dapat membentuk komunitas yang saat ini dikenal dengan denominasi gereja seperti: Anglikan, Baptis, Lutheran, Presbiterian, Pentakostal, dll (Purwanto, 2005). Berdasarkan fakta di atas, salah satu hal yang patut digarisbawahi adalah bahwa dunia penerjemahan Alkitab tidak dapat terlepas dari fenomena harfiah bebas yang bahkan sudah terjadi sejak abad pertama sebelum masehi. Bassnett (1991:47) juga mengungkapkan bahwa pertentangan antara dua kubu terjemahan, yaitu harfiah dan bebas, sudah dimulai pada zaman Kekaisaran Romawi dan sejak saat itu terus menjadi titik perdebatan dalam berbagai hal sampai dengan saat ini. Hal ini tercermin pula dari penggolongan terhadap karya penerjemahan yang dicetuskan oleh beberapa tokoh linguistik menjadi dua kelompok besar, di antaranya, adalah Beekman dan Callow (1974) dengan literal versus idiomatik, House (1977) dengan terbuka versus tertutup, Newmark (1981) dengan semantik versus komunikatif, Pym (1992) dengan observasional versus partisipatif dan juga
5 5 yang cukup terkenal adalah Venuti (1995, 1998) dengan forenisasi versus domestikasi. Di satu sisi, sebuah karya terjemahan diharapkan setia pada teks aslinya, dan di lain sisi, harus komunikatif terhadap pembaca modern dalam bahasa target. Dalam hal ini, penerjemah sendiri harus memutuskan prioritas mereka, apakah akurasi yang menjadi prioritas tertinggi ataukah bahasa yang ringan dan mudah dimengerti. Namun, sayangnya seperti halnya fakta yang terpapar di atas terhadap penerjemahan simbol darah, penentuan prioritas tersebut sering kali disertai dengan pertentangan beberapa golongan yang menganggap kubu terjemahan yang satu lebih baik dari kubu terjemahan yang lain. Ryken (2004), misalnya, dengan tegas mengungkapkan lima efek negatif dari versi terjemahan Alkitab yang menerapkan metode kesepadanan dinamis dan sepuluh alasan mengapa pembaca harus percaya pada versi terjemahan yang menerapkan metode kesepadanan formal. Salah satu efek negatif yang dikemukakannya tentang metode kesepadanan dinamis pada versi terjemahan bebas adalah bahwa produk terjemahan ini mustahil secara logika dan linguistik. Menurutnya, adalah sesuatu yang mustahil untuk menerjemahkan pikiran karena tidak ada pikiran yang tidak memiliki tubuh yang dalam hal ini adalah kata-kata. Dengan kata lain, ide dan pikiran sangat tergantung dari kata-kata yang tersaji. Sebaliknya, di antara sepuluh alasan yang diungkapkan oleh Ryken (2004) untuk percaya pada produk terjemahan harfiah, salah satunya adalah bahwa versi ini selalu berupaya untuk menjaga hakikat mendasar penerjemahan karena para penerjemah tidak
6 6 melampaui tugas mereka sebagai pengalih bahasa menjadi penafsir, yaitu dengan menambahkan komentar interpretatif pada teks Kitab Suci. Namun, jika kembali pada fakta sejarah, kehadiran terjemahan dinamis sudah tidak terelakkan lagi dan bahkan mulai mendominasi sejak tahun Latuihamallo (1994) menyatakan bahwa terjemahan semacam ini sangat bermanfaat untuk mengetahui arti, berita, atau amanat yang tercantum dalam naskah asli Alkitab, khususnya bagi orang awam, yaitu mereka yang ingin membaca dan mendalami Alkitab tanpa pendidikan teologi formal. Beberapa simbol pada Kitab Wahyu yang diterjemahkan secara dinamis adalah sebagai berikut: (i) (ii) the crown of life menjadi hidup sejati dan kekal the key of David menjadi kunci yang dimiliki Daud Fakta di atas menunjukkan bahwa perlu dilakukan penelitian yang mendalam terhadap penerjemahan simbol tentunya dalam kerangka fenomena yang mewarnai dunia penerjemahan Alkitab yang selalu diperhadapkan pada dua pilihan, yaitu harfiah dan bebas. Simbol, di satu sisi, tidak hanya bersifat figuratif tetapi yang sangat mendasar adalah bahwa kata, frasa, atau ekspesi lainnya yang hadir sebagai simbol selalu menunjuk pada sesuatu yang berada di luar dirinya. Esensi lainnya tentang jenis bahasa figuratif ini adalah kehadirannya memiliki fungsi yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia dan khususnya dalam kehadirannya sebagai bagian dari Alkitab bagi kehidupan umat Kristiani dalam mendalami Firman Tuhan. Terlebih lagi, sesuatu yang sangat signifikan ini hadir di tengah pertentangan antara dua ideologi penerjemahan Alkitab yang, yaitu forensiasi dan domestikasi.
7 7 Berdasarkan pada seluruh pemaparan yang dilandasi oleh berbagai fakta dalam penerjemahan bahasa simbolis khususnya pada Kitab Wahyu, penelitian ini dilakukan untuk meneliti secara mendalam, baik tipe, makna maupun proses transfer simbol verbal, dari BSu ke BSa. Mengingat simbol merupakan jenis bahasa figuratif yang khusus dan sangat kompleks maka proses analisis dalam penelitian ini tidak hanya akan melibatkan teori terjemahan tetapi juga memanfaatkan teori semantik dan semiotik, yang kesemuanya diterapkan secara eklitik agar dapat memahami makna simbol tidak hanya pada tataran teks tetapi juga konteks kalimat. Mengenai hal ini, para pakar kajian penerjemahan tampaknya sepakat bahwa analisis teks yang ideal seharusnya dilakukan pada tataran tekstual (discourse). Nida dan Taber (1974:152) mengemukakan bahwa fokus dalam penerjemahan adalah pada tataran paragraf, bahkan dimungkinkan sampai pada tataran wacana secara keseluruhan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat dua masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Bagaimanakah tipe dan makna simbol yang terdapat pada Kitab Wahyu dilihat dari perspektif dikotomi terjemahan harfiah dan bebas? 2) Bagaimanakah korelasi ideologi terhadap strategi penerjemahan simbol dalam dikotomi terjemahan harfiah dan bebas serta pengaruhnya terhadap kesepadanan formal pada terjemahan harfiah dan kesepadanan dinamis pada terjemahan bebas?
8 8 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara rinci, kedua tujuan dimaksud terpapar berikut ini Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengembangkan penelitian tentang terjemahan teks apokaliptik yang terdapat di dalam Alkitab sekaligus menjawab fenomena global terjemahan Alkitab yang berada pada dua kubu ekstrem, yaitu terjemahan harfiah dan terjemahan bebas; 2) memanfaatkan kajian terjemahan dalam menganalisis produk dari dua versi terjemahan Alkitab bahasa Indonesia tentang simbol-simbol verbal yang terdapat dalam Kitab Wahyu; 3) menyelidiki penerapan strategi penerjemahan bahasa simbolis dalam Kitab Wahyu; 4) menarik perhatian para pembaca Alkitab untuk membaca dan memahami Kitab Wahyu yang selama ini dianggap sulit untuk dimengerti Tujuan Khusus Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada subbab 1.2, tujuan khusus penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut. 1) Mengidentifikasi tipe-tipe simbol verbal religi yang terdapat dalam versi terjemahan harfiah dan bebas Kitab Wahyu;
9 9 2) Mengidentifikasi makna simbol-simbol verbal religi yang terdapat dalam versi terjemahan harfiah dan bebas Kitab Wahyu. 3) Mengidentifikasi ketepatan penerapan strategi penerjemahan atas simbol-simbol verbal religi yang terdapat dalam versi harfiah dan bebas dari Kitab Wahyu. 4) Mengidentifikasi korelasi antara ketepatan pemanfaatan strategi penerjemahan sesuai dengan ideologi yang dianut terhadap kesepadanan formal pada terjemahan harfiah dan kesepadanan dinamis pada terjemahan bebas. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara rinci kedua manfaat dimaksud dapat dikemukakan sebagai berikut: Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam: 1) mengembangkan model kajian terhadap penerjemahan simbolsimbol verbal khususnya yang sarat dengan muatan religi dengan memanfaatkan kajian semiotik di dalam penerjemahan; 2) memperkaya teori penerjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, khususnya yang menyangkut studi perbandingan dalam penerjemahan dan penerapan strategi penerjemahan yang tepat dalam menerjemahkan bahasa simbol yang sarat dengan muatan religi dalam teks-teks apokaliptik; dan
10 10 3) memperkuat argumen bahwa dengan penerapan strategi yang tepat, tingkat akurasi dan keterbacaan produk terjemahan pada kedua kubu terjemahan, yaitu harfiah dan bebas dapat ditingkatkan Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1) mengungkapkan kiat-kiat penerjemahan bahasa simbolis yang dapat dimanfaatkan dalam memperbaiki terjemahan Alkitab mengingat bahasa simbolis dipergunakan di seluruh bagian Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru; 2) mengungkapkan makna di balik simbol-simbol yang sarat dengan muatan religi dalam Kitab Wahyu, penerapan teori semiotik sebagai strategi yang dipilih oleh penulis termasuk di dalamnya analisis sintagmatik dan paradigmatik untuk mengamati hubungan simbol dengan tanda-tanda penting lainnya dalam kode yang sama, dan mempelajari simbol berdasarkan pada arti dan referensinya sebagai tanda yang sudah dikenal atau digunakan dalam literatur lainnya dengan memanfaatkan ensiklopedi, dan komentar dalam upaya untuk menemukan makna simbol secara universal; 3) mendorong peneliti lain untuk meneliti jenis karya sastra lainnya dalam Alkitab khususnya dalam bidang penerjemahan di antaranya puisi misalnya pada Kitab Mazmur, Kitab Ratapan dan Kitab Kidung Agung, sastra nubuat misalnya pada Kitab Yosua, Kitab Hakim- Hakim, Kitab Samuel dan lain-lain, sastra sejarah baik Perjanjian
11 11 Lama maupun Perjanjian Baru misalnya kitab Kejadian sampai Ester, serta karya sastra dalam bentuk surat-surat yang dalam bahasa Inggris disebut epistles, misalnya surat-surat yang ditulis oleh Rasul Paulus; 4) menggugah minat peneliti lain untuk melakukan studi terhadap beberapa versi lain terjemahan Alkitab dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah yang belum terjamah dalam penelitian ini. Saat ini untuk terjemahan lengkap (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) sudah terdapat 24 versi terjemahan Alkitab dalam bahasa daerah di Nusantara termasuk bahasa Bali. Sedangkan untuk terjemahan sebagian (Perjanjian Baru saja) sudah diterjemahkan ke dalam 67 bahasa daerah di Nusantara. Untuk versi sebagian, yang terakhir terbit adalah Alkitab dalam bahasa Alun (Maluku) yaitu pada tahun 2012; 5) menjembatani tegangan antara dua kubu ekstrem penerjemahan Alkitab yang saling bertentangan yaitu harfiah dan bebas, khususnya pada penerjemahan bahasa simbolis yang mudah menyebabkan salah penafsiran di kalangan pembaca Alkitab. Untuk itu penelitian ini dilakukan berlandaskan asumsi bahwa penerapan teori penerjemahan yang tepat pada kedua versi terjemahan akan mampu mempersempit jurang pemisah yang menimbulkan ketegangan kutub terjemahan harfiah dan bebas; dan 6) meningkatkan pemahaman teologis para pembaca Alkitab yang berasal dari beberapa kalangan, acuan bagi penyatuan persepsi
12 12 terhadap Kitab Wahyu yang termasuk dalam kitab apokaliptik yang sulit untuk dipahami, dan membantu, masing-masing kalangan pembaca di dalam memilih versi terjemahan Alkitab yang tepat. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian yang mengetengahkan model komunikasi tiga bahasa, dikembangkan oleh Nida (1960:46) secara khusus untuk penerjemahan Injil. Model ini menekankan pada pemahaman pesan Injil yang mengacu ke dalam bahasa Yunani dan Ibrani, kemudian ke dalam bahasa Inggris, lalu diterjemahkan lagi ke dalam bahasa ketiga yang mempunyai kekhususan bahasa dan budaya. Jika dihubungkan dengan kategori yang dikemukakan oleh Holmes (1998b/2000) tentang studi penerjemahan, yang membedakan antara terapan dan murni dan membagi lagi studi penerjemahan murni menjadi teoretis dan deskriptif dan selanjutnya membagi studi terjemahan deskriptif menjadi studi yang berorientasi pada produk dan proses, penelitian ini berfokus pada studi terjemahan yang berorientasi pada produk terjemahan. Akan tetapi hal ini tentunya tidak terlepas dari proses yang dilakukan oleh penerjemah dalam menghasilkan produk terjemahan. Sehubungan dengan hal ini pula, penelitian ini mencakup tiga aspek dalam penelitian penerjemahan seperti yang diungkapkan oleh Nababan (2007) yaitu aspek genetik yang mengungkap kompetensi yang dimiliki penerjemah, aspek objektif yang menyangkut kualitas produk terjemahan, dan afektif yang menyangut tanggapan pembaca terhadap produk terjemahan.
13 13 Holmes (1998b/2000) lebih lanjut mengungkapkan bahwa studi terjemahan yang berorientasi pada karya terjemahan mencakup pemaparan atau analisis terjemahan BSu ke BSa atau analisis perbandingan dari beberapa BSa yang berasal dari BSu yang sama. Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini merupakan studi yang memaparkan dan menganalisis dua tipe produk terjemahan, yaitu versi harfiah dan bebas, dari Alkitab terjemahan bahasa Inggris (dan atau Yunani) ke bahasa Indonesia khususnya terhadap simbol-simbol verbal yang ditemukan di dalam kitab terakhir dari 66 kitab yang terangkum di dalam Alkitab umat Kristiani yang dikenal dengan Kitab Wahyu. Pembahasan penelitian ini berfokus pada pengidentifikasian tipe dan makna simbol verbal religi yang ditemukan dalam kitab Wahyu. Selanjutnya dilakukan penyelidikan pada tingkat ketepatan penerapan strategi penerjemahan dalam menerjemahkan simbol-simbol verbal religi yang terdapat dalam versi harfiah dan bebas Kitab Wahyu yang selanjutnya bermuara pada proses mengidentifikasi kesepadanan versi terjemahan harfiah dan bebas dari Kitab Wahyu berdasarkan pada prinsip-prinsip kesepadanan formal pada terjemahan harfiah dan kesepadanan dinamis pada terjemahan bebas. Data sekunder dalam penelitian ini dikumpulkan dari satu kelompok responden, yaitu grup pembaca yang dianggap awam dalam hal tidak mempelajari Alkitab melalui studi formal. Data kemudian dianalisis guna mengetahui aspek emotif penerjemahan simbol dari TSu ke TSa.
IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)
IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. ilmiah yang pernah ditulis dan penelitian yang sudah dilakukan mengenai
14 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN Secara umum, bagian ini terdiri atas empat bagian. Bagian pertama merupakan kajian pustaka, yang di dalamnya mengulas beberapa hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat
Dikutip dari buku: UCAPAN PAULUS YANG SULIT Oleh : Manfred T. Brauch Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara - Malang - 1997 Halaman 161-168 BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat Sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih
Lebih terperinciGagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.
TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan
Lebih terperinciKeterangan Dasar Tentang Alkitab
Keterangan Dasar Tentang Alkitab Alkitab ditulis untuk segala macam manusia - muda dan tua, tidak terpelajar dan terpelajar, kaya dan miskin. Alkitab adalah pedoman rohani untuk mengajar orang bagaimana
Lebih terperinciAlkitab. Persiapan untuk Penelaahan
Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan memegang peranan yang sangat penting hampir diseluruh aspek kehidupan manusia. Dalam kaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, penerjemahan adalah
Lebih terperinciBAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak menggunakan metode penerjemahan sama makna dan bentuk dengan total 208 kalimat. Metode penerjemahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun
Lebih terperinciAlkitab Sebagai Karya Sastra
Alkitab Sebagai Karya Sastra Ketika saudara berbicara dengan seseorang, saudara ingin orang itu mengerti maksud saudara. Jadi saudara memilih cara pengungkapan yang akan memperjelas gagasan itu. Dengan
Lebih terperinciJIKA ALKITAB SATU-SATUNYA OTORITAS KITA DALAM AGAMA, MENGAPA MANUSIA MENAFSIRKAN ALKITAB SECARA BERLAINAN?
JIKA ALKITAB SATU-SATUNYA OTORITAS KITA DALAM AGAMA, MENGAPA MANUSIA MENAFSIRKAN ALKITAB SECARA BERLAINAN? Salah satu prinsip yang diterapkan untuk mengambil arti dari nas-nas Alkitab adalah agama sejati
Lebih terperinciBerkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit
Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit 19 Februari 2008 Jakarta 1 Berkenalan dengan Kitab Wahyu Sedikit tentang Sastra Apokaliptik Kitab terakhir dalam Alkitab bernama: Wahyu. Ini sebetulnya adalah
Lebih terperinciRESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik
RESENSI BUKU Judul : Keselamatan Milik Allah Kami Penulis : Christopher Wright Penerbit : Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur Tahun : 2011 Halaman : 225 halaman Dalam buku ini Christopher Wright berupaya
Lebih terperinciYesus yang Asli. oleh Kermit Zarley
Yesus yang Asli oleh Kermit Zarley Yesus dari Nazaret adalah manusia yang paling terkenal yang pernah hidup di muka bumi ini. Namun siapakah dia? Untuk mengenal dia, kita perlu mengarahkan perhatian kepada
Lebih terperinciBerkenalan dengan PB. DR Wenas Kalangit. Bina Teologia Jemaat GKI Kavling Polri 23 Oktober 2007 Jakarta
Berkenalan dengan PB DR Wenas Kalangit 23 Oktober 2007 Jakarta 1 Berkenalan dengan PB Pengantar Secara tradisional, studi biblika (Perjanjian Lama [PL] dan Perjanjian Baru [PB]) di sekolah-sekolah tinggi
Lebih terperinciNubuatan Kitab Wahyu dan Penggenapannya i
Nubuatan Kitab Wahyu dan Penggenapannya i Nubuatan Kitab Wahyu dan Penggenapannya: Analisis Teks, Konteks, dan Fakta Historis --Yogyakarta: LeutikaPrio, 2018 x + 180 hlm.; 16 23 cm Cetakan Pertama, Januari
Lebih terperinciBuku yang Diberikan Allah kepada I(ita
Buku yang Diberikan Allah kepada I(ita Pernahkah saudara bertanya-tanya dalam hati bagaimana Allah memberikan Alkitab kepada kita? Apakah Alkitab itu mungkin disiapkan oleh malaikat dan kemudian ditinggalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesis berbasis teks, beragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya
Lebih terperinciPendahuluan. Artikel lama tentang Prinsip Penafsiran Sederhana. Oleh Daniel Ronda
Artikel lama tentang Prinsip Penafsiran Sederhana Oleh Daniel Ronda Pendahuluan Firman Tuhan penting bagi kita orang percaya. Ada beberapa point tentang pentingnya Alkitab bagi kita. [1] Pertama, karena
Lebih terperinciKEHIDUPAN KRISTUS, 1 DAVID L. ROPER
KEHIDUPAN KRISTUS, 1 DAVID L. ROPER Kursus: Kehidupan Kristus, 1 Pengarang: David L. Roper Kursus ini dikembangkan dari serial Truth for Today berjudul The Life of Christ yang diterbitkan oleh Truth for
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out Indonesia menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep
Lebih terperinciGEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN
GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perempuan di berbagai belahan bumi umumnya dipandang sebagai manusia yang paling lemah, baik itu oleh laki-laki maupun dirinya sendiri. Pada dasarnya hal-hal
Lebih terperinciKebenaran Kitab Suci Diterjemahkan dari Family Radio Bukti-Bukti Luar
Kebenaran Kitab Suci Diterjemahkan dari Family Radio http://www.familyradio.com/cross/tract/how-true.htm Bukti-Bukti Luar Bukti-bukti luar, yaitu fakta-fakta diluar Kitab Suci memperlihatkan bahwa Kitab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat
Lebih terperinciMARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB BANGUNLAH, BERILAH DIRIMU DIBAPTIS (1)
MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB BANGUNLAH, BERILAH DIRIMU DIBAPTIS (1) Dalam Kitab Kisah Rasul tercatat beberapa kasus pertobatan dimana orang yang mendengar injil Kristus menyerahkan
Lebih terperinciEksposisi Surat 1 Petrus: Penerima Surat 1Pet.1:1 2 Ev. Calvin Renata
Eksposisi Surat 1 Petrus: Penerima Surat 1Pet.1:1 2 Ev. Calvin Renata Tidak seperti surat rasul Paulus yang ditujukan kepada satu jemaat, Petrus langsung menuliskan suratnya untuk ke-5 jemaatnya. Suratnya
Lebih terperinciMenurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah
Tinjauan Buku STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY Jusuf Nikolas Anamofa janamofa@yahoo.com Judul Buku : Studying Christian Spirituality Penulis : David B. Perrin Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Routledge -
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan minat baca paling rendah di dunia, setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011. Selain itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu karya sastra. Dengan membaca karya sastra termasuk melakukan proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang komik ingin menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang diungkapkan melalui bahasa sebagai pengantar yang memiliki nilai estetika atau keindahan
Lebih terperinciMARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN
MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN Dari Kisah 2 kita tahu bahwa ketika seseorang dibaptis, Tuhan menambahkan dia kepada gereja-nya. Nas lain yang mengajarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi
Lebih terperinciPertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?
Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama
Lebih terperinciTanggapan balik untuk tulisan Esra Alfred Soru Apakah Tuhan Yesus = Allah Sejati? (1)
Tanggapan balik untuk tulisan Esra Alfred Soru Apakah Tuhan Yesus = Allah Sejati? (1) Frans Donald Shalom elekhem (=[as]salamu'alaikum) para pembaca yang bersahaja di NTT. Pertama-tama saya mengucapkan
Lebih terperinciBACA-GALI ALKITAB: PB & PL (APA YANG SAYA PELAJARI) 7 Juli 2015, YLSA Victor Christianto
BACA-GALI ALKITAB: PB & PL (APA YANG SAYA PELAJARI) 7 Juli 2015, YLSA Victor Christianto Tujuan Presentasi Untuk memahami problem Sinoptik dalam Injil. Untuk mengenali beberapa kitab dalam Perjanjian Lama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskripsi kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran, keinginan, pendapat, dan perasaan seseorang kepada
Lebih terperinciMisiologi David Bosch
Misiologi David Bosch Definisi Sementara Misi. 1. Iman Kristen bersifat misioner, atau menyangkali dirinya sendiri. Berpegang pada suatu penyingkapan yang besar dari kebenaran puncak yang dipercayai penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Buku Hukum The Concept of Law karya H.L.A Hart dan terjemahannya Konsep Hukum merupakan buku teori hukum atau jurisprudence, bukan merupakan hukum secara praktek.
Lebih terperinciKITAB WAHYU 1. Kitab Wahyu kepada Yohanes adalah kitab terakhir dalam kanon yang menutup sejarah Perjanjian Baru. 2. Kitab ini juga merupakan sebuah k
PENDAHULUAN KITAB WAHYU KITAB WAHYU 1. Kitab Wahyu kepada Yohanes adalah kitab terakhir dalam kanon yang menutup sejarah Perjanjian Baru. 2. Kitab ini juga merupakan sebuah kitab Kristen yang berisikan
Lebih terperinciAllah dan Pelayan-Pelayan-Nya 1Tim.3:1-13 Ev. Calvin Renata
Allah dan Pelayan-Pelayan-Nya 1Tim.3:1-13 Ev. Calvin Renata Tatkala Allah membuat satu perjanjian (covenant) dengan manusia, kita melihat ada semacam satu paradoks yang sering dilupakan sekaligus sering
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.
BAB V PENUTUP Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. Kesimpulan Teologi pluralisme agama memang simpatik karena ingin membangun teologi
Lebih terperinciMENGHAKIMI ATAU TIDAK MENGHAKIMI?
MENGHAKIMI ATAU TIDAK MENGHAKIMI? Dr. Steven E. Liauw Salah satu hal yang sering saya dengar dari orang-orang Kristen, ketika saya sedang berdiskusi Alkitab dengan mereka, terutama ketika saya menunjukkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Penelitian Dalam setiap penelitian sangat perlu sekali untuk membatasi ruang lingkup penelitian berupa batasan terhadap obyek masalah penelitian agar sebuah
Lebih terperinciSintetis Memadukan Bagian-Bagian
Sintetis Memadukan Bagian-Bagian Roh Kudus memberikan maksud khusus kepada tiap-tiap penulis Alkitab untuk menulis. Maksud saudara menulis menentukan empat hal berikut: (1) istilah-istilah dalam penulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menerjemahkan suatu teks bahasa sumber (Bsu) ke dalam teks bahasa sasaran (Bsa) merupakan tugas yang cukup rumit dan tidak mudah karena penerjemah harus mampu menghasilkan
Lebih terperinciRevelation 11, Study No. 38 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No.38, oleh Chris McCann
Revelation 11, Study No. 38 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No.38, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.
Lebih terperinciSeri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 2, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible
Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 2, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini kita akan membicarakan Pembahasan No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep tentang panggilan sudah ada sejak jaman Israel kuno seiring dengan pengenalan mereka tentang Allah. Misalnya panggilan Tuhan kepada Abraham (Kej 12:
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan
192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi atau pakar-pakar terjemahan untuk penyebaran informasi dari satu
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan
Lebih terperinciVISI KEBUTUHAN PENERJEMAHAN ALKITAB DI INDONESIA DAN DI SELURUH DUNIA. Roger E. Doriot 1
VISI 2025 - KEBUTUHAN PENERJEMAHAN ALKITAB DI INDONESIA DAN DI SELURUH DUNIA Roger E. Doriot 1 rogerdoriot@gmail.com sttjaffraymakassar@yahoo.co.id Artikel 1 Visi 2025 Kenapa Penerjemahan Alkitab Penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru (musim semi), natsu (musim panas), aki (musim gugur), fuyu (musim dingin). Setiap musim mempunyai ciri
Lebih terperinciSeri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 1, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible
Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 1, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini kita akan membicarakan Pembahasan No.
Lebih terperinciSurat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini
Catatan: Bahan ini diambil dari http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=47, diakses tanggal 3 Desember 2012. Selanjutnya mahasiswa dapat melihat situs www.sabda.org yang begitu kaya bahan-bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mempertentangkan aspek-aspek dua bahasa yang berbeda untuk menemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan menerjemahkan bukanlah sesuatu yang baru bagi manusia karena sudah sejak lama manusia melaksanakannya. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary
Lebih terperinciBerakar dalam. Firman Tuhan. Pembacaan Alkitab setahun
Berakar dalam Firman Tuhan Pembacaan Alkitab setahun 2 Pembacaan Alkitab setahun Alasan Membaca Keseluruhan Alkitab Untuk Mengenal Allah Membaca keseluruhan Alkitab akan memberi anda pemahaman yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk melanjutkan
Lebih terperinciIslam dan Sekularisme
Islam dan Sekularisme Mukaddimah Mengikut Kamus Dewan:- sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Dan sekularisme pula bermakna faham, doktrin atau pendirian
Lebih terperinciOleh, Yohanes Yuniatika NIM: SKRIPSI
PENGKHIANATAN YUDAS ISKARIOT TERHADAP YESUS DALAM INJIL YOHANES (Studi Hermeneutik Sosio-Politik Terhadap Narasi Pengkhianatan Yudas Iskariot Yang Terdapat Dalam Injil Yohanes 13: 1-35) Oleh, Yohanes Yuniatika
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki
Lebih terperinci1 Petrus 1:1. Para penerima. 1 Petrus 1:2. Orang-orang percaya yang dipilih. 1 Petrus 1:3-12. Topik.
Lesson 2 for April 8, 2017 Sebagian besar Kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bentuk surat. Surat-surat itu ditulis kepada personal, gereja atau sekelompok jemaat. Kitab 1 dan 2 Petrus adalah surat universal
Lebih terperinciBUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS
MAKALAH 3 BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS Oleh Herlianto herlianto@yabina.org (Depok, Indonesia) ( Ya y a s a n b in a a w a m ) *) Makalah ini disampaikan dalam rangka Seminar Pneumatologi yang diselenggarakan
Lebih terperincipeningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain
Eni Sukaeni, 2012 Penggunaan Model Penemuan Konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kualitas kehidupan, serta
Lebih terperinciLevel 3 Pelajaran 6. RAJA DAN KERAJAAN-NYA Oleh Don Krow
Level 3 Pelajaran 6 RAJA DAN KERAJAAN-NYA Oleh Don Krow Di Perjanjian Lama, apa yang membedakan bangsa Israel dari bangsa-bangsa lain adalah mereka merupakan sebuah teokrasi. Dengan kata lain, mereka diperintah
Lebih terperinciPdt Gerry CJ Takaria
KESATUAN ALKITAB DAN GEREJA ATAU JEMAAT Roh Kudus merupakan kekuatan penggerak di belakang kesatuan Jemaat (Ef. 4:4-6). Dengan memanggil mereka dari pelbagai suku-bangsa, Roh Kudus membaptiskan mereka
Lebih terperinciSelamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab. EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini kita akan
Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini kita akan mempelajari Pembahasan No. 57 dari kitab Wahyu, pasal 14 dan kita akan terus melihat ke dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda
Lebih terperinciUKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan
25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan
Lebih terperinciSeri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #34 oleh Chris McCann
Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #34 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #34 tentang Wahyu, pasal
Lebih terperinciSurat-surat Am DR Wenas Kalangit
Surat-surat Am DR Wenas Kalangit 22 Januari 2008 Jakarta 1 Surat-surat Ibrani dan Am Catatan Umum Delapan surat terakhir dalam PB disebut juga dengan nama: Surat-surat Am atau Umum. Disebut demikian karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi yang dijadikan sebagai perantara dalam pembelajaran. Penggunaan bahasa sesuai dengan kedudukannya yaitu pada situasi resmi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada
Lebih terperinciBenarkah di Kitab Perjanjian Lama. tidak ada kata YAHWEH?
Benarkah di Kitab Perjanjian Lama tidak ada kata YAHWEH? Tgl. 25 Januari 2010 lalu, saya menerima sebuah sms yang isinya: "Berita dari teman di Malaysia. Ada 15 gereja lagi dibakar di Malaysia. Doakan
Lebih terperinciPENELAAHAN ALKITAB. Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya. Pdt. Stephen Sihombing, MTh
PENELAAHAN ALKITAB Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya Pdt. Stephen Sihombing, MTh Materi Bina Pelkat GP GPIB 2 Menikah dengan 2 orang putri Sarjana Teologi dari STT Jakarta Vikaris di GPIB Mangamaseang,
Lebih terperinciPada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.
Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #1 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #1 tentang Wahyu, pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang yang masuk ke Indonesia tidak hanya animasi, komik, dan musik namun juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer dari Jepang saat ini menjadi tren di beberapa kalangan masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan akses informasi, produk budaya Jepang yang masuk
Lebih terperinci