PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) BULAN DESEMBER 2016 NAIK 0,08 PERSEN No. 03/01/63/Th.XXI, 3 Januari 2017 Pada Desember 2016 NTP Kalimantan Selatan tercatat 97,84 atau naik 0,08 persen dibanding NTP November 2016. Naiknya NTP ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,80 persen sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan relatif lebih kecil yaitu sebesar 0,71 persen. Pada Desember 2016 terjadi inflasi di daerah pedesaan Kalimantan Selatan sebesar 0,90 persen yang disebabkan oleh naiknya indeks harga di subkelompok bahan makanan, makanan jadi, perumahan, kesehatan, dan pendidikan, rekreasi dan olahraga. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Kalimantan Selatan Desember 2016 sebesar 106,05 atau naik sebesar 0,70 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya. Pada bulan Desember 2016, secara Nasional, Provinsi Riau mengalami kenaikan NTP tertinggi sebesar 1,60 persen, sebaliknya Provinsi Maluku Utara mengalami penurunan NTP tertinggi sebesar 1,08 persen. 1. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. 1
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Pada bulan Desember 2016, NTP Kalimantan Selatan tercatat sebesar 97,84 atau naik 0,08 persen jika dibandingkan NTP pada bulan November 2016 sebesar 97,76. Kenaikan tersebut disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian mengalami kenaikan yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Jika dilihat masing-masing subsektor, tiga subsektor pertanian mengalami kenaikan NTP dan dua subsektor mengalami penurunan NTP. Subsektor yang mengalami kenaikan NTP adalah Subsektor Holtikultura sebesar 0,69 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,42 persen, dan Subsektor Peternakan sebesar 0,41 persen. Subsektor yang mengalami penurunan NTP adalah Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,81 persen dan Subsektor Perikanan sebesar 0,59 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Perubahannya (2012 = 100) Subsektor November Desember Persentase Perubahan (1) (2) (3) (4) Gabungan a. Nilai Tukar Petani (NTP) 97,76 97,84 0,08 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 117,35 118,29 0,80 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,04 120,89 0,71 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,48 124,59 0,90 - Indeks BPPBM 111,43 111,54 0,09 Gabungan Tanpa Perikanan a. Nilai Tukar Petani (NTP) 96,72 96,87 0,15 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 116,11 117,12 0,87 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,04 120,91 0,72 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,18 124,30 0,92 - Indeks BPPBM 111,78 111,85 0,07 1. Tanaman Pangan a. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 98,03 97,23-0,81 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 118,50 118,35-0,13 - Padi 119,99 119,99-0,01 - Palawija 105,51 104,13-1,30 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,88 121,71 0,69 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,29 124,42 0,91 - Indeks BPPBM 114,18 114,21 0,03 2
Tabel 1 Lanjutan Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Perubahannya (2012 = 100) Subkelompok November Desember Persentase Perubahan (1) (2) (3) (4) 2. Hortikultura a. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 105,73 106,45 0,69 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 127,62 129,44 1,43 - Sayur-sayuran 147,19 148,34 0,79 - Buah-buahan 122,63 124,70 1,69 - Tanaman Obat 100,54 101,82 1,28 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,71 121,59 0,73 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,04 124,09 0,85 - Indeks BPPBM 109,15 109,21 0,05 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai Tukar Petani (NTP-TPR) 82,69 83,87 1,42 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 100,01 102,22 2,21 - Tanaman Perkebunan Rakyat 100,01 102,22 2,21 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,95 121,89 0,78 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 123,21 124,41 0,97 - Indeks BPPBM 111,75 111,64-0,10 4. Peternakan a. Nilai Tukar Petani (NTP-TR) 108,40 108,84 0,41 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 125,57 126,98 1,12 - Ternak Besar 137,50 137,84 0,25 - Ternak Kecil 120,71 120,73 0,02 - Unggas 124,78 126,49 1,37 - Hasil Ternak 117,62 119,60 1,68 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 115,84 116,66 0,70 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 122,94 124,03 0,89 - Indeks BPPBM 107,91 108,41 0,46 5. Perikanan a. Nilai Tukar Petani (NTNP) 110,05 109,39-0,59 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 132,07 132,08 0,01 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,01 120,74 0,60 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,09 127,96 0,68 - Indeks BPPBM 107,34 107,82 0,45 5.1. Perikanan Tangkap a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 113,24 112,14-0,97 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) 135,61 135,15-0,34 - Penangkapan Perairan Umum 125,17 123,96-0,97 - Penangkapan Laut 140,01 139,86-0,11 c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 119,75 120,51 0,63 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,04 127,90 0,68 - Indeks BPPBM 106,64 107,21 0,54 5.2. Perikanan Budidaya a. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 101,63 102,15 0,51 b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 122,66 123,93 1,04 - Budidaya Air Tawar 118,01 118,99 0,83 - Budidaya Air Payau 137,27 139,47 1,60 c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 120,69 121,33 0,53 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127,22 128,10 0,69 - Indeks BPPBM 109,23 109,45 0,21 3
2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Desember 2016, It naik sebesar 0,80 persen dibandingkan November 2016, yaitu dari 117,35 menjadi 118,29. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani pada Subsektor Holtikultura sebesar 1,43 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 2,21 persen, Subsektor Peternakan sebesar 1,12 persen, dan Subsektor Perikanan sebesar 0,01 persen. 3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Desember 2016, Ib mengalami kenaikan sebesar 0,71 persen jika dibandingkan dengan bulan November 2016, yaitu dari 120,04 menjadi 120,89. Kenaikan Ib disebabkan naiknya Ib di seluruh subsektor, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,69 persen, Subsektor Holtikultura sebesar 0,73 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,78 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,70 persen, dan Subsektor Perikanan sebesar 0,60 persen. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) Pada bulan Desember 2016, nilai NTP-P turun sebesar 0,81 persen. Hal ini disebabkan It mengalami penurunan sebesar 0,13 persen dan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen. Turunnya It pada bulan Desember 2016 disebabkan penurunan indeks harga pada kelompok padi sebesar 0,01 persen dan kelompok palawija sebesar 1,30 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,69 persen disebabkan oleh kenaikan pada indeks harga kelompok konsumsi rumah tangga (KRT) sebesar 0,91 persen dan kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,03 persen. 4
b. Subsektor Hortikultura (NTP-H) Pada bulan Desember 2016, NTP-H naik sebesar 0,69 persen. Hal ini disebabkan It mengalami kenaikan sebesar 1,43 persen, sedangkan Ib mengalami kenaikan relatif lebih kecil yaitu sebesar 0,73 persen. Kenaikan It bulan Desember 2016 disebabkan naiknya indeks harga komoditas pada kelompok sayur-sayuran (khususnya komoditas cabai merah, cabai rawit, dan kacang panjang) sebesar 0,79 persen, kelompok buah-buahan (khususnya komoditas jeruk dan semangka) sebesar 1,69 persendan kelompok tanaman obat (khususnya komoditas jahe dan kencur) sebesar 1,28 persen. Kenaikan pada Ib disebabkan naiknya indeks komoditas kelompok KRT sebesar 0,85 persen dan kelompok BPPBM sebesar 0,05 persen. c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-TPR) Pada bulan Desember 2016, NTP-TPR naik sebesar 1,42 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 2,21 persen, lebih besar daripada kenaikan Ib yaitu sebesar 0,78 persen. Kenaikan It bulan Desember 2016 utamanya disebabkan naiknya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat (khususnya komoditi karet dan kelapa sawit) sebesar 2,21 persen. Kenaikan pada Ib disebabkan naiknya indeks komoditas kelompok KRT sebesar 0,97 persen. Sementara indeks harga kelompok BPPBM mengalami penurunan sebesar 0,10 persen. d. Subsektor Peternakan (NTP-TR) Pada bulan Desember 2016, NTP-TR naik sebesar 0,41 persen. Hal ini disebabkan It mengalami kenaikan sebesar 1,12 persen, lebih besar daripada kenaikan Ib yaitu sebesar 0,70 persen. Kenaikan It bulan Desember 2016 disebabkan oleh naiknya indeks harga komoditas Ternak Besar sebesar 0,25 persen, komoditas Ternak Kecil sebesar 0,02 persen, komoditas Unggas sebesar 1,37 persen, dan komoditas Hasil Ternak sebesar 1,68 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks harga kelompok KRT sebesar 0,89 persen dan kelompok BPPBM sebesar 0,46 persen. e. Subsektor Perikanan (NTNP) Pada bulan Desember 2016, NTNP turun sebesar 0,59 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,01 persen lebih kecil daripada kenaikan Ib yaitu sebesar 0,60 persen. Kenaikan It pada bulan Desember 2016 disebabkan indeks kelompok budidaya ikan 5
(khususnya komoditas ikan mas, ikan nila, ikan patin, dan ikan bandeng) secara rata-rata naik sebesar 1,04 persen. Sementara indeks kelompok penangkapan ikan (khususnya komoditas ikan gabus, ikan papuyu, udang, ikan manyung, ikan tenggiri, dan cumi-cumi) turun sebesar 0,34 persen. Kenaikan Ib disebabkan indeks harga kelompok KRT mengalami kenaikan sebesar 0,68 persen dan kelompok BPPBM naik sebesar 0,45 persen. 1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada Desember 2016, NTN turun sebesar 0,97 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 0,34 persen dan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,63 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan naiknya indeks harga kelompok KRT sebesar 0,68 persen dan kelompok BPPBM sebesar 0,54 persen. 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada Desember 2016, NTPi naik sebesar 0,51 persen. Hal ini dikarenakan It mengalami kenaikan sebesar 1,04 persen lebih besar daripada kenaikan Ib yaitu sebesar 0,53 persen. Kenaikan yang terjadi pada Ib dikarenakan indeks harga kelompok KRT mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen dan kelompok BPPBM naik sebesar 0,21 persen. 5. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dihitung NTP-nya, dapat dilihat bahwa 15 provinsi mengalami kenaikan NTP dan 18 provinsi mengalami penurunan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Riau yaitu sebesar 1,60 persen, sedangkan penurunan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Maluku Utara yaitu sebesar 1,08 persen. Dari empat provinsi di Kalimantan yang melaporkan hasil survei bulan Desember 2016, Kalimantan Selatan mengalami kenaikan NTP sebesar 0,08 persen, Kalimantan Tengah naik sebesar 0,45 persen, Kalimantan Barat naik sebesar 0,40 persen, dan Kalimantan Timur naik sebesar 0,07 persen. 6
Tabel 2 Ranking Nilai Tukar Petani (NTP) November Desember 2016 (2012 = 100) PROVINSI November Desember PROVINSI NTP Ranking % NTP Ranking % (1) (7) (8) (9) (6) (7) (8) (9) SULBAR 108,61 1-1,08 SULBAR 107,70 1-0,84 NTB 107,32 2 0,06 BALI 106,74 2-0,30 BALI 107,06 3-0,06 NTB 106,56 3-0,71 GORONTALO 105,77 4-0,65 GORONTALO 105,95 4 0,16 YOGYAKARTA 104,23 5-0,97 LAMPUNG 105,12 5 1,22 SULSEL 103,91 6-0,30 JABAR 104,31 6 0,50 LAMPUNG 103,86 7 0,38 JATIM 103,95 7 0,16 JATIM 103,79 8-1,14 SULSEL 103,93 8 0,02 JABAR 103,78 9-0,22 YOGYAKARTA 103,40 9-0,80 MALUKU UTARA 103,15 10-1,01 RIAU 102,23 10 1,60 NTT 101,83 11-0,57 MALUKU UTARA 102,04 11-1,08 SUMUT 100,83 12-0,45 SUMUT 101,56 12 0,73 MALUKU 100,83 13-0,10 NTT 101,31 13-0,51 PAPUA BARAT 100,81 14 0,13 JAMBI 101,09 14 1,26 RIAU 100,62 15 0,97 MALUKU 100,67 15-0,15 BANTEN 100,30 16-0,25 BANTEN 100,49 16 0,18 JAMBI 99,84 17 0,13 PAPUA BARAT 100,17 17-0,64 JATENG 99,55 18-0,60 BABEL 99,84 18 1,27 DKI 99,32 19 0,02 JATENG 99,35 19-0,20 SULTRA 98,95 20-0,45 DKI 99,10 20-0,22 BABEL 98,58 21-0,98 KALTENG 98,81 21 0,45 KALTIM 98,49 22 0,13 KEPRI 98,63 22 0,75 KALTENG 98,38 23 0,42 KALTIM 98,56 23 0,07 SULTENG 98,20 24-0,49 SULTRA 98,37 24-0,59 KEPRI 97,90 25 0,76 SULTENG 97,87 25-0,33 KALSEL 97,76 26 0,25 SUMBAR 97,87 26 1,31 KALBAR 96,76 27 1,77 KALSEL 97,84 27 0,08 SUMBAR 96,60 28 0,00 KALBAR 97,15 28 0,40 NAD 96,04 29 0,74 NAD 95,90 29-0,14 PAPUA 95,05 30-0,90 SUMSEL 95,45 30 0,63 SUMSEL 94,85 31 0,03 PAPUA 94,95 31-0,11 SULUT 94,44 32-0,11 BENGKULU 94,62 32 1,37 BENGKULU 93,34 33 0,54 SULUT 93,94 33-0,53 NASIONAL 101,31-0,40 NASIONAL 101,49 0,18 6. Inflasi Pedesaan Perubahan indeks konsumsi rumah tangga (KRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Desember 2016, di daerah pedesaan Kalimantan Selatan terjadi inflasi sebesar 0,90 persen. Hal ini terjadi sebagai akibat dari naiknya indeks harga pada subkelompok bahan makanan sebesar 2,00 persen, subkelompok makanan jadi sebesar 0,14 persen, subkelompok perumahan sebesar 0,08 persen, subkelompok kesehatan sebesar 7
0,77 persen, dan subkelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,43 persen. Sementara, subkelompok sandang turun sebesar 0,47 persen dan subkelompok transportasi dan komunikasi turun sebesar 0,03 persen. Tabel 3 Indeks Harga Konsumen Perdesaan dan Persentase Perubahannya, November Desember 2016 (2012 = 100) Kelompok November Desember Persentase Perubahan (1) (3) (3) (4) 1. Bahan Makanan 131,59 134,22 2,00 2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 116,13 116,30 0,14 3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 118,67 118,76 0,08 4. Sandang 122,88 122,30-0,47 5. Kesehatan 122,53 123,47 0,77 6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 115,74 116,24 0,43 7. Transportasi dan Komunikasi 118,89 118,85-0,03 Konsumsi Rumah Tangga 123,48 124,59 0,90 7. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Pada Desember 2016 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,70 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,80 persen lebih besar daripada kenaikan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,09 persen. Kalau dilihat dari subsektornya, diketahui bahwa NTUP Subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan sebesar 0,15 persen, Subsektor Holtikultura naik sebesar 1,37 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 2,31 persen, Subsektor Peternakan naik sebesar 0,65 persen, dan Subsektor Perikanan turun sebesar 0,44 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya November Desember 2016 (2012 = 100) Subsektor November Desember Persentase Perubahan (1) (3) (3) (4) 1. Tanaman Pangan 103,78 103,62-0,15 2. Holtikultura 116,92 118,53 1,37 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 89,49 91,56 2,31 4. Peternakan 116,37 117,13 0,65 5. Perikanan 123,03 122,49-0,44 a. Tangkap 127,17 126,06-0,88 b. Budidaya 112,30 113,23 0,83 NTUP Kalimantan Selatan 105,31 106,05 0,70 8
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016 RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI TINGKAT PETANI PADA BULAN DESEMBER 2016 TURUN 1,89 PERSEN Selama Desember 2016, komposisi jumlah observasi dari 45 transaksi harga gabah di 10 kabupaten didominasi Gabah Kering Panen (GKP). Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Karang Dukuh yaitu senilai Rp 7.272,00 per Kg yang terdapat di Kecamatan Rantau Badauh Kabupaten Barito Kuala. Sedangkan harga terendah senilai Rp 4.300,- per Kg berasal dari gabah kualitas GKP varietas Ciherang yang terdapat di Kecamatan Sungai Pandan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Rata-rata harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani turun 1,89 persen, dari Rp 5.238,49 per Kg di bulan November 2016 menjadi Rp 5.139,24 per Kg di bulan Desember 2016. Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan turun 1,82 persen dari Rp 5.330,93 per Kg di bulan November menjadi Rp 5.234,02 per Kg di bulan Desember 2016. Survei harga produsen gabah selama Desember 2016 dilakukan terhadap 45 observasi di 10 Kabupaten meliputi Tanah Laut, Banjar, Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah Bumbu dan Balangan, Berdasarkan komposisinya, jumlah observasi harga gabah didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 45 observasi. Tabel 1 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan HPP Menurut Kelompok Kualitas, Desember 2016 Kalimantan Selatan Kelompok Kualitas Jumlah Observasi (%) Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) Terendah Tertinggi Ratarata Harga Ratarata di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Harga Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih (6) thd (7) (Rp/Kg) (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 GKP 45 4.300,00 7.272,00 5.139,24 5.234,02 3.700 1.439,24 139 Ciherang, Karang Sungai Dukuh, (Petani) Pandan (Hulu Rantau Badauh 3.750 1.484,02 140 Sungai Utara) (Barito Kuala) (Penggilingan) Keterangan: GKG : KA 14,00% dan KH 3,00% GKP : KA (14,01%-25,00%) dan KH (3,01%-10,00%) Di Luar Kualitas : KA > 25,00% atau KH > 10,00% HPP berdasarkan Inpres No.5 Tahun 2015 tgl. 17 Maret 2015, diberlakukan mulai 17 Maret 2015 9
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani turun 1,89 persen, dari Rp 5.238,49 per Kg di bulan November 2016 menjadi Rp 5.139,24 per Kg di bulan Desember 2016. Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan turun 1,82 persen dari Rp 5.330,93 per Kg di bulan November menjadi Rp 5.234,02 per Kg di bulan Desember 2016. Tabel 2 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan Menurut Kualitas November Desember 2016 Tingkat Petani (Rp/Kg) Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Kelompok Kualitas November Desember Perubahan (3) thd (2) (%) November Desember Perubahan (6) thd (5) (%) 1 2 3 4 5 6 7 GKP 5.238,49 5.139,24-1,89 5.330,93 5.234,02-1,82 Secara umum, komponen mutu gabah selama bulan Desember 2016 cenderung fluktuatif. Rata-rata Kadar Air (KA) dan Kadar Hampa/Lainnya gabah kualitas GKP masingmasing sebesar 14,75 persen dan 3,65 persen. Tabel 3 Rata-rata Komponen Mutu Menurut Kualitas Gabah November Desember 2016 Kelompok Kualitas Kadar Air (%) Kadar Hampa/Kotoran (%) November Desember November Desember GKP 14,57 14,75 3,56 3,65 10