IV METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Gunung Malang merupakan salah satu daerah produksi jagung manis di Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Juni- Juli Desa Gunung Malang dipilih karena daerah ini merupakan daerah pegunungan dimana banyak diusahakan berbagai komoditas tanaman pangan dan hortikultura. Menurut informasi dari BP3K (Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan) Cibungbulang yang membawahi wilayah kerja kecamatan Tenjolaya, salah satu tanaman budidaya yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Desa Gunung Malang adalah tanaman jagung manis. Diantara beberapa desa yang ada di Kecamatan Tenjolaya, Desa Gunung Malang memiliki jumlah produksi jagung manis lebih banyak dibandingkan dengan yang lainnya. Luas lahan, produksi, dan produktivitas jagung manis di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung Manis di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor Tahun 2010 No Desa Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (kw) (kw/ha) 1 Tapos Gunung Malang Tapos Situ Daun Cibitung Tengah Cinangneng Sumber: BPS Kab. Bogor (2011) 4.2 Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber atau 38

2 objek penelitian. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada kegiatan di lapang dan melalui wawancara dengan petani, penyuluh pertanian, perangkat desa, ketua gapoktan maupun pemerintah dinas untuk mengetahui keadaan umum lokasi usaha, proses produksi, penanganan produk, pemasaran, dan sumber risiko yang dihadapi dalam melakukan usaha pembudidayaan jagung manis di Desa Gunung Malang. Data sekunder adalah jenis data yang sudah diterbitkan tidak untuk tujuan penelitian peneliti. Data sekunder diantaranya diperoleh dalam bentuk data historis yang dimiliki oleh Pemerintah Desa Gunung Malang berupa data monografi desa, literatur pada instansi-instansi terkait seperti data yang terkait dengan data Produk Domestik Bruto, data produksi, konsumsi, dan data ekspor impor hortikultura dari Badan Pusat Statistik Jakarta, Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementrian Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, Pusat Perpustakaan Deptan, perpustakaan Pusat Kajian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, dan literatur penelitian terdahulu yang terkait dengan risiko produksi dan pembudidayaan jagung manis dari perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, buku, jurnal, penelusuran melalui internet dan literatur-literatur lain yang relevan dengan topik dan komoditas penelitian. 4.3 Metode Pengambilan Sampel Sampel atau responden merupakan petani jagung manis yang ada di Desa Gunung Malang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara non random sampling dengan metode sampling convinience sampling. Metode convinience sampling dipilih dengan pertimbangan kemudahan, ketersediaan dan kenyamanan dalam menggali informasi dan data dari petani yang dipilih. Metode ini digunakan karena adanya keterbatasan informasi mengenai jumlah populasi petani jagung manis di Desa Gunung Malang. Pengambilan sampel dilakukan dengan melalui bantuan informasi dari ketua kelompok tani dan antar petani jagung manis di Desa Gunung Malang. Pemilihan sampel petani dilakukan juga dengan mempertimbangkan petani tersebut pernah melakukan budidaya tanaman jagung manis selama kurun waktu tahun 2011 dan Jumlah populasi petani jagung manis tidak diketahui sehingga jumlah sampel yang diambil ditentukan sebanyak 34 orang untuk memenuhi aturan umum secara 39

3 statistik yaitu lebih dari atau sama dengan 30 orang karena sudah terdistribusi normal dan dapat digunakan untuk memprediksi populasi yang diteliti. Namun dalam penelitian ini hanya digunakan responden sebanyak 31 orang sedangkan sisanya sebanyak tiga responden tidak digunakan untuk pengamatan. Tiga responden dikeluarkan dari pengamatan karena mengandung data pencilan sehingga tidak bisa mewakili keragaman data. 4.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, dan diskusi. Kegiatan observasi atau pengamatan langsung terhadap objek penelitian dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan objek penelitian. Pengumpulan data melalui wawancara dan diskusi kepada pihak-pihak terkait dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran umum lokasi penelitian, proses kegiatan teknis seperti kegiatan produksi dan pemasaran, sumber risiko, dan keterangan lain yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. 4.5 Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan mengenai fenomena yang diteliti. Dalam analisis kualitatif ini menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis risiko produksi dan analisis pendapatan usahatani. Pengolahan data secara kuntitatif menggunakan alat bantu kalkulator, Microsoft Exel 2010, dan SPSS versi Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan secara rinci mengenai karakteristik petani responden seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan sebagainya. Analisis deskriptif juga digunakan untuk menganalisis keragaan usahatani yang dijalankan oleh petani responden seperti teknik budidaya, penggunaan input dan informasi lain yang terkait dengan budidaya. Metode analisis deskriptif ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan diskusi dengan petani. 40

4 4.5.2 Analisis Risiko Produksi Pengukuran risiko produksi pada penelitian ini menggunakan metode Just and Pope Model Just and Pope Risiko produksi dapat diidentifikasi menggunakan nilai variance produktivitas. Salah satu model yang digunakan untuk mengetahui variance produktivitas yaitu model Just and Pope. Dengan model Just and Pope ini, risiko produksi diperoleh dengan melakukan pendugaan terhadap fungsi produksi ratarata dan fungsi variance produktivitas. Fungsi produksi yang digunakan dalam model ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma natural. Produksi jagung manis di Desa Gunung Malang dipengaruhi oleh faktor produksi dan faktor eksternal. Perbedaan penggunaan faktor produksi dapat mempengaruhi hasil produksi tanaman jagung manis hal ini menyebabkan produktivitas jagung manis yang dihasilkan oleh petani beragam. Menurut Putra (2011), produksi jagung manis ditentukan oleh luas lahan, jumlah benih, pupuk urea, pupuk KCl, pupuk TSP, jumlah pestisida, dan jumlah tenaga kerja. Dengan mengacu pada penelitian terdahulu tersebut dan dengan melakukan penyesuaian terhadap kondisi di lapang, produktivitas jagung manis di Desa Gunung Malang dipengaruhi oleh faktor produksi diantaranya penggunaan benih, penggunaan pupuk kandang, penggunaan pupuk urea, penggunaan pupuk phonska, penggunaan pupuk TSP, penggunaan pestisida cair, penggunaan furadan, jumlah tenaga kerja dan varietas benih yang digunakan. Selain itu, produktivitas juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu pengaruh musim. Adapun fungsi produksi rata-rata dan fungsi variance produktivitas jagung manis sebagai berikut: Fungsi Produksi Rata-Rata: LnY i β 0 + β 1 LnX 1i + β 2 LnX 2i + β 3 LnX 3i + β 4 LnX 4i + β 5 LnX 5i + β 6 LnX 6i + β 7 LnX 7i + β 8 LnX 8i + β 9 D 1i + β 10 D 2i + ε Fungsi Variance Produktivitas : Lnσ 2 Yi θ 0 + θ 1 LnX 1i + θ 2 LnX 2i + θ 3 LnX 3i + θ 4 LnX 4i + θ 5 LnX 5i + θ 6 LnX 6i + θ 7 LnX 7i + θ 8 LnX 8i + θ 9 D 1i + θ 10 D 2i + ε 41

5 Variance Produktivitas : σ 2 Yi = ( Yi - i ) 2 Dimana: Y X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 D 1 D 2 σ 2 Y = Produktivitas Jagung Manis Aktual (ton/ha) = Produktivitas Jagung Manis Dugaan (ton/ha) = Jumlah penggunaan benih per musim tanam (kg/ha) = Jumlah penggunaan pupuk kandang per musim tanam (kg/ha) = Jumlah penggunaan pupuk urea per musim tanam (kg/ha) = Jumlah penggunaan pupuk phonska per musim tanam (kg/ha) = Jumlah penggunaan pupuk TSP per musim tanam (kg/ha) = Jumlah penggunaan pestisida cair per musim tanam (ml/ha) = Jumlah penggunaan furadan per musim tanam (kg/ha) = Jumlah tenaga kerja per musim tanam (HOK/ha) = Dummy Musim ( D1 = 1 jika musim kemarau dan D1 = 0 jika musim hujan) = Dummy Varietas ( D2 = 1 jika varietas benih Hawai dan D2 = 0 jika lainnya) = Variance produktivitas jagung manis = error = Petani responden ε i β 1,β 2,...,β 8 = Koefisien parameter dugaan X 1, X 2,..., X 8 θ 3,θ 4,...,θ 10 = Koefisien parameter dugaan X 1, X 2,..., X 8 Penentuan variabel dummy musim didasarkan bahwa pada musim hujan peluang serangan hama dan penyakit meningkat sehingga dapat menurunkan produksi. Oleh karena itu, musim kemarau diduga dapat menghasilkan produksi yang lebih besar daripada musim hujan. Variabel dummy varietas menggunakan acuan varietas Hawai. Hal ini dikarenakan varietas Hawai banyak digunakan oleh petani jagung manis dan dinilai lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan Desa Gunung Malang. Oleh karena itu, varietas Hawai diduga mampu menghasilkan produksi yang lebih besar daripada varietas lainnya Hipotesis 1. Hipotesis untuk fungsi produksi rata-rata Hipotesis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan adalah bahwa petani bertindak rasional dalam melakukan proses produksi sehingga setiap faktor produksi berpengaruh positif terhadap rata-rata hasil produksi jagung manis. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: 42

6 a. Benih (X 1 ) β 1 > 0, artinya semakin banyak benih jagung manis yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. b. Pupuk Kandang (X 2 ) β 2 > 0, artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. c. Pupuk Urea (X 3 ) β 3 > 0, artinya semakin banyak pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. d. Pupuk Phonska (X 4 ) β 4 > 0, artinya semakin banyak pupuk phonska yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. e. Pupuk TSP (X 5 ) β 4 > 0, artinya semakin banyak pupuk TSP yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. f. Pestisida Cair (X 6 ) β 5 > 0, artinya semakin banyak pestisida cair yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. g. Furadan (X 7 ) β 6 > 0, artinya semakin banyak furadan yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. h. Tenaga Kerja (X 8 ) β 7 > 0, artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi maka produktivitas jagung manis semakin meningkat. i. Musim (D 1 ) β 8 > 0, artinya pada musim kemarau produktivitas jagung manis lebih tinggi daripada musim hujan. j. Varietas (D 1 ) β 8 > 0, artinya penggunaan varietas hawai dapat menghasilkan produktivitas lebih besar daripada menggunakan varietas selain hawai. 43

7 2. Hipotesis untuk fungsi variance produktivitas Hipotesis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan adalah bahwa tidak semua faktor produksi berpengaruh positif terhadap variance produktivitas jagung manis. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: a. Benih (X 1 ) θ 3 > 0, artinya semakin banyak benih jagung manis yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga benih dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko (risk inducing factors). b. Pupuk Kandang (X 2 ) θ 4 > 0, artinya semakin banyak pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga pupuk kandang dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko (risk inducing factors). c. Pupuk Urea (X 3 ) θ 5 > 0, artinya semakin banyak pupuk urea yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga pupuk urea dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko (risk inducing factors). d. Pupuk Phonska (X 4 ) θ 6 > 0, artinya semakin banyak pupuk phonska yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga pupuk phonska dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko (risk inducing factors). e. Pupuk TSP (X 5 ) θ 6 > 0, artinya semakin banyak pupuk TSP yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin meningkat, sehingga pupuk TSP dikategorikan sebagai faktor yang meningkatkan risiko (risk inducing factors). f. Pestisida Cair (X 6 ) θ 7 < 0, artinya semakin banyak pestisida cair yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun, 44

8 sehingga pestisida cair dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko (risk reducing factors). g. Furadan (X 7 ) θ 8 < 0, artinya semakin banyak furadan yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun, sehingga furadan dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko (risk reducing factors). h. Tenaga Kerja (X 7 ) θ 9 < 0, artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun, sehingga tenaga kerja dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko (risk reducing factors). i. Musim (D 1 ) θ 10 < 0, artinya jika tanaman ditanam pada musim kemarau maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun sehingga musim kemarau dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko (risk reducing factors). j. Varietas (D 1 ) θ 10 < 0, artinya jika tanaman yang ditanam menggunakan benih varietas hawai maka variance produktivitas jagung manis semakin menurun sehingga benih varietas hawai dikategorikan sebagai faktor yang menurunkan risiko (risk reducing factors) Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik Pengujian pada penyimpangan asumsi klasik digunakan untuk mendapatkan model terbaik untuk melakukan pendugaan. Pengujian dilakukan untuk kedua model baik model fungsi produksi maupun model fungsi variance produktivitas. Pengujian penyimpangan asumsi klasik yang dilakukan adalah pengujian multikolinier dan autokorelasi. Pengujian heteroskedastisitas tidak dilakukan karena pendekatan analisis risiko produksi pada fungsi variance produktivitas sudah mewakili pengujian heteroskedastisitas. 45

9 1. Uji Multikolinieritas Salah satu asumsi model linier klasik adalah tidak adanya multikolinieritas sempurna yaitu tidak adanya hubungan linier yang pasti di antara variabelvariabel penjelas (Gujarati 2007). Jika terjadi multikolinieritas dalam model dapat menyebabkan estimasi pengaruh dari semua parameter (variabel independen) terhadap variabel dependen tidak dapat dijelaskan sehingga model tidak dapat diggunakan sebagai model dugaan terbaik. Untuk mendeteksi adanya gejala multikolinier dapat dilihat dari nilai Variable Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF pada masing-masing variabel independen memiliki nilai lebih dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model tersebut terjadi multikolinieritas. Rumus untuk mencari VIF adalah sebagai berikut: 1 IF (1- i 2 ) 2. Uji Autokorelasi Selain tidak boleh adanya multikolinier, dalam asumsi model linier klasik juga tidak boleh adanya autokorelasi. Autokorelasi yaitu adanya korelasi di antara komponen error, artinya komponen error yang berhubungan dengan suatu observasi terkait dengan atau dipengaruhi oleh komponen error pada observasi lain (Gujarati 2007). Adanya gejala autokorelasi dalam model dapat menyebabkan variabel penjelas menjadi tidak dapat diestimasikan dengan baik karena nilai uji t dan uji F mengalami penyimpangan. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi pada model dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian Durbin- Watson (DW). Pengujian Durbin-Watson dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan software statistik untuk mendapatkan nilai DW hitung. Nilai uji DW tabel diperoleh dengan menentukan jumlah sampel (n) dan jumlah variabel penjelas diluar konstanta (k). Kemudian melihat nilai DW pada tabel dan diperoleh nilai DW batas atas (d U ) dan DW batas bawah (d L ). Kriteria hasil uji dapat dilihat pada Gambar 5. 46

10 Ada Autokorelasi positif Daerah meragukan Daerah meragukan Ada Autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi 0 d L d U 2 4-d U 4-d L 4 Gambar 5. Statistik d Durbin-Watson Sumber : Gujarati (2007) Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis digunakan untuk melihat tingkat akurasi atau tingkat kesesuaian model dalam memprediksi variabel dependent. Pengujian hipotesis dilakukan melalui evaluasi model dugaan yaitu dengan melihat nilai koefisien determinasi (R 2 ), uji signifikansi model dugaan, dan uji signifikansi variabel. a. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengetahui tingkat kesesuaian (goodness of fit) model dugaan dan untuk mengetahui seberapa jauh keragaman produksi dan variance produktivitas dapat dijelaskan oleh variabel independen yang telah dipilih. Nilai R 2 maksimal bernilai 1 dan minimal bernilai 0. Nilai R 2 menunjukkan seberapa besar keragaman produksi dapat dijelaskan oleh variabel independent yang dipilih dan sisanya (1-R 2 ) dijelaskan oleh komponen yang tidak dimasukkan dalam model atau komponen error. Semakin besar nilai koefisien determinasi (R 2 ) berarti model dugaan yang diperoleh semakin akurat untuk meramalkan variabel dependent. Koefisien determinasi (R 2 ) dapat dituliskan sebagai berikut (Gujarati dan Porter 2010): 2 Jumlah Kuadrat egresi ( ) Jumlah Kuadrat otal ( ) 2 ( - ) 2 ( - ) 2 47

11 b. Uji signifikansi model dugaan Uji signifikansi model dugaan digunakan untuk mengetahui apakah faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi jagung manis. Pengujian model dugaan menggunakan uji F (Gujarati dan Porter 2010). Adapun prosedur pengujiannya sebagai berikut: 1) Hipotesis Pengujian fungsi produksi rata-rata: H 0 : β 1 β 2... β 8 = 0 H 1 : Ada salah satu β i yang tidak sama dengan 0 Pengujian fungsi variance produktivitas: H 0 : θ 3 θ 4... θ 10 = 0 H 1 : Ada salah satu θ i yang tidak sama dengan 0 2) Statistik Uji Uji F F hitung (1-2 (k-1) 2 ) (n-k) Dimana: R 2 = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel bebas (termasuk intersept) n = Jumlah sampel 3) Kriteria Uji Kriteria uji dengan membandingkan nilai F-hitung dengan nilai sebaran F pada tabel: F hitung > F (k-1, n-k) pada taraf nyata α, maka tolak H 0 F hitung < F (k-1, n-k) pada taraf nyata α, maka terima H 0 Jika tidak menggunakan tabel maka dapat dilihat nilai P dengan kriteria uji sebagai berikut: P-value < α, maka tolak H 0 P-value > α, maka terima H 0 Apabila F hitung > F (k-1, n-k) atau P-value < α maka secara bersama-sama variabel bebas dalam kegiatan produksi mempunyai pengaruh yang nyata terhadap hasil produksi atau variance produktivitas. Sedangkan apabila F hitung < F (k-1, n-k) atau P-value > α maka secara bersama-sama variabel bebas atau faktor 48

12 produksi tersebut tidak berpengaruh secara nyata terhadap hasil produksi atau variance produktivitas. c. Uji signifikansi variabel Uji signifikansi variabel digunakan untuk mengetahui variabel bebas mana saja yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent. Uji yang digunakan yaitu uji T (Gujarati dan Porter, 2010). Prosedur uji signifikansi variabel sebagai berikut: 1) Hipotesis Pengujian fungsi produksi rata-rata: H 0 : β i = 0, i = 1,2,3,...,8 H 1 : β i 0 Pengujian fungsi variance produktivitas: H 0 : θ i = 0, i = 3,4,5,...,10 H 1 : θ i 0 2) Statistik Uji Uji T hitung Dimana: b i - 0 tdev (b i ) b i = Koefisien determinasi untuk variabel X i StDev = Standar deviasi dari b i 3) Kriteria Uji Kriteria uji dengan membandingkan nilai T-hitung dengan nilai sebaran T pada tabel: T hitung > T (α, n-k) pada taraf nyata α, maka tolak H 0 T hitung < T (α, n-k) pada taraf nyata α, maka terima H 0 Dimana: n = jumlah sampel k = jumlah variabel bebas Jika tidak menggunakan tabel maka dapat dilihat nilai P dengan kriteria uji sebagai berikut: P-value < α, maka tolak H 0 P-value > α, maka terima H 0 49

13 Jika tolak H 0 artinya variabel bebas ke-i berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas dalam model Definisi Operasional 1. Produktivitas (Y) adalah jumlah total panen jagung manis segar yang diukur dalam satuan kilogram per hektar pada setiap periode tanam. 2. Benih (X 1 ) adalah jumlah benih yang digunakan untuk memproduksi jagung manis yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam. 3. Pupuk Kandang (X 2 ) adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan untuk menanam jagung manis yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam. 4. Pupuk Urea (X 3 ) adalah jumlah pupuk urea yang digunakan untuk memproduksi jagung manis baik sebelum pra tanam maupun pada saat pemeliharaan yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam. 5. Pupuk Phonska (X 4 ) adalah jumlah pupuk phonska yang digunakan untuk memproduksi jagung manis baik sebelum pra tanam maupun pada saat pemeliharaan yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam. 6. Pupuk TSP (X 5 ) adalah jumlah pupuk TSP yang digunakan untuk memproduksi jagung manis baik sebelum pra tanam maupun pada saat pemeliharaan yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam. 7. Pestisida cair (X 6 ) adalah jumlah penggunaan pestisida cair untuk mengurangi serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman jagung manis yang digunakan untuk memproduksi jagung manis yang diukur dengan satuan mililiter per hektar per periode tanam. 8. Furadan (X 7 ) adalah jumlah penggunaan furadan pada budidaya jagung manis yang diukur dengan satuan kilogram per hektar per periode tanam. 9. Tenaga Kerja (X 7 ) adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh kegiatan produksi sampai panen yang diukur dengan satuan HOK per hektar per periode tanam. 50

14 10. Musim (D 1 ) adalah musim dimana petani melakukan budidaya jagung manis. Pembagian musim menjadi dua yaitu musim kemarau dan musim hujan. 11. Varietas (D 2 ) adalah varietas benih jagung manis yang digunakan petani. Pembagian varietas benih menjadi dua yaitu varietas hawai dan non hawai Analisis Pendapatan Usahatani 1) Penerimaan Usahatani Jagung Manis Analisis penerimaan usahatani jagung manis terdiri dari penerimaan tunai yang diterima petani dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai usahatani diperoleh dari nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, sedangkan penerimaan tidak tunai adalah produk hasil usahatani yang tidak dijual secara tunai, melainkan digunakan untuk konsumsi sendiri, hasil produksi yang disimpan, atau hasil produksi yang digunakan untuk input penanaman periode selanjutnya. Dari penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan tersebut dapat dihitung total penerimaan usahatani jagung manis yaitu dengan menjumlahkan kedua komponen penerimaan tersebut. 2) Biaya Usahatani Jagung Manis Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan petani dengan nilai konstan tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi seperti sewa lahan, pajak, atau iuran irigasi. Sedangkan, biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan petani dimana besarnya biaya tergantung dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Yang termasuk dalam komponen biaya variabel adalah biaya untuk pengeluaran faktor produksi. Dalam kegiatan usahatani, biaya usahatani sering dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan secara tunai dalam kegiatan usahatani jagung manis. Sedangkan, biaya yang diperhitungkan adalah nilai dari penggunaan faktor produksi yang tidak dinilai langsung dengan uang seperti nilai penggunaan faktor produksi tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan peralatan dan nilai modal yang tidak dihitung. 51

15 3) Pendapatan Usahatani Jagung Manis Pendapatan usahatani merupakan hasil pengurangan dari penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani dapat dilihat dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dengan biaya tunai. Sementara itu, pendapatan atas biaya total adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Analisis pendapatan usahatani jagung manis dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan atau keuntungan yang diperoleh petani dalam melakukan usahatani jagung manis. Dengan penghitungan ini maka petani dapat mengetahui bagaimana kondisi usahatani yang dijalankan apakah menguntungkan atau tidak. Secara lebih rinci pendapatan usahatani jagung manis dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komponen Pendapatan Usahatani Jagung Manis No Komponen Keterangan A Penerimaan tunai Harga x Hasil panen yang dijual B Penerimaan yang diperhitungkan Harga x Hasil panen yang dikonsumsi/disimpan C Total penerimaan A + B D Biaya tunai a. Biaya sarana produksi b. Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK) E Biaya yang diperhitungkan a. Biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) b. Penyusutan peralatan c. Nilai lahan sendiri atau nilai sewa lahan d. Pajak F Total biaya D + E G Pendapatan atas biaya tunai A D H Pendapatan atas biaya total C F 4) Uji Beda Pendapatan Musim Hujan dengan Musim Kemarau Uji beda pendapatan dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata pendapatan pada musim hujan berbeda signifikan dengan pendapatan pada musim kemarau. Uji beda dilakukan untuk kedua pendapatan yaitu pendapatan atas biaya 52

16 tunai dan pendapatan atas biaya total. Uji beda dilakukan dengan menggunakan Uji-T untuk Dua Contoh Bebas. Uji ini digunakan karena sampel yang digunakan bukan merupakan data berpasangan tetapi berupa dua sampel bebas karena memiliki jumlah populasi yang berbeda pada kedua sampel. Adapun prosedur Uji- T untuk Dua Contoh Bebas sebagai berikut (Saefuddin et al. 2009): 1) Hipotesis H 0 : µ 1 = µ 2 H 1 : µ 1 µ 2 2) Statistik Uji Uji T hitung σ gab 1 n n 1 σ gab (n 1+1)σ 1 2 +(n 2 +1)σ 2 2 n 2 +n 2-2 Dimana: X1= Rata-rata pendapatan pada musim kemarau dengan nilai tengah µ 1 X2= Rata-rata pendapatan pada musim hujan dengan nilai tengah µ 2 n 1 = Jumlah sampel pada musim kemarau n 2 = Jumlah sampel pada musim hujan σ 1 = Simpangan baku musim kemarau σ 2 = Simpangan baku musim hujan 3) Kriteria Uji Kriteria uji dengan membandingkan nilai T-hitung dengan nilai sebaran T pada tabel: T hitung > t (α/2) pada taraf nyata α, maka tolak H 0 T hitung < t (α/2) pada taraf nyata α, maka terima H 0 Apabila tolak H 0 maka terdapat perbedaan secara signifikan pada rata-rata pendapatan musim hujan dan musim kemarau pada taraf nyata α. 53

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS Analisis risiko produksi jagung manis dilakukan dengan menggunakan metode risiko produksi yang telah dikembangkan oleh Just dan Pope. Pendekatan analisis risiko

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan 37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan Semadam dan Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Aceh Dimana

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produktivitas usahatani padi dapat mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah produksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penggunaan faktor produksi

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Merode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu penelitian yang merumuskan diri pada pemecahan masalah yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usahatani tembakau dinilai memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani tembakau

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sukasari Kaler yang berada di wilayah Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG

KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG LAMPIRAN Lampiran 1 KUISONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEUNTUNGAN USAHATANI JAGUNG 1. Keadaan Umum Responden 1.1. Identitas Responden 1. Nama : (L / P) 2. Umur : tahun 3. Alamat : RT /

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-2015.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG P R O S I D I N G 345 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG Bagus Andriatno Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, 44 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, mencakup: Usahatani

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada peternak plasma ayam broiler di Dramaga Unggas Farm, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan Kota Bogor khususnya

Lebih terperinci

Gatak Gatak Gatak Kartasura Kartasura Baki

Gatak Gatak Gatak Kartasura Kartasura Baki III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu metode yang mempunyai ciri memusatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder hasil survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BPS

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi cabai merah ini dilakukan di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Petani dalam melakukan kegiatan usahatani membutuhkan benih padi sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan terhadap

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Risiko Produktivitas Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena ada keterbatasan dalam memprediksi hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kejadian yang memiliki

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA 6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Hasil pendataan jumlah produksi serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya belimbing dewa digunakan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif menitikberatkan pada pembuktian hipotesis.

Lebih terperinci

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 8.1. Analisis Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kedelai Edamame Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2000-2011. Data sekunder tersebut bersumber dari Lampung dalam Angka (BPS), Badan Penanaman Modal Daerah

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN PASIR DESA KERTOJAYAN KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO Diah Setyorini, Uswatun Hasanah dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Retribusi Daearah dari tahun 2011 sampai variable (independent variable) tehadap variabel terikat (dependent

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Retribusi Daearah dari tahun 2011 sampai variable (independent variable) tehadap variabel terikat (dependent BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di wiayah pemerintah daerah Kota Tangerang pada unit Dinas Pengeloaan Keuangan Daerah (DPKD) Kota Tangerang.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara tertuju

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis data, penulis menggunakan alat bantu komputer seperti paket

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis data, penulis menggunakan alat bantu komputer seperti paket 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode regresi linier berganda sebagai alat analisis data. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik terbatas maupun tidak terbatas, sedangkan sample adalah bagian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . PENDAHULUAN. Latar Belakang Kesejahteraan dapat dilihat dari tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan pangan. Apabila tidak tercukupinya ketersediaan pangan maka akan berdampak krisis pangan. Tanaman pangan

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari 55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Adapun yang menjadi obyek penelitian sebagai variabel bebas (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari PAD, transfer

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang mempunyai jumlah peternak sapi IB dan non IB di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

BAB 3 DESAIN PENELITIAN

BAB 3 DESAIN PENELITIAN BAB 3 DESAIN PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Jenis Data Data yang dibutuhkan sebagai bahan yang akan dipakai oleh penulis adalah data sekunder. Data yang digunakan adalah : 1) Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim ini dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didukung oleh kondisi alam dan iklim tropis di Indonesia. Adanya perubahan pola

BAB III METODE PENELITIAN. didukung oleh kondisi alam dan iklim tropis di Indonesia. Adanya perubahan pola 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Jamur tiram (pleorotus ostreatus) merupakan salah satu komoditi penting yang bernilai ekonomis. Jamur tiram dapat menjadi salah satu komoditi potensial

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI USAHATANI JERUK SIAM PONTIANAK (Citrus nobilis var. Microcarpa) DI KABUPATEN SAMBAS. Tanjungpura Pontianak.

ANALISIS RISIKO PRODUKSI USAHATANI JERUK SIAM PONTIANAK (Citrus nobilis var. Microcarpa) DI KABUPATEN SAMBAS. Tanjungpura Pontianak. ANALISIS RISIKO PRODUKSI USAHATANI JERUK SIAM PONTIANAK (Citrus nobilis var. Microcarpa) DI KABUPATEN SAMBAS ERIK DARMANSYAH 1), ANI MUANI 2), RADIAN 2) 1) Alumni Magister Manajemen Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia UIN Maulana. Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana No.50 Malang.

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia UIN Maulana. Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana No.50 Malang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Pojok Bursa Efek Indonesia UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Jalan Gajayana No.50 Malang. 3.2 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup 39 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional

Lebih terperinci

BAB III METODEPENELITIAN

BAB III METODEPENELITIAN BAB III METODEPENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produksi merupakan suatu proses transformasi input menjadi output. Input dalam usahatani bawang merah adalah lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk organik,

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. logika matematika dan membuat generalisasi atas rata-rata.

BAB III METODE PENELITIAN. logika matematika dan membuat generalisasi atas rata-rata. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, Dikatakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani sebagai indikator kesejahteraan petani padi di Kabupaten Sragen menggunakan metode

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 15 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pada penelitian ini, lokasi yang menjadi objek penelitian adalah wilayah PPN Brondong, Kabupaten Lamongan propinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini didasari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Trias Farm yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Data Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang berbentuk time series selama periode waktu 2005-2015 di Sumatera Barat yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi terhadap jumlah wisatawan dan implikasinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek adalah lokasi atau bisa saja produk yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Objek adalah lokasi atau bisa saja produk yang digunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek adalah lokasi atau bisa saja produk yang digunakan untuk penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2012) adalah target populasi yang memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan terhadap ekonomi Indonesia dalam waktu 1996-2013, oleh karena

Lebih terperinci

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), objek (noun) adalah hal

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), objek (noun) adalah hal III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), objek (noun) adalah hal atau perkara yang menjadi pokok pembicaraan dan dijadikan sasaran untuk diteliti.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel-variabel yang diduga mampu mempengaruhi Loan to Deposit Ratio

BAB III METODE PENELITIAN. variabel-variabel yang diduga mampu mempengaruhi Loan to Deposit Ratio BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh variabel-variabel yang diduga mampu mempengaruhi Loan to Deposit Ratio

Lebih terperinci