BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Deskripsi data hasil analisis tes peningkatan dribble shooting sepakbola yang dilakukan sesuai dengan kelompok yang dibandingkan, berdasarkan pendekatan pembelajaran (praktik drill dan bermain) serta tingkat koordinasi mata-kaki (baik, sedang dan kurang) yang disajikan sebagai berikut: Tabel 6. Deskripsi Data Hasil Tes Peningkatan Dribble Shooting Sepakbola Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Koordinasi Mata-Kaki Perlakuan Pendekatan pembelajaran praktik drill Pendekatan pembelajaran praktik bermain Tingkat Koordinasi Mata-Kaki Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Statistik Hasil Tes Awal Hasil Tes Akhir Peningkatan Jumlah 300 545 245 Rerata 30,000 54,500 24,500 SD 6,708 11,927 9,069 Jumlah 245 450 205 Rerata 24,500 45,000 20,500 SD 6,874 10,724 5,220 Jumlah 245 440 195 Rerata 24,500 44,000 19,500 SD 6,874 11,136 5,220 Jumlah 255 475 220 Rerata 25,500 47,500 22,000 SD 7,890 10,062 8,124 Jumlah 270 495 225 Rerata 27,000 49,500 22,500 SD 8,124 10,112 6,021 Jumlah 195 280 85 Rerata 19,500 28,000 8,500 SD 4,153 5,099 3,905
Gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata peningkatan dribble shooting sepakbola maka dapat dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut: PENINGKATAN DRIBBLE SHOOTING SEPAKBOLA 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 PD (a1) PB (a2) KMKK KMKB KMKS (b3) (b1) (b2) Pretest 27,25 26,25 22,00 26,67 23,67 Posttest 49,75 48,50 36,00 48,67 40,83 Kelompok Gambar 1. Histogram Nilai Rata-Rata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Peningkatan Dribble Shooting Sepakbola Tiap Kelompok Berdasarkan Penggunaan Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Koordinasi Mata-Kaki Keterangan: PD PB KM K KM B KM S = Kelompok pendekatan pembelajaran praktik drill = Kelompok pendekatan pembelajaran praktik bermain = Kelompok koordinasi mata-kaki kurang = Kelompok koordinasi mata-kaki baik = Kelompok koordinasi mata-kaki sedang = Hasil tes awal = Hasil tes akhir Hal-hal yang menarik dari nilai-nilai yang terdapat dalam tabel dan histogram di atas adalah sebagai berikut:
1. Jika antara kelompok mahasiswa yang mendapat pendekatan pembelajaran praktik drill dan bermain dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok perlakuan dengan pendekatan pembelajaran praktik drill memiliki peningkatan dribble shooting sepakbola sebesar 3,83 lebih tinggi dari pada kelompok pendekatan pembelajaran praktik bermain. 2. Jika antara kelompok mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki baik, sedang dan kurang dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki baik memiliki peningkatan dribble shooting sepakbola sebesar 4,83 lebih tinggi dari pada kelompok mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki sedang, dan kelompok mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki sedang memiliki peningkatan dribble shooting sepakbola sebesar 3,17 lebih tinggi dari pada kelompok mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki rendah. Masing-masing sel (kelompok perlakuan) memiliki peningkatan dribble shooting sepakbola yang berbeda. Nilai peningkatan dribble shooting sepakbola masing-masing sel (kelompok perlakuan) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Nilai Peningkatan Dribble Shooting Sepakbola Masing-Masing Sel (Kelompok Perlakuan) No Kelompok Perlakuan (Sel) Nilai Peningkatan Dribble Shooting Sepakbola 1 a 1 b 1 (KP 1 ) 24,50 2 a 1 b 2 (KP 2 ) 20,50 3 a 2 b 1 (KP 3 ) 22,00 4 a 2 b 2 (KP 4 ) 22,50 5 a 1 b 3 (KP 5 ) 19,50 6 a 2 b 3 (KP 6 ) 8,50 Nilai rata-rata peningkatan dribble shooting sepakbola yang dicapai tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:
Peningkatan Dribble Shooting Sepakbola 25,00 Rerata Peningkatan 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 a1b1 a1b2 a2b1 a2b2 a1b3 a2b3 (KP1) (KP2) (KP3) (KP4) (KP5) (KP6) Rerata 24,50 20,50 22,00 22,50 19,50 8,50 Kelompok Gambar 2. Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Dribble Shooting Sepakbola pada Tiap Kelompok Perlakuan. Keterangan : KP 1 = Kelompok pendekatan pembelajaran praktik drill pada tingkat koordinasi matakaki baik KP 2 = Kelompok pendekatan pembelajaran praktik drill pada tingkat koordinasi matakaki sedang KP 3 = Kelompok pendekatan pembelajaran praktik bermain pada tingkat koordinasi matakaki baik KP 4 = Kelompok pendekatan pembelajaran praktik bermain pada tingkat koordinasi mata-kaki sedang KP 5 = Kelompok pendekatan pembelajaran praktik drill pada tingkat koordinasi matakaki kurang KP 6 = Kelompok pendekatan pembelajaran praktik bermain pada tingkat koordinasi matakaki kurang B. Pengujian Persyaratan Analisis Varians 1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut: Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Frekuensi Populasi Kelompok N M SD L hitung L tabel 5% Kesimpulan Perlakuan KP 1 10 24,500 9,069 0,1452 0,319 Berdistribusi Normal KP 2 10 20,500 5,220 0,2051 0,319 Berdistribusi Normal KP 3 10 19,500 5,220 0,2051 0,319 Berdistribusi Normal KP 4 10 22,000 8,124 0,1306 0,319 Berdistribusi Normal KP 5 10 22,500 6,021 0,2628 0,319 Berdistribusi Normal KP 6 10 8,500 3,905 0,3159 0,319 Berdistribusi Normal Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP 1 diperoleh nilai L o = 0,1452. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,319. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP 1 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP 2 diperoleh nilai L o = 0,2051, yang ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0,319. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP 2 termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP 3 diperoleh nilai L o = 0,2051. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0,319. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP 3 termasuk berdistribusi normal. Adapun dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP 4 diperoleh nilai Lo = 0,1306, yang ternyata juga
lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0,319. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP 4 juga termasuk berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP 5 diperoleh nilai L o = 0,2628. Dimana nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan menggunakan signifikansi 5% yaitu 0,319. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP 5 termasuk berdistribusi normal. Adapun dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada KP 6 diperoleh nilai L o = 0,3159 yang ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol menggunakan signifikansi 5% yaitu 0,319. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada KP 6 juga termasuk berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kesamaan varians antara kelompok 1 dengan kelompok 2. Uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlett. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut: Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians Populasi Kelompok N i SD 2 gab χ 2 o χ 2 tabel 5% Kesimpulan 6 10 42,38 8,593 11,07 Varians homogen Dari hasil uji homogenitas diperoleh nilai χ 2 o = 8,593. Sedangkan dengan k - 1 = 6 1 = 5, angka χ 2 tabel 5% = 11,07, yang ternyata bahwa nilai χ 2 o = 8,593 lebih kecil dari χ 2 tabel 5% = 11,07.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kelompok dalam penelitian ini memiliki varians yang homogen. C. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan interprestasi analisis varians. Uji rentang Newman-Keuls ditempuh sebagai langkah-langkah uji rata-rata setelah Anava. Berkenaan dengan hasil analisis varians dan uji rentang Newman-Keuls, ada beberapa hipotesis yang harus diuji. Urutan pengujian disesuaikan dengan urutan hipotesis yang dirumuskan pada bab II. Hasil analisis data, yang diperlukan untuk pengujian hipotesis sebagai berikut: Tabel 10. Ringkasan Nilai Rata-Rata Peningkatan Dribble Shooting Sepakbola Berdasarkan Penggunaan Pendekatan Pembelajaran dan Tingkat Koordinasi Mata-Kaki Variabel A 1 A 2 Rerata Peningkatan Dribble Shooting B 1 B 2 B 3 B 1 B 2 B 3 Sepakbola Hasil tes awal 30,00 24,50 24,50 25,50 27,00 19,50 Hasil tes akhir 54,50 45,00 44,00 47,50 49,50 28,00 Peningkatan 24,50 20,50 19,50 22,00 22,50 8,50
Keterangan : A 1 = Pendekatan pembelajaran praktik drill. A 2 = Pendekatan pembelajaran praktik bermain. B 1 = Kelompok mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki baik. B 2 = Kelompok mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki sedang. = Kelompok mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki kurang. B 3 Tabel 11. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Penggunaaan Pendekatan Pembelajaran (a 1 dan a 2 ) Sumber Variasi Dk JK RJK F o F t A 1 220,42 220,42 4,68 * 4,17 Kekeliruan 54 2542,50 47,08 Tabel 12. Ringkasan Hasil Analisis Varians untuk Tingkat Koordinasi Mata-Kaki (b 1, b 2 dan b 3 ) Sumber Variasi Dk JK RJK F o F t B 2 965,83 482,92 10,26 * 3,32 Kekeliruan 54 2542,50 47,08 Tabel 13. Ringkasan Hasil Analisis Varians Dua Faktor Sumber Variasi Dk JK RJK F o F t Rata-rata Perlakuan 1 23010,42 23010,42 A 1 220,42 220,42 4,68 * 4,17 B 2 965,83 482,92 10,26 * 3,32 AB 2 435,83 217,92 4,63 * 3,32 Kekeliruan 54 2542,50 47,08 Total 60 27175,00 Tabel 14. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman-Keuls Setelah Analisis Varians KP a 2 b 1 a 1 b 2 a 2 b 2 a 2 b 3 a 1 b 1 a 1 b 3 Rerata 22,000 20,500 22,500 8,500 24,500 19,500 RST a 2 b 1 22,000-1,500 0,500 13,500* 2,500* 2,500* 6,2709 a 1 b 2 20,500-2,000 12,000 4,000* 1,000* 7,5511 a 2 b 2 22,500-14,000 2,000 3,000* 8,3323
a 2 b 3 8,500-16,000 11,000 8,9182 a 1 b 1 24,500-5,000 9,3304 a 1 b 3 19,500 - Keterangan: Tanda * signifikan pada p 0,05. Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat dilakukan pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Pengujian Hipotesis I Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran praktik drill memiliki peningkatan yang berbeda dengan pendekatan pembelajaran praktik bermain. Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung = 4,68 > F tabel = 4,17. Dengan demikian hipotesa nol (H 0 ) ditolak. Berarti bahwa pendekatan pembelajaran praktik drill memiliki peningkatan yang berbeda dengan pendekatan pembelajaran praktik bermain dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata pendekatan pembelajaran praktik drill memiliki peningkatan yang lebih baik dari pada pendekatan pembelajaran praktik bermain, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 22,50 dan 22,25. 2. Pengujian Hipotesis II Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki baik memiliki peningkatan dribble shooting sepakbola berbeda dengan mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki sedang, berbeda juga dengan mahasiswa yang memiliki koordinasi matakaki kurang. Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung = 10,26 > F tabel = 3,32. Dengan demikian hipotesa nol (H 0 ) ditolak. Berarti bahwa mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki baik memiliki peningkatan dribble shooting sepakbola yang berbeda dengan mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki sedang, mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki sedang
memiliki peningkatan dribble shooting sepakbola yang berbeda dengan mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki kurang dapat diterima kebenarannya. Dari analisis lanjutan diperoleh bahwa ternyata mahasiswa yang memiliki koordinasi matakaki baik memiliki peningkatan dribble shooting sepakbola lebih baik dari pada mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki sedang, dan mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki sedang memiliki peningkatan dribble shooting sepakbola lebih baik dari pada mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki rendah, dengan rata-rata peningkatan masing-masing yaitu 22,00, 17,17, dan 14,00. 3. Pengujian Hipotesis III Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara perbedaan pendekatan pembelajaran dan tingkat koordinasi mata-kaki sangat bermakna. Karena F hitung = 4,63 > F tabel = 3,32. Dengan demikian hipotesa nol ditolak. Terdapat interaksi yang signifikan antara perbedaan pendekatan pembelajaran dan tingkat koordinasi mata-kaki. D. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran yang lebih lanjut mengenai hasilhasil analisis data yang telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan dua kelompok kesimpulan analisis yaitu: (a) Ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara faktor-faktor utama penelitian. Faktor utama yang diteliti meliputi: 1) Perbedaan pendekatan pembelajaran. 2) Perbedaan tingkat koordinasi mata-kaki. (b) Ada interaksi yang bermakna antara faktor-faktor utama dalam bentuk interaksi dua faktor.
Kelompok kesimpulan analisis dapat dipaparkan lebih lanjut sebagai berikut: 1. Perbedaan Pengaruh Antara Pendekatan Pembelajaran Praktik Drill dan Bermain Terhadap Peningkatan Dribble Shooting Sepakbola. Berdasarkan pengujian hipotesis pertama ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok mahasiswa yang mendapatkan pendekatan pembelajaran praktik drill dan kelompok mahasiswa yang mendapatkan pendekatan pembelajaran praktik bermain terhadap peningkatan dribble shooting sepakbola. Pada kelompok mahasiswa yang mendapat pendekatan pembelajaran praktik drill mempunyai peningkatan dribble shooting sepakbola yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang mendapat pendekatan pembelajaran bermain. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan dribble shooting sepakbola yang dihasilkan oleh pendekatan pembelajaran praktik drill lebih tinggi 3,83 dari pada pendekatan pembelajaran praktik bermain. 2. Perbedaan Peningkatan Dribble Shooting Sepakbola Antara Mahasiswa yang Memiliki Koordinasi Mata-Kaki Baik, Sedang dan Kurang. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua ternyata ada perbedaan pengaruh yang nyata antara kelompok mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki baik, koordinasi mata-kaki sedang dan koordinasi mata-kaki kurang terhadap peningkatan dribble shooting sepakbola. Pada kelompok mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki baik mempunyai peningkatan dribble shooting sepakbola lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki sedang. Pada kelompok mahasiswa yang
memiliki koordinasi mata-kaki sedang mempunyai peningkatan dribble shooting sepakbola lebih tinggi dibanding kelompok mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki kurang. Koordinasi mata-kaki sebagai modal utama untuk melakukan dribble shooting sepakbola. Koordinasi mata-kaki merupakan kemampuan yang mendasari dari gerak yang dilakukan seseorang. Koordinasi mata-kaki merupakan unsur yang sangat penting bagi mahasiswa, sebab koordinasi mata-kaki mahasiswa merupakan dasar dalam pembentukan keterampilan mahasiswa. Koordinasi mata-kaki dapat menunjang keberhasilan pencapaian dribble shooting sepakbola dengan cara mengontrol gerakan-gerakan teknik yang dilakukan menjadi lebih akurat. Mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki baik memiliki kemampuan untuk lebih cepat menguasai dribble shooting sepakbola dari pada mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki sedang. Mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki sedang memiliki kemampuan untuk menguasai dribble shooting sepakbola lebih baik dari pada mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki kurang sebelum diberikan perlakuan pendekatan pembelajaran. Keberhasilan pencapaian dribble shooting sepakbola dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa untuk melakukan gerakan secara terpadu dan selaras. Dari angka-angka yang dihasilkan dalam analisis data menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata peningkatan dribble shooting sepakbola pada mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki baik 4,83 yang lebih tinggi dari pada kelompok mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki sedang, perbandingan rata-rata peningkatan dribble shooting sepakbola pada mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki sedang 3,17 yang lebih tinggi dari pada kelompok mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki kurang. 3. Pengaruh Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan Koordinasi Mata-Kaki Terhadap Peningkatan Dribble Shooting Sepakbola.
Dari tabel ringkasan hasil analisis varian dua faktor, nampak bahwa faktor-faktor utama penelitian dalam bentuk dua faktor menunjukkan interaksi yang nyata. Untuk kepentingan pengujian bentuk interaksi AB terbentuklah tabel di bawah ini. Tabel 15. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama, dan Interaksi Faktor, A dan B Terhadap Peningkatan Dribble Shooting Sepakbola. Faktor A = Pendekatan Pembelajaran Taraf A 1 A 2 Rerata a 1 a 2 B = Koordinasi B 1 24,50 22,00 23,250 2,50 Mata-Kaki B 2 20,50 22,50 21,500 2,00 B 3 19,50 8,50 14,000 11,00 Rerata 21,50 17,67 22,375 1,75 b 1 b 2 4,00 0,50 3,83 Interaksi antara dua faktor penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
30,0 25,0 20,0 b1 b2 b3 b1 b2 b1 15,0 b2 10,0 b3 b3 5,0 0,0 1 2 30,0 25,0 20,0 15,0 a1 a2 a2 a1 a1 a1 a2 10,0 a2 5,0 0,0 1 2 3 Gambar 3. Bentuk Interaksi Perubahan Besarnya Peningkatan Dribble Shooting Sepakbola Keterangan : : a 1 = Pendekatan pembelajaran praktik drill : a 2 = Pendekatan pembelajaran praktik bermain : b 1 = koordinasi mata-kaki baik : b 2 = koordinasi mata-kaki sedang : b 3 = koordinasi mata-kaki kurang Atas dasar gambar 3 di atas, bahwa bentuk garis perubahan besarnya nilai dribble shooting sepakbola adalah tidak sejajar dan bersilangan. Meski demikian garis tersebut memiliki suatu
titik pertemuan atau persilangan antara pendekatan pembelajaran dan tingkat koordinasi matakaki. Berarti terdapat interaksi yang signifikan diantara keduanya. Gambar tersebut menunjukkan bahwa koordinasi mata-kaki berpengaruh terhadap peningkatan dribble shooting sepakbola. Keefektifan penggunaan pendekatan pembelajaran terhadap peningkatan dribble shooting sepakbola dipengaruhi oleh baik, sedang dan kurangnya koordinasi mata-kaki yang dimiliki mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian pada gambar 3, ternyata mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki baik dengan pendekatan pembelajaran praktik drill memiliki peningkatan dribble shooting sepakbola sebesar 24,500 lebih baik dibandingkan mahasiswa dengan koordinasi mata-kaki baik dan mendapat perlakuan pendekatan pembelajaran praktik bermain sebesar 22,000. Mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki sedang dengan pendekatan pembelajaran praktik bermain memiliki peningkatan dribble shooting sepakbola sebesar 22,500 lebih baik dibandingkan mahasiswa dengan koordinasi mata-kaki sedang dan mendapat perlakuan pendekatan pembelajaran praktik drill sebesar 20,500. Sedangkan mahasiswa yang memiliki koordinasi mata-kaki kurang dengan pendekatan pembelajaran praktik drill memiliki peningkatan dribble shooting sepakbola sebesar 19,500 lebih baik dibandingkan mahasiswa dengan koordinasi mata-kaki kurang dan mendapat perlakuan pendekatan pembelajaran praktik bermain sebesar 8,500. E. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, baik dalam menyusun kajian teori, melaksanakan pendekatan pembelajaran, maupun dalam pengambilan data di lapangan dan berbagai upaya ini telah dilakukan agar hasil penelitian benar-benar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, tetapi
dengan adanya beberapa faktor sebagai variabel intervening yang tidak dapat dikendalikan sehingga hasil penelitian memiliki beberapa kelemahan, diantaranya: 1. Penelitian ini hanya dilakukan di Pembinaan Prestasi Sepakbola Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta dengan sampel relatif terbatas, sehingga penelitian ini belum cukup digeneralisasikan secara nasional. 2. Ada kemungkinan sampel kontrol juga melakukan perlakuan yang sama dengan kelompok yang diberi perlakuan karena kewajiban latihan sehingga mempengaruhi validitas perlakuan kelompok. 3. Selama pelaksanaan penelitian sampel tidak diasramakan, sehingga faktor lain yang akan mempengaruhi hasil penelitian, seperti faktor gizi, istirahat dan pengalaman lainnya diduga akan mempengaruhi hasil penelitian. 4. Kontrol terhadap unsur-unsur lain yang dapat mempengaruhi peningkatan dribble shooting sepakbola, seperti unsur kondisi fisik selain koordinasi mata-kaki, faktor kualitas psikis dan juga kemampuan motorik tidak diperhitungkan sehingga variabel-variabel tersebut akan dapat mempengaruhi hasil penelitian.