ANALISIS DAMPAK SOSIAL EKONOMI TERHADAP ADOPSI TEKNOLOGI PHT PERKEBUNAN TEH RAKYAT Oleh : Rosmiyati Sajuti Yusmichad Yusdja Supriyati Bambang Winarso
Tujuan Penelitian: 1. Analisis keragaan Agribisnis Teh termasuk di dalamnya subsistem pengadaan input, subsistem budidaya, subsistem pemasaran, subsistem pengolahan dan subsistem kelembagaan penunjang. 2. Analisis faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi adopsi teknologi PHT termasuk dampak SLPHT. 3. Merumuskan kebijaksanaan alternatif dalam mempercepat adopsi PHT dikalangan petani perkebunan teh rakyat.
Metoda Penelitian 1. Penelitian dilakukan dengan metoda survey 2. Lokasi Penelitian: Propinsi Jawa Barat Kab. Garut Desa PANGAUBAN Desa PAMULIHAN 15 Petani SLPHT 15 Petani Non SLPHT 15 Petani SLPHT 15 Petani Non SLPHT Gbr 1. Lokasi dan Pemilihan Contoh Petani
Analisis Data 1.Untuk tujuan 1, dilakukan dengan analisa deskriptif. 2.Untuk Tujuan 2, dilakukan dengan analisis deskriptif dan kuantitatif. a. Perbedaan partisipasi petani SLPHT dan NSLPHT b. Perbedaan keragaan usahatani SLPHT dan NSLPHT (efisiensi( relatif) c. Pencapaian tingkat efisiensi oleh SLPHT itu sendiri (efisiensi absolut)
Tabel 2. Analisis Usahatani SLPHT dan Non SLPHT, Desa Pangauban Status PETANI Non LPHT 15.0 SLPHT 15.0 Beda (%) *) Total 30.0 RATARATA LUAS BLOK SAPRODI Urea (Kg) ZA (Kg) TSP (Kg) KCL (Kg) NPK (Kg) Pupuk Daun Cair (lt) Pupuk Daun Padat (Kg) Pupuk Lain Pupuk Kandang (ton) Lainlain PRODUKSI, Kg NILAI SAPRODI Rp Urea ZA TSP KCL NPK Pupuk Daun Cair Pupuk Daun Padat Pupuk Lain Pupuk Kandang Pestisida Herbisida Lainlain Tenaga Kerja BIAYA PENDAPATAN KEUNTUNGAN R/C rasio 0.3 1.1 561.0 7.6 82.3 39.5 0.6 1.8 12,389.2 689,426.6 9,469.7 129,529.0 63,241.1 15,856.2 145,207.0 35,641.3 1,289,034.0 2,232,197.9 3,729,849.4 1,497,651.6 1.67 0.3 1.3 274.1 33.3 106.6 121.4 1.2 0.2 321.4 2.7 15,599.3 340,097.2 34,666.7 164,732.1 207,406.1 24,691.4 9,333.3 76,587.3 48,422.0 113,178.9 3,427,113.1 4,397,806.2 7,520,029.3 3,122,223.1 1.71 (51.14) 340.00 29.62 207.09 94.65 54.78 25.91 (50.67) 266.08 27.18 227.96 55.72 (66.65) 217.55 165.87 97.02 101.62 108.47 0.3 1.2 431.9 19.2 93.2 76.4 0.9 144.6 2.2 13,833.7 532,228.3 20,808.3 145,370.4 128,115.4 19,832.0 4,200.0 34,464.3 106,495.0 70,533.2 2,251,169.6 3,206,721.6 5,435,430.4 2,228,708.7 1.70
Gbr3. Perbedaan BIaya dan Laba SLPHT dan NON SLPHT (Rp 100) 80,000.0 70,000.0 60,000.0 50,000.0 40,000.0 30,000.0 20,000.0 10,000.0 Biaya Pendapatan Laba Produksi Non SLPHT SLPHT
Kesimpulan yang dapat diambil dari perubahan ini atau uji efisiensi relatif adalah bahwa petani SLPHT lebih intensif mengelola usahatani dengan mulai menerapkan komposisi berimbang dalam penggunaan pupuk, dan hal itu tampak berpengaruh pada produksi dan pendapatan. Dengan demikian pendidikan SLPHT dalam kasus ini telah berhasil mengubah perilaku petani dalam mengelola usahatani secara lebih profesional dan menguntungkan. Tentu saja ada pertanyaan apakah benar SLPHT yang mempengaruhi perubahanperubahan tersebut?? Dari data yang diperoleh, perbedaan antara SLPHT dan non SLPHT memang sangat nyata dan berdasarkan analisis data ini dapat dibenarkan bahwa perubahanperubahan tersebut dapat disebabkan oleh pengaruh pendidikan SLPHT.
Tabel 3. Koefisien Input Output Per Ha Petani Contoh Desa Pangauban A B C D E Total Jml Petani 1 1 1 1 1 5 Luas RataRata 3 9 0.28 0.36 0.50 1.46 SAPRODI, Kg/ha 628 Urea 395 143 556 600 289 KCL 195 395 107 300 7 Herbisida 5 7 6 4 31,662 PRODUKSI, Kg 7,734 5,211 8,214 40,000 25,000 1,947,779 HERBISIDA 263,158 321,429 138,889 160,000 1,695,227 TKERJA 234,375 473,684 1,532,143 5,400,000 5,320,000 BIAYA 1,738,281 1,881,579 2,357,143 6,427,778 7,622,000 883,475 PENDAPATAN 3,867,188 3,026,316 4,517,857 14,000,000 13,500,000 5,242,048 KEUNTUNGAN 2,128,906 1,144,737 2,160,714 7,572,222 5,878,000 7,510,655
Tabel 5. Hasil Uji Efisiensi Absolut Alokasi Biaya Sama, Desa Pangauban 13.6 13.6 938.69 938.69 7,816.4 7,816.4 6,877.7 6,877.7 Laba Laba 1.5 1.5 1.5 1.5 Lahan Lahan (0) (0) (0) (0) 7,510.7 7,510.7 7,510.7 7,510.7 Biaya Biaya 23.0 23.0 7,274.24 7,274.24 38,936.1 38,936.1 31,661.9 31,661.9 Produksi Produksi (23.3) (23.3) (1.68) (1.68) 5.6 5.6 7.2 7.2 Herbisida Herbisida (90.7) (90.7) (1,537.03) (1,537.03) 158.2 158.2 1,695.2 1,695.2 KCL KCL (71.4) (71.4) (1,398) (1,398) 557.6 557.6 1,947.8 1,947.8 UREA UREA (1.8) (1.8) (95.85) (95.85) 5,146.2 5,146.2 5,242.0 5,242.0 TK TK (80.4) (80.4) (0.41) (0.41) 0.5 0.5 X5 X5 122.2 122.2 0.44 0.44 0.8 0.8 0.4 0.4 X4 X4 (66.7) (66.7) (0.20) (0.20) 0.3 0.3 X3 X3 (50.0) (50.0) (0) (0) 0.2 0.2 X2 X2 212.5 212.5 0.27 0.27 0.4 0.4 X1 X1 %Beda Beda Beda Beda Kerjasama Kerjasama Semula Semula
Gbr. 9. Dampak Skala Usaha Terhadap Penggunaan Pestisida, SLPHT Desa Pangauban 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 (50,000)
Gbr 10. Dampak Skala Usaha Terhadap Penggunaan Pestisida,, NSLPHT Ds Pangauban 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 0.05 0 5 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 (100,000)
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan SLPHT telah memberikan dampak dalam tingkah laku petani dalam pengendalian hama. Petani dengan pendidikan SLPHT lebih cenderung rasional dalam penggunaan pestisida dibandingkan petani NSLPHT. Dalam hal ini sangat perlu memperluas pendidikan SLPHT di kalangan petani teh.
Kesimpulan dan Implikasi: Agribisnis Teh Petani teh rakyat diwilayah penelitian masih jauh dalam kemandirian usaha yang selain lahan yang dilola relatif sempit, tetapi juga petani lemah dalam permodalan dan tidak bersatu sesama petani teh. Kondisi ini mendorong petani teh tergantung pemasaran teh pada pedagang pengumpul yang terbukti tidak memberikan insentif yang menguntungkan pada petani teh rakyat. Dampak pendidikan SLPHT Pendidikan SLPHT sangat nyata mempengaruhi perilaku petani dalam meningkatkan produktivitas dan menurunkan ketergantungan pada pemakaian pestisida. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari uji efisiensi adalah bahwa sekalipun petani SLPHT mempunyai performan yang jauh lebih baik dibandingkan petani non SLPHT namun pengelolaan usahatani mereka sendiri masih perlu mendapat pembenahan yang lebih jauh. Melalui pendidikan SLPHT atau penyuluhan yang sistematis diharapkan dapat mengubah perilaku petani dari sikap tidak rasional dalam mengalokasikan faktor produksi terutama dalam penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk yang berlebihan dapat merusak lingkungan dan tidak menjamin produksi teh rakyat yang berkelanjutan. Secara umum variabel sosial ekonomi yang dapat mempengaruhi adopsi PHT adalah pendapatan petani, harga yang diterima petani, luas lahan, ketergantungan ekonomi pada kebun teh, sistem pemasaran, pendidikan dan kelembagaan. Implikasi dari penelitian ini pendidikan SLPHT perlu lebih ditingkatkan dengan meningkatkan mata ajaran yang lebih sesuai dengan masalah yang dihadapi. Petani perlu membentuk kelompok supaya bisa bekerjasama paling tidak saling tukar menukar informasi dan teknologi. Sistem pemasaran perlu dibenahi ke arah dimana sistem pemasaran itu memberikan insentif yang baik pada petani teh.