NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41

Transkripsi

1 No. 32/06/34/Th.XIX, 2 Juni 2017 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Mei 2017, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 101,41 atau mengalami penurunan sebesar 0,23 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 101,64. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 99,06; NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 101,27; NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 122,44; NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 91,19; dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 100,08. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP subsektor Hortikultura, Peternakan, dan Perikanan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Mei 2017 secara umum mencapai 133,07 atau mengalami inflasi sebesar 1,42 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 131,22. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh naiknya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 3,59 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,39 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,26 persen, kelompok makanan jadi naik sebesar 0,16 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,15 persen, kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,01persen. Sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga tidak mengalami perubahan. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Mei 2017 terdapat 12 provinsi mengalami kenaikan NTP sebaliknya 21 provinsi mengalami penurunan NTP. Penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 1,91 persen, sebaliknya kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Jawa Barat sebesar 1,05 persen. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Daerah Istimewa Yogyakarta bulan Mei 2017 sebesar 111,92 atau naik sebesar 0,57 persen dibanding bulan April Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.32/06/34/Th.XIX, 2 Juni

2 produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Tabel 1 Nilai Tukar Petani dan Perubahannya a. Indeks Diterima Petani (It) 128,04 129,19 0,90 1. Tanaman Pangan 128,93 131,65 2,11 2. Hortikultura 130,42 130,92 0,39 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 151,62 154,41 1,84 4. Peternakan 111,83 111,24-0,52 5. Perikanan 121,75 120,99-0,63 - Perikanan Tangkap 143,43 143,01-0,29 - Perikanan Budidaya 120,54 119,76-0,65 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 125,97 127,40 1,14 1. Tanaman Pangan 131,12 132,90 1,36 2. Hortikultura 127,78 129,28 1,18 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 124,77 126,11 1,08 4. Peternakan 120,84 121,98 0,95 5. Perikanan 119,97 120,89 0,77 - Perikanan Tangkap 122,70 123,42 0,59 - Perikanan Budidaya 119,82 120,75 0,78 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 101,64 101,41-0,23 1. Tanaman Pangan 98,34 99,06 0,74 2. Hortikultura 102,07 101,27-0,78 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 121,52 122,44 0,76 4. Peternakan 92,54 91,19-1,46 5. Perikanan 101,49 100,08-1,38 - Perikanan Tangkap 116,90 115,87-0,87 - Perikanan Budidaya 100,61 99,18-1,42 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 111,29 111,92 0,57 1. Tanaman Pangan 107,43 109,47 1,90 2. Hortikultura 114,10 114,16 0,05 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 131,67 133,71 1,55 4. Peternakan 100,20 99,20-1,00 5. Perikanan 113,34 112,22-0,98 - Perikanan Tangkap 126,44 126,15-0,24 - Perikanan Budidaya 112,56 111,40-1,03 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Mei 2017, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,23 persen dibanding NTP April 2017, yaitu dari 101,64 menjadi 101,41. Penurunan NTP bulan Mei 2017 ini disebabkan oleh indeks harga produk pertanian yang diterima petani lebih kecil dibanding indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani. Penurunan indeks NTP yang tercatat pada bulan Mei 2017 terjadi di tiga subsektor. Subsektor peternakan mengalami penurunan indeks sebesar 1,46 persen, diikuti subsektor perikanan turun sebesar 1,38 persen, dan subsektor hortikultura turun sebesar 0,78 persen. Sedangkan subsektor 2 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.32/06/34/Th.XIX, 2 Juni 2017

3 tanaman perkebunan rakyat mengalami kenaikan indeks sebesar 0,76 dan subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,74 persen. 2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Mei 2017, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan indeks sebesar 0,90 persen dibandingkan dengan It April 2017, yaitu dari 128,04 menjadi 129,19. Subsektor tanaman pangan mengalami kenaikan It terbesar yaitu mencapai 2,11 persen diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 1,84 persen, dan sukbsektor hortikultura naik 0,39 persen. Sebaliknya subsektor perikanan turun sebesar 0,63 persen, dan subsektor peternakan turun sebesar 0,52 persen dibanding April Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Mei 2017 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 1,14 persen bila dibandingkan April 2017, yaitu dari 125,97 menjadi 127,40. Kenaikan Ib terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 1,36 persen, diikuti subsektor hortikultura sebesar 1,18 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,08 persen, subsektor peternakan sebesar 0,95 persen, dan subsektor perikanan juga mengalami kenaikan sebesar 0,77 persen dibanding bulan April Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumah tangga seperti bawang putih, telur ayam ras, cabe hijau, cabe merah, dan beras. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan Perubahannya a. Indeks Diterima Petani (It) 128,93 131,65 2,11 - Padi 111,71 114,41 2,42 - Palawija 150,94 153,68 1,81 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 131,12 132,90 1,36 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132,97 135,01 1,53 - Indeks BPPBM 120,01 120,26 0,21 c. Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) 98,34 99,06 0,74 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 107,43 109,47 1,90 Pada Mei 2017 NTPP mengalami kenaikan indeks sebesar 0,74 persen. Naiknya NTPP ini disebabkan karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 2,11 persen, lebih besar dibanding indeks yang dibayar petani sebesar 1,36 persen. Naiknya indeks yang terjadi pada It Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.32/06/34/Th.XIX, 2 Juni

4 disebabkan karena naiknya indeks harga subkelompok padi sebesar 2,42 persen dan subkelompok palawija sebesar 1,81 persen. Komoditas yang menyebabkan naiknya It pada subsektor ini terutama karena naiknya harga komoditi gabah, jagung kacang tanah, kedelai, dan ubi jalar. Pada Ib indeks juga mengalami kenaikan sebesar 1,36 persen, disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 1,53 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,21 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Mei 2017, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan indeks sebesar 0,78 persen. Hal ini terjadi karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,39 persen, lebih rendah dibanding naiknya indeks yang dibayar petani sebesar 1,18 persen. Naiknya It disebabkan oleh naiknya harga pada beberapa komoditas utamanya cabe merah, bawang merah, kencur, sirsak dan jahe. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya indeks IKRT sebesar 1,35 persen dan BPPBM naik sebesar 0,34 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan Perubahannya a. Indeks Diterima Petani (It) 130,42 130,92 0,39 - Sayur-sayuran 119,96 122,38 2,02 - Buah-buahan 141,39 140,26-0,80 - Tanaman Obat 112,55 114,14 1,42 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 127,78 129,28 1,18 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131,05 132,82 1,35 - Indeks BPPBM 114,30 114,69 0,34 c. Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 102,07 101,27-0,78 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 114,10 114,16 0,05 c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Mei 2017 NTPR mengalami kenaikan indeks sebesar 0,76 persen, hal ini terjadi karena naiknya indeks yang diterima petani sebesar 1,84 persen, lebih besar dibanding indeks yang dibayar petani naik sebesar 1,08 persen. Kenaikan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu naik dari 151,62 menjadi 154,41. Beberapa komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan harga utamanya adalah kelapa, cengkeh, tembakau, tebu, dan biji jambu mete. Kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 1,48 persen dan indeks BPPBM juga naik sebesar 0,29 persen. 4 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.32/06/34/Th.XIX, 2 Juni 2017

5 Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan Perubahannya a. Indeks Diterima Petani (It) 151,62 154,41 1,84 - Tanaman Perkebunan Rakyat 151,62 154,41 1,84 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 124,77 126,11 1,08 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,34 132,27 1,48 - Indeks BPPBM 115,15 115,48 0,29 c. Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) 121,52 122,44 0,76 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 131,67 133,71 1,55 d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada Mei 2017 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 1,46 persen. Turunnya NTPT terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,52 persen lebih rendah dibanding indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,95 persen. Turunnya harga beberapa komoditas seperti sapi potong, kambing, sapi perah, kerbau, dan susu sapi adalah penyebab turunnya It pada subsektor peternakan di bulan ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 1,35 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,49 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan Perubahannya a. Indeks Diterima Petani (It) 111,83 111,24-0,52 - Ternak Besar 109,12 107,59-1,40 - Ternak Kecil 108,42 107,39-0,95 - Unggas 128,15 130,79 2,06 - Hasil Ternak 114,68 116,71 1,77 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 120,84 121,98 0,95 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,24 131,99 1,35 - Indeks BPPBM 111,60 112,14 0,49 c. Nilai Tukar Petani Peternak (NTPT) 92,54 91,19-1,46 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 100,20 99,20-1,00 e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Mei 2017, NTN mengalami penurunan sebesar 1,38 persen, hal ini dikarenakan terjadi penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,63 persen, lebih rendah dari indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,77 persen. Penurunan It di subsektor ini disebabkan oleh turunnya It subkelompok ikan tangkap sebesar 0,29 persen dan subkelompok ikan budidaya turun sebesar 0,65 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 1,06 persen dan indeks BPPBM juga mengalami kenaikan sebesar 0,36 persen. Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.32/06/34/Th.XIX, 2 Juni

6 Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan Perubahannya a. Indeks Diterima Petani (It) 121,75 120,99-0,63 - Ikan Tangkap 143,43 143,01-0,29 - Ikan Budidaya 120,54 119,76-0,65 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 119,97 120,89 0,77 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,76 132,15 1,06 - Indeks BPPBM 107,43 107,81 0,36 c. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTPI) 101,49 100,08-1,38 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 113,34 112,22-0,98 Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka indeks NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Mei 2017 mengalami penurunan sebesar 0,87 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,29 persen, lebih rendah dari indeks yang dibayar petani (nelayan) yang naik sebesar 0,59 persen. Penurunan It ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga beberapa komoditas terutama udang, manyung, kuwe, tenggiri, dan cucut pada bulan ini. Kenaikann Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 1,06 persen, dan indeks BPPBM turun sebesar 0,06 persen. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan Perubahannya a. Indeks Diterima Petani (It) 143,43 143,01-0,29 - Perairan Umum 100,00 100,00 0,00 - Perairan Laut 143,48 143,06-0,29 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 122,70 123,42 0,59 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,61 131,99 1,06 - Indeks BPPBM 113,44 113,37-0,06 c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 116,90 115,87-0,87 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 126,44 126,15-0,24 Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya mengalami penurunan indeks sebesar 1,42 persen pada Mei Penurunan ini disebabkan terjadinya penurunan indeks yang diterima petani sebesar 0,65 persen, lebih rendah dari indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,78 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti patin, nila, lele, dan udang. Naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 1,06 persen, dan indeks BPPBM naik sebesar 0,39 persen. 6 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.32/06/34/Th.XIX, 2 Juni 2017

7 Tabel 8 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan Perubahannya a. Indeks Diterima Petani (It) 120,54 119,76-0,65 - Budidaya Air Tawar 120,54 119,76-0,65 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 119,82 120,75 0,78 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 130,77 132,16 1,06 - Indeks BPPBM 107,09 107,50 0,39 c. Nilai Tukar Petani Ikan Budidaya (NTPB) 100,61 99,18-1,42 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 112,56 111,40-1,03 5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Mei 2017 mencapai 101,45 atau turun sebesar 0,20 persen dibanding bulan April Hal ini disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani yang sebesar 0,95 persen lebih rendah daripada indeks harga yang dibayar petani yang naik sebesar 1,15 persen. Tabel 9 Nilai Tukar Petani Tanpa Subsektor Perikanan dan Perubahannya a. Indeks Diterima Petani (It) 128,23 129,44 0,95 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 126,15 127,60 1,15 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131,23 133,10 1,43 - Indeks BPPBM 115,28 115,66 0,33 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 101,65 101,45-0,20 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 111,23 111,91 0,61 6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Mei 2017 secara umum mencapai 133,07 atau mengalami inflasi sebesar 1,42 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 131,22. Penurunan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 3,59 persen diikuti kelompok sandang naik 0,39 persen, kelompok kesehatan naik 0,26 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,16 persen, selanjutnya kelompok perumahan yang naik sebesar 0,15 persen, dikuti kelompok tranportasi dan komunikasi naik 0,01 persen, sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga tidak mengalami perubahan dibanding bulan April Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.32/06/34/Th.XIX, 2 Juni

8 Tabel 10 Indeks Harga Konsumen Pedesaan dan Perubahannya Konsumsi Rumah Tangga 131,22 133,07 1,42 - Bahan Makanan 143,54 148,68 3,59 - Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 134,43 134,65 0,16 - Perumahan 125,07 125,26 0,15 - Sandang 129,54 130,05 0,39 - Kesehatan 119,98 120,30 0,26 - Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 112,84 112,84 0,00 - Transportasi dan Komunikasi 120,08 120,09 0,01 7. NTUP Subsektor Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Tabel 11 Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) dan Perubahannya 1. Tanaman Pangan 107,43 109,47 1,90 2. Hortikultura 114,10 114,16 0,05 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 131,67 133,71 1,55 4. Peternakan 100,20 99,20-1,00 5. Perikanan 113,34 112,22-0,98 a. Perikanan Tangkap 126,44 126,15-0,24 b. Perikanan Budidaya 112,56 111,40-1,03 NTUP Gabungan 111,29 111,92 0,57 Pada Mei 2017 NTUP secara umum naik sebesar 0,57 persen dibandingkan April Kenaikan NTUP terbesar terjadi di subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 1,90 persen, diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 1,55 persen, dan subsektor hortikultura naik sebesar 0,05 persen. Sedangkan subsektor peternakan mengalami penurunan sebesar 1,00 persen, dan subsektor perikanan turun sebesar 0,98 persen dibanding bulan sebelumnya. 8 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.32/06/34/Th.XIX, 2 Juni 2017

9 8. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi pada Mei 2017 sebanyak 12 provinsi mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Jawa Barat sebesar 1,05 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,05 persen terjadi di Sulawesi Tenggara. Sebaliknya 21 provinsi pada bulan Mei 2017 mengalami penurunan NTP. Provinsi Bangka Belitung mengalami penurunan NTP terbesar sebesar 1,91 persen, sedangkan Kalimantan Selatan mengalami penurunan NTP terkecil yaitu sebesar 0,06 persen. Tabel 12 Provinsi dan Perubahannya Provinsi NASlONAL 100,01 100,15 0,14 JABAR 102,87 103,94 1,05 JATENG 97,81 98,70 0,90 GORONTALO 105,09 105,60 0,49 LAMPUNG 104,09 104,58 0,47 MALUKU UTARA 100,87 101,24 0,36 NTB 104,02 104,37 0,34 JATIM 101,84 102,16 0,31 SULUT 92,15 92,43 0,30 SULSEL 100,11 100,41 0,30 MALUKU 100,43 100,69 0,26 BANTEN 98,69 98,86 0,17 SULTRA 94,91 94,95 0,05 KALSEL 96,73 96,67-0,06 NTT 101,18 100,95-0,23 YOGYAKARTA 101,64 101,41-0,23 PAPUA 95,76 95,52-0,26 SULBAR 106,00 105,63-0,35 PAPUA BARAT 100,57 100,22-0,35 BALI 104,98 104,57-0,39 SUMUT 99,56 99,07-0,49 NAD 95,05 94,56-0,52 SULTENG 94,79 93,96-0,88 KALTIM 97,21 96,30-0,94 DKI 99,22 98,26-0,96 SUMSEL 94,57 93,66-0,96 RIAU 103,10 101,98-1,09 KALTENG 98,98 97,90-1,09 KEPRI 98,12 96,99-1,16 KALBAR 96,06 94,84-1,27 BENGKULU 95,02 93,48-1,61 JAMBI 101,02 99,38-1,62 SUMBAR 98,71 97,07-1,67 BABEL 97,67 95,80-1,91 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.32/06/34/Th.XIX, 2 Juni

10 B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH MEI 2017 Berdasarkan hasil observasi terhadap 55 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Mei 2017, sebanyak 60,00 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP) dan sisanya 40,00 persen berkualitas rendah. Rata-rata harga gabah pada bulan Mei 2017 kualitas GKP di tingkat petani naik 0,17 persen dari harga Rp ,90 di bulan April 2017 menjadi Rp ,70 per kg dan di tingkat penggilingan naik 0,17 persen dari Rp ,90 di bulan April 2017 menjadi Rp ,70 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani turun sebesar 0,08 persen dari Rp ,33 menjadi Rp ,45 per kg dan di tingkat penggilingan turun 0,08 persen dari Rp ,33 menjadi Rp ,45 per kg. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp ,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Branang Wangi terjadi di Kecamatan Ngemplak (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp ,00 per kg dengan gabah kualitas rendah dengan varitas IR 64 terjadi di wilayah Kecamatan Bambanglipuro (Bantul). Selama Mei 2017, tidak dijumpai observasi harga gabah di bawah HPP baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan. Pada Mei 2017, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 55 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas GKP sebanyak 33 observasi dan gabah kualitas rendah sebanyak 22 observasi. GKG GKP Kelompok Kualitas Tabel 15 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Mei 2017 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Harga* Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih Harga (%) Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (5) (6) (7) (8) (9) Gabah Kualitas Rendah Total , ,00% (penggilingan) , , , , ,70 60,00% (petani) 22 40,00% ,00% 3.550, , , , ,70 24, ,00 919,70 24,53 (penggilingan) Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.32/06/34/Th.XIX, 2 Juni 2017

11 1. Harga Gabah Terendah dan Tertinggi Harga gabah tertinggi di bulan Mei 2017 pada tingkat petani senilai per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Branang Wangi terjadi di Kecamatan Ngemplak (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai per kg dengan gabah kualitas rendah dengan varitas IR 64 terjadi di wilayah Kecamatan Bambanglipuro (Bantul). 2. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 33 observasi atau 60,00 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Mei Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 22 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 40,00 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Mei 2017, yang berpotensi mengalami kasus harga 4,55 persen berasal dari Kabupaten Kulonprogo, 90,90 persen berasal dari Kabupaten Bantul dan, 4,55 persen berasal dari Kabupaten Sleman. Tabel 16 Jumlah dan Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Mei 2017 Kelompok Kualitas Jumlah Observasi Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Tk. Petani Tk. Penggilingan Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP Tk. Petani Tk. Penggilingan Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP Tk. Petani Tk. Penggilingan (5) (6) (7) (8) GKG GKP % 0.00% 100,00% 100,00% GKG dan GKP % 0.00% 100,00% 100,00% Kualitas Rendah Rata-rata Komponen Mutu Gabah Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP pada bulan Mei 2017 masing-masing sebesar 11,16 persen dan 8,43 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Mei 2017 memiliki rata-rata KA dan KH masing-masing sebesar 30,70 persen dan 13,39 persen. Kelompok Kualitas Tabel 17 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Maret 2017 Mei 2017 Kadar Air (KA) Kadar Hampa/Kotoran (KH) Maret 2017 April 2017 Mei 2017 Maret 2017 April 2017 Mei 2017 (5) (6) (7) GKG GKP 13,38 13,29 11,16 6,74 6,81 8,43 Kualitas Rendah 26,36 26,84 30,70 10,99 11,73 13,39 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.32/06/34/Th.XIX, 2 Juni

12 Rp/Kg Dibandingkan April 2017, rata-rata harga gabah kualitas GKP naik 0,17 persen menjadi Rp ,70 per kg di tingkat petani dan naik 0,17 persen menjadi Rp ,70 per kg di tingkat penggilingan. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas rendah turun sebesar 0,08 persen menjadi Rp ,45 per kg di tingkat petani dan turun 0,08 persen menjadi Rp ,45 per kg di tingkat penggilingan. Tabel 18 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Maret 2017 Mei 2017 Kelompok Kualitas Maret 2017 Tingkat Petani (Rp / Kg) April 2017 Mei 2017 Perub (4) thd (3) Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Maret 2017 April 2017 Mei 2017 Perub (8) thd (7) (%) (%) (5) (6) (7) (8) (9) GKG GKP 4.423, , ,70 0, , , ,70 0,17 Kualitas Rendah 3.620, , ,45-0, , , ,45-0,08 Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Mei 2016 Mei May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 May-17 GKG GKP Kualitas Rendah HPP GKG HPP GKP 12 Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No.32/06/34/Th.XIX, 2 Juni 2017