VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL
|
|
- Yuliani Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit, lahan, tenaga kerja, dan alat-alat pertanian yang digunakan pada saat melakukan kegiatan budidaya Bibit Kembang kol yang ditanam oleh petani responden pada kelompok tani Suka Tani adalah jenis Royal Green yang dibeli di toko pertanian atau bibit lokal yang didatangkan dari Lembang dengan jenis Cempaka dalam bentuk benih. Petani juga sedang mencoba membuat benih sendiri dari hasil produksi sebelumnya. Bibit Royal Green diperoleh petani dengan membeli dari toko pertanian yang terdapat di Cipanas dan Cisarua. Apabila membuat benih sendiri petani responden memperolehnya dari kembang kol yang dipilih berbentuk sempurna, sehingga akan menghasilkan bibit yang baik kualitasnya. Kembang kol ini sengaja tidak dipanen serta dipelihara, hingga menghasilkan buah yang berisi biji. Biji tersebut kemudian dijemur sampai kering dan siap untuk disemai. Apabila tidak langsung disemai dapat disimpan didalam botol yang tertutup rapat tujuannya adalah untuk menjaga kualitas benih agar tetap memiliki daya kecambah yang baik. Benih yang dibeli dari toko pertanian terlebih dahulu di semai di lahan persemaian selama bulan. Untuk luasan lahan satu hektar bibit kembang kol yang di butuhkan sebanyak 25,000 bibit kembang kol ditambah dengan bibit cadangan yang digunakan untuk penyulaman sebanyak 20 persen dari bibit yang dibutuhkan, sehingga total bibit yang dibutuhkan sebanyak 10 amplop benih kembang kol. Setiap satu amplop kembang kol berisi 10 gram bibit yang bisa menghasilkan 3000 batang bibit. Harga setiap satu amplop kembang kol seharga Rp 100,000,-, sehingga untuk lahan tersebut akan menghabiskan biaya untuk bibit sebesar Rp 1,000,000,-. Jarak tanam yang umum digunakan petani responden dalam usahatani kembang kol adalah 50 x 50 cm. Untuk luasan 1 hektar kembang kol
2 akan menghasilkan panen sebanyak 12 ton. Untuk luasan lahan 0.4 ha akan membutuhkan bibit kembang kol sebanyak 12,000 bibit atau sama dengan tiga amplop bibit kembang kol. Biaya bibit yang dikeluarkan untuk luasan rata-rata (0.4 ha) sebesar Rp 400,000, Lahan Sebagian besar Lahan yang digunakan petani responden untuk berusahatani kembang kol merupakan lahan milik orang lain yang memberikan izin kepada para petani untuk mengolahnya. Para pemilik tersebut bersedia meminjamkan tanah mereka kepada petani, alasannya bahwa pemilik ingin tanah mereka dirawat dan digunakan untuk sesuatu yang menghasilkan sehingga dapat saling mengguntungkan kedua belah pihak. Pemilik merasa aman dengan tanah yang mereka tinggalkan, sedangkan petani bisa menjaga tanah tanpa harus diupah tetapi dapat mencari nafkah dari kegiatan usahatani dengan menggunakan lahan tersebut. Untuk mengelola lahan tersebut petani sama sekali tidak dibebani biaya sewa ataupun biaya lainnya, namun sekali waktu pemilik lahan berkunjung ke lahan mereka. Petani memberikan sebagian hasil panennya, jika pemilik lahan datang tepat pada saat panen. Oleh karena itu, biaya sewa lahan dimasukkan ke dalam biaya yang diperhitungkan. Nilai sewa lahan per ha sebesar Rp. 500,000,- per musin tanam, karena biaya sewa untuk satu hektar lahan per tahun sebesar Rp 1,500,000,- sedangkan dalam satu tahun dapat dilakukan tiga kali musim tanam kembang kol. Pada lahan rata-rata (0.4 Ha), biaya sewa dikenakan sebesar Rp 200,000,- per musim tanam. Rata-rata kepemilikan lahan pada kelompok tani Suka Tani berkisar antara 0.2 ha sampai 1 hektar. Luasan lahan yang ditanami kembang kol oleh petani responden berkisar rata-rata lahan 0.4 hektar. Sehingga dalam perhitungan analisis usahatani kembang kol menggunakan luasan lahan tanaman kembang kol rata-rata (0.4 ha) dan satu hektar. 64
3 6.1.3 Tenaga Kerja Tenaga kerja untuk bidang pertanian kembang kol pada kelompok tani ini berasal dari tenaga kerja dalam keluarga yaitu tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga petani dan tenaga kerja luar keluarga yaitu tenaga kerja yang merupakan tenaga upahan. Jadwal atau waktu kerja yang diberlakukan di Desa Tugu Utara khususnya pada kelompok tani Suka Tani adalah mulai pukul sampai pukul (delapan jam kerja) untuk tenaga kerja laki-laki dan tenga kerja wanita dimulai pukul sampai pukul (enam jam). Tingkat upah rata-rata yang dibayarkan untuk tenaga kerja laki-laki adalah Rp 30,000,- per hari dan untuk tenaga kerja wanita adalah Rp 20,000,- per hari. Jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani kembang kol rata-rata sebanyak dua orang yaitu petani dan istri petani. Kontribusi masing-masing tenaga kerja pada setiap proses usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usahatani Kembang Kol Per Hektar Per Musim Tanam No Kegiatan Usahatani Penggunaan Tenaga Kerja (HKP) Total Persentase Luar Keluarga Dalam Keluarga (%) L P L P 1 Persiapan Lahan Penanaman Pemupukan dan Penyiangan 4 Perawatan 0.0 Penyulaman Penyemprotan pemanenan Total Nilai Tenaga Kerja (000) Tenaga kerja laki-laki lebih banyak digunakan pada saat kegiatan persiapan lahan/pengolahan lahan dan penyemprotan. Tenaga kerja perempuan lebih banyak digunakan pada kegiatan penanaman, pemupukan dan penyiangan. Kontribusi tenaga kerja pria dalam usahatani ini sebesar 80 persen dari total pemakaian tenaga kerja. Hal ini di akibatkan oleh kegiatan budidaya kembang 65
4 kol ini banyak melakukan kegiatan yang berat dan membutuhkan banyak tenaga seperti pengolahan lahan yang dilakukan dengan menggunakan cangkul karena lokasi usahatani yang berbukit-bukit dan lahan yang miring, serta fasilitas jalan yang belum memadai, sehingga tidak dapat dijangkau atau dilalui oleh mesin traktor. Kegiatan penyemprotan dan panen hanya mampu dilakukan oleh tenaga kerja pria. Gambar 8. Kondisi Lokasi Usahatani Kembang Kol Petani Kelompok Suka Tani Tahun 2009 Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak HKP (71 persen) dari total tenaga kerja yang digunakan dan dari dalam keluarga sebanyak 56 HKP (29 persen). Jumlah tenaga kerja wanita yang digunakan dalam usahatani kembang kol telah dikonversikan kedalam hari kerja pria dengan nilai konversi 0.7 HKP. Menurut (Hernanto, 1989), dalam teknis perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku, yaitu : 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP) ; 1 wanita = 0.7 HKP. Penggunaan tenaga kerja paling banyak digunakan dalam kegiatan pemupukan dan penyiangan yaitu sebanyak 31 persen. 66
5 Tabel 17. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Kembang Kol Per Rata-rata 0,4 Hektar Per Musim Tanam No Kegiatan Usahatani Penggunaan Tenaga Kerja (HKP) Total Persentase Luar Keluarga Dalam Keluarga (%) L P L P 1 Persiapan Lahan Penanaman Pemupukan dan Penyiangan 4 Perawatan Penyulaman Penyemprotan pemanenan Total Nilai Tenaga Kerja (000) , , Pada luasan rata-rata (0.4 ha) tenaga kerja pria juga lebih banyak digunakan pada saat persiapan lahan. Kontribusi tenaga kerja pria dalam usahatani ini sebesar 75 persen dari total pemakaian tenaga kerja atau sebesar 70 HKP. Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 47 HKP (50.3%) dan dari dalam keluarga sebanyak 43.7 HKP(49.7%). Tenaga kerja wanita dikonversi kedalam hari kerja pria dengan nilai konversi 0.7 HKP. Penggunaan tenaga kerja paling banyak digunakan adalah pada kegiatan pegolahan, pemupukan dan penyiangan. Karena dalam kegiatan usahatani pengolahan lahan dilakukan masih dengan menggunakan cangkul, karena lokasi usahatani berada pada daerah yang curam dan belum tersedia fasilitas jalan untuk mesin traktor dan kendaraan besar lainnya. Pemupukan dan penyiangan dilakukan dengan bersamaan, sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Kontribusi masing-masing tenaga kerja pada setiap proses usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 17 diatas. 67
6 6.1.4 Alat-alat Pertanian Dalam usahatani kembang kol jenis alat-alat pertanian yang digunakan seperti cangkul, sprayer, kored, pisau dan golok. Cangkul digunakan untuk megemburkan tanah atau untuk menggolah lahan. Koret dan golok digunakan petani untuk membersihkan/mengiangi gulma, dan rumput ataupun semak-semak yang mengganggu tanaman, serta pisau potong untuk digunakan pada saat panen. Sprayer digunakan untuk menyemprotkan pestisida. Peralatan tersebut biasanya merupakan milik petani sendiri, namun jumlahnya tidak seimbang dengan luas lahan yang dimiliki. Hal ini disebabkan karena masing-masing buruh tani atau tenaga kerja luar keluarga membawa alat masing-masing. Petani responden tidak selalu membeli alat-alat pertanian setiap musim tanam sebab setiap alat yang digunakan memiliki umur teknis lebih dari dua tahun Sampai tidak dapat digunakan lagi. Nilai penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan oleh petani responden Desa Tugu Utara pada kelompok tani SukaTani dapat dilihat pada tabel 18. Tabel 18. Penggunaan Peralatan Usahatani Kembang Kol Per Musim Tanam Pada Kelompok Tani Suka Tani Per Rata-Rata Luasan Lahan No Jenis Alat Jumlah (Buah) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Teknis (Tahun) Penyusutan (Rp/Tahun) 1 Cangkul 3 50, , ,000 2 Sprayer 2 400, , ,000 3 Kored 2 20,000 40, ,333 4 Golok 1 40,000 40, ,333 5 Pisau 2 20,000 40, ,333 6 Sabit 1 20,000 20, ,666 Jumlah 256,665 Penggunaan alat-alat pertanian untuk setiap budidaya adalah sama, hanya jumlah yang dimiliki petani tergantung kepemilikan luas lahan petani. Tabel 18 dan Tabel 19 menunjukkan nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan dalam usahatani kembang kol pada luasa 1 hektar yaitu sebesar Rp 256,665,- per tahun, sedangkan pada luasan lahan rata-rata (0.4 ha) nilai penyusutan sebesar Rp 153,331,- per tahun. Penyusutan dihitung dengan metode garis lurus dengan 68
7 asumsi peralatan tersebut tidak dapat digunakan lagi setelah melewati umur teknis. Tabel 19. Penggunaan Peralatan Usahatani Kembang Kol Per Musim Tanam Pada Kelompok Tani Suka Tani Per Hektar No Jenis Alat Jumlah (Buah) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Teknis (Tahun) Penyusutan (Rp/Tahun) 1 Cangkul 2 50, , ,333 2 Sprayer 1 400, , ,000 3 Kored 2 20,000 40, ,333 4 Golok 1 40,000 40, ,333 5 Pisau 1 20,000 20, ,666 6 Sabit 1 20,000 20, ,666 Jumlah 153,331 Selain lahan dan tenaga kerja, biaya yang dikeluarkan petani adalah biaya pemupukan dan pestisida. Pupuk yang digunakan petani adalah pupuk kandang, urea, ZA, KCL, TSP dan NPK. Biaya yang dikeluarkan petani untuk pemupukan pada luasan satu hektar adalah sebesar Rp 4,020,000,- per musim tanam. Adapun perincian rata-rata penggunaan dan biaya pemupupuk petani untuk usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Rata-rata penggunaan Biaya Pemupukan Petani Responden per Hektar Komponen Jumlah (kg) Harga (Rp/Satuan) Nilai (Rp) Pupuk Kandang 12, ,100,000 Urea 300 1, ,000 KCL 300 1, ,000 TSP 300 2, ,000 ZA 300 1, ,000 Total 4,020,000 Pada luasan lahan rata-rata (0,4 hektar) biaya yang dikeluarkan petani untuk pemupukan adalah sebesar Rp 1,608,000,- per musim tanam. Adapun perincian rata-rata penggunaan dan biaya pemupukan petani responden untuk usahatani kembang kol per rata-rata luasan lahan dapat dilihat pada Tabel
8 Tabel 21. Rata-rata penggunaan Biaya Pemupukan Petani Responden per Ratarata Luasan Lahan (0.4 ha) Komponen Jumlah (kg) Harga (Rp/Satuan) Nilai (Rp) Pupuk Kandang 4, ,000 Urea 120 1, ,000 KCL 120 1, ,000 TSP 120 2, ,000 ZA 120 1, ,000 Total 1,608,000 Untuk pestisida petani responden menggunakan pestisida yang disemprotkan terdiri dari insektisida (Curacron dan proklem), Fungsida (polarem), penyubur ( supergro) dan perekat (dustic). Penyemprotan untuk lahan satu hektar petani menggeluarkan biaya pestisida sebesar Rp 1,060,000,- yang dilakukan oleh tiga orang tenaga kerja selama dua hari yang terdiri dari satu orang tenaga kerja dalam keluarga dan dua orang tenaga kerja luar keluarga dan untuk lahan 0,4 ha petani mengeluarkan biaya pestisida sebesar Rp 414,000,- per musim tanam dan hanya dilakukan oleh satu orang tenaga kerja keluarga selama dua hari. Jenis dan jumlah pestisida yang digunakan pada luasan satu hektar dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Tabel Rata-rata penggunaan dan Pestisida Petani Responden per Hektar dan per rata-rata luasan lahan (0.4 ha) Komponen Jumlah Fisik Harga Nilai (Rp) Nilai (Rp) 1ha 0,4Ha (Rp/Satuan) Curacron(liter) , ,000 95,000 Proklem (grm) , , ,000 Polarem (kg) , , ,000 Supergro (liter) , ,000 44,000 Dustic (liter) , ,000 40,000 Total 1,060, ,000 70
9 6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Analisis usahatani kembang kol pada kelompok tani Suka Tani menggambarkan besarnya penggunaan input-input produksi dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama proses usahatani berlangsung. Kegiatan usahatani ini bertujuan untuk memperoleh pendapatan optimal, sebagai imbalan atas usaha dan kerja yang telah dijalankan petani. Analisis yang dilakukan mengacu pada selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, yang meliputi biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai, seperti biaya bibit, pupuk, tenaga kerja luar keluarga dan peralatan yang digunakan selama kegiatan usahatani kembang kol. Biaya total adalah biaya yang tidak dikeluarkan oleh petani dalam bentuk tunai tetapi dihitung sebagai biaya, seperti tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan dan penyusutan peralatan. Analisis usahatani kembang kol yang dilakukan dalam penelitian ini di bedakan berdasarkan rata-rata luas lahan 0,4 ha dan luas lahan satu hektar. Pada usahatani kembang kol, penerimaan total diperoleh petani dari produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga yang berlaku. Produksi rata-rata kembang kol per luasan rata-rata lahan per musim tanam adalah 5,000 kg, dengan luasan rata-rata lahan usahatani kembang kol seluas 0.4 ha. Hasil panen ini selain di jual, juga dikonsumsi sendiri oleh petani rata-rata sebanyak 0.5 persen (22 kg) dari total hasil panen. Maka, produksi rata-rata kembang kol per rata-rata luasan lahan per musim tanam setelah dikurangi dengan tingkat kegagalan panen sebesar 10 persen adalah 4,478 kg. Sehingga penerimaan petani yang diperoleh sebesar Rp13,500,000,- per luasan rata-rata lahan. Penerimaan petani pada luas lahan satu hektar sebesar Rp. 33,750,000,- dengan asumsi perhitungan yang sama. Biaya yang dikeluarkan petani responden terdiri dari biaya tunai dan biaya di perhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani responden kembang kol meliputi biaya bibit, biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya pemupukan, biaya obat-obatan. Biaya yang diperhitungkan yang dikeluarkan petani responden meliputi biaya biaya penyusutan, biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya sewa. 71
10 Alokasi biaya terbesar dalam sarana produksi adalah untuk pupuk kandang dan pupuk kimia. Rata-rata penggunaan pupuk kandang perluasan pupuk kandang per luasan rata-rata lahan permusim tanam adalah 4,800 kg, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk kandang yang didatangkan dari peternakan setempat sebesar Rp 840,000,-. Rata-rata penggunaan pupuk kandang per hektar per musim tanam sebesar 12,000 kg, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk kandang untuk luasan satu hektar sebesar Rp 2,100,000,- per musim tanam. Pemberian pupuk kandang dilakukan pada saat penanaman. Pupuk kandang dimasukkan ke dalam lubang tanam yang sebelumnya telah dibuat. Penggunaan pupuk kimia pada kegiatan usahatni kembang kol terdiri dari pupuk urea, TSP, KCL dan ZA yang dibeli dengan harga masing-masing Rp 1,400,- per kilogram, Rp 2,000,- per kilogram, Rp 1,500,- per kilogram, Rp 1,500,- per kilogram. Rata-rata penggunaan pupuk kimia perluasan 1 hektar lahan dalam satu musim tanam masing-masing adalah 300 kilogram. Sedangkan pada luasan rata-rata lahan (0.4) pupuk yang digunakan masing-masing pupuk adalah sebanyak 120 kg. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga untuk lahan satu hektar adalah sebesar Rp 4,284,000,- per musim tanam atau sama dengan HKP. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk tenga kerja pada luasan rata-rata lahan adalah sebesar Rp 1,410,000,- per musim tanam atau menggunakan tenaga kerja sebanyak 47 HKP. Biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan alat-alat pertanian dan sewa lahan. Tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan dalam usahatani kembang kol oleh petani responden Kelompok Suka Tani untuk luasan rata-rata adalah sebesar 43.7 HKP dan untuk satu hektar sebesar 58.7 HKP. Tenaga kerja dalam keluarga ini hanya terdiri dari istri dan petani sendiri. Istri petani dan petani sendiri dianggap sebagai buruh tani dalam kegiatan usahatani kembang kol tersebut, sehingga istri petani dan petani juga deberi upah seperti tenaga kerja luar keluarga Hasil analisis pendapatan per luasan rata-rata lahan dan luasan hektar per musim tanam petani kembang kol di Desa Tugu Utara pada kelompok tani Suka Tani dapat dilihat di Tabel
11 Tabel 23. Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Per Luasan Lahan/Musim Tanam Petani Responden Pada Kelompok Tani Suka Tani Desa Tugu Utara Saat Harga Kembang Kol Rp 3,000,- Uraian Kembamg Kol 1 H Kembang Kol 0,4 Ha Jumlah Fisik Harga (Rp/Sat) Nilai (Rp) Jumlah Fisik Harga (Rp/Sat) Nilai (Rp) Penerimaan: Hasil Panen (Kg) 12,500 3,000 37,500,000 5,000 3,000 15,000,000 Penjualan (Kg) 11,206 3,000 33,618,000 4,478 3,000 13,434,000 Konsumsi Sendiri (Kg) 60 3, , ,000 75,000 Resiko Panen (Kg) 1,250 3,000 3,750, ,000 1,500,000 Total Penerimaan 11,250 3,000 33,750,000 4,500 3,000 13,500,000 Pengeluaran: Biaya Tunai Benih ,000 1,000, , ,000 Pupuk: a. Urea (kg) 300 1, , , ,000 b. ZA (kg) 300 1, , , ,000 c. TSP (kg) 300 2, , , ,000 d. KCL (kg) 300 1, , , ,000 e. Pupuk Kandang (kg) 12, ,100,000 4, ,000 Pestisida : a. Curacron (Liter) 1 190, , ,000 95,000 b. Proklem( Gram) 4 90, , , ,000 c. Polarem (Kg) 6 50, , , ,000 d. Supergro (Liter) 5 22, , ,000 44,000 e. Dustic (Liter) 5 20, , ,000 40,000 Tenaga Kerja Luar Keluarga ,000 4,284, ,000 1,410,000 Total Biaya Tunai 10,364,000 3,832,000 Biaya Diperhitungkan Penyusutan alat 256, ,331 Tenaga Kerja Dalam Keluarga ,000 1,761, ,000 1,311,000 Sewa Lahan 500, ,000 Total Biaya Diperhitungkan 2,517,665 1,664,331 Biaya Total 12,881,665 5,496,331 Pendapatan Atas Biaya Tunai 23,386,000 9,668,000 Pendapatan Atas Biaya Total 20,868,335 8,003,669 R/C Atas Biaya Tunai R/C Atas Biaya Total Biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani kembang kol perluasan ratarata lahan per musim tanam adalah sebesar Rp 5,496,331,-, sedangkan per hektar per musim tanam sebesar Rp 12,881,665,-. Pada rata-rata luasan lahan, 73
12 pendapatan yang diperoleh atas biaya tunai pada saat harga kembang kol Rp 3,000,- adalah sebesar Rp 9,668,000,- sedangkan pendapatan atas biaya total per luasan rata-rata lahan sebesar Rp 8,003,669,-. Pada luasan lahan satu hektar pendapatan yang diperoleh atas biaya tunai adalah sebesar Rp 23,386,000,- sedangkan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 20,868,335,-. Usahatani kembang kol ini dikatakan menguntungkan atau efisien untuk diusahakan juga dapat dilihat dari nilai perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan (R/C Rasio). Berdasarkan Tabel 23, R/C rasio atas biaya total yang di peroleh petani dengan luasan lahan satu hektar adalah sebesar 2.6 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 1,- akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 2.6,-. Nilai R/C yang Lebih dari satu ini menunjukkan bahwa usahatani kembang kol efisien diusahakan karena penerimaan yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sedangkan R/C rasio atas biaya total yang diperoleh petani kembang kol dengan luasan lahan 0.4 ha adalah sebesar 2.5 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 1,- akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 2.5,- sehingga usahatani kembang kol pada luasan 0.4 ha juga efisien untuk diusahakan karena penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh petani. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan. Penerimaan usahatani akan mengalami penurunan jika terjadi penurunan harga karena penerimaan usahatani merupakan perkalian antara jumalah produksi dengan harga kembang kol. Harga kembang kol sering mengalami fluktuasi, harga terendah yang diterima petani kelompok tani Suka Tani adalah Rp. 1,000,-. Jadi penerimaan petani ketika harga kembang kol Rp 1,000,- pada luasan 1 ha adalah Rp 11,250,000,- dan pada luasan rata-rata adalah Rp 4,500,000,-. Biaya yang dikeluarkan oleh petani sama seperti pada saat harga kembang kol sedang normal. Sehingga pendapatan petani atas biaya tunai pada lahan 1 ha adalah Rp -116,000,- sedangkan pada lahan luasan rata-rata adalah Rp 404,000,- dan pendapatan atas biaya total pada Luan 1 ha adalahrp -2,282,665,- dan pada luasan rata-rata adalah Rp -1,317,331,-. Perincian analisis pendapatan rata-rata 74
13 usahatani kembang kol petani kelompok tani Suka Tani ketika harag mengalami penurunan menjadi Rp 1,000,- dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Per Luasan Lahan/Musim Tanam Petani Responden Pada Kelompok Tani Suka Tani Desa Tugu Utara Saat Harga Kembang Kol Rp 1,000,- uraian Kembamg Kol 1 Ha Kembang Kol 0,4 Ha Jumlah Fisik Harga (Rp/Sat) Nilai (Rp) Jumlah Fisik Harga (Rp/Sat) Nilai (Rp) Penerimaan: Hasil Panen (Kg) 12,500 1,000 12,500,000 5,000 1,000 5,000,000 Penjualan (Kg) 11,206 1,000 11,206,000 4,478 1,000 4,478,000 Konsumsi Sendiri (Kg) 60 1,000 60, ,000 25,000 Resiko Panen (Kg) 1,250 1,000 1,250, , ,000 Total Penerimaan 11,250 1,000 11,250,000 4,500 1,000 4,500,000 Pengeluaran: Biaya Tunai Benih ,000 1,000, , ,000 Pupuk: a. Urea 300 1, , , ,000 b. ZA 300 1, , , ,000 c. TSP 300 2, , , ,000 d. KCL 300 1, , , ,000 e. Pupuk Kandang 12, ,100,000 4, ,000 Pestisida : a. Curacron 1 190, , ,000 95,000 b. Proklem 4 90, , , ,000 c. Polarem 6 50, , , ,000 d. Supergro 5 22, , ,000 44,000 e. Dustic 5 20, , ,000 40,000 Tenaga Kerja Luar ,000 5,286, ,000 1,674,000 Keluarga Total Biaya Tunai 11,366,000 4,096,000 Biaya Diperhitungkan Penyusutan alat 256, ,331 Tenaga Kerja Dalam 62 30,000 1,860, ,000 1,368,000 Keluarga Sewa Lahan 50, ,000 Total Biaya 2,166,665 1,721,331 Diperhitungkan Biaya Total 13,532,665 5,817,331 Pendapatan Atas Biaya (116,000) 404,000 Tunai Pendapatan Atas Biaya (2,282,665) (1,317,331) Total R/C Atas Biaya Tunai R/C Atas Biaya Total
14 Berdasarkan Tabel 24, diketahui bahwa pada luasan lahan 1 ha nilai R/C atas biaya tunai adalah sebesar 1. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 1 biaya tunai yang dikeluarkan petani untuk menanam kembang kol maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,- sedangkah R/C atas biaya total adalah sebesar 0.8. hal ini juga berarti bahwa setiap Rp 1,- biaya total yang dikeluarkan untuk menanam kembang kol akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 0.8,-. Berdasarkan kenyataan tersebut, bahwa usahatani kembang kol petani pada kelompok Suka Tani Desa Tugu Utara apabila harganya Rp 1,000,- adalah tidak menguntungkan untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan nilai R/C atas biaya total kurang dari satu. Begitu halnya pada lahan luasan rata-rata dimana R/C atas biaya tunai sebesar 1.1 sedangkan R/C atas biaya total adalah 0.8,sehingga usahatani kembang kol petani pada kelompok Suka Tani Desa Tugu Utara pada luasan rata-rata apabila harganya Rp 1,000,- adalah tidak menguntungkan untuk diusahakan. Dengan kondisi harga yang berfluktuasi maka dilakukan perthintungan harga pokok produksi. Dengan dasar biaya per unit atau harga pokok tersebut maka petani dapat menetapkan harga jual sesuai dengan laba/ keuntungan sesuai dengan tujuan usahatani (Limbong dan Sitorus, 1987). Biaya per unit atau harga pokok dapat dihitung dengan menambahkan total biaya variabel dan biaya tetap dibagi dengan hasil penjumlahan produksi normal dan produksi nyata. Produksi nyata merupakan jumlah produksi yang dihasilkan pada saat kembang kol dipanen. Sedangkan produksi normal adalah jumlah produksi yang seharusnya di hasilkan pada saat panen kembang kol. Perhitungan harga pokok produksi dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Perhitungan Harga Pokok/ Biaya per Kg Kembang Kol Uraian Luasan 1 Ha Luasan 0,4 Ha Total Biaya tetap (Rp) 2,166,665 1,721,331 Total Biaya Variabel (Rp) 11,366,000 4,096,000 Produksi Normal (Kg) 12, Produksi Nyata (Kg) 11, Harga Pokok Produksi (Rp/Kg) 1,190 1,269 76
15 Tabel 25 menunjukkan harga pokok/biaya per unit kembang kol pada luasan lahan 1 ha adalah Rp 1,190. Hal ini menunjukkan bahwa harga minimal yang digunakan untuk menjual kembang kol tidak bisa kurang dari harga pokok produksi. Bila harga jual kembang kol lebih rendah dari harga pokok maka petani akan mengalami kerugian. Begitu pula pada luasan lahan rata-rata harga jual kembang kol harus lebih besar dari harga pokok yaitu sebesar Rp 2,269,-. Bila harga jual petani lebih rendah dari harga pokok/biaya per unit akan menimbulkan kerugian bagi petani. 77
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan
Lebih terperinciVI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.
Lebih terperinciVIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan
Lebih terperinciVII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu
Lebih terperinciVI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan
Lebih terperinciVI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten
Lebih terperinciVII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil
Lebih terperinciVI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI
BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Strata I dan II pada Usahatani Jeruk di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Strata I II No. Sampel Luas Lahan (ha) Umur Petani (tahun) Pengalaman Bertani
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap
Lebih terperinciVIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM
BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi
Lebih terperinciVI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA
VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.
Lebih terperinciVIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Kawasan Agropolitan Cianjur Agropolitan (agro = pertanian; politan = kota) adalah suatu konsep kota pertanian yang diharapkan mampu memacu berkembangnya sistem dan
Lebih terperinciV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani
Lebih terperinciVII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL
VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian
Lebih terperinciVI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani
Lebih terperinciVI. HASIL dan PEMBAHASAN
VI. HASIL dan PEMBAHASAN 6.1 Penggunaan Input Usahatani 6.1.1 Benih Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru, berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi
Lebih terperinciPENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT
VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata
Lebih terperinciVI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam
Lebih terperinciII. HASIL DAN PEMBAHASAN
II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar
Lebih terperinciVII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL
VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN
VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya
Lebih terperinciMenanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai
Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai
Lebih terperinciLampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel
Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No Pertanyaan Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Total Skor 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 28 3
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Padi Petani padi dalam menghadapi kelangkaan pupuk dibedakan berdasarkan pengaruh kelangkaan pupuk terhadap produktivitas dan pendapatan dalam usahatani padi. Pengaruh
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO
BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya
Lebih terperinciV KERAGAAN USAHATANI KEMBANG KOL
V KERAGAAN USAHATANI KEMBANG KOL 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua Kabupatan Bogor. Jarak dari desa ke ibukota adalah
Lebih terperinciV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur petani berpengaruh terhadap tingkat produktivitas kerja dari petani tersebut.
V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani kentang Desa Batur berusia antara 20 tahun sampai lebih dari 50 tahun. Umur petani berpengaruh terhadap tingkat produktivitas kerja dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis dan Topografi Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja
Lebih terperinciBudi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut
Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika
Lebih terperinciBAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Padi Kegiatan usahatani padi dipengaruhi oleh latar belakang petani dengan beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciProgram Studi Magister Sains Agribisnis, Pascasarjana Institut Pertanian Bogor b
ARTIKEL Pendapatan Usahatani Ubi Jalar Tumpangsari dengan Jagung Manis di Desa Gunung Malang, Kabupaten Bogor Farm Income of the Intercropping System between Sweet Potato and Sweet Corn in Gunung Malang
Lebih terperinciPERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN
Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 1 Juni 2015 2 PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN Annisa Aprianti R 1 1) Fakultas Agrobisnis dan Rekayasa Pertanian, Universitas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciBAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR
13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan
Lebih terperinciASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO. Kelompok 5
ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO Kelompok 5 1. AMUL HEKSA BAJAFITRI 125040201111131 2. ANISA SILVIA 125020201111152 3. AMANU BUDI SETYO U 125040201111208 4.
Lebih terperinciKUISIONER PRAKTIKUM LAPANG ILMU USAHATANI (Responden : Petani)
I. GAMBARAN UMUM RESPONDEN KUISIONER PRAKTIKUM LAPANG ILMU USAHATANI (Responden : Petani) a. Tanaman di usahakan : ( ) Padi, ( ) Palawija, ( ) Hortikultura, ( ) Lainnya :. b. Luas lahan : Ha c. Luas Lahan
Lebih terperinciIII. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR
16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu
Lebih terperinciAnalisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin
Analisis Finansial Usaha Tani Penangkaran Benih Kacang Tanah dalam satu periode musim tanam (4bulan) Oleh: Achmad Faizin 135040100111150 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH
BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH Analisis pendapatan pada usaha budidaya udang galah akan menjelaskan apakah usaha yang dilakukan menguntungkan (profitable) atau tidak yaitu dengan
Lebih terperinciVI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN
VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan
Lebih terperinciLuas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Jalar Di Tingkat Propinsi Tahun No Propinsi. Luas Produktivitas Produksi panen
Lampiran 1. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Jalar Di Tingkat Propinsi Tahun 2007-2008 2007 2008 No Propinsi Luas Produktivitas panen tivitas Luas Produk- Produksi panen Produksi Ha Kw/Ha Ton
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang
III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian
III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabai?
Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciBAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR
BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang
50 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data dan melakukan analisis sehubungan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciOleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani
ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BISI 2 (Zea mays Linn.) (Suatu Kasus di Desa Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro,
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciKARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA KENTANG
KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA KENTANG Di susun oleh : Nama : Suhendra Tampubolon Nim : 10.11.3652 Kelas : S1TI-2B STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi Para Aktor Dalam rantai nilai perdagangan kayu sengon yang berasal dari hutan rakyat, terlibat beberapa aktor (stakeholder) untuk menghasilkan suatu produk jadi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi 1. Deskripsi Umum Wilayah. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Secara Geografis Wilayah Kecamatan Dungaliyo, merupakan salah satu Wilayah Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo, yang
Lebih terperinciSTUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN
STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN Singgih Kusuma Wardani / 20110220024 Francy Risvansuna
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempengaruhi petani dalam mengusahakan pendapatan rumah tangganya.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Identitas petani merupakan gambaran umum petani di wilayah peri-urban Kabupaten Sleman. Identitas petani yang dimaksud meliputi usia, tingkat pendidikan terakhir,
Lebih terperinciRahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN. Keywoard : Perbandingan biaya, Produksi krisan, P4S.
PERBANDINGAN KEUNTUNGAN KRISAN POTONG DENGAN PEMANFAATAN SISTEM TUNAS DAN SISTEM TANAM AWAL DI P4S ASTUTI LESTARI PARONGPONG BANDUNG BARAT Rahmawati 1 Latifa Hanum 2 RINGKASAN Indonesia merupakan negara
Lebih terperinciDENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT
DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode
Lebih terperinciLampiran 1. Harga Beberapa Komoditas Pertanian Jawa Barat Per tanggal 31 Juli 2009
Lampiran 1. Harga Beberapa Komoditas Pertanian Jawa Barat Per tanggal 31 Juli 2009 No Komoditas Harga Per Kg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Bawang Daun Brokoli Bawang Merah Bawang Putih Buncis
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi
III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan
Lebih terperinciLampiran 1. Kuesioner Petani
LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Petani Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol (Studi Kasus Kelompok Tani Suka Tani, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Osin
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada umumnya di Desa Lebak Muncang sebagian besar penduduknya adalah petani. Sebanyak
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA
BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui
5 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Identitas Petani Dalam penelitian ini yang menjadi petani diambil sebanyak 6 KK yang mengusahakan padi sawah sebagai sumber mata pencaharian
Lebih terperinciPETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENCATATAN USAHATANI PADI
PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENCATATAN USAHATANI PADI A. DEFINISI Secara makro, suatu usaha dikatakan layak jika secara ekonomi/finansial menguntungkan, secara sosial mampu menjamin pemerataan hasil dan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)
III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten
Lebih terperinciVI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI
VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1. Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR DI BOGOR
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR DI BOGOR No. Responden : Nama Responden : Alamat : Desa/Kelurahan : Kecamatan : Kabupaten : Bogor Provinsi : Jawa Barat Tanggal Wawancara
Lebih terperinciBAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI
BAB VI ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI Keragaan usahatani pada penelitian ini dijelaskan secara deskriptif. Penjelasan keragaan usahatani meliputi penggunaan input dan cara budidaya padi dengan metode
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia,
51 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Responden Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, pengalaman bertani, tingkat pendidikan, penggunaan luas lahan, dan jumlah tanggungan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan
Lebih terperinciSURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO
KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO Purwanto 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1)Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program
Lebih terperinciV. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL
V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec
Lebih terperinciSURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Pendapatan Usahatani jambu biji SURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusun
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang
III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, dalam pembahasannya lebih ditekankan pada biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan yang diperoleh
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah dan Keadaan Alam Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Besar Kecamatan Payaraman Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan. Daerah ini
Lebih terperinci