Penerjemahan Metafora
|
|
- Ida Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Penerjemahan Metafora Parlindungan Pardede Universitas Kristen Indonesia Pendahuluan Metafora lazim digunakan dalam komunikasi sehari-hari untuk memperkenalkan objek atau konsep baru atau menawarkan makna yang lebih tepat. Namun ungkapan ini digunakan secara lebih intensif dalam karya sastra, khususnya puisi. Selain untuk memperkenalkan objek atau konsep baru seperti dalam komunikasi sehari-hari, dalam puisi metafora digunakan untuk mengungkapkan makna secara singkat dan padat dan sekaligus menghadirkan efek puitis. Makalah ini menyoroti konsep-konsep yang berkaitan dengan penerjemahan metafora. Pembahasan diawali dengan kontroversi translatibilitas metafora, yang kemudian dilanjutkan dengan strategi penerjemahan yang dapat digunakan dalam pekerjaan menerjemahkan metafora. Pada bagian akhir, secara singkat diulas aspek-aspek yang memengaruhi pemilihan strategi penerjemahan metafora. Translatibilitas Metafora (Metaphor Translatibility) Meskipun sering digunakan, metafora ini sering dijuluki sebagai ekspresi yang misterius karena maknanya sulit dijelaskan, apalagi diterjemahkan, sehingga metafora dipandang sebagai bagian paling sulit dalam tugas penerjemahan. Menurut Newmark (1998: 104), masalah utama dalam penerjemahan secara umum adalah pemilihan metode penerjemahan bagi sebuah teks, sedangkan masalah penerjemahan yang paling sulit secara khusus adalah penerjemahan metafora. Sebagai akibat dari kesulitan
2 itu, terdapat dua pandangan yang bertentangan secara ekstrim mengenai translatibilitas metafora. Menurut Dagut (1987: 25), di satu pihak, tidak sedikit ahli penerjemahan, seperti Nida, Vinay and Darbelnet, yang menganggap metafora tidak bisa diterjemahkan. Di pihak lain, beberapa tokoh, seperti Kloepfer dan Reiss, menganggap bahwa metafora, sebagai bagian dari bahasa, bisa diterjemahkan. Translatibilitas ini didukung oleh beberapa kajian yang menunjukkan bahwa, walaupun sebagian metafora harus diterjemahkan secara ekstra hati-hati, majas ini tetap bisa diterjemahkan. Selain kedua pihak yang beroposisi di atas, tidak sedikit pakar penerjemahan yang tidak mau terlibat dalam persoalan penerjemahan metafora. Akibatnya, teori dan kajian tentang penerjemahan metafora yang tersedia sangat minim. Terdapat paling tidak tiga penyebab sulitnya penerjemahan metafora. Pertama, seperti dijelaskan oleh Dagut (1987: 24), metafora dalam BSu, pada hakikatnya, merupakan unsur semantik yang baru. Akibatnya, BSa tidak memiliki persediaan padanan untuk metafora itu. Kedua, metafora merupakan bagian dari sebuah bahasa, dan semua bahasa pada hakikatnya tidak terpisahkan dari budaya. Akibatnya, kebanyakan metafora sangat sarat dengan nilai-nilai budaya. Sehubungan dengan itu, metafora hanya dapat dipahami jika nilai-nilai budaya yang terkait dengannnya telah terlebih dahulu dipahami. Ketiga, metafora merupakan sarana untuk mengungkapkan makna secara kreatif, singkat, dan padat. Oleh karena itu, agar mampu menerjemahkan metafora, penerjemah harus mampu menulis secara kreatif. Senada dengan itu, Larson (1998: ) menjelaskan enam penyebab sulitnya memahami dan menerjemahkan metafora. Penyebab pertama adalah citra yang digunakan dalam metafora mungkin tidak lazim dalam BSa. Sebagai contoh, ungkapan white as snow tidak begitu dipahami oleh penutur bahasa Indonesia. Ungkapan itu lebih baik diterjemahkan menjadi seputih kapas. Ke dua, topik metafora tidak selalu dinyatakan dengan jelas. Sebagai contoh, ungkapan the tide turned against the
3 government sulit dipahami pembaca karena ketidaktahuan bahwa the tide mengacu pada opini public. Ketiga, titik kesamaan kadang-kadang implisit sehingga sulit diidentifikasi atau mengakibatkan pemahaman yang berbeda bagi penutur bahasa lain. Sebagai contoh, ungkapan He is a pig bisa diapahami menjadi Dia jorok, atau Dia rakus dalam budaya tertentu. Ke empat, perbedaan budaya BSu dan BSa dapat membuat penafsiran yang berbeda terhadap titik kesamaan. Ke lima, BSa mungkin tidak membuat perbandingan seperti yang terdapat pada metafora TSu. Sebagai contoh, bahasa Inggris mengungkapkan perdebatan yang sengit dengan ungkapan storm, seperti dalam There was a storm in the parliament yesterday. Namun bahasa lain mungkin menggunakan fire, bukan storm untuk menyatakan hal yang sama. Keenam, setiap bahasa memiliki perbedaan dalam penciptaan dan penggunaan ungkapan. Berdasarkan kajiannya atas beberapa bagian sebuah novel Ibrani dan terjemahannya dalam bahasa Inggris, Larson (1998: 17) menyebutkan dua faktor yang menentukan translatibilitas metafora. Pertama, pengalaman kultural khusus dan asosiasi semantik yang dieksploitasi oleh metafora tersebut. Jika vehicle (topik) sebuah metafora sarat dengan muatan budaya dan asosiasi semantik yang spesifik, metafora itu tidak bisa diterjemahkan. Faktor kedua adalah faktor linguistik. Jika sebuah metafora mengandung unsur-unsur leksikal spesifik yang tidak bisa direproduksi dalam bahasa target, metafora itu tidak bisa diterjemahkan. Sedangkan van den Broeck (1981) menjelaskan bahwa kaidah penerjemahan teks secara umum berlaku juga pada penerjemahan metafora. Namun, mengingat hakikat metafora yang memiliki kekhususan, kaidah berikut dapat diterapkan pada penerjemahan metafora: (1) Tingkat translatibilitas tinggi jika bahasa BSu dan BSa merupakan jenis bahasa yang dekat, dengan catatan poin kedua dan ketiga berikut dipenuhi. (2) Tingkat translatibilitas tinggi bila BSu dan BSa memiliki kontak. (3) Tingkat
4 translatibilitas tinggi jika evolusi kebudayaan secara umum di BSu dan BSa sejajar. (4) Tingkat translatibilitas rendah bila penerjemahan melibatkan lebih dari satu jenis informasi. Dengan kata lain, sebuah teks dengan kandungan satu informasi lebih mudah diterjemahkan daripada teks dengan jenis informasi yang banyak. Snell-Hornby (1955: 41), yang mengadopsi dan mengembangkan model van den Broeck, menekankan bahwa translatibilitas sebuah metafora tidak dapat ditentukan hanya melalui seperangkat kaidah-kaidah yang abstrak tetapi tergantung pada struktur dan fungsi metafora dalam teks yang dikerjakan. Tingkat translatibilitas sebuah metafora ditentukan oleh tingkat kekhususan budaya teks sasaran serta jarak geografis dan waktu pemisah latar belakang budaya antara BSu dan BSa. Paparan di atas mengungkapkan bahwa keunikan metafora dalam penerjemahan membuat pandangan para ahli terhadap translatibilitas majas ini cukup beragam. Sebagian ahli menganggap metafora tidak bisa diterjemahkan. Sebagian lagi berpendapat, metafora bisa diterjemahkan. Bahkan tidak sedikit yang menjaga jarak dengan permasalahan ini sehingga teori dan kajian tentang penerjemahan metafora masih sangat sedikit. Berdasarkan prosedur dan strategi yang ada, terlihat bahwa keunikannya membuat penerjemahan setiap metafora perlu diawali dengan pemilahan elemen-elemen yang ada dan analisis terhadap unsur-unsur itu untuk memperoleh pemahaman linguistik, kultural, dan konteks eksternal maupun internal lainnya. Strategi Penerjemahan Metafora Seperti dijelaskan sebelumnya, strategi penerjemahan adalah langkah-langkah yang digunakan dalam memecahkan masalah-masalah penerjemahan. Karena metafora merupakan bentuk ungkapan yang paling sulit diterjemahkan, beberapa ahli mencoba merumuskan strategi khusus
5 untuk menerjemahkannya. Ahli penerjemahan yang pertama kali berkontibusi signifikan bagi penerjemahan metafora adalah Dagut, Newmark dan Larson. Menurut Dagut (1987: 28), metafora merupakan sebuah penyimpangan kreatif terhadap sistem semantis. Oleh karena itu, secara teoretis, metafora tidak memiliki ungkapan yang sepadan dalam bahasa lain. Jika penerjemahan terminologi-terminologi yang diinstitusionalkan, seperti polisemi dan idiom dilakukan melalui substitusi (menemukan dan mengedit padanan-padanan yang telah tersedia dalam Bsa), penerjemahan metafora merupakan aktivitas penciptaan ulang (a re-creation job). Dengan kata lain, penerjemah harus mereproduksi metafora-metafora yang berterima dalam konteks linguistik dan budaya BSa. Akan tetapi, Dagut tidak memberikan uraian mengenai strategi-strategi yang dapat digunakan untuk menerjemahkan metafora. Newmark merupakan salah satu pakar penerjemahan yang yakin bahwa metafora dapat diterjemahkan. Menurut Newmark (1981: 88-91), secara garis besar, penerjemahan metafora dilakukan dalam dua langkah: (1) mengidentifikasi tipe metafora yang akan diterjemahkan, dan (2) menentukan prosedur penerjemahan yang sesuai untuk mengalihkan metafora tersebut ke dalam BSu. Dia menyarankan tujuh prosedur atau strategi penerjemahan metafora berikut. Pertama, menerjemahkan metafora BSu menjadi metafora yang sama dalam BSa dengan cara mereproduksi citra yang sama di TSa. Strategi ini sesuai untuk metafora yang memiliki frekuensi dan keberlakuan yang sepadan antara BSu dan BSa. Ke dua, mengganti citra dalam BSu dengan citra standar yang berterima dalam BSa, atau menerjemahkan metafora menjadi metafora lain namun dengan makna yang sama. Strategi ini dapat digunakan dengan baik jika frekuensi citra dalam register BSa sama dengan dalam register BSu. Pendekatan ini lazim digunakan untuk menerjemahkan metafora standar
6 yang kompleks, seperti idiom dan pepatah yang citranya selalu mengandung konotasi kultural sehingga tidak dapat diterjemahkan secara semantis ke BSa. Ke tiga, menerjemahkan metafora menjadi simile sambil mempertahankan citra. Strategi ini sesuai digunakan jika citra BSu tidak memiliki kesepadanan di dalam BSa. Sebagai contoh, He is hanging on a thread in the coming competition diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi simile Nasibnya bagai telur di ujung tanduk dalam kompetisi mendatang. Ke empat, menerjemahkan metafora menjadi sebuah simile dengan menambahkan citra. Strategi ini sesuai digunakan jika citra BSu tidak memiliki kesepadanan di dalam Bsa, penerjemah dapat mengubah metafora tersebut menjadi sebuah simile. Sebagai contoh, ungkapan I read you like a book dapat diterjemahkan menjadi Aku memahami kamu semudah memahami buku. Ke lima, mengubah metafora menjadi makna harfiah (sense). Strategi ini untuk menerjemahkan metafora yang sarat dengan makna harfiah atau register (termasuk frekuensi, tingkat formalitas, muatan emosional, dan keumuman). Sebagai contoh, ungkapan His business continues to flourish dapat diterjemahkan menjadi Bisnisnya terus maju pesat. Ke enam, menghapus metafora jika metafora tersebut tidak ada manfaatnya, atau hanya membuat TSa menjadi bertele-tele. Sebagai contoh, ungkapan Your definition is easy to perceive. He is a snail; he always walks slowly, cukup diterjemahkan menjadi Dia berjalan lambat sekali. Ke tujuh, menggunakan metafora yang sama yang dikombinasikan dengan deskripsi harfiah atau keterangan tambahan diantara dua tanda baca koma. Prosedur ini digunakan untuk menerjemahkan metafora yang tidak memiliki padanan berterima dalam BSa. Dalam konteks ini, keterangan
7 tambahan tersebut digunakan untuk memperkuat citra agar metafora itu dipahami pembaca TSa. Newmark menyusun daftar strateginya berdasarkan preferensi. Dengan kata lain, disarankan agar penerjemah memprioritaskan penggunaan masing-masing strategi tersebut sesuai dengan urutan dalam daftar di atas. Strategi kedua digunakan jika, misalnya karena benturan budaya, strategi pertama tidak dapat digunakan. Strategi ketiga dipakai hanya jika strategi ke dua tidak sesuai dengan kebutuhan, dan seterusnya. Sama dengan Newmark, Larson (1988: ) yakin bahwa metafora dapat diterjemahkan setelah penerjemah mengidentifikasi unsurunsur pembentuknya, yaitu topik, citra dan titik kesamaan. Selain itu, penerjemah juga harus mengetahui konteks ungkapan secara menyeluruh agar makna metafora tersebut dapat dipahami. Larson juga mengusulkan lima strategi penerjemahan metafora berikut. Pertama, menerjemahkan metafora BSu menjadi metafora yang sama di dalam BSa. Hal ini dapat dilakukan jika metafora itu berterima atau dapat dipahami pembaca TSa tanpa adanya salah pengertian. Sebagai contoh, metafora bahasa Inggris economic growth dan flow of traffic dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi metafora pertumbuhan ekonomi dan arus lalu lintas. Ke dua, menerjemahkan metafora BSu menjadi sebuah simile jika dalam sistem BSa membuat simile lebih mudah dipahami daripada metafora. Sebagai contoh, metafora bahasa Inggris The road is a snake, yang mengungkapkan bahwa bentuk jalan tersebut berbelok-belok seperti seekor ular, lebih baik diterjemahkan menjadi simile Jalan itu seperti ular. Ke tiga, menerjemahkan metafora BSu menjadi metafora lain dalam BSa tapi memiliki makna yang sama dengan metafora BSu tersebut. Sebagai contoh, ungkapan icy needles lebih baik diterjemahkan menjadi jarumjarum dingin ke dalam bahasa Indonesia. Kedua metafora ini memang
8 sangat berbeda. Akan tetapi, karena dalam kultur bahasa Indonesia citra dingin lebih sesuai daripada citra icy, sehingga makna metafora jarumjarum dingin lebih mudah dipahami daripada jarum-jarum es, maka penerjemahan tersebut akan lebih efektif. Ke empat, menerjemahkan metafora BSu menjadi metafora yang sama di dalam BSa yang disertai dengan penjelasan tentang makna metafora tersebut. Sebagai contoh, metafora The tongue is a fire bisa diterjemahkan menjadi Lidah adalah api. Api menghanguskan benda-benda, dan ucapan kita bisa menyakiti orang lain. Ke lima, menerjemahkan metafora menjadi menjadi ungkapan nonmetaforis. Dengan demikian, TSa berubah menjadi ungkapan dengan makna harfiah. Strategi ini biasanya digunakan untuk menerjemahkan metafora berbentuk idiom yang kesan metaforisnya benar-benar hampir tidak disadari penutur. Sebagai contoh, metafora He was a pig diterjemahkan menjadi Dia sangat berantakan atau Dia tidak pernah rapi. Jika daftar strategi Newmark dan Larson di atas dibandingkan, terlihat tidak ada perbedaan substansial. Jumlah strategi Newmark lebih banyak karena adanya dua strategi yang tidak terdapat dalam daftar Larson: (a) pengalihan metafora menjadi simile dengan menambahkan citra; dan (b) strategi penghapusan. Kedua strategi ini pada dasarnya dapat digunakan hanya dalam penerjemahan teks prosa, bukan dalam penerjemahan puisi. Sebagai contoh, setiap kata dalam puisi sarat dengan makna. Oleh karena itu, strategi penghapusan harus dicegah. Beberapa penelitian terkini memperlihatkan bahwa strategi penerjemahan metafora yang diusulkan Newmark dan Larson tersebut dapat diterapkan. Penelitian Pardede (2013) mengungkapkan ke 174 metafora bahasa Indonesia dalam antologi puisi On Foreign Shores: American Image in Indonesian diterjemahkan dengan menggunakan tiga strategi, yaitu: (1) menerjemahkan metafora menjadi metafora yang sama (59,8%); (2)
9 menerjemahkan metafora menjadi metafora lain tapi bermakna sama (35,6%); dan (3) menerjemahkan metafora menjadi ungkapan non-metaforis atau makna harfiah (4,6%). Penelitian Waluyo (2007) mengungkapkan bahwa strategi penerjemahan yang digunakan untuk mengalihkan 100 metafora bahasa Indonesia dalam penerjemahan novel Saman ke dalam bahasa Inggris adalah: (1) penerjemahan metafora menjadi metafora yang sepadan; (2) parafrase; (3) penerjemahan metafora menjadi metafora yang berbeda namun dengan makna yang sama; (4) penerjemahan harfiah. Penelitian Sudrama (2003) mengungkapkan bahwa metafora bahasa Inggris dalam novel Master of the Game karya Sidney Sheldon ke dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan tiga strategi, yakni: menerjemahkan metafora ke dalam metafora, menerjemahkan metafora menjadi simile, dan menerjemahkan metafora menjadi ungkapan harfiah. Aspek-Aspek yang Memengaruhi Pemilihan Strategi Penerjemahan Metafora Untuk memilih metode penerjemahan yang baik bagi sebuah metafora tertentu, penerjemah perlu membuat pertimbangan menyeluruh terhadap semua aspek, termasuk tujuan penerjemahan, target pembaca dan jenis teks. Berikut ini adalah uraian singkat terhadap ketiga aspek tersebut. 1. Tujuan Penerjemahan Penerjemahan pada umumnya bertujuan untuk menghasilkan teks tertentu bagi pembaca kalangan tertentu di lingkungan tertentu. Maksud dan tujuan penerjemahan tersebut merupakan faktor kunci yang secara signifikan mempengaruhi prinsip-prinsip yang digunakan penerjemah. Misalnya, jika tujuannya adalah untuk menyampaikan nilai-nilai budaya BSu, penerjemah akan memberi penekanan pada BSu sebanyak mungkin. Jika tujuannya adalah untuk memastikan bahwa teks terjemahan memiliki muatan emosional
10 dan persuasif yang sama seperti aslinya, penerjemah akan menggunakan strategi lain, untuk memastikan pembaca dapat memahami hasil terjemahan dengan baik. 2. Pembaca Target Setiap penerjemahan berorientasi pada publik BSa, karena menerjemahkan adalah tindakan untuk menghasilkan teks bagi publik bahasa tertentu untuk tujuan tertentu dan kelompok pembaca tertentu dalam lingkungan tertentu (Nord, 1987: 12). Oleh karena itu, pembaca target dianggap sebagai faktor penting lainnya yang mempengaruhi pemilihan strategi penerjemahan oleh penerjemah. Hal ini megindikasikan bahwa sebelum menerjemahkan, penerjemah perlu bertanya diri sendiri: Siapa pembaca target? Apa latar belakang mereka (misalnya golongan sosial, usia dan jenis kelamin)? Apakah mereka berwawasan luas atau sederhana, awam atau ahli? Informasi seperti itu akan membantu penerjemah untuk memutuskan tingkat formalitas, kadar emosional, dan kesederhanaan yang perlu dia buat dalam proses penerjemahan. 3. Jenis Teks Keputusan tentang pendekatan penerjemahan yang akan digunakan tidak terlepas dari faktor jenis teks. Semua teks memiliki fungsi ekspresif, informatif dan vokatif. Namun salah satu fungsi ini akan berperan dominan, sedangkan dua lainnya bersifat tambahan. Ketika menerjemahkan karya sastra, yang secara umum dianggap sebagai saluran budaya, penerjemah harus mereproduksi bentuk dan isi BSu tanpa mengganggu rasa budaya TSu. Di sisi lain, penerjemahan karya ilmiah dan laporan teknis, yang fungsi didominasi oleh fungsi informatif, harus menggunakan register yang sesuai. Sedangkan pada teks vokatif, gaya yang dominan adalah persuasif atau
11 imperatif. Oleh karena itu, terjemahan yang berhasil untuk teks jenis ini adalah yang memicu tanggapan yang diinginkan dari pembaca teks sasaran. Kesimpulan Meskipun lazim digunakan dalam komunikasi sehari-hari, metafora sering dijuluki sebagai ekspresi yang misterius karena maknanya sulit dijelaskan, apalagi diterjemahkan, sehingga metafora dipandang sebagai bagian paling sulit dalam tugas penerjemahan. Kesulitan itu diakibatkan oleh tiga factor. Pertama, metafora dalam BSu, pada hakikatnya, merupakan unsur semantik yang baru. Akibatnya, BSa tidak memiliki persediaan padanan untuk metafora itu. Kedua, metafora merupakan bagian dari sebuah bahasa, dan semua bahasa pada hakikatnya tidak terpisahkan dari budaya. Akibatnya, kebanyakan metafora sangat sarat dengan nilai-nilai budaya. Sehubungan dengan itu, metafora hanya dapat dipahami jika nilai-nilai budaya yang terkait dengannnya telah terlebih dahulu dipahami. Ketiga, metafora merupakan sarana untuk mengungkapkan makna secara kreatif, singkat, dan padat. Oleh karena itu, agar mampu menerjemahkan metafora, penerjemah harus mampu menulis secara kreatif. Karena ketiga faktor yang begitu kompleks tersebut, tidak sedikit linguis yang menganggap metafora tidak bisa diterjemahkan. Akan tetapi, sebagai bagian dari bahasa, metafora pasti bisa diterjemahkan. Untuk membantu penerjemahan metafora, Newmark dan Larson mengajukan seperangkat strategi, yang diterapkan setelah terlebih dahulu mengidentifikasi tipe metafora yang akan diterjemahkan. Strategi tersebut mencakup: (1) menerjemahkan metafora BSu menjadi metafora yang sama di dalam BSa, (2) menerjemahkan metafora BSu menjadi sebuah simile jika dalam sistem BSa membuat simile lebih mudah dipahami daripada metafora, (3) menerjemahkan metafora BSu menjadi metafora lain dalam BSa tapi memiliki makna yang sama dengan metafora BSu tersebut, (4)
12 menerjemahkan metafora BSu menjadi metafora yang sama di dalam BSa yang disertai dengan penjelasan tentang makna metafora tersebut, (5) menerjemahkan metafora menjadi menjadi ungkapan non-metaforis, (6) mengalihkan metafora menjadi simile dengan menambahkan citra, dan (7) menghapus metafora jika metafora tersebut tidak ada manfaatnya, atau hanya membuat TSa menjadi bertele-tele. Berbagai hasil penelitian terkini memperlihatkan bahwa strategi-strategi tersebut dapat diterapkan. Referensi Dagut, Menachem. Can Metaphor be Translated. Babel: International Journal of Translation, 22(1),1987 Larson, Mildred L. Meaning-Based Translation: a Guide to Cross-Language Equivalence. (Lanham and London: University Press of America, 1998). Newmark, Peter. Approaches to Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence. (Oxford: Pergamon Press, 1981).. A Textbook of Translation. (New York: Prentice-Hall International, 1988). Nord, C. Translating as a Purposeful Activity: Functionalist Approaches Explained. (Manchester: St. Jerome Publishing, 1997) Pardede, Parlindungan (2013). Strategi Penerjemahan Metafora Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris dalam Antologi Puisi on Foreign Shores: American Image in Indonesian Poetry. Jakarta: Universitas Kristen Indonesia. Diunduh 4 Desember 2013 dari: SFdGbFU/edit?usp=sharing Snell-Hornby, Mary. Translation Studies: An Integrated Approach. (Amsterdam: John Benjamins Publishing Company, 1955) Sudrama, K. (2003). Strategies for Translating into Indonesian English metaphors in the novel Master of the Game : A case study. (Thesis). Denpasar: Udayana University.
13 van den Broeck, Raymond. The Limits of Translatability Exemplified by Metaphor Translation. Dalam Poetics Today, Vol. 2, No. 4, pp (Duke University Press, 1981), stable/ (diakses 15 Februari 2011) Waluyo, T. N. (2007) The translations strategies of Indonesian metaphors into English. (Magister Thesis) Jakarta: Gunadarma University.
BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih
Lebih terperinciStrategi Penerjemahan Metafora Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris dalam Antologi Puisi On Foreign Shores: American Image in Indonesian Poetry
Strategi Penerjemahan Metafora Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris dalam Antologi Puisi On Foreign Shores: American Image in Indonesian Poetry Parlindungan Pardede Universitas Kristen Indonesia, Jakarta
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi atau pakar-pakar terjemahan untuk penyebaran informasi dari satu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. terjemahan sebagai berikut: Translation is the superordinate term for converting the
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Penerjemahan Kajian dalam penerjemahan dipelopori oleh Newmark (1988) yang mendefinisikan terjemahan sebagai berikut: Translation is the superordinate term for converting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan minat baca paling rendah di dunia, setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011. Selain itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada zaman globalisasi ini, penerjemahan merupakan sebuah keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat sehingga penerjemahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan
Lebih terperinciKETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3
KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 Samsul Hadi, Ismani STKIP PGRI Pacitan samsulhadi.mr@gmail.com, ismanipjkr@gmail.com ABSTRAK. Tujuan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autobiografi atau otobiografi adalah sebuah biografi atau riwayat hidup yang ditulis oleh pemiliknya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia otobiografi adalah riwayat
Lebih terperinciJournal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education
ISSN : 2252-4797 Volume 2 No. 2 - Tahun 2013 Journal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and Education Tipe teks dan penerjemahan Indah Sari Jurusan Bahasa Inggris, Politeknik Negeri
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mempertentangkan aspek-aspek dua bahasa yang berbeda untuk menemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan menerjemahkan bukanlah sesuatu yang baru bagi manusia karena sudah sejak lama manusia melaksanakannya. Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan
192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang
Lebih terperinciIDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)
IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain
Lebih terperinciPendekatan Fungsional di Dalam Penerjemahan Oleh Masduki Dosen Sastra Inggris Universitas Trunojoyo
Pendekatan Fungsional di Dalam Penerjemahan Oleh Masduki Dosen Sastra Inggris Universitas Trunojoyo ABSTRACT Functional approach as one of the approaches in translation has given new colouring in the translation
Lebih terperinciPENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)
1 PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) Oleh : Muchamad Latief Fahmi,SS,MSE (Widyaiswara Muda Balai Diklat Industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana dalam berkomunikasi antara individu yang satu dengan lainnya. Dewasa ini,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. variasi di dalamnya, yaitu memperhatikan konteks saja (tanpa strategi atau alat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Seluruh responden menggunakan strategi memperhatikan konteks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam
Lebih terperinciTEKNIK DAN KUALITAS PENERJEMAHAN METAFORA DALAM SUBTITLED TEXT FILM TWILIGHT
TEKNIK DAN KUALITAS PENERJEMAHAN METAFORA DALAM SUBTITLED TEXT FILM TWILIGHT I Gusti Ayu Putu Dewi Paramita Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali Bukit Jimbaran, P.O Box 1064 Tuban, Badung Bali Phone:
Lebih terperinciBAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak menggunakan metode penerjemahan sama makna dan bentuk dengan total 208 kalimat. Metode penerjemahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara semantik atau pragmatik. Kajian makna bahasa seharusnya tidak terlepas dari konteks mengingat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat
Lebih terperinciPROSEDUR DAN METODE PENERJEMAHAN LIRIK LAGU DALAM FILM FROZEN
SKRIPSI PROSEDUR DAN METODE PENERJEMAHAN LIRIK LAGU DALAM FILM FROZEN HWAYEON JONG 1201705051 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 KATA PENGANTAR Puji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu karya sastra. Dengan membaca karya sastra termasuk melakukan proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang komik ingin menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalamnya metafora dan simile sebagai yang paling populer pada hampir semua
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simbol merupakan salah satu dari tiga jenis bahasa kiasan termasuk di dalamnya metafora dan simile sebagai yang paling populer pada hampir semua bahasa. Jika ketiganya
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis
Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis dalam menerjemahkan lirik lagu Sepasang Mata Bola karya Ismail Marzuki. Penerjemahan lirik lagu ini membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,
Lebih terperinciBAB IV SIMPULAN DAN SARAN. novel Eomma-reul Buthakhae (2008). Terdapat enam kalimat bermajas metonimia
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1. SIMPULAN Terdapat beberapa pola kalimat bermajas metonimia yang ditemukan dalam novel Eomma-reul Buthakhae (2008). Terdapat enam kalimat bermajas metonimia yang menunjukkan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerjemahan merupakan suatu proses komunikasi antar dua bahasa. Maksudnya adalah menyampaikan kembali maksud atau isi pesan dalam teks sumber sehingga dapat dimengerti
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin
BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi
1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi menjadi tali penghubung dalam hubungan antar manusia. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan
Lebih terperinciSTRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH
STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH Cipto Wardoyo UIN Sunan Gunung Djati Bandung cipto_w@yahoo.com Abstrak Penelitian ini mencoba
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan
Lebih terperinciANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat
Lebih terperinciEQUIVALENCE STRATEGIES IN TRANSLATING SLANG IN THE NOVEL AKEELAH AND THE BEE BY SAPARDI DJOKO DAMONO
EQUIVALENCE STRATEGIES IN TRANSLATING SLANG IN THE NOVEL AKEELAH AND THE BEE BY SAPARDI DJOKO DAMONO A THESIS BY RINA SARI NAINGGOLAN REG. NO. 080705042 DEPARTMENT OF ENGLISH FACULTY OF CULTURAL STUDIES
Lebih terperinciPROSEDUR DAN METODE PENERJEMAHAN BAHASA SLANG DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN KARYA YOSHITO USUI
PROSEDUR DAN METODE PENERJEMAHAN BAHASA SLANG DALAM KOMIK CRAYON SHINCHAN KARYA YOSHITO USUI Eka Dewi Octaviani email: echaoink@gmail.com Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media seperti buku, radio, televisi dan sebagainya. buku atau referensi dalam bahasa asing. Hal ini mengisyaratkan bahwa bangsa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka banyak hal baru yang disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai macam media seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu negara ke negara yang lain semakin mudah dan berkembang pesat. Akan tetapi, ada satu hal
Lebih terperinciContoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa menurut Koentjaraningrat merapakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur yang lainnya adalah sistem pengetahuan,
Lebih terperinciSeptianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta
KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang
Lebih terperinciPENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI
PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI Diana Chitra Hasan Universitas Bung Hatta Abstract A good translation must strive for dynamic equivalence, i.e.,
Lebih terperinciScientific News Magazine Edisi April 2017
Metafor (Simile) dalam Bahasa Bali: Ancangan dalam Penerjemahan ke dalam Bahasa Indonesia Ni Ketut Ratna Erawati 1, I Ketut Ngurah Sulibra 2 1 ) Prodi Sastra Jawa Kuno Fak. Ilmu Budaya Univ. Udayana 2)
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain, sehingga bahasa menjadi sesuatu alat yang tidak dapat dipisahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel Higurashi no Ki merupakan salah satu karya penulis terkenal bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya sebagai penulis pada tahun
Lebih terperinciPENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL
PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL Faurina Anastasia Dosen Tetap IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Email: faurinaanastasia@gmail.com Abstract A good translation
Lebih terperinciPENERJEMAHAN LABEL PRODUK MAKANAN, OBAT-OBATAN DAN KOSMETIK. Keywords: Cosmetic, Drugs, Food, Label Products, Translation.
PENERJEMAHAN LABEL PRODUK MAKANAN, OBAT-OBATAN DAN KOSMETIK Maulani Pangestu Manajemen Informatika AMIK BSI Jakarta Jl. Kramat Raya No.18, Jakarta Pusat maulani.mpu@bsi.ac.id ABSTRACT The purpose of this
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK
PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK Muhammad Aprianto Budie Nugroho Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Kuningan, Indonesia Emai: muh.apriantobn@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru (musim semi), natsu (musim panas), aki (musim gugur), fuyu (musim dingin). Setiap musim mempunyai ciri
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. fungsional, (3) fungsi bahasa adalah membuat makna- makna, (4) bahasa adalah
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini meneliti teks terjemahan buku bilingual yang berupa wacana sains untuk mengdentifikasi jenis metafora gramatikal dan keakuratan
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut
METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu bahasa ke bahasa yang lain. Teks yang diterjemahkan disebut Teks Sumber (Tsu) dan bahasanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari buku-buku pendukung dan skripsi yang relevan dengan judul penelitian. Sesuai dengan judul penelitian
Lebih terperinciIMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)
1 IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) Oleh: Indrie Harthaty Sekolah Tinggi Bahasa Asing Pertiwi Abstrak Kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak hanya dipakai dalam berkomunikasi secara lisan akan tetapi juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemakaian gaya bahasa di kalangan masyaakat sangat beragam, tidak hanya dipakai dalam berkomunikasi secara lisan akan tetapi juga dipakai dalam menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menjadi salah satu kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian ini adalah Yugasmara (2010) dalam tesisnya yang berjudul Analisis
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian yang relevan dengan penelitian yang dapat menjadi acuan dalam penelitian ini adalah Yugasmara (2010) dalam tesisnya yang berjudul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah kitab di dalam Alkitab. Lukas menulis Injil kepada orang-orang bukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Luk 1:1, 3; Kis 1:1). Lukas adalah seorang petobat yang berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesis berbasis teks, beragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan yang sama ke dalam TSa. Kesepadanan yang sempurna dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mencari kesepadanan yang sempurna, seorang penerjemah harus membaca sebuah TSu dan memahami pesan yang terkandung di dalamnya untuk kemudian menyampaikan pesan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang
Lebih terperinciANALISIS METODE TERJEMAHAN NASKAH PIDATO KENEGARAAN DARI BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA INGGRIS: PERSPEKTIF TEORI PETER NEWMARK
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol 26, No 2, Desember 2014, 128-136 ANALISIS METODE TERJEMAHAN NASKAH PIDATO KENEGARAAN DARI BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA INGGRIS: PERSPEKTIF TEORI PETER NEWMARK Anam
Lebih terperinciANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY
ANALISIS TRANSPOSISI DAN MODULASI PADA BUKU TEORI BUDAYA TERJEMAHAN DARI BUKU CULTURE THEORY Johnny Prasetyo John Pras-isi@yahoo. com Institut Seni Indonesia Surakarta ABSTRACT This descriptive-qualitative
Lebih terperinciTEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa
TEKNIK PENERJEMAHAN Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari ke, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang yang masuk ke Indonesia tidak hanya animasi, komik, dan musik namun juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer dari Jepang saat ini menjadi tren di beberapa kalangan masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan akses informasi, produk budaya Jepang yang masuk
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
224 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berlandaskan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV diperoleh simpulan yang berkaitan dengan struktur, fungsi, dan makna teks anekdot siswa kelas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati) 1. Dengan demikian,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki
Lebih terperinciKURIKULUM 2009 (JALUR SKRIPSI)
KURIKULUM 009 (JALUR SKRIPSI) SEMESTER I MKK 11009 Struktur Bahasa Inggris Fundamental / Fundamental English Structures MKK 1101 Menyimak/ Listening Comprehension MKK 11015 Dasar-Dasar Berbicara/ Basic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari dompet merupakan benda yang sangat penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap penting dan dapat diletakkan dalam
Lebih terperinciSTRATEGI DAN PROSEDUR PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG DALAM KOMIK DORAEMON TEEMA BETSU KESSAKU SEN EDISI 1 17
1 STRATEGI DAN PROSEDUR PENERJEMAHAN IDIOM BAHASA JEPANG DALAM KOMIK DORAEMON TEEMA BETSU KESSAKU SEN EDISI 1 17 Luh Gede Wika Elfayanti Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas
Lebih terperinciLOSS DAN GAIN PADA TERJEMAHAN BUKU HUKUM THE CONCEPT OF LAW KARYA H. L. A HART KE DALAM VERSI BAHASA INDONESIA KONSEP HUKUM
LOSS DAN GAIN PADA TERJEMAHAN BUKU HUKUM THE CONCEPT OF LAW KARYA H. L. A HART KE DALAM VERSI BAHASA INDONESIA KONSEP HUKUM Hanifa Pascarina, M. R. Nababan, Riyadi Santosa, Magister Linguistik Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini Teknologi komunikasi dengan telepon seluler (ponsel) telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini Teknologi komunikasi dengan telepon seluler (ponsel) telah berkembang sedemikian pesat, banyak fitur-fitur dasar ponsel yang berevolusi atau bertambah kompleks
Lebih terperinciKATA, MAKNA DAN PENERJEMAHAN ABSTRAK
KATA, MAKNA DAN PENERJEMAHAN Zulia Karini, S.S, M.Hum Dosen STMIK AMIKOM Purwokerto karini_zulia@amikompurwokerto.ac.id ABSTRAK Makna dan penerjemahan memiliki hubungan yang sangat erat. Menerjemahkan
Lebih terperinci